Anda di halaman 1dari 20

a) PEMBELAJARAN MATEMATIKA

a) Pengertian pembelajaran

Dalam bukunya Sugandi, dkk (2004:9) menyatakan bahwa pembelajaran terjemahan dari
kata “instruction” yang berarti self instruction (dari internal) dan eksternal instructions (dari
eksternal). Pembelajaran yang bersifat eksternal antara lain datang dari guru yang disebut teacing
atau pengajaran. Dalam pembelajaran yang bersifat eksternal prinsip-prinsip belajar dengan
sendirinya akan menjadi prinsip-prinsip pembelajaran.

Pembelajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas
belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan seorang guru dalam konteks mengupayakan
terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara pengajar itu sendiri dengan si belajar.

Beberapa pengertian tentang pembelajaran menurut para ahli adalah sebagai berikut :

 Menurut Nazarudin (2007:163) pembelajaran adalah suatu peristiwa atau situasi yang
sengaja dirancang dalam rangka membantu dan mempermudah proses belajar dengan
harapan dapat membangun kreatifitas siswa.
 Menurut Syaiful Sagala (2009:61) pembelajaran adalah “membelajarkan siswa
menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama
keberasilan pendidikan”.
 Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan
pembelajaran adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar”.
 Menurut Oemar Hamalik (2006:239) pembelajaran adalah “suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang
paling mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran”. Dari teori – teori yang di
kemukakan banyak ahli tentang pembelajaran Oemar Hamalik mengemukakan 3 (tiga)
rumusan yang dianggap lebih maju, yaitu :
 Pembelajaran adalah upaya mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan kondisi
belajar bagi peserta didik.
 Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga
masyarakat yang baik.
 Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat
sehari – hari.
 Menurut Suyono (2011:18) Definisi pembelajaran yang mengacu pada konsep Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, yaitu mengajar adalah suatu proses kegiatan untuk membantu
orang lain mencapai kemajuan seoptimal mungkin sesuai dengan tingkat perkembangan
potensi kognitif, afektif, maupun psikomotornya.
            Dari beberapa pengertian pembelajaran menurut para ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang berupaya mendapatkan berbagai macam
pengetahuan dan pengalaman yang meluas.

b) Pengertian Matematika
Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari
perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya
mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike
berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang
artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti
ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan
kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil
observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan ide,
proses, dan penalaran (Russeffendi ET, 1980 :148). 

Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris.


Kemudian pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan penalaran
di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk konsep-konsep matematika supaya konsep-
konsep matematika yang terbentuk itu mudah dipahami oleh orang lain dan dapat dimanipulasi
secara tepat, maka digunakan bahasa matematika atua notasi matematika yang bernilai global
(universal). Konsep matematika didapat karena proses berpikir, karena itu logika adalah dasar
terbentuknya matematika.
Pada awalnya cabang matematika yang ditemukan adalah Aritmatika atau Berhitung, Aljabar,
Geometri setelah itu ditemukan Kalkulus, Statistika, Topologi, Aljabar Abstrak, Aljabar Linear,
Himpunan, Geometri Linier, Analisis Vektor, dll.

Beberapa Definisi Para Ahli Mengenai Matematika antara lain :

 Russefendi (1988 : 23) Matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak


didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil di mana dalil-dalil setelah
dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu
deduktif.
 James dan James (1976 : 50). Matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk,
susunan, besaran, dan konsep- konsep yang berhubungan satu dengan lainnya. Matematika
terbagi dalam tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis dan geometri. Tetapi ada pendapat yang
mengatakan bahwa matematika terbagi menjadi empat bagian yaitu aritmatika, aljabar,
geometris dan analisis dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika.
 Johnson dan Rising dalam Russefendi (1972 : 32)  Matematika adalah pola berpikir, pola
mengorganisasikan,pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan
istilah yang didefinisikan dengan cermat , jelas dan akurat representasinya dengan simbol
dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Matematika
adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat dalam teori-teori dibuat secara
deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang
telah dibuktikan kebenarannya adalah ilmu tentang keteraturan pola atau ide, dan matematika
itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.
 Reys – dkk (1984 : 16) Matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu
jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.
5. Kline (1973 : 25) Matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna
karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia
dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
Matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar). Konsep
matematika didapat karena proses berpikir, karena itu logika adalah dasar terbentuknya
matematika. Dalam Standar Isi disebutkan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang
mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin
dan memajukan daya pikir manusia. Russefendi (dalam Heruman, 2012:1) mengemukakan
bahwa matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang menolak pembuktian secara
induktif, ilmu tentang pola keteraturan dan struktur yang teroganisasi. Menurut Soedjadi
(2000:11) hakikat matematika yaitu memiliki objek tujuan yang abstrak, bertumpu pada
kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.
Sebagai sebuah ilmu pengetahuan, matematika memiliki karakteristik. Menurut Soedjadi
(2000:13), karakteristik tersebut antara lain memiliki objek kajian yang abstrak, bertumpu pada
kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki simbol kosong dari arti, memperhatikan semesta
pembicaraan, konsisten dalam sistemnya.
Soedjadi (dalam Muhsetyo, 2008:1.2) menyatakan bahwa keabstrakan matematika karena
objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, operasi dan prinsip. Untuk itu Heruman (2012:2)
menyatakan bahwa dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa
perlu diberi penguatan agar bertahan lama di memori siswa, sehingga akan melekat dalm pola
pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran
melalui perbuatan dan pengertian (contextual), tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta
saja.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat matematika merupakan
sebuah ilmu pengetahuan eksak yang teroganisir secara sistematik dan memiliki tujuan yang
abstrak, bertumpu pada kesepakatan serta pola pikir yang deduktif.
dari beberapa definisi tentang matematika di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika
merupakan ilmu yang berkaitan dengan angka, struktur dan hubungan-hubunganya yang diatur
secara terorganisasi menurut urutan yang logis dan matematis. Dari berbagai sudut pandang
ilmuwan dalam mendefinisikan matematika,
menurut R. Soedjadi, ada beberapa karakteristik matematika sebagai berikut:
 Memiliki objek yang abstrak
 Bertumpu pada kesepakatan
 Berpola pikir deduktif
 Memiliki simbol yang kosong dari arti
 Memerhatikan semesta pembicaraan
 Konsisten dalam sistemnya.
Tujuan matematika terdiri dari Memahami konsep matematika; Menggunakan
penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti; Memecahkan masalah; Mengomunikasikan gagasan dengan
simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; Memiliki
sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.
c) Pembelajaran matematika
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur manusiawi, materiel,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses atau kegiatan guru matematika
dalam mengerjakan matematika kepada peserta didiknya, yang di dalamnya terkandung upaya
guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan
kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta
didik serta antara peseta didik dengan peserta didik dalam mempelajari matematika
Pembelajaran matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola pikir dalam
pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan diantara pengertian-
pengertian itu. Dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh
pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari
sekumpulan objek (abstraksi). Siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat
untuk memahami atau menyampaikan informasi misalnya melalui persamaan-persamaan, atau
tabel-tabel dalam model-model matematika yang merupakan penyederhanaan dari soal-soal
cerita atau soalsoal uraian matematika lainnya
NCTM (National Coucil of Teachers of Mathematics) merekomendasikan 4 (empat)
prinsip pembelajaran matematika, yaitu :
 Matematika sebagai pemecahan masalah.
 Matematika sebagai penalaran.
 Matematika sebagai komunikasi, dan
 Matematika sebagai hubungan (Erman Suherman, 2003:298).
Matematika perlu diberikan kepada siswa untuk membekali mereka dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Standar Isi
dan Standar Kompetensi Lulusan.
(Depdiknas, 2006:346) menyebutkan pemberian mata pelajaran matematika bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
 Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasi
konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.
 Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika.
 Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model
matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
 Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
menjelaskan keadaan/masalah.
 Memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu: memiliki rasa
ingin tahu, perhatian, dan minat dalam pelajaran matematika serta sikap ulet dan percaya diri
dalam pemecahan masalah. Tujuan umum pertama, pembelajaran matematika pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah adalah memberikan penekanan pada penataan latar dan
pembentukan sikap siswa. Tujuan umum adalah memberikan penekanan pada keterampilan
dalam penerapan matematika, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu
mempelajari ilmu pengetahuan lainnya. Fungsi mata pelajaran matematika sebagai: alat, pola
pikir, dan ilmu atau pengetahuan (Erman Suherman, 2003:56). Pembelajaran matematika di
sekolah menjadikan guru sadar akan perannya sebagai motivator dan pembimbing siswa
dalam pembelajaran matematika di sekolah
Ada beberapa teori yang mendukung pembelajaran matematika di atas, diantaranya
sebagai berikut:
 Teori Metakognitif
Arends, mengemukakan pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan seseorang
tentang pembelajaran diri sendiri atau kemampuan untuk menggunakan strategi-strategi belajar
tertentu dengan benar. Sementara itu Howard, menyatakan keterampilan metakognitif diyakini
memegang peranan penting pada banyak tipe aktivitas kognitif termasuk pemahaman,
komunikasi, perhatian (attention), ingatan (memory), dan pemecahan masalah. Teori
metakognitif ini merekomendasikan agar guru mengakui keragaman kompetensi yang dimiliki
setiap individu. Dengan demikian peserta didik hendaknya diberikan kemerdekaan untuk
memahami pembelajaran sesuai kompetensinya masing-masing yang cenderung bervariasi.
 Teori L. Cronbach dan R. Snow
Konsep Attidute-Treatment-Interaction (ATI) menurut Cronbach dan Snow bahwa
beberapa strategi instruksional berefek dan berfungsi berbeda-beda pada setiap individu
tergantung pada kemampuan-kemampuan khusus dari individu tersebut. ATI menyarankan
bahwa hasil pembelajaran yang optimal dapat terjadi apabila metode pengajarannya sesuai dan
cocok dengan kemampuan aptidute dari si anak (individu yang belajar). Hal ini merupakan
kerangka acuan bagi strategi pengajaran yang menggunakan pendekatan individu.
 Teori Spiro, P. Feltovitch dan R. Coulson
Teori ini berpendapat bahwa setiap orang memiliki fleksibilitas kognitif, yaitu
kemampuan untu menyusun pengetahuan yang dimilikinya ke dalam berbagai hal yang
dilakukan pada proses adaptasi serta merupakan reaksi dari situasi-situasi yang menuntutnya
untuk berubah. Aplikasi teori ini banyak digunakan di dalam metode pendidikan dan pengajaran
yang menekankan pada “cara pemberian/mempresentasikan” konsep dan informasi dari berbagai
sudut pandang untuk memberikan pemahaman yang baik dalam proses belajar
 Teori Multiple Inteligences Howard Gardner
Teori ini menjelaskan adanya delapan tipe kecerdasan manusia yang dapat dijadikan
sebagai pedoman untuk memilih strategi pembelajaran yang tepat. Metode tersebut mendeteksi
gaya belajar peserta didik, yang memahami apa yang peserta didik mau, dan memanusiakan
manusi.18 Relevansi teori multiple intelligences dengan pembelajaran matematika adalah
penyajian konsep-konsep matematika akan lebih mengena jika dikaitkan dengan karakter
(tipikal) masingmasing anak. Hal ini sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang
efektif dan menyenangkan.
d) Pendekatan pembelajaran matematika
 Realistik Mathematics Education (RME)
1) Pengertian Pendekatan Realistic Mathematics Education
Realistic Mathematics Education (RME) adalah kepanjangan dari RME atau pendidikan
matematika realistis adalah suatu teori tentang pembelajaran menggunakan konsteks “dunia
nyata”.21 RME kali pertama dikenalkan oleh matematikawan dari Freundenthal Institute di
Utrecht University Belanda sejak lebih tiga puluh tahun yang lalu, tepatnya pada 1973. Dia
menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran matematika, yakni pendekatan strukturalis, yang
terlalu berorientasi pada sistem personal matematik adalah antididaktik
Realistic Mathematics education adalah pendekatan pengajaran yang bertitik tolak dari
hal-hal yang Real bagi siswa. Teori ini menekankan pada keterampilan proses, berdiskusi dan
berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan
sendiri sebagai kebalikan dari guru memberi dan pada akhirnya murid menggunakan
matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individual maupun kelompok. Pada
penedekatan realistik, peran guru tidak lebih dari seorang fasilitator, moderator, atau
evaluator. Sementara itu, murid berpikir mengkomunikasikan argumennya,
mengklasifikasikan jawaban mereka serta melatih saling menghargai strategi atau pendapat
orang lain. Menuru De Lange dan Van Den Heuvel Panhuizen, RME ini adalah pembelajarn
yang mengacu pada konstruktivis sosial dan dikhususnkan hanya pada pendidikan
matematika. Berdasarkan definisi diatas pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
dapat disimpulkan yaitu sebuah pendekatan dalam pembelajaran matematika yang
dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman sisiwa sebagai titik awal
pembelajaran.
2) Karakteristik Realistic Mathematics Education (RME)
Menurut Treffers dan Van den Hauvel-Panhuizen karakteristik Realistic Mathematics
Education (RME) adalah menggunakan Konteks Dunia nyata, model-model, produksi dan
kontruksi, interaktif, dan keterkaitan (Intertwinment) dan dijelaskan sebagai berikut
 Menggunakan konteks dunia nyata
 Menggunakan model-model (matematisasi)
 Menggunakan produksi dan konstruksi
 Menggunakan interaktif
 Mengguanakan keterkaitan (intertwiment)
3) Prinsip-prinsip Realistic Mathematics Education (RME)
Berikut ini dijelaskan prinsip-prinsip pembelajaran matematika realistic
 Menemukan kembali (re-invention)
 Fenomena didaktik (dedictical phenomenology)
 Model yang dikembang sendiri (self-developed model)
4) Langkah-langkah Pendekatan Pembelajaran Realistic Mathematics Unit (RME)
Adapun langkah-langkah pendekatan pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME)
adalah sebagai berikut:
 Langkah pertama, memahami masalah konstektual, yaitu guru memberikan masalah
kontekstual dalam kehidupan sehari-hari dan meminta siswauntuk memahami masalah
tersebut.
 Langkah kedua, menjelaskan masalah kontekstual, yaitu jika dalam memahami siswa
mengalami kedulitan, maka guru menjelaskan situasi dan kondisi dari soal dengan cara
memberikan petunjukpetunjuk atau berupa saran seperlunya, terbatas pada bagian-
bagian tertentu dari permasalahan yang belum dipahami.
 Langkah ketiga, menyelesaikan masalah kontekstual, yaitu siswa secara individual
menyelesaikan masalah masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri. Cara
pemecahan dan jawaban masalah berbeda lebih diutamakan. Dengan menggunakan
lembar kerja, siswa mengerjakan soal. Guru memotivasi siswa untuk menyelesaikan
masalah dengan cara mereka sendiri.
 Langkah keempat, membandingkan dan mendiskusikan jawaban, yaitu guru
menyediakan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan
mendiskusikan jawaban masalah secara berkelompok. Siswa dilatih untuk
mengeluarkan ide-ide yang mereka miliki dalam kaitannya dengan interaksi siswa
dalam proses belajar untuk mengoptimalkan pembelajaran.
 Langkah kelima, menyimpulkan, yaitu guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
menarik kesimpulan tentang suatu konsep atau prosedur.
5) Kelebihan dan Kekurangan Realistic Mathematics Education (RME) Pendekatan
pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) mempunyai kelebihan dan
kelemahan
 Beberapa kelebihan dari Realistic Mathematics Education (RME) antara lain sebagai
berikut:
Realistic Mathematics Education (RME) memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswaq tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan
sehari-hari (kehidupan dunia nyata) dan kegunaan matematika pada umumnya bagi
manusia.
Realistic Mathematics Education (RME) memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang
dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa tidak hanya oleh mereka yang
disebut pakar dalam bidang tersebut.
Realistic Mathematics Education (RME) memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa dalam mempelajari matematika.
Pembelajaran menjadi cukup menyenangkan bagi siswa dan suasana tegang tidak
tampak.
Materi dapat dipahami oleh sebagian besar siswa.
Alat peraga adalah benda yang berada di sekitar, sehingga mudah didapatkan.
Guru ditantang untuk mempelajari bahan.
Guru menjadi lebih kreatif membuat alat peraga.
 Kekurangan Realistic Mathematics Education (RME), adalah:
Upaya mengimplementasi Realistic Mathematics Education (RME) membutuhkan
perubahan pandangan yang sangat mendasar mengenai berbagai hal yang tidak
mudah dipraktekkan, misalnya mengenai siswa, guru, dan pernanan soal
kontekstual.
Pencarian soal-soal kontekstual yang memenuhi syarat-syarat yang dituntut
Realistic Mathematics Education (RME) tidak selalu mudah untuk setiap materi
pokok matematika, terlebih lagi karena soal-soal tersebutharus bisa diselesaikan
dengan berbagai cara.
Upaya mendorong siswa agar bisa menemukan berbagai cara untuk
menyelesaikan soal, juga bukanlah hal yang mudah bagi seorang guru.
Siswa yang mempunyai kecerdasan sedang memerlukan waktu yang lama untuk
mampu memahami materi pelajaran
Sulit diterapkan dalam kelas yang besar (40-45 orang)
 Pendekatan pembelajaran ekspositori
1) Pengertian pendekatan pembelajaran ekpositori
Pendekatan ekspositori adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan dengan
memberikan memberikan keterangan terlebih dahulu defenisi, prinsip dan konsep materi
pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk
ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasa. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh
guru secara cermat. Penggunaan pendekatan ekspositori merupakan pendekatan pembelajaran
mengarah kepada tersampainya isi pelajaran kepada siswa secara langsung.
Ada beberapa pendapat para ahli mengenai pendekatan ekspositori, antara lain :
 Menurut wina sanjaya pembelajaran ekspositori adalah salah satu di antara langkah
pembelajaran yang menekankan kepada proses bertutur. Materi pembelajaran sengaja
diberikan secara langsung peran siswa dalam langkah ini adalah menyimak dan
mendengarkan materi yang disampaikan guru.
 Dalam dokume Direktorat Tenaga Kependidikan, pembelajaran ekspositori adalah
langkah pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal
dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai
materi pembelajaran secara optimal. Dalam langkah ini materi pelajaran disampaikan
langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran
seakan-akan sudah jadi. Karena pembelajaran ekspositori lebih menekankan kepda proses
bertutur, maka sering juga dinamakan pembelajaran “chalk and talk”
 Roy Killen menamakan langkah ekspositori ini dengan istilah pembelajaran langsung
(direct insruction). Dalam sistem ini, guru menyajikan bahan dalam bentuk yang telah
dipersiapkan secara rapi, sistematik dan lengkap sehingga siswa tinggal meyimak dan
mencernanya secara teratur dan tertib. Siswa juga dituntut untuk menguasai bahan yang
telah disampaikan tersebut.
Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ekspositori
adalah langkah pembelajaran yang menekankan kepada proses peyampaian materi secara
verbal dari seseorang guru kepada sekelompo siswa dengan maksud agar siswa dapat
menguasai materi pembelajaran secara optimal.
2) Karakteristik pembelajaran ekpositori
Terdapat beberapa karakteristik pendekatan pembelajaran ekspositori, di antaranya :
 Langkah ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara
verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan
pendekatan ini. Oleh karena itu, sering mengidentikannya dengan ceramah;
 Materi pelajaran yang disampaikan adalah mareti pelajaran yang sudah jadi, seperti
data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut
siswa untuk bertutur ulang;
 Tujuan utama pembeajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri, artinya,
setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapakan dapat memahaminya dengan
benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang sudah diuraikan.
Pembelajaran ekspositori akan efektif bila:
 Guru menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang akan dan
harus dipeajari siswa.
 Apabila guru menginginkan agar siswa mempunyai kompetensi intelektual
tertentu, misalnya agar siswa bisa mengingat bahan pelajaran, sehingga ia akan
dapat mengungkapkannya kembali jika diperlukan.
 Jika bahan pelajaran yang diajarkan cocok untuk dipersentasikan, artinya
dipandang dari sifat dan jenis materi pelajaran memang materi itu hanya mungkin
dapat dipahami oleh siswa bila disampaikan oleh guru, misalnya materi pelajaran
hasil penelitian berupa data-data khusus.
 Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topik tertentu.
 Guru menginginkan untuk mendemonstrasikan suatu teknik atau prosedur,
biasanya merupakan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk kegiatan praktik.
 Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga guru perlu
menjelaskan untuk seluruh siswa.
 Apabila guru mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki
kemampuan rendah.
 Jika lingkungan tidak mendukung utuk menggunakan pendekatan yang berpusat
pada siswa, misalnya tidak adanya sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
 Jika tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang
berpusat pada guru.
3) Langkah-langkah pembelajaran pendekatan ekspositori
Ada beberapa langkah pendekatan penerapan ekspositori, yaitu:
a) Persiapan Tahap
persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran.
Dalam pendekatan ekspositori, langkah persiapan merupakan langkah yang sangat
penting. Keberhasilan peaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
ekspositori sangat tergantung pada langkah persiapan.
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan diantaranya adalah :
(1) memberikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif, (2) mulailah
dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai, (3) bukanlah/rngasanglah keaktifan
siswa dalam berpikir. Pada tahan persiapan, memiliki beberapa tujuan yang hendak
dicapai dalam melakukan persiapan, antara lain:
 Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif.
 Membangkitkan motivasi da minat siswa untuk belajar.
 Merangsang dan menggugah rasa ingun tahu siswa.
 Menciptaan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka.
b) Penyajian
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan
persiapan yang telah dilakukan, yang harus dipikirkan guru dala penyajian ini adalah
bagaiman agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa.
Karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini,
yaitu : (1) penggunaan bahasa, (2) intonasi suara, (3) menjaga kontak mata dengan siswa,
(4) menggunakan humor-humor yang menyenangkan.

c) Korelasi
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan
menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.
d) Menyimpulkan
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami substansi dari materi pelajaran
yang telah disajikan.
e) Mengaplikasikan
Langkah aplikasi adalah langkah untuk kemampuan siswa setelah mereka
menyimak penjelasan guru. Melalui langkah ini guru dapat mengumpulkan informasi
tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa. Teknik yang biasa
dilakukan pada langkah ini diantaranya: (1) dengan membuat tugas yang relevan dengan
materi yang telah disajikan (2) dengan memberikan tes yang sesuai dengan materi
pelajaran yang telah disajikan.
4) Kelebihan dan kekurangan pembelajaran ekspositori
Baik teori belajar ataupun pendekatan pembelajaran pastilah mempunyai
keunggulan dan kelebihannya dibandingkan teori ataupun pendekatan lainnya. Akan
tetapi di balik itu semua setiap pendekatan pembelajaran akan menghadapi dan
mengalami beberapa kesulitan yang berdampak pada kelemahan pendekatan tersebut.
a) Keunggulan pembelajaran ekspositori
 Guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, guru dapat
mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
 Pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus
dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
 Melalui pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengarkan melalui
penuturan tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau
mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
 Dapat digunakan untuk siswa yang ukuran kelas yang besar.
b) Kelemahan pendekatan pembelajaran ekspositori
 Hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan
mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan
sepeti itu perlu digunakan pendekatan lain.
 Pendekatan ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik
perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaaan
gaya belajar.
 Sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi,
hubungan interpersonal, dan kemampuan berpikir kritis.
 Keberhasilan pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki
guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme,
motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan berkomunikasi, dan
kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran
tidak mungkin berhasil.
 Kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pelajaran akan sangat
terbatas.
Metode pembelajaran matematika .
Metode Pembelajaran Matematika Matematika adalah pelajaran penting yang harus
dikuasai oleh peserta didik mulai dari jenjang sekolah dasar samapai sekolah menengah, tetapi
seringkali siswa menganggap untuk matematika itu sulit dan tidak menyenangkan serta gurunya
“galak”. Hal ini bisa diakibatkan oleh cara guru mengajar yang monoton dan tidak menarik yang
hanya menggunakan satu Rp. 600.000,00 Rp. 800.000,00 11 metode saja dalam pembelajaran.
Dalam kurikulum berbasis kompetensi, peran guru dalam memberikan materi kepada
siswa dikurangi, justru guru harus lebih berperan dalam menggali, merangsang dan
meningkatkan kompetensi dan strategi belajar siswa. Secara individu siswa dihargai memiliki
potensi diri yang harus dikembangkan. Kemampuan guru untuk membuat strategi pembelajaran
matematika yang lebih menarik dan menyenangkan dapat dilakukan dengan penggunaan metode
pembelajaran yang lebih bervariatif. Dalam suatu pembelajaran guru dapat merancang dan
melaksanakannya melalui kombinasi dari berbagai metode.
Berikut ini adalah beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada
pembelajaran matematika di sekolah dasar. Masing-masing metode memiliki kelemahan dan
kelebihannya dan setiap metode tidak bisa lepas kaitannya dari penggunaan metode lainnya :
 Metode Ceramah
Dalam pembelajaran matematika, metode ceramah dianggap kurang tepat karena akan
kecil sekali keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Namun ada beberap bagian dari matematika
yang bisa dilakukan dengan ceramah yaitu penjelasan tentang sejarah matematika, penemuan-
penemuan matematika, dan mengenalkan fakta-fakta dalam matematika seperti simbol atau
lambang.
 Metode Ekspositori
Metode Ekspositori sama dengan ceramah dalam hal pembelajaran lebih terpusat pada
guru. Proporsi guru lebih berkurang karena guru hanya berbicara diawal pelajaran, menerangkan
materi dan contoh soal. Kemudian murid diberikan soal latihan dan guru memantaunya. Metode
inilah yang biasa digunakan dalam pembelajaran matematika secara umum.
 Metode Demonstrasi
Kegiatan belajar masih pada guru tetapi aktivitas murid lebih banyak. Biasanya metode
ini digunakan untuk menyajikan pembuktian rumus oleh guru atau demonstrasi alat peraga.
Dalam hal ini siswa pun memiliki kesempatan untuk melakukan demonstrasi dari hasil
pengerjaan latihan atau penggunaan alat peraga.
 Metode Drill dan Latihan
Metode ini dapat digunakan pada tahap peningkatan keterampilan dan kecepatan
berhitung siswa, terutama siswa sekolah dasar pada topik operasi hitung bilangan. Metode ini
dapat digunakan setelah tahap penanaman konsep dan penguasaan konsep dalam pembelajaran.
 Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab dapat dilakukan pada setiap pembelajaran yang dikombinasikan
dengan metode lain. Dalam pembelajaran matematika, tanya jawab dapat dilakukan untuk
mengontrol aktivitas siswa ketika menyelesaikan masalah atau soal. Dengan tanya jawab dapat
diketahui cara berpikir siswa dan kemampuan argumentasinya. Hal ini penting untuk
mengembangkan kemampuan komunikasi.
 Metode Penemuan (Discovery)
Dalam pembelajaran matematika yang biasa dilakukan, siswa menerima bahan pelajaran
melalui informasi yang disampaikan oleh guru. Cara belajar ini dapat dilakukan melalui metode
ceramah, ekspositori, demonstrasi dan Tanya jawab. Dari awal sampai akhir materi disiapkan
dan sajikan oleh guru sesuai dengan hasil yang hendak dicapai. Tetapi dalam metode penemuan,
siswa menemukan sendiri sesuatu hal yang baru bagi dirinya tetapi sebenarnya hasilnya sudah
diketahui oleh guru. Jadi istilah yang lebih tepat adalah penemuan kembali.
 Metode Inkuiri
Metode inkuiri memiliki kesamaan dengan metode penemuan dalam hal siswa menemukan
sesuatu. Tetapi hasil yang ditemukan siswa pada metode penemuan (discovery) adalah penemuan
kembali, sedangkan dalam inkuiri hasil penemuan benar-benar baru. Metode inkuiri ini dapat
dilakukan dalam 4 tahap :
 Guru merangsang siswa dengan pertanyaan, masalah, permainan dan tekateki
 Sebagai jawaban atas rangsangan yang diterimanya, siswa menentukan prosedur mencari dan
mengumpulkan informasi atau data yang diperlukan untuk memecahkan pertanyaan,
pernyataan, dan masalah.
 Siswa menghayati pengetahuan yang diperolehnya dengan inkuiri yang baru silaksanakan.
 Siswa menganalisis metode inkuiri dan prosedur yang ditemukan untuk dijadikan metode
umum yang dapat diterapkannya ke situasi lain. Sebagai contoh adalah menentukan
kepadatan lalu-lintas di perempatan atau menentukan air yang terbuang percuma dari kran air
yang rusak.

 Metode Permainan
Metode permainan diarahkan agar pembelajaran matematika lebih menarik dan
menyenangkan. Akan tetapi, permainan ini harus mengandung nilainilai matematika dalam
meningkatkan penanaman konsep, pemahaman, pemantapan dan keterampilan. Sebagai contoh,
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai urutan bilangan, maka siswa dapat
dibariskan dalam satu barisan dan siswa yang paling kiri menyebutkan bilangan awal yang
kurang dari 10. Murid selanjutnya menyebutkan bilangan kelipatannya.
Contoh lain untuk meningkatkan penguasaan siswa tentang bilangan prima, dibuat
sebuah lingkaran dari siswa-siswa. Kemudian ditunjuk seorang siswa untuk mulai menyebutkan
bilangan satu, kemudian secara bergiliran bergerak ke arah kanan menyebutkan bilangan
selanjutnya. Jika seorang siswa mendapat giliran menyebutkan bilangan prima maka ia tepuk
tangan, jika ada siswa yang menyebutkan bilangan prima atau tidak tepuk tangan, maka ia
dihukum oleh teman-temannya.

Strategi pembelajaran matematika


Pembelajaran matematika hendaknya lebih bervariasi metode maupun strateginya guna
mengoptimalkan potensi siswa. Upaya-upaya guru dalam mengatur berbagai pembelajaran
merupakan bagian penting dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan karena
itu pemilihan metode strategi dari pendekatan dalam mendesain model pembelajaran guna
tercapainya  pembelajaran aktif yang bermakna adalah tuntutan yang mesti dipenuhi para guru.
Namun di  Indonesia ini para guru masih belum mampu dan mau menerapkannya.
Sehingga peserta didik hanya sering mendengarkan ceramah tanpa memperdulikan sebagian
peserta didik yang pemahamannya kurang dan sulit menangkap penjelasan guru. Sehingga guru-
guru tersebut perlu tindakan lain agar pembelajaran matematika tersebut berkembang sehingga
tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai.
Keadaan tersebut mungkin terjadi karena di dalam proses pembelajaran tersebut siswa
kurang diberi kesempatan dalam mengungkapkan ide-idenya dan alasan jawaban mereka.
Perubahan cara berpikir yang perlu diperhatikan sejak awal adalah bahwa hasil belajar siswa
merupakan tanggung jawab siswa sendiri. Artinya bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi secara
langsung oleh karakteristik siswa sendiri dan pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar akan
terbentuk apabila siswa ikut terlibat dalam pembelajaran yang terlihat dari aktifitas belajarnya.
Dengan kurikulum 2013 dengan prinsipnya seharusnya bembelajaran matematika lebih
berkembang dari segi konsep mengajar, teori-teori belajar, dan strategi pembelajarannya. Tujuan
pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah
laku siswa sesuai dengan yang akan di capai. Untuk itulah metode dan strategi yang digunakan
guru haruslah bervariasi tidak hanya dengan menggunakan satu metode dan strategi saja.
Dalam pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang
sesuai dengan situasi. Dengan mengajukan masalah konstektual, peserta didik secara bertahap di
bimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran,
seharusnya sekolah menggunakan, seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya.
Strategi Pembelajaran adalah Strategi pembelajaran adalah cara- cara yang akan
digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses
pembelajaran.
Menurut   Kafaris , Andi (2011) Strategi pembelajaran yang sesuai untuk mengaktualisasikan
potensi-potensi matematika adalah strategi yang memenuhi kriteria (syarat-syarat ) berikut :
 Strategi  tersebut harus memberikan kesempatan dan  dorongan  bagi siswa   untuk secara
aktif mengkonstruksi makna (meaning) dari materi-materi yang dipelajari, untuk
mengusahakan agar proses pembelajaran betul-betul bermakna (meaningful) bagi para siswa
yang bersangkutan, sehingga pengetahuan-pengetahuan, kemampuan-kemampuan, sikap-
sikap, dan lain-lain yang dipelajari bisa terinternalisasi dengan baik (lihat, Schifter & Fosnot,
1993). Jika proses belajar aktif dan konstruktif tidak dilakukan, dapat dikhawatirkan bahwa
pembelajaran hanya terjadi secara mekanistik (rote learning), sehingga pengetahuan-
pengetahuan, kemampuan-kemampuan, sikap-sikap, dan lain-lain tidak terinternalisasi
dengan baik, atau bahkan tidak terinternalisasi sama sekali.
 Strategi harus secara ekspilist dan intensif melatih dan mengembangkan kemampuan-
kemampuan dan sikap-sikap seperti yang disebutkan di muka. Dalam kenyataan yang sering
terjadi, pada bagian awal dari GBPP ada perumusan tujuan tentang kemampuan-kemampuan
dan sikap-sikap yang diharapkan akan diperoleh; akan tetapi, dalam pelaksanaan dari
kegiatan pembelajaran tidak ada usaha yang eksplisit untuk mengupayakan agar kemampuan-
kemampuan dan sikap-sikap itu betul-betul bisa diperoleh, dengan akibat bahwa para siswa
kemungkinan besar tidak bisa memperoleh atau mengembangkan kemampuan-kemampuan
dan sikap-sikap tersebut.
 Strategi  pembelajaran  matematika  tersebut harus banyak menggunakan  contoh-contoh
kejadian (kasus, fenomena) dari dunia nyata untuk dikupas atau dinalisis. Misalnya, untuk
melatih siswa dalam memecahkan masalah-masalah dalam dunia nyata, contoh-contoh
masalah yang berasal dari dunia sebaiknya juga digunakan. Dengan contoh-contoh kasus
nyata tersebut, di samping proses pemecahan masalah menjadi aktual, siswa juga mengetahui
konteks-konteks dalam dunia nyata yang bisa dianalisis secara matematis, atau bisa dikupas
segi-segi matematisnya. Proses ini juga akan memperkuat motivasi siswa dalam mempelajari
matematika, sebab siswa mengetahui relevansi matematika yang mereka pelajari dengan
situasi kehidupan nyata yang mereka alami. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Prof. Hans
Freudenthal (alm.) bahwa matematika yang dipelajari oleh siswa sedapat mungkin harus
dekat atau relevan dengan kenyataan hidup yang dialami oleh para siswa sehari-hari (lihat
misalnya, dalam de Lange, 1987; dan Heuvel-Panhuizen, 1996).
 Strategi tersebut perlu menunjukkan kegunaan matematika secara terintegrasi pada berbagai
masalah, untuk mengusahakan agar siswa memahami bahwa dalam kehidupan nyata
seringkali suatu masalah atau suatu gejala memuat berbagai aspek sehingga cabang
matematika bisa dipakai bersama-sama untuk menganalisis masalah atau gejala tersebut.
https://syitohnoviani.wordpress.com/2017/01/04/makalah-pembelajaran-dalam-matematika/
[ di akses pukul 12.6 14 february 2021 }

https://www.google.com/search=pembelajaran+matematika=pembelajaran+matemtika.{di
akses pukul 12.48 14 february 2021 }

delsi jusmiati.2017 ” Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Terhadap


Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Pokok Bahasan Lingkaran Kelas Viii Mts.Al-Ittihadiyah
(Mamiyai) Kec. Medan Area” skripsi . ilmu tabiyah dan keguruan.pendidikan
matematika.islam negri.sumatra utara.

Aziz nurkholik .” Analisis Penerapan Strategi Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple


Inteligences System (Mis) Di Smp Yayasan Islam Malik Ibrahim Gresik “2012.
Skripsi.fakultas tarbiyah.tadris.IAIN walisongo. Semarang .

Sukayati. 2004. Contoh Model-model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. PPPG


Matematika. Yogyakarta.

http://sakinahninaarz009.blogspot.com/2014/06/strategi-pembelajaran-matematika-di.html
[di akses pukul 11.33 15 february 2021 ]

Anda mungkin juga menyukai