Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa

pelumpuhan saraf (deficit neurologis) akibat terhambatnya aliran darah ke

otak. Secara sederhana stroke akut didefinisikan sebagai penyakit otak akibat

terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau (stroke

hemoragik) pendarahan (Junaidi, 2011).

Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan suatu arteri serebralis

yang di sebut hemoragik. Darah yang keluar dari pembuluh darah yang masuk

kedalam jaringan otak (disebut hemoragik intraserebral dan subarakhnoid)

pada pendarahan intraserebral (PIS) akan terjadi peningkatan tekanan

intrakranial sehingga terjadi penekanan pada pembuluh darah otak secara

menyeluruh. Hal ini akan menyebabkan penurunan aliran darah ke otak

sehingga timbulnya hipoksia, yang kemudian diikuti dengan influks ion

kalsium yang berlebihan kedalam sel saraf (neuron). Akibatnya terjadi

disfungsi membrane sel atau kematian sel saraf timbulnya gejala klinis deficit

neurologis yaitu sakit kepala, muntah, pusing, gangguan kesadaran, dan

gangguan fungsi tubuh (deficit neurologis). Bagian perdarahan subarakhnoid

(PSA) masuknya darah ke ruang subaraknoid perdarah yang berasal dari

rongga subaraknoid itu sendiri (Junaidi, 2011).

Menurut Orizani (2016), akibat dari penyakit stroke yaitu adanya

disfungsi motorik, seperti hemiplegia (paralis pada salah satu sisi),

1
2

hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh, kelemahan fungsi motorik

yang dapat terjadi antara lain kelemahan menggerakan kaki, kelemahan

menggerakan tangan, ketidakmampuan bicara dan penurunan melakukan

keterampilan motorik merupakan salah satu batasan karakteristik yang

terdapat pada masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik pada pasien

stroke jika tidak segera diatasi dengan cara yang tepat akan menyebabkan

dalam keadaan imobilisasi (bed rest) yang lama akan merangsang artropi otot

skeletal terutama ektremitas bawah.

Menurut data WHO 2018, stroke menepati peringkat kedua

penyumbang kematian terbanyak, mencapai 67 juta pada tahun 2012,

kemudian pada tahun 2018 prevalensi stroke naik dari 7% menjadi 10,9%. Di

amerika serikat, prevalensi stroke pada orang dewasa sebanyak 28,5%.

Di Indonesia stroke menepati urutan pertama pada tahun 2018

meningkat menjadi 10,9 per 1000 penduduk yang terserang stroke selain itu

data dari himpunan rumah sakit seluruh Indonesia (PERSI) pada tahun 2019

menyebutkan 65 persen stroke mengalami kecacatan dari berbagai level,

seperti tidak bisa berjalan, bergerak, tetapi juga ada gejala lain yang

mengindikasikan seseorang terkena stroke. Seperti ganguan konsentrasi,

gangguan bicara. Stroke hemoragik merupakan penyakit yang serius karena

memiliki angka kematian yang cukup tinggi. Sebanyak 5 juta orang

mengalami kematian dan 5 juta mengalami kecacatan yang menetap, sepertiga

pasien meninggal saat serangan awal pase akut, sepertiga lagi mengalami

stroke berulang, dari 50% yang selamat akan mengalami kecacatan. Dari 1

juta populasi dilaporkan di Indonesia kasus stroke mencapai 7950.000 per


3

tahun, dengan prevalensi 2,9% sementara dipedesaan 9,3% diperkotaan

sebesar 15,9% (Depkes, 2019).

Di Aceh stroke menepati urutan pertama dengan prevalensi 10,4 per

1000 penduduk sedangkan pada tahun 2018 mengalami penurunan sebesar 6,6

per 1000 penduduk dengan urutan ke -14 di Indonesia. Hal ini menunjukan

bahwa ada penurunan tingkat penyakit stroke di daerah Aceh, namun usaha

pemerintah tidak cukup sampai disini saja, pemerintah dan pihak pemberi

layanan Kesehatan harus terus berusaha dalam menurunkan nilai prevalensi

stroke seminimal mungkin untuk meningkatkan kualitas Kesehatan di daerah

Aceh dan menurunkan angka kecacatan yang disebabkan oleh stroke. Di Aceh

Selatan menduduki urutan keempat tertinggi sekabupaten yaitu 19,2% hal ini

menunjukan stroke semakin berkembang di Indonesia (Dinkes Aceh, 2020).

Berdasarkan data di Puskesmas Menggamat Kecamatan Kluet Tengah

tahun 2019 terdapat 8 orang yang menderita stroke, yang terdiri dari 26 orang

yang mengalami stroke non hemoragik dan 5 orang mengalami stroke

hemoragik. Dari jumlah pasien yang di rawat di Puskesmas Menggamat tahun

2019 penyakit stroke menepati urutan ke 6 dari 10 penyakit terbanyak yang di

derita oleh masyarakat, yakni ISPA, hipertensi, tuberculosis, diabetes melitus,

diare, stroke, influenza, penyakit gusi, demam berdarah,dan penyakit kulit

infeksi lain (Puskesmas Kluet Tengah, 2019).


4

Berdasarkan data dan uraian di atas maka penulis tertarik untuk

melakukan studi kasus tentang “Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang

Mengalami Stroke Hemoragik Dengan Hambatan Mobilitas Fisik Di Desa

Simpang Dua Menggamat Kecamatan Kluet Tengah Kabupaten Aceh

Selatan”.

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada

klien yang mengalami stroke hemoragik dengan hambatan mobilitas fisik di

Desa Simpang Dua Menggamat Kecamatan Kluet Tengah Kabupaten Aceh

Selatan.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang mengalami stroke

hemoragik dengan hambatan mobilitas fisik di Desa Simpang Dua

Menggamat kecamatan Kluet Tengah Kabupaten Aceh Selatan.

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami

stroke hemoragik dengan hambatan mobilitas fisik di Desa Simpang

Dua Menggamat Kecamatan Kluet Tengah Kabupaten Aceh Selatan.

1.4.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami

stroke hemoragik dengan hambatan mobilitas fisik di Desa Simpang


5

Dua Menggamat Kecamatan Kluet Tengah Kabupaten Aceh

Selatan.

2) Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien yang mengalami

stroke hemoragik dengan hambatan mobilitas fisik di Desa Simpang

Dua Menggamat Kecamatan Kluet Tengah Kabupaten Aceh

Selatan.

3) Menyusun perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami

stroke hemoragik dengan hambatan mobilitas fisik di Desa Simpang

Dua Menggamat Kecamatan Kluet Tengah Kabupaten Aceh

Selatan.

4) Melaksanakan Tindakan keperawatam pada klien yang mengalami

stroke hemoragik dengan hambatan mobilitas fisik di Desa Simpang

Dua Menggamat Kecamatan Kluet Tengah Kabupaten Aceh

Selatan.

5) Melakukan evaluasi pada klien yang mengalami stroke hemoragik

dengan hambatan mobilitas fisik di Desa Simpang Dua Menggamat

Kecamatan Kluet Tengah Kabupaten Aceh Selatan.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan pemeriksaan dan informasi dalam hal asuhan

keperawatan pada pasien dengan stroke hemoragik serta membuktikan

kebenaran antara teori dan kenyataan praktik di lapangan dalam

memberikan asuhan keperawatan pasien tersebut.


6

1.5.2 Manfaat praktis

1) Bagi Penulis

Melatih penulis untuk menyusun hasil pemikiran Asuhan

keperawatan dan penelitian yang telah dilakukan yang selanjutnya

dituangkan ke dalam karya tulis ilmiah dengan cara-cara yang lazim

digunakan oleh para ilmuan dalam dunia ilmu pengetahuan.

2) Bagi keluarga

Sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan tentang stroke

hemoragik beserta penatalaksanaannya.

3) Bagi instansi Akademik

Sebagai bahan masukan dan referensi dalam kegiatan proses

belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pasien dengan stroke

hemoragik yang dapat digunakan sebagai acuan bagi praktek

mahasiswa keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai