Anda di halaman 1dari 35

6.

Penelitian dan
Pengembangan
I. Konsep Penelitian dan Pengembangan Profesi bagi Pengawas
Sekolah
Permendiknas Nomor 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah
mengisyaratkan bahwa salah satu dimensi kompetensi yang harus
dimiliki pengawas sekolah adalah dimensi penelitian pengembangan.
Kompetensi ini penting dimiliki oleh pengawas sekolah dalam
melaksanakan tugas kepengawasan terutama dalam melaksanakan
bimbingan dan pelatihan profesional guru dan kepala sekolah pada
MGMP dan/atau MKKS. Dikaitkan dengan Permendikbud Nomor 143
tahun 2014 tentang Petunjuk teknis jabatan pengawas sekolah dan
angka kreditnya, kompetensi ini juga sangat dibutuhkan dalam
pengembangan profesi pengawas sekolah pada sub unsur Membimbing
dan melatih profesional guru. Oleh karena itu, pengawas sekolah perlu
memiliki kompetensi penelitian bidang pengawasan, sehingga mampu
melakukan penelitian dan menulis hasil penelitian serta membimbing
kepala sekolah dan guru dalam melakukan penelitian tindakan.

Dimensi kompetensi penelitian pengembangan yang harus dimiliki


pengawas sekolah dapat dilihat pada matrik berikut.

Beberapa ahli menyatakan bahwa penelitian merupakan rangkaian


kegiatan ilmiah yang sistematis untuk menemukan jawaban yang
mendekati kebenaran mengenai permasalahan atas dasar penalaran yang
rasional dan logis, serta adanya dukungan dari fakta empiris. Menurut
Kerlinger (1986) dalam Sujarweni (2014:2) penelitian merupakan proses
penemuan yang mempunyai karakteristik sistematis, terkontrol, empiris,
dan mendasarkan pada teori dan hipotesis atau jawaban sementara.
Penelitian merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistematis melalui
proses pengumpulan data, pengolah data, serta menarik kesimpulan
berdasarkan data menggunakan metode dan teknik tertentu.

Penelitian pendidikan dilakukan untuk mengembangkan, menemukan dan


menguji atas kebenaran dari suatu konsep, prinsip, pengetahuan dan
mengenai pendidikan secara umum. Pada hakikatnya penelitian pendidikan
merupakan cara untuk memperoleh informasi yang bisa
dipertanggungjawabkan sebagai upaya untuk memahami proses
kependidikan.

Tahapan Penelitian
Secara umum tahapan penelitian adalah sebagai berikut.
a. Merumuskan masalah;
b. Melakukan studi literatur
c. Membuat hipotesis atau pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya
akan dicari;
d. Mengumpulkan dan mengolah data.
e. Menganalisis data serta menguji hipotesis;
f. Membuat kesimpulan
Tujuan Penelitian Pendidikan
Tujuan penelitian pendidikan, yaitu:
a. bahan masukan, meningkatkan mutu isi, proses serta hasil
pembelajaran dan pendidikan di sekolah;
b. membantu tenaga kependidikan seperti guru dan lainnya dalam
mengatasi masalah pendidikan dan pembelajaran baik di luar maupun
di dalam kelas;
c. profesionalisme bagi pendidik maupun tenaga kependidikan;
d. menumbuhkan dan mengembangkan budaya akademik dalam
lingkungan sekolah,sehingga bisa melakukan perbaikan mutu
pembelajaran dan pendidikan secara berkelanjutan;
e. meningkatkan keterampilan bagi tenaga pengajar khususnya saat
melakukan pembelajaran;
f. meningkatkan kerja sama yang profesional di antara para pendidik
maupun tenaga kependidikan

Manfaat Penelitian
Secara garis besar terdapat dua manfaat penelitian pendidikan, yaitu
manfaat teoretis dan manfaat praktis. Manfaat teoretis adalah bahwa hasil
penelitian pendidikan memperkuat, memperkaya khasanah teori serta
menjadi landasan teori bagi perancangan pendidikan dan pengajaran.
Sedangkan manfaat praktis adalah bahwa hasil penelitian pendidikan
berguna untuk memberikan solusi nyata praktik pendidikan dan pengajaran
bagi penyelenggara pendidikan.

Secara khusus, manfaat penelitian, diantaranya:


a. Menghasilkan peta yang dapat mendeskripsikan keadaan pendidikan
serta mendeskripsikan tentang kemampuan sumber daya pendidikan.
b. Sarana diagnosis ketika mencari penyebab suatu kegagalan dan
masalah yang dihadapi pada saat pelaksanaan pendidikan agar bisa
dicari penyelesaiannya.
c. Bahan dasar untuk menyusun suatu kebijakan, termasuk strategi dalam
pengembangan pendidikan.
d. Bahan masukan yang dapat memberikan gambaran mengenai
kemampuan dalam peralatan, pembiayaan, perbekalan dan tenaga kerja
yang memiliki peran dalam keberhasilan pendidikan.

Ruang Lingkup Masalah Penelitian Kepengawasan


Semua jenis penelitian berawal dari adanya masalah. Apakah masalah itu?
Masalah adalah kesenjangan antara kondisi ideal dengan kondisi nyata.
Masalah penelitian pendidikan yang berkaitan dengan tugas pengawas
sekolah berkisar pada supervisi akademik dan supervisi manajerial.
Supervisi akademik sasarannya adalah guru, sedangkan sasaran supervisi
manajerial adalah kepala sekolah. Dengan demikian masalah penelitian
pengawas sekolah ada di sekitar permasalahan guru dan kepala sekolah
dalam menjalankan tugas mereka.

Pada supervisi akademik terdapat empat permasalahan yang berkaitan


dengan supervisi akademik yaitu:
1. Standar Kompetensi Lulusan (SKL),
2. Standar Isi,
3. Standar Proses, dan
4. Standar Penilaian.
Masalah SKL yang diteliti berkaitan dengan kriteria kualifikasi kemampuan
peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa
belajarnya di satuan pendidikan. Masalah standar isi berkisar pada
kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat
satuan pendidikan, dan kalender pendidikan. Masalah standar proses
berkisar pada perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,
penilaian hasil dan proses pembelajaran, serta pengawasan proses
pembelajaran. Masalah standar penilaian berkisar pada penilaian
hasil belajar oleh pendidik; penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan;
dan penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
Adapun permasalahan yang berkaitan dengan supervisi manajerial
mencakup
1. standar pengelolaan,
2. standar pendidik dan tenaga kependidikan,
3. standar sarana prasarana, dan
4. standar pembiayaan.
Masalah standar pengelolaan berkisar pada: (1) Perencanaan program
mencakup perumusan visi, misi, dan tujuan sekolah serta penyusunan
rencana kerja sekolah (RKS); (2) Pelaksanaan rencana kerja sekolah yang
mencakup penyusunan pedoman sekolah, penataan struktur organisasi
sekolah, pelaksanaan kegiatan pembelajaran, pengelolaan pendidik dan
tenaga kependidikan, pelaksanaan kegiatan sekolah, pengelolaan
kesiswaan, pengelolaan kurikulum dan pembelajaran, pengelolaan
pendidik dan tenaga kependidikan, pengelolaan sarana dan prasarana; (3)
Pengawasan dan evaluasi mencakup program pengawasan, evaluasi diri,
evaluasi dan pengembangan KTSP, evaluasi pendayagunaan pendidik dan
tenaga kependidikan, dan akreditasi sekolah; (4) Kepemimpinan Sekolah;
(5) Sistem Informasi Manajemen; (6) Penilaian Khusus.

Masalah standar pendidik dan tenaga kependidikan berkisar pada


kualifikasi akademik dan kompetensi. Masalah standar sarana berkisar
pada satuan pendidikan, lahan, bangunan, dan kelengkapan sarana dan
prasarana. Masalah standar pembiayaan berkisar pada biaya operasi
nonpersonalia meliputi: biaya Alat Tulis Sekolah (ATS), biaya Bahan dan
Alat Habis Pakai (BAHP), biaya pemeliharaan dan perbaikan ringan, biaya
daya dan jasa, biaya transportasi/perjalanan dinas, biaya konsumsi, biaya
asuransi, biaya pembinaan siswa/ekstra kurikuler, biaya uji kompetensi,
biaya praktek kerja industri, dan biaya pelaporan.

Pengembangan profesi pengawas sekolah adalah kegiatan yang dirancang


oleh pengawas sekolah dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, sikap dan keterampilan untuk peningkatan mutu profesionalisme
maupun dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi
pendidikan. Pengembangan profesi pengawas sekolah tertuang dalam
beberapa peraturan antara lain: (1) Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010, (2)
Peraturan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala
Badan Kepegawaian Negara Nomor 01/III/PB/2011 dan Nomor 6 Tahun
2011, dan (3) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 143
Tahun 2014.

Kegiatan Pengembangan profesi pengawas sekolah terdiri atas 3 (tiga)


yakni: (1) Pembuatan Karya Tulis/Karya Ilmiah di Bidang Pendidikan
Formal/Pengawasan, (2) Penerjemahan/Penyaduran Buku, (3) Karya
Inovatif. Secara detail penjelasan berbagai kegiatan pengembangan,
kualitas yang ditetapkan, bentuk publikasi yang diperbolehkan serta angka
kredit pada masing-masing unsur .

II. Unsur-unsur Penelitian dan Pengembangan Profesi Pengawas


Sekolah
Pengembangan profesi pengawas sekolah adalah kegiatan yang dirancang
oleh pengawas sekolah dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, sikap dan keterampilan untuk peningkatan mutu profesionalisme
maupun dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi
pendidikan. Pengembangan profesi pengawas sekolah tertuang dalam
beberapa peraturan antara lain: (1) Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21
Tahun 2010, (2) Peraturan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 01/III/PB/2011 dan Nomor
6 Tahun 2011, dan (3) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 143 Tahun 2014. Kegiatan pengembangan profesi pengawas
sekolah meliputi penyusunan karya tulis/karya ilmiah hasil penelitian, karya
tulis/karya ilmiah hasil gagasan sendiri/best practice,
penerjemahan/penyaduran buku di bidang pendidikan formal/pengawasan,
dan membuat karya inovatif. Pengembangan profesi pengawas sekolah
terdiri atas 3 (tiga) yakni: (1) Pembuatan Karya Tulis/Karya Ilmiah di Bidang
Pendidikan Formal/Pengawasan, (2) Penerjemahan/Penyaduran Buku, (3)
Karya Inovatif.
Secara detail penjelasan berbagai kegiatan pengembangan profesi
dapat dilihat pada matrik berikut
A. Karya Tulis/Karya Ilmiah
1. Penulisan Artikel Hasil Penelitian
Karya tulis ilmiah adalah bentuk tulisan yang memaparkan hasil
penelitian yang telah dilakukan. Karya tulis ilmiah hasil penelitian dibagi
menjadi tiga jenis, yakni:
a. Karya tulis ilmiah untuk dipublikasikan lewat majalah ilmiah atau
jurnal ilmiah, yang disebut artikel ilmiah;
b. Karya tulis ilmiah untuk dipresentasikan (dipaparkan) dalam forum
seminar atau diskusi ilmiah, yang disebut makalah ilmiah; dan
c. Karya tulis ilmiah sebagai laporan hasil penelitian, baik penelitian
kepustakaan (normatif) maupun penelitian lapangan (empiris),

Secara implementasi, artikel ilmiah juga dapat berupa tulisan hasil


penelitian bidang pendidikan formal/pengawasan di wilayah binaan yang
telah dimuat pada jurnal ilmiah yang ber-ISSN yang diterbitkan di tingkat
provinsi (misalnya jurnal yang ber-ISSN yang diterbitkan LPMP, dinas
pendidikan propinsi, organisasi profesi, di tingkat provinsi dan perguruan
tinggi).

Pada umumnya, penulisan artikel ilmiah hasil penelitian menurut


(Permendikbud Nomor 143 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Jabatan
Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya) adalah sebagai
berikut.
1) Abstrak
2) Pendahuluan
3) Metode Penelitian
4) Hasil dan Pembahasan
5) Simpulan
6) Daftar Pustaka dan
7) Lampiran
Berikut ini akan dibahas penulisan karya ilmiah hasil penelitian dalam
bentuk Peneltian Tindakan Sekolah
Penelitian Tindakan Sekolah
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) merupakan penelitian yang dilakukan
oleh pengawas sekolah berbentuk siklus dalam rangka memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pengawasan akademik dan manjerial sehingga
berdampak terhadap peningkatan mutu guru, kepala sekolah, dan tenaga
kependidikan di sekolah binaan dan sekaligus berdampak pada peserta
didik.
Tujuan utama PTS adalah untuk memecahkan permasalahan yang terjadi
di sekolah binaan dan memenuhi tuntutan visi misi satuan pendidikan, dan
sekaligus mencari jawaban ilmiah tindakan yang dilakukan. Selain itu, PTS
menemukan peluang baru untuk pengembangan kreativitas dan inovasi
sekolah sesuai dengan tuntutan perubahan yang terjadi.

Ciri-ciri PTS
Pedoman Bimbingan teknis PTS dari Kemdikbud tahun 2016 menyatakan
bahwa ciri-ciri PTS adalah adanya tindakan (action) yang dilakukan pada
situasi nyata dan alami untuk memecahkan masalah secara praktis di
sekolah binaan dan memenuhi kebutuhan untuk berkembang dalam rangka
meningkatkan mutu baik secara manajerial maupun akademik. Selanjutnya
yang dimaksud dengan tindakan pada situasi nyata dan alami yaitu
1. Tindakan PTS yang dilakukan oleh pengawas sekolah tidak
mengganggu tugas pokok guru dan kepala sekolah maupun tenaga
kependidikan
2. Proses pengambilan data berlangsung alami dan tidak terlalu banyak
menyita waktu
3. Masalah yang dikaji harus merupakan masalah yang benar-benar ada
dan dihadapi oleh guru, kepala sekolah, tenaga pendidikan dan
termasuk pengawas sekolah
4. Mengikuti prosedur standar dalam melaksankan PTS dengan selalu
memegang etika kerja, misalnya meminta ijin, mengambil data,
membuat laporan dan mengikuti seminar hasil PTS
5. PTS terdiri dari empat rangkaian utama yang dilakukan dalam siklus
berulang, setiap siklus meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan
dan refleksi.
Berikut adalah alur/desain/tahapan pelaksanaan PTS

Ruang Lingkup PTS dan Identifikasi Masalah


Ruang lingkup PTS mengacu kepada ruang lingkup tugas pokok pengawas
yaitu dalam melaksanakan pengawasan akademik dan pengawasan
manjerial. Ada pun uraian tugas pokok pengawas sebagai dasar
menentukan tema atau masalah yang akan diangkat dalam PTS beserta
deteksi identifikasi masalahnya seperti berikut
1. Ruang lngkup pengawasan akademik dan deteksi identifikasi
masalah
Pengawasan Membina, memantau, Deteksi identifikasi masalah
Akademik menilai guru dan
pembimbingan dan
pelatihan profesional guru
Merencanakan Guru memformulasikan Guru belum mampu
pembelajaran tujuan pembelajaran dalam memformulasikan tujuan
RPP sesuai dengan pembelajaran dalam RPP
kurikulum/silabus dan sesuai ketentuan yang
memperhatikan karakteristik berlaku
peserta didik
Guru menyusun bahan ajar Guru belum optimal dalam
secara runtut, logis, menyusun bahan ajar secara
kontekstual dan mutakhir runtut, logis, kontekstual dan
mutakhir
Guru merencanakan kegiatan Guru belum merencanakan
pembelajaran yang efektif kegiatan pembelajaran
dengan efektif
Guru memilih sumber Guru belum tepat dalam
belajar/media pembelajaran memilih sumber belajar/media
sesuai dengan materi dan pembelajaran sesuai dengan
strategi pembelajaran materi dan strategi
pembelajaran
Melaksanakan Guru memulai pembelajaran Guru memulai pembelajaran
pembelajaran dengan efektif belum efektif
Guru menguasai materi Guru belum optimal
pembelajaran menguasai materi
pembelajaran
Guru menerapkan Guru belum kreatif dan
pendekatan/strategi inovatif dalammenerapkan
pembelajaran yang efektif pendekatan strategi
pembelajaran yang efektif
Guru memanfaatkan sumber Guru belum optimal dalam
belajar/media dalam memanfaatkan sumber
pembelajaran belajar/media dalam
pembelajaran
Guru memotivasi dan/atau Guru belum optimal dalam
memlihara keterlibatan siswa memotivasi dan/atau
dalam pembelajaran memelihara keterlibatan
siswa dalam pembelajaran
Guru menggunkan bahasa Guru belum efektif dalam
yang benar dan tepat dalam menggunakan bahasa yang
pembelajaran benar dan tepat dalam
pembelajaran
Pengawasan Membina, memantau, Deteksi identifikasi masalah
Akademik menilai guru dan
pembimbingan dan
pelatihan profesional guru
Guru mengakhiri Guru belum optimal
pembelajaran dengan efektif mengakhiri pembelajaran
dengan efektif
Menilai hasil Guru merancang alat evaluasi Guru belum optimal dalam
pembelajaran untuk mengukur kemajuan merancang alat evaluasi
dan keberhasiln belajar untuk mengukur kemajuan
peserta didik dan keberhasiln belajar
peserta didik
Guru menggunakan berbagai Guru belum optimal dalam
strategi dan metode penilaian menggunakan berbagai
untuk memantau kemajuan strategi dan metode penilaian
dan hasil belajar peserta didik untuk memantau kemajuan
untuk mencapai kompetensi dan hasil belajar peserta didik
sebagaimana yang tertuang untuk mencapai kompetensi
pada RPP sebagaimana yang tertuang
pada RPP
Guru memanfaatkan berbagai Guru belum sepenuhnya
hasil penilaian untuk memanfaatkan berbagai hasil
memberikan umpan balik bagi penilaian untuk memberikan
peserta didik tentang umpan balik bagi peserta didik
kemajuan belajarnya dan tentang kemajuan belajarnya
bahan penyusunan dan bahan penyusunan
rancangan pembelajaran rancangan pembelajaran
selanjutnya selanjutnya

2. Ruang lngkup pengawasan manajerial dan deteksi identifikasi


masalah
Pengawasan Membina, memantau, Deteksi identifikasi masalah
Manajerial menilai kepala sekolah dan
pembimbingan dan
pelatihan profesional kepala
sekolah
Peserta didik Perencanaan, pelaksanaan Belum ada program kerja yang
dan alumni dan pengawasan peserta didik berisi bagaimana
mengacu kepada peraturan Perencanaan, pelaksanaan
yang berlaku. Pelaksanaan dan pengawasan peserta didik
MPLS, kegiatan pelaksanaan mengacu kepada peraturan
layanan BK, ekstrakurikuler, yang berlaku.
pembinaan prestasi peserta Pelaksanaan MPLS, kegiatan
didik, penghargaan dan pelaksanaan layanan BK,
penelusuran dan ekstrakurikuler, pembinaan
pendayagunaan alumni prestasi peserta didik,
penghargaan dan penelusuran
dan pendayagunaan alumni
belum ada laporan
Pengawasan Membina, memantau, Deteksi identifikasi masalah
Manajerial menilai kepala sekolah dan
pembimbingan dan
pelatihan profesional kepala
sekolah
pelaksanaan program
tersebut, evaluasi dan
tindaklanjut.
Implementasi Perencanaan, pelaksanaan, Pengembangan KTSP (Buku
K13 dan pengawasan meliputi 1,2 dan 3) belum mememnuhi
perencanaan pengembangan ketentuan yang berlaku
KTSP
Kalender Perencanaan, pelaksanaan Belum ada tim khusu yang
Pendidikan dan pengawasan kalender ditugasi oleh kepala sekolah
akademik yang mengatur dalam mengawasi
waktu kegiatan akademik pelaksanaan kalender
selama satu tahun akademik dalam satu tahun
Program Perencanaan, pelaksanaan Kepala sekolah belum optimal
pembelajaran dan pengawasan program dalam Perencanaan,
pembelajaran satuan pelaksanaan dan pengawasan
pendidikan yang harus program pembelajaran satuan
mengacu pada KTSP, sesuai pendidikan yang harus
dengan silabus dan RPP dan mengacu pada KTSP, sesuai
sesuai standar yang berlaku dengan silabus dan RPP dan
sesuai standar yang berlaku
Pendidik dan Perencanaan, pelaksanaan Sekolah belum optimal dalam
tenaga dan pengawasan pendidik dan Perencanaan, pelaksanaan
kependidikan tenaga kependidikan mulai dan pengawasan pengelolaan
dari pemenuhan kebutuhan, pendidik dan tenaga
pemberdayaan, kependidikan mulai dari
pengembangan, penghargaan pemenuhan kebutuhan,
dan peningkatan kompetensi pemberdayaan,
profesional yang mengacu pengembangan, penghargaan
pada standar pendidik dan dan peningkatan kompetensi
tenaga kependidikan profesional yang mengacu
pada standar pendidik dan
tenaga kependidikan
Sarana dan Perencanaan, pelaksanaan Sekolah belum optimal dalam
prasarana dan pengawasan sarana dan Perencanaan, pelaksanaan
prasarana di sekolah meliputi dan pengawasan pengelolaan
pengadaan, pemanfaatan, sarana dan prasarana di
pemeliharaan, sekolah meliputi pengadaan,
pengembangan ruangan pemanfaatan, pemeliharaan,
termasuk faslitas gerakan pengembangan ruangan
literasi sekolah termasuk faslitas gerakan
literasi sekolah
Budaya dan Perencanaan, pelaksanaan Sekolah belum optimal dalam
suasana dan pengawasan dalam Perencanaan, pelaksanaan
pembelajaran menciptakan buadaya dan dan pengawasan dalam
berbasis suasana pembelajaran yang menciptakan buadaya dan
Pengawasan Membina, memantau, Deteksi identifikasi masalah
Manajerial menilai kepala sekolah dan
pembimbingan dan
pelatihan profesional kepala
sekolah
penguatan berbasisi penguatan suasana pembelajaran yang
pendidikan pendidikan karakter (PPK) berbasisi penguatan
karakter pendidikan karakter (PPK)
Peran serta Perencanaan, pelaksanaan Sekolah belum optimal dalam
masyarakat/ dan pengawasan Peran serta Perencanaan, pelaksanaan
pelibatan masyarakat/ pelibatan dan pengawasan Peran serta
publik/peran publik/peran alumni yang masyarakat/ pelibatan
alumni dilakukan oleh sekolah publik/peran alumni yang
mengacu pada visi misi dilakukan oleh sekolah
sekolah melalui kerja sama mengacu pada visi misi
dengan masyarakat, satuan sekolah melalui kerja sama
pendidikan lainnya, dudi dengan masyarakat, satuan
dalam pengelolaan sekolah pendidikan lainnya, dudi dalam
pengelolaan sekolah
Akreditasi Perencanaan akreditasi Sekolah belum
dilakukan oleh sekolah mengoptimalkan perencanaan
dengan membentuk tim akreditasi dilakukan oleh
evaluasi diri atau TPMPS sekolah dengan membentuk
dalam melaksanakan tim evaluasi diri atau TPMPS
pemenuhan delapan standar dalam melaksanakan
SNP secara berkelanjutan pemenuhan delapan standar
dalam pelaksanaan dan SNP secara berkelanjutan
pengawasan dalam pelaksanaan dan
pengawasan
Dan lain-lain

Sistematika Laporan PTS


Secara umum sistematika dan panduan penulisan PTS adalah sebagai
berikut:
Outline Uraian Keterangan
BAGIAN AWAL a) Halaman judul Lembar persetujuan dibuat
b) Lembar persetujuan dan format sesuai ketentuan dan
pernyataan dari kepala kelaziman ada tanda tangan
dinas/atasan langsung peneliti dan korwas.
yang menyatakan
orisinalitas tulisan dari
penulis
c) Pernyataan dari
perpustakaan yang
menyatakan bahwa
laporan PTS tersebut telah
disimpan di perpustakaan
Outline Uraian Keterangan
d) Pernyataan orisinalitas
tulisan yang dibuat dan
ditandatangani penulis
e) Kata pengantar
f) Daftar Isi (bila ada daftar
tabel, daftar gambar dan
daftar lampiran
g) Abstrak
BAB I A. Latar Belakang masalah Berisi permasalahn nyata
PENDAHULUAN sekolah, data awal,
kesenjangan antara harapan
dan kenyataan sehingga
timbul masalah
B. Perumusan masalah Menggunakan kalimat tanya
dan cara pemecahan
masalah melalui
rencana tindakan yang
akan dilakukan
C. Tujuan Disesuaikan dengan
rumusan masalahnya
D. Manfaat Hasil penelitian Untuk guru, kepala sekolah
dan pengawas
BAB II. A. Landasan Teori Konsep para ahli yang
LANDASAN dipakai sebagai analisis
TEORI DAN hasil penelitian
KAJIAN
PUSTAKA B. Kajian Pustaka Mereview penelitian yang
jenis dan temanya sama
dengan penelitian yang
sedang dilakukan dengan
penelitian yang pernah
dilakukan orang lain atau
peneliti itu sendiri.
Bisa dalam bentuk PTS,
jurnal ilmiah, buku iliah,
makalah seminar, skripsi,
tesis atau disertasi yang
diunggah di website
BAB III. A. Setting Penelitian Tuliskan tempat, waktu,
METODOLOGI (Tempat , Waktu dan objek dan subjek penelitian
PENELITIAN Subjek Penelitian)
B. Desain dan Prosedur Dijelaskan desain, prosedur
Penelitian serta rencana pelaksanaan
penelitian (minimal 2 siklus
dalam satu siklus minimal 2
kali pertemuan)

C. Teknik Pengumpulan Tuliskan teknik


Data pengumpulan data
Outline Uraian Keterangan

D. Analisis Data Jelaskan teknis Analisis data


BAB IV HASIL A. Gambaran Umum Rancangan yang ada di Bab
PENELITIAN Lokasi Penelitian 3 dijelaskan secara rinci
DAN B. Gambaran Umum sesuai dengan yang
PEMBAHASAN Subjek Penelitian dilaksanakan ketika
C. Hasil Penelitian Siklus I melakukan tindakan. Jadi
Dan Siklus Ii tidak sekedar ditampilkan
D. Pembahasan hasil melalui tabel tetapi ada
analisis data.

Hasil penelitian setiap siklus


dibahas menggunakan teori
yang ditulis di Bab 2.

Jika di Bab IV dilengkapi


dengan foto kegiatan maka
diberi narasi
BAB V. A. Simpulan Deskripsikan dengan singkat
PENUTUP hasil pembahasan kemudian
tuliskan simpulan

B. Saran Deskripsikan saran untuk


guru, kepala sekolah,
pengawas dan dinas
pendidikan
PENUNJANG Dokumen Yang dilampirkan
LAMPIRAN- 1. Data diri peneliti
LAMPIRAN 2. Surat izin
3. Rencana rinci isi topik bahasan baik pada siklus
pertama dan siklus berikutnya
4. Rencana rinci skenario pelaksanaan tindakan siklus
perta dan berikutnya
5. Jadwal rinci pelaksanaan PTS
6. Daftar Hadir peserta
7. Semua instrumen pengamatan proses tindakan yang
telah dilakukan
8. Semua instrumen pengamatan hasil tindakan
9. Catatan catatan harian atau informasi lain yang
memberikan informasi rinci kegiatan peneliti dalam
proses pelaksanaan PTS, berikut foto-foto kegiatan
10. Surat pernyatan/persetujuan dari rekan sejawat yang
bertugas sebagai observer dan data diri observer
11. Keterangan bahwa laporan telah diseminarkan di
sekolah yang terdiri dari
a. Berita acara seminar
b. Makalah atau bahan tayang yang disajikan
c. Surat keterangan dari panitia seminar
d. Surat keterangan dari kepala sekolah
Outline Uraian Keterangan
e. Daftar hadir peserta seminar
f. Dokumen foto seminar
Catatan: Dilaksanakan di salah satu sekolah binaan yang
diikuti minimal 5 pengawas, 10 guru dan minimal 2 sekolah.
Subjek lebih dari 1 sekolah dan 1 semester 1 PTS

2. Penulisan Artikel Ilmiah Non-Hasil Penelitian


a. Artikel Ilmiah Non-Penelitian/gagasan
Artikel ilmiah non-hasil penelitian adalah tulisan hasil gagasan sendiri.
Artikel ilmiah non-hasil penelitian dapat berupa tinjauan ilmiah dalam
bidang pendidikan formal/pengawasan di wilayah binaan sesuai dengan
tugas pokok pengawas sekolah yang telah dimuat pada jurnal yang ber-
ISSN yang diterbitkan di tingkat nasional (misalnya kementerian pendidikan
dan kebudayaan, lembaga yang bergerak di bidang pendidikan di tingkat
nasional, organisasiprofesi di tingkat nasional). Selain diterbitkan di tingkat
nasional, dapat juga di tingkat propinsi, bahkan tidak diterbitkan. Kriteria
penulisan artikel ilmiah non-hasil penelitian mengikuti ketentuan dari
jurnal penerbitnya. Pada umumnya, penulisan artikel ilmiah non-hasil
penelitian (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
IndonesiaNo mor 143 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Pengawas
dan Angka Kreditnya. Jakarta: Kemendikbud), sebagai berikut:
a) Abstrak
b) Pendahuluan
c) Kajian teori
d) Pembahasan
e) Simpulan
f) Daftar pustaka
Dalam versi lain, sistematika penulisan artikel ilmiah non-hasil penelitian lebih
lengkap, seperti tertera sebagai berikut.
a) Judul
b) Baris kepemilikan
c) Abstrak
d) Kata kunci
e) Pendahuluan
f) Pembahasan
g) Simpulan
h) Ucapan terima kasih
i) Daftar pustaka

b. Best Practice
Best practice juga merupakan karya tulis ilmiah non-hasil penelitian yang
isinya tentang hasil praktik terbaik dalam mengatasi masalah pendidikan. Best
practice digunakan untuk mendeskripsikan atau menguraikan “pengalaman
terbaik” dari keberhasilan pengawas sekolah dalam melaksanakan tugas,
termasuk dalam mengatasi berbagai masalah dalam melaksanakan
pengawasan kepada sekolah binaan, kepala sekolah dan/atau guru binaan.
Jadi best practice bukan laporan kegiatan tugas pokok pengawas sekolah.
Dalam penulisan best practice terdapat ciri-ciri yang harus ada pada laporan
tersebut.

Karakteristik Best Practice Pengawas Sekolah


Karakteristik best practice pengawas sekolah antara lain:
1. Best practice mampu mengembangkan cara baru dan inovatif dalam
memecahkan suatu masalah dalam pendidikan khususnya
pembelajaran.
2. Best practice membawa sebuah perubahan/perbedaan sehingga sering
dikatakan hasilnya luar biasa (outstanding result) baik secara kualitatif
maupun kuantitatif.
3. Best practice mampu mengatasi persoalan tertentu secara
berkelanjutan (keberhasilan lestari) atau dampak dan manfaatnya
berkelanjutan/tidak sesaat.
4. Best practice mampu menjadi model dan memberi inspirasi kepada
teman sejawat, guru/kepala sekolah binaan dan pembuat kebijakan
(pejabat).
5. Cara dan metoda yang dilakukan dan atau digunakan bersifat ekonomis
dan efisien.

Kegiatan Pengawas Sekolah yang Dapat Dibuat Menjadi Best Practice


1. Model Pengawasan Dengan Strategi kolaborasi Tatap Muka dan
berbasis sekolah
2. Model Pemantauan Pencapaian Standar Nasional Pendidikan melauli
Strategi Pengawasan Berbasis TIK.
3. Model Penilaian Kinerja Kepala Sekolah Binaan melalui Strategi
Pengawasan Berbasis Sekolah.
4. Model Bimbingan dan Pelatihan Berkelanjutan Bagi Guru Dalam
Menyusun Perangkat Pembelajaran.
Adapun sistematika penulisan best practice sebagai berikut.
1. Bagian Awal terdiri atas :
a. halaman judul,
b. halaman pernyataan keaslian,
c. halaman persetujuan dari atasan langsung dan/atau pejabat
terkait,(boleh ditandataangani dan disahkan oleh Korwas)
d. kata pengantar,
e. abstrak atau ringkasan,
f. daftar Isi,
g. daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran (bila ada)
2. Bagian Isi terdiri dari:
Bab I Pendahuluan:
Berisi tentang
a. latar belakang
mengapa masalah itu timbul dan bagaimana mengatasi masalah yang
terjadi serta justifikasi bahwa masalah tersebut sangat penting untuk
dipecahkan, mengingat dampak terhadap proses pengelolaan
sekolah/pendidikan sangat signifikan
b. rumusan dan pendekatan masalah,
Pendekatan masalah menguraikan berbagai cara dalam mengatasi
masalah, dijelaskan bahwa cara pemecahan masalah yang dipilih
adalah yang terbaik (inovatif, ekonomis, lestari)
c. tujuan,
d. manfaat.
Bab II. Kajian Teori/Tinjauan Pustaka
Bagian ini berisi tentang teori-teori yang digunakan untuk menganalisis hasil
penyelesaian permasalahan yang dilakukan oleh pengawas sekolah.
Kajian teori/tinjauan pustaka dapat berupa laporan hasil penelitian/best
practice terdahulu yang relevan dengan tema best practice yang sedang
dilakukan baik dalam artikel dalam jurnal ilmiah maupun dalam bentuk
buku..
BAB III PEMBAHASAN MASALAH / METODE PEMECAHAN MASALAH
Pembahasan masalah didukung data yang ada di sekolah, kejelasan ide atau
gagasan asli penulis yang terkait dengan upaya pemecahan masalah dan
sudah berhasil diterapkan.
Langkah-langkah pembahasan masalah antara lain:
1. menjelaskan bagaimana cara pemecahan masalah yang menguraikan
langkah-langkah atau cara-cara dalam memecahkan masalah,
termasuk hambatan-hambatan yang harus diatasi yang dituangkan
secara rinci.
2. menuliskan bagaimana tindakan, cara, langkah yang dilakukan oleh
kepala sekolah, tentang alat dan atau instrumen yang digunakan,
tempat dan waktu, lembaga mana yang menunjang pelaksanaan
sehingga kegiatan tersebut dinyatakan sebagai pengalaman terbaiknya
dalam memecahkan masalah dan juga dihubungkan dengan kajian
teori/tinjauan pustaka yang menunjang.
3. menunjukkan keaslian, kejelasan, dan kecermelangan ide/gagasan
terkait dengan upaya pemecahan masalah. Uraian ini merupakan inti
tulisan Best Practice.
4. Menguraikan hasil yang dicapai dan indikator pencapaian
5. Menjelaskan bahwa hasilnya luar biasa (outstanding) dengan
membandingkan data-data yang ada baik di sekolah sendiri maupun
sekolah lain.
6. Menjelaskan bahwa langkah yang ditempuh cukup inovatif (aspek
tertentu). Inovatif berarti langkah yang diambil tidak seperti biasa atau
berbeda dengan yang dilakukan orang lain.
7. Menguraikan bahwa hasilnya dikategorikan lestari/tidak sesaat.
Contoh: keberhasilan yang dicapai atas usahanya telah berlangsung
beberapa tahun bahkan semakin meningkat
8. Menjelaskan bahwa langkah-langkah yang diambil sangat efisien dan
ekonomis.
9. Menguraikan tentang hasil pemecahan yang telah dilakukan dan
didukung (dilampirkan) dengan data yang benar.
3. Bagian Akhir
BAB IV Simpulan dan Rekomendasi
Bagian ini berisi tentang simpulan dan rekomendasi.
Berisi uraian tentang hal-hal yang dapat disarikan dari pengalaman terbaik
tersebut. Simpulan diikuti dengan saran atau rekomendasi ditujukan
kepada pihak-pihak terkait dengan pemecahan masalah. Simpulan bukan
meringkas hasil tetapi argumentasi bahawa best practice itu memang yang
tebaik hasilnya luar biasa
4. Bagian Penunjang
Bagian ini berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran tentang semua data
yang dipakai untuk menunjang tulisan ini antara lain.
1. Daftar hadir
2. Foto kegiatan dan atau Testimoni pihak yang mengetahui proses
pelaksanaan BP
3. Contoh instrumen yang telah diisi
4. Media/alat yang digunakan (jika ada)
5. Hasil best practice (antara lain: hasil kerja yang dikenai tindakan dan
bukti yang menggambarkan perubahan setelah best practice).

Hal-hal lain yang harus diperhatikan dalam penulisan best practice adalah

Berdasarkan uraian mengenai karya ilmiah diatas, baik untuk karya ilmiah
hasil penelitian maupun karya ilmiah non hasil penelitian, salah satu
komponen penting yang selalu ada dalam sistematika penulisan karya ilmiah
adalah abstrak. Abstrak memiliki peran yang sangat penting bagi sebuah
karya ilmiah, karena melalui abstrak pembaca dapat menilai apakah karya
ilmiah tersebut layak untuk dibaca atau tidak. Oleh karena itu, agar abstrak
dapat menarik minta pembaca, diperlukan teknik penulisan tertentu.
Berikut hal-hal yang perlu ditulis dalam sebuah abstrak:
1. Masalah penelitian. Bagian pertama dari abstrak harus memuat
masalah yang akan diteliti serta alasan mengapa masalah tersebut
perlu diteliti.
2. Metode yang digunakan. Metode yang digunakan ditulis secara ringkas
untuk memberikan gambaran mengenai bagaimana masalah tersebut
diteliti.
3. Hasil/temuan. Hasil/temuan merupakan jawaban atas masalah yang
sedang diteliti. Hasil/temuan yang ditulis dalam abstrak hanyalah
hasil/temuan utama (key findings).
4. Kesimpulan. Kesimpulan dinyatakan secara singkat dan umum
mengenai hasil dari penelitian tersebut.
5. Tulislah semua bagian-bagian diatas secara singkat, padat, namun
jelas

B. Karya Terjemahan/Saduran
Penerjemahan merupakan proses pengalihan bahasa dalam suatu teks
dari Bahasa sumber ke bahasa sasaran yang dilakukan melalui tulisan.
Pernyataan ini senada dengan Newmark (1981) yang mendefenisikan
bahwa penerjemahan adalah suatu upaya mengalihkan pesan yang
tertulis dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan
mengutamakan kesepadan makna. Sebuah naskah terjemahan dapat
mencapai kesepadanan makna sangat dipengaruhi oleh kemampuan
penerjemah dalam memahami teks sumber dan menyampaikan makna
yang ada dalam teks sasaran.
Hasil penerjemahan/penyaduran sebuah tulisan ditentukan oleh 3 (tiga)
kemampuan penterjemah/penyadur. Apabila penterjemah memiliki ketiga
kemampuan tersebut maka akan mempengaruhi kualitas terjemahan
yang dihasilkan. Ketiga kemampuan dimaksud yakni:
a. kemampuan tata bahasa (grammatical skill)
b. keterampilan membaca (reading skill)
c. analisis wacana (discourse analysis) yang dimiliki penerjemah.
Secara lebih spesifik, pengalihan bahasa/penterjemahan bukan hanya
mengubah bentuk bahasa dari bahasa sumber utama (BSu) ke bahasa
sasaran (BSa), tetapi makna yang terdapat pada BSu juga harus
dipertahankan. Pernyataan ini menegaskan bahwa dalam penerjemahan,
struktur kalimat yang digunakan dalam BSa boleh saja berbeda dengan
BSu sepanjang keduanya menyampaikan makna yang sama. Dengan kata
lain, seseorang yang membaca suatu teks terjemahan akan sampai kepada
pemahaman yang sama ketika membaca teks tersebut baik dalam BSu
maupun dalam BSa.

Pemertahanan makna yang dimaksud dalam penerjemahan dapat disebut


juga dengan usaha untuk mempertahankan “kesepadanan‟ makna dan
fungsi yang terdapat dalam BSu dan BSa (Bell, 1991; Munday, 2008;
Newmark, 1988; Venuti, 2000). Kesepadanan, menurut Venuti (2000),
dapat dipahami sebagai keakuratan, kecukupan, kebenaran,
keterhubungan, dan ketepatan makna yang terdapat dalam BSu dan BSa.
Meskipun demikian, dalam penerjemahan tidak ada kesepadanan makna
penuh atau utuh yang terdapat dalam BSu dan BSa. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa penerjemahan merupakan proses mencari
kesepadanan makna yang terdapat dalam dua bahasa yang berbeda.
Berbicara tentang penerjemahan yang melibatkan bahasa tentunya juga
tidak terlepas dari unsur budaya oleh karena itu, pemahaman budaya yang
memadai sangat diperlukan dalam penerjemahan. Bahasa dan budaya
ibarat dua sisi koin mata uang yang tak terpisahkan, mengganti unsur salah
satu sisi koin berarti mengubah nilai mata uang tersebut. Dengan kata lain,
menerjemahkan bahasa ke dalam bahasa yang berbeda berarti juga
menerjemahkan budaya ke budaya yang berbeda pula. Begitu pentingnya
unsur budaya dalam penerjemahan, artinya penerjemahan tidak dapat
terpisahkan dari konsep budaya.
Di samping itu, unsur lain yang perlu diperhatikan dalam penerjemahan
adalah gaya bahasa. Menurut Nababan (1999) gaya bahasa terjemahan
merupakan salah satu aspek penting yang butuh pertimbangan pada setiap
penerjemahan. Gaya bahasa sangat berpengaruh pada tingkat
keterbacaan suatu teks terjemahan sehingga gaya bahasa itu harus
disesuaikan dengan ragam bahasa yang terdapat dalam teks BSu. Seorang
penerjemah harus dapat menentukan gaya bahasa yang digunakannya
dengan mempertimbangkan beberapa hal seperti siapa yang akan
mengkonsumsi hasil terjemahannya, bagaimana gaya bahasa yang
digunakan dalam teks sumber, dan lain-lain (Duff:1981). Penerjemahan
merupakan suatu proses pengalihan bahasa yang terdapat dalam teks dari
BSu ke BSa dengan mempertahankan kesepadanan makna dalam kedua
bahasa tersebut. Dengan demikian, seorang penerjemah harus mampu
memilih makna yang sepadan yang dapat mengimbangi bobot makna
sebuah kata pada teks sumber ke dalam teks sasaran
C. Karya Inovatif
Karya inovatif adalah karya yang bersifat pengembangan, modifikasi, atau
penemuan baru sebagai bentuk kontribusi terhadap peningkatan kualitas
pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan,
sains/teknologi, dan seni. Pada lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 143 Tahun 2014 diuraikan bahwa
karya inovatif adalah karya yang dihasilkan melalui gagasan baru atau
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi tepat guna, bidang seni,
dan pengembangan standar/pedoman atau sejenisnya yang bermanfaat
bagi pendidikan dan pengawasan.

Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010, bentuk/jenis karya inovatif
mencakup
(a) membuat karya sains/teknologi tepat guna,
(b) menciptakan karya seni,
(c) mengikuti kegiatan pengembangan penyusunan standar, pedoman,
dan sejenisnya.
Karya inovatif dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yakni kompleks
dan sederhana. Pengkategorian pada karya seni dapat ditinjau dari nilai
seni atau lingkup sebaran/publikasinya. Pengkategorian untuk
nonkarya seni dapat ditinjau dari sisi inovasi atau lingkup penggunaannya.
Karya Sains/Teknologi Tepat Guna Karya sains/teknologi tepat guna (TTG)
adalah karya hasil rancangan/ pengembangan/percobaan sains dan/atau
teknologi yang dibuat atau dihasilkan dengan menggunakan bahan, sistem,
atau metodologi tertentu dan dimanfaatkan untuk pendidikan atau
masyarakat sehingga pendidikan terbantu kelancarannya atau masyarakat
terbantu kehidupannya.

Bentuk/jenis karya sains/teknologi tepat guna meliputi:


a. hasil pengembangan model (pengawasan/manajemen/ pembelajaran/
pelatihan/ pembimbingan) dilengkapi dengan video pelaksanaan model,
b. media pembelajaran untuk pelatihan/pembimbingan guru/kepala sekolah
(berupa poster bergambar,
c. alat permainan pendidikan, model benda/alat tertentu, video/animasi
komputer,
d. bahan ajar mandiri berbasis komputer untuk pembinaan guru dan/atau
kepala sekolah,
e. program aplikasi komputer untuk kepengawasan/persekolahan, dan
f. alat/mesin/konstruksi tertentu yang bermanfaat untuk pendidikan atau
masyarakat.

Ciri karya sains/teknologi tepat guna antara lain bermanfaat untuk tugas
kepengawasan, persekolahan/pendidikan atau masyarakat. Terdapat unsur
modifikasi/inovasi apabila sebelumnya sudah pernah ada di sekolah
atau di lingkungan masyarakat tersebut. Karya sains/teknologi tepat guna
yang digunakan untuk masyarakat harus memiliki surat keterangan dari
pihak berwenang minimal dari kepala desa/kelurahan atau instansi tempat
karya sains/teknologi tepat guna digunakan

Karya Seni
Karya seni adalah ekspresi atau wujud dari gagasan, nilai-nilai, keyakinan,
sikap, perasaan, yang diproses melalui serangkaian aktivitas apresiasi,
pengelolaan sensitivitas, dan pengembangan kreativitas manusia terhadap
unsur-unsur rupa, gerak, suara, dan bahasa menggunakan berbagai
medium.

Menurut Ki Hadjar Dewantara, seni adalah segala perbuatan manusia yang


timbul dan bersifat indah, menyenangkan dan dapat menggerakan jiwa
manusia. Menurut Herbert Read, seni adalah aktivitas menciptakan bentuk-
bentuk yang menyenangkan. Seni diekspresikan secara estetis dalam
berbagai medium seperti rupa, gerak, bunyi, dan kata.

Menciptakan Karya Seni sebagai Karya Inovatif


Karya seni sebagai karya inovatif dapat meliputi seni sastra, desain
komunikasi visual, seni musik, seni busana, seni rupa, dan seni
pertunjukan. Seni sastra berupa buku novel, naskah drama/film, atau
buku cerita bergambar (komik) yang diterbitkan, buku kumpulan cerpen,
puisi, aransemen lagu, dan ber-ISBN. Desain komunikasi visual berupa
video/sinetron/wayang atau judul company profile, baliho/poster seni yang
berbeda, poster/pamflet/brosur seni yang berbeda. Seni musik berupa lagu
yang telah direkam oleh instansi/perusahaan rekaman tertentu, naskah
aransemen lagu yang telah diterbitkan, atau bila berupa buku telah
diterbitkan dan ber-ISBN. Seni busana berupa kreasi busana yang
berbeda dan telah diperagakan. Seni rupa berupa
lukisan/patung/ukiran/keramik yang berbeda dan telah dipamerkan,
karya seni fotografi yang berbeda dan telah dipublikasikan/dipamerkan,
karya seni ukuran kecil yang berfungsi sebagai souvenir, atau video animasi
cerita. Seni pertunjukan berupa judul drama tari modern/klasik atau sendra
tari.

Penyusunan Pedoman/Standar/dan Sejenisnya


Penyusunan pedoman/standar/dan sejenisnya dalam hal ini adalah
keterlibatan pengawas sekolah dalam sebuah proses penyusunan
pedoman/standar/dan sejenisnya pada tingkat nasional, provinsi, atau
kabupaten/kota (dilakukan secara tim; bukan secara mandiri). Beberapa
contoh keterlibatan pengawas sekolah dalam penyusuan pedoman/standar
dan sejenisnya antara lain dalam penyusunan: (a) standar pendidikan dan
turunannya, (b) pedoman pelaksanaan program tertentu; (c)
penyusunan soal UN/USBN, (d) penyusunan peraturan daerah (PERDA).

Ketentuan lebih lengkap tentang bentuk/jenis, syarat/kriteria, angka kredit,


dan bukti fisik masing-masing karya inovatif dapat dilihat pada regulasi
terkait, antara lain Permeneg PAN dan RB Nomor 21 Tahun 2010,
Permendikbud Nomor 143 Tahun 2014, dan Permeneg PAN dan RB
Nomor 14 Tahun 2016.

III. Pembimbingan dan Pelatihan Pengembangan Profesi bagi Guru


dan Kepala Sekolah

Tugas pokok pengawas sekolah adalah melaksanakan tugas pengawasan


akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi
penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan
pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan
pelatihan profesional guru, evaluasi hasil pelaksanaan program
pengawasan, dan pelaksanaan tugas pengawasan di daerah khusus.
Permendikbud Nomor 143 Tahun 2014 menjelaskan bahwa rincian
kegiatan tugas pokok pengawas sekolah nomor (10) menyusun program
pembimbingan dan pelatihan profesional guru di KKG/MGMP/MGBK dan
sejenisnya adalah wajib bagi pengawas muda, madya, dan utama.
Sedangkan rincian kegiatan tugas pokok pengawas sekolah nomor (11)
menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional kepala
sekolah di KKKS/MKKS dan sejenisnya adalah wajib bagi pengawas madya
dan utama.
Pembimbingan dan pelatihan profesional guru di KKG/MGMP/MGBK pada
setiap jenis dan jenjang pendidikan serta di semua sekolah binaan berupa
kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) guru dan/atau
kegiatan lainnya. PKB guru berupa pengembangan diri, karya tulis ilmiah,
dan karya inovatif. Pengembangan diri dapat dilakukan melalui diklat
fungsional dan kegiatan kolektif guru.

Pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah di KKKS/MKKS


pada semua jenis dan jenjang pendidikan berupa kegiatan pengembangan
keprofesian berkelanjutan (PKB) kepala sekolah dan/atau kegiatan lainnya.
PKB kepala sekolah berupa pengembangan diri, karya tulis ilmiah, dan
karya inovatif. Pengembangan diri dilakukan melalui diklat fungsional dan
kegiatan kolektif kepala sekolah

Pengembangan keprofesian berkelanjutan merupakan pengembangan


kompetensi guru dan/atau kepala sekolah yang dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan, bertahap, dan berkelanjutan untuk meningkatkan
profesionalitasnya. Oleh karena itu, untuk membuat program tersebut,
pengawas harus memiliki data kebutuhan guru dan/atau kepala sekolah.
Data tersebut dapat diperoleh dari hasil evaluasi diri atau penilaian kinerja
guru dan/atau kepala sekolah atau dari data hasil kepengawasan lainnya.
Data tersebut dapat menggambarkan kekuatan dan kelemahan guru
dan/atau kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini dapat
diperoleh dari kegiatan kepengawasan yang dilakukan sehari-hari.
Pembimbingan pelatihan profesional guru dan/atau kepala sekolah
dilakukan melalui tahapan penyusunan program pembimbingan dan
pelatihan, pelaksanaan program, dan mengevaluasi hasil pembimbingan
dan pelatihan profesional guru dan/atau kepala sekolah.

Berdasarkan pemahaman konsep Penelitian dan karya tulis ilmiah,


selanjutnya pembimbingan dan pelatihan guru dan/atau KS dalam
melaksanakan pengembangan profesi. Pembimbingan pelatihan
profesional guru dan atau kepala sekolah dilakukan melalui tahapan:
1. penyusunan program pembimbingan dan pelatihan;
2. pelaksanaan program; dan
3. evaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau
kepala sekolah.
4. Laporan hasil pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau
kepala sekolah

Langkah penyusunan program pembimbingan dan pelatihan profesional


guru dan kepala sekolah adalah:
1. menentukan materi pembimbingan dan pelatihan
2. Merumuskan tujun dan sasaran
3. Menentukan target pembimbingan dan pelatihan
4. Merumuskan indikator keberhasilan
5. Menentukan strategi/metode/teknik
6. Menyusun skenario pembimbingan/pelatihan
7. Menentukan sumber daya
8. Menentukan penilaian dan instrumen
9. Menentukan rencana tindak lanjut

Materi pembimbingan/pelatihan profesional bagi guru adalah:


1. Program perencananangan pembelajaran
2. Pelaksanaan pembelajaran
3. Pelaksanaan penilaian hasil pembelajaran
4. Pelaksanaan pembimbingan serta pelatihan siswa dan tugas
5. Pembimbingan pembuatan KTI dalam bentuk PTK, best practice dll

Materi pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah


1. Penyusunan program kerja
2. Pelaksanaan program kerja
3. Kepemimpinan sekolah
4. Sistem informasi manajemen
5. Pembimbingan PTK/PTS
6. Penyusunan RKAS berbasis SNP
7. Akreditasi sekolah
Contoh Program Pembimbingan dan Pelatihan Profesional Guru dan/atau Kepala Sekolah
RENCANA PERENCANAAN PROGRAM PEMBIMBINGAN DAN PELATIHAN PROFESIONAL GURU DAN/ATAU KEPALA
SEKOLAH

Nama Sekolah : SMPN ….


Nama Pengawas Sekolah : AY
Tahun Pelajaran/Semester : 2020/2021
Tanggal/Bulan : …
Kegiatan :
Waktu :
Tempat :

Tujuan Strategi/
Uraian Indikator Penilaian dan Rencana Tindak
No. dan Keberhasilan
Skenario Pembimbingan Sumber Daya
Kegiatan Metode/ Teknik Instrumen Lanjut
Sasaran
(1) (2) (3) (5) (6) (7) (9) (10)
1 Pembimbin Empat 75% peserta Metode Delfie A. Pendahuluan ATK, laptop, Instrumen Menyusun jadwal
gan dan puluh pelatihan pembimbingan Koordinas dengan sekolah kepala LCD Penilaian kegiatan
pelatihan orang guru dapat berkelanjutan sekolah dan koordinator PKB Permendikbud proposal dan pelaksaaan PTK,
penyusunan mampu menyusun KTI RI laporan PTK konsultasi, diskusi
B. Kegiatan Inti
KTI dalam menyusun dalam bentuk dan lain-lain
bentuk PTK KTI dalam PTK Diklat merancang/menyusun KTI
bentuk dalam bentuk Penelitian Tindakan
PTK Kelas
C. Penutup
Melakukan refleksi dan simpulan
dan penguatan

.....................,................
Mengetahui Pengawas Sekolah,
Koordinator Pengawas Sekolah,

_________________________ ___________________
NIP NIP.
Keterangan :
Kolom (1) : diisi dengan nomor urut.
Kolom (2) : diisi dengan materi Program Perencanaan Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran, Pelaksanaan Penilaian Hasil
Pembelajaran, Pelaksanaan Pembimbingan seta Pelatihan Siswa dan Tugas Tambahan, Pembimbingan Pembuatan KTI
dalam Bentuk PTK. Materi pembimbingan dan pelatihan kepala sekolah diisi dengan materi Menyusun Program Kerja
Sekolah, Pelaksanaan Program Kerja Sekolah, Program Pengawasan dan Evaluasi, Kepemimpinan Sekolah, Sistem
Informasi Manajemen, Pembimbingan PTK/PTS, serta Penyusunan RKAS dengan SNP dan Akreditasi Sekolah.
Kolom (3) : diisi dengan tujuan yang dirumuskan berdasarkan kebutuhan dan tidak menimbulkan penafsiran ganda; : diisi dengan
sasaran, yaitu jumlah guru yang mengikuti pembimbingan dan pelatihan, baik bertempat di sekolah binaan maupun di
KKG/MGMP/MGP atau di KKKS/MKKS.
Kolom (4) : diisi dengan jumlah pembimbingan dan pelatihan yang dilakukan dalam satu semester atau satu tahun rencana. 57
Kolom (5) : diisi dengan indikator keberhasilan yang ditulis dengan jelas dan terukur sesuai dengan tujuan pembimbingan dan pelatihan.
Kolom (6) : diisi dengan cara-cara melakukan program pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah.
Kolom (7) : diisi dengan skenario pembimbingan yang ditulis secara sistematis mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan penutup.
Kolom (8) : diisi dengan menyebutkan alat dan bahan kegiatan yang relevan (LCD, permen, juknis, juklak).
Kolom (9) ; diisi dengan menyebutkan instrumen dan dokumen lain yang digunakan untuk melakukan penilaian.
Kolom (10) : diisi dengan rancangan tindak lanjut yang operasional dan rasional, misalnya melalui konsultasi, diskusi, pemberian contoh,
atau lanjutan workshop, diklat

Anda mungkin juga menyukai