Anda di halaman 1dari 15

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No.

3, Oktober 2017

PENERAPAN POLITIK ETIS DI SURABAYA TAHUN 1911-1930

DHIMAS RANGGA GALIH


Jurusan Pendidikan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
Email: dedinurcahyo@mhs.unesa.ac.id

Artono
Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya

Abstrak
Perkembangan ekonomi yang sangat pesat akibat dari ramainya aktivitas pelabuhan dan industri di Surabaya
merupakan faktor penting dari diperhatikannya Surabya pada masa politik etis, karena perkembangan Ekonomi tadi
mampu menarik masyarakat dari golongan pribumi Cina Arab bahkan Eropa untuk mendekat dan menetap di Surabaya.
Hal ini yang secara tidak langsung juga membuat pihak pemerintah Hindia-Belanda memperhatikan pula sektor
pendidikan di Surabaya, karena Surabaya sudah menjadi salah satu kota penting layaknya Batavia sebagai pusat
pemerintahan. Khususnya untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang juga semakin tinggi tiap tahunnya. Jadi dapat
kita simpulkan faktor-faktor diatas adalah yang membuat pihak Kolonial Hindia-Belanda menjadikan Surabaya sebagai
salah satu fokus utama penerapan daro Politik Etis di Hindia-Belanda
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian sejarah sejarah yang dipakai untuk menyusun fakta,
mendeskripsikan, dan menarik kesimpulan tentang masa lampau. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam metode sejarah
yaitu pemilihan topik, heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi Untuk memperoleh hasil maksimal dalam penelitian
ini maka peneliti melakukan penelusuran sumber berupa staatsblad, serta kolonial Verslag tentang politik etis. Selain itu
juga dibantu dengan buku-buku yang berkaitan dengan politik etis.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Di Surabaya penerpan sistem Irigasi pada masa politik etis ini ialah saluran
irigasi terbagi menjadi beberapa kategori, antara saluran primer, sekunder, tersier dan kwarter. Untuk saluran tersier oleh
desa atau beberapa desa yang berkepentingan, sedangkan saluran kwater dibuat oleh masing-masing pemilik sawah yang
akan menggunakan saluran tersebut. Saluran primer adalah saluran pertama yang menghubungkan langsung dengan
sungai atau sumber lain yang diambil airnya untuk pengairan. Dalam bidang pendidikan terdapat perkembangan seperti
ELS yang mengalami peningkatan masa studi yang awalnya hanya 3 tahun menjadi 7 tahun. Selain itu dalam kurikulum
ELS juga ditambah dan menekankan Bahasa Belanda, karena pelajaran akan pemahaman Bahasa Belanda dianggap sangat
penting. Dan juga selain itu terdapat sekolah bersubsidi yang didirikan oleh perkumpulan missionaris gereja yaitu
Broederschool Santo Yosef dan ELS Broederschool Santo Yosef. Pendidikan untuk etnis Cina pertama kali didirikan oleh
perkumpulan Hok Tjiong Hak Kwan yang mendirikan sekolah bernama THHK (Tiong Hwa Hwee Kwan). Pada tahun
1909 pihak Kolonial mendirikan sekolah HCS untuk anak-anak Cina, dan kemudian pada tahun 1913 jumlah HCS
bertambah setelah pihak Kolonial mendirikan da HCS lagi, pertama di Grisseescheweg (sekarang Jl. Gresik) jumlah siswa
200, dan yang kedua di Pasar Turi dengan jumlah siswa 209.

Kata Kunci: Politik Etis , Kolonial, Surabaya

751
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

Abstract
The rapid economic development due to the hectic activity of ports and industries in Surabaya is an important
factor in Surabya's attention in the time of ethical politics, since the economic development was able to attract people
from indigenous groups of Arabian Chinese and even Europeans to approach and settle in Surabaya. This indirectly also
makes the Dutch East Indies government also pay attention to the education sector in Surabaya, because Surabaya has
become one of the important cities like Batavia as the center of government. Especially to meet the needs of workers who
are also higher each year. So we can conclude the above factors is what makes the Dutch East Indies Colonial make
Surabaya as one of the main focus of the implementation of Ethical Policy in the Dutch East Indies
The method used in this research is historical history research used to compile facts, describe, and draw
conclusions about the past. The activities done in the method of history is the selection of topics, heuristics, criticism,
interpretation, and historiography To obtain the maximum results in this study, the researchers conducted a search source
of staatsblad, as well as the colonial Verslag on ethical politics. It is also assisted by books related to ethical politics.
The result of the research shows that in Surabaya the system of Irrigation system in this period of ethical politics
is irrigation channel divided into several categories, between primary, secondary, tertiary and kwarter channel. For tertiary
channels by villages or some interested villages, while the water channel is made by each owner of the rice field that will
use the channel. The primary channel is the first channel that connects directly with the river or other sources water is
taken for irrigation. In the field of education there are developments such as ELS which experienced an increase in study
period which initially only 3 years to 7 years. In addition the ELS curriculum is also added and emphasized in Dutch, as
the lesson of Dutch understanding is considered very important. Also, there is a subsidized school established by church
missionary associations Broederschool Santo Yosef and ELS Broederschool Saint Yosef. Education for ethnic Chinese
was first established by Hok Tjiong Hak Kwan's association who founded a school called THHK (Tiong Hwa Hwee
Kwan). In 1909 the Colonials established a HCS school for Chinese children, and then in 1913 the number of HCS
increased after the Colonials established da HCS again, first at Grisseescheweg (now Jl Gresik) number 200 students, and
the second at Pasar Turi with Number of students 209.

Keywords: Ethical Policy, Colonial, Surabaya

besar pegawai kolonial ini membawa pemikiran etis ke


PENDAHULUAN Hindia-Belanda
Pada permulaan abad XX, kebijakan penjajahan Selama jaman liberal (1870-1900), kapitalisme
Belanda mengalami perubahan arah yang paling mendasar swasta memainkan pengaruh yang sangat penting dalam
dalam sejarahnya. Kekuasaannya memperoleh definisi penentuan kebijakan penjajahan. Industri Belanda yang
kewilayahan baru dengan selesainya upaya-upaya dikelola swasta mulai membuka cakrawala pengetahuan
penaklukan. Kebijakan kolonial Belanda kini memiliki tentang penggalian potensi-potensi yang ada di Indonesia
tujuan baru, eksploitasi terhadap Indonesia mulai kurang sebagai pasar yang potensial. Hal ini mendorong banyak
dijadikan sebagai alasan utama kekuasaan dan digantikan pihak swasta dan pegawai swasta yang didominasi oleh
dengan pernyataan-pernyataan keprihatinan atas bangsa asing merubah kehidupan standart mereka menjadi
kesejahteraan bangsa Indonesia. Kebijakan ini dinamakan lebih bebas dan modern. Modal Belanda maupun
‘’Politik Etis’’.1 internasional mencari peluang-peluang baru bagi investasi
Politik Etis berakar pada masalah kemanusiaan dan dan eksploitasi bahan-bahan mentah, khususnya daerah-
sekaligus pada keuntungan ekonomi. Kecaman-kecaman daerah luar Jawa.
terhadap pemerintahan bangsa Belanda yang dilontarkan Pada tahun 1899, C. Th. Van Deventer (1857-
dalam novel Max Havelaar (1860) dan dalam berbagai 1915). Seorang ahli hukum yang pernah tinggal di
pengungkapan lainnya mulai membuahkan hasil. Semakin Indonesia selama tahun 1880-97, menerbitkan sebuah
banyak suara Belanda yang mendukung pemikiran untuk artikel yang berjudul ‘’Een eereschuld’’, ‘’suatu utang
mengurangi penderitaan rakyat Jawa yang tertindas. Pada kehormatan’’, di dalam jurnal Belanda de Gids. Dia
akhir abad XIX, para pegawai kolonial baru yang datang menyatakan bahwa negeri Belanda berutang kepada
dari negeri Belanda menuju Indonesia sudah memiliki bangsa Indonesia semua kekayaan yang telah diperas dari
suatu pemikiran tentang pemerintah kolonial ini. Berbekal negeri mereka. Utang itu sebaiknya dibayarkan kembali
pengetahuan dasar dari isi novel Max Havelaar, sebagian dengan jalan memberi prioritas utama kepada kepentingan

1
M.C. Ricklefs. 2008. Sejarah Indonesia Modern
1200-2008. Jakarta. Serambi Ilmu Semesta.Hlm 329

752
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

rakyat Indonesia di dalam kebijakan kolonial. Sampai saat dilakukan penelitian dan mengkaji bagaimana penerapan
meninggalnya, van Deventer adalah salah satu kampiun Politik Etis di Surabaya.
politik etis yang terkemuka, sebagai penasehat
pemerintah, dan anggota parlemen. Pada tahun 1901, Ratu METODE
Wilhelmina mengumumkan suatu penyelidikan tentang Dalam penulisan penelitian Penerapan Politik Etis
kesejahteraan di Jawa, dan dengan demikian, politik etis di Surabaya tahun 1911-1930 akan mengunakan metode
secara resmi disahkan. sejarah. Seperti halnya ilmu-ilmu yang lain, sejarah juga
Politik etis merupakan sebuah politik balas budi, dituntut memeiliki seperangkat aturan dan prosedur kerja
meskipun juga tak lepas dari intirk-intrik politik dan tujuan yang lebih dikenal dengan metode sejarah. Dalam sistem
di dalamnya, hal yang awalnya balas budi ternyata tidak keilmuan metode sejarah merupakan seperangkat prosedur
sejalan dengan apa yang di buat pada tujuan awal politik alat atau piranti yang digunakan sejarahwan dalam
tersebut. Terbukti dengan masih adanya suatu keinginan meneliti dan menyusun sejarah.2 Untuk mengungkap
dan kepentingan implisit dalam realisasinya, sebagai permasalahan yang akan di teliti penulis mengunakan
contoh adalah emigrasi (transmigrasi) yang di buat sebagai metode penulisan sejarah melalui Heuristik, Kritik,
pemerataan penduduk Jawa dan Madura untuk di Interprestasi, serta historiografi, adapun penjabaran dari
pindahkan ke daerah Sumatra Utara dan Selatan ternyata prosedural metode tadi yakni :
masih ada keinginan untuk mencari keuntungan besar dari 1. Heuristik
kebijakan tersebut seperti di bukanya perkebunan- Dalam mengunakan sumber yang dilakukan
perkebunan baru yang membutuhkan banyak tenaga kerja sejarahwan adalah menentukan tema, topik, atau pokok
untuk mengelolanya dan pengurangan jumlah kemiskinan persoalan tertentu yang akan di kerjakan, baru sejarahwan
di Jawa dan Madura, ini adalah sebagai contoh dari kemudian melakukan pencarian, penemuan, ataupun
realisasi politk etis tersebut. pemlihan sumber yang diangap relevan. Dari sumber-
Namun meskipun ada hal sifatnya keuntungan sumber tersebut sejarawan mendapatkan data atau
nemun tetap saja poltik etis tersebut adalah fajar budi atau keterangan tentang masa lampau dalam kerangka disiplin
dalam bahasa Jerman adalah Aufklarung (penceraahan) sejarah. Jadi objek kajian sejarah adalah data-data sejarah
bagi bangsa Indonesia dimana fajar budi itu muncul yang terekam oleh sumber sejarah3
terlihat sinar-sinarnya dengan di buatnya sekolah-sekolah Tahap ini, penulis mengumpulkan berbagai sumber
untuk penduduk pribumi, meskipun sebagian besar adalah yang dapat mendukung penelitian dalam penulisan
untuk kelas bangsawan saja namun untuk penduduk kelas tersebut. Penulis mendatangi tempat – tempat sebagai
bawah pun terdapat pendidik meskipun sistem dan berikut ; (a). Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya
fasilitasnya kelas II. Namun bukan masalah yang begitu di jalan Dukuh Kupang, (b). Badan Perpustakaan dan
pelik dalam hal ini karena dampak yang di timbulkan do Kearsipan Provinsi Jawa Timur di Jalan Menur, (c).
kemudian hari adalah politik boomerang bagi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jakarta, (d).
pemerintahan Belanda, karena membuka pendidikan Perpustakaan Medayu Agung/Pak Wie di medayu Agung,
adalah mempersenjatai para penduduk pribumi yang lebih (e). Perpustakaan Universitas Negeri Surabaya di kampus
berbahaya dan lebih mematika dari pistol ataupun meriam. Ketintang, (f). Badan Arsip Nasional Republik Indonesia
Munculnya golongan terdidik dan terpelajar di kemudian (ANRI).
hari menjadi ancaman bagi pemerintahan Belanda, Sumber primer yang didapat ; (a). BPK Jawa
lahirnya Budi Utomo, Sarikat Islam hingga penbentukan Timur. Staatsblad van Nederlandsch-Indie no 266 1901.
Volkskraad adalah respon dari stimulus yang diberikan Berisi tentang pendidikan. (b). BPK Jawa Timur.
oleh poltik etis ini dengan memajukan pendidikan Algemeen Verslag Van Het Inlandsch Onderwijs 1910-
(Edukasi). Selain juga dua ranah lain yang di perbaharui 1913 laporan tentang pendidikan di keresidenan Surabaya
yaitu pengairan dan infrastruktur (Irigasi) dan transmigrasi Sumber Skunder yang di dapat ; (a). Arsip Nasional
(Emigrasi). Republik Indonesia penerbit sumber-sumber sejarah No.
Masalah Politik Etis di indonesia menurut penulis 10, Memori Serah Terima Jabatan (Jawa Timur dan
sangat menarik untuk di bahas, karena dengan mulai Tanah Kerajaan) 1921 – 1930. ANRI. Jakarta.1978. (b)
masuknya politik etis, arah bangsa ini bergerak lebih cepat Ekonomi Surabaya pada Masa Kolonial 1830-1830.
menuju kemerdekaan, oleh karena itu penulis ingin Penulis Nasution.
membahas tentang penerapan politik etis di Indonesia pada
awalnya. Tapi karena keterbatasan akan sumber dan jarak HASIL DAN PEMBAHASAN
tempat, penulis ingin berfokus melakukan penelitian di KONDISI UMUM SURABAYA
Surabaya pada tahun 1911-1930 kareana pada masa A. Sosial-Budaya
perkembangan dan penerapan politik etis berjalan dengan Kedatangan bangsa Eropa membentuk budaya baru
baik. yang asing dan sama sekali baru bagi penduduk
Penelitian terdahulu berkaitan dengan “Penerapan Bumiputer. Berbagai budaya gaya hidup yang melingkup
Politik Etis di Surabaya Tahun 1911-1930” belum kegiatan hidup sehari-hari terpusat pada budaya pendatang
pernah ada. Oleh sebab itu akan sangat menarik untuk

2 3
Aminudin Kasdi. 2008. Memahami Sejarah. Id. at hlm 10
Surabaya: Unesa University Press. Hlm 10.

753
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

Eropa. Selain dalam bentuk identitas-identitas material, barang dari luar pulau maupun luar negeri. Akibat aktivitas
juga memiliki dampak pembaratan atas mentalitas.4 tersebut menyebabkan arus masuknya orang-orang Eropa
Periode akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 juga ke Jawa sebagai motif baik untuk keperluan pemerintahan
terjadi transformasi struktur kehidupan masyarakat maupun urusan bisnis.
dengan masuknya pendatang Eropa. Struktur masyarakat Surabaya sebagai salah satu kota pelabuhan
agraris feodal tradisional mulai memudar dan mulai sekaligus kota industri yang menjadi penunjang bagi
menuju masyarakat urban yang lebih modern. 5 Lebih kebutuhan industri primer di pedalaman Jawa bagian
lanjut proses perubahan tersebut terjadi akibat faktor- Timur. Hal ini menjadikan Surabya sebagai pusat aktivitas
faktor pertama, proses perubahan akibat merosotnya bisnis, industri, dan perdagangan. Surabaya menjadi kota
peranan politik, ekonomi, dan sosial dari kerajaan- yang lebih bagus dan lebih hidup bahkan dari pada
kerajaan tradisional yang kemudian secara berangsur Batavia. Didalam kota banyak gedung-gedung kantor
digantikan oleh dominasi pemerintah Kolonial Hindia- dagang maupun pasar. Surabaya berkembang tidak hanya
Belanda. Kedua, perubahan struktur masyarakat sebagai kota dagang tetapi juga sebagai kota industri dan
diakibatkan oleh terbentuknya stratifikasi dan segmentasi kerajinan.10
sosial baru bagi masyarakat pribumi dengan sistem Semakin beragamnya industri di Surabaya sebagai
pendidikan modern oleh pemerintah Kolonial Belanda. dampak perkembangan kota dan pertambahan jumlah
Ketiga, proses perubahan masyarakat diakibatkan oleh penduduk Eropa yang ada di Surabaya. Orang-orang
terjadinya perubahan struktur perekonomian masyarakat Eropa yang tinggal di Surabaya tentu saja memiliki
akibat penetrasi ekonomi Bara. Proses ini dimulai sejak kebiasaan yang berbeda dengan penduduk setempat.
diberlakukannya Culturstelsel yang kemudian terus Untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu dibangun
berlanjut pada periode berikutnya yakni liberalisasi penyedia kebutuhan orang-orang Eropa. Pada awalnya
ekonomi, dan lebih ditegaskan lagi pada fase untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sesuai dengan
pemberlakuan politik etis tahun 1900 sampai tahun 1930- selera mereka, barang-barang didatangkan dari Eropa,
an. 6 namun barang-barang tersebut terkena proteksi alami yang
Pada periode awal kedatangan bangsa-bangsa tinggi meskipun harga dari barang tersebut sangat murah
Eropa, dampak budaya Barat masih sangat kecil. Baru (keadaan alam ikut membatasi seperti bahan-bahan
setelah budaya Barat menjadi prestise dan dilihat sebagai makanan dan minuman yang cepat basi dan kebutuhan-
derajat sosial yang tinggi, maka sistem dan pola budaya kebutuhan lain yang cepat rusak).11 Bahkan untuk aktivitas
Barat mulai mempengaruhi masyarakat Indonesia. Proses hiburan dan ikatan ke-Eropa-an maka tiap waktu-waktu
ini dipercepat pada saat istana kerajaan bertindak sebagai tertentu diadakan berbagai perkumpulan orang-orang
perantara, sehingga anggota istana dan masyarakat Barat. Di Surabaya sendiri terdapat tempat perkumpulan
kemudian mengikutinya.7 Namun demikian pengaruh disebut Societest Concordia dan Societest De Club
budaya ini hanya ada pada tingkat eksternalnya saja, tidak Simpang.12. Selain itu juga banyak tempat hiburan serta
sampai pada elemen prinsip internal dari budaya. Budaya tempat untuk memenuhi selera lidah dan perut orang-
borjuasi berkembang sekedar pada nilai penampakan orang Eropa yakni restoran dan tempat-tempat Biliyard
budaya luar yang kemudian dilihat sebagai gaya hidup, yang lebih dikenal sebagai Rumah Bola.
bukan sebagai semangat atau pandangan dan prinsip Untuk kehidupan sosial, Surabaya pada masa
hidup8 Kolonial dan awal masuknya politik etis ini penuh dengan
Gejala modernisasi ini kemudian mulai tampak diskriminasi, ditunjang sebagai daerah industri yang maju
pada wilayah perkotaan. Hal ini terlihat dari mulai menyebabkan timbulnya kelas-kelas sosial di kalangan
munculnya infrastruktur kota yang mau tak mau harus ada masyarakat. Pasalnya perbedaan gaya hidup yang
sebagai penyokong aktivitas dan penunjang kebutuhan dipraktikkan oleh golongan elite dan kelas bawah terlihat
hidup maupun tuntutan gaya hidup. Selain itu, pusat sangat nyata, beberapa faktor yang mencirikan gaya hidup
aktivitas masyarakat Barat (Eropa) terletak di perkotaan golongan elite adalah glamoritas yang mahal serta
sehingga diperlukan pendukung bagi berbagai aktivitas distingtif. Golongan elite membuat lingkungan sosialnya
mereka. Awal abad XX kota-kota besar di Jawa sebagian sendiri dimana golongan bawah dilarang masuk. Salah
besar menjalankan fungsinya sebagai pusat-pusat satu contohnya ialah sebuah lembaga bernama Societest
administratif dan komersial.9 Kota-kota pelabuhan utama yang merupakan lembaga beranggotakan kaum elite Eropa
di Jawa menjadi pusat komersial karena memiliki fungsi di Surabaya, mereka membedakan diri dari masyarakat
ekonomi. Fungsi ekonomi yang dimaksud adalah sebagai bawah dengan pikiran yang hanya ingin bersenang-
pintu keluar hasil bumi untuk perdagangan internasional senang, terbebas dari beban, karena fokus mereka adalah
seperti gula, kopi, dan teh sekaligus pintu masuk barang- materi duniawi, selain itu juga ada Schouwburg yaitu

4 7
Denys Lombard, 2005, Nusa Jawa Silang Budaya Ibid, Hlm 189
8
(Batas-Batas Pembaratan), Jakarta, Gramedia, Hlm 131 Ibid, Hlm 190
5 9
D.H. Burger, 1983, Perubahan-Perubahan Ibid, Hlm 193
10
Struktur dalam Masyarakat Jawa, Jakarta, Bharata Karya Ibid
11
Aksara, Hlm 110-117 Ibid, Hlm 201
6 12
W. F. Werheim, 1999, Masyarakat Indonesia Ibid
dalam Transisi : Studi Perubahan Sosial, Yogyakarta,
Tiara Waana, Hlm 180

754
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

gedung kesenian atau rumah komedi yang biasa digunakan (Kalimas), A.W. Rummert, juga turut memperluas
untuk memantaskan kesenian Eropa di kota Surabaya. perusahaannya dengan membuka industri pengecoran
Pengunjungnya juga didominasi oleh orang-orang elite tembaga dan besi.15 Selain industri perbengkelan, di
Eropa. Meskipun pada awal pendiriannya sempat ada Surabaya tumbuh juga industri-industri yang sifatnya
penolakan dari masyarakat setempat. Namun organisasi menengah dan kecil, misalnya pabrik pengrajin kayu, dan
tersebut masih tetap terbentuk.13 pabrik penyulingan arak dan minuman keras.
B. Potensi Ekonomi Surabaya 2. Ekspor-Impor
1. Industri Surabaya setelah menjadi gemeente memiliki
Penerapan sistem tanam paksa oleh gubernur kedudukan yang sejajar dengan Batavia dan disebut
jendral Van Den Bosch mempunyai pengaruh yang sebagai tempat kedua terbesar di Jawa. Berdasarkan
menguntungkan bagi perkembangan industri di Surabaya. keramaian dan perkembangan perdagangannya, Surabaya
Pada masa ini pemerintah Kolonial Belanda mulai bisa dianggap sebagai “ibu kota” Jawa. 16 Surabaya
mengimpor peralatan mesin dari daratan Eropa untuk memiliki keuntungan alami dengan letaknya yang berada
penggilingan gula yang memakai tenaga uap. Peralatan ini di tepi laut dan muara sungai yang besar dan dalam. Posisi
digunakan pada sebuah pabrik di dekat Probolinggo pada ini memberi keuntungan dalam mempermudah akses lalu
tahun 1836 dan kemudian pabrik di dekat Waru lintas menuju laut (pelabuhan). Pelabuhan Surabaya
(Surabaya) pada tahun 1853. Pada tahun 1855 hampir 60% menjadi potensial sebagai jalur perdagangan ekspor-impor
pabrik gula di keresidenan Surabaya sudah menggunakan di wilayah timur karena posisi pelabuhan Surabaya secara
mesin uap. Sampai tahun 1859 pabrik gula di Jawa geografis dilindungi oleh pulau Madura, sehingga aman
merupakan salah satu industri yang paling banyak dari topan.17 Situasi ini juga didukung oleh keberadaan
menggunakan mesin tenaga uap, yaitu 151 dari total 185 sungai Kalimas sebagai salah satu cabang sungai Brantas
mesin uap yang dimiliki oleh swasta dan 19 oleh yang terbukti sejak jaman dahulu telah memberikan
pemerintah.14 sumbangan penting bagi lalu lintas perdagangan dan
Di samping jenis industri permesinan untuk pabrik interaksi ekonomi menuju jantung kota Surabaya. 18
gula, industri galangan kapal juga berkembang di Pada tahun 1907 Raad van Justitie Surabaya
Surabaya. Nama-nama pemilik galangan kapal seperti mengusulkan kepada Gubernur Jendral Johannes
Curtis, Dormaar, Kramer, Essink, De Hoog, dan Zanthuys, Benedictus van Heutsz agar Surabaya diberi pelabuhan
membuka usaha di Surabaya sejak pertengahan abad ke- yang lebih baik. Sebagai kelanjutan dari permohonan dan
19. Perusahaan-perusahaan galangan kapal ini perlahan- perbaikan pelabuhan dari pemerintah Surabaya ini, maka
lahan semakin berkembang sesuai dengan tuntutan para pada tahun 1909 Prof. J. Kraus dan G.J. de jong diundang
pemilik kapal uap. oleh pemerintah kolonial untuk dimintai saran atau
Berbagai pabrik mesin dan perkapalan swasta yang pendapatnya berkenaan dengan proyek pembangunan
lain yang didirikan selama periode ini di keresidenan pelabuhan Surabaya. Setahun kemudian mereka
Surabaya adalah bengkel milik Cores de Vries yang menyerahkan laporan mengenai pembangunan pelabuhan
kemudian dialihkan kepada PT. Nederlandsch-indische Surabaya yang dimulai tahun 1910. Laporan
industry di Rotterdam memiliki pabrik pengecoran logam, pembangunan ini berisi mengenai segala sesuatu tentang
pembuatan katel, dan geladak pendorong bagi kapal bagaimana pentingnya pelabuhan sebagai pelabuhan
dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Bengkel Deacon utama di wilayah Jawa Timur untuk mengatasi kepadatan
en O. dilengkapi dengan alat pemukul uap yang lalu lintas pelayaran di Kalimas. Berdasarkan laporan di
digabungkan dengan pengecoran logam dan pembuatan atas juga disebutkan bahwa rencana pembangunan
kapal. De nederlandsch-indische stoomvaart- pelabuhan baru letaknya tak jauh dari pusat bisnis lama
maatschappij menyediakan sebuah pabrik untuk merawat yaitu pelabuhan tradisional Kalimas.19
dan memperbaiki kapal-kapal mesin dan katelnya sendiri. Rencana ini direalisasikan tahun 1910 karena
Galangan kapal ini milik firma Trimp de Haas Schey En dukungan dari pemerintah Kolonial dan pemerintah
O., yang beroperasi hanya untuk pembuatan perahu- gemeente Surabaya. Proses pembangunan pelabuhan baru
perahu kecil. Semua bengkel yang bergerak dalam bidang ini dengan jalan menguruk kolam-kolam ikan. Untuk
perkapalan ini berada di dermaga Kalimas. Bengkel- menghubungkan pelabuhan dengan pusat kota yang
bengkel milik firma Young en Gill memiliki alat pemukul terletak 4-5 km dari pelabuhan, maka dibangun jalan
uap, sebuah pengecoran logam, pembuatan katel, dan kembar dengan lebar 48 meter.20 Di kanan-kiri dari jalan
saluran penghubung sejauh 8 meter. Pabrik milik firma kembar itu dibangun jalan tram listrik dengan lebar 12 m.
Steenvelt en Co. Memiliki pengecoran logam, saluran uap, Pembangunan pelabuhan Surabaya pada tahun 1910 ini
dan berbagai mesin untuk pengecoran besi. Pabrik milik tentu menunjang posisi perdagangan Surabaya. 21
L.G. Van Lakerveld en Co., C.F. Huijsdens (Kalisosok II), Kemajuan ekspor-impor Surabaya periode 1870-
Ameijden van Duijn (juga Kalisosok II), dan A.Wijkman 1930 dapat dibagi ke dalam dua periode waktu. Pembagian

13 17
Denys Lombard, 2005. Op, Cit, Hlm 144 Ibid
14 18
Nasution. 2006. Ekonomi Surabaya Pada Masa Ibid
19
Kolonial (1830-1930). Surabaya: Pusaka Intelektual, Ibid. Hlm 80
20
Hlm. 96 Ibid
15 21
Ibid. Hlm 99 Ibid
16
Ibid, Hlm 78

755
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

ini didasarkan pada proses periode sebelum pembangunan novel Max Havelaar, sebagian besar pegawai
pelabuhan Surabaya (1870-1910) dan periode pasca kolonial ini membawa pemikiran etis ke Hindia-
pembangunan pelabuhan sampai terjadinya resesi Belanda
ekonomi (1911-1930).22 Pada tahun 1899, C. Th. Van Deventer
Pergantian sistem tanam paksa dengan sistem (1857-1915). Seorang ahli hukum yang pernah
ekonomi liberal pada tahun 1870 telah membuka era baru tinggal di Indonesia selama tahun 1880-97,
dalam sejarah ekonomi Surabaya. Investor asing diundang menerbitkan sebuah artikel yang berjudul ‘’Een
untuk menanamkan modalnya di keresidenan Surabaya eereschuld’’, ‘’suatu utang kehormatan’’, di dalam
dan pemerintah Kolonial Belanda menawarkan suatu iklim jurnal Belanda de Gids. Dia menyatakan bahwa
bisnis yang lebih menarik kepada investor. Pada masa ini negeri Belanda berutang kepada bangsa Indonesia
Surabaya khususnya dan Jawa pada umumnya semakin semua kekayaan yang telah diperas dari negeri
intensif melakukan perdagangan ekspor-impor. Besarnya mereka. Utang itu sebaiknya dibayarkan kembali
perdagangan luar negeri sampai tahun 1900 dapat dengan jalan memberi prioritas utama kepada
dikatakan meningkat, namun masih dalam tahap yang kepentingan rakyat Indonesia di dalam kebijakan
belum stabil.23 kolonial. Sampai saat meninggalnya, van Deventer
Komoditi gula masih menjadi primadona ekspor adalah salah satu kampiun politik etis yang
Surabaya sampai tahun 1910. Hampir 70% ekspor terkemuka, sebagai penasehat pemerintah, dan
Surabaya pada periode ini adalah komoditi gula. Selain itu, anggota parlemen. Pada tahun 1901, Ratu
kopi juga termasuk andalan ekspor Surabaya yang Wilhelmina mengumumkan suatu penyelidikan
menguntungkan.24 tentang kesejahteraan di Jawa, dan dengan
Komposisi impor Surabaya sendiri pada periode demikian, politik etis secara resmi disahkan.
1870-1910 lebih diramaikan dengan barang modal untuk Kebutuhan akan tenaga kerja Indonesia
industri. Intensifnya penanaman tebu di keresidenan dalam perusahaan-perusahaan modern pun terasa.
Surabaya oleh pihak swasta telah mendorong peningkatan Oleh karena itu, kepentingan-kepentingan bisnis
kebutuhan gula sehingga kebutuhan untuk mengimpor mendukung keterlibatan yang semakin intensif dari
mesin-mesin keperluan ini juga meningkat. penjajah dalam rangka ketentraman, keadilan,
Pembangunan jalan kereta api juga merupakan modernitas, dan kesejahteraan. Para pejuang
salah satu penyebab meningkatnya impor Surabaya. kemanusiaan membenarkan apa yang oleh
Hampir seluruh bahan baku material kereta api kalangan pengusaha diperkirakan akan
didatangkan dari luar negeri, yakni antara lain dati menguntungkan itu, dan lahirlah politik etis. 26
Belanda, Inggris, Jerman, dan Amerika.25 Pada tahun 1902, Alexander W.F. Idenburg
Periode kedua yakni periode pasca pembangunan menjadi menteri urusan daerah jajahan. Dengan
pelabuhan Surabaya tahun 1911-1930, dimulai dari memegang jabatan ini dan jabatan Gubernur
pembangunan pelabuhan Surabaya pada tahun 1910 yang Jenderal (1909-1916), Idenburg pun
secara tidak langsung ikut mempengaruhi kelancaran mempraktekkan pemikiran-pemikiran politik etis,
aktivitas perdagangan. Pasang surut perdagangan ekspor- lebih dari pada siapapun khususnya dalam bidang
impor Surabaya pada periode 1911-1930 umumnya pendidikan. Pihak Belanda menyebutkan tiga
disebabkan oleh adanya gejolak harga dunia yang tidak prinsip yang dianggap merupakan dasar kebijakan
stabil. baru tersebut : pendidikan, pengairan, dan
perpindahan penduduk. Untuk melaksanakan
LATAR BELAKANG DITERAPKANNYA POLITIK proyek-proyek semacam itu diperlukan dana. Oleh
ETIS DI INDONESIA DAN SURABAYA karena itu, utang pemerintah kolonial yang
A. Periode Awal Penerapan Politik Etis di Hindia- mencapai 40 juta gulden diambil alih oleh
Belanda pemerintah Kolonial Belanda, sehingga Batavia
Politik Etis berakar pada masalah dapat meningkatkan pengeluaran tanpa harus
kemanusiaan dan sekaligus pada keuntungan dibebani utang lagi.
ekonomi. Kecaman-kecaman terhadap Snouck Huurgronje dan direktur pendidikan
pemerintahan bangsa Belanda yang dilontarkan etis yang pertama (1900-5), J.H. Abendanon,
dalam novel Max Havelaar (1860) dan dalam mendukung pendekatan yang bersifat elite. Mereka
berbagai pengungkapan lainnya mulai menginginkan pendidikan yang lebih bergaya
membuahkan hasil. Semakin banyak suara Belanda Eropa dengan bahasa Belanda sebagai bahasa
yang mendukung pemikiran untuk mengurangi pengantarnya bagi kaum elite Indonesia yang
penderitaan rakyat Jawa yang tertindas. Pada akhir dipengaruhi barat, yang dapat mengambil alih
abad XIX, para pegawai kolonial baru yang datang banyak dari pekerjaan yang ditangani para pegawai
dari negeri Belanda menuju Indonesia sudah pemerintah yang berkebangsaan Belanda. Dengan
memiliki suatu pemikiran tentang pemerintah demikian, ini akan menciptakan suatu elite yang
kolonial ini. Berbekal pengetahuan dasar dari isi tahu berterima kasih dan bersedia bekerja sama,

22 25
Ibid. Hlm 81 Ibid.82
23 26
Ibid. Ibid. Hlm 328
24
Ibid.

756
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

memperkecil anggaran belanja pemerintah, golongan atas, sedangkan sekolah-sekolah kelas


mengendalikan fanatisme islam, dan akhirnya dua untuk rakyat jelata. Untuk mengurangi tekanan
menciptakan suatu keteladanan yang akan terhadap sekolah-sekolah rendah Eropa, satu-
menjiwai masyarakat Indonesia golongan bawah. satunya lembaga dimana seorang Indonesia dapat
Idenburg dan gubernur jenderal van Heutsz belajar bahasa Belanda dengan cukup memadai dan
(1904-9) mendukung pendidikan yang lebih melanjutkan sekolah ke OSVIA dan STOVIA,
mendasar dan praktis dengan bahasa daerah maka sekolah-sekolah kelas satu diubah pada tahun
sebagai bahasa pengantarnya bagi golongan- 1907. Sekolah-sekolah ini menerapkan masa
golongan bawah. Pendidikan elitis diharapkan pendidikan 5 tahun dan mengajarkan bahasa
menghasilkan pimpinan bagi zaman pencerahan Belandam pada tahun keenam bahasa Belanda
bari Belanda –Indonesia, sedangkan pendekatan dijadikan bahasa pengantar dalam proses belajar
yang merakyat diharapkan memberikan mengajar, pada tahun 1911 ditambah tahun
sumbangan secara langsung bagi kesejahteraan. 27 ketujuh. Guru-guru berkebangsaan Belanda kini
Dibawah Abendanon, pendekatan elitis muncul disekolah-sekolah tersebut. Disekolah-
yang memberikan pendidikan bergaya Eropa dan sekolah pelatihan guru pribumi, sekolah pertama
memakai bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar dibuka pada tahun 1852 dan kemudian disusul oleh
diutamakan. Pada tahun 1900, tiga hoofdensholen yang lain-lain terutama setelah tahun 1870, bahasa
sekolah para kepala, yang lama di Bandung, Belanda diajukan lagi sebagai mata pelajaran
Magelang, dan Probolinggo disusun kembali setelah dihapuskan selama sekitar 20 tahun, segera
menjadi sekolah-sekolah yang nyata-nyata sesudah itu bahasa ini menjadi bahasa pengantar. 31
direncanakan untuk menghasilkan pegawai Orang-orang memiliki kesempatan yang
pemerintahan dan di beri nama baru OSVIA lebih luas untuk memperoleh pelajaran bahasa
(Opleidingscholen voor inlandsche ambtenaren, Belanda, tetapi masih ada masalah yang sifatnya
sekolah pelatihan untuk pejabat pribumi).28 Masa struktural. Sekolah-sekolah kelas satu berada
pendidikannya berlangsung 5 tahun, dengan bahasa dalam sistem pendidikan pribumi, tidak ada
Belanda sebagai bahasa pengantarnya dan terbuka kesempatan bagi orang Indonesia untuk melompat
bagi semua orang Indonesia yang telah dari sistem ini kesistem Eropa yang pararel, yang
menyelesaikan sekolah rendah Eropa. merupakan satu-satunya lembaga untuk menuju
Calon-calon murid tak harus berasal dari pendidikan lanjutan. Oleh karenanya sekolah-
kalangan elite bangsawan. Pada tahun 1900-2 sekolah kelas satu diubah menjadi sekolah-sekolah
sekolah dokter Jawa di weltevreden diganti Hollandsch-Inlandsche, Belanda-Pribumi, (HIS)
menjadi STOVIA (School tot opleiding van pada tahun 1914. Walaupun sekolah-sekolah
inlandhe artsen, sekolah untuk pelatihan dokter- tersebut masih tetap diperuntukkan bagi bangsa
dokter pribumi). Mata pelajarannya juga diberikan Indonesia golongan atas, namun kini secara resmi
dalam bahasa Belanda. Sejak tahun 1891, sekolah- telah menjadi bagian dari sistem sekolah Eropa di
sekolah rendah Eropa, yang merupakan prasyarat Indonesia. Walaupun sekolah-sekolah Hollandsch-
wajib untuk dapat memasuki OSVIA dan STOVIA, Inlandche, sekolah-sekolah Hollandsh-chineesche,
terbuka untuk orang-orang Indonesia, tetapi hanya Belanda-Cina, yang mulai dibuka pada tahun 1908,
orang-orang kayalah yang mampu membayar iuran dan sekolah-sekolah rendah Eropa pada dasarnya
sekolahnya. Abendanon memperluas kesempatan berbeda dalam hal suku bangsa, tetapi semuanya
bagi orang-orang Indonesia yang bukan bangsawan kini mengarah ke pendidikan Eropa tingkat
untuk memasukinya dan menghapuskan iuran lanjutan dan kemudian kelapangan kerja birokrasi
sekolah bagi orang tua yang penghasilannya di yang lebih tinggi. Bahasa Belanda merupakan
bawah 50 gulden perbulan. 29 bahasa pengantar di semua sekolah tersebut.32
Dalam pelaksanaan pembaruan-pembaruan Ditingkat HIS pemisahan ras dalam
tersebut, Abendanon menghadapi tantangan dari pendidikan sudah tidak ada. Pada tahun 1914,
berbagai kalangan, termasuk para bupati yang lebih sekolah-sekolah MULO (Meer Uitgebreid lager
konservatif. Bagaimanapun juga, dia tetap gigih onderwijs, pendidikan rendah yang lebih
dan baru gagal ketika ingin memperluas diperpanjang, semacam SLTP) didirikan untuk
kesempatan pendidikan bagi kaum wanita Jawa orang-orang Indonesia golongan atas, orang-orang
kalangan atas.30 Cina, dan orang-orang Eropa yang telah
Perbaikan-perbaikan pendidikan yang menyelesaikan sekolah dasar mereka masing-
paling berarti adalah dalam sistem sekolah dasar masing.33
dua kelas yang dibuka secara kecil-keilan untuk Pembangunan sekolah-sekolah kelas satu
orang-orang Indonesia sejak tahun 1892-3. dan pengembangan-pengembangan lebih lanjut
Sekolah-sekolah kelas satu diperuntukkan bagi dalam pendidikan yang dibicarakan diatas sama

27 31
Ibid. Hlm 339 Ibid 342
28 32
Ibid. Djumhur, I dan H Danasuparta. 1974.
29
Ibid. 340 Sejarah Pendidikan. Bandung: CV Ilmu. Hlm 88
30 33
Ibid M.C. Ricklefs. 2008. Op.Cit. Hlm 343

757
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

sekali tidak pernah ada kaitannya dengan rakyat Kolonial maupun membuka perusahaan Industri di
Indonesia golongan bawah. Untuk mereka, Surabaya, hal ini yang menyebabkan Surabaya
sekolah-sekolah kelas dua disediakan. Memperluas banyak diperhatikan oleh pihak Kolonial Belanda
pendidikan untk rakyat banyak merupakan suat selama masa politik Etis ini, karena banyaknya
masalah keuangan yang luar biasa, dan suatu cita- warga Eropa tentu mereka juga butuh sekolah-
cita yang sama sekali tidak mendapatkan dukungan sekolah untuk menunjang pendidikan anak-anak
penuh, bahkan dari kalangan pendukung gagasan- mereka, selain faktor tersebut juga majunya
gagasan etis sekalipun. Pada tahun 1918 perindustrian di Surabaya menjadi salah satu faktor
diperkirakan bahwa akan menghabiskan biaya 417 penting berkembangnya pendidikan, karena
juta gulden setahun guna mengurus sekolah- pemerintah juga memerlukan tenaga kerja murah
sekolah kelas dua bagi seluruh penduduk untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja industri-
Indonesia, biaya ini jauh lebih besar dari pada indutri mereka maupun swasta, karena sektor
selurh pengeluaran pemerintah Kolonial Belanda. industri juga di dominasi oleh orang-orang Eropa.
Rencana-rencana pertama untuk memperbanyak Di lain sisi juga tentu untuk memenuhi kebutuhan
sekolah-sekolah kelas dua ditunda karena alasan- tenaga kerja pelabuhan yang menjadi pemicu gerak
alasan keuangan ini.34 utama ekonomi di Surabaya.36
Pada tahun 1907, van Heutsz berhasil Aktifitas transportasi laut sudah dirasakan
mendapatkan jawabannya. Sekolah-sekolah desa jauh sebelum kekuasaan pemerintah kolonial
akan dibuka yang sebagian besar biayanya Belanda. Sungai kalimas menjadi sentral lalu lintas
ditanggung oleh penduduk desa sendiri, tetapi jalan laut yang ramai dikunjungi perahu atau kapal
dengan dukungan pemerintah Kolonial Belanda layar dari berbagai pulau di Indonesia. Keramaian
sepenuhnya. Seperti halnya dengan banyak tersebut lebih diwarnai dengan perahu-perahu atau
perbaikan etis lainnya, pemerintah Kolonial kapal layar kecil karena fungsi tempat berlabuh di
Belanda menetapkan apa yang baik untk rakyat sungai kalimas masih belum memadai untuk kapal-
Indonesia dan sesudah itu memberitaukan kepada kapal berukuran besar.37
mereka berapa yang harus dibayar untuk perbaikan
tersebut. Disekolah-sekolah tersebut akan PENERAPAN POLITIK ETIS DI SURABAYA
ditetapkan masa pendidikan selam tiga tahun dan TAHUN 1910-1930
mata pelajarannya yang akan memberikan A. Irigasi
keterampilan-keterampilan dasar membaca,  Sejarah Irigasi di Indonesia
berhitung, dan keterampilan praktis, diajarkan Irigasi merupakan suatu daya upaya manusia
dalam bahasa daerah. Uang sekolah dipungut. untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertumbuhan
Ternyata desa-desa kurang menyambut gagasan tanaman sesuai dengan fase pertumbuhannya (tepat
akan sekolah desa tersebut, sehingga pihak jumlah dan waktunya) sehingga akan meningkatkan
Kolonial Belanda mulai menggunakan perintah produktivitas dan hasil tanaman. Menurut Vaunghn. E.
secara halus, desakan lembut dari atas yang Hansen.dkk. menyatakan bahwa irigasi didefinisikan
menjadi ciri pendekatan pihak Kolonial Belanda sebagai penggunaan air pada tanah untuk keperluan
bagi langkah-langkah kesejahteraan desa. Pada penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk
tahun 1912 telah berdiri lebih dari 2500 sekolah pertumbuhan tanaman apabila terjadi kekeringan,
desa. Pada tahun 1915 didirikan Inlandsche menurunkan suhu dalam tanah, melunakkan lapisan
Vervolgscholen, sekolah lanjutan pribumi, untuk keras tanah saat proses pengolahan tanah, membawa
membawa para murid kejenjang pendidikan yang garam-garam dari permukaan tanah ke lapisan bawah
lebih tinggi.35 sehingga konsentrasi garam di permukaan tanah
B. Faktor yang Melatar-Belakangi Surabaya menurun.38
Menjadi Salah Satu Kota dengan Fokus Pengelolaan irigasi hampir tidak berubah
Politik Etis oleh Pemerintahan Hindia- meskipun sistem kerajaan Hindu-Budha telah berganti
Belanda menjadi kerajaan Islam. Masuknya bangsa Eropa ke
Surabaya pada awal abad ke dua puluh Pulau Jawa pada abad ke-16 telah merubah budaya dan
merupakan kota dengan pelabuhan yang sangat teknologi tentang sumberdaya air termasuk irigasi.
maju bahkan melebihi pelabuhan-pelabuhan Pemerintah Kolonial Belanda mulai melakukan
lainnya di Jawa, dengan majunya pelabuhan pembangunan sistem irigasi teknis di Indonesia pada
Surabaya maka migrasi tak dapat terhindarkan, abad ke 19.39 Pembangunan itu tak dapat dipisahkan
banyak warga Eropa yang mulai menetap di
Surabaya baik itu sebagai pekerja pemerintah

34 38
Ibid. Hlm 344 Vaunghn. E. Hansen.dkk.2004. dasar-dasar dan
35
Ibid. Praktek Irigasi. Jakarta : IKAPI.Hal 4
36 39
Djumhur, I dan H Danasuparta. 1974. Sigit Supadmo 2009. Mengembalikan irigasi
Op.Cit. Hlm 154 untuk Kepentingan rakyat. Yogyakarta : Universitas
37
Ibid., Gadjah Mada. Hal 7

758
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

dari pelaksanaan kebijakan Sistem Tanam Paksa untuk 2. masa tahun 1885-1920, tahap pembangunan
memacu ekspor komoditi perkebunan ke pasar Eropa. jaringan irigasi secara utuh, dan
Hingga seperempat pertama abad 20,
pengembangan irigasi berkelanjutan merupakan bagian 3. periode 1920–1942 merupakan pelaksanaan
dari pengembangan kemanusiaan. Pengembangan operasiona l sistem secara mantap.
aspek fisik irigasi (bangunan berikut jaringan irigasi) Tahapan ini perkembangan stabilitas
berada dalam kedudukan yang sama penting dengan administrasi Pemerintah Kolonial Belanda. Pada masa-
aspek pengelolaan. Untuk dapat mengikuti masa awal pemerintah Kolonial baru mengembangkan
pengembangan irigasi yang bekelanjutan secara benar falisitas bangunan utama (head work) yang dilakukan
diperlukan penekanan kembali keseluruhan makna arti masih secara empiris dan mengadopsi bangunan irigasi
irigasi sebagai ilmu teknologi dan juga dalam teknik yang telah dibangun penduduk asli. Tak jarang timbul
pemakaian sehari-hari.40 persoalan akibat tidak sempurnanya rancanngan
Sejarah irigasi yang panjang di Indonesia telah pembangunan. Tetapi semuanya itu selalu dapat
memberikan kesempatan bagi petani untuk diselesaikan. Melalui kajian berpuluhtahun pemerintah
menumbuhkan kelembagaan-kelembagaan pengelola kolonial kemudian mengembangkan irigasi modern di
air irigasi secara tradisional. Apabila sarana fisik Indonesia dengan tata air yang lebih terkendali dan
sebuah jaringan irigasi merupakan perangkat kerasnya, terukur. Ketika mengembangkan teknik irigasi modern
maka lembaga-lembaga tersebut, baik yang formal di Indonesia, para insinyur Belanda harus mengubah
maupun yang tidak formal merupakan perangkat konsep yang telah tertanam di benak mereka dari upaya
lunaknya, yang mutlak diperlukan untuk mengelola air mengendalikan air menuju upaya mengelola dan
irigasi sebagaimana mestinya. Lembaga-lembaga yang menyediakan air
telah dikembangkan oleh petani itu adalah merupakan Selain itu, sejalan dengan tuntutan terhadap
semacam sumber daya nasional yang sangat berharga, peningkatkan produksi tanaman perdagangan dan
yang patut dipelajari agar potensi air irigasi dan pertanian pada umunya, pelaksanaan sistem tanam
kemakmuran penghuni pedesaan dapat terus paksa bantak melakukan perbaikan atau pembuatan
ditingkatkan irigasi untuk meningkatkan hasil panen perkebunan
Perkembangan irigasi teknis di Indonesia lahir Belanda. Selain itu, sistem tanam paksa telah
bersamaan dengan pelaksanaan tanam paksa mengenalkan tekhnologi baru dalam bidang pertanian
(Cultuurstelsel) yang dicanangkan oleh Gubernur untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi rakyat
Jenderal Van den Bosch untuk mengeruk keuntungan Paling tidak ada tiga fase perkembangan yang perlu
dan menambal hutang akibat Perang Diponegoro dicermati sebagai berikut.42
(1825-1830). Tebu merupakan tanaman budidaya yang Pertama, fase pembangunan irigasi oleh
paling memberikan keuntungan pada waktu itu, namun masyarakat tani. Akumulasi pengalaman masyarakat
setelah wabah kelaparan pada 1840-1850-an, tani terjadi dalam tempo yang lama mungkin ribuan
pemerintah kolonial Belanda mengalihkan tahun seperti yang dilaporkan oleh Van Zetten Vander
perhatiannya pada pengairan untuk padi. Para insinyur Meer,1979, mungkin berlangsung sejak 16 abad
Belanda pada waktu itu mengagumi sistem irigasi sebelum masehi,dimulai dengan pembangunan sawah
tradisional yang telah berkembang di Jawa. tadah hujan, dan kemudian disusul dengan penemuan
Puncak dari perkembangan tanam paksa teknologi mengalihkan air dari sungai. Walaupun
ternyata hanya memperbaiki keuangan Negeri Belanda, teknologi pengalihan aliran air tersebut bersifat
karena selama itu Belanda dianggap sebagai perusahan sederhana yaitu pengambilan bebas (free
Belansa.41 Di lihat dari segi irigasi tanam paksa intake),namun makna dari temuan tersebut adalah
memperoleh kemajuan di setiap daerah-daerah dalam terjadinya perubahan sosial seperti pembagian tenaga
pembangunan irigasi, sehingga rakyat Indonesia kerja dan akumulasi kesejahteraan. Irigasi subak di Bali
banyak yang menderita untuk memberikan hasil panen adalah salah satu contoh dari irigasi masyarakat yang
yang memuaskan. Akhrinya Belanda merasa malu dan diperkirakan berlangsung sejak penghujung milenium
tanam paksa mulai berangsur dihapuskan, pertama.
Menjamin ketersedianya air bagi tanaman Kedua, adalah fase koeksistensi antara irigasi
perkebunan. Pembangunan irigasi di masa kolonial masyarakat dan irigasi berbasis pemerintah.Sejak
Belanda dilakukan dalam beberapa tahapan. Paling pertengahan abad 19 irigasi dalam skala besar
tidak terdapat tiga periode pentahapan, yaitu: dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda. Fase ini
1. masa tahun 1830-1885, merupakan masa yang berlangsung lebih dari satu abad, ( sejak 1948 –
pembangunan fisik bangunan utama, pertengahan da sawarsa tujuh puluhan) walaupun
pemerintah kolonial Belanda membangun irigasi dalam

40
Suprodjo Pusposutardjo, 2001.
42
Pengembangan Irigasi:Usaha Tani berkelanjutan dan Jurnal.; Effendi Pasandaran, reformasi irigasi
Gerakan Hemat Air. Direktorat Jendral Pendididkan Dalam Kerangka Pengelolaan Sumberdaya alam :
Tinggi. Hlm 5 Analisi kebijakan Pertanian. Voluleme 3 No 3,
41
Abdullah Angoedi, 1984. Sejarah Irigasi Di September 2005 : 217-135
Indonesia. Bandung :ICID.Hal 64

759
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

skala besar pada sistem persawahan dan irigasi yang negeri Belanda. Tetapi bagaimanapun juga
dirintis oleh masyarakat namun masyarakat tani tetap pembangunan irigasi pada masa ini tetap memberi
meneruskan pengembangan sistem irigasi mereka beberapa hal positif. Sistem pengelolaan irigasi pada
sendiri. Sistem irigasi yang dibangun masyarakat masa kolonial Belanda telah memberikan dasar-dasar
sering dianggap sebagai sistem irigasi liar karena pengelolaan irigasi modern kepada kita.
bagunannya yang bersifat sementara yaitu mudah rusak Paska Kolonial di Indonesia, kegiatan irigasi
bila diterjang banjir. Secara khusus sistem irigasi yang di Indonesia tidak banyak di lakukan oleh pemerintah,
dianggap baik oleh oleh pakar Belanda adalah irigasi karena hanya memprioritaskan pembangunan politik
subak di Bali dan sisten irigasi yang dibangun didaerah yang diwarnai terjadinya polarisasi kekuatan politik
daerah Solo dan Yogya. internasional pasca perang duniake-2, serta suasana
Fase ketiga adalah fase dominasi peranan konfrontasi dengan negara tetangga waktu itu.
pemerintah dalam pengelolaan irigasi. Pada fase ini
investasi irigasi dilakukan secara besar besaran dengan  Penerapan Irigasi di Surabaya
tujuan mewujudkan tercapainya swasembada beras. Pola penanaman tebu yang mirip dengan tanaman
Adanya teknologi revolusi hijau yang rensponsif pertanian menyebabkan seringnya terjadi benturan
terhadap air memerlukan upaya perbaikan infrastruktur kepentingan antara sektor pertanian dan perkebunan
irigasi yang sudah ada dan perluasan sistem irrigasi dibeberapa wilayah salah satunya di Surabaya, kususnya
khususnya di luar Jawa. . masalah penggunaan penggunaan air irigasi. untuk
Munculnya Politik Etis itu sendiri pada mengatasi ini diperlukan suatu peraturan pembagian air,
dasarnya mengarah pada kepentingan kolonial, tetapi terutama pada saat musim kemarau.
secara tidak langsung mendukung kemunculan kedua
golongan tersebut. Wertheim, misalnya, Di Surabaya penerpan sistem Irigasi pada masa
mengungkapkan bahwa pemberlakuan Politk Etis politik etis ini ialah saluran irigasi terbagi menjadi
dalam bidang irigasi ternyata memberi keuntungan beberapa kategori, antara saluran primer, sekunder, tersier
bagi perkebunan tebu yang jumlahnya sebanyak dan kwarter. Secara umum pembangunan saluran primer
populasi pertanian. Pelayanan kesehatan, sebagian dan sekunder, sebagai saluran besar dibangun melalui
berkaitan erat dengan kebutuhan dari berbagai kerja wajib dengan biaya ditanggung dengan pemerintah.
perusahaan akan tenaga kerja yang secara fisik baik. Untuk saluran tersier oleh desa atau beberapa desa yang
Perjuangan melawan penyakit-penyakit berat, seperti berkepentingan, sedangkan saluran kwater dibuat oleh
penyakit pes dan kolera merupakan akibat langsung masing-masing pemilik sawah yang akan menggunakan
dari bisnis Barat. Sepanjang berkaitan dengan saluran tersebut. Saluran primer adalah saluran pertama
pengajaran dasar dari sekolah desa dan pendidikan yang menghubungkan langsung dengan sungai atau
model Barat, materi yang diberikan adalah sekitar sumber lain yang diambil airnya untuk pengairan. 43
pelatihan untuk personel administratif dalam badan-
badan pemerintahan. Selanjutnya, dalam bidang Dari pengairan primer air dialirkan ke dalam
industri terutama diarahkan untuk memenuhi saluran-saluran sekunder melalui pintu-pintu pengatur
kebutuhan perkebunan, sedangkan lalu lintas kereta api yang menghubungkan kedua saluran tersebut. Areal sawah
yang dilengkapi dengan bengkel-bengkel perakitan yang mendapatkan pengairan melewati saluran ini
yang membuat mesin adalah untuk mendukung pabrik- dinamakan daerah sekunder (daerah cabang). Setelah air
pabrik gula mengalir melalui saluran sekunder, selanjutnya air
Era kolonoial ini, pembangunan keirigasian disalurkan ke beberapa saluran tertier. Dari saluran tertier
sudah mulai diintervensi oleh kepentingan pemerintah air dialirkan menuju area persawahan yang akan diairi
kolonial. Pembangunan dan pengelolaan irigasi yang yang dinamakan daerah tertier (daerah ranting).
sebelumnya banyak dikelola oleh masyarakat, sebagian Pengambilan air untuk petak-petak sawah melewati anak
telah diasimilasikan dengan pengelolaan melalui saluran tertier dinamakan sebagai saluran kwarter. Tidak
birokrasi pemerintah. Teknologi yang digunakan dan ada batas-batas khusus yang memisahkan antara daerah
kelembagaan pengelola juga sudah dikombinasikan irigasi primer, sekunder dan tertier. Batas-batas sekunder
antara kemampuan masyarakat lokal dengan teknologi biasanya berupa anak sungai, saluran pembuangan air,
dan kelembagaan yang dibawa oleh pemerintah jalan kereta api atau jalan-jalan desa. Luas setiap daerah
kolonial. Akibatnya manajemen pengembangan dan perairan tidak selalu sama. Ini ditentukan oleh keadaan dan
pengelolaan sistem irigasi merupakan kombinasi antara bentuk dari daerah masing-masing. 44
potensi kapital sosial yang ada di masyarakat dengan
kemampuan birokrasi pemerintah Kolonial. Pada masa Untuk melaksanakan pembagian air diangkat
itulah mulai timbul adanya buruh tani yang petugas-petugas pengairan yang tergabung dalam jawatan
mengerjakan lahan-lahan pertanian atau perkebunan pengairan. Mereka bertugas mengatur pembagian air
milik pemerintah. irigasi sesuai denganhak-hak dari berbagai kelompok yang
Demikianlah bahwa sistem pengelolaan berkepentingan. Termasuk dalam kewenangan mereka
irigasi pada masa kolonial Belanda dilakukan dengan adalah memberikan pengairan kepada perkebunan-
hampiran kekuasan untuk pembangunan ekomoni

43 44
Ibid. Hlm 108 Ibid. Hlm 111

760
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

perkebunan tebu, sedangkan kepada masyarakat terbatas mempermudah perpindahan murid-murid dari Hindia-
pada pemberian air dalam daerah tertier. Supaya Belanda ke sekolah-sekolah di negeri Belanda. Kebijakan
pembagian air dapat dilakukan dengan tepat sesuai waktu ini berlandaskan pada banyaknya orang Belanda terutama
dan kebutuhan tanaman, diperlukan kerja sama dan yang kaya dan pegawai pemerintah kembali ke negeri
Kamituwa untuk menentukan masa penanaman benih. Belanda untuk perlop atau pensiun, maka perlulah
Urusan pengairan sesudah memasuki daerah tertier dimungkinkan perpindahan murid setiap waktu. Maka
dikerjakan dan dibebankan oleh kepala desa yang karena itu yang ideal ialah membuat sekolah Belanda di
berkepentingan. Daerah rating inibiasanya terdiri Hindia-Belanda sama dalam segala hal dengan yang di
daribeberapa desa. Sebelum lahirnya peraturan pembagian negeri Belanda. Inspektur ditugaskan untuk
air, pembagian di daerah ranting dilakukan oleh semacam mengusahakan agar sekolah-sekolah mencapai mutu yang
panitia yang terdiri dari wakil-wakil desa yang berada di sama dengan sekolah yang ada di negeri Belanda. Untuk
daerah perairan tersebut di bawah pengawasan jawatan mencapai tujuan tersebt pada masa pemerintahan ini
irigasi. Karena para wakil desa hanya mementingkan desa sekolah-sekolah Belanda baik itu sekolah rendah maupun
masing-masing sering menimbulkan persengketaan. 45 menengah mengikuti kurikulum yang sama,
Pada permulaan penerpan politik etis bagian Irigasi memperkerjakan guru dengan kualifikasi yang sama
di Surabaya diberlakukan aturan “siang malam” untuk seperti di negeri Belanda.
menyelesaikan masalah pembagian air. Aturan ini juga Walaupun terlihat hanya untuk kepentingan orang-
berlaku di diseluruh Jawa. Beberapa pasal dalam peraturan orang Belanda, namun kebijakan ini diterapkan juga
tersebut menyatakan bahwa air pada siang hari digunakan kepada sekolah-sekolah lain yang orientasinya bukan
untuk mengairi tanaman tebu, dan hanya pada malam hari Belanda seperti HIS (Hollandsch Inlandsche school)
digunakan untukkepentingan tanaman palawija dan padi maupun HCS (Hollandsch Chineesche School), HCS
yang diusahakan oleh penduduk pribumi. Tanaman tebu mempunyai kurikulum yang persis sama dengan ELS
mendapatkan air selama 10 jam mulai dari pukul 6 pagi (Europeesche Lagere School). Walaupun tidak sampai
hingga pukul 4 sore. Setelah itu air baru diberikan kepada batas yang sama, HIS juga tidak bebas dari pengaruh
petani. Peraturan demikian jelas merugikan petani, karena kebijakan ini, kurikulum HIS banyak berorientasi pada
mereka yang terpakasa mencari air dalam jarak yang jauh Belanda, standart akademis yang dicapai harus sama
harus mengalami kesulitan-kesulitan yang lain, misalnya dengan ELS. Namun tranfer dari HIS ke ELS tidak
mereka harus keluar tiap malam untuk mencari air.kadang- mungkin dan lulusan HIS tidak dapat diterima di HBS
kadang air belum sampai ke sawah pemiliknya telah (Hoogere Buger School).
dicuriorang lain. Selain itu sawah yang diairipada malam Berkaitan dengan arah etis (etische koors) yang
hari, pagi harinya kembali kering karena airnya menguap, menjadi landasan idiil dari langkah-langkah dalam
sehingga penanaman sering tertunda. 46 pendidikan di masa ini, maka pemerintah mendasarkan
Untuk mengatasi masalah tersebut, tanggal 17 dan kebijakannya pada pokok-pokok pikiran sebagai berikut :
18 November 1903 para bupati mengadakan rapat dan a. Pendidikan dan pengetahuan Barat diterapkan
meminta pada pemerintah agar diadakan pembagian air sebanyak mungkin bagi golongan penduduk
secara adil. Untuk itu dianggap perlu mengganti peraturan bumiputera, untuk itu bahasa Belanda
siang malam dengan sistem waduk. Pemberian air untuk diharapkan dapat menjadi bahasa pengantar di
tanaman tebu dan pertanian dapat dilaksanakan secara sekolah-sekolah.
bersamaan pada waktu siang hari, tetapi untuk mencapai b. Pemberian pendidikan rendah bagi golongan
keseimbangan sesuai dengan kebutuhan air baik terhadap bumiputera disesuaikan dengan kebutuhan
tanaman tebu maupun tanaman penduduk masih menjadi mereka.
masalah yang sulit dipecahkan. Oleh karena itu, diterapkan Atas dasar itu maka corak sistem pendidikan dan
cara pengaturan air yang dinilai lebih adil. Di beberapa persekolahan pada masa pemerintahan ini dapat ditempuh
daerah dilaksanakan sistem giliran harian (24 jam). melalui dua jalur tersebut. Di satu pihak melalui jalur
Menurut aturan ini pembagian air dilakukan bergilir pertama di harapkan dapat terpenuhi kebutuhan akan unsur
selama sehari semalam berturut-turut yang dimulai pada dari lapisan atas serta tenaga terdidik bermutu tinggi bagi
sore hari. Aturan ini ternyata dapat diterima oleh penduduk keperluan industri dan ekonomi, di lain pihak terpenuhi
dan menggantikan sistem irigasi bergilir siang-malam kebutuhan tenaga menengah dan rendah berpendidikan.
sebelumnya dan juga diterapkan di Surabaya. 47 Selain kebijakan diatas, Kolonial Hindia Belanda
masih mempertahankan kebijakan lama yang dengan
sengaja memelihara keadaan sosial yang terbagi menjadi
B. Pendidikan golongan-golongan atau masyarakat yang hidup terkotak-
 Sistem Pendidikan kotak. Pembagian golongan sosial didasarkan pada
Pada masa ini diterapkan kebijakan Konkordansi ketrunan bangsa dan status.
dalam dunia pendidikan, kebijakan yang memiliki prinsip a. Pembagian penduduk
bertujuan untuk menjaga sekolah-sekolah Hindia-Belanda 1. Golongan Eropa
mempunyai kurikulum dan standart yang sama dengan 2. Golongan yang disamakan dengan Eropa
sekolah-seklah di negeri Belanda. Maksudnya ialah agar 3. Golongan Bumiputera

45 47
Ibid. Hlm 112 Ibid. Hlm 120
46
Ibid. Hlm 117

761
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

4. Golongan yang disamakan dengan ditentukan oleh pemerintah pusat dan turun ke daerah
Bumiputera salah satunya di Surabaya melalui prosedur seperti diatas.
b. Pembagian penduduk menurut keturunan atau Kemudian untuk kebijakan pendidikan mengenai
status sosial. pembangunan fasilitas pendidikan seperti sekolah-
1. Golongan bangsawan (Aristokrat) dan sekolah, pemerintah pusat lebih mengutamakan daerah-
pemimpin adat daerah dimana terdapat banyak orang Belanda dan juga
2. Pemimpin agama (Ulama) memiliki arus ekonomi yang tinggi, bebrapa wilayah
3. Rakyat biasa/jelata pembangunan pendidikannya lebih diutamakan karena
(kategori ini hanya terdapat pada golongan menjadi pusat perekonomian pada masa ini seperti
Bumiputera) Batavia, Semarang, dan juga Surabaya. Beberapa
Sejalan dengan landasan idiil dan tujuan kebijakan pusat untuk Surabaya sendiri pada masa ini
pendidikan pemerintah Hindia-Belanda pada masa ini ialah:
yang berusaha mempertahankan sistem kolonialnya 1. Memberi subsidi kepada sekolah missionaris
melalui Aristokrasi, maka sistem pendidikan dan gereja yang telah lama ada sebelum masa
persekolahan pun didasarkan pada penggolongan tersebut. politik etis.
Oleh karena itu terdapat jalur-jalur tertentu menurut 2. Membangun lagi satu sekolah ELS di daerah
golongan tersebut dalam mengikuti pendidikan di zaman Sawahan (sekarang Jl. Weezen) pada tahun
Hindia-Belanda. 1912
Sementara itu dalam hal penerapan kebijakan dari 3. Mendirikan HIS pada tahun 1914
pusat ke bawah. Gubernur jendral dibantu oleh sekretariat 4. Mendirikan 2 lagi HCS di Grisseesheweg
umum mengurus segala korespondensi dengan kepala (sekarang Jl. Gresik) kemudian satu lagi HCS
departemen pendidikan. Kepala departemen pendidikan di pasar turi
hanya pelaksana perintah, dan Gubernur Jendral sebagai 5. Mendirikan MULO pada tahun 1916
orang satu-satunya yang bertanggung jawab atas 6. Mendirikan KES (Koningin Emma School)
keseluruhan pemerintahan. Ketika suatu kebijakan turun, sebuah sekolah kejuruan pada tahun 1912 di
Gubernur Jendral menyampaikan keterangan dan daerah Sawahan, Jl. Tentara Genie Pelajar.
kebijakan yang diperlukan kepada direktur departemen 7. Mendirikan sekolah tinggi kedokteran di
pendidikan. Kemudian direktur pendidikan akan Surabaya atau NIAS di Viaduct Straat No 47
menyampaiakn dan menerbitkan keterangan terperinci (sekarang Jl. Kedungdoro No. 38 Surabaya)
tentang kebijakan tersebt kepada para inspektur atau suatu pada tahun 1913.48
panitia khusus untuk menerbitkan kebijakan tersebut ke  Jenis-jenis Sekolah di Surabaya
daerah-daerah. Pada masa ini sektor pendidikan di Surabaya dan
Namun dalam hal pertimbangan pengambilan sekolah dibagi menjadi beberapa jenjang pendidikan,
kebijakan sebelum terciptanya suatu kebijakan, sistemnya mulai dari yang paling dasar ialah pendidikan rendah yang
dari bawah keatas, sebelum mengambil kebijakan, menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar,
Gubernur Jendral meminta keterangan yang diperlukan ada juga yang menggnakan bahasa melayu sebagai bahasa
dari direktur departemen, kemudian direktur pendidikan pengantar, Kemduian jenjang selanjutnya setelah sekolah
akan meminta keterangan terperinci dari para inspektur rendah adalah pendidikan lanjutan, pendidikan lanjutan di
atau panitia khusus guna memperoleh gambaran yang teliti Surabaya ada dua jenis, yakni jenis pendidikan lanjutan
dan nyata tentang suatu masalah. Kemudian setelah yang bersifat umum dan bersifat kejuruhan, selanjutnya
mendapat keterangan dari inspektur bawah, direktur setelah jenjang pendidikan lanjutan, di Surabaya pada
pendidikan akan menyampaikan informasi tersebut masa ini juga memiliki sekolah dengan jenjang pendidikan
kepada Gubernur Jendral beserta pandangan dan saran- Tinggi.
sarannya. Gubernur Jendral akan mengirim semua 1. Sekolah Rendah dengan Bahasa Pengantar Bahasa
keterangan kepada Dewan Hindia-Belanda untuk Belanda
menerima advis dan kemudian menyerahkan masalah itu Terdiri dari Sekolah Taman Kanak-Kanak
kepada Menteri Jajahan beserta pendapat dan saran- (Frobelschool) ,Sekolah Rendah Eropa atau ELS
sarannya. Menteri akan mengambil keputusan akhir (Europeesche Lagere School), Sekolah Bumiputra-
tentang apa yang akan dilakukan. Prosedur hirarkis ini Belanda atau HIS (Hollandsch Inlandsche school),
harus diikuti dengan ketat. Direktur pendidikan tidak Sekolah Cina-Belanda atau HCS (Hollandsch Chineesche
diizinkan untuk berhubungan langsung dengan Menteri School).
melampaui Gubernur Jendral. a. Sekolah Taman Kanak-kanak (Frobelschool)
Oleh sebab pendidikan dikontrol secara sentral Sekolah Taman Kanak-kanak di surabaya didirikan
pada masa ini, guru-guru dan orang tua tidak mempunyai oleh perkumpulan Umat Kristiani yang mendapatkan
pengaruh langsung dalam politik pendidikan. Segala soal subsidi dari pihak Kolonial Belanda. Di Surabaya ada dua
mengenai sekolah, kurikulum, buku pelajaran, persyaratan macam sekolah taman kanak-kanak ini, pertama ialah
guru, jumlah sekolah, jenis sekolah, pengangkatan guru sekolah yang didirikan oleh Nyonya Asian van Timor

48
Sumanto, Wasty dan F X Suyarno.
1983.Landasan Historis Pendidikan Indonesia.Surabaya:
Usaha Nasional. Hlm 37

762
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

yang sering dipanggil dengan tante Asia di Jl. Werfstraat sekolah rendah kelas dua sangat sederhana yakni
(sekarang Jl. Penjara).49 membaca, menulis, dan berhitung. Sekolah ini berfungsi
b. ELS (Europeesche Lagere School) untuk menyiapkan berbagai macam kebutuhan tenaga
ELS ini ialah sekolah bagi anak-anak keturunan kerja rendah untuk kantor pemerintahan dan perusahaan-
Eropa, Timur Asing, dan anak-anak tokoh terkemuka. perusahaan swasta.54
Pada awalnya lama belajar di ELS adalah 3 tahun, b. Sekolah Desa
kemudian pada tahun 1907 masa belajar di ELS diubah Sekolah Desa (Volkshool) bermula ketika pada
menjadi 7 tahun. Pelajaran yang diajarkan ialah menulis, tahun 1907 sebuah lembaga yang bernama Inlandsch
membaca, berhitung, Bahasa Belanda, dan ilmu bumi. Volsonderwijs berdiri, lembaga ini bertujuan untuk
ELS baru bisa dibuka bila jumlah murid memenuhi 20 mengusahakan pendidikan yang sederhana bagi penduduk
orang dipulau jawa dan 15 orang untuk di luar Jawa.50 desa. Lama belajar sekolah desa yaitu 3 tahun dengan
c. HIS (Hollandsch Inlandsche School) menggunakan bahasa pengantar bahasa melayu.
HIS di Surabaya dibagi menjadi dua, yakni HIS Pengetahuan yang diajarkan ialah kepandaian membaca,
negeri dan HIS bersubsidi, HIS negeri didirikan tahun menulis, bahasa melayu, menggambar dan berhitung.
1914 dengan masa belajar 7 tahun dan menggunakan Sekolah ini bertujuan untuk memberantas buta huruf,
bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. Bagi golongan selain itu menjadi penyebar buah pikiran dan pengetahuan
pribumi, HIS merupakan jalan utama guna meningkatkan bangsa Belanda, serta mendorong masyarakat agar
drajat sosial, karena sekolah ini yang pada awalnya hanya menjadi lebih sadar akan pentingnya pendidikan. Di
diperuntukkan oleh orang-orang elite saja berubah bisa Surabaya sekolah desa didirikan pada tahun 1914 di
dimasuki oleh anak-anak golongan rendah setelah adanya daerah Krembangan dengan 208 murid dan 6 guru 55
politik etis.51 Di Surabaya HIS bersubsidi didirikan pada c. Sekolah Lanjutan (Vervolgschool)
tahun 1916 di daerah Krembangan, sekolah ini terdiri dari Sekolah lanjutan didirikan untuk kelanjutan dari
70 murid dan dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang sekolah desa, sekolah ini mulai dibuka pada tahun 1916.
dibantu oleh 5 orang guru.52 Lama belajar di sekolah ini ialah 2 tahun dan disediakan
d. HCS (Hollandsch Chineeshe School) untuk murid-murid yang berprestasi baik dari sekolah
Sekolah untuk anak-anak Cina pertama kali di desa. Sekolah lanjutan ini setara dengan kelas 4 dan 5
Surabaya dibuka oleh perkumpulan Ho Tjiong Hak Kwan disekolah rendah kelas dua, sehingga sekolah ini didirikan
di daerah Keputran pada tanggal 5 November 1903. ditengah-tengah lingkungan sekolah desa. Sekolah ini
Sekolah dasar ini menggnakan bahasa Kuo Yu (bahasa sangat jarang peminatnya, sebagian dari sekolah ini
nasional Tiongkok) sebagai bahasa pengantarnya. Selain khusus disediakan bagi perempuan yang mendapat
itu juga terdapat sekolah rendah kelas satu HCS yang tambahan pelajaran membuat kerajinan rumah tangga.
terbuka untuk anak-anak keturunan timur asing. Sekolah Sekolah ini didirikan di Genuaweg (sekarang Jl. Nilam
ini didirikan pada 1 Juli 1908 di Jalan Genteng dengan Timur), memiliki 179 murid dan 4 guru. 56
masa belajar selama 7 tahun dan hanya menampung 200 3. Pendidikan lanjutan (Middelbare Ondersijs) Umum
anak Tionghoa, dengan pelajaran yang diajarkan seperti Pendidikan lanjutan (Middelbare Ondersijs) umum
membaca, menulis, berbicara dalam bahasa Belanda, dengan sekolahnya yakni MULO (Meer Uitgebreid Lager
berhitung, ilmu bumi, ilmu hewan dan tumbuhan, sejarah Onderwijs) dan HBS (Hoogere Buger School)
negeri Belanda dan Hindia-Belanda, menyanyi dan a. MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs)
menggambar.53 Berdasarkan sistem sekolah kolonial, MULO
2. Sekolah Rendah dengan Bahasa Pengantar Bahasa merupakan kategori sekolah dasar yang diperluas. Sekolah
Melayu ini merupakan kelanjutan dari sekolah dasar yang
Pendidikan rendah dengan menggnakan bahasa berbahasa pengantar bahasa Belanda, sehingga MULO
pengantar bahasa Melayu di Surabaya terdiri dari Sekolah dapat dimasukkan dalam jenjang pendidikan lanjutan.
Ongko Loro (De scholen der tweede klasse), Sekolah Desa MULO pertama kali didirikan pada tahun 1916, sekolah
(Volksschool) dan Sekolah Lanjutan (Vervolgschool). ini sekarang menjadi SMP 3 dan 4 praban, yang terdiri dari
a. Sekolah Ongko Loro 198 murid dan 4 guru. 57
Sekolah Ongko Loro banyak didirikan didaerah b. HBS (Hoogere Buger School)
distrik-distrik dan lama belajar disekolah ini adalah 3 Di Surabaya HBS pertama kali didirikan pada
tahun tentu denmgan menggunakan bahasa pengantar tahun 1875 yang berada di Institut Buys terletak di sudut
bahasa Melayu. Sekolah rendah kelas dua disediakan jalan Baliwerti dan alun-alun Cottong, sekarang gedung
umtuk anak bumiputra golongan menengah. Kurikulum itu ditempati ITS Surabaya yaitu jalan Cokroaminoto.

49 54
G. H. Von Vaber, Neuw Soerabaia, (Soerabaia: Ibid. Hlm 62
55
Gemeente Soerabaia, 1933), Hlm 252 Sumanto, Wasty dan F X Suyarno.
50
Nasution. 1983. Sejarah Pendidikan Indonesia. 1983.Landasan Historis Pendidikan Indonesia.Surabaya:
Bandung: Bumi Aksara.Hlm 97 Usaha Nasional. Hlm 66
51 56
Ibid. Hlm 115 Ibid. Hlm 41
52 57
G. H. Von Vaber, 1931. Op. Cit. Hlm 254 BPK Jawa Timur. Algemeen Verslag Van Het
53
Aan, Ong Hing. 1903. Peringatan Hari Ulang Onderwijs in Nederlandsh-Indie, 1916, hlm. 20-23
Tahun ke-50 THHK Surabaya. Surabaya: THHK
Surabaya. Hlm 12

763
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

4. Pendidikan lanjutan (Middelbare Ondersijs) Di Surabaya penerpan sistem Irigasi pada masa
Kejuruan politik etis ini ialah saluran irigasi terbagi menjadi
a. Pendidkian Kejuruan beberapa kategori, antara saluran primer, sekunder, tersier
Sekolah teknik pertukangan (Ambachtschool) di dan kwarter. Secara umum pembangunan saluran primer
Surabaya didirikan pada tahun 1905, sekolah ini dan sekunder, sebagai saluran besar dibangun melalui
menyediakan tenaga kerja pertukangan dan pengerajin kerja wajib dengan biaya ditanggung dengan pemerintah.
yang sangat dibutuhkan oleh pihak kolonial Belanda. Untuk saluran tersier oleh desa atau beberapa desa yang
Sekolah ini bernama KES (Koningin Emma School), berkepentingan, sedangkan saluran kwater dibuat oleh
dengan lama belajar nya ialah 5 tahun. Terdapat dua masing-masing pemilik sawah yang akan menggunakan
jurusan takni jurusan bangunan gedung dan jurusan saluran tersebut. Saluran primer adalah saluran pertama
bangunan air. Sekolah ini menerima lulusan dari HIS dan yang menghubungkan langsung dengan sungai atau
HCS.58 sumber lain yang diambil airnya untuk pengairan
5. Pendidikan Tinggi Dalam bidang pendidikan terdapat perkembangan
a. NIAS (Nederlansch Indische Artsen School) seperti ELS yang mengalami peningkatan masa studi yang
NIAS atau sekolah dokter Hindia Belanda di awalnya hanya 3 tahun menjadi 7 tahun. Selain itu dalam
Surabaya didirikan pada tanggal 1 Juli 1914. Tujuan dari kurikulum ELS juga ditambah dan menekankan Bahasa
didirikannya sekolah ini ialah untuk mendidik dokter- Belanda, karena pelajaran akan pemahaman Bahasa
dokter yang langsung bekerja untuk melayani kesehatan Belanda dianggap sangat penting. Dan juga selain itu
masyarakat.59 terdapat sekolah bersubsidi yang didirikan oleh
PENUTUP perkumpulan missionaris gereja yaitu Broederschool
Kesimpulan Santo Yosef dan ELS Broederschool Santo Yosef.
Surabaya pada awal abad ke dua puluh merupakan Pendidikan untuk etnis Cina pertama kali didirikan oleh
kota dengan pelabuhan yang sangat maju bahkan melebihi perkumpulan Hok Tjiong Hak Kwan yang mendirikan
pelabuhan-pelabuhan lainnya di Jawa, dengan majunya sekolah bernama THHK (Tiong Hwa Hwee Kwan). Pada
pelabuhan Surabaya maka migrasi tak dapat terhindarkan, tahun 1909 pihak Kolonial mendirikan sekolah HCS untuk
banyak warga Eropa yang mulai menetap di Surabaya baik anak-anak Cina, dan kemudian pada tahun 1913 jumlah
itu sebagai pekerja pemerintah Kolonial maupun HCS bertambah setelah pihak Kolonial mendirikan da
membuka perusahaan Industri di Surabaya, hal ini yang HCS lagi, pertama di Grisseescheweg (sekarang Jl.
menyebabkan Surabaya banyak diperhatikan oleh pihak Gresik) jumlah siswa 200, dan yang kedua di Pasar Turi
Kolonial Belanda selama masa politik Etis ini, karena dengan jumlah siswa 209.
banyaknya warga Eropa tentu mereka juga butuh sekolah- DAFTAR PUSTAKA
sekolah untuk menunjang pendidikan anak-anak mereka, Arsip
selain faktor tersebut juga majunya perindustrian di Arsip
Surabaya menjadi salah satu faktor penting ANRI. Staasblad Van Nederlandsch Indie. No.
berkembangnya pendidikan, karena pemerintah juga 110. 1858 – 1930.
memerlukan tenaga kerja murah untuk memenuhi BPK Jawa Timur. Algemeen Verslag Van Het
kebutuhan tenaga kerja industri-indutri mereka maupun Inlandsch Onderwijs 1910
swasta, karena sektor industri juga di dominasi oleh orang- BPK Jawa Timur. Algemeen Verslag Van Het
orang Eropa. Di lain sisi juga tentu untuk memenuhi Inlandsch Onderwijs 1911
kebutuhan tenaga kerja pelabuhan yang menjadi pemicu BPK Jawa Timur. Algemeen Verslag Van Het
gerak utama ekonomi di Surabaya Inlandsch Onderwijs 1912
Perkembangan ekonomi yang sangat pesat akibat BPK Jawa Timur. Algemeen Verslag Van Het
dari ramainya aktivitas pelabuhan dan industri di Surabaya Inlandsch Onderwijs 1913.
merupakan faktor penting dari diperhatikannya Surabya BPK Jawa Timur. Staatsblad, No. 7893
pada masa politik etis, karena perkembangan Ekonomi BPK Jawa Timur. Staatsblad van Nederlandsch-
tadi mampu menarik masyarakat dari golongan pribumi Indie no 266 1901
Cina Arab bahkan Eropa untuk mendekat dan menetap di BPK Jawa Timur. Jaarlijksch Verslag Schooljaar
Surabaya. Hal ini yang secara tidak langsung juga 1910-1911
membuat pihak pemerintah Hindia-Belanda BPK Jawa Timur. Verslag Opleidingsscholen Van
memperhatikan pula sektor pendidikan di Surabaya, Het Nederlandsch-Indie 1910
karena Surabaya sudah menjadi salah satu kota penting BPK Jawa Timur. Jaarlijksch Verslag School Tot
layaknya Batavia sebagai pusat pemerintahan. Khususnya Opleiding Van INL. Artsen 1912-1913
untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang juga BPK Jawa Timur. Jaarlijksch Verslag School Tot
semakin tinggi tiap tahunnya. Jadi dapat kita simpulkan Opleiding Van INL. Artsen 1913-1914
faktor-faktor diatas adalah yang membuat pihak Kolonial BPK Jawa Timur. Jaarlijksch Verslag School Tot
Hindia-Belanda menjadikan Surabaya sebagai salah satu Opleiding Van INL. Artsen 1914-1915
fokus utama penerapan daro Politik Etis di Hindia-Belanda BPK Jawa Timur. Jaarlijksch Verslag School Tot
Opleiding Van INL. Artsen 1915-1916

58 59
Nasution. 1983. Op. Cit. Hlm145 BPK Jawa Timur. Algemeen Verslag Van Het
Onderwjs in Nederlandsch Indie, 1916:112

764
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

Buku – Buku
Aan, Ong Hing. 1903. Peringatan Hari Ulang Tahun ke-
50 THHK Surabaya. Surabaya: THHK
Surabaya
Aminudin Kasdi. 2008. Memahami Sejarah. Surabaya:
Unesa University Press.
Denys Lombard, 2005, Nusa Jawa Silang Budaya (Batas-
Batas Pembaratan), Jakarta, Gramedia,
D.H. Burger, 1983, Perubahan-Perubahan Struktur dalam
Masyarakat Jawa, Jakarta, Bharata Karya
Aksara,
Djumhur, I dan H Danasuparta. 1974. Sejarah Pendidikan.
Bandung: CV Ilmu.
Erman Mawardi, Prof. R. Drs, Dipl. AIT. 2007. Desain
Hidraulik Bangunan Irigasi. Bandung :
Alfabeta.
G. H. Von Vaber, Neuw Soerabaia, (Soerabaia: Gemeente
Soerabaia, 1933),
Handinoto, 1996. Perkembangan Kota dan Arsitektur
Kolonial Belanda di Surabaya (1987-1940).
Yogyakarta: Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas
Kristen PETRA Surabaya.
M.C. Ricklefs. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-
2008. Jakarta. Serambi Ilmu Semesta
Nasution. 1983. Sejarah Pendidikan Indonesia. Bandung:
Bumi Aksara
Nasution. 2006. Ekonomi Surabaya Pada Masa Kolonial
(1830-1930). Surabaya: Pusaka Intelektual
Nugroho Notosusanto. 1978. Masalah Penelitian Sejarah
Kontemporer. Jakarta: Idayu Press
Setiawan,Nugraha. 2009. Sejarah Transmigrasi. Online
diakses di http://nugraha.-
suarakita.com/2009/sejarah-tranmigrasi/ pada
tanggal 24 Maret 2017.
Sumanto, Wasty dan F X Suyarno. 1983.Landasan
Historis Pendidikan Indonesia.Surabaya:
Usaha Nasional
Tim Penyusun Buku Pedoman Pedoman Penulisan
Skripsi UNESA. 2014. Pedoman Penulisan
Skripsi (Progam Sarjana Strata Satu (S1)
Universitas Negeri Surabaya. Surabaya
W. F. Werheim, 1999, Masyarakat Indonesia dalam
Transisi : Studi Perubahan Sosial, Yogyakarta,
Tiara Waana

765

Anda mungkin juga menyukai