Anda di halaman 1dari 6

Nama : Gusti Ayu Diah Arya Paramita

NIM : 1706581010 / Blok Magang


Prodi : Arsitektur Lanskap
Matkul : Pestisida dan Teknik Aplikasi

Formulasi Pestisida

Bahan terpenting dalam pestisida yang bekerja aktif terhadap hama sasaran disebut bahan
aktif. Dalam pembuatan pestisida di pabrik, bahan aktif tersebut tidak dibuat secara murni (100%)
tetapi bercampur sedikit dengan bahan-bahan pembawa lainnya. Proses ini yang disebut dengan
formulasi.
Formulasi pestisida sangat penting karena formulasi pestisida menentukan bagaimana
pestisida dengan bentuk dan komposisi tertentu harus digunakan, berapa dosis atau takaran yang
harus digunakan, serta terhadap jasad sasaran apa pestisida dengan formulasi tersebut dapat
digunakan secara efektif. Selain itu, formulasi pestisida juga menentukan aspek keamanan
penggunaan pestisida dibuat dan diedarkan. Semisal, penggunaan pestisida formula EC yang
merupakan emulsi cairan bahan aktif hidropobik yang terdispersi oleh partikel air, akan bekerja
setelah air pendispersinya menguap, sedangkan pada cuaca dingin penguapan air ini lebih lambat.
Pemakaian bahan aktif secara langsung dilarang karena bahan aktif murni sangat beracun
dan berbahaya lalu bahan aktif murni sangat mahal, serta bahan aktif murni umumnya sulit
digunakan dalam praktek.
Komponen formulasi secara mendasar terdiri dari: bahan aktif (dari bahan
teknis), pelarut (solvent) dan surfaktan atau sering disebut juga dengan surface-active agent,
serta sinergis.

 Bahan aktif adalah bahan utama yang secara biologis bersifat sebagai insektisida. Di
Indonesia persentase bahan aktif dapat dilihat dari angka dibelakang nama dagang. Seperti
INDRO 25 EC berarti kadar bahan aktif insektisidanya adalah 2.5 % atau 25 gram/L.
 Pelarut (solvent) adalah bahan yang digunakan untuk “melarutkan” bahan
aktifnya. Umumnya pelarut dari insektisida adalah minyak/hydrocarbon, bubuk talk dan
bisa juga air. Pelarut harus dibedakan dengan pengencer (diluent). Pengencer adalah
bahan yang digunakan untuk mengencerkan formulasi sehingga siap untuk
diaplikasikan. Contoh pengencer adalah air dan solar.
 Surfaktan adalah bahan kimia di dalam suatu formulasi untuk memperbaiki sifat-sifat
seperti kebasahan, penyebaran (spreading), dispersibilitas, pembentukan emulsi dsb. Ada
dua tipe surfaktan, yaitu emulsifier dan wetting agent (zat pembasah). Emulsifier
membantu tercampurnya larutan berdasar minyak dengan air. Tanpa surfaktan minyak dan
air tidak akan bercampur dan penambahan emulsifier akan membuat larutan seperti
susu. Wetting agent membantu tercampurnya insektisida yang berbentuk partikel padat
dengan air. Wetting agent umumnya ditambahkan untuk formulasi berbentuk WP.
 Sinergis adalah bahan kimia meskipun tidak harus mempunyai sifat insektisida namun
dapat meningkan potensi insektisida dari bahan yang ditambahkan. Contoh dari sinergis
adalah PBO (piperonyl butoxide) dan MGK 264.
Bentuk formulasi pestisida dinyatakan dalam kode huruf kapital yang dicantumkan
dibelakang angka setelah merek yang tertulis pada label kemasan. Kode huruf kapital tersebut
merupakan singkatan dalam bahasa Inggris. Berikut ini merupakan beberapa macam formulasi
pestisida (Djojosumarto, 2008):
 Bentuk Padatan / Tepung :
1. Wettable Powder (WP) atau Serbuk Basah
Serbuk basah merupakan formulasi pestisida yang kering dengan kandungan bahan aktif
yang cukup tinggi. Apabila formulasi ini dicampurkan dengan air, maka akan terbentuk dua lapisan
yang terpisah dimana bagian serbuknya akan berada di bagian atas. Untuk menghindarai hal ini,
formulasi dicampurkan dengan bahan pembasah (wetting agent), karena tanpa adanya bahan ini
serbuk tidak akan dapat bercampur dengan air. Disini kadar bahan aktif relatif tinggi (50- 80%)
yang jika dicampur air membentuk suspensi. Pada serbuk basah mengandung 50-
75% tanah liat atau bedak sehingga formulasinya cepat tenggelam ketika
dicampur air dan mengendap, oleh karena apabila akan digunakan harus diaduk terlebih dahulu.
Pestisida dalam formulasi ini sering digunakan untuk mengendalikan jenis jasad pengganggu.

Jika dibandingkan dengan formulasi emulsi pekat, serbuk basah memeiliki harga yang
relatif murah, mudah disimpan dan diangkut, serta lebih amna bagai pemaikai. Namun, formulasi
ini dapat dengan cepat terhidup/terhisap oleh pemakai maka saat membuka kemasan pestisida ini
harus hati-hati karena debunya mudah menyebar di udara dan terhirup lewat pernafasan. sehingga
dianjurkan pemakai untuk menggunakan penutup hidung atau alat keselamatan lainnya.
2. Soluble Powder (SP)
Berbentuk tepung kristal yang bisa larut dalam air. Aplikasinya juga lebih mudah karena
hanya diperlukan pengadukan pada saat pencampuran pestisida dengan air. Konsentrasi bahan
aktifnya biasanya tinggi . Ada yang bersifat sistemik, dan sebagian bersifat kontak serta racun
lambung. Formulasi ini biasanya mengandung 50% bahan aktif. Biasanya diperlukan bahan
pembasah atau bahan perata jika digunakan untuk menyemprot tanaman yang mempunyai
permukaan batang atau daun yang licin dan berbulu.
3. Soluble Granule (SG)
Berupa granul yang larut air. Bentuk ini sebagai perbaikan dari formula SP, dimana bentuk
partikel halus SP dikhawatirkan beresiko terhisap melalui hidung.
4. Dust (D) / Tepung Hembus
Berbentuk tepung halus menyerupai bedak talk dengan ukuran partikel 10-30 mikron yang
terdiri dari bahan aktif dan bahan pembawa (carrier) yang biasanya berupa talk, mineral profit dan
bentoit. Kandungan aktifnya biasanya rendah antara 2 – 10 %. Cara aplikasinya dengan ditaburkan
atau dihembuskan dengan alat penghembus tanpa dicampur air. Pestisida ini digunakan untuk
hama gudang, rodentisida, atau membunuh semut. Contohnya Sevin 5 D dan Manzate D.
5. Granular (G)
Bentuknya butiran padat dengan u kuran butiran sekitar 0,7-1 mm Ada yang berbentuk
coated yaitu pasir kuarsa yang dilapisi bahan aktif dan pembawa. Aplikasinya dengan cara
ditaburkan di tanah. Bahan aktif pestisida ini akan larut sedikit demi sedikit (slow release) di tanah
sehingga efeknya dapat bertahan lama. Kandungan aktifnya rendah tidak sampai 10 %. Pestisida
jenis ini umumnya bersifat sistemik untuk membunuh ulat penggerek batang dan pengisap daun,
atau untuk membunuh gulma. Contohnya insektisida Furadan 3 G, Regent 0.3 G, dan herbisida
kontak pratumbuh Goal 2 G.
6. Water Dispersible Granulars (WDG)
Berupa butiran yang jika dicampur air akan terdispersi / pecah dan menyebar membentuk
suspensi atau partikel halus yang melayang-layang dalam air tapi tidak larut. Biasa disebut pula
flowable kering. Aplikasinya dengan cara penyemprotan atau dicampurkan dengan pupuk. Bentuk
WDG ini dibuat dengan tujuan agar aman bagi pengguna saat membuka kemasan atau menakar
karena tidak menimbulkan debu-debu yang bisa terhisap oleh pengguna. Contohnya fungisida
KOCIDE 54 WDG, herbisida ALLY 20 WDG.
7. Powder Concentrate (PC / P) / Konsentrat Tepung
Berbentuk tepung yang cara aplikasinya bukan untuk disemprotkan tetapi dicampur dengan
bahan lain misalnya dengan dicampur umpan. Contohnya racun untuk babi hutan.
8. Ready Mix Bait (RMB)
Artinya umpan siap pakai. Berbentuk blok atau pellet dengan kandungan bahan aktif
rendah (0.003 – 0.005 %) dan bahan makanan yang disukai hewan sasaran. Jenis ini digunakan
khusus untuk umpan racun tikus (rhodentisida) siap pakai yang bersifat antikoagulan.
9. Seed Treatment (ST) atau Seed Dressing (SD)
Berbentuk tepung, diaplikasikan pada benih untuk mencegah hama dan jamur parasit.
Benih yang akan ditreatment dibasahi dengan sedikit air terlebih dulu kemudian ditaburi pestisida
ini dan diaduk sampai semua benih terlapisi oleh pestisida. Contohnya insektisida Marshal 25 ST,
fungisida Saromyl

 Bentuk Cairan :
1. Emulsifiable Concentrate (EC / E)
Emulsi merupakan campuran dua zat cair yang berbeda sifat. Misalnya minyak dengan air
disatukan dengan bahan yang bernama emulsifier. Bahan aktif pestisida EC teknis murni tidak bisa
bercampur air karena memiliki sifat hidrofobik (takut air) seperti minyak. Agar dapat dicampur /
didispersi ke dalam air saat diaplikasikan maka dalam formulasinya ditambahkan emulsifier
sehingga hasil campuran tersebut dinamakan emulsi. Emulsi merupakan butir-butir cairan bahan
aktif berukuran mikro yang tersebar dalam air. Saat mengenai sasaran, air yang mendispersi bahan
aktif akan menguap, bahan aktif menyebar dan mengenai OPT target. Pestisida EC mempunyai
kemampuan yang cukup baik untuk menembus jaringan kulit hama sasaran yang berlapis khitin,
dimana khitin ini memang sulit basah oleh air biasa. Kandungan bahan pembawanya berbahaya
jika terkena mata. Formulasi EC ini mudah rusak oleh suhu yang terlalu tinggi dan inaktif pada
suhu yang terlalu rendah (dingin).
2. Flowable Concentrate (F)
Jika bentuk WP menimbulkan resiko terhisap melalui pernafasan karena partikelnya yang
sangat halus dan mudah bertebaran di udara maka formula F adalah perbaikan dari WP. Bentuk
fisik F berupa cairan pekat dan kental. Sifat dan efikasinya sama seperti WP tetapi lebih mudah
meyebar dalam air. Selain itu lebih aman bagi pengguna karena tidak menimbulkan debu saat
kemasan dibuka atau ditakar. Konsentrasi bahan aktif F lebih rendah dari WP. Penggunaannya
dengan cara disemprotkan. Sayangnya formula ini belum banyak dikenal petani.
3. Water Soluble Concentrate (WSC)
Berbentuk cairan yang pekat. Jika diencerkan dalam air akan membentuk larutan sejati.
4. Aquaeous Solution (AS)
Berbentuk cairan pekat yang dapat larut dalam air. Pelarut yang digunakan dalam
formulanya adalah air murni. Formula AS ini biasanya digunakan dalam pestisida sistemik yang
berbentuk cair, terutama pada herbisida yang mensyaratkan penetrasi ke dalam jaringan. Untuk
meningkatkan daya penetrasi bentuk AS dilengkapi dengan bahan penetrant atau surfactant yang
berfungsi sebagai biological activator. Contohnya herbisida Roundup.
5. Suspension Concentrate (SC)
Berbentuk cairan yang sangat pekat seperti susu atau cat tembok, ketika dicampurkan air
akan membentuk suspensi atau butiran partikel halus yang melayang-layang di air.
6. Capsulated Suspension (CS)
Merupakan bentuk formulasi mikrokapsul yang bisa tersuspensi ketika dicampurkan dalam
air. Mikrokapsul tersebut tidak larut air tetapi partikelnya yang berukuran mikon dapat melekat
pada tubuh serangga hama dan daya racunnya awet. Contohnya adalah DEMAND 100 CS yang
mengandung lambda sihalotrin untuk membasmi lalat dan kumbang di kandang ternak.
7. Ultra Low Volume (ULV)
Merupakan jenis pestisida berbasis minyak yang hanya memerlukan volume kecil dalam
skala luasan tertentu, antara 1 – 5 liter per hektar. Biasanya dipakai untuk pengendalian OPT pada
lahan yang sangat luas misalnya pada lahan tanaman kapas, atau sulit dijangkau dengan
penyemprotan biasa, contohnya tanaman perdu yang tinggi atau rapat. Jarang digunakan di
Indonesia untuk pertanian. Karena kecepatan penyebaran dan respon efikasinya formulasi ini juga
cocok dipakai untuk pengendalian serangga yang bergerak cepat. Aplikasinya memerlukan alat
seperti mist blower (jika diemulsikan dalam air), alat fogger (jika dicampur dengan minyak),
exhaust sprayer.
8. Emulsion In Water (EW) / Pekatan Yang Dapat Diemulsikan Dalam Air
Berupa emulsi hidrofobik. Seperti EC tetapi sudah dicampur dengan air di dalam
kemasannya sehingga berbentuk cairan putih pekat seperti susu. Formula ini lebih stabil apabila
disimpan pada suhu rendah. Apabila hendak diaplikasikan harus dikocok dahulu.
9. Oil Dispersion (OD)
Merupakan bahan aktif tepung tidak larut air yang didispersikan dalam minyak. Jenis
minyak bisa bervariasi dari parafin hingga jenis pelarut aromatik dan minyak nabati atau minyak
biji teretilasi. Idealnya bahan aktif tersuspensi seragam dalam fase minyak. Tujuannya adalah
menjaga kestabilan bahan aktif yang peka terhadap air dan mudah bereaksi dengan suatu larutan.
Selain itu untuk menggantikan pestisida formula WSC / WDG dengan kinerja yang lebih baik.
Contohnya adalah Indosa 210 OD (bahan aktif indoksakarb).
Belakangan ini terdapat beberapa bentuk formulasi baru yang dkembangkan oleh industri-
industri agrochemical. Tujuannya adalah meningkatkan performa, efikasi dan aspek keamanan
bagi para penggunanya. Selain itu juga memperbaiki kompatibilitas antar satu formula dengan
formula yang lain, dimana hal ini menjadi kendala dalam aplikasi di lapangan selama ini. Pada
beberapa produk pestisida baru yang mempunyai bahan aktif ganda juga mempunyai kode bentuk
formula tersendiri, bukan merupakan singkatan misalnya :

1. ZC yang merupakan gabungan antara pestisida CS dan SC


2. ZE yang merupakan gabungan antara pestisida CS dan SE

Anda mungkin juga menyukai