Anda di halaman 1dari 6

AYAH KANDUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA TEGA MEMPERKOSA

ANAK KANDUNG YANG BERUSIA UMUR 13 TAHUN HINGGA HAMIL 7 BULAN

Perilaku bejat seorang ayah di Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh, sudah sangat
keterlaluan. Dia tega memperkosa anak kandungnya yang masih berusia 13 tahun hingga harus
menanggung malu karena hamil 7 bulan. Korban yang masih duduk di sekolah kelas 6 SD, kini
enggan melanjutkan pendidikannya. Dia cuma mau berdiam diri di rumah karena merasa malu
untuk bertemu dengan teman-temannya lagi.
Kapolres Aceh Tenggara, AKBP Rahmad Har Denny Yanto mengatakan, tersangka
berinisial S (35) diamankan polisi di Desa Tanjung Lama, Kecamatan Darul Hasanah, Kabupaten
Aceh Tenggara."Perbuatannya terungkap ketika ibu korban curiga dengan kondisi perut anaknya
yang semakin buncit," kata Rahmad di Mapolres Aceh Tenggara, Provinsi Aceh, Kamis
(17/1/2019). Dia mengatakan, saat ditanya ibunya korban akhirnya mengaku pernah dipaksa
berhubungan badan dengan ayahnya. Dia diperkosa sebanyak 2 kali pada Juli 2018 lalu.
Mendapat pengakuan tersebut, ibu korban melaporkan ke polisi.
Dari hasil penyelidikan, tersangka S yang bekerja sebagai petani ini, menyetubuhi anaknya
di rumah nenek korban saat kondisi sedang sepi. Dia dipaksa melayani nafsu sang ayah dengan
ancaman kekerasan fisik."Perbuatan ini terulang ketika korban mandi di sungai. S juga
menyetubuhinya di kebun pinggir sungai," ujar dia. Ayah bejat ini sekarang ditahan di Mapolres
Aceh Tenggara. Dia terancam Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
dengan ancaman 15 tahun penjara.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap tahun kasus kekerasan seksual mengalami peningkatan, korbannya
bukan hanya orang dewasa melainkan terdapat pula anak-anak bahkan balita
yang menjadi sasaran para pelaku kekerasan seksual. Fenomena kekerasan
seksual pada anak semakin sering terjadi bukan hanya terjadi di dalam negeri
tetapi terdapat pula di luar negeri. Dari banyaknya kasus kekerasan seksual
pada anak tragisnya pelaku merupakan kebanyakan dari lingkungan keluarga
atau lingkungan sekitar anak itu berada, seperti di dalam rumahnya sendiri,
lingkungan sosial dan juga sekolah. Hal ini dapat dibuktikan dari maraknya
kasus kekerasan seksual dalam keluarga di media sosial.
Berdasarkan info dari KPAI, Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir bisa
dikatakan menjadi tahun yang sangat memprihatinkan bagi anak Indonesia.
KPAI atau Komisi Perlindungan Anak Indonesia menemukan ratusan kasus
kekerasan seksual terhadap anak yang diduga dilakukan oleh orang terdekat
anak. Jasra Putra selaku Komisioner KPAI mengungkapkan bahwa terdapat
data yang menunjukan bahwa terdapat 218 kasus kekrasan seksual anak pada
tahun 2015, 120 kasus kekerasan seksual pada anak di tahun 2016, dan pada
tahun 2017, terdapat 116 kasus. Dari data tersebut KPAI menyatakan bahwa
pelaku kekerasan seksual pada anak ialah orang terdekat seperti orangtua
korban/ayah tiri dan kandung, keluarga terdekat dan teman korban.Dalam
kasus kekerasan seksual yang marak terjadi, anak menjadi kelompok yang
sangat rentan terhadap kekerasan seksual karena anak selalu diposisikan
sebagai sosok yang lemah dan tidak berdaya.
Secara umum, Kekerasan seksual terhadap anak menurut ECPAT (End
Chlid Prostitution In Asia Tourism) Internasional merupakan suatu hubungan
atau interaksi antar seorang anak dan seorang yang lebih tua atau anak yang
lebih banyak nalar atau orang dewasa seperti orang asing, saudara sekandung
atau orangtua dimana anak tersebut dipergunakan sebagai objek pemuas untuk
kebutuhan seksual si pelaku.. Undang-Undang Perlindungan anak telah
memberikan batasan bahwa yang dimaksud dengan anak adalah seseorang
yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Maraknya kasus kekerasan seksual pada anak yang terdapat di keluarga
dapat menunjukkan bahwa betapa dunia yang aman bagi anak semakin sempit
dan sulit ditemukan. Dunia anak yang seharusnya diisi dengan keceriaan yang
ia dapatkan dari lingkungan sosial dan keluarga justru memberikan gambaran
buram dan potret ketakutan karena pada saat ini anak telah banyak menjadi
subjek pelecehan seksual yang berasal dari keluarganya sendiri. Namun
kekerasan seksual anak yang terjadi di keluarga jarang sekali terekspos
masyarakat. Data yang terdapat pada KPAI hanya data yang didapatkan dari
masyarakat mengenai kekerasan seksual anak di keluarga hanya dari beberapa
korban yang melapor dan masih banyak korban kekerasan seksual terutama
anak yang tidak berani melaporkan dan tidak tau harus melapor kepada siapa.
Kasus ini cenderung dirahasiakan oleh korban dan pelaku. Korban kekerasan
seksual pada keluarga cenderung merasa malu karena menganggap hal tersebut
sebagai aib yang harus disembunyikan rapat-rapat terlebih lagi ia mendapatkan
kekerasan tersebut dari keluarga mereka sendiri, selain itu ancaman juga kerap
korban dapatkan dari pelaku kekerasan seksual.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penanganan Korban Kekerasan Seksual Pada Anak


Bersandar pada Basic Principles and Guidelines on the Right to a
Remedy and Reparation for Victims of Gross Violations of International
Human Rights Law and Serious Violations of International Humanitarian
Law, yang diadopsi Majelis Umum PBB, menyebutkan bahwa bentuk
penanganan pemulihan dan penanganan kekerasan seksual yaitu meliputi
sejumlah hak:
1. Restitusi, menegakkan kembali sejauh mungkin situasi yang ada bagi
korban sebelum terjadi pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan
mengharuskan pemulihan.
2. Kompensasi, akan diberikan untuk setiap kerusakan yang secara
ekonomis dapat diperkirakan nilainya yang timbul dari pelanggaran hak
asasi manusia, seperti:
- Kerusakan fisik dan mental
- Kesakitan, penderitaan dan tekanan batin
- Kesempatan yang hilang termasuk pendidikan
- Biaya medis dan biaya rehabilitasi
3. Rehabilitasi, disediakan pelayanan hukum, psikologi, perawatan medis,
dan pelayanan atau perawatan lainnya seta tindakan untuk memulihkan
martabat dan reputasi sang korban.
4. Jaminan kepuasan dan ketidakberulangan atas pelanggaran yang
menimpanya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Semakin banyaknya kasus-kasus kekerasan pada anak terutama
kasus kekerasan seksual (sexual violence againts) dan menjadi fenomena
tersendiri pada masyarakat modern saat ini. Anak-anak rentan untuk
menjadi korban kekerasan seksual karena tingkat ketergantungan mereka
yang tinggi. Sementara kemampuan untuk melindungi diri sendiri
terbatas.
Berbagai faktor penyebab sehingga terjadinya kasus kekerasan
seksual terhadap anak dan dampak yang dirasakan oleh anak sebagai
korban baik secara fisik, psikologis dan sosial. Berdasarkan kajian
literature yang menjelaskan dampak dan penanganan dari kasus
kekerasan seksual pada anak dikeluarga, maka kekerasan seksual pada
anak dapat memberikan dampak yang luas bagi kondisi fisik, emosi dan
juga psikisnya.
Melihat dampak yang diakibatkan oleh kekerasan seksual yang
dialami oleh anak-anak yang menjadi korban maka dalam
penanganannya sangat diperlukan penanganan yang tepat kepada korban
seperti restitusi, kompensasi, rehabilitasi dan juga jaminan kepuasan dan
ketidakberulangan atas pelanggaran yang menimpanya.
DAFTAR PUSTAKA

Nurwati, N., & Krisna, H. (2019). DAMPAK DAN PENANGANAN


KEKERASAN SEKSUAL ANAK DI KELUARGA. Prosiding
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, 6(1), 10-20.

Anda mungkin juga menyukai