Anda di halaman 1dari 11

Kulit Pisang Sebagai Bahan Baku Baterai Kering Ramah Lingkungan

KELOMPOK :
1. Bella Oktavia (J410140001)
2. Hadid Amirul Arifin (J410140004)
3. Evi Febrika W (J410140005)

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SURAKARTA


2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


    Saat ini, sebagian besar kebutuhan akan energi listrik dipenuhi oleh sumber energi
yang kurang layak. Sumber energi listrik yang berasal dari batu bara dan mesin disel
dengan bahan bakar solar tidak layak karena menimbulkan polusi udara, dan
sumbernya bukanlah yang dapat diperbaharui dalam waktu singkat. Kedua sumber
energi tersebut dapat habis dalam jangka waktu yang mungkin tak lama lagi.
   Alam semesta menyediakan berbagai kebutuhan manusia. Kebutuhan tersebut,
dibutuhkan manusia untuk melangsungkan dan memenuhi segala tuntutan hidup.
Manusiapun mulai berpikir untuk memanfaatkan kekayaan alam guna memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Seringnya manusia menggunakan otaknya untuk berpikir,
maka semakin cerdaslah pikiran manusia untuk mengolah dan memanfaatkan alam
semesta ini. Namun kecerdasan itu membuat manusia terlupa akan kebutuhan yang
diberikan alam terbatas, sedangkan manusia menggunakannya tanpa batas.
Kebanyakan manusia jarang berpikir untuk mendaur ulang (recycle) kebutuhan-
kebutuhan yang sudah mereka konsumsi, melainkan mereka hanya membuang
limbahnya begitu saja, tanpa berfikir untuk memanfaatkannya.Ibarat sebuah pepatah
habis manis sepah dibuang. Ibarat tersebut tak jauh berbeda ketika kita
mengkonsumsi buah pisang,kemudian membuang limbah kulitnya disembarang
tempat. Jarang sekali orang berfikir untuk memanfaatkan kembali limbah kulit pisang
tersebut, padahal tanpa kita sadari sebenarnaya kulit pisang berpotensi menjadi
baterai kering ramah lingkungan.
Kata baterai mungkin sudah tidak asing didengar,namun baterai dan kulit pisang
mungkin baru sekali didengar. Baterai adalah sebuah alat yang digunakan untuk
menyimpan tenaga listrik. Baterai sebagai sumber energi alat-alat elektronik seperti
jam dinding,radio,senter dan alat-alat elektronik lainnya. Begitu banyaknya peranan
baterai bagi kehidupan manusia,namun tidak dapat dipungkiri juga bahwa baterai
yang kita gunakan sehari-hari sangat berbahaya baik untuk kita maupun alam sekitar.
Baterai mengandung berbagai macm logam berat seperti: merkuri, mangan,
timbal, nikel, lithium, dan kadmium. Jika baterai dibuang sembarangan,maka logam
berat yang terkandung didalamnya mencemari air dan tanah serta membahayakan
bagi kesehatan.
Limbah baterai tidak hanya berbahaya bagi manusia,tetapi juga membahayakan
sumber daya alam, karena mengandung logam berat dan elektrolit korosif yang dapat
mencemari tanah dan air. Jika limbah baterai dicampur dengan limbah padat lainnya
dari waktu kewaktu kandungan berbahaya di dalamnya dapat mengancam kehidupan
ikan, tanaman, perusakkan lingkungan dan secara tidak langsung mengancam
kesehatan manusia.
Peristiwa seperti ini apabila dibiarkan berlarut-larut bukan hanya kesehatan kita
yang dirugikan, tetapi alam juga ikut merasakan kerugian tersebut. Jadi harus ada
pengganti bahan kimia tersebut, salah satunya pengembangan potensi-potensi kulit
buah sebagai baterai ramah lingkungan.
Limbah kulit pisang memiliki banyak manfaat,seperti bahan pembuatan pasta
pada baterai. Cara membuat pasta dari kulit pisang cukup mudah dan pemanfaatan
limbah kulit pisang sebagai pengganti pasta baterai sangat bermanfaat bagi
masyarakat. Hal inilah yang melatar belakangi penelitian tentang potensi kulit pisang
(Musa paradisiaca) sebagai baterai kering ramah lingkungan dan  untuk
memanfaatkan kekayaan alam disekitar untuk mengurangi dampak krisis energi,
selain itu melimpahnya pohon pisang di Barabai yang belum dimanfaatkan secara
maksimal menarik penulis untuk melakunan inovasi dengan memanfaatkan limbah
kulit pisang sebagai bahan pengganti pasta dalam baterai.

1.2 Rumusan Masalah.


Dari permasalahan tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah kulit pisang memiliki potensi menjadi baterai ramah lingkungan?
2. Apakah jenis kulit pisang berpengaruh terhadap pembuatan bahan baku baterai
kering?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apakah kulit pisang memiliki potensi menjadi baterai ramah
lingkungan.
2. Mengetahui apakah jenis kulit pisang berpengaruh terhadap pembuatan bahan
      baku baterai kering .
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Tanaman Pisang


Pohon pisang (Musa paradisiaca) merupakan tanaman yaang tidak mengenal
musim, selalu berkembang setiap waktu. Pohon pisang selalu melakukan regenerasi
melalui tunas-tunas yang tumbuh pada bonggolnya.Cara itulah pohon pisang
mempertahankan eksitensinya untuk memberikan manfaat kepada manusia. Hampir
seluruh bagian dari tanaman pisang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan,
mulai dari bonggol, batang, daun, buah, bunga sampai kekulit pisang. Berikut ini
manfaat dari setiap bagian pohon pisang :
a. Bonggol (umbi batang pisang ).
Dibeberapa daerah, bonggol batang pisang yang muda dapat dimanfaatkan untuk
sayur dan keripik pisang.
b. Batang
Batang pisang banyak dimanfaatkan masyarakat,terutama pada bagian yang
mengandung serat.Bagian ini dimanfaatkan sebagai pembungkus untuk bibit
tanaman sayur dan apabila dikeringkan dan diolah lebih lanjut dapat digunakan
sebagai tali pda pengolahan tembakau, untuk kompos dan dijadikan bahan baku
pembuat kertas.
c. Daun
Masyarakat pedesaan memanfaatkan daun pisang sebagai pembungkus
makanan,biasanya membungkus kue-kue tradisional dan pembungkus nasi dan
dimanfaatkan juga sebagai pakan ternak seperti sapi, kambing dan kerbau.
d. Buah
Buah pisang selain dimanfaatkan sebagai sumber vitamin dan mineral juga dapat
dimanfaatkan menjadi produk olahan antara lain pisang sale, tepung pisang, sari
buah, buah dalam sirup, keripik pisang dan berbagai olahan kue moderen dan
tradisional. Buah pisang mengandung vitamin C, B kompleks, B6. Pisang bisa
menjadi pengganti makanan pokok, sehingga mengurangi ketergantungan rakyat
Indonesia terhadap beras.
e. Bunga
Bunga pisang disebut juga jantung pisang, karena bentuknya seperti jantung.
Biasanya dimanfaatkan untuk membuat sayur,karena kandungan protein dan
vitaminnya. Selain dibuat sebagai sayur bunga pisang dapat juga dijadikan
manisan dan acar.
f. Kulit buah
Kulit buah ini biasanya digunakan senagai bahan pakan ternak, namun seiring
berjalannya waktu limbah kulit pisang ini tidak lagi digunakan sebagai pakan
ternak melainkan sebagai energi listrik yang ramah lingkungan.

2.2 Prospek Baterai Pisang


Pisang secara tradisional tidak dibudidayakan secara intensif,hanya sedikit yang
dibudidayakan secara insentif dan besar-besaran dalam perkebunan monokultur.
Potensi dari tanaman pisang ini terdapat hampir diseluruh bagian tanaman, namun
potensi yang terbesar ada pada bagian kulit pisang. Kulit pisang mempunyai potensi
menjadi bahan dasar pembuatan baterai ramah lingkungan. Setelah melalui proses
panjang, kulit pisang ini akan menghasilkan mineral yang berfungsi sebagi elektrolit
(pengganti pasta pada baterai). Elektrolit inilah yang nantinya akan menghasilkan
arus listrik dalam batu baterai.
Menurut Sutikno (2008) elektrolit dalam batu baterai bersifat asam, sehingga
buah yang bersifat asam dapat menjadi elektrolit. Innocencio Kresna Pratama (2007)
menembahkan, bahwa selain buah apel, jeruk buah lain yang dapat menghasilkan
listrik adalah kulit pisang, seperti percobaan yang dilakukan oleh wasis Sucipto, S.Pd
(2007)
yang membuktikan bahwa kulit pisang dapat digunakan sebagai sumber arus listrik
searah.

2. 3 Teori Dasar Sel Listrik


Baterai merupakan sistem elektrokimia. Tiap sel baterai terdiri atas elektroda yang
berbeda dipisah satu sama lain dalam cairan penghantar yang disebut elektrolit.
Masing-masing elektroda memiliki sistem sendiri dan menghasilkan potensial yang
beda. Perbedaan potensial di antara keduanya disebut elektromotive force.
Energi kimia yang dihasilkan dari reaksi sel merupakan sumber listrik yang
disuplai baterai ketika digunakan. Zat-zat periaksi dalam sel sekunder secara lengkap
dan efisen dapat dikembalikan ke keadaan asalnya dengan memberkan arus listrik
dengan arah yang berlawanan, tetapi dalam sel primer hal ini tidak mungkin atau
hanya sebagian saja. Hanya jenis tertentu saja dari baterai primer yang dapat
diperbaharui, yaitu dengan cara menggati elektroda dan slektrolotnya.
Ketika dua terminal sel dihubungkan dengan sirkuit luar dan kabel, arus yang
mengalir proporsional dengan besarnya emf dan berbanding terbalik dengan besarnya
hambatan baterai dan sirkuit luar. Arus mengalir melewati elektrolit oleh partikel
muatan yang disebut ion dan melewati bagian logam dari sirkui oleh elektron. Reaksi
kimia terjadi pada permukaan elektroda di mana terjadi perubahan dari konduksi
elektronik menjadi konduksi ionik dan sebaliknya.
Material katodik biasanya terbuat dari senyawa kimia seperti, PbO2,
MnO2,NiO2, CuCl, atau AgCl. Mereka adalah agens depolarisasi. Dicirikan dengan
mudahnya menerima elektron, akibatnya tingkat oksidasinya turun. Dilain pihak
magterial anodik, biasanya logam seperti Pb, Fe, Cd, Mg atau Zn. Sifatnya mudah
melepas elektron membentuk ion positif dalam elektrolit. Reaksi ini disebut oksidasi.
Reaksi reduksi dan oksidasi disertai dengan perubahan kimia. Mungkin juga
terdapat perubahan di dalam elektrolit. Perubahan tersebut mengikuti hukum Faraday
tentang elektrosis. Ketika baterai mensuplai arus listrik dikatakan baterai tersebut
sedang di-dicharge. Perubahan dari energi kimia ke energi listrik berlangsung
menurut hukum termodinamika.
Elektrolit yang menyediakan konduksi ionik antar elektroda harus disesuaikan
dengan bahan katoda adan anoda. Dalam elektrolot perlu adanya jumlah asam yang
berlebihan dibandingkan jumlah yang diperlukan secara teoritis, kalau tidak ada dia
akan terlalu lrut dan terlalu risisten terhadap aliran arus listrik. Perubahan yang tidak
diinginkan juga bisa terjadi. Laju reaksi akan sebanding dengan pertukaran elektron
antar elektroda, hal ini tergantung pada difusi, suhu, permukaan efektif, dan kondisi
dari sirkuit listrik.

2.4 Rumusan Hipotesis


Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Hipotesis I

HA Kulit pisang dapat menghasilkan bahan baku baterai kering yang ramah
lingkungan.
H0 Kulit pisang tidak dapat menghasilkan bahan baku baterai kering yang
ramah lingkungan

Hipotesis II

HA Jenis kulit pisang berpengaruh terhadap pembuatan bahan baku baterai


kering

H0 Jenis kulit pisang tidak berpengaruh terhadap pembuatan bahan baku


baterai kering

BAB III
GAGASAN

Kulit pisang termasuk sesuatu yang jarang dimanfaatkan serta biasanya hanya
dibuang oleh manusia. Kalaupun kulit pisang dimanfaatkan, paling hanya untuk
pakan ternak, tidak lebih. Dari sini muncul sebuah gagasan bahwa kulit pisang bisa
dimanfaatkan selain untuk pakan ternak. Berdasarkan teori-teori yang kami peroleh,
kulit pisang bisa dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan baterai. Baterai yang
diproduksi oleh pabrik mengandung banyak bahan kimia yang akan berbahaya jika
mengalami kebocoran. Oleh karena itu kami mencoba membuat suatu baterai yang
ramah lingkungan. Baterai dari kulit pisang inilah salah satu alternatif, selain
memanfaatkan limbah yang tidak terpakai, kulit pisang salah satu bahan organik jadi
ramah lingkungan.
Kenapa kita memakai limbah kulit pisang? Karena kulit pisang berpotensi
menjadi pengganti pasta baterai kering ramah lingkungan, karena yang kami ketahui
bahwa di dalam kulit pisang mengandung magnesium (mg), garam sodium dan yang
paling banyak adalah kalium, baik mg, garam sodium dan kalium ini termasuk logam
dan di mana yang kami ketahui logam adalah penghantar elektrolit yang kuat. Namun
sayangnya kebanyakan manusia jarang berpikir untuk mendaur ulang (recycle)
kebutuhan-kebutuhan yang sudah mereka konsumsi, melainkan mereka hanya
membuang limbahnya begitu saja, tanpa berfikir untuk memanfaatkannya.Ibarat
sebuah pepatah habis manis sepah dibuang. Ibarat tersebut tak jauh berbeda ketika
kita mengkonsumsi buah pisang,kemudian membuang limbah kulitnya disembarang
tempat.Jarang sekali orang berfikir untuk memanfaatkan kembali limbah kulit pisang
tersebut ,padahal tanpa kita sadari sebenarnaya kulit pisang berpotensi menjadi
baterai kering ramah lingkungan.

BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil tinjauan teori diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :


1. Kulit pisang dapat menghasilkan bahan baku baterai kering ramah lingkungan,
maka hipotesis HA diterima dan hipótesis H0 ditolak.
2. Jenis kulit pisang berpengaruh terhadap pembuatan bahan baku baterai Bering,
maka hipotesis HA diterima dan hipótesis H0 ditolak.
DAFTAR PUSTAKA

http://smpn1baturaden.wordpress.com/2009/05/15/kir-pemanfaatan-kulit-pisang-
sebagai-bahan-baku-baterai-kering/
http://wacana24.blogspot.com/2008/05/baterai-dari-kulit-pisang.html

Anda mungkin juga menyukai