I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
besar wilayahnya merupakan perairan yang tergugus pulau-pulau besar dan kecil.
Seperti kita ketahui bersama bahwa Indonesia merupakan salah satu negara
kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.510 pulau.[2] dan panjang garis pantai
mencapai 95.181 km serta luas wilayah laut mencakup 70 persen dari total luas
wilayah Indonesia.
tropis yang diapit oleh dua benua (Asia dan Australia), dua samudera (Pasifik dan
India), serta merupakan pertemuan tiga lempeng besar di dunia (Eurasia, India-
sumberdaya kelautan yang berlimpah, baik berupa sumberdaya hayati dan non-hayati,
maupun jasa-jasa lingkungan. Oleh karena itu Indonesia merupakan suatu karakteristi
unik yang di dalamnya terdapat jutaan potensi sumber daya alam yang bisa
termanfaatkan untuk kepentingan bangsa dan anak cucu bangsa yang akan datang.
Pengembangan wilayah pesisir dan laut merupakan isu dan bahasan yang
baru), pengembangan wilayah pesisir dan lautan tidak memperoleh perhatian yang
cukup akibat interaksi keputusan politik yang dilandasi kepentingan agraris semata.
2
Namun, dalam tahun-tahun terakhir disadari bahwa aset dan sumber daya pesisir dan
mencapai 5,8 juta kilometer persegi termasuk Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas
2,7 kilometer persegi. Aset tersebut belum termanfaatkan secara optimal, terbukti
share ekonomi kelautan (data 1992) hanya 24 persen PDB. Di negara-negara yang
asetnya lebih kecil, seperti Inggris, Jepang, Taiwan, dan Denmark, sector kelautannya
kelautan kita yang tidak termanfaatkan dari tahun ke tahun, yang harusnya bisa
sebagai masyarakat pinggiran dan miskin. Sementara itu, secercah harapan mulai
Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
merupakan awal fase baru pengembangan wilayah laut dan pesisir untuk kepentingan
pertemuan antara daratan dan lautan, ke arah darat meliputi bagian daratan baik
3
kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi oleh proses-proses yang
berkaitan dengan laut atau sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan
perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut kawasan pesisir mencakup bagian laut
yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi
dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan karena kegiatan manusia di darat
potensi sumber daya pesisir baik sumber daya hayati dan non hayati, serta jasa-jasa
Demikian pula rentan terhadap bencana alam yang kemungkinan dapat terjadi di
wilayah pesisir yang berupa gelombang pasang (tsunami), banjir, erosi dan badai.
Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan wilayah peralihan antara
ekosistem darat dan laut yang berkesinambungan. Di wilayah pesisir ini terdapat
sumber daya pesisir berupa sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang sangat kaya.
Kekayaan sumberdaya pesisir tersebut menimbulkan daya tarik bagi berbagai pihak
pemanfaatannya. Sumberdaya tersebut dapat dibagi dalam empat kategori, yaitu : (1)
dan terumbu karang; (2) sumberdaya tidak dapat pulih ( non-renewable resources)
seperti sumberdaya mineral, pasir laut dan garam; dan (3) jasa lingkungan kelautan
(enviromental services ) seperti wisata bahari, transportasi laut dan energi kelautan
4
tenggelam.[5]
masing-masing yang berlainan, yaitu misalnya hutan bakau, padang lamun, estuaria,
delta, dan terumbu karang. Selain dimanfaatkan sebagai sumber daya alam pesisir,
ekosistem tersebut juga mempunyai fungsi ekologis yang penting yaitu sebagai
sedimen atau bahan pencemar dan tempa berlindung serta berkembangnya jenis-jenis
biota yang mempunyai potensi ekonomi yang tinggi. Demikian pula ada yang
berfungsi sebagai pengatur sumber air tawar dan rembesan air laut ke arah darat.
kehidupan manusia dan makluk hidup lainnya, yang mengandung potensi sumber
daya pesisir yang bersifat terbatas. Sebagai wadah, wilayah pesisir memang terbatas
dalam hal besaran wilayahnya, sedangkan sebagai sumber daya terbatas mengenai
manusia dengan intensitas yang tinggi. Hal itu misalnya untuk permukiman, kawasan
pembangkit tenaga listrik, dan konservasi sumberdaya alam. Sedangkan di laut pantai
digunakan untuk media pelayaran dan untuk penangkapan ikan, serta sumber daya
alam hayati lainnya. Masing-masing kegiatan tersebut belum tentu dapat saling
5
menguntungkan, bahkan justru dapat merugikan satu sama lain. Oleh karena itu
wilayah pesisir di samping sebagai “pusat kegiatan” juga dapat menjadi “pusat
konflik atau benturan” antara kepentingan sektor yang satu dengan sektor lainnya.
[6] oleh karena itu perlu dipertegas pada suatu pengaturan yang rigid mengatur
masalah pesisir dan sumber dayanya untuk kepentingan masyarakat pesisir pada
khususnya.
B. Permasalahan
II.PEMBAHASAN
Masyarakat
pengelolaan wilayah pesisir dan lautan yang berbasis pemerintah (pemerintah pusat),
selama ini dianggap kurang berhasil karena banyak menimbulkan penderitaan dan
Daerah.
sebagai suatu proses pemberian wewenang, tanggung jawab, dan kesempatan kepada
dapat mengambil keputusan yang pada akhirnya menentukan dan berpengaruh pada
8
kesejahteraan hidup mereka, hal ini harus diakomodir pada pengaturan pengelolaan
wilayah pesisir.
Masyarakat dalam definisi PSPBM adalah komunitas atau sekelompok orang yang
memiliki tujuan yang sama. Istilah komunitas sendiri berasal dari bidang ilmu ekologi
yang secara sederhana merujuk pada kondisi saling berinteraksi antara individu suatu
populasi yang hidup di lokasi tertentu. Interaksi antara individu dalam suatu
pesisir, namun hal ini lebih banyak terekspresi dalam bentuk saling berkompetisi.
Saling berkompetisi dalam memanfaatkan sumberdaya pesisir adalah salah satu alas
interaksi antar masyarakat dapat dipandang juga sebagai potensi yang dapat
yang efektif.
didengung-dengungkan. Tapi apa yang terjadi selama ini, justeru masyarakatlah yang
Sebenarnya, jika diamati selama ini masyarakat pesisir telah hidup sangat dekat
dengan sumberdaya yang memberinya manfaat. Mereka tinggal di tepi laut, bahkan
ada yang tinggal di atas perahu sebagai kediamannya seperti beberapa kebudayaan
masyarakat. Mereka mengganggap laut sebagai bagian penting dari hidupnya. Oleh
memanfaatkan sumberdaya ini, tetapi mereka juga menjaga dan menata agar
sumberdaya pesisir dan lautan selama ini. Kalau selama ini diasumsikan bahwa
masyarakat dekat dengan alam, ternyata telah jauh bahkan dipaksakan terpisah
pesisir tidak lagi memiliki kemampuan, tanggung jawab, serta wewenang dalam
hidupnya. Wewenang dan tanggung jawab itu telah beralih dari masyarakat ke
jawab ini telah berjalan lama. Setidaknya, sejak adanya investasi asing di serta
adanya tuntutan eksploitasi sumberdaya alam secara cepat sebagai mesin pencetak
sektor atau bidang lain. Akhirnya, kemampuan yang tadinya dimiliki masyarakat
dalam mengatur dan menata sumberdaya pesisir dan lautan, lenyap secara perlahan-
lahan. Dengan PSPBM yang diadopsi pada suatu pengaturan terutama dalam bentuk
Perda yang lebih dekat dengan masyarakat, diharapkan wewenang, tanggung jawab
10
serta kemampuan dalam mengelola sumberdaya pesisir dan lautan ini dapat kembali
kepada masyarakat.
pada masyarakat dalam Perda tentang pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-
masyarakat dalam melindungi potensi sumber daya alam pesisir dan laut agar tidak
sumber daya pesisir yang merupakan tunjangan hidup dan lingkungan hidup mereka.
wilayah pesisir dan lautan dapat kembali ke masyarakat, terutama masyarakat pesisir.
Wilayah pesisir merupakan kawasan yang memiliki karakteristik yang unik dan
berbagai entitas pengelola wilayah yang mempunyai kepentingan dan cara pandang
mengelola berbagai potensi dan konflik sumberdaya yang ada di wilayah pesisir.
sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat di kawasan pesisir, dengan
cara melakukan penilaian menyeluruh tentang kawasan pesisir dan sumberdaya alam
serta jasa-jasa lingkungan yang terdapat di dalamnya, menentukan tujuan dan sasaran
empat alasan pokok yang dikemukakan sebagai dasar pengelolaan wilayah pesisir
secara terpadu yaitu : (1) keberadaan sumberdaya pesisir dan lautan yang besar dan
konsentrasi kegiatan ekonomi global dari poros Eropa – Atlantik menjadi poros Asia
Pasifik dan (4) wilayah pesisir dan lautan sebagai pusat pengembangan kegiatan
untuk memilih dan mengadopsi cara-cara pemanfaatan pesisir yang paling baik untuk
Kecenderungan yang terlihat selama ini adalah peningkatan peran pemerintah dalam
masyarakat. Dalam banyak hal pemerintah gagal dalam menyusun suatu sistem
Melihat pengalaman yang telah terjadi, maka perlu dikembangkan suatu pendekatan
yang lebih spesifik yang merupakan turunan dari berbagai konsep pendekatan yang
pembangunan yang berpusat pada masyarakat dan dilakukan secara terpadu dengan
memperhatikan dua aspek kebijakan, yaitu aspek ekonomi dan aspek ekologi.
Dalam PSPT-BM agar tidak terjadi ketimpangan maka baik pemerintah maupun
komponen yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
diantaranya adalah masyarakat lokal, LSM, swasta, perguruan tinggi dan kalangan
peneliti. Dalam PSPT-BM diharapkan partisipasi dari masyarakat dimulai dari proses
dan juga dapat memobilisir sektor terkait dalam pemerintahan di sisi lain, dalam
penggerak yang berasal dari tokoh masyarakat ataupun LSM setempat yang mampu
Dari uraian pengelolaan wilayah pesisir terpadu berbasis masyarakat di atas maka
Batas-batas fisik dari suatu kawasan yang akan dikelola harus ditetapkan dan
diketahui secara pasti oleh masyarakat. Peranan pemerintah disini adalah menentukan
14
didasarkan pada sebuah ekosistem sehingga sumberdaya tersebut dapat lebih mudah
Kelompok masyarakat yang terlibat hendaknya tinggal secara tetap di dekat wilayah
pengelolaan. Dalam konteks ini kebersamaan masyarakat akan kelihatan, baik dalam
hal: etnik, agama, metode pemanfaatan, kebutuhan, harapan dan sebagainya. Segenap
dengan jelas. Jumlah pengguna tersebut seoptimal mungkin tidak boleh terlalu
banyak sehingga proses komunikasi dan musyawarah yang dilakukan lebih efektif.
kesuksesan pelaksanaan pengelolaan sangat terletak dari adanya rasa memiliki dari
para peminatnya
(4) Memberikan manfaat.
15
akan lebih besar dibanding dengan biaya yang dikeluarkan. Dalam hal ini, salah satu
komponen indikatornya dapat berupa rasio pendapatan relatif dari masyarakat lokal
dan stakeholeder lainnya
Dalam model PSPT-BM salah satu kunci kesuksesan adalah penerapan peraturan
monitoring dan penegakan hukum dapat dilakukan secara terpadu dengan basis
dari pemerintah daerah, dengan tujuan hak dan kewajibannya dapat terdefinisikan
dengan jelas dan secara hokum terlindungi dalam hal ini diakomodir dalam Undang-
undang atau Perda. Dalam hal ini, jika hukum adat telah ada dalam suatu wilayah,
ini memiliki kekuatan hukum yang lebih kuat bagi para stakeholder. Adanya legalitas
dapat diterima oleh semua pihak dalam masyarakat dan adanya program kemitraan
terlibat.
Sehingga dari poin-poin di atas merupakan prinsip pengelolaan wilayah pesisir yang
berbasis masyarakat, yang dapat dijadikan ukurun untuk menilai suatu Peraturan,
d. menimbulkan rasa memiliki atas sumber daya, yang membuat masyarakat lebih
f. mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi dan dapat dirubah secara mudah,
III.PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil di setiap daerah yang
bentuk Perda Tersebut dilandaskan pada asas pengelolaan wilayah pesisir yang
pesisir, dan prinsip-prinsip itulah yang akan menjadi ukuran pengaturan hukum itu
B. Saran
hendakah di pertimbangkan dengan sebaik-baik nya dan di jalankan oleh orang yang
berada di bidang nya, agr menghasilkn suatu undang-undang ataupun peraturan yan
berdampak baik dan bisa menjadi acuan dalam pembangunan di wilayah pesisir.
19
DAFTAR PUSTAKA
2000.
Pulau-Pulau Kecil.