PENGERTIAN ETIKA
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional di
perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem
pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan
santun, tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga
kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa
merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai
dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal
itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat kita. Menurut para ahli
maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara
sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etikaatau lazim
juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-
kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh
beberapa ahli berikut ini : – Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan
manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. – Drs. Sidi Gajalba dalam
sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari
segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. – Drs. H. Burhanudin
Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang
menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
Makalah Contoh Pelanggaran Etika, Moral, Norma Agama Dan Norma
Hukum
By Santi Nur 02:36 // 3 comments
Etika “mengawasi” manusia dari apa-apa yang baik sehingga boleh dilakukan dan yang apa-apa yang
buruk sehingga dilarang. Ketika seseorang melakukan suatu tindakan yang melanggar nilai-nilai etika
atau moral, secara alamiah ia akan merasa bersalah dengan dirinya sendiri.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari penilaian tentang baik buruknya
perilaku atau tindakan yang dilakukannya. Penilaian akan suatu perbuatan dapat mengacu kepada
norma-norma yang berlaku di masyarakat dan tentunya mengacu juga kepada norma-norma moral
yang ada di dalam dirinya sendiri. Manusia diciptakan dengan akal dan kesadaran. Kesadaran disini
tidak hanya berarti aware, tetapi juga sadar dengan apa yang diperbuatnya dan posisinya sebagai
makhluk yang melakukan suatu perbuatan. Manusia selalu membatasi diri dalam melakukan suatu
tindakan berdasarkan nila-nilai etika. Etika “mengawasi” manusia dari apa-apa yang baik sehingga
boleh dilakukan dan yang apa-apa yang buruk sehingga dilarang. Ketika seseorang melakukan suatu
tindakan yang melanggar nilai-nilai etika atau moral, secara alamiah ia akan merasa bersalah dengan
dirinya sendiri.
. Untuk itu sudah seharusnya kita sebagai manusia menghindari apa yang dilarang oleh
norma-norma etika dan mengikuti apa yang sebenarnya diinginkan oleh hati nurani kita. Sebagai
manusia tentunya kita sudah mengetahui bahwa tindakan-tindakan seperti mencuri, merampas,
membunuh, memfitnah, berbohong, dan lain sebagainya merupakan bentuk-bentuk tindakan yang
tidak etis sehingga sedapat mungkin bahkan memang harus benar-benar dihindarkan, sekalipun
tindakan-tindakan tersebut tidak diketahui oleh orang lain. Karena perbuatan-perbuatan tersebut
pada akhirnya akan menjadi suatu pelanggaran etika retrospektif di masa mendatang yang akan
meyebabkan suatu penyesalan dalam diri.
Namun Ada beberapa orang yang terlalu naif menganggap bahwa suatu tindakan atau
perbuatan yang dilakukannya itu berdasarkan bisikan hati nurani, dimana hati nurani merupakan
representasi dari bisikan Tuhan. Jadi mereka merasa benar walaupun pada kebenarannya itu
menyimpang dari nilai dan norma yang selama ini ada dimasyarakat.
1. Bagaimana bentuk penyimpangan etika yang melanggar nilai dan norma di masyarakat?
2. Bagaimana bentuk penyimpangan moral yang melanggar nilai dan norma di masyarakat?
3. Bagaimana bentuk penyimpangan norma agama yang melanggar nilai dan norma di
masyarakat?
4. Bagaimana bentuk penyimpangan norma hukum yang melanggar nilai dan norma di
masyarakat?
1.3 Tujuan
1. Memahami bentuk-bentuk penyimpangan etika yang melanggar nilai dan norma di masyarakat.
2. Memahami bentuk-bentuk penyimpangan moral yang melanggar nilai dan norma di masyarakat.
3. Memahami bentuk-bentuk penyimpangan norma agama yang melanggar nilai dan norma di
masyarakat.
4. Memahami bentuk penyimpangan norma hukum yang melanggar nilai dan norma di masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia
dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.
Dalam pergaulan etika berbicara itu penting, tidak boleh asal bicara seperti itulah etikanya.
Apalagi berbicara dan berkata-kata kasar. Kasus pelanggaran etika yang seperti ini sering kita jumpai
dalam kehidupan sehari-hari. Ketika seseorang berbicara kasar maka seseorang pun akan bisa
menilai kepribadiannya. Karena orang-orang pasti akan menilai kita dari segi bicara kita, cara kita
bersikap dan lain sebagainya. Dan jika kita membahasa tentang gaya bicara lebih lanjut lagi ,
berbicara kasar dan sembarangan dalam mengeluarkan suara bukan hanya akan melanggar etika
juga nantinya akan bertentangan dengan norma, seperti norma kesopanan dan bahkan norma
hukum jika sampai mencemarkan nama baik seseorang.
Bahkan anak anak dibawah umur pun saat ini sudah banyak dan mungkin beberapa dari kita
sering mendengar anak anak dibawah umur berbicara kasar atau kata kata yang tidak layak untuk
diucapkan pada usia mereka kasus ini juga merupaka pelanggaran etika baik dari segi anak anak
tersebut atau pun bisa juga dari lingkungan tempat tinggal mereka bahkan yang lebih parah nya
mungkin orang tua mereka sendiri yang memang sudah biasa bersikap seperti itu dirumah, menurut
saya itu merupakan pelanggaran etika yang sangat berbahaya karena kasus seperti itu sangat
membahayakan eksistensi Etika pada generasi muda di Indonesia, karena generasi muda seharusnya
disiapkan dan dididik dengan baik untuk kemajuan bangsa ini bukan malah dirusak atau tidak
dibekali etika dan moral yang bagus, pada siapa lagi bangsa ini berharap selain kepada generasi
generasi muda kita sendiri.
Ini memang kasus pelanggaran etika lama yang tidak boleh kita lupakan begitu saja karena
setidaknya kita bisa mengambil pelajaran penting. Kasus ini terjadi pada tahun 2005 yang banyak
diberitakan di media-media.
PT Kereta Api Indonesia telah mengalami kerugian sebesar 63 milyar. ini terjadi karena telah
tiga tahun PT KAI tidak dapat menagih pajak pihak ketiga.Tetapi, dalam laporan keuangan itu, pajak
pihak ketiga dinyatakan sebagai pendapatan. Padahal, berdasarkan standar akuntansi keuangan, ia
tidak dapat dikelompokkan dalam bentuk pendapatan atau asset.
1. Perkosaan
Saya menuliskan pemerkosaan sebagai poin yang pertama karena saya sangat
menyayangkan para korban-korban yang merupakan para perempuan dan anak-anak dibawah umur.
Saya sebagai seorang perempuan pasti berharap hal tersebut jangan sampai terjadi pada diri saya
dan pada oarang disekitar saya. Karena akibat dari penyimpangan moral yang satu ini akan merusak
masa depan cerah para perempuan.
Dalam sebuah artikel Republika.co.id, sebuah lembaga penelitian Indonesia Police Watch
(IPW) melihat kecenderungan meningkatnya angka perkosaan di Indonesia tahun ini. Menurut
Ketua Presidium IPW, Neta S Pane, meski belum memiliki angka pasti untuk tahun ini, namun
kecenderungan tersebut telah terlihat. Tahun 2013 setiap bulan tiga sampai empat kasus perkosaan
di seluruh indonesia. Tahun 2014, empat hingga enam setiap bulan. Tercatat, hingga 50 persen
pelaku perkosaan adalah anak berusia di bawah 20 tahun. Sebagian dari para remaja memperkosa
teman perempuannya.
Menurut saya tindakan pemorkasaan bukan hanya melanggar moral tetapi juga melanggar
nilai dan juga norma. Norma agama terutama, di Indonesia ini walaupun ada beragam agama tetapi
tidak satupun yang membenarkan tindakan pemerkosaan, apalagi agama islam.
2. Tawuran
Tawuran juga merupakan perilaku penyimpangan moral. Walaupun saya tidak sering
melihatnya di Aceh, mungkin hal semacam ini sering terjadi dikota-kota besar. Tawuran sering
dilakukan pada sekelompok remaja terutama oleh para pelajar sekolah. Kekerasan dengan cara
tawuran sudah dianggap sebagai pemecah masalah yang sangat efektif yang dilakukan oleh para
remaja. Hal ini seolah menjadi bukti nyata bahwa seorang yang terpelajar pun leluasa melakukan
hal-hal yang bersifat anarkis, premanis, dan rimbanis.
Tentu saja perilaku buruk ini tidak hanya merugikan orang yang terlibat dalam perkelahian
atau tawuran itu sendiri tetapi juga merugikan orang lain yang tidak terlibat secara
langsung.sungguh tidak sesuai dengan moral dan nilai yang diajarkan selama ini. Apalagi anak
sekolahan, yang seharusnya ia menunjukkan dirinya sebagai generasi bangsa berperilaku baik.
2) HIV/AIDS
Globalisasi dan modernisasi tidak dapat dipungkiri lagi telah mendatangkan keuntungan bagi
manusia. Arus informasi yang masuk ke negeri ini semakin sulit dibendung. Dampak negatifnya,
banyak remaja yang terjerumus mengikuti budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia,
misalnya seks pranikah dan maraknya penyalahgunaan Narkoba.
5. Menyontek
Menyontek mungkin penyimpangan moral yang tidak akan dipenjara. Namun Perilaku
menyontek harus dihilangkan, karena hal tersebut sama artinya dengan tindakan kriminal mencuri
hak milik orang lain. Namun nyatanya perilaku menyontek semakin mengalami peningkatan. Perilaku
menyontek telah merambah ke berbagai penjuru, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.
Tak hanya dilakukan oleh siswa maupun mahasiswa yang berprestasi rendah, tetapi juga siswa serta
mahasiswa yang berprestasi tinggi pernah melakukannya. Sebagaimana survey yang dilakukan oleh
Who’s Who Among American High School Student, menunjukkan bahwa mahasiswa terpandai
mengakui pernah menyontek, untuk mempertahankan prestasinya.
Menyontek berarti tidak jujur. Sedangkan kejujuran itu bagian dari etika, maka menyontek
bearti melanggar etika juga. Dan tidak jujur itu dosa jadi melanggar norma agama juga .
Karena saya orang Islam dan akam membahas tentang pelanggaran norma agama maka
sebbelum membahas tentang hal-hal lain seperti penistaan agama, terlebih dahulu saya akan
membahas tentang meninggalkan shalat wajib yang nantinya dosanya akan kita tanggung secara
pribadi dengan Allah subhanahuwataala nanti.
Dalam norma agama seseorang yang tidak melakukan apa yang diatur oleh agamanya maka
melanggar norma agama. Dan di dalam islam shalat merupakan kewajiban, dan jika kita
meninggalkan shalat maka kita melanggar norma agama. Sanksinya apa? Sanksinya neraka. Begitu
juga dengan perintah-perintah atau ibadah lainnya seperti zakat dan puasa.
2. LGBT
LGBT melanggar norma agama dan hukum positif. Apalagi di Indonesia dua hukum ini adalah
pegangan hidup bernegara. Meskipun dalam hal Indonesia bukan negara yang konsen dengan
agama tertentu, tapi tetap nilai ajaran agama dijunjung tinggi bahkan agama mendasari kehidupan
berbangsa dan bernegara. Ini dapat dilihat dengan adanya sila pertama.
Beda halnya dengan negara lain, seperti Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa
melegalkan, tapi identitas dan karakter negara kita beda. Dasar negara kita pancasila dan ketuhanan
yang maha esa. Jadi jelas kita bukan negara liberal. Tidak ada agama yang melegalkan hubungan
sesama jenis karena jelas mudharatnya (kerusakannya). Demikian pula dengan hukum positif juga
melarangnya. Ini yang harus kita sadarkan, jangan sampai identitas dan karakter kita sebagai bangsa
yang berketuhanan dan beradab dirusak oleh budaya liberal yang sangat permisif.
Jadi LGBT dan pernikahan sejenis melanggar tiga norma sekaligus yaitu, norma agama, norma
hukum dan norma kesusilaan.
3. Kasus Penistaan Agama Ahok
Kasus yang sedang ramai diperbincangkan dan sedang dalam proses ini melibatkan kepala
pemerintah yang seharusnya tidak pantas melakukan pelanggaran seperti itu. Ahok yang dengan
berani nya telah mengatakan bahwa orang islam ini di bohongi oleh Al-quran yang merupakan
pedoman hidup umat islam itu sendiri. Seharusnya dia yang sebagai umat beragama, seharusnya
menghargai agama orang lain. Seperti itu kan yang seharusnya, kita hidup bermasyarakat yang
memiliki keragaman budaya dan agama harus saling menghargai.
Menurut saya kasus Ahok yang juga merupakan kasus hukum, juga merupakan pelanggaran
etika. Dia telah sembarangan mengeluarkan suaranya. Dan dimana moral dia sebagai seorang
seorang pemimpin yang juga seorang yang berpendidikan.
Semoga kita dapat mengambil hikmah dari kasus Ahok ini, karena setidaknya kita sebagai
seoarang muslim ini menjadi lebih mengingat lagi seperti yang tertera di dalam Surat Al-Maidah ayah
51 tersebut, bahwa kita umat islam dilarang memilih pemimpin yang kafir
Kasus Pembunuhan Bocah SD, Polisi Resort (Polres) Aceh Timur akhirnya berhasil mengungkap
kasus pembantaian sadis yang menimpa bocah kelas IV SD, Khairul Wara (10), Warga Dusun
Tambi Gampong Cot Asan, Kecamatan Nurussalam Aceh Timur, yang sebelumnya ditemukan telah
tidak benyawa lagi di hutan belakang rumahnya dengan kondisi yang mengenaskan.
Atas tindakan pelanggaran norma yang dilakukannya pelaku pun harus mendapatkan
hukuman yang setimpal agar menurunkan angka kejadian yang serupa. Disini dia sebagai seorang
ayah yang seharusnya menjadi contoh yang baik anak bagi anaknya. Ia telah melanggar moral, dan
juga bertentangan dengan moral agama.
Sindonews.com - Setelah dinyatakan hilang selama empat hari, balita yang diketahui bernama
Fahri Husaini (4) akhirnya ditemukan tewas dengan kondisi yang mengenaskan, Tragisnya, sekujur
tubuh ditemukan dengan kondisi tubuh yang telah dibalut semen. Sadisnya, pelaku tega menyemen
jasad bocah tersebut hingga menyerupai patung. Diduga pembunuhan tersebut dilatari dendam
pelaku terhadap orang tua korban yang kerap mengejeknya.
Sungguh tidak bermoral, tidak beretika, dan melanggar banyak norma dan nilai didalam
masyarakat.
Jumlah kasus korupsi di Indonesia terus meningkat. Kasus korupsi yang telah diputus oleh
Mahkamah Agung (MA) dari 2014-2015 sebanyak 803 kasus. Jumlah ini meningkat jauh dibanding
tahun sebelumnya. Politikus dan swasta tercatat sebagai pelaku terbesar untuk korupsi. Totalnya
sekitar 1.420 terpidana. Sedangkan jumlah pelaku korupsi pegawai negeri sipil (PNS) mencapai 1.115
terpidana. Setidaknya ada Daftar 20 Kasus Korupsi Besar Yang Masih Belum Mampu Diselesaikan
Oleh Kepolisian Republik Indonesia.
Salah satu nya adalah Kasus PT Jamsostek (2002). Kerugian mencapai Rp 45 miliar. Mantan
Dirut PT Jamsostek Akmal Husein dan mantan Dirut Keuangan Horas Simatupang telah ditetapkan
sebagai tersangka. Proses hukum selanjutnya tidak jelas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam kehidupan kita akan selalu berhadapan dengan penilaian-penilaian tentang etis atau
tidaknya perbuatan yang kita lakukan. Oleh karena itu, menurut hemat saya, kita seharusnya
membatasi diri dan perbuatan kita berdasarkan nilai-nilai etis yang ada dalam hati nurani kita, tanpa
meninggalkan pula penilaian-penilaian logis.
Semua bentuk pelanggaran baik etika, moral maupun nilai dan norma, kesemuanya saling
berkaitan satu sama lain. Dan semua bentuk pelanggaran akan mendapatkan sanksi baik itu secara
langsung maupun tidak dalam berbagai macam bentuk.