Anda di halaman 1dari 12

e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA PADA KARYA-


KARYA TULIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA DI SMALB-B NEGERI SINGARAJA
Putu Rima Ruspitayanti1, I Wayan. Wendra2, Ni Made Rai Wisudariani3.
1,2,3
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
1 2
e-mail: { rimaruspitayanti@yahoo.co.id, wayan_wendra@ymail.com,
3
ejournalpbsi@yahoo.com.id} @undiksha.ac.id

ABSTRAK
Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) struktur
kalimat dasar bahasa Indonesia yang muncul pada karya-karya tulis siswa tunarungu di
SMALB-B Negeri Singaraja, (2) kemungkinan pengembangan pola dasar kalimat bahasa
Indonesia yang muncul dalam karya-karya tulis siswa tunarungu di SMALB-B Negeri
Singaraja. Data tentang struktur kalimat dasar dan pengembangan pola kalimat bahasa
Indonesia diperoleh melalui metode dokumentasi. Kedua data tersebut dianalisis dengan
menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Struktur kalimat dasar bahasa Indonesia yang
muncul pada karya-karya tulis siswa tunarungu terdiri atas struktur kalimat dasar KB+KK
(kata benda+kata kerja) sebanyak 87 kalimat, struktur kalimat dasar KB+KS (kata
benda+kata sifat) sebanyak 18 kalimat, dan struktur kalimat dasar KB+KB (kata
benda+kata benda) sebanyak 2 kalimat. Pengembangan pola dasar kalimat bahasa
Indonesia hanya sebatas perluasan predikat inti kalimat, di antaranya 1) perluasan dengan
keterangan tempat berjumlah 57 kalimat, 2) perluasan dengan objek penderita (Open)
berjumlah 49 kalimat, 3) perluasan dengan keterangan waktu berjumlah 12 kalimat, 4)
perluasan dengan keterangan alat berjumlah 5 kalimat, 5) perluasan dengan keterangan
tujuan berjumlah 4 kalimat, 6) perluasan dengan objek berkata depan (Odep) berjumlah 2
kalimat, dan 7) perluasan dengan keterangan sebab berjumlah 2 kalimat.

Kata kunci: struktur kalimat, karya tulis, tunarungu

ABSTRACT
This qualitative descriptive study have to purpose (1) the basic structure of
Indonesian sentence in deaf student’s article, (2) the possibility of basic sentence structure
development of the deaf student’s article at SMALB-B Negeri Singaraja. The data of the
basic structure and the development of Indonesian sentence was obtained by
documentation method. Both of the data were analyzed by descriptive qualitative analyzed
method. The basic structure of Indonesian sentence in deaf student’s article was consisting
of the basic sentence structure noun + verb as much as 87 sentences, the basic sentence
structure noun + adjective as many as 18 sentences, and the basic sentence structure
noun + noun as many as 2 sentences. The basic sentence structure development of the
deaf student’s article was only limited expansion of the core predicate sentence, among
others 1) the expansion of the adverbs of place totally 57 sentences, 2) the expansion with
the object of patients totally 49 sentences, 3) the expansion of the adverbs of time totally
12 sentences, 4) the expansion of the description of appliance totally 12 sentences, 5) the
expansion of the adverbs of purpose totally 4 sentences, 6) the expansion whit the object
of preposition totally 2 sentences, and 7) the expansion of the adverbs of manner totally 2
sentences.

Keywords: sentence structure, article, deaf

1
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015

PENDAHULUAN Penyampaian ide atau


Keterampilan menulis pendapat dengan baik perlu
sebagai salah satu komponen dalam didukung oleh penguasaan kosakata
keterampilan berbahasa penting dan struktur kalimat karena semua
dikuasai oleh setiap orang. Aktivitas yang hendak disampaikan harus
menulis merupakan suatu bentuk dinyatakan melalui kosakata dan
manifestasi kemampuan dan rangkaiannya berdasarkan struktur
keterampilan berbahasa yang paling kalimat. Sebagaimana yang
akhir dikuasai oleh pembelajar diungkapkan oleh Wilkin (dalam
bahasa setelah kemampuan Carter, 1988:42), bahwa “Without
menyimak, berbicara, dan membaca studying the structure of the
(Iskandarwassid dan Sunendar, sentence, and without studying the
2011:248). Tarigan (2008:4), mastery of vocabulary is can’t be
menyatakan bahwa menulis conveyed anything”. Pendapat
merupakan suatu keterampilan tersebut mengaskan betapa
berbahasa yang dipergunakan untuk pentingnya seseorang untuk
berkomunikasi secara tidak menguasai struktur kalimat karena
langsung, tidak secara tatap muka apabila seseorang kurang
dengan orang lain. Pendapat- menguasai struktur kalimat, mereka
pendapat tersebut menegaskan akan kurang mampu
bahwa keterampilan menulis penting mengungkapkan ide atau
dikuasai oleh setiap orang karena perasaannya kepada orang lain
melalui kegiatan menulis, dapat lewat bahasa tulis. Sehingga apa
membantu seseorang yang disampaikan akan kurang
mengembangkan gagasan yang ada dipahami oleh orang lain yang
pada pikirannya. Gagasan membacanya. Dengan menguasai
tersebutlah yang kemudian dibaca struktur kalimat yang memadai akan
dan dipahami oleh orang lain. sangat memungkinkan seseorang
Agar terampil dalam menulis, terampil dalam berbahasa, baik
seseorang harus mengetahui aturan secara reseptif maupun secara
atau kaidah pemakaian bahasa ekspresif. Sekurang-kurangnya
yang menyangkut tata bahasa, tata kalimat bahasa Indonesia dalam
bentuk, dan tata kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun
bahasa Indonesia. Kaidah dalam tertulis, harus memiliki unsur subjek
bahasa penting untuk dikuasai (S) dan unsur predikat (P). Kalau
agar terdapat kesepakatan tidak mempunyai unsur subjek dan
antarsesama pemakai bahasa. unsur predikat, pernyataan tersebut
Kaidah-kaidah dalam bahasa bukanlah kalimat. Deretan kata
dinamakan tata bahasa, dan salah seperti itu hanya dapat disebut
satu bahasannya adalah dalam sebagai frasa. Inilah yang
bidang sintaksis atau tata kalimat. membedakan kalimat dengan frasa
Sintaksis adalah bagian dari tata (Arifin dan Tasai, 2006:66). Menurut
bahasa yang mempelajari tentang Putrayasa (2009:25), ada lima
dasar-dasar dan proses struktur atau pola dasar kalimat
pembentukan kalimat dalam satu bahasa Indonesia, yaitu (1) KB +
bahasa (Keraf, 1984). Sintaksis KB, (2) KB + KK, (3) KB + KS, (4)
mempunyai beberapa aspek KB + KBil, dan (5) KB + KDep.
pembahasan, salah satunya adalah Sebagai unsur dasar, subjek
struktur dan pola kalimat. dan predikat dapat dikembangkan,
Penguasaan struktur dan pola jika seseorang merasa belum cukup
kalimat akan menjadi hal yang untuk menjelaskan maksud dalam
sangat penting dalam proses kalimat yang terdiri atas subjek dan
komunikasi. predikat saja. Rahayu (2007:82),

2
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015

menyatakan bahwa sebuah kalimat maupun tertulis menjadi kurang


yang mulanya sangat sederhana sempurna dan sulit dipahami oleh
dan jumlah katanya sangat terbatas, orang mendengar.
dapat dikembangkan menjadi Mengenai kemampuan
sebuah kalimat yang maksudnya membuat kalimat yang berstruktur
jauh lebih jelas, tanpa mengubah dan berpola pada anak tunarungu
struktur kalimat dasarnya. Pola tentunya berbeda dengan anak
dasar kalimat bahasa Indonesia mendengar. Hal ini disebabkan
dapat dikembangkan dengan perkembangan bahasa ekspresif
perluasan subjek inti kalimat dan erat kaitanya dengan bahasa
perluasan predikat inti kalimat reseptif, sedangkan bahasa reseptif
(Putrayasa, 2009). Apabila ditentukan oleh kemampuan
seseorang telah mampu membuat mendengar. Somantri (2006:110),
kalimat dengan struktur yang menyatakan pada umumnya kalimat
lengkap serta perluasan atau yang dibuat anak tunarungu sangat
pengembangannya, maka hal sederhana dan kalimatnya rancu
tersebut dapat mencerminkan pola (tidak beraturan) sehingga maksud
pikir yang dimilikinya karena bahasa dari kalimat yang dibuatnya tidak
dan pikiran saling memengaruhi. dapat dipahami oleh orang lain.
Keterkaitan antara bahasa dan Selain itu juga terdapat perbedaan
pikiran diperkuat oleh pendapat bentuk dari kata penghubung dalam
Bruner, bahwa bahasa adalah alat struktur kalimat anak tunarungu
pada manusia untuk apabila dibandingkan dengan siswa
mengembangkan dan yang mendengar.
menyempurnakan pemikiran itu. Dari hasil observasi awal
Dengan kata lain, bahasa dapat yang peneliti lakukan ketika
membantu pemikiran manusia pembelajaran menulis berlangsung
supaya dapat berpikir secara di kelas X SMALB-B Negeri
sistematis (Chaer, 2009:59). Singaraja, menunjukkan bahwa
Anak yang mendengar pada beberapa siswa tunarungu kelas
umumnya memperoleh kemampuan X masih mempunyai hambatan
berbahasa dengan sendirinya pada bahasa tulis, di antaranya
apabila dibesarkan dalam adalah kalimat yang tidak
lingkungan yang berbahasa. Dengan beraturan dan pilihan kata yang
sendirinya anak akan mengetahui kurang tepat sehingga sulit
makna kata serta aturan atau kaidah dipahami. Melihat kondisi riil di
bahasanya (Somantri,2006). Orang lapangan, peneliti khawatir apabila
pada umumnya tidak merasakan kondisi seperti itu terjadi
bahwa menggunakan bahasa berkelanjutan pada semua siswa
merupakan suatu keterampilan yang tunarungu baik di kelas X, kelas XI,
rumit. Namun, lain halnya dengan maupun kelas XII. Penelitian dengan
anak yang mengalami gangguan subjek anak tunarungu pernah
pada sistem pendengaraanya yang dilakukan oleh Yosinta Desy pada
mengakibatkan anak tersebut tahun 2009 yang berjudul
menjadi tunarungu. Menurut Mar’at “Pemerolehan Bahasa Indonesia
(2005:3), anak-anak tunarungu tidak Anak Tunarungu Usia 7-10 Tahun (
dapat belajar bahasa atau Studi Kasus pada Tina dan Viki )”.
memperoleh kemampuan berbahasa Penelitian sejenis yang kedua
atau berbicara dengan cara yang dilakukan oleh Ketut Aherini pada
normal. Dampak dari ketunarunguan tahun 2010 yang berjudul
menyebabkan kemampuan anak “Penerapan KTSP Pengajaran
tunarungu dalam menuangkan Bahasa Indonesia Aspek Berbicara
bahasanya baik secara lisan di SMPLB-B Negeri Singaraja”.

3
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015

Penelitian yang peneliti menemukan metode pembelajaran


lakukan berbeda dengan penelitian menulis kalimat yang tepat untuk
yang dilakukan oleh Yosinta Desy siswa tunarungu Bagi sekolah
dan Ketut Aherini. Penelitian yang temuan penelitian yang dilakukan
dilakukan oleh Yosinta Desy dapat dijadikan pedoman untuk
menjadikan anak tunarungu usia 7- mencari atau memecahkan
10 tahun sebagai subjeknya, persoalan dalam pembelajaran
sedangkan penelitian yang dilakukan bahasa Indonesia, khususnya
oleh Ketut Aherini menjadikan siswa pembelajaran struktur kalimat dan
kelas VII, VIII, dan IX di SMPLB-B pola kalimat bahasa Indonesia untuk
Ngri Singaraja sebagai subjeknya. siswa tunarungu, serta
Akan tetapi, belum ada peneliti yang menggunakan kurikulum dengan
meneliti karya-karya tulis siswa materi-materi yang cocok digunakan
tunarungu. Oleh karena itu, peneliti oleh siswa tunarungu. Bagi peneliti,
tertarik untuk mengadakan penelitian pnelitian ini dapat menambah
tentang struktur kalimat bahasa wawasan peneliti dan mendapatkan
Indonesia pada karya-karya tulis pengalaman dalam bidang struktur
siswa tunarungu di SMALB-B Negeri kalimat bahasa Indonesia siswa
Singaraja. tunarungu. Bagi peneliti lain, hasil
Tujuan dilakukannya penelitian ini bermanfaat sebagai
penelitian ini adalah untuk bahan perbandingan dan pedoman
mendeskripsikan struktur kalimat untuk meneliti permasalahan-
dasar bahasa Indonesia dan permasalahan yang belum diteliti
mendeskripsikan pengembangan guna melakukan penelitian sejenis
pola dasar kalimat bahasa Indonesia untuk meningkatkan perkembangan
yang muncul pada karya-karya tulis ilmu pengetahuan maupun kualitas
siswa tunarungu di SMALB-B Negeri pendidikan.
Singaraja.
Manfaat yang ingin dicapai METODE
penulis dalam pelaksanaan Penelitian ini menggunakan
penelitian ini adalah manfaat rancangan penelitian deskriptif
teoretis dan manfaat praktis. Secara kualitatif. Rancangan penelitian
teoretis, hasil penelitian ini deskriptif kualitatif digunakan untuk
diharapkan dapat memberikan memperoleh gambaran yang jelas,
sumbangan dan menambah objektif, sistematis, dan cermat
khazanah ilmu pengetahuan di mengenai (1) struktur kalimat dasar
bidang pendidikan bahasa bahasa Indonesia pada karya-karya
Indonesia, khususnya tentang tulis siswa tunarungu dalam
struktur kalimat bahasa Indonesia pembelajaran bahasa Indonesia,
anak tunarungu. Secara praktis, dan (2) pengembangan pola dasar
hasil penelitian ini diharapkan dapat kalimat bahasa Indonesia yang
bermanfaat bagi berbagai pihak baik muncul pada karya-karya tulis siswa
bagi siswa, guru, sekolah, peneliti, tunarungu dalam pembelajara
dan peneliti lain. Bagi siswa hasil bahasa indonesia di SMALB-B
penelitian ini dapat dijadikan bahan Negeri Singaraja.
perbaikan oleh siswa tunarungu Subjek penelitian ini adalah
untuk mengetahui kekurangan- siswa tunarungu kelas X, XI, dan XII,
kekurangannya dalam membuat dan karya-karya tulis yang dibuat
kalimat bahasa Indonesia yang oleh siswa tunarungu dalam
berstruktur dan pengembangan pola pembelajaran bahasa Indonesia di
kalimat dasar bahasa Indonesia Bagi SMALB-B Negeri Singaraja.
guru hasil penlitian ini dapat Untuk mendapatkan data
dijadikan bahan pertimbangan dalam yang akurat, maka dalam pencarian

4
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015

data penulis menggunakan metode diklasifikasi, data dianalisis atau


dokumentasi. Metode dokumentasi ditafsirkan untuk mengetahui data
peneliti gunakan untuk memperoleh tersebut masuk ke dalam struktur
data mengenai kalimat tertulis yang kalimat dasar bahasa Indonesia
dibuat oleh siswa tunarungu dan yang mana dan pengembangan
pola pengembangan kalimat yang pola dasar kalimat bahasa Indonesia
muncul dalam tulisan siswa yang mana. 4) Penyajian data
tunarungu di SMALB-B Negeri adalah data struktur kalimat dasar
Singaraja. Dokumen tertulis yang dan pengembangan pola dasar
dikumpulkan oleh peneliti berupa kalimat bahasa Indonesia yang
karya-karya tulis siswa tunarungu diperoleh akan dianalisis satu
dalam pembelajaran bahasa persatu dengan bantuan tabel data
Indonesia di SMALB-B Negeri yang telah disediakan oleh peneliti
Singaraja. Dalam penelitian ini, dan dihubungkan dengan teori-teori
peneliti menggunakan metode yang relevan, sehingga mampu
dokumentasi karena dalam proses menjawab seluruh permasalahan
pengumpulan data, peneliti akan yang ingin dipecahkan. 5) Penarikan
mengumpulkan tugas-tugas siswa simpulan adalah peneliti akan
atau karya-karya tulis siswa menarik simpulan berdasarkan data
tunarungu yang berkaitan dengan yang telah diperoleh mengenai
kalimat bahasa Indonesia. Untuk struktur kalimat dasar bahasa
mempermudah kerja peneliti dalam Indonesia dan pengembangan pola
mengolah data, maka peneliti dasar kalimat bahasa Indonesia
menggunakan instrumen penelitian pada karya-karya tulis siswa
berupa pedoman pencatatan. tunarungu dalam pembelajaran
Analisis data yang digunakan bahasa Indonesia di SMALB-B
dalam penelitian ini adalah teknik Negeri Singaraja.
analisis data deskriptif kualitatif
dengan menggunakan prosedur HASIL DAN PEMBAHASAN
analisis Miles dan Huberman Hasil Penelitian
sebagai berikut. 1) Identifikasi data Dalam pokok bahasan ini,
adalah data berupa karya-karya tulis peneliti memaparkan hasil temuan
siswa tunarungu di SMALB-B yang terkait dengan penelitian
diidentifikasi dan ditentukan struktur mengenai struktur kalimat dasar
kalimat dasar bahasa Indonesia dan bahasa Indonesia yang muncul
pengembangan pola dasar kalimat dalam karya-karya tulis siswa
yang muncul. 2) Reduksi data tunarungu dalam pembelajaran
adalah memilih data yang bahasa Indonesia yang dilakukan di
mengandung struktur kalimat dasar SMALB-B Negeri Singaraja yang
bahasa Indonesia dan dibagi atas dua komponen, yaitu 1)
pengembangan pola dasar kalimat struktur kalimat dasar bahasa
bahasa Indonesia yang muncul pada Indonesia dalam karya-karya tulis
karya-karya tulis siswa tunarungu siswa tunarungu, dan 2)
dan menyisihkan data yang tidak pengembangan pola dasar kalimat
diperlukan. 3) Klasifikasi dan bahasa Indonesia yang muncul pada
penafsiran data adalah data yang karya-karya tulis siswa tunarungu.
diperlukan dalam penelitian Struktur kalimat dasar
diklasifikasi sesuai dengan masalah bahasa Indonesia yang muncul pada
yang dikaji, yaitu diklasifikasikan karya-karya tulis siswa tunarungu
berdasarkan struktur kalimat dasar terdiri atas struktur kalimat dasar
bahasa Indonesia dan KB+KK (kata benda+kata kerja)
pengembangan pola dasar kalimat sebanyak 87 kalimat, struktur
bahasa Indonesia yang ada. Setelah kalimat dasar KB+KS (kata

5
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015

benda+kata sifat) sebanyak 18 muncul. Struktur kalimat dasar


kalimat, dan struktur kalimat dasar KB+KBil dan struktur kalimat dasar
KB+KB (kata benda+kata benda) KB+KDep sama sekali tidak muncul
sebanyak 2 kalimat. Sedangkan, dalam karya-karya tulis siswa
struktur kalimat dasar KB+KBil (kata tunarungu. Sedangkan dua jenis
benda dan kata bilangan) dan struktur kalimat dasar yang lain tetap
struktur kalimat dasar KB+KDep muncul, tetapi dengan frekuensi
(kata benda+kata depan) tidak yang lebih sedikit. Hal tersebut
muncul dalam karya-karya tulis ditunjukkan dengan jumlah struktur
siswa tunarungu. kalimat dasar KB+KK yang muncul
Pengembangan pola dasar dalam karya-karya tulis siswa
kalimat bahasa Indonesia yang tunarungu sebanyak 86 kalimat,
muncul pada karya-karya tulis siswa jumlah struktur kalimat dasar KB+KS
tunarungu dalam pembelajaran sebanyak 18 kalimat, dan jumlah
bahasa Indonesia di SMALB-B sruktur kalimat dasar KB+KB
Negeri Singaraja hanya sebatas sebanyak 3 kalimat..
perluasan predikat inti kalimat yang Secara garis besar, pada
terdiri atas perluasan dengan objek masing-masing karya tulis siswa
dan perluasan dengan keterangan. tunarungu selalu ada satu jenis
Sedangkan perluasan subjek inti pengunaan struktur kalimat dasar
kalimat tidak muncul dalam karya- yang mendominasi jenis struktur
karya tulis siswa tunarungu. Dari 14 kalimat dasar yang lain. Dengan
jenis perluasan pola dasar kalimat kata lain, kebanyakan siswa
bahasa Indonesia yang ada, hanya 7 menggunakan salah satu jenis
jenis perluasan yang muncul dalam struktur kalimat dalam penyusunan
karya-karya tulis siswa tunarungu, di kalimatnya. Contohnya, ada siswa
antaranya 1) perluasan dengan yang lebih banyak atau hanya
keterangan tempat berjumlah 57 menggunakan struktur kalimat dasar
kalimat, 2) perluasan dengan objek KB+KK daripada jenis struktur
penderita (Open) berjumlah 49 kalimat dasar yang lain. Dengan
kalimat, 3) perluasan dengan kata lain, pemerolehan kosakata
keterangan waktu berjumlah 12 siswa tunarungu lebih banyak pada
kalimat, 4) perluasan dengan kata benda dan kata kerja sehingga
keterangan alat berjumlah 5 kalimat, berpengaruh terhadap struktur
5) perluasan dengan keterangan kalimat yang muncul dalam karya-
tujuan berjumlah 4 kalimat, 6) karya tulis siswa tunarungu yang
perluasan dengan objek berkata lebih banyak menggunakan struktur
depan (Odep) berjumlah 2 kalimat, kalimat dasar KB+KK.
dan 7) perluasan dengan keterangan Hal tersebut dipengaruhi oleh
sebab berjumlah 2 kalimat. pemerolehan siswa tersebut
terhadap kosakata yang
Pembahasan diperolehnya melalui membaca
Dari hasil penelitian yang ujaran dan kata-kata yang dapat
peneliti lakukan menunjukkan bahwa dilihat dari bentuk gerak bibir lawan
siswa tunarungu di SMALB-B Negeri bicara. Senada dengan pendapat
Singaraja dari kelas X, kelas XI, dan yang dikemukakan oleh (Somantri,
kelas XII sudah cukup mampu 2006:101), bahwa anak tunarungu
menggunakan struktur kalimat dasar belajar memahami bahasa lisan
bahasa Indonesia. Dari lima jenis lewat membaca ujaran sehingga
struktur kalimat dasar bahasa kata-kata yang diucapkan dapat
Indonesia yang ada, struktur kalimat dilihat dari bentuk gerak bibir si
dasar KB+KK merupakan struktur pembicara. Hal tersebut membentuk
kalimat dasar yang paling banyak bahasa batinnya dan kemudian

6
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015

membentuk bahasa reseptif, yaitu yang dimiliki oleh siswa sangat


pemahaman terhadap lawan bicara sedikit yang disebabkan oleh
melalui bibir berdasarkan keterbatasan anak tunarungu dalam
pengalaman visualnya. mndengar sehingga
Bahasa yang diperoleh pemerolehannya terhadap kosakata
siswa tunarungu tersebut kemudian juga terbatas. Hal ini disebabkan
digunakan di dalam lingkungan karena dari kecil anak tunarungu
keluarga dan di lingkungan sekolah. hanya memperoleh kata sifat
Di dalam lingkungan keluarga atau sebatas kata rajin dan senang. Di
di rumah siswa lebih sering sekolah dari SD sampai SMA, guru
menggunakan kalimat-kalimat juga sering memberikan contoh
tersebut dengan orang tuanya ketika kalimat dengan penggunaan kata
hendak menyampaikan sesuatu. rajin dan senang sehingga kata-kata
Sedangkan di sekolah, guru tersebutlah yang lebih dikuasai oleh
kebanyakan menyampaikan kalimat siswa tunarungu.
yang berstruktur KB+KK dalam Struktur kalimat dasar yang
proses pembelajaran di kelas paling sedikit muncul dalam karya-
maupun ketika berada di luar kelas. karya tulis siswa tunarungu adalah
Guru juga sering memberikan struktur kalimat dasar KB+KB (kata
contoh-contoh penulisan kalimat benda+kata benda). Hal tersebut
dengan menggunakan struktur menunjukkan bahwa, siswa tidak
kalimat KB+KK. begitu menguasai struktur kalimat
Hasil penelitian ini memiliki dasar tersebut. Selain itu, kalimat
persamaan dengan hasil penelitian yang berstruktur KB+KB jarang
yang dilakukan oleh Desy (2009), digunakan oleh siswa di dalam
dalam penelitiannya yang berjudul lingkungan keluarga maupun di
“Pemerolehan Bahasa Indonesia dalam lingkungan sekolah. Ketika
Anak Tunarungu Usia 7-10 Tahun berkomunikasi menggunakan
(Studi Kasus pada Tina dan Viki)”. bahasa isyarat dan bahasa tulis
Menurutnya, pemerolehan kosakata siswa jarang menggunakan kalimat
pada Tina dan Viki pada penelitian yang berstruktur KB+KB dan guru
tersebut hanya sebatas kata benda juga jarang memberikan contoh
dan kata kerja, dan pemerolehan mengenai struktur kalimat dasar
kata benda menduduki tempat tersebut. Maka dari itu, pemahaman
tertinggi daripada kata kerja. atau kemampuan anak tunarungu
Temuan dari penelitian ini dalam membuat kalimat yang
juga menunjukkan bahwa dalam bertruktur ditentukan oleh
karya-karya tulis siswa tunarungu pemerolehan bahasanya memalui
juga muncul struktur kalimat dasar penglihatannya saja, sehingga kata
KB+KS (kata benda+kata sifat). atau kalimat apa yang lebih banyak
Kemunculan struktur kalimat dasar diperoleh melalui pengelihatannya,
KB+KS lebih sedikit dibandingkan maka kata atau kalimat itulah yang
dengan kemunculan struktur kalimat sering digunakan oleh siswa.
dasar KB+KK. Siswa cenderung Dari sekian banyak kalimat
menggukanan kata sifat yang sama dalam karya-karya tulis siswa
dalam struktur kalimat dasar KB+KS, tunarungu, struktur kalimat dasar
seperti penggunaan kalimat Saya KB+KBil (kata benda dan kata
senang, Saya rajin, Adik rajin, Kakak bilangan) dan struktur kalimat dasar
senang. Dengan kata lain, KB+KDep (kata benda+kata depan)
penggunaan kata sifat dalam kalimat tidak muncul dalam karya-karya tulis
siswa hanya sebatas kata rajin dan siswa tunarungu. Hal tersebut
senang. Hal tersebut mencerminkan menunjukkan bahwa kedua jenis
bahwa pembendaharaan kata sifat struktur kalimat dasar tersebut

7
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015

belum dikuasai oleh siswa. dasar yang belum dikuasai oleh


Sedangkan menurut Putrayasa siswa beserta contoh-contoh semua
(2009:25), ada lima struktur atau jenis struktur kalimat dasar bahasa
pola dasar kalimat bahasa Indonesia Indonesia dengan mencarikan
yang perlu dikuasai, yaitu (1) KB + metode-metode pembelajaran yang
KB, (2) KB + KK, (3) KB + KS, (4) lebih ampuh agar dapat
KB + KBil, dan (5) KB + KDep. mempermudah siswa dalam
Selain itu, terdapat beberapa kalimat memahami semua jenis struktur
dalam karya-karya tulis siswa kalimat dasar bahasa Indonesia
tunarungu yang susunan kata atau yang ada. Di sinilah peran guru
penempatan katanya kurang tepat. sebagai pembimbing sangat
Contohnya pada kalimat Bapak diperlukan dalam proses belajar
makanan beli di pasar yang muncul mengajar di kelas. Selain itu, guru
dalam karya tulis Luh Astari kelas X. juga berkewajiban untuk
Meskipun penyusunan katanya mengadakan konsultasi dan
kurang tepat, namun dapat dipahami kerjasama dengan orang tua siswa
bahwa maksud dari kalimat tersebut agar orang tua siswa dapat
adalah Bapak membeli makanan di membantu siswa memahami struktur
pasar. Dari susunan kalimat seperti kalimat dasar bahasa Indonesia
ini, dapat dilihat bahwa siswa yang mereka gunakan dalam
tunarungu masih mengalami kehidupan sehari-hari di lingkungan
hambatan pada penyusunan kata keluarga.
dalam sebuah kalimat sehingga Berdasarkan hasil analisis
struktur kalimat yang dibuat juga yang peneliti lakukan, siswa
kurang tepat dan kurang dipahami tunarungu di SMALB-B sudah cukup
karena anak tunarungu mngalami mampu mengembangkan pola dasar
hambatan dalam hal mendengar kalimat bahasa Indonesia. Meskipun
sehingga berpengaruh terhadap pola pengembangan yang mampu
kemampuan menulis yang dimiliki dibuat oleh siswa sebatas perluasan
oleh siswa. Hal ini senada dengan predikat inti kalimat saja. Sedangkan
yang diungkapkan oleh Mar’at perluasan subjek ini kalimat tidak
(2005:3), bahwa anak-anak muncul dalam karya-karya tulis
tunarungu tidak dapat belajar siswa tunarungu. Perluasan predikat
bahasa atau memperoleh inti kalimat yang paling banyak
kemampuan berbahasa atau muncul dalam karya tulis siswa
berbicara dengan cara yang normal. adalah perluasan dengan
Dampak dari ketunarunguan keterangan tempat, sedangkan
menyebabkan kemampuan anak perluasan predikat inti kalimat yang
tunarungu dalam menuangkan paling sedikit muncul adalah
bahasanya baik secara lisan perluasan dengan objek berkata
maupun tertulis menjadi kurang depan (Odep) dan perluasan dengan
sempurna dan sulit dipahami oleh keterangan sebab. Dalam satu
orang mendengar. kalimat yang di buat oleh siswa,
Dari temuan tersebut, guru terdapat lebih dari satu perluasan
selaku pendidik perlu memerhatikan predikat inti kalimat yang digunakan.
bahwa salah satu cara anak Temuan dari penelitian ini
tunarungu dalam belajar bahasa menunjukkan bahwa siswa
adalah dengan meniru dan tunarungu sudah cukup mampu
mengulang hal yang mereka peroleh mengembangkan pola dasar kalimat
melalui pengelihatannya. Sehingga, bahasa Indonesia meskipun tidak
guru perlu mengajarkan dan semua jenis perluasan pola dasar
menjelaskan lebih dalam lagi kalimat dikuasai oleh siswa. Dari 107
mengenai jenis-jenis struktur kalimat kalimat yang ada pada karya-karya

8
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015

tulis siswa tunarungu, perluasan sebatas perluasan predikat inti


yang muncul hanya sebatas kalimat, sedangkan perluasan
perluasan predikat inti kalimat, subjek inti kalimat sama sekali tidak
sedangkan perluasan subjek inti muncul. Hal tersebut disebabkan
kalimat sama sekali tidak muncul. oleh kekurangan yang dimiliki oleh
Hanya 7 jenis perluasan predikat inti siswa tunarungu dalam hal
kalimat yang muncul dalam karya- mendengar sehingga
karya tulis siswa tunarungu. kemampuannya dalam
Sedangkan menurut Putrayasa mengembangkan pola dasar kalimat
(2009:8-9), perluasan predikat inti bahasa Indonesia hanya sebatas
kalimat dengan objek dapat perluasan predikat inti kalimat.
dibedakan menjadi empat jenis, Siswa mengira
yaitu (1) Objek Penderita (Open), (2) pengembangan pola dasar kalimat
Objek Pelaku (Opel), (3) Objek hanya dapat dilakukan dengan
Penyerta atau Berkepentingan perluasan predikat inti kalimat saja.
(Okep), dan (4) Objek Berkata Selain itu, dalam proses belajar
depan (Odep). Perluasan dengan mengajar di kelas, siswa jarang
keterangan dapat dibedakan mendapatkan penjelasan dari guru
menjadi sepuluh jenis, yaitu (1) dan memperoleh contoh pola
Keterangan waktu, (2) Keterangan pengembangan kalimat berupa
tempat, (3) Keterangan sebab, (4) perluasan subjek inti kalimat. Selain
Keterangan akibat, (5) Keterangan karena keterbatasan siswa dalam
syarat, (6) Keterangan tujuan, (7) mendengar, penggunaan bahasa
Keterangan perlawanan, (8) isyarat dalam proses pembelajaran
Keterangan perbandingan, (9) bahasa Indonesia juga tergolong
Keterangan alat, dan (10) sulit. Guru mengalami kesulitan
Keterangan alat. Sehingga ada 14 dalam memberikan penjelasan
jenis perluasan predikat inti kalimat materi kepada siswa karena
yang ada, namun hanya 7 jenis pemahaman siswa terhadap
perluasan predikat inti kalimat yang penjelasan yang diberikan oleh guru
muncul dalam karya-karya tulis berbeda-beda. Siswa hanya
siswa tunarungu. Hal tersebut menuliskan apa yang mereka
mengindikasikan bahwa ketahui dan yang mereka peroleh
kemampuan siswa terhadap melalui pengelihatannya saja.
perluasan pola kalimat dasar hanya Sehingga, pengembangan struktur
sebatas itu. atau pola dasar kalimat yang dibuat
Perluasan predikat inti oleh siswa tunarungu sudah
kalimat yang paling banyak muncul dianggap mampu untuk
adalah perluasan dengan memperjelas maksud yang ingin
keterangan tempat sebanyak 57 disampaikan oleh siswa tunarungu.
kalimat dan perluasan dengan objek Apabila seseorang telah
penderita (Open) sebanyak 49 mampu membuat kalimat dengan
kalimat, sedangkan perluasan struktur yang lengkap serta
predikat inti kalimat yang paling perluasan atau pengembangannya,
sedikit muncul adalah perluasan maka hal tersebut dapat
dengan objek berkata depan (Odep) mencerminkan pola pikir yang
dan perluasan dengan keterangan dimilikinya. Seperti pendapat yang
sebab yang masing-masing dikemukakan oleh Bruner (dalam
berjumlah 2 kalimat. Chaer 2009:59) bahwa bahasa
Dari temuan tersebut, dapat dalah alat pada manusia untuk
diketahui bahwa penguasaan siswa mengembangkan dan
terhadap pengembangan pola dasar menyempurnakan pemikiran.
kalimat bahasa Indonesia hanya

9
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015

Temuan dari penelitian ini isyarat maupun bahasa tulis


mencerminkan bahwa pola pikir atau mengenai jenis-jenis perluasan pola
pemikiran yang dimiliki oleh siswa dasar kalimat bahasa Indonesia
tunarungu di sekolah tersebut sudah beserta contohnya agar kemampuan
cukup berkembang meskipun siswa tunarungu dalam
terdapat beberapa kalimat yang mengembangkan pola dasar kalimat
penyusunan katanya kurang bahasa Indonesia dapat meningkat.
sistematis dan pemilihan kata yang Penelitian ini memiliki
digunakan kurang tepat, namun keterbatasan baik dari segi subjek
unsur wajib yang harus ada dalam dan objek yang diteliti. Keterbatasan
sebuah kalimat sudah dapat penelitian yang peneliti lakukan
terpenuhi dan siswa juga sudah terletak pada subjek penelitian yang
mampu mengembangkan pola dasar hanya mengambil karya-karya tulis
kalimat bahasa Indonesia dengan siswa tunarungu, dan objek
tujuh jenis perluasan predikat inti penelitian yang terfokus pada
kalimat. Jadi dalam hal ini, bahasa struktur kalimat dasar bahasa
adalah alat pada manusia untuk Indonesia dan pengembangan pola
mengembangkan dan dasar kalimat bahasa Indonesia
menyempurnakan pemikiran. yang muncul pada karya-karya tulis
Senada dengan yang diungkapkan siswa tunarungu dalam
oleh Chaer (2009:59), bahwa pembelajaran bahasa Indonesia.
bahasa dapat membantu pemikiran Masih banyak hal yang perlu diteliti
manusia supaya dapat berpikir oleh peneliti lain, misalnya subjek
secara sistematis. yang dapat diteliti yaitu siswa
Meskipun siswa tunarungu di tunarungu dan guru bahasa
SMALB-B Negeri Singaraja sudah Indonesia, dan objek yang dapat
cukup mampu mengembangkan diteliti, misalnya mengenai
beberapa pola dasar kalimat bahasa penggunaan diksi, pemahaman
Indonesia, namun masih banyak terhadap wacana, kemampuan
perluasan kalimat yang belum berbicara anak tunarungu, dan
dikuasai oleh siswa. Dalam karya- sebagainya guna memperoleh
karya tulis siswa banyak pola gambaran yang lengkap mengenai
perluasan kalimat yang tidak kemampuan siswa tunarungu dalam
muncul, di antaranya adalah berbahasa.
perluasan subjek inti kalimat,
perluasan dengan objek pelaku, PENUTUP
perluasan dengan objek penyerta Berdasarkan hasil penelitian
atau berkepentingan, perluasan dan pembahasan yang telah
dengan keterangan akibat, disampaikan dapat ditarik simpulan
perluasan dengan keterangan sebagai berikut.
syarat, perluasan dengan 1) Struktur kalimat dasar bahasa
keterangan perlawanan, perluasan Indonesia yang muncul pada karya-
dengan keterangan perbandingan, karya tulis siswa tunarungu dalam
dan perluasan dengan keterangan pembelajaran bahasa Indonesia di
keadaan. SMALB-B Negeri Singaraja terdiri
Perluasan-perluasan tersebut atas struktur kalimat dasar KB+KK
juga penting dikuasai oleh siswa (kata benda+kata kerja), struktur
tunarungu. Maka peran guru dalam kalimat dasar KB+KS (kata
pembelajaran bahasa Indonesia benda+kata sifat), dan struktur
khususnya dalam pembelajaran kalimat dasar KB+KB (kata
menulis kalimat bahasa Indonesia benda+kata benda). Kebanyakan
harus menekankan kepasa siswa siswa menggunakan struktur kalimat
tunarungu baik melalui bahasa dasar KB+KK dibanding struktur

10
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015

kalimat yang lainnya. Kemunculan bahasa Indonesia hanya sebatas


struktur kalimat dasar KB+KS lebih perluasan predikat inti kalimat.
sedikit dibandingkan dengan Berdasarkan simpulan di atas,
kemunculan struktur kalimat dasar diajukan saran sebagai berikut.
KB+KK. Siswa cenderung 1) Bagi Guru
menggunakan kata sifat yang sama Guru hendaknya lebih menekankan
dalam struktur kalimat dasar KB+KS. terhadap pembelajaran menulis
Struktur kalimat dasar yang paling kalimat bahasa Indonesia kepada
sedikit muncul dalam karya-karya siswa tunarungu melalui metode-
tulis siswa tunarungu adalah struktur metode yang lebih menarik dan
kalimat dasar KB+KB (kata memvariasikan contoh penggunaan
benda+kata benda). Sedangkan, struktur kalimat dasar bahasa
struktur kalimat dasar KB+KBil (kata Indonesia dan pengembangan pola
benda dan kata bilangan) dan dasar kalimat bahasa Indonesia,
struktur kalimat dasar KB+KDep agar kemampuan siswa tunarungu
(kata benda+kata depan) tidak dalam menulis kalimat bahasa
muncul dalam karya-karya tulis Indonesia dapat meningkat sehingga
siswa tunarungu. tidak hanya terpaku pada beberapa
2) Pengembangan pola dasar kalimat struktur kalimat dasar dan beberapa
bahasa Indonesia yang muncul pengembangan pola kalimat saja.
pada karya-karya tulis siswa Selain itu, guru diharapkan untuk
tunarungu dalam pembelajaran menghimbau para orang tua siswa
bahasa Indonesia di SMALB-B tunarungu agar dalam lingkungan
Negeri Singaraja hanya sebatas keluarga, orang tua bisa
perluasan predikat inti kalimat yang mengajarkan anak-anak mereka
terdiri atas perluasan dengan objek dalam membuat kalimat dengan
dan perluasan dengan keterangan. struktur yang lebih bervariasi dan
Sedangkan perluasan subjek inti dapat mengembangkan pola dasar
kalimat tidak muncul dalam karya- kalimat bahasa Indonesia dengan
karya tulis siswa tunarungu. Dari 14 perluasan-perluasan yang bervariasi
jenis perluasan pola dasar kalimat pula.
bahasa Indonesia yang ada, hanya 7 2) Bagi Peneliti Lain
jenis perluasan yang muncul dalam Peneliti lain diharapkan melakukan
karya-karya tulis siswa tunarungu, di penelitian mengenai pembelajaran
antaranya 1) perluasan dengan bahasa Indonesia di SLB-B dengan
keterangan tempat, 2) perluasan aspek yang berbeda, misalnya
dengan objek penderita (Open), 3) mengenai penggunaan diksi,
perluasan dengan keterangan pemahaman terhadap wacana,
waktu, 4) perluasan dengan kemampuan berbicara anak
keterangan alat, 5) perluasan tunarungu, dan sebagainya guna
dengan keterangan tujuan, 6) memperoleh gambaran yang
perluasan dengan objek berkata lengkap mengenai kemampuan
depan (Odep), dan 7) perluasan siswa tunarungu dalam berbahasa.
dengan keterangan sebab.
Penguasaan siswa terhadap DAFTAR PUSTAKA
pengembangan pola dasar kalimat Aherini, Ketut. 2010. Penerapan
bahasa Indonesia hanya sebatas KTSP Pengajaran Bahasa
perluasan predikat inti kalimat. Hal Indonesia Aspek Berbicara di
tersebut disebabkan oleh SMPLB-B Negeri Singaraja.
kekurangan yang dimiliki oleh siswa Skripsi (tidak diterbitkan).
tunarungu dalam hal mendengar Jurusan Pendidikan Bahasa dan
sehingga pemerolehannya terhadap Sastra Indonesia. Undiksha
pengembangan pola dasar kalimat Singaraja.

11
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015

Arifin, E. Zaenal dan S. Amran


Tasai.2006. Cermat Berbahasa
Indonesia untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Akademika
Pressindo.
Carter, Ronald dan MoCharty. 1988.
Vocabulary and Language
Teaching: Applied Linguistics
and Language Study. NewYork:
Longman.
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik:
Kajian Teoritik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Desy, Yosinta. 2009. Pemerolehan
Bahasa Indonesia Anak
Tunarungu Usia 7-10 Tahun
(Studi Kasus Pada Tina Dan
Viki). Skripsi (tidak diterbitkan).
Jurusan Pendidikan Bahasa-
Sastra Indonesia dan Daerah.
Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Iskandarwassid, dan H.Danang
Sunendar. 2011. Strategi
Pembelajaran Bahasa.
Bandung. PT Remaja
Rosdakarya.
Keraf, G. 1984. Tata Bahasa
Indonesia. Jakarta: Nusa Indah.
Mar’at, Samsunuwiyati. 2005.
Psikolinguistik Suatu
Pengantar. Bandung: Refika
Aditama.
Putrayasa, Ida Bagus. 2009. Jenis
Kalimat dalam Bahasa
Indonesia. Bandung: PT Refika
Aditama.
Rahayu, Minto. 2007. Bahasa
Indonesia di Perguruan Tinggi.
Jakarta: PT Grasindo.
Somantri, T. Sutjihati. 2006.
Psikologi Anak Luar Biasa.
Bandung: PT Rfika Aditama.
Suandi. 2008. Pengantar Metodologi
Penelitian Bahasa. Singaraja:
Universitas Pendidikan
Ganesha.

12

Anda mungkin juga menyukai