Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

I.1.   LATAR BELAKANG


Obat-obat analgesik antipiretik serta obat anti-inflamasi
nonsteroid (AINS) merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan
beberapa obat sangat berbeda secara kimia. Walaupun demikian obat-obat
ini ternyata memeliki  banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek
samping. Protip obat gologan ini adalah aspirin, karena itu obat golongan ini
sering disebut juga sebagai obat mirip aspirin Sifat dasar obat antiinflamasi
non-steroid. Golongan  obat ini menghambat enzim siklooksigenase
sehingga konversi asam arakidonat menjadfi PGG2 terganggu. Setiap obat
menghambat siklooksigenase dengan cara yang berbeda. Khusus
parasetamol, hambatan biosintesis PG hanya terjadi bila lingkungannya
rendah kadar peroksid seperti di hipotalamus. Lokasi inflamasi biasanya
mengandung banyak peroksid yang dihasilkan oleh leukosit. Ini
menjelaskan mengapa efek antiinflamasi parasetamol praktis tidak ada.
Obat merupakan bahan kimia yang memungkinkan terjadinya
interaksi bila tercampur dengan bahan kimia lain baik yang berupa
makanan, minuman ataupun obat-obatan. Interaksi obat adalah perubahan
efek suatu obat akibat pemakaian obat dengan bahan-bahan lain tersebut
termasuk obat tradisional dansenyawa kimia lain. Interaksi obat yang
signifikan dapat terjadi jika duaatau lebih obat sekaligus dalam satu periode
(polifarmasi ) digunakanbersama-sama. Interaksi obat berarti saling
pengaruh antarobat sehingga terjadi perubahan efek. Di dalam tubuh obat
mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat di keluarkan lagi
dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi,
metabolisme (biotransformasi), dan eliminasi. Dalam proses tersebut, bila
berbagai macam obat diberikan secara bersamaan dapat menimbulkan suatu
interaksi. Selain itu, obat juga dapat berinteraksi dengan zat makanan yang
dikonsumsi bersamaan dengan obat.

FARMAKOLOGI 1
Analgesik ialah istilah yang digunakan untuk mewakili
sekelompok obat yang digunakan sebagai penahan sakit. Obat analgesik
termasuk obat antiradang non-steroid (NSAID). NSAID seperti aspirin,
naproksen, dan ibuprofen bukan saja melegakan sakit, malah obat ini juga
bisa mengurangi demam dan kepanasan. Analgesik bersifat narkotik seperti
opoid dan opidium bisa menekan sistem saraf utama dan mengubah persepsi
terhadap kesakitan (noisepsi). Obat jenis ini lebih berkesan mengurangi rasa
sakit dibandingkan NSAID.
Analgesik seringkali digunakan secara gabungan serentak,
misalnya bersama parasetamol dan kodeinpseudoefedrin untuk obat sinus,
atau obat antihistamin untuk alergi. dijumpai di dalam obat penahan sakit
(tanpa resep). Gabungan obat ini juga turut dijumpai bersama obat
pemvasocerut seperti
Analgesik adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Antipiretik adalah obat yang
menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Jadi analgesik-antipiretik adalah obat
yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh yang
tinggi.
Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala, fungsinya memberi
tanda tentang adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan,
infeksi kuman atau kejang otot. Rasa nyeri disebabkan rangsang mekanis
atau kimiawi, kalor atau listrik, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan
dan melepaskan zat yang disebut mediator nyeri (pengantara). Zat ini
merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada ujung syaraf bebas di kulit,
selaput lendir dan jaringan lain. Dari tempat ini rangang dialaihkan melalui
syaraf sensoris ke susunan syaraf pusat (SSP), melalui sumsum tulang
belakang ke talamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar,
dimana rangsang terasa sebagai nyeri.

FARMAKOLOGI 2
I.2   RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi dari analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi?
2. Bagaimana cara kerja dari analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi?
3. Apa sajakah macam-macam dari analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi?
4. Apakah kegunaan dari obat analgesik, antipiretik dan antiinflamasi?
5. Apa sajakah contoh dari masing-masing obat analgesik, antipiretik,
maupun antiinflamasi?
1.3  TUJUAN MAKALAH
1. Untuk mengetahui definisi dari analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi.
2. Untuk mengetahui cara kerja dari analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi.
3. Untuk mengetahui macam-macam dari analgesik.
4. Untuk mengetahui kegunaan dari obat analgesik, antipiretik dan
antiinflamasi
5. Untuk mengetahui contoh obat dari masing-masing obat analgesik,
antipiretik, maupun antiinflamasi.

FARMAKOLOGI 3
BAB II

PEMBAHASAN

II.1.  DEFINISI ANALGESIK, ANTIPIRETIK, DAN ANTIINFLAMASI


II.1.1 Analgesik
Analgesik adalah obat yang mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
II.1.2 Antipiretik
Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang
tinggi. Jadi analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa
nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
II.1.3 Antiinflamasi
Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal
terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia
yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha
tubuh untuk mengaktifasi atau merusak organisme yang menyerang,
menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan.
Jika penyembuhan lengkap, proses peradangan biasanya reda. Namun
kadang-kadang inflamasi tidak bisa dicetuskan oleh suatu zatyang
tidak berbahayaseperti tepung sari, atau oleh suatu respon imun,
seperti asma atau artritisrematid.
Antiinflamasi adalah obat yang dapat mengurangi atau
menghilangkan peradangan

II.2 CARA KERJA DARI ANALGESIK, ANTIPIRETIK, DAN


ANTIINFLAMASI
Umumnya cara kerja analgetik-antipiretik adalah dengan
menghambat sintesa neurotransmitter tertentu yang dapat menimbulkan rasa
nyeri & demam. Dengan blokade sintesa neurotransmitter tersebut, maka
otak tidak lagi mendapatkan "sinyal" nyeri,sehingga rasa nyerinya
berangsur-angsur menghilang.

FARMAKOLOGI 4
Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala, fungsinya
memberi tanda tentang adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti
peradangan, infeksi kuman atau kejang otot. Rasa nyeri disebabkan
rangsang mekanis atau kimiawi, kalor atau listrik, yang dapat menimbulkan
kerusakan jaringan dan melepaskan zat yan disebut mediator nyeri
(pengantara). Zat ini merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada ujung
syaraf bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan lain. Dari tempat ini
rangang dialaihkan melalui syaraf sensoris ke susunan syaraf pusat (SSP),
melalui sumsum tulang belakang ke talamus (optikus) kemudian ke pusat
nyeri dalam otak besar, dimana rangsang terasa sebagai nyeri.

II.3 MACAM-MACAM ANALGESIK


II.3.1 Macam-Macam Analgesik
a.  Analgesik opioid / analgesik narkotika
Merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat
seperti opium atau morfin. Golongan obat ini terutama digunakan
untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri. Tetap semua
analgesik opioid menimbulkan adiksi/ketergantungan, maka usaha
untuk mendapatkan suatu analgesik yang ideal masih tetap
diteruskan dengan tujuan mendapatkan analgesik yang sama kuat
dengan morfin tanpa bahaya adiksi.
Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat,
seperti fraktur dan kanker. Nyeri pada kanker umumnya diobati
menurut suatu skema bertingkat empat, yaitu : obat perifer (non
Opioid) peroral atau rectal; parasetamol, asetosal, obat perifer
bersama kodein atau tramadol, obat sentral (Opioid) peroral atau
rectal, obat Opioid parenteral. Guna memperkuat analgetik dapat
dikombinasikan dengan co-analgetikum, seperti psikofarmaka
(amitriptilin, levopromazin atau prednisone).
Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat
sekali dengan tingkat kerja yang terletak di Sistem Saraf Pusat.

FARMAKOLOGI 5
Umumnya mengurangi kesadaran (sifat meredakan dan
menidurkan) dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Dapat
mengakibatkan toleransi dan kebiasaan (habituasi) serta
ketergantungan psikis dan fisik (ketagihan adiksi) dengan gejala-
gejala abstinensia bila pengobatan dihentikan.
Semua analgetik narkotik dapat mengurangi nyeri yang
hebat, teteapi potensi. Onzer, dan efek samping yang paling sering
adalah mual, muntah, konstipasi, dan mengantuk. Dosis yang besar
dapat menyebabkan hipotansi serta depresi pernafasan.
Morfin dan petidin merupakan analgetik narkotik yang
paling banyak dipakai untuk nyeri walaupun menimbulkan mual
dan muntah. Obat ini di Indonesia tersedia dalam bentuk injeksi
dan masih merupakan standar yang digunakan sebagai pembanding
bagi analgetik narkotika lainnya. Selain menghilangkan nyeri,
morfin dapat menimbulkan euphoria dan ganguan mental.
Ada 3 golongan obat ini yaitu :
1. Obat yang berasal dari opium-morfin.
2.  Senyawa semisintetik morfin, dan
3. Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.
b.  Analgesik Non Narkotik
Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan
tidak bekerja sentral. Obat- obat inidinamakan juga analgetika
perifer, karena tidak mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, tidak
menurunkan kesadaran atau mengakibatkan ketagihan. Semua
analgetika perifer juga memiliki kerja antipiretik, yaitu
menurunkan suhu badan pada keadaan demam, maka disebut juga
analgetik antipiretik. Khasiatnya berdasarkan rangsangannya
terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang mengakibatkan
vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya pengeluaran
kalor dan disertai keluarnya banyak keringat.

FARMAKOLOGI 6
Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik
hipotalamus atau di tempat cedera. Respon terhadap cedera
umumnya berupa inflamasi, udem, serta pelepasan zat aktif seperti
brandikinin, PG, dan histamine. PG dan brankinin menstimulasi
ujung staraf perifer dengan membawa implus nyeri ke SSP. AINS
dapat menghambat sintesis PG dan brankinin sehingga
menghambat terjadinya perangsangan reseptor nyeri. Obat-obat
yang banyak digunakan sebagai analgetik dan antipiretik adalah
golongan salisilat dan asetaminofen (parasetamol). Aspirin adalah
penghambat sintesis PG paling efektif dari golongan salisilat.
c.  Analgesik Antipiretik Non-Narkotika
1. Analgesik: anti nyeri
2. Antipiretik: anti demam
3. Obat non narcotik analgetik antipiretik: obat yang dapat
menghilangkan/ mengurangi rasa nyeri dan dapat menurunkan
suhu tubuh dalam keadaan demam, tanpa mengganggu
kesadaran
Cara Kerja Analgesik:
-  Central (Thalamus) → dengan jalan meningkatkan nilai ambang
rasa nyeri
- Perifer: merubah interpretasi rasa nyeri
- Antipiretik: melalui termostat di hipotalamus → mempengaruhi
pengeluaran panas dengan cara: vasodilatasi perifer dan
meningkatkan pengeluaran keringat
- Anti inflamasi: menghambat sintesa prostaglandin
- Prostaglandin menimbulkan eritema, vasodilatasi dan
peningkatan aliran darah lokal
Farmakodinamik
- Efek analgesik: efektif terhadap nyeri intensitas rendah sampai
sedang (sakit kepala, mialgia, artralgia, nyeri yang berasal dari
integumen, nyeri inflamasi)

FARMAKOLOGI 7
- Efek antipiretik: menurunkan suhu saat demam, (fenil butason
dan antirematik tidak dibenarkan sebagai antipiretik)
- Efek anti inflamasi: untuk kelainan muskuloskeletal (artritis
rematoid, osteoartritis, spondilitis ankilosa), hanya simptomatis
Klasifikasi non narkotik Analgesik Antipiretik
1.Salisilat
2.Asam organik
3.Para aminofenol
4.Firazolon
5.Quinolon
6.Non Addicting Opioid

II.4. KEGUNAAN DARI ANALGESIK, ANTIPIRETIK, ANTIINFLAMASI


Penggunaan obat Analgetik-Antipiretik pada saat mengandung
bagi ibu hamil harus diperhatikan. Ibu hamil yang mengkonsumsi obat secara
sembarangan dapat menyebabkan cacat pada janin. Sebagian obat yang
diminum oleh ibu hamil dapat menembus plasenta sampai masuk ke dalam
sirkulasi janin, sehingga kadarnya dalam sirkulasi bayi hampir sama dengan
kadar dalam darah ibu yang dalam beberapa situasi akan membahayakan
bayi.
Pengaruh buruk obat terhadap janin, secara umum dapat bersifat
toksik, teratogenik, maupun letal tergantung pada sifat obat dan umur
kehamilan pada saat minum obat. Pengaruh toksik adalah jika obat yang
diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan
fisiologik atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung, dan biasanya
gejalanya baru muncul beberapa saat setelah kelahiran. Pengaruh obat bersifat
teratogenik, jika menyebabkan terjadinya malformasi anatomic
(kelainan/kekurangan organ tubuh) pada pertumbuhan organ janin. Pengaruh
teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis subletal. Sedangkan pengaruh obat
yang bersifat letal adalah yang mengakibatkan kematian janin dalam
kandungan.

FARMAKOLOGI 8
II.5 CONTOH DARI MASING-MASING OBAT ANALGESIK
ANTIPIRETIK, DAN ANTIINFLAMASI
II.5.1 Contoh obat-obat analgesik antipiretik yang beredar di
Indonesia:
1. Aspirin menghambat sintesis prostaglandin. Ketika diberikan
kepada wanita hamil dapat menyebabkan penutupan prematur
ductus arteriousus janin, persalinan dan kelahiran tertunda,
meningkatkan waktu perdarahan pada janin maupun ibu karena
efek anti plateletnya.Penggunaan aspirin yang kronik di awal
kehamilan berhubungan dengan anemia pada wanita hamil.
Aspirin terbukti menimbulkan gangguan proses tumbuh
kembang janin. Selain itu, aspirin memicu komplikasi selama
kehamilan. Bahkan, kandungan aspirin masih ditemukan dalam
ASI. Tubuh bayi akan menerima 4-8% dosis aspirin yang
dikonsumsi oleh ibu. Penelitina mengatakan bahwa bayi
memilim ASI dari ibu yang mengkonsumsi aspirin berisiko
untuk menderita Reye’s Syndrome yang merupakan suatu
penyakit gangguan fungsi otak dan hati. Karenanya, hindari
pemakaian aspirin, terutama selama trimester tiga.
a)  Farmakodinamik
EfekAnalgesik :
- menghambatsintesis PGE&PGI
EfekAntipiretik :
- memperbaiki fungsi termostat di hypothalamus,
hambatansintesis PGE2
- me ↑ pengeluarankeringat, vasodilatasiperifer
EfekAntiinflamasi :
- hambatansintesis PGE2 & PGI2
- tidakmenghambatmigrasisel
Efekpadadarah :
- waktuperdarahan

FARMAKOLOGI 9
- hipoprotrombinemia
- platelet disfungsiàmenghambatagregasi
Efekpadametabolisme :
- dosis>àhiperglikemiaàglukosuria
Efekpadakelenjarendokrin :
- dosis>àhiperglikemia
- rangs hypothalamus à steroid bebasdarah>
EfekpadaSSP :
- dosis>àintoksikasi
- salisilismusàpusing, bingung, tinitus, vertigo
Efek anti Gout :
- dosis> (5 gr) àhambtreabsàurikosurik
Efekpada G.I. tract :
- iritasilokal: difusi kembali asam lambung kemukosa à
kerusakan jaringan
- sistemik: hambatansints PGE 2 & PGI 2 (hambatansekresi
asam lambung & merangsang sekresimukus bersifat
sitoprotektif)
Efekpadapernapasan :
- dosis txàrespirasi alkalosis terkompensasi
- dosis> → depresipernafasan
Efekpdhepar&ginjal :
- hambatan PGE2 àgangguan hemostasis ginjal
- SGOT & SGPT ↑ àhepatomegali, ikterus
b)  Farmakokinetik
Topikal:Asamsalisilat; Metilsalisilat
Distribusi:
a. Seluruhjaringantubuh&cairantranselular
b. Cairansinovial, spinal, peritoneal, liur, ASI
c. Menembussawarotak&uri
Metabolisme: di hepar

FARMAKOLOGI 10
Ekskresi :
- Urine >>>> -Keringat> - Empedu>
Efeksamping :
- Iritasilambung
- Allergi
- Kemungkinanpeningkatanperdarahan
Penggunaanklinis :
- Analgesik - Antipiretik
- Demamreumatikakut
- Reumatoidartritis
- Mencegahtrombus
KontraIndikasi :
- Ulkuspeptikum
- Haemophylia
- Allergi
2. Paracetamol
Paracetamol merupakan analgesik-antipiretik dan anti-
inflamasi non-steroid (AINS) yang memiliki efek analgetik
(menghilangkan rasa nyeri), antipiretik (menurunkan demam),
dan anti-inflamasi (mengurangi proses peradangan).   
Paracetamol paling aman jika diberikan selama kehamilan.
Parasetamol dalam dosis tinggi dan jangka waktu pemberian
yang lama bisa menyebabkan toksisitas atau keracunan pada
ginjal. sehingga dikategorikan sebagai analgetik-antipiretik.
Golongan analgetik-antipiretik adalah golongan analgetik
ringan.Parasetamol merupakan contoh obat dalam golongan
ini.Beberapa macam merk dagang, contohnya Parasetamol (obat
penurun panas atau penghilang nyeri) bisa diperdagangkan
dengan merk Bodrex, Panadol, Paramex.

FARMAKOLOGI 11
3.    Antalgin
Antalgin adalah salah satu obat penghilang rasa sakit
(analgetik) turunan NSAID, atau Non-Steroidal Anti
Inflammatory Drugs. Antalgin lebih banyak bersifat analgetik.
Pemakaiannya dihindari saat hamil TM I dan 6 minggu
terakhir.           
4.   Analgesik Opiate
Pemakaian obat-obatan analgetika narkotik pada kelahiran
kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya depresi respirasi
pada janin yang manifest sebagai asfiksia pada waktu lahir.
Namun demikian ternyata berdasar penelitian, morfin sendiri
tanpa disertai dengan faktor-faktor pendorong lain, baik yang
berasal dari ibu atau janin, tidak secara langsung menyebabkan
asfiksia. Tetapi hal ini bukan berarti bahwa obat-obat opiate
dapat dipakai begitu saja.dalam proses kelahiran. Risiko
terjadinya depresi kardiorespirasi harus selalu diperhitungkan
pada pemakaian obat-obat analgetika narkotik paada
kelahiran.Kemungkinan lain juga dapat terjadi bradikardi pada
neonatus. Petidin merupakan analgetika narkotika yang
dianggap paling aman untuk pemakaian selama proses
persalinan (obstetric-analgesics). Tetapi kenyataannya bayi-bayi
yang lahir dari ibu yang mendapatkan petidin selama proses
kelahiran menunjukkan skala neuropsikologik lebih rendah
dibanding bayi-bayi yang ibunya tidak mendapatkan obat
apapun atau yang mendapatkan anestesi lokal. Sehingga karena
alasan ini maka pemakaian petidin pada persalinan hanya
dibenarkan apabila anestesi epidural memang tidak
memungkinkan.
Pemakaian analgetika narkotik selama kehamilan atau
persalinan dapat mengurangi kontraktilitas uterus sehingga
memperlambat proses kelahiran. Terhadap ibu, karena depresi

FARMAKOLOGI 12
fungsi otot polos dapat terjadi penurunan motilitas usus dan
stasis lambung dengan segala konsekuensinya. Penyalahgunaan
obat-obat analgetika narkotik oleh ibu hamil dapat menyebabkan
ketergantungan pada janin dalam kandungan. Hal ini akan
manifest dengan munculnya gejala –gejala withdrawl pada bayi
yang baru lahir. Gejala-gejala tersebut meliputi muntah, diare,
tremor, mudah terangsang sampai kejang.
5.  Ibuprofen
Merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan
banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya
antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama
dengan aspirin. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita
hamil dan menyusui.
II.5.2 Contoh Obat – Obat Antiinflamasi Yang Lebih baru
       Obat antiinflamasi dapat dikelompokkan dalam 7 kelompok besar :
1.   Derivat asam propionate
2.   Derivat inidol
3.   Fenamat
4.   Asam pirolalkanoat
5.  Derivate Pirazolon
6.   Aksikam
7.   Asam salisilat
Aktifitas anti inflamasi dari obat NSAID mempunyai
mekanisme yang sama dengan aspirin, terutama karena kemampuannya
menghambat biosintesis prostaglandin.
Proses inflamasinya dikurangi dengan penurunan pelepasan mediator dari
granulosit, basofil, dan sel must. Obat-obat NSAID juga menurunkan
sensitivitas pebuluh darah terhadap bradikinin dan histamine,
mempengaruhi produksi limfokin dari limfosit T dan meniadakan 
vasodilatasi. Semuanya ialah penghambat sintesis protrombin, walau
derajatnya berbeda-beda. Mereka semua juga :

FARMAKOLOGI 13
1.      Analgesik
2.      Antiinflamasi
3.      Antipiretik
4.      Menghambat agregasi platelet
5.      Menyebabkan iritasi lambung
6.      Bersifat nofrotoksik
1. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivate dari asam fenilpropionat. Pada
dosis 2400 mg, efekantiinflamasinya setara dengan 4gr aspirin. Pada
dosis lebih rendah, hanya efek analgesiknya yang jelas, sedangkan efek
antiinflamasinya sedikit. Waktu paro 2 jam , metabolism di hati, 10%
diekskresi tanpa di ubah.
2. Fenoprofen
Merupakan derivate asam propionate. Waktu paronya 2 jam .
Dosis anti atritis (inflamasi) ialah 600-800 mg, 4 kali sehari. Efek
smpingnya menyerupai ibuprofen yaitu nefrotoksis, interik, nausea,
dispepsi, udema perifer, rash pruritas, efek sistem saraf pusatdan
kardiovaskuler.
3. Indomethacin
Indometasin merupakan derifat indol. Walaupun lebih toksik
dari aspirin, tetapi efektivitasnya juga lebih tinggi. Ia juga penghambat
sintesis prostaglandin. Metabolisme di hati. Waktu paro serum 2 jam.
4. Sulindac
Suatu obat sulfosid, yang baru aktif setelah di ubah oleh enzim
hati menjadi sulfide, duraksi aksi 16 jam. Indikasi dan reaksi buruknya
menyerupai obat NSAID yang lain. Dapat juga terjadi sindrom Stevens-
Jhonson, trombositipenia, agranulositosi dan sindrom nefrotik. Dosis
rata-rata untuk arthritis inflamasi ialah 200mg, 2 kali sehari.
5. Maclofenamate
Derifat fenamat, mencapai kadar puncak dalam plasma darah
30-60 menit, waktu paro 2 jam. Ekskresi lewat urin sebagai besar dalam

FARMAKOLOGI 14
bentuk konjungasi glukuronid. Efek sampingnya menyerupai obat
NSAID lain, nampaknya tidak mempunyai keistimewaan disbanding
yang lain.
Kontraindikasi : hamil, belum terbukti keamanan dan efekasinya
pada anak. Dosis untuk atritis inflamasi ialah 200-400 mg/hari, terbagi
dalam 4 dosis.
6. Asam Mefenamat
Juga drifat fenamat, mempunyai efek analgesik, tapi sebagai
antiinflamasi kurang kuat disbanding aspirin serta lebih toksik. Obat ini
tidak boleh di berikan berturut-turut lebih dari 1 minggu dan tidak
diindikasikan untuk anak-anak. Dosis awal 500mg 9dewasa),
selanjutnya 250 mg.
7. Tolmetin
Suatu derivate dari asam pirololkanoat, menyerupai aspirin
dalam efektivitasnya terhadap arthritis rematoid dan osteortritis pada
penderita dewasa dan remaja. Waktu paronya pendek 1 jam. Rata-rata
dosis dewasanya ialah 400mg, 4 kali sehari
8. Fenilbutazon
Merupakan derifat pirazolon, mempunyai efek antiinflamasi
yang kuat. Akan tetapi di temukan berbagai pengaruh buruknya seperti :
agranulositosis, anemia aplastika, anemia hemolitik, sindrom nefrotik,
neuritis optic, tuli, reaksi alergi serius, dermatitis eksfoliotif serta
nekrosis hepar dan tubuler ren.
9. Piroxicam
Waktu paronya 45 jam, oleh karena itu pemakaiannya cukup
sekali sehari. Obat ini cepat diabsorbsidari lambung, dan dalam 1 jam
konsentrasi dalam plasma mencapai 80% dari kadar puncaknya.
Keluhan gastrointestinal di alami oleh sekitar 20 % penderita, efek
buruk lainnya ialah dizziness, tinnitus, nyeri kepala dan ruam kulit
10. Diflunisal

FARMAKOLOGI 15
Diflunsial ialah derivate difluorofenil asam salisilat. Waktu
paronya dalam plasma ialah 8-12 jam dan mencapai steady state setelah
beberapa hari. Seperti halnya aspirin, ia mempnyai efek analgesik dan
antiinflamasi akan tetapi efek antipiretiknnya kecil. Indikasinya ialah
nyeri dan osteoarthritis. Efek buruknya menyerupai NSAID yang lain
11. Meloxicam
Merupakan generasi baru NSAID. Suatu penghambat
sikloogsigenase-2 selektif (COX-2). Banyak study menunjukkan bahwa
meloxicam mempunyai efek samping pada saluran gastrointestinal lebih
renfdah di banding dengan NSAID yang lain, dengan kekuatan
antiinflamasi, analgetik dan antipiretik. Pemakaian meloxicam 15 mg
tidak memperlihatkan perbedaan dalam hal efek sampingnya terhadap
saluran gastrointestinal yang dinilai sebelum dan sesudah pengobatan.

FARMAKOLOGI 16
BAB III

PENUTUP

III.1  KESIMPULAN
1.   a. Analgesik adalah obat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran.
b. Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Jadi
analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan
serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
c. Antiinflamasi adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan
peradangan
2.  Umumnya cara kerja analgetik-antipiretik adalah dengan menghambat
sintesa neurotransmitter tertentu yang dapat menimbulkan rasa nyeri &
demam. Dengan blokade sintesa neurotransmitter tersebut, maka otak tidak
lagi mendapatkan "sinyal" nyeri,sehingga rasa nyerinya berangsur-angsur
menghilang.
3.   Macam-macam analgesik ada 2 macam, yaitu: Analgesik Narkotik dan
Analgesik Non-Narkotik. Analgesik Narkotik merupakan turunan poium
yang berasal dari tumbuhan Papaver somniferum atau dari senyawa
sintetik. Sedangkan Analgesik Non-Narkotik tidak bersifat narkotik dan
tidak bekerja sentral. Obat- obat ini dinamakan juga analgetika perifer,
karena tidak mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, tidak menurunkan
kesadaran atau mengakibatkan ketagihan
4. Penggunaan obat Analgetik-Antipiretik pada saat mengandung bagi ibu
hamil harus diperhatikan. Ibu hamil yang mengkonsumsi obat secara
sembarangan dapat menyebabkan cacat pada janin. Jadi penggunaan
Analgesik-Antipiretik harus benar-benar konsul terlebih dahulu dan
menggunakan resep dokter.
5.  a. Contoh Obat Analgesik Narkotik sekarang masih digunakan di
Indonesia:
-  Morfin HCL,

FARMAKOLOGI 17
- Kodein (tunggal atau kombinasi dengan parasetamol),
- Fentanil HCL,
-  Petinidin, dan
-  Tramadol.
b.Obat-obat Analgesik Non-Narkotik disebut juga sebagai obat Analgesik-
Antipiretik (Obat- obat ini dinamakan juga analgetika perifer, karena
tidak mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, tidak menurunkan kesadaran
atau mengakibatkan ketagihan, Semua analgetika perifer juga memiliki
kerja antipiretik, yaitu menurunkan suhu badan pada keadaan demam,
maka disebut juga analgetik antipiretik. Khasiatnya berdasarkan
rangsangannya terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang
mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya
pengeluaran kalor dan disertai keluarnya banyak keringat. Obat-obat
yang banyak digunakan sebagai analgetik dan antipiretik adalah
golongan salisilat dan asetaminofen (parasetamol).

III.2  SARAN
1.Untuk obat analgesik-antipiretik , dianjurkan jangan terlalu
mengkonsumsi obat ini secara berlebihan dikarenakan dapat
menyebabkan ketergantungan bagi pemakainya.
2. Dan untuk obat anti inflamasi pengguna juga di harapkan tidak terlalu
berlebihan atau ketergantungan karena mekanisme kerja obat ini dapat
menyebabkan terjadinya perubahan kerja enzim.
3. Obat-Obat NSID, selain Obat parasetamol tidak disarankan untuk
digunakan oleh wanita hamil, terutama pada trimester ketiga. Namun
parasetamol dianggap aman digunakan oleh wanita hamil namun harus
diminum sesuai aturan karena dosis tinggi dapat menyebabkan keracunan
hati.

FARMAKOLOGI 18
DAFTAR PUSTAKA

Deglin, Judith Hopfer . 2005. Pedoman Obat Untuk Perawat. Jakarta : EGC
Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik buku 2. Jakarta : Salemba
Medika.
Latief. S. A, Suryadi K. A, dan Dachlan M. R, Petunjuk Praktis Anestesiologi,
Edisi II, Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-UI, Jakarta, Juni,
2001, hal 77-83, 161.
Sardjono, Santoso dan Hadi rosmiati D, Farmakologi dan Terapi, bagian
farmakologi FK-UI, Jakarta, 1995 ; hal ; 189-206.
Samekto wibowo dan Abdul gopur, Farmakoterapi dalam Neuorologi, penerbit
salemba medika, 1995; hal : 138-14
Widodo, Samekto dan Abdul Gofir . 2001. Farmakoterapi dalam Neurologi .
Jakarta : Salemba Medika

FARMAKOLOGI 19

Anda mungkin juga menyukai