Anda di halaman 1dari 15

Conflict of Interest antara Usaha Perlindungan Lingkungan Hidup

dengan Kemudahan Berinvestasi dalam Peraturan Pemerintah


Nomor 24 Tahun 20181
Arya Rema Mubarak2

Abstrak
Pemerintah tampak abai dalam melindungi dan memastikan keberlanjutan sum-
ber daya alam di Indonesia. Hutan hujan di Indonesia mengalami pengurangan yang-
signifikan. Sebanyak 84% total lahan pada tahun 1900, berkurang menjadi 52% pada
tahun 2010. Perkembangan industri tahun 1970an-2000an diduga sebagai kontributor
terbesar. Alih-alih melindunginya, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah
(PP) No. 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik (dikenal dengan Online Single Submission (OSS)) yang berpotensi memper-
parah kerusakan lingkungan. PP ini bertujuan untuk mempersingkat permohonan
izin berusaha, tidak diiringi langkah yang cermat. PP ini menyalahi mekanisme peri-
zinan yang diperkenalkan oleh UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pe-
ngelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH) dengan menciptakan norma baru yang di-
sebut sebagai “komitmen” yang dipercaya dapat mempermudah terbitnya izin yang
diperlukan untuk berusaha di Indonesia. PP ini juga mengabaikan asas pencegahan
dalam hukum lingkungan (preventive principle), dengan dimungkinkannya penerbitan
.izin usaha berdasarkan komitmen tanpa kajian atas dampak lingkungan yang layak
Kata kunci: Mekanisme Perizinan, Asas Pencegahan, PP OSS, UU PPLH

Abstract
The government of Indonesia seems negligent in protecting and ensuring the sustainability
of Indonesia’s natural resources. Rainforests in Indonesia is declining significantly. 84% of the
total land area in 1900 was reduced to 52% in 2010. The industrial development in the 1970s
and 2000s was alleged to be the biggest contributor. Instead of protecting it, the government is-
sued Government Regulation (PP) No. 24 of 2018 on Electronic Integrated Licensing Business
Services (known as Online Single Submission (OSS)) which has the potential to exacerbate
environmental damage. This regulation which aims to shorten the application for business
licenses, is not accompanied by careful steps. This regulation violates the licensing mecha-
nism introduced by the Law No. 32 of 2009 on Environmental Protection and Management
(UU PPLH) by creating a new norm called “commitment” which believes able to speed up
the environment and business licenses mechanism in Indonesia. It also ignores the preventive

1
Artikel telah menerima penghargaan Best Paper dalam Kompetisi Karya Tulis Ilmiah ALSA
English Competition 2019. Kembali diterbitkan sebagai ulasan di JHLI Vol 5 No. 2, dengan penyesuaian
seperlunya.
2
Penulis adalah mahasiswa semester 4 Fakultas Hukum Universitas Indonesia

284
Arya Rema Mubarak
Conflict of Interest antara Usaha Perlindungan Lingkungan Hidup dengan Kemudahan Berinvestasi dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018

principle, by allowing the issuance of business licenses based on commitments without proper
.assessment of environmental impacts
Keywords: Permit Mechanism, Preventive Principle, PP OSS, UU PPLH

I. Pendahuluan donesia tersisa 52% (94 juta hektare) dari


Indonesia merupakan salah satu ne- total hutan yang ada.5
gara dengan diversitas biologi tertinnggi Kontradiksi kebijakan antara perlin-
di dunia. Negara dengan hampir 18.000 dungan lingkungan dengan kapitalisasi
pulau diantara Samudera Pasifik dan sumber daya alam merupakan masalah
Hindia serta rumah bagi lebih dari 3000 klasik yang tidak pernah selesai, salah
spesies hewan termasuk hewan endemik satunya terefleksi dalam Peraturan Pe-
seperti harimau sumatera, gajah, badak, merintah No. 24 Tahun 2018 tentang Pe-
dan orangutan.3 Pada tahun 1950, total layanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
hutan hujan di Indonesia mencakup 84% Secara Elektronik atau yang dikenal de-
dari total lahan yang terdiri dari 145 juta ngan Online Single Submission (OSS).
hektare hutan primer dan 14 juta hutan Peraturan ini diapresiasi oleh Presiden
sekunder.4 Pada awal tahun 1970, Indo- Joko Widodo sebagai bentuk usaha un-
nesia mengkapitalsasi sumber daya alam tuk mereformasi mekanisme perizinan
ini untuk kepentingan ekonomi dalam di Indonesia untuk menarik investasi
bidang pulp dan kertas yang secara ma- dan meningkatkan ranking Ease of Do-
sif menggundulkan lahan. Permasalahan ing Business (EoDB) Indonesia.6 Namun,
lingkungan ini nampaknya belum men- peraturan ini dilakukan dengan tidak
jadi prioritas bagi pemerintah sehingga cermat sehingga diangap menabrak ber-
pada tahun 1990 hngga 2000, Indonesia bagai peraturan perundang-undangan7,
kehilangan 20% (sekitar 24 juta hektare) salah satunya adalah Undang-Undang
dan pada tahun 2010, jumlah hutan di In- No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindung-

3
Ran.org , “Indonesian Rainforest”, Rainforest Action Network, diakses pada March 29 2019, htt-
ps://www.ran.org/indonesian-rainforests/
4
Emily Matthews, “The State of the Forest : Indonesia”,Global Forest Watch, Forest Watch Indonesia,
and World Resources Institute, (2002)
5
FAO.org, “Global Forest Resources Assessment 2010”, Food and Agriculture Organization of the
United Nations., diakses pada March 29 2019 http://www.fao.org/forestry/fra/fra2010/en/
6
Hermin Esti Setyowati, “Izin Berusaha Kini Lebih Mudah, Pemerintah Melunncurkan Sistem
OSS”, Kementerian Komunikasi dan Informasi, diakses pada March 29 2019, https://kominfo.go.id/
content/detail/13373/izin-berusaha-kini-lebih-mudah-pemerintah-meluncurkan-sistem-oss/0/arti-
kel_gpr
7
Hamalatul Qurani, “Dinilai Tabrak Aturan Sana Sini, PP OSS Harus Direvisi”, Hukumonline.
com, diakses pada March 29 2019, https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5bcc0df105bb5/di-
nilai-tabrak-aturan-sana-sini--pp-oss-harus-direvisi

285
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: Halaman 284-298

an dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, juga pemanfaatan lahan. Pada


yang selanjutnya akan dijelaskan dan di- era ini berkembang sebuah rezim
jabarkan dalam artikel ini. teritorial timbal-balik, baik anta-
ra negara dengan wilayah yang
II. Perkembangan Hukum Lingkungan berdekatan ataupun penggunaan
wilayah geografis yang dianggap
A. Perkembangan Hukum sebagai "kepemilikan bersama"
Lingkungan Internasional (Global Commons);
Pembahasan akan perkembangan 2. Era selanjutnya yang dikenal de-
hukum lingkungan internasional men- ngan Era Modern merepresenta-
sikan era diantara Stockholm Con-
jadi penting karena hukum lingkungan
ference pada tahun 1972 dan
nasional kita sedikit banyak mengacu ke-
United Nations Conference on En-
pada norma-norma dan kebiasaan yang vironment and Development di Rio
sudah diakui dan diterapkan dalam ting- de Janeiro, atau yang dikenal se-
kat internasional. Perkembangan hukum bagai Rio Declaration. Era ini di-
lingkungan internasional pada umum- tandai dengan pembukaan Stoc-
nya dibedakan menjadi 3 atau 4 tahapan, kholm Conference yang merupakan
yaitu:8 kumulasi usaha berasal dari dua
1. Era Tradisional yang merepre- Resolusi UN9 dan harus dilihat
sentasikan era sebelum 1972, sesuai dengan tren serta situasi
United Nations Stockholm Con- pada masanya, yaitu:
ference on Human Environment, a. Berkembangnya kepedulian
yang terkadang dibagi lagi men- akan kerusakan lingkungan, di-
jadi era sebelum dan sesudah ta- tandai dengan rangkaian benca-
hun 1945. Pada masa ini, hukum na lingkungan yang terjadi10
lingkungan banyak berasal dari b. Berkembangnya kepedulian pub-
kesepakatan bilateral dan regio- lik akan krisis lingkungan yang
nal antar negara yang berisi kese- didorong oleh media dan publi-
pakatan peraturan yang berlaku, kasi ahli;11 serta
juga penyelesaian sengketa, dan c. Inovasi akan hukum nasional
yang merespon perkembangan

8
Peter H. Sand, “The History and Origin of International Environmental Law”, Elgar Research
Collection (February 2016), preface xiii.
9
Resolution 1346 (XLV) of the UN Economic and Social Council of 30 July 1968, endorsed by UN
General Assembly Resolution 2398 (XXIII) of 6 December 1968.
10
Peter H. Sand, The History and Origin, xv “the 1967 Torrey Canyon accident (oil pollution in the
North Sea) and the 1971 Minamata cases (river pollution by organo-mercury in Japan) as the landmark
cases that drives such discourses”.
11
Peter H. Sand, The History and Origin, xv “Rachel Carson’s 1962 Silent Spring, Max Nicholson’s
1969 Environmental Revolution and the Club of Rome’s 1972 Limits to Growth readily espoused by the
civic protest movements of the 1960s and early 1970s.

286
Arya Rema Mubarak
Conflict of Interest antara Usaha Perlindungan Lingkungan Hidup dengan Kemudahan Berinvestasi dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018

perlindungan hukum atas ling- (Keppres) No. 28 Tahun 1978 yang di-
kungan12 sempurnakan oleh Keppres No. 35 di
3. Era selanjutnya dikenal sebagai tahun yang sama sebagai dasar hukum
Pasca-Modern Era yang mere- pendirian Kementerian Negara Penga-
presentasikan masa dari Rio Dec-
wasan Pembangunan dan Lingkungan
laration hingga hari ini, dimana
Hidup14, yang kemudian diikuti dengan
instrumen dan norma bersumber
dari kesepakatan multilateral peraturan pertama akan lingkungan hi-
menciptakan suatu hal yang di- dup yaitu Undang-Undang No.4 Tahun
sebut sebagai “Treaty Congesti- 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Po-
on”.13 Pada era ini, fokus akan hu- kok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
kum lingkungan tidak lagi Seiring dengan dinamika hukum ling-
menciptakan instrumen dan nor-
kungan internasional, hukum nasional
ma baru, namun berfokus kepa-
memerlukan revisi untuk mengadopsi
da efektivitas akan penerapan
instrumen dan norma tersebut. norma-norma baru sehingga dikeluar-
Perkembangan hukum lingkung- kanlah Undang-Undang No. 23 Tahun
an ini pada akhirnya mencipta- 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
kan berbagai asas hukum inter- Hidup. Undang-Undang ini menga-
nasional yang bersumber dari dopsi berbagai norma baru yang lebih
konvensi, kesepakatan antar ne- relevan dan juga menambah beberapa
gara, kebiasaan internasional,
kewenangan kepada Kementerian Ling-
pendapat ahli, serta hal lain yang
kungan, regulasi mengenai impor ba-
menekankan akan efektivitas ter-
sebut. rang berbahaya beracun (B3), dan juga
beberapa hak prosedural baru. Peratur-
B. Perkembangan Hukum Lingkungan an yang berlaku, yaitu Undang-Undang
Nasional No.32 Tahun 2009 pun juga mengadopsi
Merespons dinamika hukum ling- norma-norma dan instrumen baru seper-
kungan internasional, pada tahun 1978 ti delik kriminal yang lebih relevan pada
dikeluarkanlah Keputusan Presiden saat ini.15

12
Peter H. Sand, The History and Origin, xv “Japan’s 1967 Kogai Act, Sweden’s 1969 Miljöskydds-
lag and the 1970 National Environmental Policy Act, in conjunction with the judge-made ‘public trust
doctrine’ in the United States”
13
Ibid., xviii.
14
Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan,ed.3 (Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press, 1988) hlm. 21.
15
Takdir Rahmadi, “Pengembangan Hukum Lingkungan di Indonesia” http://pn-ponorogo.
go.id/joomla/index.php/artikel-umum/49-perkembangan-hukum-lingkungan-di-indonesia, diakses
tanggal 29 Maret 2019.

287
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: Halaman 284-298

III. Asas Hukum Lingkungan, Pen- diketahui secara pasti, langkah-langkah


cegahan versus Kehati-hatian untuk mencegah hal tersebut dilabeli de-
Asas-asas yang telah tercipta dari ngan “pencegahan”. Langkah-langakah
perkembangan hukum lingkungan ter- yang sama dilakukan untuk menanggapi
sebut hidup dan diakui dalam regulasi- ketidakpastian akan dampak terhadap
regulasi baik tingkat nasional atau inter- lingkungan dari kegiatan atau tindakan
nasional sehingga menjadi sesuatu yang yang sama dilabeli dengan “kehati-hati-
konkrit dan juga dapat diberlakukan, di an”. Dengan demikian, secara sempit
antaranya ialah asas pencegahan (pre- logika dari asas pencegahan ialah meng-
vention principle) dan asas kehati-hatian ambil langkah pencegahan secara kon-
(precautionary principle). Asas pencegah- disional berdasarkan “kepastian” dari
an merupakan asas yang menciptakan dampak tersebut. Berkebalikan dengan
kewajiban bagi negara untuk mengam- hal tersebut, logika dari kehati-hatian
bil langkah yang diperlukan secepat ialah mengambil langkah-langkah yang
dan sesegera mungkin untuk mencegah diperlukan ketika indikasi-indkasi yang
kerusakan lingkungan16 karena, pada mengarah kepada dampak tersebut mes-
prinsipnya lebih baik mencegah daripa- kipun belum ada kepastian. Pada kesim-
da merehabilitasi atau mengompensasi.17 pulannya, kedua asas ini saling berkait-
Asas ini juga menetapkan bahwa nega- an dan saling mengisi satu sama lainnya.
ra tidak dapat mengabaikan kerusakan Permasalahan menjadi lebih kom-
lingkungan apabila terjadi didalam teri- pleks ketika seseorang menganut posisi
tori negara tersebut.18 Hal ini juga berla- yang relatif umum bahwa logika pence-
ku bagi asas kehati-hatian, perbedaannya gahan mencakup pencegahan risiko ba-
ialah ketika kita menggunakan “kepasti- haya yang diketahui. Risiko umumnya
an” sebagai parameter untuk menentu- dikonstruksi sebagai fungsi dari proba-
kan garis perbedaannya. Kepastian yang bilitas terjadinya bahaya tertentu dalam
dimaksud di sini adalah kepastian akan periode tertentu dan gravitasi yang di-
kerusakan lingkungan itu sendiri. Keti- perkirakan ketika hal tersebut terjadi.19
ka dampak terhadap lingkungan akan Pada pandangan tersebut, minimalisasi
sebuah kegiatan atau tindakan tertentu risiko yang dapat diukur masih dapat di-

16
Laode M. Syarif and Andri Gunawan Wibisana, Hukum lingkungan, Teori, Legislasi, dan Studi
Kasus,(Jakarta: USAID, Kemitraan, the Asia Foundation) hlm. 60.
17
Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan di Indonesia, cet.7 (Raja Grafindo Persada: Depok, 2018), hlm. 20.
18
Laode M. Syarif and Andri Gunawan Wibisana, Huk op.,cit., hlm. 61.
19
Arie Trouwborst, Prevention, Precaution, Logic And Law - The Relationship Between The PRecautio-
nary Principle and The Preventative Principle in International Law And Associated Questions,(Netherlands
Erasmus Law Review, 2009), hlm. 117.

288
Arya Rema Mubarak
Conflict of Interest antara Usaha Perlindungan Lingkungan Hidup dengan Kemudahan Berinvestasi dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018

lihat sebagai “pencegahan”. Dengan de- Sebaliknya, tindakan pencegahan digu-


mikian, ada atau tidak adanya hubung- nakan ketika penelitian ilmiah belum
an kausal yang diukur secara ilmiahlah mencapai tahap yang memungkinkan
yang mendefinisikan perbedaan antara tabir ketidakpastian diangkat.”21
logika “pencegahan” dan “kehati-hati- Melihat hukum nasional Indonesia,
an”. 20 Lebih lanjut, De Sadeleer menje- berbeda dengan asas pencegahan dan
laskan: asas hukum lingkungan lainnya, asas
“Pencegahan didasarkan pada ke- pencegahan tidak disebutkan secara eks-
pastian: ia didasarkan pada pengalam- plisit di dalam Pasal 2 yang membahas
an kumulatif mengenai tingkat risiko mengenai asas yang berlaku. Namun,
yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan asas ini hidup didalam salah satu pasal
(roulette Rusia, misalnya, melibatkan ke- yaitu mengenai Analisis Masalah Dam-
mungkinan kematian satu-dalam-enam pak Lingkungan atau yang dikenal de-
yang dapat diprediksi). Oleh karena itu, ngan Amdal. Amdal menjadi manifesta-
pencegahan mengandaikan sains, kon- si dari asas pencegahan karena ia meru-
trol teknis, dan gagasan penilaian risiko pakan sebuah kajian mengenai dampak
obyektif untuk mengurangi kemungkin- penting suatu usaha dan/atau kegiatan
an terjadinya mereka. Dengan demikian yang direncanakan pada lingkungan hi-
langkah-langkah pencegahan dimaksud- dup yang diperlukan bagi proses peng-
kan untuk menghindari risiko yang su- ambilan keputusan tentang penyeleng-
dah diketahui hubungan sebab-akibat- garaan usaha dan/atau kegiatan.22 Di-
nya. … Tindakan pencegahan, sebalik- karenakan ia merupakan sebuah kajian
nya, berperan ketika probabilitas risiko yang berdasarkan data terkait dampak
yang dicurigai tidak dapat dibuktikan yang akan dilakukan terhadap lingkung-
secara tak terbantahkan. Perbedaan anta- an dan juga restorasi akan hal tersebut
ra keduanya ... dengan demikian tingkat sehingga elemen dari “kepastian” terpe-
ketidakpastian seputar probabilitas risi- nuhi. Dampak penting yang dimaksud
ko. Semakin rendah margin ketidakpas- oleh Amdal ditentukan berdasarkan kri-
tian, semakin besar pembenaran untuk teria:23
intervensi sebagai cara pencegahan dan a. Besarnya jumlah penduduk yang
bukan atas nama tindakan pencegahan. akan terkena dampak;

20
Ibid.
21
N. de Sadeleer, Environmental Principles: From Political Slogans to Legal Rules , (Oxford: Oxford
University Press 2002, hlm. 74-75.
22
Indonesia, Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang No.
32 Tahun 2009, LN No. 140 Tahun 2009, Pasal 1 paragraf 11.
23
Ibid., Pasal 22 (2).

289
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: Halaman 284-298

b. Luas wilayah penyebaran dampak; skema mekanisme perizinan, pemerin-


c. Intensitas dan lamanya dampak tah mengintervensi kegiatan-kegiatan
berlangsung; tertentu yang dilakukan oleh publik. 24
d. Banyaknya komponen lingkung-
Lebih lanjut, ia juga membedakan anta-
an hidup lain yang akan terkena
ra izin (vergunning) dan otorisasi (mac-
dampak;
e. Sifat kumulatif dampak; htging) sehingga ia mengatakan bahwa
f. Berbalik atau tidak berbaliknya izin merupakan sebuah keputusan yang
dampak; dan/atau berisi dispensasi dari sebuah perbuatan
g. Kriteria lain sesuai dengan per- yang dilarang oleh perundang-undang-
kembangan ilmu pengetahuan an. Sebuah perbuatan yang dilarang ter-
dan teknologi. sebut memerlukan syarat dan ketentuan
Lebih lanjut, semua kondisi yang tertentu yang harus dipenuhi oleh pe-
diperlukan untuk sebuah Amdal yang mohon untuk mendapatkan dispensasi
layak diatur dalam Pasal 23-33 Undang- tersebut. Norma hukum yang terkan-
Undang No. 32 Tahun 2009 dan juga PP dung dalam sebuah izin adalah norma
Nomor 27 Tahun 2012. larangan dan norma kewenangan yang
bersumber dari organ pemerintah yang
IV. Kajian Amdal serta Mekanisme
berwenang untuk mengizinkan pub-
Perizinan sebagai Instrumen
lik melakukan perbuatan spesifik yang
Administrasi dalam Hukum
Lingkungan sebenarnya dilarang oleh peraturan
perundang-undangan. Dalam konteks
Izin merupakan salah satu bentuk
sektoral hukum lingkungan, izin meru-
dari keputusan yang memiliki karak-
pakan sebuah instrumen dari kebijakan
teristik untuk menentukan. Prajaudi
lingkungan. Proses izin lingkungan ber-
menggambarkan izin sebagai salah satu
dasar kepada keputusan administrasi
strategi yang digunakan oleh pemerin-
yang dikeluarkan oleh organ pemerintah
tah untuk mengatur dan mengendalikan
dalam bentuk tertulis dan secara unilate-
subjek hukum di bawah kewenangan-
ral sesuai dengan kewenangannya. Jenis
nya untuk melarang tanpa surat tertulis,
dari keputusan ini merupakan keputus-
kepada subjek hukum yang diatur untuk
an unilateral yang bersifat konstitutif se-
berbuat/melakukan sesuatu yang diken-
hingga menciptakan hak dan kewajiban
dalikan dan diregulasi oleh pemerintah
bagi pemohon dan juga pembuat kepu-
sejalan dengan peraturan perundang-
tusan. Ketika syarat dan ketentuan ter-
undangan. Dengan demikian, melalui
kait kewajiban pemohon tidak terpenuhi

Harsanto Nursadi, Hukum Administrasi Negara Sektoral Edisi Revisi, cet.2 , (Depok : Badan Penerbit
24

FHUI, 2019), hlm. 229.

290
Arya Rema Mubarak
Conflict of Interest antara Usaha Perlindungan Lingkungan Hidup dengan Kemudahan Berinvestasi dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018

dan menciptakan dampak lingkungan mentasinya dapat diminimalisir dan di-


atau izin tersebut memiliki kecacatan antisipasi untuk mencegah terlewatnya
prosedural ataupun materil, maka izin batas atau standar kualitas dari dampak
tersebut menjadi subjek untuk pemba- lingkungan.27 Setelah dokumen Amdal
talan baik oleh pembuat keputusan atau disetujui oleh pejabat yang berwenang,
pengadilan tata usaha negara.25 maka mereka akan mengeluarkan sebu-
Izin lingkungan yang sebagaimana ah Keputusan Kelayakan Lingkungan
dimaksud di atas merupakan izin yang Hidup (KKLH).28
diberikan kepada pelaku usaha/kegi- Sebelum Undang-Undang No.32 Ta-
atan yang memerlukan Amdal dengan hun 2009, banyak mekanisme perizinan
tujuan untuk melindungi dan menge- yang berbeda harus didapatkan secara
lola lingkungan yang merupakan pra- terpisah untuk tindakan tertentu seper-
syarat untuk mendapatkan izin usaha/ ti izin untuk mengelola limbah B3 dan
kegiatan. Amdal merupakan dokumen membuang limbah terhadap lingkung-
penting untuk menentukan kelayakan an didalam izin yang berbeda. Izin ling-
dampak dari usaha atau kegiatan yang kungan yang disediakan oleh UU No.32
akan dilakukan terhadap perlindungan Tahun 2009 memiliki niatan untuk meng-
lingkungan. Ketika Amdal yang meru- integrasi izin-izin yang berbeda untuk
pakan dokumen tidak terpisahkan dari tujuan berbeda seperti contoh yang di-
izin lingkungan secara substansi dikate- sebutkan tadi menjadi satu. Ia juga me-
gorikan sebagai tidak layak, maka per- miliki peran yang signifikan karena da-
mohonan akan perizinan ini tidak akan lam satu sisi izin lingkungan ini menjadi
diterima sehingga izin usaha/ kegiatan prasyarat izin usaha, disisi lain ialah izin
tidak akan dikeluarkan oleh lembaga usaha tersebut bergantung kepada izin
yang berwenang untuk itu sehingga hal lingkungan sehingga ketika izin ling-
ini dapat dilihat sebagai usaha pence- kungan ini dicabut, idealnya ialah izin
gahan kerusakan lingkungan.26 Sebalik- usaha ini akan menjadi batal demi hu-
nya ketika dokumen Amdal dinyatakan kum. Pendekatan yang digunakan oleh
layak, maka fungsi Amdal sebagai in- undang-undang ini dikenal juga seba-
strumen perlindungan lingkungan akan gai integrated permitting approach. Pende-
dampak lingkungan yang terkalkulasi katan ini berasal dari kepentingan akan
didalamnya bekerja dan dalam imple- dampak lingkungan terhadap air, uda-

25
Ibid., hlm. 230.
26
Indonesia, Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 37 (2).
27
Ibid.
28
Harsanto Nursadi, Hukum Administrasi, hlm. 231.

291
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: Halaman 284-298

ra, atau tanah atau dampak-dampak la- Dapat disimpulkan bahwa untuk
innya dilihat sebagai satu kesatuan dan mendapatkan izin tersebut, harus dila-
ditanggapi juga sebagai satu kesatuan kukan secara bertahap. Ketika satu peri-
yang berkaitan.29 Dengan sistem yang zinan terpenuhi, maka izin lainnya dapat
demikian, mekanisme izin tersebut akan didapatkan dan seterusnya. Implikasi
berusaha untuk melindungi lingkungan akan cacat substansial dari sebuah do-
sebagai sebuah kesatuan, dan bertujuan kumen Amdal dapat dilihat dari kasus
untuk mengimplementasikan teknologi reklamasi Teluk Jakarta yang berdam-
terbaik yang tersedia serta ia juga beru- pak masif terhadap keberlangsungan
saha untuk tidak hanya membatasi ku- lingkungan hidup dan manusia di seki-
alitas limbah, namun juga mengurangi tarnya.31 Untuk merekap mekanisme izin
hingga mencegah pembuatan limbah lingkungan, berikut adalah skema meka-
tersebut.30 nisme perizinan lingkungan:

Environmental Business/Activities
AMDAL KKLH
Permit permit

Gambar 5. skema mekanisme perizinan lingkungan

V. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun kan mekanisme perizinan yang ada di


2018 tentang Pelayanan Perizinan Indonesia kedalam satu platform online
Berusaha Terintegrasi Secara dengan tujuan untuk memudahkan izin
Elektronik Serta Hubungannya berusaha di Indonesia. Peraturan ini
dengan Izin Lingkungan
juga merupakan mandat dari Peratur-
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun an Presiden No. 91 Tahun 2017 tentang
2018 tentang Pelayanan Perizinan Beru- Percepatan Pelaksanaan Berusaha. Tek-
saha Terintegrasi Secara Elektronik atau nologi yang berbasis informasi ini pada
yang dikenal dengan PP OSS ini meru- dasarnya menyambungkan dan mengin-
pakan sebuah media yang diciptakan tegrasi berbagai sistem permohonan per-
oleh pemerintah untuk menyederhana- izinan di Badan Koordinasi Penanaman

29
Andri Gunawan Wibisana, “Pengelolaan Lingkungan Melalui Izin Terintegrasi dan Berantai :
Sebuah Perbandingan Atas Perizinan Lingkungan Di Berbagai Negara”, Jurnal Hukum & Pembangunan
48 No. 2 (2018), hlm. 5.
30
Ibid.
31
Anisyah Al Faqir, “Kementerian LHK minta Amdal reklamasi teluk Jakarta dibuat lengkap”h-
ttps://www.merdeka.com/jakarta/kementerian-lhk-minta-Amdal-reklamasi-teluk-jakarta-dibuat
-lengkap.html, diakses tanggal 30 Maret 2019.

292
Arya Rema Mubarak
Conflict of Interest antara Usaha Perlindungan Lingkungan Hidup dengan Kemudahan Berinvestasi dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018

Modal (BKPM), Pelayanan Terpadu Satu memerlukan prasarana untuk menjalan-


Pintu (PTSP), serta Pelayanan Terpadu kan usaha dan/atau kegiatan , kepada
Satu Pintu di tingkat daerah yang meng- Pelaku Usaha yang memerlukan prasa-
gunakan sistem SiCantik Kemenkomin- rana untuk menjalankan usaha dan/atau
fo. OSS juga menyatukan perizinan dari kegiatan dan telah memiliki atau mengu-
berbagai kementerian dan lembaga se- asai prasaranana, atau kepada Pelaku
perti Indonesia National Single Window Usaha yang memerlukan prasarana un-
(INSW), Sistem Administrasi Hukum tuk menjalankan usaha dan/atau kegi-
Umum Kementerian Hukum dan HAM, atan tapi belum memiliki atau mengua-
serta Sistem Informasi Administrasi Ke- sai prasarana.35 Di saat yang bersamaan,
pendudukan Kementerian Dalam Nege- Lembaga OSS dapat juga mengeluarkan
ri.32 Tidak semua perizinan bisa diproses Izin Lingkungan berdasarkan Komitmen
melalui OSS, melihat bagian penjelasan yang berkewajiban untuk dilengkapi de-
didalam Peraturan Pemerintah tersebut, ngan Amdal atau UKL-UPL nantinya.36
ada 20 sektor usaha yang perizinannya Hal ini menjadi menarik karena dengan
bisa diproses melalui OSS mulai dari memperoleh Izin-Izin yang berdasarkan
sektor listrik hingga nuklir dan terma- komitmen ini, Pelaku usaha dapat me-
suk di dalamnya perizinan lingkung- lakukan berbagai kegiatan sebagai beri-
an dan kehutanan.33 Yang menarik dari kut:37
mekanisme perizinan yang disediakan a. Pengadaan tanah;
dalam Peraturan ini adalah ia mencip- b. Perubahan luas lahan;
c. Pembangunan bangunan gedung
takan sebuah ketentuan baru yang dike-
dan pengoperasiannya;
nal dengan "Komitmen". Secara definisi,
d. Pengadaan peralatan atau sarana;
komitmen adalah pernyataan dari pela- e. Pengadaan sumber daya manusia;
ku usaha untuk memenuhi persyarat- f. Penyelesaian sertifikasi atau ke-
an Izin Usaha dan/atau Izin Komersial laikan;
atau Operasional.34 Dalam peraturan ini, g. Pelaksanaan uji coba produksi
komitmen dapat menjadi landasan di- (commisioning); dan/atau
terbitkannya Izin Usaha oleh Lembaga h. Pelaksanaan produksi.
OSS kepada Pelaku Usaha yang tidak

32
Setyowati, Izin Berusaha Kini Lebih Mudah, Pemerintah Melunncurkan Sistem OSS.
33
Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektro-
nik, Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2018, LN No. 90 Tahun 2018.
34
Ibid., Pasal 1 Paragraf 10.
35
Ibid., Pasal 32.
36
Ibid., pasal 50.
37
Ibid., Pasal 38 ayat (1).

293
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: Halaman 284-298

Namun hal ini memiliki pengecuali- Dengan ketentuan demikian, PP OSS ini
an bagi mereka Pelaku Usaha yang telah mengesampingkan/mengabaikan esensi
mendapatkan Izin Usaha namun belum dari perlindungan lingkungan, spesifik-
menyelesaikan Amdal dan/atau renca- nya mengesampingkan asas pencegahan
na teknis bangunan gedung tidak da- yang termanifestasi didalam Amdal. Da-
pat melakukan pembangunan gedung.38 lam ketentuan UU PPLH, Amdal menja-
Hal ini menjadi menarik karena dengan di bagian awal dari seluruh mekanisme
hanya memiliki izin berdasarkan ko- perizinan karena Amdal merupakan
mitmen baik Izin Usaha dan/atau Izin proyeksi dari dampak terhadap ling-
Lingkungan, Pelaku Usaha berhak un- kungan, dampak terhadap kehidupan
tuk melakukan berbagai kegiatan yang warga sekitar, dan durasi serta intensi-
disebutkan di atas. Dengan demikian, tas dampak tersebut yang merupakan
peraturan ini mengubah total susunan efek dari kegiatan usaha yang bersang-
mekanisme permohonan perizinan yang kutan. Dengan adanya pengaturan yang
diatur dalam Undang-Undang No.32 Ta- demikian, maka hal ini mendiskreditkan
hun 2009. Seperti yang sudah dijabarkan esensi dari Amdal sebagai manifestasi
sebelumnya, undang-undang ini jelas dari asas pencegahan yang diregulasi di
mengatur bahwa Izin Lingkungan untuk dalam UU PPLH karena memungkinkan
Pelaku Usaha melakukan kegiatan dan/ dilakukannya sejumlah kegiatan tanpa
atau usaha dilakukan secara step-by-step adanya Amdal yang final. Selain itu, da-
mulai dari Amdal, lalu diikuti dengan lam Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun
KKLH, kemudian Izin Lingkungan, dan 2012 yang merupakan peraturan teknis
terakhir barulah dikeluarkan Izin Usaha. dari UU PPLH terkait izin lingkungan
Dalam ketentuan yang diatur oleh PP jelas menyebutkan bahwa dalam usaha
OSS ini, maka mekanisme tersebut ber- memperoleh izin lingkungan harus me-
ubah menjadi pengisian Komitmen oleh lalui tahapan kegiatan yang meliputi:39
Pelaku Usaha, kemudian dimasukkan a. Penyusunan Amdal;
kedalam Lembaga OSS, yang kemudian b. Penilaian Amdal; dan
c. Permohonan dan Penerbitan Izin
lembaga ini mengeluarkan Izin Usaha
Lingkungan.
Berdasarkan Komitmen dan Izin Ling-
Dengan demikian, implikasi dari PP
kungan Berdasarkan Komitmen yang
OSS terkait "Izin Lingkungan Sementa-
dalam durasi tertentu harus dipenuhi.
ra" ini membuat dampak-dampak yang

Ibid., Pasal 38 ayat (2).


38

Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Izin Lingkungan, Peraturan Pemerin-
39

tah No. 27 Tahun 2012, LN No. 48 Tahun 2012, Pasal 2.

294
Arya Rema Mubarak
Conflict of Interest antara Usaha Perlindungan Lingkungan Hidup dengan Kemudahan Berinvestasi dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018

mungkin terjadi dari kegiatan yang men- wah sistematika peraturan perundang-
dapatkan izin dari skema OSS ini menja- undangan di Indonesia40 dan PP Ten-
di tidak terkendali dan memiliki potensi tang Izin Lingkungan (PP No.27 Tahun
untuk terjadinya kerusakan lingkungan 2012) yang menjadi bukti ketidakcermat-
yang tidak dapat dikembalikan seperti an pembuat peraturan dalam membuat
sedia kala. Kemudian, dengan adanya peraturan dan bentuk konkret akan ke-
ketentuan dalam PP OSS yang mencip- tidakpedulian akan kewajibannya untuk
takan mekanisme baru dalam mendapat- melindungi lingkungan. Sebagai kompa-
kan izin lingkungan membuat PP OSS rasi dari skema sebelumnya, berikut me-
ini secara langsung bertabrakan dengan rupakan sistematika permohonan akan
UU PPLH yang secara hierarkis diba- izin lingkungan berdasarkan PP OSS

Business Permit
Based on Commit-
ment
Commitment Stat-
Business actors OSS
ment
Environmental
Permit Based on
Commitment

Gambar 6. Sistematika permohonan akan izin lingkungan berdasarkan PP OSS

VI. Kesimpulan dan Saran kup matang dan baik melalui mekanis-
Pada kenyataannya, investasi me- me permohonan atas izin lingkungan
mang penting bagi perkembangan se- yang dilakukan secara bertahap (step-by-
buah negara yang masih dalam tahapan step) untuk memastikan bahwa langkah-
negara berkembang seperti Indonesia. langkah yang dilakukan baik oleh pela-
Namun, harus diperhatikan secara cer- ku usaha maupun pejabat berwenang
mat juga terkait batasan batasan tertentu sudah dilakukan secara baik dan cermat
seperti perlindungan lingkungan yang sehingga hasil dari hal tersebut tidak
tidak dapat dikurangi mengingat Indo- akan membahayakan/ merugikan ling-
nesia merupakan salah satu negara de- kungan. Sangat disayangkan, meskipun
ngan deforestasi tercepat di dunia. UU UU PPLH sudah menciptakan proteksi
PPLH Tahun 2009 sudah menciptakan hukum yang baik dan koheren, sering-
perlindungan akan lingkungan yang cu- kali ia dikecewakan oleh peraturan yang

40
Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undang-
an, Undang-Undang No. 12 Tahun 2011, LN No. 82 Tahun 2011, Pasal 7.

295
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: Halaman 284-298

secara hierarkis berada di bawah UU ini kungan untuk diproses secara baik dan
seperti apa yang terjadi pada Peraturan benar dalam kasus reklamasi Teluk Ja-
Pemerintah No. 24 Tahun 2018 Tentang karta. Meskipun semua dokumen untuk
Pelayanan Perizinan Berusaha Terinte- izin lingkungan sudah ada, sebuah ke-
grasi Secara Elektronik atau yang dike- salahan minor terkait spesifikasi terten-
nal dengan PP Online Single Submission tu membuat dampak lingkungan yang
(OSS) masif pada teluk Jakarta dan sangat ber-
Penulis menyarankan, sebagai usaha dampak kepada keberlangsungan hidup
untuk meningkatkan kemudahan dan warga yang hidup di sekitarnya. Ketika
efisiensi berinvestasi di Indonesia, ketim- posibilitas hal seperti itu ada dan hadir
bang menciptakan norma baru seperti ketika menggunakan norma dalam UU
"komitmen" sebagaimana dalam PP OSS, PPLH, maka dengan adanya ketentuan
kita harus mereformasi etika bekerja para PP OSS yang sudah dijabarkan sebelum-
birokrat terkait dan batas waktu proses nya membuat posibilitas akan kerusakan
perizinan akan izin usaha dan juga izin lingkungan seperti ini semakin tinggi
lingkungan sebagaimana diberikan oleh terjadi. Maka dari itu, kembali kepada
peraturan perundang-undangan. Selain saran yang dituliskan sebelumnya, re-
itu, perlu ditekankan bahwa adanya ur- formasi akan etika bekerja birokrat harus
gensi untuk merevisi atau mecabut ke- menjadi prioritas dalam mencari keseim-
tentuan PP OSS terkait mekanisme izin bangan antara kepentingan ekonomi dan
lingkungan dengan "komitmen". Kita su- juga usaha perlindungan lingkungan.
dah melihat betapa pentingnya izin ling-

296
Arya Rema Mubarak
Conflict of Interest antara Usaha Perlindungan Lingkungan Hidup dengan Kemudahan Berinvestasi dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018

DAFTAR PUSTAKA Artikel Jurnal/Media Massa


Peraturan Perundang-Undangan Al Faqir, Anisyah. “Kementerian LHK
Indonesia. Undang-Undang Perlindungan minta Amdal reklamasi teluk Jakarta
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dibuat lengkap” https://www.mer-
Peraturan No. 32 Tahun 2009, LN deka.com/jakarta/kementerian-lhk-
No. 140 Tahun 2009. minta-Amdal-reklamasi-teluk-
jakarta-dibuat-lengkap.html, diakses
­­­_________. Peraturan Pemerintah Tentang tanggal 30 Maret 2019.
Pelayanan Perizinan Berusaha Terinteg­
rasi Secara Elektronik, Peraturan Pe- FAO.org, “Global Forest Resources Asse-
merintah No. 24 Tahun 2018, LN No. ssment 2010”, Food and Agriculture
90 Tahun 2018, Pasal 32. Organization of the United Nations.
http://www.fao.org/forestry/fra/
________. Undang-Undang Republik Indo- fra2010/en/
nesia Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan,Undang- Matthews, Emily. “The State of the Fo-
Undang No. 12 Tahun 2011, LN No. rest : Indonesia”, Global Forest Watch,
82 Tahun 2011, Pasal 7 Forest Watch Indonesia, and World Re-
sources Institute, 2002.
Qurani, Hamalatul “Dinilai Tabrak Atur-
Buku an Sana Sini, PP OSS Harus Direvi-
Hardjasoemantri, Koesnadi. Hukum Tata si”,https://www.hukumonline.
Lingkungan,ed.3. Yogyakarta: Gadjah com/berita/baca/lt 5bcc0df105bb5/
Mada University Press, 1988. dinilai-tabrak-aturan-sana-sini--pp-
oss-harus-direvisi, diakses 29 Maret
Nursadi, Harsanto. Hukum Administrasi
2019.
Negara Sektoral Edisi Revisi, cet.2, De-
pok : Badan Penerbit FHUI. 2019. Rahmadi, Takdir. “Pengembangan Hu-
kum Lingkungan di Indonesia”.
Rahmadi, Takdir. Hukum Lingkungan di
http://pn-ponorogo.go.id/joomla/
Indonesia, cet.7. Raja Grafindo Persa-
index.php/artikel-umum/49-per-
da: Depok. 2018.
kembangan-hukum-lingkungan-di-
Sadeleer, N. de. Environmental Principles: indonesia, diakses 29 Maret 2019.
From Political Slogans to Legal Rules ,
Ran.org, “Indonesian Rainforest” https:
Oxford: Oxford University Press.
//www.ran.org/indonesian-rainfo-
2002.
rests/, diakses 29 Maret 2019.
Syarif, Laode M. and Andri Gunawan
Resolution 1346 (XLV) of the UN Econo-
Wibisana, Hukum lingkungan, Teori,
mic and Social Council of 30 July
Legislasi, dan Studi Kasus, Jakarta: USAID, 1968, endorsed by UN General
Kemitraan, the Asia Foundation. Assem­bly Resolution 2398 (XXIII) of
6 December 1968.

297
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: Halaman 284-298

Sand, Peter H. “The History and Origin


of International Environmental
Law”, Elgar Research Collection (Feb-
ruary 2016).
Setyowati, Hermin Esti. “Izin Berusaha
Kini Lebih Mudah, Pemerintah Me-
lunncurkan Sistem OSS”, https://
kominfo.go.id/content/deta-
il/13373/izin-berusaha-kini-lebih-
mudah-pemerintah-meluncurkan-
sistem-oss/0/artikel_gpr, diakses 29
Maret 2019.
Tim Redaksi Kumparan, “Walhi : Pulau
Reklamasi Tidak Boleh Untuk Ko-
mersial”https://kumparan.com/@
kumparannews/walhi-pulau-rekla-
masi-tidak-boleh-untuk-komersi-
al-1540523347274348377 ,diakses 30
Maret 2019.
Trouwborst, Arie. Prevention, Precaution,
Logic And Law - The Relationship bet-
ween The PRecautionary Principle and
The Preventative Principle in Internatio-
nal Law And Associated Questions,
Netherlands Erasmus Law Review.
2009.
Wibisana, Andri Gunawan “Pengelolaan
Lingkungan Melalui Izin Terintegra-
si dan Berantai : Sebuah Perbanding-
an Atas Perizinan Lingkungan Di
Berbagai Negara”, Jurnal Hukum &
Pembangunan 48 No. 2. 2018.

298

Anda mungkin juga menyukai