SKRIPSI
Oleh:
i
KARAKTERISTIK KIMIA SUSU SAPI PERAH FRIESIAN
HOLSTEIN (FH) DENGAN PEMBERIAN
KONSENTRAT HIJAU
SKRIPSI
Oleh:
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
penulisan Skripsi ini. Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW yang telah menjadi panutan serta telah membawa umat dari lembah
Limpahkan rasa hormat, kasih sayang, cinta dan terima kasih tiada tara
kepada Ayahanda Drs. Baso Anwar Gau dan Ibunda Ir. Andi Siswati, M.Si yang
telah melahirkan, mendidik dan membesarkan dengan penuh cinta dan kasih
sayang yang begitu tulus kepada penulis sampai saat ini dan senantiasa
saudaraku tercinta, Andi Faradiba Tenriola Anwar, dan sepupu Besse Mahbuba
We Tenri Gading dan Besse Tenri Nurkamilah yang telah menjadi penyemangat
kepada penulis. Serta keluarga besarku yang selama ini banyak memberikan doa,
kasih sayang, semangat dan saran. Semoga Allah senantiasa mengumpulkan kita
Terima kasih tak terhingga kepada bapak Prof. Dr. Ir. Ambo Ako, M.Sc
selaku Pembimbing Utama dan kepada ibu Dr. Fatma Maruddin, S.Pt, MP selaku
Pembimbing Anggota atas didikan, bimbingan, serta waktu yang telah diluangkan
v
Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan dengan
1. Bapak Dekan Fakultas Peternakan, Pembantu Dekan I,II dan III dan seluruh
Bapak Ibu Dosen yang telah melimpahkan ilmunya kepada penulis, dan
Akademik. Bapak Prof. Dr. Ir. Ambo Ako, M.Sc selaku pembimbing Seminar
pustaka dan Dr. Ir. Wempie Pakiding, M.Sc selaku Pembimbing Praktek
Kerja Lapangan.
Maros. Teman-teman KKN “KALASI” adek, kaka, omma, oppa, dan ajhussi.
4. Teman angkatan Flock Mentality 012 terlebih khusus kelas B yang kompak
selalu, teman ant 014, larva 013, solandeven 011, Lion 010, dan Merpati 09.
5. Terima kasih kepada sahabat terbaikku Rahmat Hidayat dan Rahmawati S.Pt
yang paling setia menemani, membantu, pemberi motivasi dan selalu ada di
6. Sahabatku Mita Arifa Hakim, S.Pt, Zuhranis, Isnawati, Muharni, Andi Sri
Iftitah, Sri Reskiawati Nur, dan Khaerun Nisa yang telah memberikan yang
S.Pt, A. St Aisyah Baranti S.Pt, Wendy Natalia S.Pt, Rita Massolo S.Pt.
Didik, Zuhal, Appe, Imu, Rahim, Kandi, Jihad, Camang, Dian, Indah, Nita,
vi
Widya, Tika, Hap, Jejen, Cimo, Andrian, Fatul, Ian, Amal, Padul, Salim,
Azwar, Anwar, Erwin, Nasrun, Fatma, Yessy, Kasmita, Salim, Ipul, Furqan,
9. Kakanda Ilham Syarif S.Pt, Saddam S.Pt, Mustakim S.Pt, Setiawan Halim
Dengan sangat rendah hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik serta saran pembaca sangat
skripsi ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca terutama bagi saya sendiri.
Penulis
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
ABSTRACT ............................................................................................... ix
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
METODOLOGI PENELITIAN
x
HASIL DAN PEMBAHASAN
LAMPIRAN ............................................................................................... 48
xi
DAFTAR TABEL
No. Halaman
Teks
1. Komposisi Nutrient Tanaman Murbei (Morus alba) ......................... 12
2. Standar Kualitas Susu ........................................................................ 19
3. Perlakuan P1 (kontrol) Pemberian Konsentrat dengan Tanpa
Menggunakan Bahan Konsentrat Hijau ............................................ 28
4. Perlakuan P2 Pemberian Konsentrat dengan Menggunakan Bahan
Konsentrat Hijau 25%........................................................................ 28
5. Perlakuan P3 Pemberian Konsentrat dengan Menggunakan Bahan
Konsentrat Hijau 50%........................................................................ 29
6. Analisis Proksimat Konsentrat yang Digunakan saat Penelitian ....... 30
7. Karakteristik Kimiawi Susu Sapi Perah Friesian Holstein (FH)
dengan Pemberian Konsentrat Hijau ................................................. 35
xii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
Teks
1. Tanaman Murbei (Morus alba) .......................................................... 11
2. Tanaman Lamtoro (Leucaena leucocephala) .................................... 16
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
Teks
1. Hasil Analisis Ragam Protein Susu Sapi FH .................................... 48
2. Hasil Analisis Ragam Lemak Susu Sapi FH .................................... 48
3. Hasil Analisis Ragam Laktosa Susu Sapi FH .................................... 50
4. Hasil Analisis Ragam Kalsium Susu Sapi FH ................................... 50
5. Hasil Analisis Ragam Fosfor Susu Sapi FH ...................................... 51
6. Gambar Pencampuran dan Pemberian Pakan di Enrekang................ 52
7. Gambar Uji Kualitas Susu Sapi Perah FH di Laboratorium .............. 54
xiv
PENDAHULUAN
Sapi perah Friesian Holstein (FH) merupakan salah satu jenis ternak yang
perah adalah untuk memperoleh produksi susu yang tinggi serta kualitas susu
yang baik. Susu merupakan bahan makanan asal hewani yang memiliki nilai gizi
tinggi dan sangat bermanfaat bagi tubuh manusia. Kebutuhan bahan baku susu di
Indonesia hingga saat ini sebagian berasal dari import dan sebagian lagi dari
peternakan sapi perah rakyat di pedesaan yang dipelihara dengan cara tradisional.
Hal ini dikarenakan produktivitas sapi perah di Indonesia rata-rata masih rendah
satu upaya untuk memperbaiki kualitas susu adalah dengan pemberian pakan.
Pakan yang berkualitas dapat berpengaruh baik terhadap produksi dan kualitas
(karakteristik kimiawi) susu sapi perah pada umumnya. Kualitas dan kuantitas
susu sangat erat kaitannya dengan kecukupan nutrien yang bersumber dari hijauan
sapi perah yang diakibatkan oleh masih kurangnya kebutuhan nutrisi dalam pakan
adalah untuk meningkatkan nilai nutrisi yang rendah agar memenuhi kebutuhan
1
normal hewan untuk tumbuh dan berkembang secara sehat. Pemberian pakan yang
kandungan nutrisi yang sangat baik karena kandungan proteinnya yang tinggi
tanaman tersebut merupakan bahan baku lokal yang mudah di temukan bahkan
harganya relatif murah dibandingkan dengan konsentrat biasa. Untuk itu para
produksi susu.
kimia susu sapi perah FH yang diberi konsentrat hijau. Kegunaanya sebagai
perah FH.
2
TINJAUAN PUSTAKA
anaknya. Produksi susu tersebut dapat dipertahankan sampai waktu tertentu atau
selama masa hidupnya walaupun anaknya sudah disapih atau tidak disusui lagi,
dengan demikian, susu yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh manusia. Jenis
ternak perah yang ada antara lain sapi perah, kambing perah, dan kerbau perah
dipelihara khusus untuk diproduksi susunya. Sapi perah FH berasal dari propinsi
Belanda Utara dan propinsi Friesland Barat. Bangsa sapi FH terbentuk dari nenek
moyang sapi liar Bos Taurus typicus primigenius yang ditemukan di negeri
Bangsa sapi perah FH berasal dari North Holland dan West Friesland yaitu
dua propinsi yang ada di Belanda. Kedua propinsi tersebut merupakan daerah
yang memiliki padang rumput yang bagus. Sapi FH berwarna hitam dan putih
(ada juga yang berwarna merah) (Siregar, 1995 dalam Anita, 2003).
baik dalam kualitas maupun kuantitasnya. Bangsa sapi perah yang ada diantaranya
Fries Holland, Jersey, Guarsey, Ayrshire dan Shorthorn. Bangsa sapi perah yang
3
Ciri-ciri sapi perah FH yang ada adalah (1) warna bulu hitam dengan
bercak-bercak putih, (2) bulu pada ujung ekor dan ujung kaki berwarna putih, (3)
bulu dada, perut bawah, kaki dan ekor berwarna putih, (4) berambing besar, (5)
tanduk kecil, pendek, menjurus ke depan, (6) pada dahi terdapat tanda segitiga
berwarna putih, (7) kepala besar dan sempit, (8) lambat dewasa kelamin, (9)
temperamen sapi betina tenang dan jinak sedangkan sapi jantan agak liar, (10)
bobot tubuh betina dewasa mencapai 625 kg, sedangkan sapi jantan dewasa 800
(Anonim, 2012a).
17. Pada umumnya sapi perah yang dipelihara di Indonesia ialah FH dan PFH
(Peranakan Fries Holland). Sapi tersebut berasal dari dataran Eropa yang memiliki
mengherankan apabila usaha ternak sapi perah di Indonesia ini hanya terbatas di
dikembangkan di daerah luar pulau Jawa seperti di Sumatra Utara, Sumatra Barat
dan Sulawesi Selatan. Populasi nasional dari tahun 2002-2006 berturut-turut yaitu
Peternakan, 2006). Sedangkan pada tahun 2011 populasi sapi perah mencapai
597,1 ribu ekor, dimana populasi terbanyak di Jawa Timur 296,3 ribu ekor
4
terus meningkat jika berhasil dikembangkan di luar pulau Jawa karena masih
banyak lahan yang cocok dan mendukung untuk peternakan sapi perah.
Ransum sapi perah yang ideal ditinjau dari biologis dan ekonomis terdiri
dari sejumlah hijauan dan konsentrat sebagai makanan tambahan. Ransum sapi
perah yang hanya terdiri dari konsentrat saja akan meningkatkan produksi susu,
namun biaya ransumnya akan menjadi relatif lebih mahal dan ada kemungkinan
(Siregar, 1996).
Pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik
yang mempengaruhi efisiensi dan kesuksesan dalam usaha peternakan baik secara
sehingga sapi mampu melaksanakan proses metabolism secara baik (Kelly, 2002).
Sapi perah membutuhkan lima nutrien utama yaitu energi, protein, mineral,
vitamin dan air. Nutrien tersebut penting untuk menjaga kesehatan dan
produktivitas. Mineral dan vitamin diperlukan hanya dalam jumlah yang sangat
5
sedikit sedangkan air, energi dan protein dibutuhkan dalam jumlah banyak (Bath
dkk., 1985).
saat ini pengembangan ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing, dan domba)
menghadapi persoalan fluktuasi ketersediaan pakan hijauan. Hal ini terjadi akibat
rumah tinggal, pasar swalayan sehingga sumber pakan utama ternak ruminansia
hanya dapat mengandalkan limbah pertanian, seperti jerami padi, tongkol jagung,
dan pucuk tebu. Tentunya kualitas nutrien limbah pertanian mempunyai kualitas
yang lebih rendah. Hal ini dicirikan oleh rendahnya tingkat kecernaan, kadar
protein kasar, kadar karbohidrat non struktural, dan tingginya kadar serat utama
pemotongan hewan, dan sisa restoran dapat diolah menjadi bahan pakan. Limbah
tersebut diantaranya: pucuk tebu, jerami kedelai, batang dan tongkol jagung, kulit
singkong, kulit kopi, ampas tebu, dedak padi, bungkil sawit, ampas tahu, ampas
Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa
jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, rumput gajah, rumput benggala atau
rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50
sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari
BB. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-
6
kacangan (legum). Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas
tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa
diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2
kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari
berat badan per hari. Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan
(Anneahira, 2011).
diantaranya adalah jumlah dan tipe dari pakan berserat (roughage), rasio pakan
dari pemberian pakan tidak berpengaruh terhadap kualitas susu dengan asumsi
besar pada kualitas lemak dengan sedikit pengaruh pada kualitas protein susu
(Widodo, 2003).
Pakan Hijauan
Pada umumnya pakan hijauan atau pakan berserat yang diberikan pada
sapi perah terdiri dari tiga kategori, yaitu : 1) rumput introduksi berkualitas
diambil dari pinggiran jalan dan lahan-lahan; dan 3) hasil ikutan pertanian yang
berkualitas rendah (Santosa, 2009). Hijauan merupakan pakan utama sapi perah.
Hijauan biasanya mengandung serat kasar lebih dari 18% (Ensminger, 1992).
Hijauan yang diberikan kepada sapi laktasi minimum sejumlah 40% dari total
7
kebutuhan bahan kering ransum atau kira-kira sebanyak 1,5% dari berat hidup
sapi perah (Suryahadi, 1997). Lebih lanjut dikatakan oleh mereka bahwa ada tiga
dikonsumsi. Hijauan terlalu banyak mengandung air dikonsumsi lebih sedikit oleh
sapi perah. Dan ketiga ialah ukuran hijauan. Hijauan yang dicacah dengan ukuran
5-10 cm dimakan lebih banyak dari hijauan panjang. Hijauan terlalu pendek atau
Hijauan kaya akan serat. Serat yang tinggi dalam pakan sapi akan
konsentrat. Semakin tinggi kandungan serat kasar di dalam suatu bahan pakan
ransum akan ditentukan oleh kandungan zat makanan, terutama kandungan serat
Pakan Konsentrat
kandungan SK yaitu lebih rendah dari 18%. Konsentrat berperan penting untuk
mutu hijauan yang relatif tinggi berbeda halnya di Indonesia mutu hijauan relatif
sebagai sumber energi dan nutrisi (Suryahadi, dkk., 2004). Jumlah konsentrat
untuk setiap jenis ternak berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh bobot badan
8
ternak, kualitas pakan hijauan yang diberikan, produksi susu yang ingin dicapai
Nutrient = TDN) atau energi, dan protein kasar (PK). Selain itu, sapi perah juga
perah. Jika sapi perah kekurangan mineral dari pakan yang diberikan, maka sapi
Konsentrat dalam ransum dapat mempengaruhi produksi dan komposisi air susu.
Hal ini dikaitkan dengan tipe konsentrat (kaya kandungan pati atau kaya akan
konsentrat sapi perah. Akan tetapi, baru beberapa sumber pakan yang dapat
dalam jumlah besar. Ada tiga kelompok bahan pakan sebagai bahan dasar
1. Sumber Energi (energi yang siap digunakan ternak): dedak padi, wheat
9
Bamualim dkk. (2009), menyatakan bahwa produk konsentrat harus
beredar di masyarakat menunjukkan nilai TDN-nya kurang dari 55% dan protein
kasar di bawah 13%. Hal ini bisa menyebabkan produksi susu menjadi rendah,
bahkan untuk kebutuhan pokok saja tidak tercukupi. Oleh karena itu diperlukan
pengawasan yang ketat terhadap produk konsentrat yang diproduksi oleh pabrik
pakan ataupun koperasi, ujung-ujungnya yang rugi adalah peternak sapi itu
sendiri.
Murbei (Morus alba) merupakan tanaman asli dari daerah utara Cina
namun sekarang telah dibudidaya di berbagai tempat baik daerah dengan iklim
subtropis maupun tropis. Tanaman ini tergolong tanaman yang cepat tumbuh,
berumur pendek dan memiliki tinggi 10-20 m (Pratama dan Widiantoro, 2011).
Nama dari murbei ada banyak: walot (Sunda), murbai, besaran (Jawa);
kerta, kitau (Sumatera) ; sangye (Cina), maymon, dau tam (Vietnam); morus leaf,
morus fruit, mulberry leaf, mulberry bark ; mulberry twigs, white mulberry,
yang cukup basah seperti dilereng gunung, tetapi pada tanah yang berdrainase
baik, kadang ditemukan tumbuh liar. Tanaman murbei memiliki tinggi sekitar 10
berseling, bertangkai yang panjangnya 4 cm. Helai daun bulat telur sampai
10
menyirip agak menonjol, permukaan atas dan bawah kasar, panjang 2,5-20 cm,
Divisi : Spermathophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Urticales
Famili : Moraceae
Genus : Morus
Spesies : Morus alba
dan mudah untuk dibudidayakan. Murbei merupakan obat tradisional (obat herbal)
yang manjur dan sudah digunakan oleh para tabib jaman dahulu untuk mengobati
11
Tabel 1. Komposisi nutrien tanaman murbei (Morus alba L)
Kandungan Nutrien Murbei Rataan (%)
Kadar air 85,47
Kadar abu 10,92
Serat kasar 10,52
Lemak kasar 2,89
Protein kasar 18,43
BETN 57,24
Sumber : Dikutip oleh Syahrir dkk. (2009).
pH, produksi gas, konsentrasi amonia dan VFA sistem rumen in vitro
degradasi pakan yang lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Akbar (2009),
menyatakan bahwa ternak yang diberi perlakuan ransum campuran murbei dengan
konsumsinya nyata lebih tinggi dibandingkan P3 (50% jerami padi + 50% daun
yang lebih baik yaitu meningkat 11,8% dari ransum kontrol, sedangkan perlakuan
P3 menunjukkan nilai konsumsi yang rendah yaitu menurun 10,1% dari ransum
control.
12
b. Gamal (Gliricidia sepium)
Habitat aslinya adalah hutan gugur daun tropika, di lembah dan lereng-lereng
bukit, sering di daerah bekas tebangan dan belukar pada elevasi 0-1600 m di
bawah permukaan laut. Salah satu ciri tanaman ini yaitu bunga mulai muncul
ketika daun berguguran yaitu pada musim kemarau. Di Indonesia tanaman ini
dikenal dengan nama gamal. Gamal merupakan nama daerah yang berasal dari
Cep-pyar (Jawa Barat). Di luar negeri nama lainnya yaitu bunga Jepun
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliophyta
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae/Leguminosa/Papilionoideae
Genus : Gliricidia
Spesies : G. Sepium
Nama binomial: Gliricidia sepium, Gliricidia lambii Fernald, G. maculata var.
multijuga Micheli, Lonchocarpus roseus (Miller) DC., L. sepium
(Jacq.) DC., Millettia luzonensis A. Gray, Robinia rosea Miller,
R. sepium Jacq., R. variegata Schltdl.
13
Pemanfaatan daun gamal sebagai pakan ternak sangat menguntungkan
bagi peternak. Cara penanaman yang mudah, kandungan protein yang tinggi,
tanah baik dari guguran daun maupun pengakarannya, dan banyak lagi manfaat
dari penanaman pohon gamal ini. Pohon gamal ini layak dikembangkan sebagai
persediaan pakan hijauan. Sekali menanam tahan hingga 10 tahun, dan tidak
yang cukup baik, dapat tumbuh pada lahan-lahan basah (sawah) dan di lahan-
lahan kering tanaman ini juga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Gamal
dapat bertahan hidup di musim kemarau. Tanaman ini toleran terhadap kekeringan
hingga 8 bulan dan toleran terhadap tanah yang memiliki kadar garam yang tinggi.
udara dingin, gamal dapat dikategorikan sebagai pohon yang selalu hijau
(evergreen).
zat anti nutrisi dan zat racun. Abrianto (2011), menyatakan bahwa pada pohon
gamal terdapat molekul alkaloid (yang belum dapat diidentifikasi) dan tanin,
senyawa pengikat protein yang tergolong zat anti nutrisi. Namun kedua senyawa
14
c. Lamtoro (Leucaena leucocephala)
mencapai tinggi 5-15 m, bercabang banyak dan kuat, dengan kulit batang abu-abu
dan lenticel yang jelas. Tanaman ini tumbuh tegak dengan sudut pangkal antara
batang dengan cabang 45°. Daunnya kecil, tulang daun menyirip ganda dua
(bipeianantus) dengan 4-9 pasangan sirip yang berjumlah sampai 408 pasang, tiap
sirip tangkai daun mempunyai 11-22 helai anak daun. Bunganya merupakan
kecoklatan ketika masak. Tumbuh secara liar maupun ditanam pada ketinggian
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Leucaena
Spesies : Leucaena leucocephala (Lamk.) de Wit.
Biji yang sudah tua setiap 100 g mempunyai nilai kandungan kimia berupa
zat kalori sebesar 148 kal, protein 10,6g, lemak 0,5g, hidrat arang 26,2g, kalsium
155mg, besi 2,2mg, vitamin A, Vitamin BI 0,23 mg. Daun lamtoro, mengandung
zat aktif yang berupa alkaloid, saponin, flavonoid, tianin, mimosin, leukanin,
15
kandungan yang terdapat dalam tanaman petai cina yang diperkirakan sebagai
yang hidup subur pada daerah tropis. Biasanya peternak menggunakan sistem cut
ternak ruminansia. Akan tetapi bahan tersebut mengandung mimosin yang dapat
merupakan zat anti nutrien yang berada pada bahan pakan, dimana apabila
16
Susu dan Karakteristik Kimianya
Susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang
dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan
(Hadiwiyoto, 1994). Sedangkan menurut Saleh (2004), susu yang baik adalah
susu yang mengandung jumlah bakteri sedikit, tidak mengandung spora mikroba
patogen, bersih debu atau kotoran lainnya dan mempunyai cita rasa (flavour) yang
1980). Susu merupakan produk pangan yang menjadi sumber utama pemenuhan
terdiri dari selapis epitel yang disebut sel myoepitel dan sel sekresi berbentuk
kubus dan ditengahnya terdapat lumen. Sel sekresi dikelilingi oleh sel myoepitel
dan kapiler-kapiler darah. Susu yang terbentuk dari lumen alveoli kemudian
lobulus dan akhirnya ke sisterna ambing. Lubang puting susu mempunyai otot-
otot sirkuler di dalam dindingnya. Akibat dari rangsangan syaraf atau karena
tekanan susu di dalam ambing, maka otot mengendur (relaksasi) sehingga susu
Selain itu perlu kita tahu bahwa susu juga mengandung vitamin, sitrat, dan
enzim. Susu sapi yang baik memiliki warna putih kekuningan dan tidak tembus
cahaya. Menurut Hadiwiyoto (1994), warna susu dipengaruhi oleh jenis sapi, jenis
17
pakan, jumlah lemak susu, dan persentase zat padat di dalamnya. Pemeriksaan
fisik ditekankan pada BJ dan angka refraksi pada susu. Pengujian secara kimia
Air susu yang normal memiliki ciri-ciri warna putih kebiru-biruan, rasanya
agak manis, bau khas susu, pH berkesar antara 6,6-6,7, beratnya antara 1,0270-
1,0350, titik beku -0,520oC dan titik didih 100,16oC (Malaka, 2007). Secara
alamiah yang dimaksud dengan susu adalah hasil pemerahan sapi atau hewan
menyusui lainnya, yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai bahan
mempunyai nilai gizi yang tinggi, karena mengandung unsur-unsur kimia yang
protein, mineral dan vitamin yang tinggi, menjadikan susu sebagai sumber bahan
makanan yang fleksibel yang dapat diatur kadar lemaknya, sehingga dapat
berkisar antara 3–8%. Kandungan energi adalah 65 kkal, dan pH susu adalah 6,7.
Komposisi susu rata-rata adalah sebagai berikut : air (87,90%); kasein (2,70%);
lemak (3,45%); bahan kering (12,10%); albumin (0,50%); protein (3,20%); bahan
18
Menurut Anonim (2012a) menyatakan, komposisi susu terdiri atas air,
lemak susu, dan bahan kering tanpa lemak. Kemudian, bahan kering tanpa lemak
terbagi lagi menjadi protein, laktosa, mineral, asam (sitrat, format, asetat, laktat,
dan vitamin (vit. A, vit. C, vit. D, tiamin, riboflavin). Persentase atau jumlah dari
faktor seperti faktor bangsa (breed) dari sapi. Susu merupakan bahan pangan yang
memiliki komponen spesifik seperti lemak susu, kasein (protein susu), dan laktosa
a. Kadar Protein
Kadar protein di dalam susu rata-rata 3,20% yang terdiri dari: 2,70%
casein (bahan keju), dan 0,50% albumen. Terdapat 26,50% dari bahan kering susu
adalah protein. Di dalam susu juga terdapat globulin dalam jumlah sedikit. Protein
di dalam susu juga merupakan penentu kualitas susu sebagai bahan konsumsi.
Albumin ditemukan 5 g/kg susu, dalam keadaan larut. Beberapa hari setelah induk
sapi melahirkan, kandungan albumin sangat tinggi pada susu dan normal setelah 7
hari. Pada suhu 64° C albumin mulai menjadi padat, sifat ini identik dengan sifat
protein pada telur. Akan tetapi karena kadar albumin yang sedikit maka pada
19
pasteurisasi tidak dapat ditemukan, bahkan pada pemasakan yang dapat dilihat
hanya merupakan titik-titik halus pada dinding dan dasar panic (Azis, 2007).
terbesar dalam susu dan sisanya berupa whey protein. Kadar kasein pada protein
susu mencapai 80%. Kasein terdiri atas beberapa fraksi seperti alpha-casein,
yang berlimpah dalam susu bersama dengan lemak dan laktosa (Anonim, 2012b).
yang dibutuhkan tubuh. Dalam kondisi asam (pH rendah), kasein akan mengendap
karena memiliki kelarutan (solubility) rendah pada kondisi asam. Susu adalah
casein) sangat ideal digunakan untuk kepentingan medis, nutrisi, dan produk-
asam- asam lemak. Dalam lemak susu terdapat 60-75% lemak yang bersifat jenuh,
25-30% lemak yang bersifat tak jenuh dan sekitar 4% merupakan asam lemak
sterol, α-tokoferol (vitamin E), karoten, serta vitamin A dan D (Azis, 2007).
20
Lemak susu dikeluarkan dari sel epitel ambing dalam bentuk butiran
lemak (fat globule) yang diameternya bervariasi antara 0,1 – 15 mikron. Butiran
lemak susu tersusun atas butiran trigliserida yang dikelilingi membran tipis yang
dikenal dengan Fat Globule Membran (FGM) atau membran butiran lemak susu.
Persentasi lemak susu bervariasi antara 2,4 – 5,5%. Lemak susu terdiri atas
trigliserida yang tersusun dari satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam
lemak (fatty acid) melalui ikatan – ikatan ester (ester bonds). Asam lemak susu
berasal dari aktivitas mikrobiologi dalam rumen (lambung ruminansia) atau dari
majemuk, merupakan lemak murni dan terdiri dari 3 molekul asam lemak terikat
pada suatu molekul glycerine. Lemak asam susu terdiri dari campuran beberapa
b. Lemak campuran yang terdiri dari beberapa macam lemak terikat pada
glyserine.
Asam lemak yang terdapat didalam air susu terdiri dari 2 golongan yaitu
asam lemak yang dapat larut (butyric, caproic,caprilic dan capric) serta asam
lemak yang tak dapat larut (leuric, myristic, palmitic dan oleic). BJ air susu 0.93
dan lebih ringan dari BJ air. Hal ini memungkinkan lemak mengapung atau
membentuk lapisan di permukaan air susu apabila air susu didinginkan (Anonim,
2012a).
21
Susu yang baru diperah mempunyai temperatur sama dengan temperatur
badan sapi yaitu 37 oC , dalam hal ini lemak terdapat dalam bentuk cair. Beberapa
jam setelah pemerahan temperatur air susu menurun menjadi 33 oC dan pada saat
ini pembekuan lemak dimulai, dan akan membeku seluruhnya pada temperatur 23
o
C. Titik beku dan titik cair lemak air susu berkisar antara 33 oC sampai 23 oC.
Warna putih air susu ditentukan oleh lemak air susu. Lemak susu mempunyai alat
refleksi terhadap sinar matahari. Bentuk lemak di dalam air susu merupakan butir
c. Kadar Laktosa
Laktosa adalah bentuk karbohidrat yang terdapat di dalam susu. Bentuk ini
tidak terdapat dalam bahan-bahan makanan yang lain. Kadar laktosa di dalam air
susu adalh 4,60% dan ditemukan dalam keadaan larut. Laktosa terbentuk dari dua
komponen gula yaitu glukosa dan galaktosa. Sifat susu yang sedikit manis
ditentukan oleh laktosa. Kadar laktosa dalam susu dapat dirusak oleh beberapa
jenis kuman pembentuk asam susu. Pemberian laktosa atau susu dapat
menyebabkan mencret atau gangguan-gangguan perut bagi orang yang tidak tahan
terhadap laktosa. Hal ini disebabkan kurangnya enzim laktase dalam mukosa usus
(Azis, 2007).
Laktosa adalah karbohidrat utama susu dengan proporsi 4,6% dari total
susu. Laktosa tergolong dalam disakarida yang disusun dua monosakarida, yaitu
glukosa dan galaktosa. Rasa manis laktosa tidak semanis disakarida lainnya,
semacam sukrosa. Rasa manis laktosa hanya seperenam kali rasa manis sukrosa
(Anonim, 2012a).
22
Laktosa dapat mempengaruhi tekanan osmosa susu, titik beku, dan titik
didih. Keberadaan laktosa dalam susu merupakan salah satu keunikan dari susu itu
sendiri, karena laktosa tidak terdapat di alam kecuali sebagai produk dari kelenjar
susu. Laktosa merupakan zat makanan yang menyediakan energi bagi tubuh.
Namun, laktosa ini harus dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim
Enzim laktase merupakan enzim usus yang digunakan untuk menyerap dan
mencerna laktosa dalam susu. Jika kekurangan enzim laktase dalam tubuh
d. Kandungan Mineral
Mineral merupakan salah satu zat makanan yang esensial untuk produksi
pemeliharan keseimbangan sistem osmosa dalam tubuh, kontraksi urat daging dan
fungsi normal dari system saraf. Sapi perah memerlukan minimal 15 macam
yang termasuk mineral makro yaitu kalsium (Ca), fosfor (P), kalium (K), natrium
(Na), clor (Cl), magnesium (Mg), dan sulfur (S) sedangkan 8 elemen termasuk
mineral mikro yaitu cobalt (Co), tembaga (Cu), yodium (I), besi (Fe), mangan
(Mn), molybdenum (Mo), selenium (Se), dan seng (Zn) (McDowell, 1985).
23
Penggunaan mineral yang dianut sampai sekarang adalah angka kebutuhan yang
masih perlu diuji kesesuaian untuk kondisi di Indonesia. Sumber mineral yang
umum digunakan pada sapi perah berasal dari hijauan dan konsentrat dengan
dengan kandungan mineral terbatas baik mineral makro maupun mineral mikro
mikroba, yang pada gilirannya asam lemak terbang juga menurun. Karena asam
lemak terbang merupakan sumber energi bagi ternak perah, maka menurunnya
dengan peptide dan asam amino. Oleh karena itu jumlah ammonia yang dapat
digunakan dalam mikroba tergantung dari jumlah mikroba dan laju pertumbuhan.
24
Kekurangan mineral juga dapat mengganggu fungsi jantung dan otot serta kerja
sistem enzim yang manifestasinya adalah turunnya produksi. susu baik kuantitatif
maupun kualitatif.
Salah satu cara untuk mengatasi defisiensi mineral makro adalah dengan
sapi akan mineral dapat terpenuhi. Untuk mineral mineral mikro dianggap cukup
mineral ini tidak mudah karena adanya interaksi kerja antar mineral bila
25
METODE PENELITIAN
Dusun Baba, Desa Pinang Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang dan uji
karakteristik kimia susu (kadar protein, lemak, laktosa, kalsium dan fosfor),
Materi Penelitian
Bahan utama penelitian ini adalah sapi perah Fries Holland (FH), sebanyak
15 ekor, umur sapi yang digunakan yaitu 5 – 6 tahun, masa laktasi yaitu 4 – 5
bulan dan rata – rata produksi susu yaitu sekitar 12 – 13 liter/hari. Pakan yang
tepung daun murbei (Morus alba), tepung daun lamtoro (Leucaena leucocephala),
tepung daun gamal (Gliricidia sepium), dedak, bungkil kelapa, tepung rese, tumpi
Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hammer milk, ember,
milk can, sekop, timbangan pakan dan peralatan laboratorium untuk analisis kadar
26
Rancangan Penelitian
Enrekang ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) tiga perlakuan dan
Prosedur Penelitian
pada pagi dan sore hari. Pembiasaan dilakukan selama 3 hari dan selanjutnya
27
Cara Pembuatan Konsentrat Hijau
Komposisi dan nilai nutrisi bahan pakan pada setiap perlakuan dapat
28
Tabel 5. Perlakuan P3 (pemberian konsentrat dengan menggunakan bahan
konsentrat hijau 50%)
PK SK TDN LK Ca Abu
Bahan pakan % P (%)
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
Tepung Daun
10 1,92 1,33 3,76 0,36 0,12 0,01 0,27
Lamtoro***
Tepung Daun
20 4,09 2,39 9,83 0,72 0,18 0,03 1,51
Gamal***
Tepung Daun
20 3,41 2,95 7,53 0,90 0,52 0,07 2,66
Murbei***
Dedak* 17 1,56 2,28 9,39 1,37 0,02 0,11 1,49
Bungkil Kelapa** 7 1,48 0,85 1,49 0,98 0,06 0,02 0,41
Tepung Ikan** 5 2,2 0,25 2,64 0,21 0,22 0,09 1,59
Tumpi Jagung** 15 1,21 2,40 7,64 3,32 0,03 0,01 0,26
Molases* 5 0,11 0,01 2,73 0,02 0 0 0
Mineral* 1 0 0 0 0 0,04 0,01 0
Jumlah 100 16,01 12,43 45,04 7,89 1,85 0,39 8,22
Sumber : * NRC (2001)
** Yusuf (2010)
*** Hartadi dkk. (2005)
a. Bahan konsentrat hijau berupa daun lamtoro, daun gamal dan daun murbei
hammer mill;
29
Tabel 6. Analisis Proksimat Konsentrat yang digunakan saat Penelitian
Kandungan Perlaakuan (%)
Nutrisi P1 P2 P3
Kadar Air 11,86 11,80 12,66
Serat Kasar 15,98 17,12 17,42
Protein Kasar 17,34 16,43 14,47
Lemak Kasar 9,59 10,65 8,01
BETN 43,84 42,81 47,83
Abu 13,25 12,99 12,27
Ca 2,78 2,65 1,97
P 1,43 1,20 0,94
Keterangan : P1 = Pemberian konsentrat dengan tanpa menggunakan konsentrat hijau
P2 = Pemberian konsentrat dengan menggunakan konsentrat hijau 25%
P3 = Pemberian konsentrat dengan menggunakan konsentrat hijau 50%
Sumber : Hasil analisis laboratorium Kimia dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin (2016)
ml H2SO4 pekat. Labu Kjeldahl digoyangkan sampai semua sampel terbasahi oleh
larutan H2SO4 kemudian dilakukan dekstruksi dalam lemari asam sampai jernih.
Hasil destruksi lalu didinginkan kemudian dituang kedalam labu ukur 100 ml, lalu
dibilas dengan air suling. Setelah dingin, labu Kjeldahl dihimpitkan pada tanda
garis dengan air suling kemudian menyiapkan penampungan yang terdiri dari 10
ml kemudian mengambil 5 ml larutan NaOH 30% dan 100 ml air suling. Setelah
dengan larutan HCL atau H2SO4 0,02 N. Setelah itu dilakukan perhitungan :
30
Rumus yang digunakan untuk menentukan kadar protein dalam susu yaitu :
(𝑎 − 𝑏) × N × 0,014 × 6,37
× 100%
𝑉1
ml. Menambahkan chloroform mendekati skala 10 ml tutup rapat dan kocok dan
kocok. Saring kedalam kertas saring kedalam tabung reaksi. Pipet 5 ml kedalam
cawing yang telah diketahui beratnya (a gr). Ovenkan pada suhu 100 oC selama 4
ditimbang (b gr).
Rumus :
P × ( b − a)
Kadar Lemak % = × 100%
berat sampel (mgr)
Keterangan :
P = Pengenceran (10/5)
menit kemudian disaring denga kertas saring whatman no.42 ke dalam tabung
31
glukosa yang mengandung 0,6 mg laktosa. Membuat standar laktosa dari larutan
ini ke dalam labu ukur 100 ml, kemudian dengan larutan asam benzoat 0,2%
reagen Cu alkalis, lalu dipanaskan dalam penangas air dan dididihkan selama 8
dibiarkan 1 menit lalu diencerkan dan dibaca absorbsinya pada 630 nm. Rumus
yang digunakan untuk mengetahui kandungan laktosa susu adalah sebagai berikut:
A𝑥 𝐶𝑥
=
A 𝑠𝑡 𝐶 𝑠𝑡
A𝑥 0.6
= gram/laktosa
A 𝑠𝑡 1000
A𝑥 K 𝑠𝑡 100
= =
A 𝑠𝑡 1000 0.01
Keterangan :
Abu dalam cawan porselin pada penetapan kadar abu ditambahkan 3-5 ml
HCl pekat. Encerkan dengan air suling hingga volume mendekati bibir cawan dan
biarkan semalam. Tuang kedalam labu ukur 100 ml. Bilas dengan air suling
hingga tanda garis lalu kocok hingga homogen (siap untuk penetapan mineral).
32
Masukkan 20 ml larutan kedalam gelas piala 100 ml dan tambahkan beberapa
tetes indikator metal red. Menambahkan tetes demi tetes larutan NH4OH 1 : 1
larutan HCl 1 : 3 tetes demi tetes hingga kembali warna merah dan tambahkan 2
ammonium oxalate 4%. Panaskan hingga terbentuk endapan putih, kalau warna
berupah warna menajdi merah dengan menambahkan tetes demi tetes HCl 1 : 3.
Kemudian saring dengan kertas saring whatman no.42. Bilas dengan air panas
hingga bebas asam dengan uji tetes terakhir dengan larutan AgNO3 atau lakmus
(dengan AgNO3 tidak keruh lagi). Kertas saring bersama isinya dikeringkan
dibiarkan bermalam atau di oven). Memasukkan kertas saring besarta isinya yang
sudah kering kedalam erlemeyer yang berisi 100 ml air suling dan 5 ml H2SO4
pekat. Panaskan hingga suhu 70oC-80oC dan titrasi dengan larutan KmNO4 0,1 N
P ×V × N ×20
Perhitungan : %Kalsium = × 100%
berat sampel (mgr)
Keterangan : P = Pengenceran
V = Volume titrasi
N = Normalitas KMnO4
molibdat dan 2,5 ml larutan ascorbic acid. Aquades ditambahkan hingga tanda
garis labu ukur, kemudian dikocok hingga homogen. Diamkan selama 30 menit
33
selanjutnya masukkan kedalam kuvet dan letakkan kedalam spektrofotometer
Rumus :
Keterangan :
Analisis Data
Yi j = μ + αi + εi j i = 1,…3, j = 1,…5,
Keterangan :
34
HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian ini berupa kandungan protein, lemak, laktosa, kaslsium, dan fosfor
Kadar Protein
dapat menghasilkan kadar protein susu yang sama dengan perlakuan P1 (Tabel 7).
Hal ini dapat diasumsikan bahwa konsentrat hijau dapat menggantikan konsentrat
komersil untuk mempertahankan kandungan protein susu. Hal ini sesuai dengan
pendapat Abdullah (2014) yang menyatakan bahwa konsentrat hijaun (Kohi) atau
35
Green Concentrate merupakan pakan padat nutrisi dengan kandungan serat kasar
kurang dari 18% yang bahan bakunya berasal dari hijauan pakan. Salah satu
keunggulan dari Kohi selain padat nutrisi juga memiliki fungsi herbal atau jamu
bagi ternak karena mengandung klorofil dan senyawa sekunder yang bermanfaat
hijau, energi yang tersedia menjadi lebih banyak untuk pembentukan asam amino
yang berasal dari protein mikroba. Peningkatan ketersediaan asam-asam amino ini
akan memberi kontribusi terhadap sintesis protein susu. Berdasarkan hal tersebut
perah FH.
Kadar Lemak
konsentrat hijau yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar
lemak dari susu sapi perah FH (Tabel 7). Hal ini disebabkan karena konsumsi
nutrisi pakan dalam ransum mencukupi kebutuhan sapi perah FH, karena kadar
lemak susu dipengaruhi oleh nutrisi yang terkandung dalam pakan. Apabila
jumlah pakan yang diberikan memiliki kualitas yang rendah maka akan
Hasil uji lanjut (Lampiran 2) menunjukkan bahwa kadar lemak susu pada
berbeda nyata dengan P2. Perlakuan P1 menghasilkan lemak susu yang lebih
dibanding perlakuan P2 dan P3. Hal ini disebabkan karena pada pakan P1 terdapat
36
kandungan asam amino yang dapat meningkatkan kadar lemak susu sapi perah
FH. Hal ini sesuai dengan pendapat pendapat Mayes (2003) yang menyatakan
bahwa asam amino sangat penting untuk pembentukan lemak susu, setelah
akhirnya berupa glukosa, kemudian glukosa akan diubah menjadi gliserol yang
merupakan enzim pengaktif berupa gliseol kinase agar dapat digunakan di dalam
kelenjar mammae untuk selajutnya disintesa menjadi lemak susu. Kadar lemak
susu dipengaruhi oleh pakan karena sebagian besar dari komponen susu disintesis
dalam ambing dari substrat yang sederhana yang berasal dari pakan.
Pakan hijauan menyebabkan kadar lemak susu tinggi karena lemak susu
tergantung dari kandungan serat kasar dalam pakan. Hal ini sesuai dengan
dipengaruhi oleh pakan karena sebagian besar dari komponen susu disintesis
dalam ambing dari substrat yang sederhana yang berasal dari pakan. Pakan
hijauan berhubungan erat dengan kadar lemak air susu, karena kadar lemak air
susu dipengaruhi oleh produksi asam asetat dalam ransum sapi yang berasal dari
bahan pakan hijauan berserat kasar tinggi. Asam asetat merupakan prekusor atau
dibandingkan denga perlakuan lainnya (Tabel 7). Hal ini seuai dengan penelitian
Sukarini (2006) menyatakan bahwa ternak yang diberi pakan tambahan konsentrat
akan menurunkan kadar lemak susu dan pakan yang hanya terdiri dari hijauan
37
memiliki kadar lemak yang lebih tinggi dibanding pakan yang ditambah dengan
konsentrat.
Kadar Laktosa
Kadar laktosa susu sapi perah FH (Tabel 7) yang diberi level konsentrat
terhadap kadar laktosa susu sapi perah FH. Data yang diperoleh memperlihatkan
bahwa kadar laktosa susu sapi perah yang diberi konsentrat hijau sama dengan
mensintesis laktosa. Hal ini sesuai dengan pendapat Thomas dan Martin (1988)
propionate yang berasal dari konsentrat atau pakan yang berenergi tinggi yang
karena sebagian glukosa akan masuk ke kelenjar mamae dan diubah menjadi
Kadar Kalsium
hijau tidak memberikan pengaruh terhadap kandungan kalsium susu sapi perah
38
menunjukkan hasil yang sama (Tabel 7). Hal ini karena pakan yang berupa
konsentrat hijau maupun konsentrat biasa mengandung mineral yang cukup untuk
kebutuhan sapi perah FH. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiono, dkk (2003)
. Mineral dibutuhkan oleh hewan dalam jumlah yang cukup. Bagi ternak
dan Sutardi (1985) menyatakan bahwa pada awal laktasi terjadi pengurasan
mineral dari dalam tubuh, hal ini disebabkan mineral diperlukan untuk sintesis air
Kadar Fosfor
konsentrat hijau denagn level yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap kandungan phospor susu sapi perah FH (Tabel 7). Perlakuan P1,
P2, dan P3 juga menujukkan kandungan fosfor yang sama. Hal ini menunjukkan
diberikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryahadi (1990) yang menyatakan
bahwa kandungan mineral susu selain dipengaruhi oleh periode laktasi, bangsa
39
sapi dipengaruhi juga oleh kecukupan mineral dalam pakan yang diberikan. Bagi
rumen. Pada ternak ruminansia, selama siklus laktasi terdapat perbedaan antara
pengurasan mineral dari dalam tubuh, hal ini disebabkan mineral diperlukan untuk
tubuh.
40
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
terhadap karakteristik kimia susu sapi perah FH pada kadar protein, laktosa,
kalsium dan fosfor, namun kadar lemak susu lebih rendah pada perlakuan
Saran
Selanjutnya dapat dijadikan alternatif pakan ternak dengan analisis yang tidak
41
DAFTAR PUSTAKA
Agus, A. 1997. Pengaruh tipe konsentrat sumber energi dalam ransum sapi
perah berproduksi tinggi terhadap produksi dan komposisi susu .ISSN
0126-4400/1997/01/. Diakses tanggal 13 Maret 2016.
Akbar, N. 2009. Subtitusi Konsentrat dengan Daun Murbei dalam Pakan yang
Berbasis Jerami Padi Pada Sapi Peranakan Ongol. Skipsi, Fapet IPB.
Bogor.
Anita, 2003. Pengaruh Masa Laktasi terhadap Produksi Air Susu Sapi Fries
Holland (FH) Di Kabupaten Enrekang. Jurusan Produksi Ternak Fakultas
Peternakan Unuversitas Hasanuddin, Makassar.
Anneahira, 2011. Usaha sapi perah di Indonesia. Agro media Pustaka. Jawa Barat.
Anonim, 2012a. Manfaat Susu Sapi Perah dan Kandungannya. http:/ massaidi.
blogspot.com/2012/01/manfaat-susu-sapi-dan-kandungannya.html.
Diakses tanggal 13 Maret 2016.
Azis, V. 2007. Analisis Kandungan Sn, Zn, Dan Pb dalam Susu Kental Manis
Kemasan Kaleng Secara Spektrofotometri Serapan Atom. Universitas
Islam Indonesia. Yogyakarta
42
Badan Standardisasi Nasional, 1992. Standar Mutu Susu Evaporasi, Jakarta
Benerjee, G.C. 1982. A Texbook of Animal Husbandry, 5th ed. Oxford & IBH
Publishing Co. New Delhi, Bombay, Cacuta.
Budiono, R.S., R.S. Wahyuni, dan R. Bijanti. 2003. Kajian kualitas dan potensi
formula pakan komplitvetunair terhadap pertumbuhan pedet. Proseding
Seminar Nasional Aplikasi Biologi Molekuler Di Bidang Veteriner d alam
Menunjang Pembangunan Nasional, Surabaya, 1 Mei 2003.
Ensminger, M.E. 1991. Feeds and Nutrition. Second Edition. The Ensminger
Publising Company. USA.
43
Gaspersz, V. 1994. Metode Perancangan Percobaan untuk Ilmu-Ilmu Pertanian,
Ilmu-Ilmu Teknik dan Biologi. PT. Armico. Bandung.
Kelly, J. 2002. Nutrition of the dairy cow. In: A. H. Andrews (editor). The ealth
of Dairy Cattle. Blackwell Science, UK.
Lampert, C.M. 1980. Moderm Dairy Produc. New York Publising, Co. Inc, p.
234-255.
Malaka, R. 2007. Ilmu dan Teknologi Pengolahan Susu. Yayasan Citra Emulsi .
Makassar.
Mayes, P.A. 2003. Biokimia Herper. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
McDowell, L.R., J.H. Conrad, G.L. Ellis, J.K. Looslie. 1983. Mineral of Grazing
Ruminants inTropical Regions. Department of Animal Science Center for
Tropical AgricultureUniversity of Florida. Gainesville an U.S. Agency for
International Development.
44
Muhtarudin dan Liman. 2006. Penentuan tingkat penggunaan mineral organik
untuk memperbaiki bioproses dalam rumen secara in vitro. Jurnal Ilmu-
ilmu Pertanian Indonesia. 8 (2):132-140.
Pratama, N.R. dan Widiyantoro, A. 2011. Murbei (Morus alba L). CCRC Farmasi
UGM. http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com/ensiklopedia/ensiklo pedia-
tanaman-anti-kanker/ensiklopedia-4-2/murbei-morus-alba-l/. Diakses pada
tanggal 13 Maret 2016.
Ramelan. 2001. Efisiensi produksi pada sapi perah dara dan laktasi akibat
penyuntikan PMSG. Tesis. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro
Rukmana, R, H. 2005. Seri Budi Daya ; Budi Daya Rumput Unggul; Hijauan
Pakan Ternak. Penerbit Kasisius Anggota IKAPI. Yogyakarta. 9.
Saleh, E. 2004. Dasar Pengolahan & Hasil Ikutan Ternak. Fakultas pertanian,
Universitas Sumetera Utara. Sumatera Utara.
Silk, B.J. 2008. Khasiat Daun Murbei (Morus alba L). http://ariefjais.
blogspot.com/2008/03/khasiat-murbei.html. Diakses tanggal 13 Maret
2016.
Siregar, S. 1996. Sapi Perah, Jenis, Teknik Pemeliharaan dan Analisa Usaha.
Penebar Swadaya Anggota IKAPI, Jakarta.
45
Sudono, A., R. F. Rosdiana, dan B. S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah secara
Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sukarini. 2006. Produksi dan Kualitas Air Susu Kambing Peranakan Ettawa yang
Diberi Tambahan Urea Molases Blok dan atau Dedak Padi pada Awal
Laktasi. Animal Production. Vol. 8, No. 3: 196-205.
Sutrisno, 1994. Potensi dan bahan pakan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Syahrir, S., K.G.Wiryawan, A. Parakkasi, Winugroho dan O.N.P.Sari 2009.
Efektivitas Daun Murbei Sebagai Pengganti Konsentrat dalam Sistem
Rumen in Vitro/Media Peternakan Agustus. 2009.32(2):112-119.
Syarifah. 2007. “ Suke” Sisi lain kedelai. Bandung pikiran rakyat. Bandung.
46
Yusuf, D. 2010. Tabel Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Ternak. http://www.lemb
ahgoganiti.com/artikel/29-pakan-kambing/66-tabel-kandungan-nutrisi-
bahan pakan-ternak.html. Diakses tanggal 13 Maret 2016.
Yusuf, R. 2010. Kandungan protein susu sapi perah friesian holstein akibat
pemberian pakan yang mengandung tepung katu (Sauropus androgynus
(l.) merr) yang berbeda. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas
Mulawarman, Samarinda.
47
LAMPIRAN
Hasil Analisis Sidik Ragam (SPSS) Karakteristik Kimia Susu Sapi Perah
Friesian Holstein (FH) dengan Pemberian Konsentrat Hijau
Lampiran 1. Hasil analisis ragam protein susu sapi perah FH denagn pemberian
konsentrat hijau
Descriptive Statistics
Dependent Variable:PROTEIN
SAMPEL Mean Std. Deviation N
P1 2.6740 .31254 5
P2 2.4120 .27225 5
P3 2.6980 .32980 5
Total 2.5947 .31327 15
Tabel Anova
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:PROTEIN
Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .252a 2 .126 1.346 .297
Intercept 100.984 1 100.984 1.080E3 .000
SAMPEL .252 2 .126 1.346 .297
Error 1.122 12 .094
Total 102.358 15
Corrected Total 1.374 14
a. R Squared = .183 (Adjusted R Squared = .047)
Lampiran 2. Hasil analisis ragam lemak susu sapi perah FH denagn pemberian
konsentrat hijau
Descriptive Statistics
Dependent Variable:LEMAK
SAMPEL Mean Std. Deviation N
P1 2.9300 .28178 5
P2 2.6220 .38467 5
P3 2.3800 .23801 5
Total 2.6440 .36800 15
48
Tabel Anova
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:LEMAK
Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .760a 2 .380 4.013 .046
Intercept 104.861 1 104.861 1.108E3 .000
SAMPEL .760 2 .380 4.013 .046
Error 1.136 12 .095
Total 106.757 15
Corrected Total 1.896 14
a. R Squared = .401 (Adjusted R Squared = .301)
Uji LSD
Multiple Comparisons
Dependent Variable:LEMAK
95% Confidence Interval
(I) (J) Upper
SAMPEL SAMPEL Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Bound
LSD P1 P2 .3080 .19460 .139 -.1160 .7320
P3 .5500* .19460 .015 .1260 .9740
P2 P1 -.3080 .19460 .139 -.7320 .1160
P3 .2420 .19460 .237 -.1820 .6660
*
P3 P1 -.5500 .19460 .015 -.9740 -.1260
P2 -.2420 .19460 .237 -.6660 .1820
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .095.
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Uji Duncan
LEMAK
Subset
SAMPEL N 1 2
a
Duncan P3 5 2.3800
P2 5 2.6220 2.6220
P1 5 2.9300
Sig. .237 .139
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .095.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
49
Lampiran 3. Hasil analisis ragam laktosa susu sapi perah FH denagn pemberian
konsentrat hijau
Descriptive Statistics
Dependent Variable:LAKTOSA
SAMPEL Mean Std. Deviation N
P1 3.4300 .19339 5
P2 3.4400 .05339 5
P3 3.2760 .22278 5
Total 3.3820 .17809 15
Tabel Anova
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:LAKTOSA
Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.
a
Corrected Model .085 2 .042 1.411 .282
Intercept 171.569 1 171.569 5.727E3 .000
SAMPEL .085 2 .042 1.411 .282
Error .360 12 .030
Total 172.013 15
Corrected Total .444 14
a. R Squared = .190 (Adjusted R Squared = .055)
Lampiran 4. Hasil analisis ragam kalsium susu sapi perah FH denagn pemberian
konsentrat hijau
Descriptive Statistics
Dependent Variable:KALSIUM
SAMPEL Mean Std. Deviation N
P1 .1260 .00548 5
P2 .1240 .00894 5
P3 .1220 .00837 5
Total .1240 .00737 15
50
Tabel Anova
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:KALSIUM
Source Type III Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Corrected Model 4.000E-5a 2 2.000E-5 .333 .723
Intercept .231 1 .231 3.844E3 .000
SAMPEL 4.000E-5 2 2.000E-5 .333 .723
Error .001 12 6.000E-5
Total .231 15
Corrected Total .001 14
a. R Squared = .053 (Adjusted R Squared = -.105)
Lampiran 5. Hasil analisis ragam fosfor susu sapi perah FH denagn pemberian
konsentrat hijau
Descriptive Statistics
Dependent Variable:FOSFOR
SAMPEL Mean Std. Deviation N
P1 .0860 .00894 5
P2 .0840 .00894 5
P3 .0840 .00894 5
Total .0847 .00834 15
Tabel Anova
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:FOSFOR
Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.
a
Corrected Model 1.333E-5 2 6.667E-6 .083 .921
Intercept .108 1 .108 1.344E3 .000
SAMPEL 1.333E-5 2 6.667E-6 .083 .921
Error .001 12 8.000E-5
Total .108 15
Corrected Total .001 14
a. R Squared = .014 (Adjusted R Squared = -.151)
51
LAMPIRAN DOKUMENTASI
52
53
54
Gambar 2. Uji Kualitas Susu Sapi Perah FH di Laboratorium
55
56
57
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
58