Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Laporan Pendahuluan dan Asuhan keperawatan pada Pasien dengan Diagnosa Medis
Periode s/d Tahun Ajaran
Preceptor Akademik
NIP.
LAPORAN PENDAHULUAN GLAUKOMA
1. Definisi
Glaukoma adaah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan
intraokuler, penggaungan, dan degenerasi saraf oftik serta defak lapang pandang yang
khas. (Tamsuri A; 2010)
Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan
intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan pupil
syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan
penurunan tajam pengelihatan. (Martinelli; 1991 dan Sunaryo Joko Waluyo; 2009)
Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata
meningkat,sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan
fungsi penglihatan (Dwindra M; 2009)
2. Klasifikasi
1) Glaukoma primer
Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari glaukoma (90-95%), yang
meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang disebut sudut
terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular.
Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran
schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi.
Gejalaawal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan
sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri
mata yang timbul.
Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup karena ruang
anterior secara otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke
jaringan trabekuler dan menghambat humor aqueos mengalir ke saluran schlemm.
Pargerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan
cairan diruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejalah yang
timbul dari penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya TIO, dapat nyeri mata
yang berat, penglihatan kabur. Penempelan iris memyebabkan dilatasi pupil, tidak
segera ditangni akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
2) Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang
menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan di dalam mata.
Kondisi ini secara tidak langsung mengganggu aktivitas struktur yang terlibat dalam
sirkulasi dan atau reabsorbsi akueos humor. Gangguan ini terjadi akibat:
3) Glaukoma kongenital
3. Etiologi
Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor aqueus oleh
badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar humor aquelus melalui
sudut bilik mata depan juga bergantung pada keadaan kanal Schlemm dan keadaan
tekanan episklera. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg pada
pemeriksaan dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan tekanan
intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut. Secara fisiologis, tekanan
intraokuli yang tinggi akan menyebabkan terhambatannya aliran darah menuju serabut
saraf optik dan ke retina. Iskemia ini akan menimbulkan kerusakan fungsi secara
bertahap. Apabila terjadi peningkatan tekanan intraokular, akan timbul penggaungan dan
degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
b. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi
papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi
penggaungan pada papil saraf optik.
c. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.
Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf
optik.
5. Tanda dan Gejala
1) Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah belakang kepala .
2) Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah ,
kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.
3) Tajam penglihatan sangat menurun.
4) Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.
5) Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
6) Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
7) Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya reaksi
radang uvea.
8) Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
9) Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media penglihatan.
10) Tekanan bola mata sangat tinggi.
11) Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.
6. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan tajam pengelihatan.
a. Tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal
empat cara tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :
— Palpasi atau digital dengan jari telunjuk
— Indentasi dengan tonometer schiotz
— Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann
— Nonkontak pneumotonometri
b. Tonomerti Palpasi atau Digital
Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak
cermat, sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dpat
digunakan dalam keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah
dengan dua jari telunjuk diletakan diatas bola mata sambil pendertia disuruh
melihat kebawah. Mata tidak boleh ditutup, sebab menutup mata
mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan bola mata,
hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan
perasaan keras. Dilakukan dengan palpasi : dimana satu jari menahan, jari
lainnya menekan secara bergantian.Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai
berikut :
N : normal
N+1 : agak tinggi
N+2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
N–1 : lebih rendah dari normal
N–2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya
c. Gonioskopi
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan
dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi
diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.
d. Oftalmoskopi
Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan keadaan
papil saraf optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma yang kronik.
Papil saraf optik yang dinilai adalah warna papil saraf optik dan lebarnya
ekskavasi. Apakah suatu pengobatan berhasil atau tidak dapat dilihat dari
ekskavasi yang luasnya tetap atau terus melebar.
7. Penatalaksanaan Medis
1) Menurunkan TIO, membuka sudut yang tertutup (pada glaukoma sudut tertutup),
melakukan tindakan suportif (mengurangi nyeri, mual, muntah, serta mengurangi
radang), mencegah adanya sudut tertutup ulang serta mencegah gangguan pada
mata yang baik (sebelahnya).
2) Upaya menurunkan TIO dilakukan dengan memberikan cairan hiperosmotik
seperti gliserin per oral atau dengan menggunakan manitol 20% intravena. Untuk
menghambat humor aqueus dengan memberikan karbonik anhidrase seperti
acetazolamide (Acetazolam, Diamox, Diamol). Dorzolamide (TruShop),
methazolamide (Nepthazane). Penurunan humor aqueus dapat juga dilakukan
dengan memberikan agens penyekat beta adrenergik seperti latanoprost (Xalatan),
timolol tetes 0,25 dan 0,5% 2x/hari (Timopic), atau levobunolol (Begatan).
3) Untuk melancarakan aliran humor aqueus, dilakukan konstriksi pupil dengan
miotikum golongan kolinergik seperti (pilocarpine hydrochloride 2-4% setiap 3-6
jam, karbakol 0,75-3%) golongan kolineoterase seperti (demekarium bromid,
hurmosal 0.25%). Miotikum ini menyebabkan pandangan kabur setelah 1-2 jam
penggunaan. Pemberian miotikum dilakukan apabila telah terdapat tanda-tanda
penurunan TIO.
4) Penanganan nyeri, mual, muntah, dan peradangan dilakukan dengan memberikan
analgesik seperti pethidine (Demerol), anti muntah atau kostikosteroid untuk
reaksi radang.
5) Jika tindakan di atas tidak berhasil, lakukan operasi (trabekulektomi dan laser
trabekuloplasti, siklokrioterapi).
8. Pengkajian Keperawatan
1) Pengkajian
a. Identitas
1. Nama
2. Alamat
3. Jenis kelamin
4. Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40 tahun.
5. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling sedikit 5 kali
dari kulit putih (dewit, 1998).
6. Pekerjan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama: Pasien biasanya mengeluh berkurangnya lapang pandang
dan mata menjadi kabur.
2. Riwayat kesehatan sekarang: Pasien mengatakan matanya kabur dan
sering menabrak, gangguan saat membaca
3. Riwayat kesehatan dahulu: kaji adanya masalah mata sebelumnya atau
pada saat itu, riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi
pupil yang akhirnya dapat menyebabkan Angle Closume Glaucoma),
riwayat trauma (terutama yang mengenai mata), penyakit lain yang sedang
diderita (DM, Arterioscierosis, Miopia tinggi).
4. Riwayat kesehatan keluarga: kaji apakah ada kelurga yang menglami
penyakit glaucoma sudut terbuka primer.
c. Psikososial: kaji kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatu,
berkendaraan.
d. Pola -Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
- Persepsi klien dalam menilai / melihat dari pengetahuan klien tentang penyakit
yang diderita serta kemampuan klien dalam merawat diri dan juga adanya
perubahan dalam pemeliharaan kesehatan.
2. Pola nutrisi dan metabolic
- Pada umumnya klien dengan glaukoma tidak mengalami perubahan. Pada pola
nutrisi dan metabolismenya. Walaupun begitu perlu dikaji pola makan dan
komposisi, berapa banyak / dalam porsi, jenis minum dan berapa banyak
jumlahnya.
3. Pola eliminasi
- Pada kasus ini pola eliminasinya tidak mengalami gangguan, akan tetapi tetap
dikaji konsestansi, banyaknya warna dan baunya.
4. Pola tidur dan istirahat
- Pola tidur dan istirahat akan menurun, klien akan gelisah / sulit tidur karena nyeri
/ sakit hebat menjalar sampai kepala.
5. Pola aktivitas
- Dalam aktivitas klien jelas akan terganggu karena fungsi penglihatan klien
mengalami penurunan.
6. Pola persepsi konsep diri
- Meliputi : Body image, self sistem, kekacauan identitas, rasa cemas terhadap
penyakitnya, dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri.
7. Pola sensori dan kognitif
- Pada klien ini akan menjadi / mengalami gangguan pada fungsi penglihatan dan
pada kongnitif tidak mengalami gangguan.
- Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,
kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda : Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea
berawan.Peningkatan air mata.
8. Pola hubungan dan peran
- Bagimana peran klien dalam keluarga dimana meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain, apakah mengalami perubahan karena penyakit yang
dideritanya.
9. Pola reproduksi
- Pada pola reproduksi tidak ada gangguan.
10.Pola penanggulangan stress
- Biasanya klien akan merasa cemas terhadap keadaan dirinya dan fungsi
penglihatannya serta koping mekanis yang ditempuh klien bisa tidak efektif.
11.Pola tata nilai dan kepercayaan
- Biasanya klien tidak mengalami gangguan.
e. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
- Didapatkan pada klien saat pengkajian, keadaan, kesadarannya, serta
pemeriksaan TTV.
2. Pemeriksaan Kepala dan Leher
- Meliputi kebersihan mulut, rambut, klien menyeringai nyeri hebat pada kepala,
mata merah, edema kornea, mata terasa kabur.
- Pemeriksaan oftalmoskop untuk mengetahui adanya cupping dan atrofi
diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada
glaucoma akut primer, kamera anterior dangkal, akues humor keruh dan
pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
- Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang
cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara
bertahap.
- Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi
mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal
bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa
mata yang mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata
yang lain.
- Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open
angle didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle
closure ≥ 30 mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat
sudut normal pada glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul
goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut
dapat tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA
akan tertutup, sedang pada waktu TIO normal sudutnya sempit.
3. Pemeriksaan Integumen
- Meliputi warna kulit, turgor kulit.
4. Pemeriksaan Sistem Respirasi
- Meliputi frekwensi pernafasan bentuk dada, pergerakan dada.
5. Pemeriksaan Kardiovaskular
- Meliputi irama dan suara jantung.
6. Pemeriksaan Sistem Gastrointestinal
- Pada klien dengan glaukoma ditandai dengan mual muntah.
7. Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal
- Meliputi pergerakan ekstermitas.
8. Pemeriksaan Sistem Endokrin
- Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya glaukoma dalam sistem endokrin.
9. Pemeriksaan Genitouria
- Tidak ada disuria, retesi urin, inkontinesia urine.
10.Pemeriksaan Sistem Pernafasan
- Pada umumnya motorik dan sensori terjadi gangguan karena terbatasnya lapang
pandang.
f. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau
vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina
atau jalan optik.
2. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada
hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
3. Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
4. Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glaukoma.
5. Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal
atau hanya meningkat ringan.
6. Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
7. Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosis.
9. Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
9. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis (Glaukoma) (D.0070)
2) Gangguan persepsi sensori b.d Gangguan Penglihatan, Usia lanjut (D.0085)
3) Gangguan citra tubuh b.d Perubahan fungsi tubuh (D.0083)
4) Ansietas b.d Ancaman terhadap konsep diri (D.0080)
5) Resiko cedera d.d Gangguan Penglihatan (D.0136)
10. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (Glaukoma) (D.0070)
a. Manajemen Nyeri (1.08238)
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, integritas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respon nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor pemberat dan peringan nyeri
5) Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
6) Fasilitasi istirahat tidur
7) Jelaskan strategi pengurangan nyeri
b. Pemberian Analgesik (1.08243)
1) Identifikasi riwayat alergi
2) Identifikasi kesesuaian jenis analgesik
3) Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgesik
4) Monitor efek samping penggunaan analgesik
5) Jelaskan efek terapi dan efek obat
6) Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik
2) Gangguan persepsi sensori b.d Gangguan Penglihatan, Usia lanjut (D.0085)
a. Terapi aktivitas (1.05186)
1) Identifikasi defisit tingkat aktivitas
2) Identifikasi kemampuan partisipasi dalam aktivitas tertentu
3) Fasilitasi fokus pada kemampuan bukan pada defisit yang dialami
4) Koordinasikan pemilihan aktifitas sesuai usia
5) Fasilitasi aktivitas yang dipilih
6) Libatkan keluarga dalam aktivitas bila perlu
7) Ajarkan cara melakukan aktivitas yang diplih
8) Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan yang positif
3) Gangguan citra tubuh b.d Perubahan fungsi tubuh (D.0083)
A. Tujuan Penyuluhan
1. Tujuan umum
Diharapkan setelah mendapatkan penyuluhan ini peserta penyuluhan mampu
memahami masalah tentang glaukoma.
2. Tujuan khusus
Setelah mendapat pendidikan kesehatan diharapkan peserta penyuluhan dapat:
1) Menjelaskan definisi glaukoma
2) Menjelaskan etiologi glaukoma
3) Menjelaskan faktor resiko glaukoma
4) Menjelaskan manifestasi klinis glaukoma
5) Menjelaskan penatalaksanaan glaukoma
6) Menjelaskan komplikasi glaukoma
7) Menjelaskan pencegahan glaukoma
B. Kegiatan Penyuluhan
1. Persiapan
1) Membuat SAP dengan materi glaukoma
2) Menyiapkan peralatan
3) Membuat kontrak dengan pasien
2. Pelaksanaan
Anas Tamsuri. Klien gangguan mata dan pengelihatan: keperawatan medical-bedah. Jakarta:
EGC, 2010.
Andrea Lalita. Pencapaian tekanan intraokuler pasca pemberian timolol maleat 0,5% pada
glaukoma susut terbuka primer di poloklinik mata RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado tahun 2012-2014. Manado: Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi;
2016.
Dina Ameliana. Perbandingan penurunan tekanan intraokuler pada terapi timolol maleat
dan dorsalamid pasien glaukoma. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro; 2014
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik, Edisi1. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Tindakan Keperawatan, Edisi1. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi1. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI