Anda di halaman 1dari 12

Makalah Akidah Akhlak tentang Aqidah

BAB I.

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

        Aqidah adalah pokok-pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah, dan

kita sebagai manusia wajib meyakininya sehingga kita layak disebut sebagai

orang yang beriman (mu’min).Namun bukan berarti bahwa keimanan itu

ditanamkan dalam diri seseorang secara dogmatis, sebab proses keimanan harus

disertai dalil-dalil aqli. Akan tetapi, karena akal manusia terbatas maka tidak

semua hal yang harus diimani dapat diindra dan dijangkau oleh akal manusia.

       Pada hakikatnya pendidikan merupakan kebutuhan yang utama bagi manusia

yang dimulai sejak manusia lahir hingga meninggal, bahkan manusia tidak akan

menjadi manusia  yang berkepribadin utama tanpa melalui pendidikan, sebab

pendidikan merupakan peranan penting dalam kehidupan setiap manusai dalam

pencapaian hidup yang sesungguhnya. Begitu pula dengan pendidikan akidah  di

ruang lingkup mahasiswa yang sangat mempengaruhi terhadap tingkah lakunya

itu sendiri. Maka dari itu, pendidikan akidah mempunyai arti dan peran penting

dalam pembentukan kepribadian mahasiswa, sebab dalam pendidikan akidah tidak

hanya diarahkan kepada kebahagiaan hidup di dunia saja, tetapi untuk kebahagian

di akhirat. Oleh sebab itu kita harus mengetahui ruang lingkup pembahasan

akidah yang terdiri atas sumber akidah islam, beberapa kaidah akidah, dan fungsi

akidah.
B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana ruang lingkup akidah ?

2.      Apa saja sumber Akidah Islam ?

3.      Apa saja kaidah akidah ?

4.      Bagaimana fungsi dan peranan akidah ?

C.     Tujuan

1.      Mendalami pengertian akidah.

2.      Mengetahui sumber-sumber akidah Islam

3.      Menerapkan fungsi dan peranan akidah.

D.    Manfaat

1.      Memberikan pengetahuan tentang akidah.

2.      Memberikan pengetahuan sumber akidah Islam.


BAB II.

PEMBAHASAN

 A. Pengertian dan Ruang Lingkup Akidah

1. Pengertian Akidah

ْ yang berarti
        Dalam bahasa Arab akidah berasal dari kata al-'aqdu(ُ‫)ال َع ْقد‬

ikatan, at-tautsiiqu (ُ‫ )التَّوْ ثِيْ<<ق‬yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang

ْ yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-


kuat, al-ihkaamu (‫)ا ِإلحْ َك<<ا ُم‬

rabthu biquw-wah (‫بِقُ َّو ٍة‬ ُ‫ )ال َّر ْبط‬yang berarti mengikat dengan kuat.

        Sedangkan menurut istilah (terminologi), akidah adalah iman yang teguh

dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya

2. Ruang Lingkup Akidah

Menurut Hasan Al-Banna maka ruang lingkup Aqidah Islam meliputi :

1. Ilahiyyat, yaitu pembahasan tentang segala susuatu yang berhubungan

denganAllah, sepertiwujud Allah, sifat Allah, nama dan Perbuatan Allah 

dan sebagainya.

2.  Nubuwat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan

dengan Nabi dan Rasul, pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah yang

dibawa para Rasul ,mu’jizat rasul  dan lain sebagainya.

3. Ruhaniyat,yaitu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam

metafisik seperti jin, iblis, syaitan , roh ,malaikat dan lain sebagainya

            4. Sam'iyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa

diketahui lewat sam'i, yakni dalil Naqli berupa Al-quran dan as-Sunnah


seperti alam barzkah, akhirat dan Azab Kubur, tanda-

tanda kiamat, Surga-Neraka dsb.

Adapun penjelasan ruang lingkup pembahasan aqidah yang termasuk

dalam Rukun Iman, yaitu:  

          1.  Iman kepada Allah

      Membenarkan dengan yakin akan adanya Allah, membenarkan dengan yakin

keesaan-Nya, baik dalam perbuatan-Nya menciptakan alam, makhluk

seluruhnya, maupun dalam menerimah ibadah segenap makhluknya.

         2. Iman Kepada Malaikat

    Beriman kepada malaikat ialah mempercayai bahwa Allah mempunyai

makhluk yang dinamai “malaikat” yang tidak pernah durhaka kepada Allah,

yang senantiasa melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan secermat-

cermatnya. Lebih tegas, iman akan malaikat ialah beritikad adanya malaikat

yang menjadi perantara antara Allah dengan rasul-rasul-Nya, yang membawa

wahyu kepada rasul-rasul-Nya.        

         3.  Iman kepada kitab-kitab Allah

    Keyakinan kepada kitab-kitab suci merupakan rukun iman ketiga. Kitab-kitab

suci itu memuat wahyu Allah. Beriman kepada kitab-kitab Allah ialah

beritikad bahwa Allah ada menurunkan beberapa kitab kepada Rasulnya,

baik yang berhubungan itikad maupun yang berhubungan dengan muamalat

dan syasah, untuk menjadi pedoman hidup manusia. Baik untuk akhirat,

maupun untuk dunia, baik secara induvidu maupun masyarakat.


         4. Iman kepada Nabi dan  Rasul

    Yakin pada para Nabi dan rasul merupakan rukun iman keempat. Perbedaan

antara Nabi dan Rasul terletak pada tugas utama. Para nabi menerima

tuntunan berupa wahyu, akan tetapi tidak mempunyai kewajiban untuk

menyampaikan wahyu itu kepada umat manusia. Rasul adalah utusan Allah

yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang diterima kepada umat

manusia.

        5.  Iman kepada hari  Akhir

Hari akhirat ialah hari pembalasan yang pada hari itu Allah menghitung

(hisab) amal perbuatan setiap orang yang sudah dibebani tanggung jawab dan

memberikan putusan ganjaran sesuai dengan hasil

perbuatan selama di dunia.         

        6. Iman kepada qada  dan qadar

     Dalam menciptakan sesuatu, Allah selalu berbuat menurut Sunnahnya, yaitu

hukum sebab akibat. Sunnahnya ini adalah tetap tidak berubah-ubah, kecuali

dalam hal-hal khusus yang sangat jarang terjadi. Sunnah Allah ini mencakup

dalam ciptaannya, baik yang jasmani maupun yang bersifat rohani.

    B. Sumber- sumber Akidah Islam

        Sumber aqidah islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah artinya informasi apa

saja yang wajib diyakini  hanya diperoleh melalui Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Al-

Qur’an memberikan penjelasan kepada manusia tentang segala sesuatu. Firman

Allah :
‫ك َونَ َّز ْلنَا‬ َ ‫ ْل ِكت‬ ‫ َوبُ ْش َرى َو َرحْ َمةً َوهُدًى َش ْي ٍء لِ ُك ِّل تِ ْبيَانًا‬ ‫لِ ْل ُم ْسلِ ِمي‬ . . .
َ ‫ َعلَ ْي‬ ‫َاب‬

...Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala

sesuatu dan petunjuk serta rahmat, bagi orang-orang yang berserah diri (QS. Al-

Nahl/16: 89)

            Sedangkan akal fikiran bukanlah merupakan sumber aqidah, dia hanya

berfungsi untuk memahami nash-nash  (teks) yang terdapat dalam kedua sumber

tersebut dan mencoba membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan

oleh Al-Qur’an dan Al-Sunnah (jika diperlukan). Itupun harus didasari oleh

semua kesadaran bahwa kemampuan akal manusia sangat terbatas.

C. Beberapa Kaidah Akidah

      1.  Apa yang saya dapat dengan indera saya, saya yakin adanya, kecuali bila

akal saya mengatakan “tidak” berdasarkan pengalaman masa lalu.

           Misalnya, bila saya untuk pertama kali melihat sepotong kayu di dalam gelas

berisi air putih kelihatan bengkok, atau melihat genangan air di tengah jalan

[fatamorgana], tentu saja saya akan membenarkan hal itu. Tapi bila terbukti

kemudian bahwa hasil penglihatan indera saya salah maka untuk kedua

kalinya bila saya melihat hal yang sama, akal saya langsung mengatakan

bahwa yang saya lihat tidak demikian adanya.

      2.  Keyakinan, di samping diperoleh dengan menyaksikan langsung, juga bias

melalui berita yang diyakini kejujuran si pembawa berita.Banyak hal yang

memang tidak atau belum kita saksikan sendiri tapi kita meyakini adanya.
Misalnya anda belum pernah ke Thailand, Afrika atau Yaman, tapi anda

meyakini bahwa negeri-negeri tersebut ada. Atau tentang fakta sejarah,

tentang Daulah Abbasiyah, Umayyah atau tentang kerajaan Majapahit, dan

lain-lain, anda meyakini kenyataan sejarah itu berdasarkan berita yang anda

terima dari sumber yang anda percaya.

      3. Anda tidak berhak memungkiri wujudnya sesuatu, hanya karena anda tidak

bisa menjangkaunya dengan indera anda.Kemampuan alat indera memang

sangat terbatas. Telinga tidak bisa mendengar suara semut dari jarak dekat

sekalipun, mata tidak bisa menyaksikan semut dari jarak jauh. Oleh karena

itu, seseorang tidak bisa memungkiri wujudnya sesuatu hanya karena

inderanya tidak bisa menyaksikannya.

       4. Seseorang hanya bisa menghayalkan sesuatu yang sudah pernah dijangkau

oleh inderanya. Khayal manusiapun terbatas. Anda tidak akan bisa

menghayalkan sesuatu yang baru sama sekali. Waktu anda menghayalkan

kecantikan seseorang secara fisik, anda akan menggabungkan unsur-unsur

kecantikan dari banyak orang yang sudah pernah anda saksikan.

       5. Akal hanya bisa menjangkau hal-hal yang terikat dengan ruang dan waktu.

Tatkala mata mengatakan bahwa tiang-tiang listrik berjalan waktu kita

menyaksikannya lewat jendela kereta api akal dengan cepat mengoreksinya.

Tapi apakah akal bisa memahami dan menjangkau segala sesuatu? Tidak.

Karena kemampuan akalpun terbatas. Akal tidak bisa menjangkau sesuatu

yang tidak terikat dengan ruang dan waktu.


      6. Iman adalah fithrah setiap manusia. Setiap manusia memiliki fithrah

mengimani adanya Tuhan. Pada saat seseorang kehilangan harapan untuk

hidup, padahal dia masih ingin hidup, fithrahnya akan menuntun dia untuk

meminta kepada Tuhan. Misalnya bila anda masuk hutan, dan terperosok ke

dalam lubang, pada saat anda kehilangan harapan untuk bisa keluar dari

lubang tiu, anda akan berbisik “Oh Tuhan!”

      7. Kepuasan materil di dunia sangat terbatas. Manusia tidak akan pernah puas

secara materil. Seorang yang belum punya sepeda ingin punya sepeda.

Setelah punya sepeda ingin punya motor dan seterusnya sampai mobil,

pesawat, dan lain lain. Bila keinginan tercapai maka akan berubah menjadi

sesuatu yang “biasa”, tidak ada rasa kepuasan pada keinginan itu. Selalu

saja keinginan manusia itu ingin lebih dari apa yang sudah di dapatnya

secara materil. Dan keinginan manusia akan dipuaskan secara hakiki di alam

sesudah dunia ini.

      8. Keyakinan tentang hari akhir adalah konsekuensi logis dari keyakinan

tentang adanya Allah. Jika anda beriman kepada Allah, tentu anda beriman

dengan segala sifat-sifat Allah, termasuk sifat Allah Maha Adil. Kalau tidak

ada kehidupan lain di akhirat, bisakah keadilan Allah itu terlaksana?

Bukankah tidak semua penjahat menanggung akibat kejahatannya di dunia

ini? Bukankah tidak semua orang yang berbuat baik merasakan hasil

kebaikannya?. Bila anda menonton film, ceritanya belum selesai tiba-tiba

saja dilayar tertulis kalimat “Tamat”, bagaimana komentar anda? Oleh sebab
itu, iman anda dengan Allah menyebabkan anda beriman dengan adanya

alam lain sesudah alam dunia ini yaitu Hari Akhir.

D. Fungsi dan Peranan Akidah

          Kesadaran umat Islam tentang urgensi aqidah sebagai jalan hidup seakan

telah mengalami penurunan, hal ini dapat diakibatkan karena sudah tidak adanya

lagi dasar aqidah yang kuat yang terpatri dalam lubuk setiap pribadi masing-

masing. Seiring perkembangan teknologi saat ini, manusia sedikit demi sedikit

terlalu menggantungkan hidupnya dengan fasilitas yang bersifat duniawi yang

telah mereka dapatkan. Padahal jika kita renungi bersama bahwa segala yang ada

dan terjadi di duniawi ini ada yang mengatur yaitu Allah SWT. Ketenangan dan

kebahagiaan tidak dapat kita raih tanpa meminta kepada-Nya, kita harus kembali

bersandar pada Allah SWT dalam mengarungi hidup ini. Tawakal adalah kunci

segala kekecewaan, dan dasar aqidah yang kuat menjadi kunci pembuka

ketenangan hidup.

Beberapa fungsi dan peranan aqidah adalah sebagai berikut:

1. Menuntun dan mengembangkan dasar ketuhanan yang dimiliki manusia

sejak lahir.

       Manusia sejak lahir memiliki potensi keberagamaan (fitrah) sehingga

sepanjang hidupnya membutuhkan agama dalam rangka mencari keyakinan

terhadap Tuhan. Aqidah Islam berperan memnuhi kebutuhan fitrah manusia

tersebut, menuntun, dan mengarahkan manusia pada keyakinan yang benar


tentang Tuhan, tidak menduga-duga atau mengira-ngira, melainkan

menunjukkan Tuhan yang sebenarnya.

2. Memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa

       Agama sebagai kebutuhan fitrah akan senantiasa menuntut dan mendorong

manusia untuk terus mencarinya. Aqidah memberikan jawaban yang pasti

sehingga kebutuhan rohaniahnya dapat terpenuhi. Ia memperoleh ketenangan

dan ketentraman jiwa yang diperlukannya.

3. Memberikan pedoman hidup yang pasti

       Keyakinan terhadap Tuhan memberikan arahan dan pedoman yang pasti

sebab aqidah menunjukkan kebenaran keyakinan yang sesungguhnya. Aqidah

memberikan pengetahuan asal dan tujuan hidup manusia sehingga kehidupan

manusia akan lebih jelas dan lebih bermakna.


BAB III.

PENUTUP

A. Kesimpulan

         Dalam keseluruhan bangunan Islam, aqidah dapat diibaratkan sebagai

fondasi. Di mana seluruh komponen ajaran Islam tegak di atasnya. Aqidah

merupakan beberapa prinsip keyakinan. Dengan keyakinan itulah seseorang

termotivasi untuk menunaikan kewajiban-kewajiban agamanya. Karena sifatnya

keyakinan maka materi aqidah sepenuhnya adalah informasi yang disampaikan

oleh Allah Swt. melalui wahyu kepada nabi-Nya, Muhammad Saw.

         Pada hakikatnya filsafat dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada Al-

Qur’an dan Sunnah. Allah menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan berfikir

kepada manusia untuk mengenal adanya Allah dengan memperhatikan alam

sebagai bukti hasil perbuatan-Nya Yang Maha Kuasa. Hasil perbuatan Allah itu

serba teratur, cermat dan berhati-hati.

Sumber aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Akal pikiran tidaklah

menjadi sumber aqidah, tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang

terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba –kalau diperlukan –

membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan Al-Qur’an dan Sunnah.

Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran bahwa kemampuan akal sangat

terbatas. Sesuatu yang terbatas/akal tidak akan mampu menggapai sesuatu yang

tidak terbatas.
         Jadi aqidah berfungsi sebagai ruh dari kehidupan agama, tanpa ruh/aqidah

maka syari’at/jasad kita tidak ada guna apa-apa.

B. SARAN

        Semoga apa yang telah kami sajikan tadi dapat diambil intisarinya yang

kemudian diamalkan juga semoga berguna bagi kehidupan kita di masa yang akan

datang.

C. DAFTAR PUSTAKA

http://aul-al-ghifary.blogspot.co.id/2013/09/pendidikan-aqidah-dalam-islam.html

http://copyduty.blogspot.co.id/2011/04/makalah-aqidah.html

https://www.facebook.com/kajiantauhiidjogja/posts/568632759921902

Anda mungkin juga menyukai