Sejarah Pekotaan - Tinjauan Historiografis
Sejarah Pekotaan - Tinjauan Historiografis
83 - 101 Edisiof
Lensa Budaya: Journal Khusus Persembahan
Cultural Sciences, 12 Untuk
(2), OktEdward
2017 L Poelinggomang
ISSN: 0126 - 351X
SEJARAH PERKOTAAN:
SEBUAH TINJAUAN HISTORIOGRAFIS DAN TEMATIS
Abstrak
Perkembangan kota sejak awal abad ke-20 ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat
dengan kompleksitas elemen dan permasalahan perkotaan yang muncul. Kota tidak sesederhana
pada waktu dulu lagi. Kompleksitas dalam berbagai bidang memerlukan metode dan pisau analisa
yang bisa menelusuri dan mengungkapkan bagian-bagian atau strukturnya hingga pada yang
terkecil, dan juga menampilkan makna dibalik apa yang mudah terlihat karenanya tuntutannya
bisa berupa menghadirkan relasi struktural yang kadang rumit. Salah satu perhatian saya disini
adalah untuk mencoba memberi perhatian pada persoalan perkotaan dan masyakatnya yang
semakin kompleks dengan masuk melalui konsep modernitas. Modern, modernisasi, modernism,
dan juga modernitas adalah konsep sejarah yang menjadi alat baca dalam mengurai kompleksitas
itu dalam rentang waktu yang ada. Makna modernitas ini merupakan usaha untuk menjelaskan
lebih beragam atas kenyataan sejarah perkotaan di Indonesia.
Abstract
The growth of cities since the beginning of the 20th century has experienced rapid complexity of
their elements and problems. Cities are not as simple as they used to be. Complexity in various
fields requires methods and analytical knifes that can trace and expose parts and structures of urban
areas to their smallest details and also to show their meanings to reveal structural relations which
usually are complicated. One of my focus here is to pay attention to urban problems and their
inhabitants that increasingly becoming more complex, through the concept of modernity. Modern,
modernization, modernism and modernity are historcal concepts that being used to read and to
unravel the complexity in different periods. My using of the concept of modernity is an effort to
explain in various ways the complex reality of urban history in Indonesia.
Author correspondence
Email: ilhamdaengmakkelo@gmail.com
Available online at http://journal.unhas.ac.id/index.php/jlb1
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12 (2), Okt 2017
84
2
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12 (2), Okt 2017
jarah Indonesia. Kota dapat disebut seba- Dalam tulisan ini, saya akan mencoba
gai sebuah kesatuan yang secara sah ber- membuat pemetaan terhadap kajian ten-
diri sendiri, dan patut menjadi bidang ka- tang sejarah perkotaan yang semakin
jian yang tersendiri pula. marak belakangan ini. Pengelompakannya
Persoalannya sesungguhnya bukan berdasarkecendrungan-kecendrungan
pada memungkinkan atau tidaknya kota tema kajian sejarah kota dengan tetap
sebagai perhatian utama. Kalau soal ini memperhatikan juga periodisasi penu-
sudah tidak diragukan lagi, bahkan jauh lisannnya. Saya akan memetakannya
dari sekarang di sekitar tahun 1980-an dalam kelompok-kelompok utama yang
pada sebuah pertemuan sejarah di Den- masing-masing kelompok utama tersebut
pasar, Kuntowijoyo sudah dengan tegas terdiri lagi dari beberapa pembagian yang
menyatakan kekayaan kemungkinan memiliki kemiripan secara tematis.
dalam menulis sejarah perkotaan. Dan
betul, bahwa kekayaan akan data dan PERIODISASI
sumber sejarah mengenai perkotaan se- Kota-kota berdasarkan periodisasi hanya
makin lama semakin beragam dan dalam sekedar memberi kemudahan dalam
berbagai bentuk. Penelusuran data dan penentuan temporal dari penelitian-
sumber sejarah memang menjadi peker- penelitian atas sejarah kota itu sendiri.
jaan para sejarawan dan kadang tidak Pengelompokan berdasarkan temporal ini
perlu kita meragukan itu lagi. Persoa- memang menjadi kekhasan tersendiri
lannya sekarang bagaimana kekayaan dan dalam penulisan sejarah kota di Indone-
kemungkinan data-data yang diperoleh itu sia. Sudah jamak kita membaca pengklasi-
mampu ditampilkan dalam sebuah analisa fikasian seperti ini, dan itu menjadi ke-
dan cara berfikir baru. Tidak dalam kon- cenderungan juga dalam penelitian kota-
teks semata menjejer data-data itu dalam kota di Indonesia. Hal ini akan memper-
urutan kronologikal semata seperti yang mudah dalam penentuan fokus perhatian
kadang terlihat dalam sejarah konven- dalam bingkai waktu dengan anggapan
sional. Kemampuan interpretasi untuk ada karakter masing-masing dari
menghasilkan penggambaran yang kuat pengelompokan ini. Tentu saja akanada
atas dinamika perkotaan menjadi tantan- banyak kota yang mungkin saja melewati
gan tersendiri. Kekuatan imajinasi seo- semua periodisasi kota itu, namun tetap
rang penulis atau peneliti memegang saja demi kepentingan mempermudah
peran penting dalam usaha membaca fokus penelitian, maka dalam penelitian di
peristiwa-peristiwa yang dicermatinya. lapangan banyak sejarawan memfokuskan
Dan tentu saja kekuatan imajinasi itu perhatiannya pada salah satunya saja.
perlu diperkuat dengan bantuan alat anal-
isis yang memadai. Semakin ‘canggihnya’ Kota Prasejarah
pisau analisis, paradigma, teori, atau Pemukiman-pemukiman awal yang men-
apapun namanya akan berimplikasi kuat jadi cikal bakal terbentuknya sebuah ko-
terhadap kedalaman interpretasi kita ter- munitas tertentu telah menjadi perhatian
hadap fenomena yang dicermati. Kekua- tersendiri bagi beberapa sejarawan, na-
taan data yang sering dipertunjukkan oleh mun lebih khusus para arkeolog untuk
para penulis sejarah akan sangat berguna mengungkapkan kota-kota prasejarah
jika ditunjang oleh imajinasi kritis. tersebut. Diyakini bahwa dalam masa per-
Hingga saat ini kita sudah mulai mulaansejarah pemukiman di Indonesia,
bisa membaca dan memetakan kajian, telah terbentuk semacam kota-kota awal
penelitian, atau tulisan-tulisan dari sejara- tempat berkumpul dan beraktifitas bagi
wan atau kajian yang bernuansa sejarah. para penduduknya. Pada kota-kota prase-
85
3
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12 (2), Okt 2017
86
4
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12 (2), Okt 2017
dan selanjutnya juga disebut dengan era larij. Rasanya inilah kesan pertama yang
kolonial dan seterusnya era modern. kita akan temui jika membaca tulisan-
Di satu sisi, citra kota tradisional tulisan sejarah berlatar belakang kota ko-
sesungguhnya tidak berbatas waktu, mis- lonial. Selain itu, kota-kota karesidenan
alkan saja di Surakarta meskipun di abad dijaman sebelum perang banyak menun-
ke-19, kekuasaan Hindia Belanda telah jukkan aktivitas sosial dan kultural yang
berlaku disini, namun aktivitas dan kek- menandainya sebagai sebuah kota kolo-
hasan kota tradisional Surakarta tetap ber- nial. Intinya bahwa kajian dalam kategori
langsung dengan segala macam ritual dan ini adalah memperkuat peran dan he-
kebiasaannya. Kraton Surakarta sebagai gemoni pemerintah kolonial dalam berba-
perwujudan kota tetap menampakkan gai bidang. Pembahasannya pasti jelas
aura tradisionalnya tanpa banyak terpen- akan selalu dihubung-hubungkan dengan
garuh dengan keriuhan aktivitas kolonial. apa yang kita sebuat dengan situasi atau
Seperti diperlihatkan oleh Darsiti Soerat- konsep kolonial itu sendiri.
man dalam tulisannya tentang kehidupan Kajian kota kolonial misalnya kita
dunia keraton Surakarta tahun 1830-1939. bisa lihat dalam tulisan Karyono, yang
Diterangkannya bahwa simbolisasi ke- melihat bagaimana perkembangan kota
hidupan kraton tetap berjalan dengan ca- kolonial di Salatiga. Dalam pemba-
ranya sendiri, baik itu upacara, etiket dan hasannya dikhususkan dalam melihat
kekuasaan dalam berbagai kegiatan kera- pembangunan kota ini sejak terbitnya Un-
ton. Begitupun gambaran tentang gaya dang-Undang Desentralisasi dan berdir-
hidup raja-raja, yang tetap melanggengkan inya Gemeente Salatiga pada tanggal 1
kebiasaan lama baik dalam sistem perkaw- Juli 1917. Jelas karena perhatiannya pada
inan, permainan serta hiburan dan lain- kota kolonial, maka perhatiannya pula
nya. Jelas dalam konteks ini, kraton dili- pada kebijakan-kebijakan pemerintah ko-
hat dalam citra tradisionalnya yang tetap lonial dalam pembangunan kota. Seperti
kuat dengan simbolisasi perkotaan secara bagaimana penataan administrasi pemer-
umum. intahan kota, sistem perekonomian, per-
Penggambaran dan penulisan kota- bankan, peternakan, serta memberi juga
kota tradisional di Indonesia memperlihat- gambaran tentang keadaan sosial politik
kan kemiripan satu dan yang lainnya. di periode penelitiannya. Pembahasannya
Kota selalu digambarkan dengan istana pula mengenai berbagai aspek perkemban-
atau keratonnya, yang kemudian terdiri gan kota Salatiga, seperti di bidang pen-
dari infrastruktur lainnya seperti adanya didikan, pasar, transportasi, kesehatan,
alun-alun atau lapangan besar (kalau di agama, pariwisata dan kebudayaan, dan
Jawa ada alun-alun utara dan selatan), lainnya. Persoalan dari tulisan-tulisan ten-
ketersediaan tempat ibadah, adanya pasar tang sejarah kota kolonial adalah umum-
atau bandar dagang, pemukiman pen- nya kajian yang ada adalah memberi gam-
duduk, dan sistem pertahanan. Beberapa baran atas hampir semua aspek ke-
elemen-elemen ini lah yang seolah men- hidupan, makanya tidak ada satu aspek
jadi wajib dijelaskan atau diikuti oleh para yang dibahas secara mendalam, sehingga
penulis-penulis tentang sejarah kota tra- pengungkapan tiap aspeknya hanya yang
disional. umum-umum saja.
Meski demikian, sebagai perkec-
Kota Kolonial ualian ada juga sebagian kecil yang menu-
Kota kolonial ditandai dengan benteng lis aspek-aspek tertentu pada masa kolo-
dan barak, perkantoran, rumah-rumah, nial, misalnya kajian Susanto T. Handoko
gedung societeit, rumah ibadah vrijmetse- mengenai kriminalitas di Semarang tahun
87
5
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12 (2), Okt 2017
1906-1942. Perhatiannya memang pada dan bangunan di kota Medan sejak tahun
aspek kriminalitas dalam berbagai bentuk 1870 hingga invasi Jepang. Dengan latar
dan dalam beberapa periode di masa kolo- belakang keberhasilan perkebunan,
nial Belanda. Seperti krimininalitas yang masyarakat kosmopolit juga terbentuk dan
terjadi pada masa awal terbentuknya Ge- ini juga mempengaruhi pendirian ban-
meente Semarang, kriminalitas pada masa gunan-bangunan di ruang perkotaan.
depresi ekonomi, kriminalitas masa akhir Adanya kantor-kantor perkebunan, bank,
pemerintahan Kolonial Hindia Belanda perusahaan asuransi, pertokoan, rumah
dan lebih khusus juga tentang pengungka- sakit, sekolah-sekolah, klenteng-klenteng,
pan berbagai bentuk aksi pencurian di masjid, jembatan, dan hotel adalah buah
kota ini. dari aktivitas ekonomi ini.
Namun secara umum, penulisan Salah satu ciri khas kota modern
tentang sejarah kota kolonial selama ini adalah pembagian pemukiman yang ke-
memiliki kecenderungan yang sama dari banyakan berdasarkan atas kelas sosial.
segi pola dan tematisnya. Misalkan meng- Terlihat makin tergesernya penghuni kota
gambarkan tentang pemerintahan kota yang lama oleh penghuni baru yang me-
kolonial, fasilitas perumahan dan perkan- nempati bagian-bagian kota strategis. Ban-
toran, transportasi dan komunikasi, perda- gunan fisik kota juga mengalami peruba-
gangan, sarana pendidikan dan kesehatan, han sesuai dengan pergeseran kelas itu.
pengadaan air bersih maupun mobilitas Dalam kota modern, pembagian pen-
sosial. Penggambaran yang sifatnya duduk berdasarkan kelas sosial dengan
deskriptif semata, kadang mengurangi mobilitas sosial yang lebih lentur, juga
bobot analisa terhadap kondisi yang ter- ditinggalkannya cara berproduksi manusia
jadi pada kota-kota ini. Kajian tentang oleh mesin yang memproduksi barang-
sejarah kota kolonial juga sering lebih barang secara massal dengan pelayanan
cenderung memperhatikan peran utama dan kualitas yang baik, organisasi pro-
pihak colonial sebagai penggerak sejarah duksi dipegang oleh unit-unit ekonomi
termasuk dalam pembangunan perkotaan yang cenderung besar dan lebih rasional.
dan mengenyampingkan sumbangsih dan Hal lain yang mengemuka dalam
peranan orang lokal dalam perkembangan pembahasan tentang kota modern adalah
itu. tema urbanisasi. Berbagai dinamika dan
problematika urbanisasi ini menjadi
Kota Modern bagian tak terpisahkan dari ide-ide kemod-
Beberapa penulis juga mencoba menulis ernan pada sebuah kota. Kemajuan se-
kemodernan sebuah kota dalam perspektif buah kota akan selalu seiring dengan
sejarah. Misalnya Dias Pradadimara yang pesatnya perkembangan penduduk perko-
melihat penggunaan ruang kota Makassar taan. Pembahasan tentang sejarah kota
dengan simbol-simbol modern. Kota ini pada aspek modern tidak semata-mata
kemudian menjadi kota kosmopolitan pada hal-hal yang dianggap baru dan pem-
dengan datangnya orang dari berbagai bangunan fisik modernisasinya, tetapi
penjuru Asia dan Eropa. Pembangunan- juga pada permasalahan sosial dari mod-
pembangunan tenaga listrik, pipa saluran ernisasi itu sendiri. Persoalan sosial itu
air, dan fasilitas-fasilitas lainnya menjadi- seperti kemiskinan, kriminalitas, prosti-
kan Makassar memiliki wajah modern tusi, aborsi, dan tuntutan-tuntutan pelaya-
dan kosmopolitan. Pada tahun 1938 nan pendidikan dan kesehatan.
Makassar disebut sebagai kota yang paling
diterangi di Hindia Belanda. Kajian se-
rupa dilakukan oleh Dirk Buiskool sejarah
88
6
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12 (2), Okt 2017
89
7
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12 (2), Okt 2017
90
8
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12 (2), Okt 2017
adalah tempat penggodokan dan juga pe- dalam Rancangan Undang-Undang Per-
masok sebagian dari kebutuhan kader- encanaan Kota (1938) yang kemudian
kader PKI untuk pekerjaan-pekerjaan la- ditetapkan tahun 1948. Kajian sejenis ini
pangan. Tulisan lain dari Purnawan dilakukan juga oleh Pratiwo yang menje-
Basundoro membahas kota Surabaya se- laskan tentang perencanaan dan pemban-
bagai lahan persemaian gerakan Partai gunan kota Semarang. Peletak dasar dan
Komunis Indonesia. Sedangkan misalkan perencanaan kota Semarang adalah Tho-
oleh Didi Kwartanada membahas di- mas Karsten, yang merencanakan kota
namika kaum pengusaha Pribumi Muslim lebih berdasarkan pembagian kelas sosial
yang tergabung dalam Kemadjoean Eko- ketimbang segregasi rasial. Pembangunan
nomi Indonesia (KEI). KEI adalah sebuah perumahan elit di bagian selatan kota dan
organisasi ekonimi yang paling kuat se- banyaknya perumahan murah merupakan
lama periode pendudukan Jepang yang bukti fisik dari prinsip-prinsip Karsten.
ironisnya justru mengalami kemunduran Catatan terpenting atas perencanaan kota
setelah jatuhnya Jepang. Kajian di bidang Semarang adalah bahwa pada masa Orde
politik misalkan juga yang dilakukan oleh Baru, pembangunan didasarkan pada ke-
Pujo Semedi tentang aktifitas kepanduan sempatan untuk mendapatkan keuntun-
di Indonesia awal abad ke-20. Organisasi gan, bukan untuk memperbaiki kualitas
kepanduan sepanjang rangkaian abad ke- hidup. Daerah-daerah kumuh berada di
20 di Indonesia lahir sebagai sikap atas kawasan mewah dilupakan oleh roda
jawaban politk di Indonesia dan tidak da- modernisasi.
pat dipisahkan dari organisasi politik, Kajian serupa dilakukan oleh
apakah itu milik pemerintah, agen-agen Zulqayyim atas kota Bukittinggi, yang
negara, atau partai-partai politik. menandaskan bahwa banyak fasilitas yang
ada di kota ini masih merupakan pening-
Perencanaan Kota dan Perumahan galan masa kolonial. Perencanaan kota
Kajian tentang perencanaan kota dan juga menyesuaikan pada landskap yang secara
pembangunan perumahan di Indonesia alamiah bergelombang dengan elemen-
umumnya memfokuskan waktu peneli- elemen utama yang terbangun di daerah
tiannya sejak awal abad ke-20 hingga perbukitan yang tinggi. Termasuk juga
sekarang. Hal ini memang berkaitan erat kajian Reza D. Dienaputra yang melihat
bahwa perencanaan spasial dan penataan perencanaan kota Bandung. Fokusnya
perumahan mulai diatur berdasarkan un- ketika Gubernur Jenderal van Limburg
dang-undang sejak tahun 1903, ketika saat Stirum menggagas untuk memindahkan
itu dimulainya pemberlakuan Undang- ibukota dari Batavia ke Bandung. Gedung
undang Desentralisasi. Kajian seperti ini Sate yang besar dibangun sebagai rumah
salah satunya dilakukan oleh Pauline van kementerian pada tahun 1924. Pembuatan
Roosmalen yang menganalisa bagiamana jalur kereta api, jalan-jalan dibangun un-
sejarah tentang perencanaan kota di Indo- tuk menghubungkannya dengan daerah
nesia secara umum. Memperhatikan perkebunan, demikian pula jalur udara
usaha awal pemerintah kotapraja dalam dan radio dibangun. Pemerintah saat itu
melakukan perencanaan pembangunan pula membangun perumahan untuk pen-
perkotaannya. Termasuk ketika pada ta- duduk pribumi, dan tentu saja
hun 1921 usaha lebih sistematis atas per- memisahkan pula dengan perumahan
encanaan ruang diajukan. Pada tahun itu- orang Cina dan juga orang Eropa. Ini
lah Thomas Karsten mempresentasikan adalah beberapa pembahasan tentang kota
paper inspiratifnya ‘Indian Town Plan- yang lokus utama pembahasannya adalah
ning’. Gagasan itu yang dielaborasikan ke pada perencanaan dan juga pembangunan
91
9
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12 (2), Okt 2017
perumahan, yang memang sangat jelas muncul golongan atau kelompok tertentu
terlihat sudah dilakukan dan bahkan lebih yang menjadi penggerak bagi kemajuan
terencana pada masa kolonial Belanda. sosial-ekonomi kota. Misalnya kajian Clif-
Satu kajian penting tentang perencanaan ford Geertz dalam dua bukunya (Clifford
kota adalah melalui kajian Christopher Geertz, Peddlers and Princes: Social Develop-
Silver dalam tulisannya Planning the ment and Economic Change in Two Indone-
Megacity: Jakarta in the Twentieth Century, sian Town (Chicago: The University of
yang memberi penggambaran bagaimana Chicago Press: 1963), dan buku yang lain
penyusunan dan pelaksanaan perenca- The Social History of an Indonesian Town
naan pada kota besar seperti Jakarta. (Cambridge, Mass: The MIT Prous,
1965)) yang jelas memperlihatkan bagai-
EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA mana transformasi sosial dan masyarakat
Salah satu perhatian dari banyak peneli- di kota.Mengenai aspek perubahan sosial,
tian tentang sejarah kota adalah pada salah satu hal yang juga terus diperhatikan
aspek sosial, ekonomi, dan budaya. Trans- adalah problem sosial. Termasuk didalam-
formasi dalam bidang ini adalah perhatian nya masalah kepadatan penduduk, mobili-
tersendiri. Sesungguhnya persoalan men- tas horizontal, dan heterogenitas yang da-
genai soal ini sangatlah luas, meski pat menyebabkan timbulnya masalah
pengelompokan sederhana seperti di- sosial. Diantara masalah itu adalah dis-
bawah ini berdasar pada penelusuran tuli- paritas dan pemisahan pemukiman secara
san-tulisan mengenai soal ekonomi, sosial, ekonomis dan sosial, ketimpangan demo-
dan budaya pada sejarah perkotaan. grafis, dan masalah lingkungan fisik,
sosial, dan psikologis. Salah satu persoa-
Kota dan Perubahan Sosial lan yang bisa digali adalah permasalahan
Pembahasan mengenai perubahan sosial perkampungan dengan ciri slumnya, lain-
juga mengemuka dalam penulisan sejarah nya adalah kemiskinan, sampah, banjir
perkotaan. Bagaimana transformasi sosial dan lainnya. Soal lain adalah kekerasan di
berlangsung bisa digali dan diterangkan perkotaan, prostitusi, pengangguran,
dengan berbagai analisa. Selain transfor- pengedaran obat terlarang dan seba-
masinya, juga perhatian pada sistem sosial gainya. Bambang Purwanto melakukan
di kota. Kota sebagai sebuah sistem sosial kajian tentang kekerasan di Kotagede
menunjukkan kekayaan yang tak pernah Yogyakarta. Dia berangkat dari penentan-
habis sebagai bidang kajian. Kegiatan gan terhadap mitos bahwa Yogyakarta,
masyarakat kota seperti kegiatan domes- berkebalikan dengan di Solo, adalah kota
tik, agama, politis, dan hubungan antar yang damai, dimana kekerasan hanya di-
warga secara struktural antara lembaga- lakukan oleh orang luar. Ini dibuktikan
lembaga masyarakat, hubungan kategori- pada akhir periode kolonial dan jaman
kal antara kelompok-kelompok etnis, Jepang dimana penduduk Kotagede mulai
status dan kelas, dan bahkan hubungan kehilangan solidaritas sosial, kesabaran,
personal antara sesama warga kota men- dan tidak terkontrol. Akibatnya mereka
jadi bahan kajian tersendiri. Secara me- cenderung menjadi brutal. Cukup banyak
todologis bahan utamanya adalah ban- yang dipukuli bahkan dibunuh karena di-
yaknya tulisan-tulisan di surat kabar, ma- curigai atau dituduh mencuri makanan,
jalah, dan buku-buku sastra. Juga ke- pakaian dan termasuk barang-barang yang
mungkinan mengadakan penggalian sum- tidak berharga. Soal kekerasan juga dikaji
ber melalui sejarah lisan menjadi sangat oleh Aminuddin Kasdi di kota Surabaya,
membantu. dengan munculnya kelompok bersenjata
Dalam kajian perkotaan, akan seperti Polisi Istimewa, Badan Keamanan
92
10
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12 (2), Okt 2017
93
11
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12 (2), Okt 2017
94
12
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12 (2), Okt 2017
95
13
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12 (2), Okt 2017
alun kota di Malang dan juga makna pada soal hal yang dinamis, tidak pasti, dan
gedung Societeit Concordia. Tema lainnya berubah dalam hubungan politik, sosial,
seperti simbolisme etnis China dengan ekonomi, dan bahkan budaya. Dalam
perhatian pada restaurant dan makanan kompleksitas hubungan inilah etnisitas
China. Juga bagaimana citra kota Palem- menjadi bagain penting dalam menga-
bang terbangun atas sejarah pengeboran nalisa persoalan yang berhubungan den-
minyak di wilayah Plaju sejak masa colo- gan sejarah perkotaan.
nial Belanda. Dan seperti apa bangunan Satu kajian etnisitas dan hubun-
ibadah, khususnya gereaja menjadi bagian gannya dengan perkotaan misalnya se-
penting dari pembangunan simbolisasi mentara ini dilakukan oleh Tanjung
kota Manado. (2011), yang melihat bagaimana pengaruh
perubahan ekonomi dan politik terhadap
Etnisitas dan Perkotaan munculnya kesadaran identitas etnis di
Soaletnisitas sesungguhnya bukan hal perkotaan Sumatera, dan ini juga di-
baru dalam hubungannya dengan realitas hubungkan dengan bagaimana perumaba-
perkotaan, mungkin etnisitas sudah men- han dominasi politik dan juga penguasaan
jadi bagian tak terpisahkan tumbuhnya atas ruang kota. Sebagai suatu kajian se-
banyak kota-kota, termasuk di Indonesia. jarah, maka penelitian ini tetap memper-
Persoalannya dalam waktu yang lama ka- hatikan suatu proses waktu dan juga
jian atas persoalan etnisitas hanya semata rezim turut mempengaruhi terhadap kesa-
dimaknai sebagai suatu elemen pertumbu- daran etnis hingga pengaruhnya pada ben-
han perkotaan, tanpa belum melihat per- tuk dan penataan ruang kota. Dalam kon-
soalan etnisitas atau kesukuan dalam teks ini persoalan etnisitas dilihat lebih
hubungan dengan perkotaan dalam hal- jauh tidak semata-mata sebagai suatu vari-
hal yang kompleks dan bervariasi, atau able perkembangan kota. Tapi etnisitas
menggunakan pendekatan-pendekatan misalnya dimaknai sebagai suatu persoa-
interdisiplin yang lebih luas. Ataukah mis- lan perbedaan budaya dan dalam proses
alnya melihat persoalan etnisitas di perko- identifikasinya selalu melibatkan proses
taan dengan menghubungkan pada per- dialektika antara persamaan dan perbe-
soalan-persoalan sosial, ekonomi, perkem- daan. Etnisitas adalah sesuatu yang di-
bangan ruang kota, kekerasan, lahirnya miliki bersama, seperti budaya yang dipro-
budaya dan seni, atau perkembangan ar- duksi dan direproduksi dalam proses in-
sitektur perkotaan. Misalnya seperti yang teraksi, serta etnisitas sebagai sebuah iden-
dilakukan oleh Hannerz (1983) pada kota- tifikasi baik secara kolektif maupun indi-
kota di Afrika. Namun akhir-akhir ini per- vidu yang dieksternalisasi dalam interaksi
soalan etnisitas juga sudah jauh lebih sosial dan kategorisasi terhadap orang
maju dipergunakan sebagai kerangka pikir lain, dan diinternalisasi ke dalam identifi-
dalam mengungkapkan berbagai realitas kasi perorangan. Berdasar asumsi-asumsi
perkotaan. Situasi ini lahir karena kesada- dasar inilah yang dikembangkan untuk
ran bahwa ruang dan etnisitas, termasuk melihat lebih komplek tema etnisitas dan
identitas saling mempengaruhi atau jalin hubungannya dengan sejarah perkotaan.
menjalin. Kesukuan adalah merupakan
fenomena yang adaptif dan dalam mere- Kehidupan Sehari-hari dan Gaya Hidup
spon situasi yang berubah batasan-batasan Tema perkotaan tentang gaya hidup
kolektivitasnya dapat meluas, bahkan masyarakatnya memang merupakan sum-
orang atau sebahagian orang dapat keluar bangsih terbaru para peneliti sejarah.
dan masuk dalam lebih dari satu komuni- Gaya hidup masyarakat urban dapat dili-
tas. Dengan demikian soal etnisitas adalah hat dari fermorma budaya seperti dalam
96
14
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12 (2), Okt 2017
berpakaian tetapi juga dari orientasi kul- makanan dan cara penyajian, tata ruang
tural masyarakat terhadap munculnya tempat tinggal, dan pola pengasuhan
lembaga-lembaga sosial baru yang anak.
memiliki asosiasi dengan gaya hidup mod- Perhatian pada pakaian, mode
ern yang rasional. Ratna Nurhajarini meli- pakaian, dan gaya berpakain menjadi per-
hat di Yogyakarta adanya perubahan gaya hatian tersendiri dalam melihat karakter-
berpakaian tidak saja berhubungan den- istik kehidupan di perkotaan. Seperti yang
gan kemodernan, tetapi juga menggam- dilakukan oleh Dwi Ratna (2010) yang
barkan transisi dalam memahami diri, membahas tentang gaya pakaian perem-
masyarakat, dan negara. Pakaian juga puan di kota Yogyakarta pada periode
mencerminkan sejarah, hubungan kekua- awal abad ke-20. Menurut Ratna, ber-
saan, perbedaan pandangan sosial politik pakaian bukan sekedar memenuhi kebutu-
dan religi, serta menunjukkan adanya han biologis untuk melindungi tubuh dari
persebaran komoditi dagang dan ide- panas, dingin, dan gangguan binatang,
idenya.perempuan juga berkaitan dengan tetapi juga terkait dengan adat istiadat,
kosmopolitanisme gaya hidup perkotaan pandangan hidup, peristiwa, kedudukan
yang membutuhkan representasi- atau staus, dan juga identitas. Terlihat
representasi, dan perempuan adalah adanya transformasi gaya berpakaiandi
subyek yang dapat membawakan repre- Yogyakarta selama periode ini, dimana
sentasi atau simbol kosmopolitanisme itu. pada awalnya kota Yogyakarta telah men-
Fenomena citra perempuan dalam iklan, jadi kiblat dalam tata cara berpakaian
dalam kontes kecantikan dan sebagainya menurut adat Jawa, yakni tradisi kraton,
melahirkan asosiasi perempuan dengan namun mengalami perubahan mengikuti
produk-produk dan juga gaya hidup kos- perubahan dan masuknya ide-ide kema-
mopolit. juan yang baru. Kesempatan dan peluang
Dalam kategori ini, bisa dimasuk- bagi perempuan dalam mengekspresikan
kan juga tentang kajian atau penulisan diri juga bertambah dan bahkan
sejarah perempuan yang sering disebut- cenderung menampilkan kesan yang ke-
sebut belum mendapat perhatian luas oleh barat-baratan.
para penulis dan peneliti sejarah.
Karenanya kajian Mutiah Amini men- CATATAN AKHIR:
genai kehidupan perempuan di kota Sura- ASA PENULISAN SEJARAH KOTA:
baya menjadi sesuatu yang penting. MODERNITAS PERKOTAAN
Dalam tulisan ini diungkapkan bagaimana Kota-kota di Indonesia bagaimanapun
perempuan Surabaya dalam realita ke- merupakan perwujudan kompleksitas ber-
hidupan yang sedang berubah, dengan bagai bidang; sosial, politik, ekonomi,
beberapa topik perhatian seperti per-nyai-- maupun kebudayaan yang terus bergerak
an dan prostitusi, pernikahan dini hingga dan juga merespon perubahan zaman.
monogami, dari Sekolah Rakyat dan Se- Kota-kota di Indonesia bergerak menuju
kolah Kartini, tentang aktivitas domestik sebuah identitas baru meninggalkan iden-
dan dunia kerja, serta tentang arena sosial titas lamanya secara terus menerus. Pe-
budaya dan arena politik. Pengungkapan rubahan ini hasil dari aplikasi modernisasi
lebih jauh tentang gaya hidup perempuan yang mulai bergulir sejak awal abad ke-20.
yang semakin terbuka, yang melihat ten- Kosmopolitanisme yang mengasosiasikan
tang bagaimana mode pakaian dan perhi- diripada benda-benda simbol modernitas
asan, pemilihan tata rambut dan tata rias telah menjadi orientasi baru masyarakat
wajah, tentang olahraga, pemeliharaan perkotaan. Pembangunan infrastruktur
kesehatan, dan hiburan, hingga jenis dan fisik kota pun disesuaikan untuk me-
97
15
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12 (2), Okt 2017
98
16
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12 (2), Okt 2017
tual dan teoritis yang memadai, bahkan suk melalui konsep modernitas. Modern,
cenderung hanya mendeskripsikan atau modernisasi, modernism, dan juga moder-
menggambarkan suasana dan kondisi nitas adalah suatu konsep sejarah dan
yang ada pada obyek kajiannya. Kedua, menjadi alat baca dalam mengurai kom-
Usaha yang lebih maju dari kondisi itu pleksitas itu dalam rentang waktu yang
adalah beberapa tulisan telah mencoba ada. Harapan kapan makna modernitas
melangkah dari hanya mendeskripsikan, ini merupakan usaha untuk menjelaskan
tapi telah mengungkapkan kompleksitas lebih beragam atas kenyataan sejarah per-
pada objek yang dikajinya, misalkan kotaan di Indonesia.
struktur masyarakat dan kota yang kom-
pleks atau relasi-relasi yang saling berkait, DAFTAR PUSTAKA
namun itu semua juga dibangun dengan Kota Prasejarah
masih minim mempergunakan asumsi- Claude Guillot. 2005. Lobu Tua. Sejarah
asumsi dasar teoretis dari suatu pendeka- Awal Barus. Jakarta: Yayasan Obor
tan atau paradigma. Ketiga, usaha yang Indonesia.
lebih menggembirakan adalah munculnya
Claude Guillot. 2008. Barus Seribu Tahun
tema-tema tentang sejarah kota yang lebih
yang Lalu, Jakarta: KPG.
kreatif, misalkan soal simbolisme perko-
taan, identitas kota, gender dan perko- Irfan Mahmud. 2009. Kota Kuno Palopo.
taan, budaya popular perkotaan, ke- Tinjauan Prasejarah Perkotaan.
hidupan sehari-hari warga kota, dan lain- Makassar.
lain. Menariknya bahwa bukan saja tema
yang menjadi lebih beragam dan kreatif, Kota Tradisional
tetapi penelitian sejarah atas tema-tema Darsiti Soeratman. 2000. Kehidupan Dunia
ini telah mempergunakan pendekatan- Keraton Surakarta 1830-1939. Yogya-
pendekatan teoretis, dan sarat dengan karta: Yayasan Untuk Indonesia.
konsep-konsep interdisiplin, seperti teori-
Inajati Adrisijanti. 2000. Arkeologi Perko-
teori antropologi, sosiologi, ekonomi,
taan Mataram Islam. Yogyakarta:
politik, lingkungan, hingga pendekatan
ilmu arsitektur. Penerbit Jendela,
Perkembangan kota sejak awal
abad ke-20 hingga saat ini telah men- Kota Kolonial
galami perkembangan yang sangat pesat F. de Haan, Oud Batavia, Batavia: Kolff,
dengan kompleksitas elemen dan perma- 1922-1923.
salahan perkotaan yang muncul. Kota ti- Karyono. 2002. “ Kota Salatiga: Studi ten-
dak sesederhana pada waktu dulu lagi, tang Perkembangan Kota Kolonial
tapi kompleksitas dalam berbagai bidang 1917-1942”. Yogyakarta: Tesis
memerlukan metode dan pisau analisa
Magister Ilmu Sejarah, Program
yang bisa menelusuri dan mengungkapkan
Pascasarjana Universitas Gadjah
bagian-bagian atau strukturnya hingga
Mada. Susanto T. Handoko. 2002.
pada yang terkecil, dan juga menampilkan
makna dibalik apa yang mudah terlihat. “Kriminalitas di Semarang 1906-
Karenanya tuntutannya bisa berupa 1942. Suatu masalah sosial perko-
menghadirkan relasi struktural yang ka- taan pada masa kolonial”. Yogya-
dang rumit. Salah satu perhatian saya dis- karta: Tesis Magister Ilmu Sejarah,
ini adalah untuk mencoba memberi per- Program Pascasarjana Universitas
hatian pada persoalan kota dan masyakat- Gadjah Mada.
nya yang semakin kompleks dengan ma- E.A. Sutjipto Tjiptoatmojo. 1983. Kota-
99
17
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12 (2), Okt 2017
100
18
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12 (2), Okt 2017
Budaya Perkotaan
Kees Grijns and Peter J.M. Nas (eds.).
2000. Jakarta-Batavia: Socio-cultural
essays, Leiden: KITLV Press.
Djoko Soekiman. 2000. Kebudayaan Indis
dan Gaya Hidup Masyarakat Pendu-
101
19