Anda di halaman 1dari 56

Makalah Hakekat Profesi Kependidikan

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari – hari “profesionalisme dan profesi” telah menjadi kosa kata umum.
Profesi berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan
pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan “apa saja” dan
“siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu.
Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian
tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik.
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah
hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan
yang menuntut keahlian atau keterampilan dari pelakunya.

Profesi di dalam dunia pendidikan dikenal dengan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
Dalam arti lain pendidik mempunyai dua arti, adalah arti yang luas dan arti yang sempit.
Pendidik dalam arti yang luas adalah semua orang yang berkewajiban membina anak-anak.
Secara alamiah semua anak sebelum mereka dewasa menerima pembinaan dari orang-orang
dewasa agar mereka bisa berkembang dan tumbuh secara wajar. Sementara itu pendidik dalam
arti sempit adalah orang-orang yang disiapkan dengan sengaja untuk menjadi guru atau dosen.
Kedua pendidik ini diberi pelajaran tentang pendidikan dalam waktu relatif lama agar mereka
menguasai ilmu itu dan terampil melaksanakannya dilapangan. Pendidik ini tidak cukup belajar
di perguruan tinggi saja sebelum diangkat menjadi guru atau dosen, melainkan juga belajar dan
diajar selama mereka bekerja, agar profesionalisasi mereka semakin meningkat. Sedangkan
tenaga kependidikan adalah tenaga/pegawai yang bekerja pada satuan pendidikan selain tenaga
pendidik. Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada
satuan pendidikanAntara pendidik dan tenaga kependidikan dibutuhkan profesionalisme
Pendidik sebagai sosok yang begitu dihormati lantaran memiliki andil yang sangat besar
terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah dan juga membantu perkembangan peserta didik
untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan potensi
peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru
perlu memperhatikan peserta didik secara individual. Tugas guru tidak hanya mengajar, namun
juga mendidik, mengasuh, membimbing, dan membentuk kepribadian siswa guna menyiapkan
dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM).
Olehkarena itu di dalam makalah ini penulis bermaksud menguraikan hakekat profesi
kependidikan, jenis – jenis pendidik, jenis – jenis tenaga kependidikan, harapan dan tantangan
profesi kependidikan, dan bagaimana membentuk pendidik dan tenaga kependidikan yang
professional

Rumusan Masalah

Apa hakekat profesi?

Apa hakekat profesi kependidikan?

Apa saja jenis – jenis tenaga kependidikan?

Apa saja jenis – jenis pendidik?

Tujuan Penulisan

Menguraikan hakekat profesi

Menguraikan hakekat profesi kependidikan

Mengidentifikasi jenis – jenis tenaga kependidikan

Mengidentifikasi jenis – jenis pendidik

Manfaat Penulisan

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Profesi Kependidikan. Serta
dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan bagi pembaca mengenai hakekat kependidikan,
serta jenis – jenis tenaga kependidikan.

Sistematika Penulisan

Sistematika uraian makalah ini terdiri dari tiga bagian, yaitu pertama, pendahuluan yang meliputi
latar belakang masalah, rumusan masalah, prosedur pemecahan masalah, tujuan, manfaat, dan
sistematika penulisan. Kedua, isi atau

kajian teori dan pembahasan. Ketiga, penutup yang berisi kesimpulan dan saran serta dilengkapi
dengan daftar pustaka.

BAB II

PEMBAHASAN

Hakekat Profesi

Profesi berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan
pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan “apa saja” dan
“siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu.
Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian
tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik.
Terdapat beberapa pendapat para ahli tentang profesi:

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian (keterampulan, kejuruan dsb) tertentu.

Menurut Sanusi (1991) Profesi adalah suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikan yang
menentukan (erusial)

Menurut wikipedia Profesi adalah pekerjaan  yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan


terhadap suatu pengetahuan  khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik,
serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi
adalah pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer, teknik desainer, tenaga pendidik.

Menurut Sirendi Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.

Menurut SCHEIN, E.H (1962) Profesi adalah suatu kumpulan atau set pekerjaan yang
membangun suatu set norma yang sangat khusus yang berasal dari perannya yang khusus di
masyarakat

6.Menurut Oemar Hamalik Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian
atau keterampilan dari pelakunya. Oemar Hamalik (1984 : 2) sampai pada suatu kesimpulan
bahwa hakikat profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji yang terbuka. Suatu profesi
mengandung unsur pengabdian (Oemar Hamalik, 1984 :  3) menurutnya, suatu profesi bukanlah

dimaksudkan untuk mencari keuntungan materi belaka, melainkan untuk pengabdian kepada
masyarakat. Pengabdian seorang profesional menunjuk pada pengutamaan kepentingan orang
banyak daripada kepentingan diri

Jadi dapat disimpulkan bahwa profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut
keterampilan dari pelakunya dan membutuhkan pelatihan serta penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus

sendiri.

Hakekat Profesi Kependidikan

Jika profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keterampilan dari pelakunya dan
membutuhkan pelatihan serta penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Kemudian
kependidikan adalah proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan
pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut
diperoleh secara formal yang berakibat individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai
dengan pendidikan yang telah diperolehnya.

Jadi profesi kependidikan adalah suatu tenaga kependidikan yang memiliki peranan penting
dalam menunjang penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan yang dalam mekanisme kerjanya di kuasai kode etik. Layanan yang terdapat pada
profesi kependidikan adalah adanya ikatan profesi, adanya kode etik, pengendalian batas
kewenangan dan adanya pengaturan hukum untuk mengontrol praktik.

Jadi dapat diketahui bahwa jenis profesi kependidikan ada dua yaitu pendidik dan tenaga
kependidikan.

Profesi Kependidikan

Di dalam UU No.20 tahun 2003 pasal 39 ayat 2 tentang sisdiknas disebutkan bahwa


pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik
pada perguruan tinggi. Pendidik di Indonesia lebih dikenal dengan pengajar, adalah tenaga
kependidikan yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan dengan tugas
khusus sebagai profesi pendidik. Pendidik mempunyai sebutan lain sesuai kekhususannya
yaitu diantaranya guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur,
fasilitator, ustadz dll.

Sedangkan tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat
untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Tenaga pendidikan bertugas melaksanakan
administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang
proses pendidikan pada satuan pendidikan.

Dari definisi di atas jelas bahwa tenaga kependidikan memiliki lingkup “profesi” yang lebih luas,
yang juga mencakup di dalamnya tenaga pendidik., pustakawan, staf administrasi, staf pusat
sumber belajar. Kepala sekolah adalah diantara kelompok “profesi” yang masuk dalam kategori
sebagai tenaga kependidikan. Sementara mereka yang disebut pendidik adalah orang-orang

yang dalam melaksanakan tugasnya akan berhadapan dan berinteraksi langsung dengan para
peserta didiknya dalam suatu proses yang sistematis, terencana, dan bertujuan. Penggunaan
istilah dalam kelompok pendidik tentu disesuaikan dengan lingkup lingkungan tempat tugasnya
masing-masing. Guru dan dosen, misalnya, adalah sebutan tenaga pendidik yang bekerja di
sekolah dan perguruan tinggi.
Mencermati tugas yang digariskan oleh Undang-undang di atas khususnya untuk pendidik dan
tenaga kependidikan di satuan pendidikan sekolah, jelas bahwa ujung dari pelaksaan tugas
adalah terjadinya suatu proses pembelajaran yang berhasil. Segala aktifitas yang dilakukan oleh
para pendidik dan tenaga kependidikan harus mengarah pada keberhasilan pembelajaran yang
dialami oleh para peserta didiknya. Berbagai bentuk pelayanan administrasi yang dilakukan oleh
para administratur dilaksanakan dalam rangka menunjang kelancaran proses pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru,  proses pengelolaan dan pengembangan serta pelayanan-pelayanan
teknis lainnya yang dilakukan oleh para manajer sekolah juga harus mendorong terjadinya proses
pembelajaran yang berkualitas dan efektif. Lebih lagi para pendidik (guru), mereka harus mampu
merancang dan melaksanakan proses pembelajaran dengan melibatkan berbagai komponen yang
akan terlibat dalamnya. Definisi khusus profesi keguruan adalah sebagai berikut:

Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual

Jelas sekali bahwa jabatan guru memenyuhi kriteria ini, karena mengajar melibatkan upaya-
upaya yang sangat didominasi kegiatan intektual. Bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan
anggota professional ini adalah dasar bagi persiapan semua kegiatan professional lainnya oleh
sebab itu, mengajar sering kali disebut sebagai ibu dari segala profesi (Stinnett dan Huggett,
1963)

Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus

Semua jabatan mempunyai monopoli pemgetahuan yang memisahkan pengetahuan yang


memeisahkan anggota mereka dengan orang awam, dan memungkinkan mereka mengadakan
pengawasan tentang

jabatannya. Anggota-anggota suatu profesi menguasai bidang ilmu yang membangun keahlian


mereka dan melindungi masyarakat dari penyalahgunaan, amatiran yang tidak terdidik, dan
kelompok tertentu yang ining mencari keuntungan. Terdapat beberapa pendapat tentang apakah
criteria ini dapt terpenuhi. Mereka yang bergerak dalam dunia pendidikan menyatakn bahwa
mengajar telah mengembangkan secara jelas bidang khusus yang sangat penting dalam
mempersiapkan guru yang berwenang. Dan sebagian mengatakan mengajar belum memiliki
batang tubuh yang khusus.

Jabatan yang memerlukan persiaapan professional yang lama

Persiapan professional yang yang cukup lama perlu untuk mendidik guru yang berwenang.
Konsep ini menjelaskan keharusan memnuhi kurikulum perguruan tinggi, yang terdiri dari
pendidikan umum, professional dan khusus sekurang-kurangnya empat tahun bagi guru pemula.

Jabatan yang memerlukan ‘latihan dalam jabatan ‘ yang bersinambungan

Jabatan guru cenderung menunjukan bukti yang kuat sebagai jabatabn professional, sebab
hampir tiap tahun guru melakukan berbagai kegiatan latihan profesional, baik yang mendpatkan
penghargaan kredit maupun tanpa kredit. Malahan pada saat sekarang bermacam-macam
pendidikan professional tambahan diikuti guru-guru dalam menyeratakan dirinya dan kualifikasi
yang telah diterpakan.

Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanent

Diluar negeri barang kali syarat jabatan guru sebagai karier permanen merupakantitik yang
paling lemah dalam menuntut bahwa mengajar adalah jabatan professional. Banyak guru baru
yang hanya bertahan selama satu atau dua tahun saja pada profesi mengajar, setelah itu mereka
pindah kerja kebidang lain, yang lebih menjanjikan bayaran yang lebih tinggi. Untunglah di
Indonesia kelihatannya tidak begitu banyak guru yang berpindah ke bidang lain, walaupun bukan
berarti pula bahwa jabatan guru di Indonesia mempunyai pendapatan yang tinggi. Alasannya

mungkin karena lapangan kerja dan sistem pindah jabatan yang agak sulit.
Dengan demikian criteria ini dapat dipenuhi oleh jabatan guru di Indonesia.

Jabatan yang menentukan bakunya sendiri

Karena jabatan guru menyangkut hajat orang banyak, maka baku untuk jabatan guru ini sering
tidak diciptakan oleh angota profesi sendiri, terutama di Negara kita. Baku jabatan guru masih
sangat banyak diatur oleh pihak pemerintah, atau pihak lain yang menggunakan tenaga
guru tersebut seperti yayasan pendidikan swasta.

Jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi

Jabatan mengjar adalah jabatan yang mempunyai nilai social yang tinggi, tidak perlu diragukan
lagi. Guru yang baik akan sangat berperan dalam mempengaruhi kehidupan yang lebih baik dari
warga Negara masa depan.

Jabatan yang mempunyai organisasi professional yang kuat dan terjalin

Semua profesi yang dikanal mampunyai organisasi professional yang kuat untuk dapat
mewadahi tujuan bersama dan melindungi anggotanya. Dalam beberapa hal, jabatan guru telah
memenuhi kriteria ini dan dalam hal lain belum dapat dicapai. Di Indonesia relah ada Persatuan
Guru Republik Indonesia (PGRI) yang merupakan wadah seluruh guru mulai dari guru taman
kanak-kanak sampai guru sekolah lanjutan atas, dan ada pula Ikatan Sarjana Pendidikan
Indonasia (ISPI) yang mewadahi seluruh sajana pendidikan.

Terdapat hak dan kewajiban pendidik dan tenaga kependidikan yang tercantum dalam
UU No.20 tahun 2003 pasal 40 yaitu:

Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh:

penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai;


penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;

pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas;

perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual; dan

kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang
kelancaran pelaksanaan tugas.

Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban :

menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis;

mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan

memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan
kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Menurut undang-undang no.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat (1)
kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi pedagogik
adalah kemampuan seorang guru untuk mengelola pembelajaran peserta didik. Misalkan disini
seorang guru mampu merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan
interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian.
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan yang stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi
teladan dan berakhlak mulia. Disini seorang guru harus menjadi contoh dan teladan yang baik
bagi siswanya.

Terdapat pasal – pasal lain di dalam UU No.20 tahun 2003 tentang sisdiknas yang mengatur
pendidik dan tenaga kependidikan yaitu:

Pasal 41

Pendidik dan tenaga kependidikan dapat bekerja secara lintas daerah.

Pengangkatan, penempatan, dan penyebaran pendidik dan tenaga kependidikan diatur oleh
lembaga yang mengangkatnya berdasarkan kebutuhan satuan pendidikan formal.

Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik dan
tenaga kependidikan yang diperlukan untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang
bermutu
Ketentuan mengenai pendidik dan tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Pasal 42

Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan
mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.

Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi dihasilkan oleh perguruan tinggi yang terakreditasi.

Ketentuan mengenai kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Pasal 43

Promosi dan penghargaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan berdasarkan latar
belakang pendidikan, pengalaman, kemampuan, dan prestasi kerja dalam bidang pendidikan.

Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan
tenaga kependidikan yang terakreditasi.

Ketentuan mengenai promosi, penghargaan, dan sertifikasi pendidik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Pasal 44

Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membina dan mengembangkan tenaga kependidikan
pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah.

Penyelenggara pendidikan oleh masyarakat berkewajiban membina dan mengembangkan tenaga


kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakannya.

Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membantu pembinaan dan pengembangan tenaga
kependidikan pada satuan pendidikan formal yang diselenggarakan oleh masyarakat.

Jadi dengan adanya pendidik dan tenaga kependidikan maka baik pemerintah maupun
masyarakat turut berpartisipasi membantu pengembangan tenaga kependidikan pada satuan
formal.

Pendidikan bagi calon pendidik dan tenaga kependidikan sangat penting agar dapat terwujud
pendidik dan tenaga kependidikan yang bermutu karena pada akhirnya akan menentukan kualitas
peserta didiknya.
Di Indonesia terdapat lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah untuk memberikan pendidikan
bagi calon pendidik dan tenaga kependidikan yaitu biasa disebut LPTK. Menurut Peremendiknas
No. 8 tahun 2009 Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan  (LPTK) adalah perguruan tinggi
yang memenuhi syarat dan diberi tugas oleh Pemerintah untuk menyelenggarakan program
pengadaan pendidik dan tenaga kependididkan lainnya pada pendidikan usia dini, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah, serta untuk menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu
kependidikan

Contoh LPTK adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS yang merupakan
lembaga perguruan tinggi menyelenggarakan program studi kependidikan berfungsi memberikan
pendidikan bagi calon pendidik dan tenaga kependidikan. Program studi salah satunya yaitu
PGSD FKIP UNS Kampus Kebumen. Berikut adalah contoh struktur LPTK

STRUKTUR ORGANISASI LPTK

FKIP UNS-PGSD KBM

Jenis – Jenis Tenaga Kependidikan

Tenaga kependidikan merupakan seluruh komponen yang terdapat dalam instansi atau lembaga
pendidikan yang tidak hanya mencakup guru saja melainkan keseluruhan yang berpartisipasi
dalam pendidikan. Dilihat dari jabatannya, tenaga kependidikan dibedakan menjadi tiga, yaitu:

Tenaga Structural

Merupakan tenaga kependidikan yang menempati jabatan-jabatan eksekutif umum (pimpinan)


yang bertanggung jawab baik langsung maupun tidak langsung atas satuan pendidikan.

Tenaga Fungsional

Merupakan tenaga kependidikan yang menempati jabatan fungsional yaitu jabatan yang dalam
pelaksanaan pekerjaannya mengandalkan keahlian akademis kependidikan.

Tenaga Teknis Kependidikan

Merupakan tenaga kependidikan yang dalam pelaksanaan pekerjaannya lebih dituntut kecakapan
teknis operasional atau teknis administratif.

15

Status Ketenagaan Tempat Kerja di Sekolah Tempat Kerja di Luar Sek

Tenaga Struktural 1. Kepala Sekolah 1. Pusat: Menteri, Sekjen,


2. Wilayah : Ka.Kanw
2. Wakil Kepala Sekolah Kepala Bidang
· Urusan Kurikulum 3. Daerah : Kakandepdikn
· Urusan Kesiswaan 4. Kab./Kec. : Kasi (
· Urusan Sarana dan Prasarana eksekutif umum yang
langsung atas penyeleng
· Urusan Pelayanan Khusus pendidikan)

1. Penilik

1. Guru 2. Pengawas

2. Pembimbing/Penyuluh (Guru BP) 3. Pelatih (Pengelola Dikt

3. Peneliti 4. Tutor & Fasilitator, m


Kegiatan Guru
4. Pengembangan Kurikulum dan Teknologi
Kependidikan 5. Pengembangan Pendid
staf Perencanaan
Tenaga Fungsional 5. Pengembang tes pustakawan organisasi)

1. Laboran

2. Teknisi Sumber Belajar

3. Pelatih (Olahraga) ; Kesenian & 1. Teknisi Sumber B


Keterampilan Belajar

Tenaga Teknis 4. Petugas TU 2. Petugas TU

Tabel diatas menjelaskan jenis – jenis tenaga kependidikan menurut jabatannya, diantaranya
jabatan ketika di sekolah yang dapat diuraikan sebagai berikut:

Wakil-wakil/Kepala urusan

Wakil – wakil atau kepala urusan adalah tenaga kependidikan yang mempunyai tugas tambahan
dalam bidang yang khusus, untuk membantu Kepala Satuan Pendidikan dalam penyelenggaraan
pendidikan pada institusi tersebut. Contoh: Kepala Urusan Kurikulum

Tata Usaha
Tata Usaha adalah tenaga Kependidikan yang bertugas dalam bidang administrasi instansi
tersebut. Bidang administrasi yang dikelola diantaranya;

Administrasi surat menyurat dan pengarsipan,

Administrasi Kepegawaian,

Administrasi Peserta Didik,

Administrasi Keuangan,

Administrasi Inventaris dan lain-lain.

Laboran

Laboran adalah petugas khusus yang bertanggung jawab terhadap alat dan bahan di
Laboratorium.

Pustakawan

Pustakawan adalah orang yang bergerak di bidang kepustakaan atau  ahli perpustakaan biasanya
berada di perpustakaan mencatat keluar masuknya peminjaman buku.

Pelatih Ekstrakurikurer

Pelatih ekstrakurikurer adalah tenaga kependidikan yang melatih peserta didik di luar jam belajar
kurikulum standar

Petugas Keamanan

Petugas keamanan adalah tenaga kependidikan yang bertugas menjaga keamanan dalam ruang
lingkup sekolah.

Petugas Kebersihan

Petugas kebersihan adalah tenaga kebersihan yang bertugas menjaga kebersihan ruang lingkup
sekolah.

Selain berdasarkan jabatan, jenis – jenis tenaga kependidikan dapat dilihat dari statusnya:

Pegawai Negeri Sipil ( PNS )

Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah salah satu jenis Kepegawaian Negeri di samping anggota
TNI dan Anggota POLRI (UU No 43 Th 1999). Pengertian Pegawai Negeri adalah warga negara
RI yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan
diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 1 ayat 1 UU 43/1999).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep profesionalisme Pegawai Negeri
Sipil harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Menguasai pengetahuan dibidangnya selalu berusaha dengan sungguh sungguh untuk mem-
perdalam pengetahuannya dengan tujuan agar dapat melaksanakan tugasnya secara berdaya guna
dan berhasil guna.

Komitmen pada kualitas

Dedikasi

Keinginan untuk membantu

Guru Tidak Tetap

GTT (Guru Tidak Tetap) Sekolah Negeri adalah istilah yang lazim “dicapkan” atau disebut oleh
pihak sekolah untuk guru yang diangkat berdasarkan kebutuhan pada satuan pendidikan
(sekolah) dengan disetujui kepala sekolah. Penjelasan mengenai GTT yaitu:

Kewenangan bertumpu kepada kepala sekolah, baik pengangkatan juga pemberhentian.

Menandatangani kontak kerja selama jangka waktu tertentu, setahun atau lebih sesuai dengan
kebutuhan sekolah.

Dibiayai atau digaji berdasarkan sumbangan dari masyarakat dan tunjangan


fungsional Rp.200.00/bulan, khusus yang memenuhi kuota 24 jam dengan berbagai
pertimbangan, baik itu jam mengajar dari beberapa sekolah, sebagai wali kelas, pembina ekskul,
tim IT sekolah, staff, dan jabatan lainnya dalam koridor pendidikan.

Tunjangan fungsional adalah “jasa baik” Pemda, walaupun legal, akan tetapi tidak masuk dalam
kategori dari “pembiayaan APBD”

GTT adalah guru yang tidak masuk anggaran APBN dan APBD.

Guru Bantu

Guru nonPNS yang berkedudukan sebagai pegawai Departemen Pendidikan Nasional Pusat,
ditugaskan secara penuh di sekolah dan pengangkatannya dilakukan melaui program pengadaan
guru bantu, berdasarkan kontrak kerja selama 3 tahun. Masing-masing guru bantu mendapat
upah sebesar Rp. 460.000,00 yang diambil dari APBN.

Tenaga Sukarela
Merupakan tenaga kependidikan nonguru yang memiliki honor yang relative kecil. Di tingkat
sekolah menengah, pengelolaan secara admisintratif, personel (kepegawaian) ada pada urusan
tata usaha atas wewenang yang diberikan oleh kepala sekolah, sedang di sekolah dasar, semua
urusan dipegang oleh kepala sekolah.

Jenis – Jenis Pendidik

Pendidik atau di Indonesia lebih dikenal dengan pengajar adalah tenaga kependidikan yang


berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan dengan tugas khusus sebagai profesi
pendidik. Pendidik mempunyai sebutan lain sesuai kekhususannya yaitu:

Guru

Guru menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat 1 tentang guru dan dosen
yaitu guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Dosen

Dosen menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat 1 adalah pendidik


profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat.

Konselor

Konselor adalah pendidik bertugas dan bertanggungjawab memberikan layanan bimbingan dan


konseling kepada peserta didik di satuan pendidikan.  Konselor pendidikan merupakan salah
satu profesi yang termasuk ke dalam pendidik seperti yang tercantum dalam Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional maupun
Undang-undang tentang Guru dan Dosen.

Konselor pendidikan semula disebut sebagai Guru Bimbingan Penyuluhan (Guru BP). Seiring
dengan perubahan istilah penyuluhan menjadi konseling, namanya berubah menjadi Guru
Bimbingan Konseling (Guru BK). Untuk menyesuaikan kedudukannya dengan guru lain,
kemudian disebut pula sebagai Guru Pembimbing.

Setelah terbentuknya organisasi profesi yang mewadahi para konselor, yaitu Asosiasi Bimbingan
Konseling Indonesia (ABKIN), maka

profesi ini sekarang dipanggil Konselor Pendidikan dan menjadi bagian dari asosiasi tersebut.

Pamong belajar
Pamong belajar adalah pendidik yang memiliki tugas pokok melaksanakan kegiatan
pembelajaran, pengkajian program, dan pengembangan model di bidang pendidikan nonformal
dan informal sebagaimana diatur di dalam Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan
Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 03/III/PB Tahun 2011. Sebagai pendidik, pamong
belajar dituntut untuk  menguasai empat kompetensi  yang meliputi kompetensi pedagogik ,
kepribadian, sosial, dan professional.

Widyaiswara

Widyaiswara adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diangkat sebagai pejabat fungsional oleh
pejabat yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab, wewenang untuk mendidik, mengajar,
dan/atau melatih Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada lembaga pendidikan dan pelatihan
(diklat) pemerintah.

Tutor

Tutor adalah orang yang memberi pelajaran (membimbing) kepada seseorang atau sejumlah
kecil siswa dalam pelajarannya. Tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk
pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi agar siswa dapat efisien dan
efektif dalam belajar.

Instruktur

Instruktur adalah seseorang yang bertugas melakukan pembinaan terhadap peserta dalam forum
pelatihan.

Fasilitator

Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang memahami tujuan bersama
mereka dan membantu mereka membuat rencana guna mencapai tujuan tersebut tanpa
mengambil posisi tertentu dalam diskusi

Ustadz

Ustadz adalah guru atau pendidik yang mengajarkan ilmu agama (Islam) kepada orang lain
dengan tujuan beribadah.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Di dalam UU No.20 tahun 2003 pasal 39 ayat 2 tentang sisdiknas disebutkan bahwa pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi. Sedangkan tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan
diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Tenaga pendidikan bertugas
melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis
untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.

Jenis – jenis pendidik antaralain guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor,
instruktur, fasilitator, ustadz, sedangkan jenis  jenis  tenaga kependidikan diantaranya: Wakil-
wakil/Kepala urusan, Tata Usaha, Laboran, Pustakawan, Pelatih Ekstrakurikurer, Petugas
Keamanan, Petugas Kebersihan, Profesionalisme Profesi Keguruan, Otoritas Profesional Guru,
Kebebasan Akademik, dan Tanggung Jawab Moral dan Pertanggungjawab Jabatan.

Harapan bagi profesi kependidikan adalah terbentuknnya para profesi kependidikan yang
professional baik pendidik dan tenaga kependidikannya agar pendidikan semakin maju,
berkualitas, dan bermutu. Tantangan yang harus  dihadapi para profesi kependidikan antaralain:
Profesionalisme Profesi Keguruan, Otoritas Profesional Guru, Kebebasan Akademik, Tanggung
Jawab Moral (Responsible) dan Pertanggungjawab Jabatan (Accountabillity)

BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah

Pada hakikatnya aktivitas pendidikan selalu berlangsung dengan melibatkan unsur subyek atau
pihak-pihak sebagi aktor penting. Subyek penerima adalah peserta didik sedangkan subyek
pemberi adalah pendidik. Seseorang yang menginginkan menjadi pendidik maka ia
dipersyaratkan mempunyai kriteria yang di inginkan oleh duni pendidikan. Orang yang merasa
terpanggil untuk mendidik maka ia mencintai peserta didiknya dan memiliki perasaan wajib
dalam melaksanakan tugasnya disertai dengan dedikasi yang tinggi atau bertanggungjawab.

Kajian tentang pendidik mencakup beberapa hal antara lain pengertian dan sebutan istilah
pendidik, kompetensi pendidik, kedudukan pendidik, hakekat tugas dan tanggung jawab guru,
profesionalisme guru, organisasi profesi dan kode etik guru.

B.     Rumusan Masalah

Mengingat banyaknya ruang lingkup yang akan dibahas di makalah ini, maka penyusun
membatasi makalah ini sebagai berikut:
1.      Apa  pengertian dan sebutan istilah pendidik ?

2.       Apa saja kompetensi yang harus dimiliki pendidik ?

3.      Bagaimana hakekat tugas dan tanggung jawab guru ?

4.      Apa yang dimaksud dengan tenaga kependidikan?

5.      Apa kompetensi yang mesti dikuasai oleh tenaga kependidikan lainnya, guna menunjang
proses pembelajaran yang efektif dan efisien?

6.      Bagaimana peran dan fungsi tenaga kependidikan, yang dapat menunjang proses
pembelajaran?

C.     Tujuan

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas tersetruktur pada mata
kuliah Kapita Selekta, dan sebagai salah satu bahan pengetahuan khususnya bagi penyusun dan
umumnya bagi para pembaca, mengenai Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

BAB II

PEMBAHASAN

A.   Pengertian Pendidik

Pendidik apabila ditinjau dari segi bahasa (etimologi), sebagaimana yang dijelaskan oleh WJS.
Poerwadarminta adalah orang yang mendidik.Di dalam bahasa Inggris dikenal
dengan Teacher yang diartikan guru atau pengajar, atau tutor yang berarti guru pribadi (private).
Dalam bahasa Arab disebutUstadz/zah, Mudarris, Mu`allim, Mu`addib, selanjutnya dalam
bahasa Arab kata Ustadz adalah jamak dari asatidz yang berarti guru (teacher), profesor (gelar
akademik), jenjang dalam bidang intelektual, pelatih, penulis, dan penyair. adapun kata Mudarris
berarti Teacher (guru), instruktor (pelatih), trainer (pemandu). sedangkan kata Muaddib
berarti educator/pendidik atau Teacher In Coranic School (guru dalam lembaga pendidikan al-
Qur`an).[1]

Sehingga dari berbagai kata di atas dapat menunjukan berbagai perbedaan ruang gerak dan
lingkungan dimana ilmu pengetahuan dan ketrampilan diberikan. Misalnya dalam lingkungan
sekolah disebut dengan teacher (guru), diperguruan tinggi disebut dosen atau lebih tinggi
gelarnya hingga lecturer atau profesor, sedangkan dirumah-rumah secara pribadi disebut tutor, di
pusat-pusat latihan disebut instructor atau trainer, sedangkan di lembaga pendidikan khususnya
yang mengajarkan agama disebut dengan educator.
Sedangkan Pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan seluruh potensi peserta didik , baik petensi afektif, kognitif,
maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.[2]

Secara terminologi, pengertian yang lebih implisit kata pendidik dapat diartikan dengan guru,
sebagaimana yang disampaikan oleh Hadari Nawawi yang dikutip oleh Moh. Uzer, pendidik
adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau di kelas. Bahwa
guru yang berarti orang yang bekerja sebagai tenaga pengajar yang ikut juga bertanggung jawab
dalam membantu peserta didik untuk mencapai proses kedewasaan. Tetapi dalam hal ini banyak
disalah artikan banyak orang, bahwa hanya gurulah yang bertanggung jawab dalam proses
pendidikan. Tetapi yang sesungguhnya adalah baik masyarakat lebih-lebih orang tua peserta
didik bersama-sama membangun proses pendidikan, agar menjadi masyarakat yang dewasa pula.
[3]

Dikutip dari Abuddin Nata, pengertian pendidik adalah orang yang mendidik. Pengertian ini
memberikan kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang
mendidik. Secara khusus pendidikan dalam persepektif pendidikan Islam adalah orang-orang
yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi peseta didik. Kalau kita melihat
secara fungsional kata pendidik dapat di artikan sebagai pemberi atau penyalur pengetahuan,
keterampilan.[4]

1.       Pendidik adalah setiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk
mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi.(Sutari Iman Bernadjib,1994)

2.      Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan
sasaran peseta didik. (Umar Tirtarahardja dan La Sulo 1994)

3.      Pendidik adalah orang yang dengan sengaja membantu orang lain untuk mencapai
kedewasaan. (Langeveld)

Penyebutan nama pendidik di beberapa tempat memiliki sebutan berbeda- beda.

  Pendidik di lingkungan keluarga adalah orang tua dari anak yang biasa disebut ayah – ibu
atau papa-mama.

  Pendidik di lingkungan pesantern biasa disebut ustadz, kyai, romo kyai.

  Pendidik di lingkungan pendidikan di masyarakat  disebut dengan istilah tutor, fasilitator,


atau instruktur.

  Pendidik di lingkungan sekolah  biasa disebut guru.


Undang – undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebut guru adalah pendidik
profesiaonal dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

B.   Kompetensi sebagai Persyaratan Pendidik

Tidak semua orang bisa menjadi pendidik kalau yang bersangkutan tidak bisa menunjukkan
bukti dengan kriteria yang ditetapkan. Syarat-syarat umum bagi seorang pendidik adalah : Sehat
Jasmani dan Sehat Rohani. Syarat untuk menjadi seorang pendidik yaitu:

1.      Harus beragama.

2.     Mampu bertanggung jawab atas kesejahteraan agama.

3.     Tidak kalah dengan guru-guru umum lainnya dalam membentuk Negara yang demokratis.

4.     Harus memiliki perasaan panggilan murni.

Sedangkan sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pendidik adalah :

1.     Integritas pribadi, pribadi yang segala aspeknya berkembang secara harmonis.

2.      Integritas sosial, yaitu pribadi yang merupakan satuan dengan masyarakat.

3.     Integritas susila, yaitu pribadi yang telah menyatukan diri dengan norma-norma susila yang
dipilihnya.

Menurut Dirto Hadisusanto, Suryati Sidharto, dan Dwi Siswoyo (1995), syarat seorang pendidik
adalah :

  mempunyai perasaan terpanggil sebagai tugas suci,

  mencintai dan mengasih-sayangi peserta didik,

  mempunyai rasa tanggung jawab yang didasari penuh akan tugasnya,

Tetapi untuk pendidik yang berlaku khusus di sekolah, sebagian besar pendapat mengisyaratkan
pentingnya sebuah kompetensi sebagai kualifikasi persyaratan profesionalisme guru. Kompetensi
adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan , dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Menurut Dirto Hadisusanto, Suryati Sidharto, dan Dwi Siswoyo (1995), kompetensi yang harus
dimiliki seorang guru adalah :

  Kompetensi profesioanal

  Kompetensi personal

  Kompetensi sosial.

Kompetensi pendidik profesional dalam UU No. 14 Tahun 2005 dikemukakan ada 4 cakupan
yang meliputi Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional dan
Kompetensi Sosial.

a.     Kompetensi pedagogik berupa mengelola interaksi pembelajaran yang meliputi pemahaman


dan pengembangan potensi peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran serta
sistem evaluasi pembelajaran.

b.     Kompetensi Kepribadian berupa kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan
berwibawa yang meliputi kemantapan pribadi dan akhlak mulia, kedewasaan dan kearifan, serta
keteladanan dan kewibawaan.

c.      Kompetensi Profesional berupa kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan
mendalam yang meliputi penguasaan matei keilmuan, penguasaan kurikulum dan silabus
sekolah, metode khusus pembelajaran bidang studi serta pengembangan wawasan etika dan
pengembangan profesi.

d.     Kompetensi sosial berupa kemampuan yang dimiliki seorang pendidik untuk berkomunikasi
dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali
murid dan masyarakat sekitar.

C.   Kedudukan Pendidik

Pendidik menjadi orang yang paling menentukan dalam perancangan dan penyiapan proses
pendidikan dan pembelajaran di kelas, pengaturan kelas, pengendalian siswa, penilaian hasil
pendidikan, dan pembelajaran yang dicapai siswa. Dalam konteks pendidikan formal di sekolah,
guru sebagai pendidik mempunyai kedudukan sebagai tenaga professional pada jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini.

Untuk itulah sejak tahun 2007 di Indonesia dilakukan uji sertifikasi guru untuk selanjutnya bagi
yang lulus bisa diberiakn sertifikat pendidik. Uji sertifikasi adalah suatu pengujian melalui tes
terhadap para guru di Indonesia untuk memperoleh sertifikat pendidik. Maka pendidik yang
sudah lulus sertifikasi memilki fungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen
pembelajaran dan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
D.   Hakekat  Tugas dan Tanggung jawab  pendidik

Menurut Raka Joni (Cony R.Semiawan dan Soedijarto, 1991) hakekat tugas guru pada umumnya
berhubungan  dengan pengembangkan SDM yang pada akhirnya akan paling menentukan
kelestarian dan kejayaan kehidupan bangsa.

Dalam proses pendidikan, pada dasarnya guru mempunyai tugas mendidik dan mengajar peserta
didik agar dapat menjadi manusia yang dapat melaksanakan tugas kehidupannya yang selaras
dengan kodratnya sebagai  manusia yang baik dalam kaitan hubungannya dengan sesama
manusia maupun dengan Tuhan. Tugas mendidik berkaitan dengan transformasi pengetahuan
dan keterampilan kepada peserta didik.

Dalam UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 20 disebutkan bahwa tugas guru
adalah :

1.      Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran serta menilai dan


mengevaluasi hasil pembelajaran

2.     Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara


berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan , teknologi, dan seni

3.      Bertindak obyektif dan tidak deskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama ,
suku, ras, dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi
peserta didik dalam pembelajaran

4.     Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode etik guru  serta nilai-
nilai agama dan etika

5.     Memelihara dan memupuk persatuan dan kasatuan bangsa.

Menurut UU No.14 tahun 2005 Pasal 14 ayat 1 juga menyatakan bahwa dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan, guru berhak :

a.       Memperoleh penghasilan diatas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan


sosial.

b.      Mendapat promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.

c.       Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual.

d.      Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi.

e.       Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang


kelancaran tugas keprofesionalan.
f.       Memberikan kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan,
penghargaan dan atau sangsi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik
guru, dan peraturan perundang undangan.

g.       Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas.

h.      Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi.

i.        Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan.

j.        Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik


dan kompetensi

k.      Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.

Dalam Pasal 29 ayat 1 dinyatakan bahwa guru yang bertugas didaerah khusus memperoleh hak :

1.      Kenaikan pangkat rutin secara otomatis.

2.      Kenaikan pangkat istimewa satu kali.

3.      Perlindungan dalam melaksanakan tugas.

4.      Pindah tugas setelah bertugas 2 tahun dan tersedia guru penganti (pasal  29 ayat 3).

E.    Pengertian Tenaga Kependidkan

Tenaga Kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
menunjangPenyelenggaraan Pendidikan. Yang termasuk ke dalam tenaga kependidikan adalah:
kepala satuan pendidikan; pendidik; dan tenaga kependidikan lainnya.

Kepala Satuan Pendidikan yaitu orang yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk
memimpin satuan pendidikan tersebut. Kepala Satuan Pendidikan harus mampu melaksanakan
peran dan tugasnya
sebagai edukator, manajer,administrator, supervisor, leader, inovator, motivator, figur danmediat
or (Emaslim-FM) Istilah lain untuk Kepala Satuan Pendidikan adalah: Kepala
Sekolah, Rektor, Direktur, serta istilah lainnya. Sedangkan pendidik atau di Indonesia lebih
dikenal dengan pengajar, adalah tenaga kependidikan yang berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan dengan tugas khusus sebagai profesi pendidik. Pendidik
mempunyai sebutan lain sesuai kekhususannya yaitu: Guru, Dosen, Konselor, Pamong
belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,Ustadz, dan sebutan lainnya.
Tenaga Kependidikan lainnya ialah orang yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan
di satuan pendidikan, walaupun secara tidak langsung terlibat dalam proses pendidikan,
diantaranya:

a.       Wakil-wakil/Kepala urusan umumnya pendidik yang mempunyai tugas tambahan dalam


bidang yang khusus, untuk membantu Kepala Satuan Pendidikan dalam penyelenggaraan
pendidikan pada institusi tersebut. Contoh: Kepala Urusan Kurikulum.

b.      Tata usaha, adalah Tenaga Kependidikan yang bertugas dalam bidang administrasi instansi
tersebut. Bidang administrasi yang dikeloladiantaranya;Administrasi surat menyurat
danpengarsipan,Administrasi Kepegawaian,Administrasi PesertaDidik,Administrasi Keuangan,
Administrasi Inventaris dan lain-lain.

c.        Laboran, adalah petugas khusus yang bertanggung jawab terhadap alat dan bahan
di Laboratorium.

d.      Pustakawan, Pelatih ekstrakurikuler, Petugas keamanan (penjaga sekolah), Petugas


kebersihan, dan lainnya

F.    Tenaga Administrasi Sekolah

Manusia dalam kehidupan dan penghidupannya memiliki berbagai peranan.Tenaga Administrasi


Sekolah dalam kesehariannya dapat berperan sebagai administrator ketika di sekolah, mungkin
berperan sebagai kepala rumah tangga ketika di rumah, berperan sebagai anggota ketika rapat di
suatu organisasi, berperan sebagai pemain dalam salah satu cabang olah raga, dan
sebagainya.Peranan itu dapat saling mendukung dan dapat pula saling bertentangan.Peranan
memiliki harapan-harapan, harapannya adalah kepala sekolah, guru, pendidik, tenaga
kependidikan, dan orang-orang di luar sekolah yang berkepentingan dan peduli
dengan sekolah mau dan mampu memanfaatkan peranan dan fungsitenaga administrasi
sekolahdengan sebaik-baiknya.

1.      Peran Tenaga Adiministrasi Sekolah

Suatu bagian penting dari lembaga ialah peranan. Peranan ialah aspek-aspek dinamis dari
kedudukan dan jabatan di dalam suatu lembaga, dan ia menetapkan perilaku para pemegang
peranan itu. Di sekolah, pemegang peranan itu meliputi pendidik, tenaga kependidikan, dan
peserta didik.Peranan memiliki harapan-harapan yaitu kewajiban, tanggung jawab, dan haknya.
Sifat pokok dari peranan-peranan adalah satu sama lain saling melengkapi untuk mencapai
tujuan sekolah secara efektif, efisien, mandiri, dan akuntabel.  Misalnya, guru berperan memberi
pembelajaran, siswa berperan sebagai pembelajar.Pengawas berperan sebagai pembimbing
kepala sekola, kepala sekolah berperan sebagai pihak yang dibimbing.Tenaga administrasi
sekolah berperan sebagai administrator; kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua yang
memanfaatkan administrasi tersebut.Semua peranan masing-masing adalah untuk mencapai
tujuan sekolah.Penghargaan terhadap pentingnya peranan dan fungsitenaga administrasi
sekolah sampai saat ini masih kurang disadari dan kurang mendapat perhatian baik oleh
warga sekolah, warga masyarakat, ilmuwan, maupun pejabat. Tetapi, dengan adanya Direktorat
Tenaga Kependidikan, niat dan upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat serta
citra  tenaga administrasi sekolah semakin mendapat perhatian. Terbukti dengan semakin
banyaknya bimbingan teknik (pelatihan) tenaga administrasi sekolah yang telah dilakukan
Direktorat Tenaga Kependidikan di mana sebelumnya pelatihan seperti ini sangat langka
dilaksanakan. Sebenarnya, kalau kita mau jujur, dan berdialog dengan hati nurani dan
menganggap sekolah sebagai suatu sistem sosial; maka peranan dan fungsi setiap orang sama
pentingnya karena masing-masing saling membutuhkan. Ada pendapat yang keliru dimasyarakat
bahwa tenaga administrasi sekolah tidak penting, tidak perlu dilatih karena pekerjaannya
hanyalah mengurusi surat-menyurat. Pada hal kenyatan di lapangan, Kepala tenaga daministrasi
sekolah  memiliki staf yang harus ia  kelola secara profesional dengan keterampilan
managerialnya.

Peranan tenaga administrasi sekolah sangat erat hubungannya dengan otoritas formal yang


diberikan olehsekolah.Otoritas formal tersebut berupa tugas pokok dan fungsi tenaga
administrasi sekolah. Pekerjaan tenaga administrasi menurut Terry meliputi: penyampaian
keterangan secara lisan dan pembuatan surat menyurat dan laporan-laporan sebagai cara untuk
meringkas banyak hal dengan cepat guna menyediakan suatu landasan fakta bagi tindakan
kontrol dari pimpinan. Selanjutnya ditambahkan Terry bahwa tujuh kegiatan tenaga administrasi
adalah: (1) mengetik, (2) menghitung, (3) memeriksa, (4) menyimpan, (5) menelpon, (6)
menggandakan, (7) mengirim surat, dan (8) lain-lain. Sedangkan Mill dan Standingford (1982)
menyebutkan delapan kegiatan tenaga administrasi yaitu: (1) menulis surat, (2) membaca, (3)
menyalin (menggandakan), (4) menghitung, (5) memeriksa, (6) memilah (menggolongkan dan
menyatukan), (7) menyimpan dan menyusun indeks, dan (8) melakukan komunikasi (lisan dan
tertulis). Menurut The Lian Gie, tenaga tata usaha memiliki tiga peranan pokok yaitu: (1)
melayani pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan operatif untuk mencapai tujuan dari suatu organisasi,
(2) menyediakan keterangan-keterangan bagi pucuk pimpinan organisasi itu untuk membuat
keputusan atau melakukan tindakan yang tepat, dan (3) membantu kelancaran perkembangan
organisasi sebagai suatu keseluruhan. Berdasarkan pendapat The Lian Gie di atas, maka
peranan tenaga administrasi sekolah sesungguhnya hanya satu yaitu sebagai administrator karena
ketiga peranan yang diungkapkan di atas yaitu melayani, menyediakan, dan membantu sama
dengan administrasi. Jika ditinjau dari sudut asal usul kata (etimologis), maka administrasi
berasal dari Bahasa  Latin,   ad + ministrare. Ad berarti intensif, sedangkan ministrare berarti
melayani, membantu, dan memenuhi atau menyediakan.

Selanjutnya dijelaskan oleh The Liang Gie, bahwa untuk Indonesia dapatlah kini secara lengkap
tata usaha dirumuskan sebagai segenap rangkaian kegiatan yang menghimpun, mencatat,
mengolah, menggandakan, mengirim, dan menyimpan. Pekerjaan catat-mencatat atau tulis-
menulis mendukung  falsafah yang digunakan dalam Sistem Manajemen Mutu International
Standart Organization 9001:2000 (SMM ISO 9001:2000) yaitu, ”Tulis yang Anda kerjakan dan
kerjakan yang Anda tulis.” Jika mutu sekolah Indonesia ingin diakui dunia internasional,
makasekolah harus menerapkan dan memiliki sertifikat ISO 9001:2000.Pekerjaaan catat
mencatat mendukung salah satu fungsi manajemen yang dikembangkan oleh Gullick & Urwick
(1937) (Hoy & Miskel, 2005) dengan akronim POSDCoRB (Planning, Organizing, Staffing,
Coordinating, Reporting, and Budgetting).Pekerjaan catat-mencatat mendukung salah satu
karakteristik birokrasi yaitu administrasi adalah tindakan catat-mencatat seperti yang dinyatakan
Weber.

Dari berbagai pendapat tadi, dapat disimpulkan bahwa peranan tenaga administrasi


sekolah adalah sebagai administrator.Jika tenaga administrasi sekolah tersebut memiliki staf,
maka peranannya bertambah satu yaitu sebagai pengelola (manager). Manajer menurut The
Liang Gie, ialah seorang yang mampu: melihat semua urusan dalam keseluruhannya,
melimpahkan pekerjaannya, membangkitkan gairah kerja, memberikan insipasi, membimbing
stafnya,  bekerja sama, dan menerapkan teknik-teknik administrasi perkantoran. Sebagai seorang
administrator, ia harus memahami dan mampu mengkoordinasikan penyelenggaraan
administrasi sekolah sesuai pedoman pengelolaan administrasi sekolah. Jadi, seorang
administrator harus mampu sebagai koordinator. Di samping itu, ia juga harus mampu
menciptakan pelayanan administrasi yang lancar dan tepat waktu. Peranan kepala tenaga
administrasi sekolah sebagai manajer lainnya lagi adalah sebagai planner karena ia harus
membuat rencana dan program kerja ketatausahaan. Sebagai organizator karena ia harus
mengorganisasikan stafnya. Dari pengalaman lapangan diketahui bahwa staf tenaga administrasi
sekolah yang paling lengkap kebanyakan berada di SMK favorit. Di SMK tersebut, idealnya
terdapat 13 orang staf administrasi sekolah dengan tugas sebagai: (1) pelaksana urusan
persuratan dan pengarsipan (kesekretariatan), (2) pelaksana urusan kepegawaian (pendidik dan
tenaga kependidikan), (3) pelaksana urusan keuangan (pembiayaan sekolah/madrasah), (4)
pelaksana urusan kurikulum (isi) dan pembelajaran (proses), (5) pelaksana urusan kesiswaan
(peserta didik), (6) pelaksana urusan sarana dan prasarana, (7) pelaksana urusan hubungan
sekolah dengan masyarakat, (8) pesuruh (caraka), (10) pengemudi (pada sekolah yang sudah
memiliki mobil), (11) penjaga sekolah, (12) tukang kebun (pada SMK Pertanian), dan (13)
tenaga kebersihan S/M. Dengan diterapkannya delapan standar pendidikan nasional di sekolah,
maka pelaksana urusan akan bertambah lagi yaitu: (1) pelaksana urusan kompetensi lulusan, dan
(2) pelaksana urusan penilaian pendidikan. Tugas-tugas di atas tentunya dapat dirangkap
tergantung kebutuhan sekolah masing-masing. Dengan diterapkannya  Peraturan Pemerintah
Republiik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, maka tenaga
kebersihan, tenaga perpustakaan, dan tenaga laboran/teknisi bukan lagi menjadi staf tenaga
administrasi sekolah tetapi kedudukannya tersendiri yaitu sebagai salah satu tenaga kependidikan
seperti halnya dengan tenaga administrasi sekolah. Peranan semua pelaksana urusan adalah
sebagai administrator. Peranan pesuruh adalah sebagai pengantar surat (expeditor atau
distributor) dan melayani konsumsi tamu (waiter).  Peranan pengemudi adalah sebagai sopir
(driver).Peranan tukang kebun adalah pemelihara kebun (caretaker).Tenaga administrasi
sekolah sebagai pribadi tidak dapat melepaskan peranannya sebagai personal. Berkenaan dengan
kualitas personal, Denyer (1975) menyatakan bahwa kualitas kepribadian tenaga administrasi
sekolah yang penting-penting adalah kegairahan (enthusiasm), ketulusan (sincerity),
kebijaksanaan (wisdom), dan pengendalian diri (self-control). Berkaitan dengan ketulusan, Sri
Pannyavaro (2007) menyatakan bahwa di antara pekerjaan luhur yang dilakukan manusia adalah
melayani orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Jika seseorang membantu orang lain dengan
ketulusan atau keikhlasan, maka ia akan mendapat kebahagiaan. Sebaliknya, orang yang tidak
tulus akan lebih banyak merasa gelisah dan khawatir, bahkan kecewa dan menyesal manakala
mendapati kenyataan yang sesuai harapan. Keberadaannya selalu dibutuhkan dan ketiadaannya
selalu dikenang. Tenaga administrasi sekolah sebagai makhluk sosial tidak dapat melepaskan
peranannya sebagai orang yang sosial.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa peranan tenaga


administrasi sekolah adalah sebagai: administrator, personal, dan sosial. Peranan kepalatenaga
administrasi sekolah adalah sebagai: administrator, personal, sosial, dan manajer. Peranan
sebagai administrator memiliki subperanan sebagai: collector, reporter, programmer, calculator,
duplicator, sender, archivist, communicator, technician,  expeditor, waiter, dan caretaker.
Peranan sebagai manajer memiliki subperanan sebagai: planner, organizator, motivator,
coordinator, delegator, problem solver, decision maker, dan evaluator.

2.      Fungsi Tenaga Administrasi Sekolah

Fungsi ialah sekelompok tugas pekerjaan meliputi sejumlah aktivitas yang tergolong pada jenis
yang sama berdasarkan sifat-sifatnya, pelaksanaannya atau karena merupakan suatu urutan
ataupun secara praktis saling tergantung satu sama lain. Fungsi dalam suatu organisasi
dibebankan kepada seseorang petugas atau satuan tertentu sebagai tugas yang harus
dilaksanakan. Tenaga administrasi sebagai pekerjaan pelayanan (service work) yang mempunyai
fungsi memfasilitasi (function facilitating),  untuk membantu pekerjaan-pekerjaan pokok
(substantif) berjalan secara efektif dan efisien. Fungsi administrasi perkantoran adalah fungsi tata
penyelenggaraan terhadap komunikasi dan pelayanan surat menyurat dari suatu organisasi.
Administrasi perkantoran sebagai fungsi yang menyangkut manajemen dan pengarahan semua
tahap operasi perusahaan yang mengenai pengolahan bahan keterangan, komunikasi, dan ingatan
organisasi. Depdiknas (2001) menyatakan bahwa fungsi tenaga administrasi sekolah adalah: (1)
Kepala Tata Usaha/Kepala Subbagian Tata Usaha bertugas membantu kepala sekolah/madrasah
dalam kegiatan administrasi (urusan surat menyurat, ketatausahaan) sekolah/madrasah yang
berkaiatan dengan pembelajaran, (2) Pelaksana urusan kepegawaian bertugas membantu Kepala
Tata Usaha/Kepala Subbagian Tata Usaha dalam kegiatan atau kelancaran kepegawaian baik
pendidik maupun tenaga kependidikan yang bertugas di sekolah/madrasah, (3) Pelaksana urusan
keuangan bertugas membantu Kepala Tata Usaha/Kepala Subbagian Tata Usaha dalam
mengelola keuangan sekolah/ madrasah, (4) Pelaksana urusan perlengkapan/logistik  bertugas
membantu Kepala Tata Usaha/Kepala Subbagian Tata Usaha dalam mengelola
perlengkapan/logistik sekolah/madrasah, (5) Pelaksana sekretariat dan kesiswaan bertugas
membantu Kepala Tata Usaha/Kepala Subbagian Tata Usaha dalam mengelola kesekretariatan
dan kesiswaan, (6) Pengemudi bertugas sebagai sopir, (7) Penjaga sekolah/madrasah bertugas
memelihara dan memperbaiki fasilitas sekolah/madrasah berupa bangunan, kelistrikan, dan
peralatan praktik. Joko Kuncoro (2002) menyatakan bahwa pekerjaan kantor atau tata usaha
memiliki berbagai sebutan lain seperti office work, paper work, dan clerical work diperlukan
oleh semua jenis aktivitas substantif agar dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Pada
dasarnya, pekerjaan tenaga administrasi sekolah merupakan pelayanan yang berfungsi
meringankan (facilitating function) terhadap pencapaian tujuan aktivitas substantif. Setiap
organisasi, apapun bentuk, jenis, corak, dan tujuannya terdiri atas dua pekerjaan yaitu aktivitas
substantif dan pekerjaan kantor. Organisasi sekolah mempunyai aktivitas substantif berupa
pembelajaran dan pekerjaan kantor berupa administrasi sekolah.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi tenagaadministrasi


sekolah adalah memberikan pelayanan prima di bidang administrasi.Pelayanan prima dalam hal
ini mengandung arti sebenarnya dan arti singkatan.Pelayanan prima dalam arti sebenarnya
menurut Anonim (2000) ialah pelayanan yang sesuai atau melebihi standar yang ada.Pelayanan
prima sesungguhnya baru ada, apabila sudah ada standar pelayanan.  Pelayanan prima di sekolah
ialah pelayanan yang sesuai atau melebihi delapan standar pendidikan nasional yaitu:  (1) standar
isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga
kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan,
dan (8) standar penilaian pendidikan. Dengan adanya delapan standar  tersebut berarti S/M dapat
melaksanakan pelayanan prima. PELAYANAN PRIMA dalam arti singkatan adalah: Pantas
(tepat janji dalam Mutu, Biaya, dan Waktunya = BMW), Empati (memahami kebutuhan
konsumen); Langsung (responsif, segera dikerjakan dan tidak berbelit-belit), Akurat (tepat atau
teliti, reliabel); Yakin (kredibiltas, dapat dipercaya), Aman (resiko kecil, keraguan kecil),
Nyaman (menyenangkan dan memuaskan), Alat (lengkap dan modern), Nyata (penampilan
sarana dan parasarana, personil),  Perkataan (sopan santun, bersahabat, mudah berkomunikasi,
mudah dipahami, konsisten dengan tindakan), Rahasia (kerahasiaan pelayanan terjamin),
Informasi (penyuluhan jelas mudah didengar dan dipahami, objektif, valid, reliabel,
komprehensif, lengkap, dan mutakhir); Mudah (kesediaan melayani, mudah dihubungi, mudah
ditemui, mudah disuruh), dan Ahli (dikerjakan oleh orang yang benar-benar kompeten).

Singkatan PELAYANAN PRIMA di atas, sesungguhnya sudah mengandung dimensi pelayanan


prima yaitu: tangible (nyata), reliability (pantas), responsiveness (mudah, kesediaan melayani),
competence (ahli), courtesy (perkataan sopan dan ramah), credibility (yakin), security (aman),
access (mudah), communication (informasi), dan understanding (empati). Perbedaannya hanya
terletak pada urutannya saja. 

3.      Mengefektifkan Peran dan Fungsi Tenaga Administrasi Sekolah

Efisien (daya guna) ialah proses penghematan sumber daya dengan cara melakukan pekerjaan
dengan benar  (do things right), sedangkan efektif (hasil guna) ialah tingkat keberhasilan
pencapaian tujuan dengan cara  melakukan pekerjaan yang benar  (do the  right things). Efektif
secara kuantitatif adalah perbandingan antara hasil yang diperoleh dibagi dengan target yang
harus dicapai, sedangkan efektivitas secara kualitatif adalah tingkat kepuasan yang diperoleh.
Keefektifan dapat dilihat dari tiga perspektif yaitu: (1)  individual (input), kelompok (proses),
dan (3) organisasi. Keefektifan individual ditentukan oleh sikap, keterampilan, pengetahuan,
motivasi, dan stres.   Keefektifan kelompok ditentukan oleh kekompakan (cohesiveness),
kepemimpinan, struktur, status, peranan-peanan, dan norma-norma.Keefektifan organisasi
ditentukan oleh lingkungan, teknologi, pilihan strategik, struktur, proses, dan budaya.

Mengenai kualitas kepribadian yang penting adalah kegairahan, ketulusan, kebijaksanaan,  dan
pengendalian diri. Tetapi kualitas terpenting adalah kepemimpinan yakni kemampuan
membangkitkan gairah, memberikan inspirasi, dan membimbing semua pegawai. Dengan
kepemimpinan, manajer perkantoran dapat menghasilkan yang terbaik dari stafnya, dapat
membuat staf bekerja sama sebagai sebuah kelompok yang terpadu.

Sedangkan mekanisme pelatihan di dalam kelas menggunakan model TIMS (Training In


Management Skills). Untuk menerapkan model TIMS ada sepuluh langkah yang harus dilakukan
yaitu: (1) menilai diri sendiri; (2) mempelajari konsep-konsep keterampilan; (3) mengecek
konsep pembelajaran; (4) mengidentifikasi perilaku-perilaku yang akan diterampilkan; (5)
memperagakan keterampilan dalam sebuah latihan mendemonstrasikan; (6) mempraktikkan
keterampilan dalam latihan-latihan kelompok; (7) menilai tingkat kompetensi keterampilan
dalam bentuk daftar isian kesimpulan; (8) tanya jawab untuk mendukung penggunaan
keterampilan; (9) memperbanyak latihan agar semakin terampil; (10) membuat perencanaan
tindakan (action planning) mengembangkan keterampilan secara berkelanjutan.

Mata pelatihan untuk mengefektifkan peranan tenaga administrasi sekolah sebagai personal


antara lain adalah: (1) mengenal diri sendiri (Who am I?), (2) pengembangan diri (termasuk
memotivasi diri sendiri), (2) pengendalian diri, (3) berpikir positif, (4) bertindak asertif, (5)
manajemen stres, dan (7) manajemen waktu. Mata pelatihan untuk mengefektifkan
peranan tenaga adminitrasi sekolah sebagai sosial antara lain adalah: (1) memahami manusia, (2)
teknik komunikasi efektif, (3) pengelolaan konflik, dan (4) kerja tim. Mata pelatihan untuk
mengefektifkan peranan tenaga administrasi sekolah sebagai administrator antara lain adalah
aplikasi program komputer untuk: (1)  administrasi persuratan dan kearsipan (kesekretariatan),
(2) administrasi pendidik dan tenaga kependidikan dan standarnya, (3) administrasi keuangan
(termasuk RAPBS dan perpajakan) dan standarnya, (4) administrasi isi dan standarnya, (5)
administrasi proses dan standarnya, (6) administrasi kesiswaan, (7) standar kompetensi lulusan,
(8) administrasi sarana dan prasarana dan standarnya, (9) administrasi kehumasan dan kerjasama,
(10)  administrasi standar pengelolaan (termasuk implementasi manajemen berbasis sekolah) dan
standarnya, (11) administrasi standar penilaian pendidikan, dan (12) administrasi unit produksi
sekolah (untuk SMK/MAK). Aplikasi program komputer untuk delapan standar pendidikan
nasional dirancang  sedemikan rupa sehingga pihak-pihak yang berkepentingan dapat
mengetahui standar yang sudah dan belum dipenuhi sekolah secara cepat, akurat, tepat, dan
hemat.

Mata pelatihan untuk mengefektifkan peranan kepalatenaga administrasi sekolah sebagai


manajer antara lain adalah: (1) perencanaan program ketatausahaan, (2) teknik berorganisasi, (3)
teknik memotivasi staf, (3) teknik koordinasi, (4) teknik memimpin staf (tim), (5) teknik
delegasi, (6) teknik pemecahan masalah dan pengambilan keputusan administratif, (7)
manajemen mutu berbasis sekolah, dan (8) teknik menilai kinerja staf (Hunsaker, 2002). Mata
pelatihan untuk mengefektifkan fungsi tenaga administrasi sekolah adalah pelayanan prima yang
meliputi: (1) konsep pelayanan prima, (2) perilaku pelayanan prima, dan (3) pengembangan
kepribadian pelayanan.

G.    Laboran

Laboran adalah petugas non guru yang membantu guru untuk  melaksanakan kegiatan
praktikum/peragaan (meliputi penyiapan bahan, membantu pelaksanaan praktikum serta
mengemasi/ membersihkan bahan dan alat setelah praktikum). Selain itu, Laboran adalah teknisi
yang membantu guru dalam melaksanakan KBM yang berupa peragaan atau praktikum.

Adapun tugas pokok laboran adalah:

  Pengaturan jadual praktikum (bersama tim kurikulum sekolah) dan pendaftaran praktikum
(untuk siswa).

  Bertanggung jawab dalam penyusunan dan pengadaan bahan dan peralatan (bukan alat
utama), termasuk merawat dan perbaikan alat.

  Mempersiapkan bahan dan alat praktikum sebelum praktikum dijalankan

  Presensi/absensi siswa dan mengawasi jalannya praktikum dan memberi layanan keperluan
praktikum

  Mengemasi, membersihkan dan menata peralatan praktikum setelah praktikum selesai

  Tugas tambahan: mengumpulkan laporan praktikun dan menyerahkan ke guru yang


bersangkutan.

Berdasarkan jenjang pendidikannya, mata pelajaran yang memerlukan laboran dalam


praktikumnya: di tingkat SD/MI seperti IPA, Matematika, Olahraga, Kesenian, IPS; tingkat
SMP/MTs dan SMA/MA seperti Fisika, Biologi, Matematika, Olahraga, Kesenian, Bahasa, dan
Komputer.

Kondisi umum pelaksanaan praktikum di sekolah berdasarkan jenjang pendidikannya

1.      Untuk tingkat SD
a.       Pada umumnya hanya berupa peragaan dan siswa tidak aktif dalam mengerjakan sesuatu
kegiatan praktikum. Alat peraga dapat dimainkan oleh siswa, misalnya timbangan, garpu tala,
kompas, alat musik, dll

b.      Bahan dan alat peraga dipersiapkan oleh guru yang bersangkutan

c.       Praktikum merupakan satu kesatuan dengan pengajaran, tidak ada acara/waktu praktikum
khusus

d.      Tidak ada laboratorium, alat peraga dititipkan di ruang-ruang kelas/auditorium/ruang rapat.

e.       Bahan dipersiapkan oleh guru yang bersangkutan, bila memerlukan bantuan tenaga
diambilkan dari tenaga administrasi sekolah.

2.      Untuk tingkat SMP

  Telah ada kegiatan praktikum di samping peragaan alat

  Bahan dan alat dipersiapkan secara bersama oleh laboran dan guru terkait

  Sekolah hanya punya 1 atau 2 orang laboran, terjadi perangkapan kerja

  Ruang laboratorium bersifat multiguna untuk keperluan beberapa kegiatan


peragaan/praktikum

   Praktikum dikerjakan secara terpisah dari pengajaran tapi ada yang memasukkan jadualnya
pada jam pelajaran, ada juga yang di luar jam pelajaran (sore).

  Laboran tidak hadir/aktif dalam pelaksanan praktik

  Tidak ada tenaga laboran, sehingga tenaga administrasi yang diperbantukan/ diperankan
sebagai laboran

  Petugas laboran tidak intensif mengingat harus melayani berbagai kegiatan praktikum pada
berbagai tingkat kelas dan kelas paralel

3.      Untuk tingkat SMA

  Masing-masing mata pelajaran yang memerlukan praktikum telah punya laboratorium dan
laboran

  Bahan dan alat dipersiapkan oleh laboran

   Praktikum dikerjakan secara terpisah dari pengajaran, dikerjakan pada sore hari

  Laboran aktif dalam pelaksanaan praktikum


  Pada laboratorium komputer, laboran merangkap sebagai teknisi, bahkan juga aktif dalam
proses pembelajaran.

Tugas dan tanggungjawab seorang laboran sangat besar dan memiliki andil yang cukup
signifikan dalam menunjang kelancaran dan efektifitas pembelajaran disekolah.Sehingga seorang
laboran dituntut untuk memiliki kompetensi yang berkualitas agar mampu menunjang tugas dan
tanggungjawabnya.Namun realitasnya dilapangan, kekurangan tenaga ahli sebagai laboran yang
dilibatkan disekolah-sekolah menyebabkan tenaga laboran terkesan asal-asalan dalam
rekruitmennya. Adapun kondisi umum kompetensi yang ada disekolah-sekolah kaitannya dengan
laboran sebagai berikut:

  Belum ada peraturan/pengaturan khusus tentang laboran

  Belum ada pendidikan khusus sebagai laboran pada lab tertentu.

  Rekruitmen biasanya dari tamatan SMA IPA yang umumnya PTT/Honorer, bukan PNS,
kecuali PNS administrasi yang difungsikan sebagai laboran

  Di SMU, laboran telah ada yang pernah mengikuti kursus khusus laboran/teknisi spesifik
laboratorium, tidak ada di SD maupun di SLTP

  Hubungan yang erat dengan tenaga pengajar, menyebabkan secara teknis laboran mahir
dalam tugasnya, meskipun tidak dicukupi oleh scientific backgroundnya. ”bisa karena biasa”

  Tidak ada tunjangan khusus laboran, seperti halnya tunjangan petugas perpustakaan.

  Tunjangan berasal dari dana Komite dan/atau block grand.

   Ada yang mengusulkan insentif dari Dinas/Pemda tapi diatas-namakan sebagai tenaga
administrasi dan berupa leburan (di luar jam kerja). HR + tunjangan bulanan ada yang masih
berada di bawah UMR regional.

   Untuk SMU tugas laboran cukup full time sehingga sangat perlu diperhatikan


tunjangannya. Pemda DIY pernah merencanakan tunjangan khusus laboran yang hingga kini
belum terealisasi.

Dari kenyataan di atas, maka sudah selayaknya ada peningkatan kompetensi untuk seorang
laboran serta dibuatnya sistem yang baik dalam pendidikan nasional kita berkaitan dengan
keberadaan tenaga laboran ini.Adapun hal yang mesti dilakukan oleh pemerintah dan institusi
sekolah berkaitan dengan peningkatan mutu laboran adalah sebagai berikut.

a.        Perancangan Kompetensi Laboran; (Menguasai ilmu dasarnya. Menguasai teknis


pelaksanaan praktikum)

b.      Pengalihan status menjadi PNS bagi sekolah negeri


c.       Peningkatan karier melalui pendidikan, terutama bagi tenaga honorer muda yang masih
berpeluang menjadi PNS (umur?).Training juga dapat dilaksanakan dengan progam yang jelas
dan terarah

d.      Pembuatan sekolah laboran, setara D3  secara regional oleh PT eks. IKIP?. Mewajibkan
laboran yang ada mengikuti kuliah lanjutan tersebut (bagi laboran tamatan SLTA dan berpotensi
untuk diangkat menjadi PNS)

e.       Rekruitmen baru minimal berasal dari D3 khusus laboran tersebut

f.       Target: Laboran sebagai teknisi yang menguasai bidangnya dan dapat ditingkatkan menjadi
asisten guru (aktif dalam pelaksanaan kegiatan praktikum).

H.   Pustakawan

1.      Pembelajaran yang Berkualitas

  Menfasilitasi terjadinya belajar pada peserta didik, hasil belajar belajar optimal sesuai dengan
potensinya

  Bentuk fasilitasi adalah penyediaan sumber belajar

  Sumber belajar terdiri atas:

o   Tenaga Pendidik

o   Media: Cetak, Audio, Audio visul, Komputer

o   Lingkungan

2.      Peran Pustakawan

a.       Menfasilitasi dalam penyediaan sumber belajar bagi:Peserta


didik, PendidikTenaga, Kependidikan,Masyarakat.

3.      Masalah Pustakawan

a.       Sebagin besar sekolah belum memiliki perpustakaan yang memadai

b.      Perpustakaan belum difungsikan sebagai penyedia sumber belajar

c.       Isi buku-buku wajib dan penunjang belum sesuai kebutuhan belajar

d.      Luas ruang, meja, kursi untuk membaca juga belum sebanding dengan jumlah siswa,
pendidik, dan tenaga kependidikan yang ada di sekolah.
4.      Harapan

a.       Perpustakawan berfungsi sebagai “School Learning Center”

b.      Pustakawan sebagai fasilitator terbentuknya “budaya belajar” di sekolah.

c.       Pustakawan sebagai tenaga fungsional yang profesional di sekolah

d.      Pustakawan sebagai Mitra Sejajar Guru dalam pengelolaan PBM yang bermutu

e.       Memberikan masukan kepada Guru dan Siswa untuk Peningkatan Mutu Pembelajaran

5.      Tugas Pustakawan

a.       Meningkatkan kemampuan pengelola perpustakaan, termasuk perpustakaan yang berada di


satuan pendidikan

b.      Meningkatan diversifikasi fungsi perpustakaan untuk mewujudkan perpustakaan sebagai


tempat yang menarik, terutama bagi anak dan remaja, untuk belajar dan mengembangkan
kreativitas

c.       Pemberdayaan tenaga pelayan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar (PSB) dengan
mengembangkan jabatan fungsional pustakawan.

6.      Program Kerja Perpustakaan

a.       Pengadaan

  Mengajukan anggaran perpustakaan

  Menerima usulan pengajuan koleksi

  Menyeleksi koleksi yang akan dibeli

  Hunting buku atau mengunjungi toko buku

  Membeli dan menginventarisir koleksi

b.       Pengolahan

  Membuat klasifikasi, katalogisasi, pelabelan dan stempel kepemilikan, pemberian atribut,


serta penyampulan buku dll.

  Memasukkan data entri ke komputer

  Edit data entri

c.       Pemeliharaan dan Perawatan


  Pembundelan majalah

  Weeding dan perbaikan buku rusak

  Selfing (pengaturan dan pernyimpanan buku di rak)

  Pembersihan rak dan buku dari debu.

  Stock Opname dan penghapusan

d.      Sirkulasi

  Melayani peminjaman dan pengembalian

  Melayani administrasi pendaftaran anggota

  Membuat tagihan buku terlambat ke setiap unit

e.        Penelusuran Informasi

  Menyediakan sarana penelusuran berupa katalog, bibliografi dan abstrak

  Membantu pengguna cara menggunakan sarana penelusuran informasi

f.       Kesiagaan Informasi

  Menginformasikan bahan pustaka terbaru

  Menyebarkan bibliografi koleksi terbaru

g.      Terbitan Berser

  Menginventarisir koleksi terbitan berseri

  Membuat kliping

h.      Pengembangan Perpustakaan

  Mengembangkan perpustakaan melalui survei dll.

  Mengadakan Program :

1.      Kuis Bulanan

2.      Pemilihan Ratu dan Raja Buku

3.      Storytelling

4.      Gerakan Wakaf Buku


5.      Pendidikan Pengguna (Diklat MOS & PPM serta ke kelas)

6.       Bedah Buku/Jumpa Penulis atau Seminar

7.      Mengikuti Seminar/ Pelatihan

  Mengeluarkan surat keterangan bebas pustaka/pinjam

  Lokakarya, Stock opname dan Evaluasi

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa hakikat seorang pendidik kaitannya
dalam pendidikan Islam adalah mendidik dan sekaligus di dalamnya mengajar sesuai dengan
keilmuwan yang dimilikinya. Secara umumnya pendidik adalah orang yang memiliki
tanggungjawab mendidik. Bila dipersempit pengertian pendidik adalah guru yang dalam hal ini
di suatu lembaga sekolah. Sedangkan pengajar adalah pendidik yang baik. Adapun hakekat
pendidik adalah Allah SWT yang mengajarkan ilmu kepada manusia dan manusia pula yang
mempunyai sebuah kewajiban baginya untuk mentransferkan ilmu itu kepada orang lain demi
kemaslahatan ummat, hakekat peserta didik merupakan individu yang akan dipenuhi kebutuhan 
ilmu pengetahuan, sikap dan tingkah lakunya, karena peserta didik adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran.

Tugas dan peran pendidik sangat berkaitan dan tak tidak dapat dipisahkan, tugas pendidik adalah
membantu peserta didik agar mampu melakukan adaptasi terhadap diri dan berbagai tantangan
kehidupannya, sedangkan  peran pendidik adalah sebagai pemimpin dan pelaksana pendidikan
dalam suatu masyarakat dan sekaligus sebagai anggota masyarakat, sehingga dengan demikian
dituntut guru atau pendidik dalam meningkatkan tugas dan perannya.
Tenaga kependidikan lainnya merupakan salah satu elemen yang keberadaannya sangat penting
bagi peningkatan mutu pembelajaran di sekolah, karena tugas, fungsi dan peranan mereka sangat
menunjang bagi kelancaran proses pembelajaran di sekolah. Kepala satua pendidikan dan
pendidik memiliki tugas pokok dan fungsi tersendiri yang cukup banyak, sehingga jika dua
elemen ini pun harus terlibat penuh dalam masalah tata usaha, laboratorium dan perpustakaan,
maka waktu, tenaga dan pikiran mereka akan tersita dan habis, padahal mereka punya tupoksi
tersendiri yang sangat penting bagi proses pembelajaran. Oleh karena itu, maka keberadaan
tenaga administrasi, tenaga laboran, dan tenaga kepustakaan di sekolah-sekolah saat ini sudah
menjadi kebutuhan pokok yang tidak bisa dianggap sepele lagi. Namun yang mesti diperhatikan
adalah kompetensi mereka yang mengisi posisi tersebut, agar peran, tugas dan fungsinya bisa
berjalan sebaik mungkin dan membantu kelancaran proses pembelajaran di sekolah.

Peranan ialah kedudukan dan jabatan di S/M. Di S/M, ada yang berperan sebagai Kepala S/M,
guru, siswa, dan tenaga kependidikan termasuk TAS/M. Semua peranan sama pentingnya dan
saling mendukung untuk mencapai tujuan S/M. Peranan memiliki sejumlah harapan terutama
kewajiban, tanggung jawab, dan hak. Peranan kadang-kadang berkonflik dengan
kepribadian. Peranan TAS/M adalah sebagai: administrator, personal, dan sosial. Peranan Kepala
TAS/M adalah sebagai administrator, personal, dan sosial, dan manajer.  Peranan sebagai
administrator memiliki subperanan sebagai collector, reporter,  programmer, duplicator,
calculator, sender, archivist, communicator, technician,  expeditor, waiter, dan caretaker.  
Peranan sebagai manajer memiliki subperanan sebagai: planner, organizator, motivator,
coordinator, delegator, problem solver, decision maker, dan evaluator. Fungsi ialah sekelompok
tugas pekerjaan meliputi sejumlah aktivitas yang tergolong pada jenis yang sama berdasarkan
sifat-sifatnya, pelaksanaannya atau urutan.  Fungsi dalam suatu organisasi dibebankan kepada
seseorang petugas atau satuan tertentu  yang harus dilaksanakan. Fungsi TAS/M adalah
pelayanan prima di bidang administrasi baik dalam arti sebenarnya maupun singkatan. Salah satu
cara untuk mengefektifkan peranan dan fungsi TAS/M ialah dengan mengadakan pelatihan
manajerial TAS/M berbasis kompetensi dengan langkah dari analisis kebutuhan pelatihan sampai
laporan pelaksanaan pelatihan. Mata pelatihan untuk mengefektifkan peranan sosial adalah: (1)
memahami manusia, (2) teknik komunikasi efektif, (3) pengelolaan konflik, dan (4) kerja tim.
Mata pelatihan untuk mengefektifkan peranan administrator adalah aplikasi program komputer
untuk administrasi sekolah dan delapan SPN. Mata pelatihan untuk mengefektifkan peranan
manajer adalah: (1) perencanaan program ketatausahaan, (2) teknik berorganisasi, (3) teknik
memotivasi staf, (3) teknik koordinasi, (4) kepemimpinan tim, (5) teknik delegasi, (6) teknik
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan administratif, (7) manajemen mutu berbasis
sekolah, dan (8) teknik menilai kinerja staf. Mata pelatihan untuk mengefektifkan fungsi
pelayanan prima adalah pelayanan prima

Sedangkan berkaitan dengan tenaga laboran yang mesti diperhatikan adalah hal-hal sebagai
berikut ini;

  Laboran masuk dalam komponen pokok dari KBM


  Laboran minimal setingkat dengan tenaga administrasi, tidak dapat digantikan oleh tenaga
administrasi, dengan jenjang pendidikan D3 dan mempunyai jabatan fungsional atau bahkan
struktural

  Di SD diperlukan laboran yang bertugas di satu laboratorium/gudang penyimpanan berbagai


sarana peraga untuk kepentingan peragaan.

  Di SLTP minimal ada 3 laboran (Fisika, Biologi, dan Kimia) serta 1 teknisi computer

  Di SMU ada 7 laboran + 1 kepala/koordinator laboran.

  Diperlukan pendidikan khusus laboran setara D3 yang kurikulumnya disusun khusus


sehingga mencakup masing-masing kompetensi labnya. (Kimia, Fisika, matematika, Biologi,
Bahasa, Kesenian, Komputer

BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI PENGELOLAAN TENAGA PENDIDIK DAN


KEPENDIDIKAN A. Definisi Tenaga Pendidik dan Kependidikan Menurut Undang-Undang No
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 5 dan 6 yang dimaksud dengan
tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan. Tenaga Kependidikan lainnya ialah orang yang berpartisipasi
dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, walaupun secara tidak langsung
terlibat dalam proses pendidikan, diantaranya: 1. Wakil-wakil/Kepala urusan umumnya pendidik
yang mempunyai tugas tambahan dalam bidang yang khusus, untuk membantu Kepala Satuan
Pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan pada institusi tersebut. Contoh: Kepala Urusan
Kurikulum. 2. Tata usaha, adalah Tenaga Kependidikan yang bertugas dalam bidang administrasi
instansi tersebut. Bidang administrasi yang dikelola diantaranya; Administrasi surat menyurat
dan pengarsipan, Administrasi Kepegawaian, Administrasi Peserta Didik, Administrasi
Keuangan, Administrasi Inventaris dan lain-lain. 3. Laboran, adalah petugas khusus yang
bertanggung jawab terhadap alat dan bahan di Laboratorium. 4. Pustakawan, Pelatih
ekstrakurikuler, Petugas keamanan (penjaga sekolah), Petugas kebersihan, dan lainnya. Pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi. (UU No.20 THN 2003, PASAL 39 (2))

6. 1. Tenaga Kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya,
serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. (UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 2.
Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
menunjang penyelenggaraan pendidikan. (UU No. 20 tahun 2003 psl 1, BAB 1  Ketentuan
umum) 3. Merupakan tenaga yang bertugas merencanakan dan melaksanakan administrasi,
pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan. (UU No.20 THN 2003, PASAL 39 (1). B. Definisi
Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan Dalam organisasi pendidikan tenaga pendidik
dan kependidikan ini merupakan sumber daya manusia potensial yang turut berperan dalam
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan adalah
aktivitas yang harus dilakukan mulai dari tenaga pendidik dan kependidikan itu masuk ke dalam
organisasi pendidikan sampai akhirnya berhenti melalui proses perencanaan SDM, perekrutan,
seleksi, penempatan, pemberian kompensasi, penghargaan, pendidikan dan latihan atau
pengembangan dan pemberhentian. 2.2. TUJUAN PENGELOLAAN TENAGA
KEPENDIDIKAN Tenaga pendidik dibawah Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan
Kependidikan memiliki wewenang untuk mengatur, mengelola tenaga pendidik dan
kependidikan. Berdasarkan (Permendiknas No. 08 Tahun 2005) Tugas Ditjen PMPTK
mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan standarisasi teknis dibidang
peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan non formal.

7. Fungsi Ditjen PMPTK : 1. Penyiapan perumusan kebijakan Departemen di bidang


peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan 2. Pelaksanaan kebijakan di bidang
peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan 3. Penyusunan standar, norma, pedoman,
kriteria, dan prosedur di bidang peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan 4.
Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan mutu, pendidik dan tenaga
kependidikan 5. Pelaksanaan urusan administrasi Direktorak Jendral Kesimpulan bahwa tujuan
pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan secara umum adalah : 1. Memungkinkan
organisasi mendapatkan dan mempertahankan tenaga kerja yang cakap, dapat dipercaya dan
memiliki motivasi tinggi 2. Meningkatkan dan memperbaiki kapasitas yang dimiliki oleh
karyawan 3. Mengembangkan sistem kerja dengan kinerja tinggi yang meliputi prosedur
perekrutan dan seleksi yang ketat, sistem kompensasi dan insentif yang disesuaikan dengan
kinerja, pengembangan pengelolaan serta aktivitas pelatihan yang terkait dengan kebutuhan
organisasi dan individu 4. Mengembangkan praktik pengelolaan dengan komitmen tinggi yang
menyadari bahwa tenaga pendidik dan kependidikan merupakan stack holder internal yang
berharga serta membantu mengembangkan iklim kerja sama dan kepercayaan bersama 5.
Menciptakan iklim kerja yang harmonis., 2.3. TUGAS DAN FUNGSI TENAGA
KEPENDIDIKAN Tugas dan Fungsi Tenaga Pendidik Dan Kependidikan Berdasarkan Undang-
Undang No 20 Tahun 2003 Pasal 39: (1) Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan
administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang
proses pendidikan pada satuan pendidikan.
8. (2) Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi. Secara khusus tugas dan fungsi tenaga pendidik (guru dan dosen) didasarkan
pada Undang-Undang No 14 Tahun 2007, yaitu sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan
mutu pendidikan nasional, pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta pengabdi
kepada masyarakat. Dalam pasal 6 disebutkan bahwa: Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga
profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. Tenaga pendidik dan kependidikan pun mempunyai hak dan kewajiban
dalam melaksanakan tugas yaitu : Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh: 1.
Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial. 2. Penghargaan sesuai prestasinya. 3. Pembinaan
karier sesuai dengan pengembangan kualitas. 4. Perlindungan hukum. 5. Kesempatan untuk
memperoleh sarana, prasarana dan fasilitas pendidikan Pendidik dan tenaga kependidikan
berkewajiban : 1. Menciptakan suasana pendidikan yang sesuai. 2. Mempunyai komitmen secara
professional 3. Memberi teladan dan nama baik lembaga, profesi dan kedudukan.

9. Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003
menjelaskan bahwa tugas tenaga kependidikan itu adalah melaksanakan administrasi,
pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan. Jabatan Deskripsi Tugas Kepala Sekolah Bertanggung jawab
atas keseluruhan kegiatan penyelenggaraan pendidikan di sekolahnya baik ke dalam maupun ke
luar yakni dengan melaksanakan segala kebijaksanaan, peraturan dan ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan oleh lembaga yang lebih tinggi. Wakil Kepala Sekolah (Urusan Kurikulum)
Bertanggung jawab membantu Kepala Sekolah dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang
berkaitan langsung dengan pelaksanaan kurikulum dan proses belajar mengajar Wakil Kepala
Sekolah (Urusan Kesiswaan) Bertanggung jawab membantu Kepala Sekolah dalam
penyelenggaraan kegiatan kesiswaan dan ekstrakurikuler Wakil Kepala Sekolah (Urusan Sarana
dan Prasarana) Bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan inventaris pendayagunaan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana serta keuangan sekolah Wakil Kepala Sekolah (Urusan
Pelayanan Khusus) Bertanggung jawab membantu Kepala Sekolah dalam penyelenggaraan
pelayanan-pelayanan khusus, seperti hubungan masyarakat, bimbingan dan penyuluhan, usaha
kesehatan sekolah dan perpustakaan sekolah. Pengembang Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Bertanggung jawab atas penyelenggaraan program- program pengembangan kurikulum dan
pengembangan alat bantu pengajaran

10. Pengembang Tes Bertanggung jawab atas penyelenggaraan program- program


pengembangan alat pengukuran dan evaluasi kegiatan-kegiatan belajar dan kepribadian peserta
didik Pustakawan Bertanggung jawab atas penyelenggaraan program kegiatan pengelolaan
perpustakaan sekolah Laboran Bertanggung jawab atas penyelenggaraan program kegiatan
pengelolaan laboratorium di sekolah Teknisi Sumber Belajar Bertanggung jawab atas
pengelolaan dan pemberian bantuan teknis sumber-sember belajar bagi kepentingan belajar
peserta didik dan pengajaran guru Pelatih Bertanggung jawab atas penyelenggaraan program-
program kegiatan latihan seperti olahraga, kesenian, keterampilan yang diselenggarakan Petugas
Tata Usaha Bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan- kegiatan dan pelayanan
administratif atau teknis operasional pendidikan di sekolah Tabel 1. Jabatan dan Deskripsi
Jabatan Tenaga Kependidikan di Sekolah 2.4. JENIS-JENIS TENAGA KEPENDIDIKAN A.
Jenis-jenis Tenaga Kependidikan Dilihat dari jabatannya Dilihat dari jabatannya, tenaga
kependidikan dibedakan menjadi tenaga struktural, tenaga fungsional dan tenaga teknis
penyelenggara pendidikan. Tenaga struktural merupakan tenaga kependidikan yang menempati
jabatan-jabatan eksekutif umum (pimpinan) yang bertanggung jawab baik langsung maupun
tidak langsung atas satuan pendidikan. Tenaga fungsional merupakan tenaga kependidikan yang
menempati jabatan fungsional yaitu jabatan yang dalam pelaksanaan pekerjaannya
mengandalkan keahlian akademis kependidikan. Sedangkan Tenaga teknis kependidikan
merupakan tenaga kependidikan yang dalam pelaksanaan pekerjaannya lebih dituntut kecakapan
teknis operasional atau teknis administratif.

11. Tenaga kependidikan merupakan hasil analisis jabatan yang dibutuhkan oleh suatu sekolah
atau satuan organisasi yang lebih luas. Sejalan dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang
pemerintahan daerah dan PP No.25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi sebagai daerah otonom, maka jenis-jenis tenaga kependidikan dapat
bervariasi sesuai kebutuhan organisasi yang bersangkutan. B. Jenis-Jenis Tenaga Kependidikan
Dilihat dari Jenisnya Tenaga Kependidikan Tenaga kependidikan merupakan seluruh komponen
yang terdapat dalam instansi atau lembaga pendidikan yang tidak hanya mencakup guru saja
melainkan keseluruhan yang berpartisipasi dalam pendidikan (mencakup lembaga edukatif dan
administrative). Dilihat dari jenisnya tenaga kependidikan terdiri atas : 1. Tenaga kependidikan
adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelanggaraan pendidikan. Tenaga kependidikan terdiri atas tenaga pendidik, pengelola satuan
pendidikan, penilik, pengawas, peneliti, dan pengembang dalam bidang pendidikan, pustakawan,
laboran, teknisi sumber belajar dan penguji. Pengelola satuan pendidikan bertugas dan mengelola
satuan pendidikan pada pendidikan formal dan non formal. Penilik satuan pendidikan bertugas
dan bertanggungjawab melakukan pembinaan, pembimbingan dan penilaian pada satuan
pendidikan. Pengawas bertugas dan bertanggungjawab dalam melakukan pengawasan
pendidikan terhadap pendidik atau penyelenggara satuan pendidikan taman kanak-kanak, dasar,
dan menengah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan teknis pendidikan. Pustakawan
bertugas melaksanakan pengelolaan sumber belajar di perpustakaan. Laboran bertugas
melaksankan pengelolaan sumber belajar di laboratorium. Teknisi bertugas merawat,
memperbaiki sarana dan prasarana pembelajaran pada satuan pendidikan. 2. Tenaga pendidik
adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
tutor, instruktur, fasilitator dsb yang sesuai dengan kekhususannya dan berpasrtisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.
12. 3. Pengelola satuan pendidikan terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua, rektor, pimpinan
satuan pendidikan di luar sekolah. Termasuk pengelola sistem pendidikan seperti kepala kantor
dinas pendidikan di tingkat provinsi atau kabupaten/kota. Jadi, secara umum tenaga
kependidikan dapat dibedakan menjadi empat kategori yaitu: 1. Tenaga pendidik Terdiri atas
pembimbing, penguji, pengajar, dan pelatih. 2. Tenaga fungsional kependidikaN. Terdiri atas
penilik, pengawas, peneliti, dan pengembang di bidang pendidikan dan pustakawan. 3. Tenaga
teknis kependidikan Terdiri atas laboran dan teknisi sumber belajar. 4. Tenaga pengelola satuan
pendidikan Terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua, rektor, dan pemimpin satuan pendidikan
luar sekolah C. Sedangkan apabila dilihat dari statusnya, tenaga kependidikan terdiri atas : 1)
Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah salah satu jenis Kepegawaian
Negeri di samping anggota TNI dan Anggota POLRI (UU No 43 Th 1999). Pengertian Pegawai
Negeri adalah warga negara RI yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh
pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara
lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 1 ayat 1 UU
43/1999). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep profesionalisme Pegawai
Negeri Sipil harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Menguasai pengetahuan dibidangnya
selalu berusaha dengan sungguh sungguh untuk mem-perdalam pengetahuannya dengan tujuan
agar dapat melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasil guna.

13. b. Komitmen pada kualitas c. Dedikasi d. Keinginan untuk membantu 2) Guru tidak tetap a)
GTT (Guru Tidak Tetap) Sekolah Negeri adalah istilah yang lazim “dicapkan” atau disebut oleh
pihak sekolah untuk guru yang: 1. Diangkat berdasarkan kebutuhan pada satuan pendidikan
(sekolah) dengan disetujui kepala sekolah. 2. Kewenangan bertumpu kepada kepala sekolah, baik
pengangkatan juga pemberhentian. 3. Menandatangani kontak kerja selama jangka waktu
tertentu, setahun atau lebih sesuai dengan kebutuhan sekolah. 4. (4)Dibiayai atau digaji
berdasarkan sumbangan dari masyarakat dan tunjangan fungsional Rp.200.00/bulan, khusus yang
memenuhi kuota 24 jam dengan berbagai pertimbangan, baik itu jam mengajar dari beberapa
sekolah, sebagai wali kelas, pembina ekskul, tim IT sekolah, staff, dan jabatan lainnya dalam
koridor pendidikan. 5. (5)Tunjangan fungsional adalah “jasa baik” Pemda, walaupun legal, akan
tetapi tidak masuk dalam kategori dari “pembiayaan APBD”. 6. (6)GTT adalah guru yang tidak
masuk anggaran APBN dan APBD. b) GTT adalah bukan Guru PTT (Pegawai Tidak Tetap)
yang seringkali disama artikan atau tersamarkan sebagai guru honor. Dalam terminologi legal
yang berlaku di beberapa anggota DPR, surat kabar, dan Pemda, guru honor untuk menyebut
Guru PTT. Dalam arti demikian, sekali lagi, GTT bukan Guru PTT. c) GTT sampai hari ini,
belum memiliki payung hukum, baik dalam provinsi maupun nasional. Sehingga, pihak-pihak
yang miskin hati nuraninya, dapat dengan mudah menyingkirkan GTT disatuan pendidikan, baik
itu di sekolah negeri ataupun swasta. Namun, GTT yang berani dan cerdas, akan bergabung ke
SGJ (Serikat Guru Jakarta) atau organisasi guru lainnya yang legal sebagai forum untuk berjuang
demi
14. pengakuan legal serta faktual. SGJ bahkan pernah dan tak akan berhenti membela GTT yang
diberhentikan secara semena-mena, apalagi diluar ketentuan yang berlaku. d) GTT memiliki gaji
yang kecil bila dibandingkan dengan PNS, yang secara jelas memiliki tanggungjawab sama.
Kenyataan ini, seringkali memunculkan kecemburuan yang rasional dan realistis. Pemegang
kebijakan, provinsi dan nasional, sedang mengusahakan perbaikan gaji, karena mereka
menyadarinya. Semoga bukan karena tekanan yang selama kurang lebih 3 tahun ini dilakukan
oleh SGJ. e) GTT termasuk guru yang kurang peduli, dan kurang semangat dalam menyuarakan
kepentingan mereka, kecuali kalau sudah terancam, baik itu diberhentikan, dikurangi jam
mengajar, atau dipersilahkan untuk keluar dari sekolah negeri. Maka, GTT harus bersatu,
kompak. 3) Guru bantu Guru Non PNS yang berkedudukan sebagai pegawai Departemen
Pendidikan Nasional Pusat, ditugaskan secara penuh di sekolah dan pengangkatannya dilakukan
melaui program pengadaan guru bantu, berdasarkan kontrak kerja selama 3 tahun. Masing-
masing guru bantu mendapat upah sebesar Rp. 460.000,00 yang diambil dari APBN. 4) Tenaga
sukarela Merupakan tenaga kependidikan nonguru yang memiliki honor yang relative kecil. Di
tingkat sekolah menengah, pengelolaan secara admisintratif, personel (kepegawaian) ada pada
urusan tata usaha atas wewenang yang diberikan oleh kepala sekolah, sedang di sekolah dasar,
semua urusan dipegang oleh kepala sekolah.

15. 2.5. DIMENSI PENGELOLAAN TENAGA KEPENDIDIKAN A. Perencanaan Tenaga


Kependidikan Perencanaan tenaga kependidikan merupakan suatu proses yang sistematis dan
rasional untuk memberikan jaminan bahwa penetapan jumlah dan kualitas tenaga kependidikan
dalam berbagai formasi dan dalam jangka waktu tertentu benar-benar representatif dapat
menuntaskan tugas-tugas organisasi pendidikan. Beberapa metode untuk melakukan perencanaan
kebutuhan tenaga kependidikan, misalnya: 1) Expert estimate yaitu prediksi yang dilakukan oleh
para ahli karena para ahli ini dianggap lebih memahami tuntutan-tuntutan ketenagakerjaan 2)
Historical comparison yaitu prediksi yang didasarkan atas kecenderungan yang terjadi pada masa
sebelumnya 3) Task analysis yaitu penentuan kebutuhan tenaga didasarkan atas tuntutan
spesifikasi pekerjaan yang ditetapkan 4) Correlation technique suatu penentuan kebutuhan
didasarkan atas perhitungan- perhitungan korelasi secara statistik, terutama kepentingan yang
menyangkut perubahan- perubahan yang terjadi dalam persyaratan-persyaratan ketenagakerjaan,
sumber-sumber keuangan dan program-program yang ditetapkan 5) Modelling yaitu penetapan
kebutuhan tenaga tergantung pada model keputusan yang biasa dibuat B. Perekrutan Tenaga
Kependidikan Perekrutan atau penarikan tenaga kependidikan merupakan usaha-usaha yang
dilakukan untuk memperoleh tenaga kependidikan yang dibutuhkan untuk mengisi jabatan-
jabatan tertentu yang masih kosong. Perekrutan ini merupakan usaha-usaha mengatur komponis
tenaga kependidikan secara seimbang sesuai dengan tuntutan pelaksanaan tugas kependidikan
melalui penyeleksian yang dilakukan.

16. Langkah penting dalam proses perekrutan sebagai kelanjutan perencanaan tenaga


kependidikan: 1) Menyebarluaskan pengumuman tentang kebutuhan tenaga kependidikan dalam
berbagai jenis dan kualifikasi sebagaimana proses perencanaan yang telah ditetapkan 2)
Membuka pendaftaran bagi pelamar atau sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang ditetapkan
baik persyaratan-persyaratan administratif maupun persyaratan akademis 3) Menyelenggarakan
pengujian berdasarkan standar seleksi dan dengan menggunakan teknik-teknik seleksi atau cara-
cara tertentu yang dibutuhkan. Standar seleksi menyangkut: a) Umur b) Kesehatan fisik c)
Pendidikan d) Pengalaman e) Tujuan-tujuan f) Perangai g) Pengetahuan umum h) Keterampilan
komunikasi i) Motivasi j) Minat k) Sikap dan nilai-nilai l) Kesehatan mental m) Kepantasan
bekerja di dunia pendidikan n) Faktor-faktor lain yang ditetapkan Teknik-teknik seleksi yang
dapat digunakan atau cara-cara yang dapat ditempuh melalui: 1) Pengumpulan informasi tentang
calon-calon yang memberi harapan baik. Informasi ini dapat mencakup “personal references”
dan “employment references”. Sejumlah infornasi ini dapat diperoleh melalui dokumen-
dokumen atau berkas-berkas lamaran yang masuk dan dapat pula dilakukan melalui kontak-
kontak lainnya 2) Penyelenggaraan “testing” secara tertulis, misalnya penggunaaan tes-tes
psikologis, tes-tes pengetahuan, dan bentuk tes yang mengukur beberapa bagian pekerjaan yang
akan diemban 3) Penyelenggaraaan testing secara lisan dan wawancara seleksi, yaitu percakapan
formal yang dilakukan secara cukup mendalam untuk mengevaluasi calon

17. 4) Pemeriksaan medis atau kesehatan calon, baik dengan menunjukkan informasi kesehatan,
maupun pemeriksaan yang dilakukan sacara langsung oleh tim yang sengaja dibentuk C.
Menetapkan Calon yang dapat Diterima Penetapan atas calon-calon yang diterima ini dapat
diputuskan oleh atasan langsung atau oleh bagian personalia/kepegawaian. Keputusan ini
merupakan akhir dari kegiatan penyelenggaraan seleksi. Untuk mengantarkan tenaga-tenaga
kependidikan diperlukan kegiatan-kegiatan penempatan, penugasan, dan orientasi. Penempatan
merupakan tindakan pengaturan atas seseorang untuk menempati suatu posisi atau jabatan.
Penugasan merupakan tindakan pemberian tugas tanggung jawab kepada tenaga kependidikan
sesuai dengan kemampuannya, yaitu kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan dengan mutu
yang paling diharapkan. Orientasi merupakan upaya memperkenalkan seorang tenaga
kependidikan yang baru terhadap situasi dan kondisi pekerjaan atau jabatan. D. Pembinaan /
Pengembangan Tenaga Kependidikan Pembinaan atau pengembangan tenaga kependidikan
merupakan usaha mendayagunakan, memajukan dan meningkatkan produktivitas kerja setiap
tenaga kependidikan yang ada di seluruh tingkatan pengelolaan organisasi dan jenjang
pendidikan. Tujuan dari kegiatan pembianaan ini adalah tumbuhnya kemampuan setiap tenaga
kependidikan yang meliputi pertumbuhan keilmuan, wawasan berpikir, sikap terhadap pekerjaan
dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari sehingga produktivitas kerja dapat
ditingkatkan. Prinsip yang patut diperhatikan dalam penyelenggaraan pembinaan teaga
kependidikan, yaitu: 1) Dilakukan untuk semua jenis tenaga kependidikan baik untuk tenaga
stuktural, tenaga fungsional maupun tenaga teknis penyelengara pendidikan

18. 2) Berorientasi pada perubahan tingkah laku dalam rangka peningkatan kemampuan
profesional dan atau teknis untuk pelaksanaan tugas sehari-hari sesuai dengan posisinya masing-
masing 3) Mendorong peningkatan kontribusi setiap individu terhadap organisasi pendidikan tau
sistem sekolah; dan menyediakan bentuk-bentuk penghargaan, kesejateraan dan insentif sebagai
imbalan guna menjamin terpenuhinya secara optimal kebutuhan sosial ekonomis maupun
kebutuhan sosial-psikologi 4) Mendidik dan melatih seseorang sebelum maupun sesudah
menduduki jabatan/posisi 5) Dirancang untuk memenuhi tuntutan pertumbuhan dalam jabatan,
pengembangan profesi, pemecahan masalah, kegiatan remidial, pemeliharaan motivasi kerja dan
ketahanan organisasi pendidikan 6) Pembinaan dan jenjang karir tenaga kependidikan
disesuaikan dengan kategori masing- masing jenis kependidikan itu sendiri. Cara yang lebih
populer adalah melalui penataran (inservice training) baik dalam rangka penyegaran maupun
dalam rangka peningkatan kemampuan tenaga kependidikan. Cara- cara lainnya dapat dilakukan
sendiri-sendiri (self propelling growth) atau bersama-sama (collaborative effort), misalnya
mengikuti kegiatan atau kesempatan; ore-service training, on the job training, seminar,
workshop, diskusi panel, rapat-rapat, simposium, konferensi dan sebagainya. E. Penilaian
Tenaga Kependidikan Penilaian tenaga kependidikan merupakan usaha yang dilakukan untuk
mengetahui seberapa baik performa seseorang tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas
pekerjaannya dan seberapa besar potensinya untuk berkembang. Performa ini mencakup prestasi
kerja, cara kerja dan pribadi; sedangkan potensi untuk berkembang mencakup kreativitas dan
kemampuan mengembangkan karir.

19. Penilaian tenaga kependidikan bukan hanya dimaksudkan untuk kenaikan dalam jabatan atau
promosi, perpindahan jabatan atau mutasi bahkan turun jabatan atau demosi, melainkan juga
berguna untuk perbaikan prestasi kerja, penyesuaian gaji/tunjangan/insentif, penyelenggaraan
pendidikan dan latihan, pengembangan karir, perancang bangunan pekerjaan, pengembangan dan
perolehan kesempatan kerja secara adil an dalam rangka menghadapi tantangan-tantangan
eksternal keorganisasian. Penilaian diselenggarakan secara kooperatif, komprehensif. Sedangkan
cara-cara yang ditempuh dapat menggunakan berbagai metode, seperti: 1) Rating scale, yaitu
penilaian atas prestasi kerja personil yang didasarkan pada skala tertentu misalnya sangat baik,
baik, sedang, jelek, sangat jelek. 2) Weighted performance checklist, yaitu penilaian atas prestasi
kerja personil yang didasarkan pada kriteria tertentu dengan menggunakan bobot penilaian 3)
Critical incident method, yaitu metode penilaian yang didasarkan atas perilaku-perilaku sangat
baik dari seseorang dalam pelaksanaan pekerjaan 4) Test and observation, yaitu penilaian
prestasi kerja didasarkan atas tes pengetahuan dan keterampilan dan atau melalui observasi 5)
Rank method, yaitu penilaian yang dilakukan untuk menentukan siapa yang lebih baik dengan
menempatkan setiap personil dalam urutan terbaik hingga terburuk 6) Forced distribution, yaitu
penilaian atas personil yang kemudian dikategorikan dalam kategori yang berbeda 7) Self
appraisals yaitu penilaian oleh diri sendiri dimaksudkan untuk mempelajari pengembangan diri
dan sebagainya Dalam perkembangan organisasi yang sedemikian pesat, penilaian bukan hanya
dilakukan terhadap individu saja, tetapi penilaian dapat merupakan penilaian terhadap performa
suatu kelompok kerja atau bahkan terhadap organisasi.

20. F. Kompensasi Bagi Tenaga Pendidik Kompensasi merujuk pada semua bentuk upah atau
imbalan yang berlaku bagi suatu pekerjaan. Secara umum kompensasi ini memiliki dua
komponen, yaitu kompensasi langsung berupa upah, gaji, insentif, komisi dan bonus; dan
kompensasi tidak langsung, misalnya berupa asuransi kesehatan, fasilitas untuk rekreasi dan
sebagainya. Bagi tenaga kependidikan di Indonesia terdapat perbedaan perhitungan kompensasi
langsung sesuai dengan pangkat, jabatan dan golongan. Tenaga kependidikan yang berstatus
Pegawai Negeri Sipil memiliki ketentuan khusus untuk pemberian kompensasi (UU No.8 Tahun
1974). G. Pemberhentian Tenaga Kependidikan Pemberhentian tenaga kependidikan merupakan
proses yang membuat seseorang tenaga kependidikan tidak dapat lagi melaksanakan tugas
pekerjaan atau fungsi jabatannya baik untuk sementara waktu maupun untuk selama-lamanya.
Banyak alasan yang menyebabkan seorang tenaga kependidikan berhenti dari pekerjaannya,
yaitu: 1) Permintaan sendiri untuk berhenti 2) Mencapai batas usia pensiun menurut ketentuan
yang berlaku 3) Penyederhanaan organisasi yang menyebabkan adanya penyederhanaan tugas di
satu pihak sedang di pihak lain diperoleh kelebihan tenaga kerja 4) Melakukan penyelewengan
atau tindakan pidana 5) Tidak cukup jasmani atau rohani 6) Meninggalkan tugas dalam jangka
waktu tertentu sebagai pelanggaran atas ketentuan yang berlaku 7) Meninggal dunia atau karena
hilang sebagaimana dinyatakan oleh pejabat yang berwenang

21. 2.6. TANTANGAN-TANTANGAN DALAM PENGELOLAAN TENAGA


KEPENDIDIKAN Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sedemikian pesat,
sehingga organisasi pendidikan sudah selayaknya untuk dapat mengantisipasi secara lebih pro
aktif. Eksistensi tenaga kependidikan yang berada di lingkungan organisasi pendidikan
senantiasa harus dapat menyesuaikan dengan tuntutan perubahan dan perkembangan yang terjadi
di sekitarnya, sesuai dengan dinamika dunia pendidikan yang sangat cepat. Seiring dengan
kondisi tersebut, maka usaha untuk mencapai tujuan pendidikan melalui pengelolaan tenaga
kependidikan akan sangat menantang dan perlu kerja keras serta partisipasi dari semua pihak.
Gambaran tentang tantangan berbagai tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan tenaga
kependidikan adalah : 1) Profesi dalam bidang kependidikan masih belum luas dikenal oleh
masyarakat sehingga kurang mendukung terhadap pengembangan profesi, karena salah satu
ukuran profesi adalah pengakuan dari masyarakat tentang eksistensi profesi tersebut 2) Adanya
perilaku tenaga kependidikan yang kurang menguntungkan, seperti : perilaku yang paternalistik,
kepatuhan semu, kekurangmandirian dalam bekerja sama 3) Perilaku tenaga kependidikan yang
cenderung primordialisme, yaitu enggan meninggalkan tempat asalnya, sehingga pemerataan
tenaga ahli di bidang kependidikan sangat sulit dilaksanakan 4) Mutasi yang terjadi di
lingkungan organisasi kadang berkonotasi buruk akibatnya perpindahan tenaga kependidikan
dari satu wilayah ke wilayah lain sangat jarang dilakukan 5) Produktivitas kerja masih dianggap
rendah yang diakibatkan oleh kecerobohan- kecerobohan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan
pengelolaan tenaga kependidikan itu sendiri 6) Perubahan di luar sistem sekolah / sistem sekolah,
yang diakibatkan oleh laju pertumbuhan penduduk, kemajuan IPTEK dan perubahan-perubahan
global, regional, atau lokal yang terjadi dalam kondisi sosial, ekonomi, dan budaya.

22. 7) UUPD No.22 Tahun 1999 dan PP No.25 Tahun 2000, maka pengadaan tenaga
kependidikan di tingkat makro akan beralih dari Pusat ke Daerah Tingkat I, sehingga tidak
mustahil daerah harus dapat merencanakan sendiri kebutuhan tenaga kependidikan secara akurat
Dengan demikian pengelolaan tenaga kependidikan pada gilirannya merupakan implementasi
fungsi pengelolaan sumber daya manusia yang diupayakan untuk mendukung pencapaian tujuan
pendidikan di tingkat lembaga maupun nasional melalui perolehan tenaga kependidikan yang
handal dan unggul. BAB III PENUTUP 3.1 SIMPULAN Pendidik adalah tenaga kependidikan
yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Tujuan
pengelolaan pendidik dan kependidikan lebih mengarah pada pembangunan pendidikan yang
bermutu, membentuk SDM yang handal, produktif, kreatif dan berprestasi. Khusus tugas dan
fungsi tenaga pendidik (guru dan dosen) didasarkan pada Undang- Undang no 14 tahun 2007,
yaitu sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, pengem-bang
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada masyarakat 3.2 SARAN
Komponen tenaga pendidik dan tenaga kependidikan merupakan salah satu komponen utama
dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan. Oleh karena itu, sebaiknya tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan dapat bekerja sama sehingga, tujuan kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan
optimal, yang nantinya akan berdampak pada terwujudnya tujuan pendidikan nasional seperti
yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

SYARAT-SYARAT GURU PROFESIONAL DAN


CIRI-CIRI PROFESI KEGURUAN
(Dr. Rusman, M.Pd)§
Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) pasal 10 ayat
1 ciri-ciri guru profesional sebagai berikut:
Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional meliputi:
1. Kompetensi Pedagogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir a).
Artinya guru harus mampu mengelola kegiatan pembelajaran, mulai dan merencanakan, melaksanakan,
dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Guru harus menguasai manajemen kurikulum, mulai dan
merencanakan perangkat kurikulum, melaksanakan kurikulum, dan mengevaluasi kurikulum, serta
memiliki pemahaman tentang psikologi pendidikan, terutama terhadap kebutuhan dan perkembangan
peserta didik agar kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan berhasil guna.
2. Kompetensi Personal, adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. (SNP, penjelasan Pasal 28 ayat 3
butir b).
Artinya guru memiliki sikap kepribadian yang mantap, sehingga mampu menjadi sumber inspirasi bagi
siswa. Dengan kata lain, guru harus memiliki kepribadian yang patut diteladani, sehingga mampu
melaksanakan tri-pusat yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantoro, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing
Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. (di depan guru memberi teladan/contoh, di tengah
memberikan karsa, dan di belakang memberikan dorongan! motivasi).

3. Kompetensi Profesional, adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan


mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir c).
Artinya guru harus memiliki pengetahuan yang luas berkenaan dengan bidang studi yang akan diajarkan
serta penguasaan didaktik metodik dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoretis, mampu memilih
model, strategi, dan metode yang tepat serta mampu menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran. Guru
pun harus memiliki pengetahuan luas tentang kurikulum, dan landasan kependidikan.
4. Kompetensi Sosial, adalah kemampuan guru sebagai bagian dan masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. (Standar Nasional Pendid ikan, penjelasan Pasal 28
ayat 3 butir d).
Artinya ia menunjukkan kemampuan berkomunikasi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun
dengan sesama teman guru, dengan kepala sekolah bahkan dengan masyarakat luas.
Apabila guru telah memiliki keempat kompetensi tersebut di atas, maka guru tersebut telah
memiliki hak profesional karena ia telah jelas memenuhi syarat-syarat berikut:
1. Mendapat pengakuan dan perlakuan hukum terhadap batas wewenang keguruan yang menjadi
tanggung jawabnya.
2. Memiliki kebebasan untuk mengambil langkah-langkah interaksi edukatif dalam batas tanggung
jawabnya dan ikut serta dalam proses pengembangan pendidikan setempat.
3. Menikmati teknis kepemimpinan dan dukungan pengelolaan yang efektif dan efisien dalam
rangka menjalankan tugas sehari-hari.
4. Menerima perlindungan dan penghargaan yang wajar terhadap usaha-usaha dan prestasi yang
inovatif dalam bidang pengabdiannya.
5. Menghayati kebebasan mengembangkan kompetensi profesionalnya secara individual maupun
secara institusional.
Ornstein dan Levine menyatakan bahwa profesi itu adalah jabatan yang sesuai dengan pengertian
profesi di bawab mi:
1. Melayani masyarakat merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat.

2. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan khalayak ramal.
3. Menggunakan hasil penelitin dan aplikasi dan teori ke praktik.
4. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang.
5. Terkendali berdasarkan lisensi buku dan/atau mempunyai persyar atan yang masuk.
6. Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu. -
7. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan unjuk kerja yang ditampilkan
yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.
8. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien.
9. Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya relatif bebas dan supervisi dalam
jabatan.
10. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri.
11. Mempunyai asosiasi profesi dan/atau kelompok ‘elite’ untuk menget ahui dan mengakui
keberhasilan anggotanya.
12. Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyangsikan yang
berhubungan dengan layanan yang diberikan.
13. Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dan pablik dan kepercayaan din setiap anggotanya.
14. Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi.
Sanusi mengutarakan ciri-ciri utama suatu profesi itu sebagai berikut.
1. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan.
2. Jabatan yang menuntut keterampilan/keahlian tertentu.
3. Keterampilan/keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui pemecahan masalah dengan
menggunakan teori dan metode ilmiah.
4. Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas, sistematik, eksplisit, yang
bukan hanya sekadar pendapat khalayak umum.
5. Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang cukup lama.
6. Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai
profesional itu sendiri.
7. Dalam memberikan layanan kepada masyarakat, anggota profesi itu berpegang teguh pada kode
etik yang dikontrol oleh organisasi profesi.
8. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan judgement terhadap
permasalahan profesi yang dihadapinya.
9. Dalam praktiknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom bebas dan campur tangan orang
lain.
10. Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat, sehingga memperoleh imbalan
yang tinggi pula.
Menurut Robert W. Richey  ciri-ciri profesionalisasi jabatan guru adalah sebagai berikut :
1. Guru akan bekerja hanya semata-mata memberikan pelayanan kemanusiaan daripada usaha
untuk kepentingan pribadi.
2. Guru secara hukum dituntut untuk memenuhi berbagai persyaratan untuk mendapatkan lisensi
mengajar serta persyaratan yang ketat untuk menjadi anggota organisasi guru.
3. Guru dituntut memiliki pemahaman serta keterampilan yang tinggi dalam hal bahan pengajar,
metode, anak didik, dan landasan kependidikan.
4. Guru dalam organisasi profesional, memiliki publikasi profesional yang dapat melayani para
guru, sehingga tidak ketinggalan, bahkan selalu mengikuti perkembangan yang terjadi.
5. Guru, selalu diusahakan untuk selalu mengikuti kursus-kursus, workshop, seminar, konvensi,
serta terlibat secara luas dalam berbagai kegiatan “in service”.
6. Guru diakui sepenuhnya sebagai suatu karier hidup (a life career).
7. Guru memiliki nilai dan etika yang berfungsi secara nasional maupun secara lokal.

Sedangkan ciri-ciri profesi keguruan menurut NEA (National Education Association)  adalah


sebagai berikut.
1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual
2. Jabatan yang menggeluti batang tubuh ilmu yang khusus
3. Jabatan yang Memerlukan Persiapan Latihan yang Lama
4. Jabatan yang Memerlukan Latihan dalam Jalatan yang Berkesinambungan
5. Jabatan yang Menjanjikan Karier Hidup dan Keanggotaan yang Permanen
6. Jabatan yang Menentukan Standarnya Sendiri
7. Jabatan yang Mementingkan Layanan di Atas Keuntungan Pribadi
8. Jabatan yang Mempunyai Organisasi Profesional yang Kuat dan Terjalin Erat
Dari beberapa definisi profesi dapat diangkat beberapa kriteria untuk menentukan ciri-ciri suatu
profesi, yaitu sebagai berikut (Rochman Natawidjaja, 1989).
a.       Ada standar untuk kerja yang baku dan jelas.
b.      Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya dengan program dan jenjang pendidikan
yang baku serta memiliki standar akademik yang memadai dan yang bertanggung jawab tentang
pengembangan ilmu pengetahuan yang melandasi profesi itu.
c.       Ada organisasi profesi yang mewadahi para pelakunya untuk mempertahankan dan memperjuangkan
eksistensi dan kesejahteraannya.
d.      Ada etika dan kode etik yang mengatur penilaku etik para pelakunya dalam memperlakukan kliennya.
e.       Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku.
f.        Ada pengakuan masyarakat (profesional, penguasa, dan awam) terhadap pekerjaan itu sebagai suatu
profesi.
Dan uraian di atas tentang ciri-ciri suatu profesi, maka profesi mempunyai ciri-ciri utama sebagai
berikut.
a.       Fungsi dan signifikansi sosial: suatu profesi merupakan suatu pekerjaan yang memiliki fungsi dan
signifikansi sosial dan krusial.
b.      Keterampilan/keahlian: untuk mewujudkan fungsi mi, dituntut derajat keterampilan/keahlian tertentu.
c.       Pemerolehan keterampilan tersebut bukan hanya dilakukan secara rutin, melainkan bersifat pemecahan
masalah atau penanganan situasi kritis yang menuntut pemecahan dengan menggunakan teori dan
metode ilmiah.
d.      Batang tubuh ilmu: suatu profesi didasarkan kepada suatu disiplin ilmu yang jelas, sistematis, dan
eksplisit (a systematic body of knowledge) dan bukan hanya common sense.
e.       Masa pendidikan: upaya mempelajari dan menguasai batang tubuh ilmu dan keterampilan/keahlian
tersebut membutuhkan masa latihan yang lama, bertahun-tahun dan tidak cukup hanya beberapa bulan.
Hal ini dilakukan pada tingkat perguruan tinggi.
f.        Aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional: proses pendidikan tersebut juga merupakan wahana untuk
sosialisasi nilai-nilai profesional di kalangan para siswa/mahasiswa.
g.       Kode etik dalam memberikan pelayanan kepada klien, seorang profesional berpegang teguh kepada kode
etik yang pelaksanaannya dikontrol oleh organisasi profesi. Setiap pelanggaran terhadap kode etik dapat
dikenakan sanksi.
h.       Kebebasan untuk memberikan judgment: anggota suatu profesi mempunyai kebebasan untuk
menetapkan judgment-nya sendiri dalam menghadapi atau memecahkan sesuatu dalam lingkup
kerjanya.
i.         Tanggung jawab profesional dan otonomi: komitmen pada suatu profesi adalah melayani klien dan
masyarakat dengan sebaik-baiknya. Tanggung jawab profesional harus diabdikan kepada mereka. Oleh
karena itu, praktik profesional itu otonom dan campur tangan pihak luar.
j.        Pengakuan dan imbalan: sebagai imbalan dan pendidikan dan latihan yang lama, komitmennya dan
seluruh jasa yang diberikan kepada klien, maka seorang profesional mempunyai prestise yang tinggi di
mata masyarakat dan karenanya juga imbalan yang layak.
Ciri-ciri suatu profesi menurut Robert W. Richey (1974) sebagai berikut :
a.        Lebih mernentingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal daripada kepentingan pribadi.
b.       Seorang pekerja profesional, secara relatif memerlukan waktu yang panjang untuk mempelajari konsep-
konsep serta prinsip-prinsip pengetahuan khusus yang mendukung keahliannya.
c.        Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti perkembangan
dalam pertumbuhan jabatan.
d.       Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap serta cara kerja.
e.        Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.
f.         Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan, disiplin diri dalam profesi, serta
kesejahteraan anggotanya.
g.        Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi, dan kemandirian.
h.        Memandang profesi sebagai suatu karier hidup (a live career) dan menjadi seorang anggota yang
permanen.
Ciri keprofesian ini dikemukakan oleh D. Westby Gibson (1965) sebagai berikut:
a.       Pengakuan oleh masyarakat terhadap layanan tertentu yang hanya dapat dilakukan oleh kelompok
pekerja yang dikategorikan sebagai suatu profesi.
b.      Dimilikinya sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan sejumlah teknik dan prosedur yang unik.
c.       Diperlukannya persiapan yang sengaja dan sistematis sebelum orang mampu melaksanakan suatu
pekerjaan profesional.
d.      Dimilikinya suatu mekanisme untuk menyaring, sehingga hanya mereka yang dianggap kompeten yang
diperbolehkan bekerja untuk lapangan pekerjaan tertentu.
e.       Dimilikinya organisasi profesional yang di samping melindungi kepentingan anggotanya dan saingan
kelompok luar, juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat, termasuk tindak
etis profesional pada anggotanya.

CIRI-CIRI GURU PROFESIONAL


 
A.    PISIK DAN MENTAL PENDIDIK
Guru adalah profesi yang paling sehat di antara semua profesi yang ada, termasuk
pengacara, dokter, pengusaha, dan lainnya. Kesehatan mental guru paling tinggi di antara
semua profesi.
Peneliti dari South Florida mengatakan hal itu dikarenakan profesi guru lebih dari sekedar
pekerjaan, tapi merupakan sebuah panggilan. Para guru mengatakan bahwa apa yang
mereka lakukan adalah hal yang menyenangkan karena langsung berhubungan dengan
masyarakat dan lingkungan sekitar.

The Gallup-Healthways Well-Being Index melakukan survei skala besar untuk mengetahui
hubungan antara profesi dan tingkat kesehatan. Dengan menggunakan definisi sehat dari
badan kesehatan dunia (WHO) yaitu keadaan fisik, mental, dan sosial yang sehat dan
sejahtera, peneliti menemukan bahwa guru adalah profesi yang paling sehat.

“Kami juga melalui saat-saat yang sulit di bidang pendidikan. Tapi seorang guru yang baik
selalu punya alasan untuk terus menjalankan profesinya tanpa bisa dimengerti oleh orang
lain,” kata Ned Oistacher, seorang guru dari Pompano Beach High School business seperti
dikutip Sunsentinel.

Dari hasil survei tersebut diketahui bahwa guru adalah profesi yang memiliki tingkat
kesehatan mental dan kelakuan yang paling tinggi, yaitu dengan skor 71,7 persen. Rahasia
yang membuat guru tetap sehat adalah lingkungannya yang selalu berhubungan dengan
orang-orang muda.

Selain harus memiliki standar atau kompetensi profesional, seorang guru atau calon guru
juga perlu memiliki standar mental, spiritual, intekektual, fisik dan psikis, sebagai
berikut. [1]
1. Standar mental; guru harus memiliki mental yang sehat, mencintai, mengabdi, dan memiliki dedikasi
yang tinggi pada tugas dan jabatannya.
2. Standar moral; guru harus memiliki budi pekerti luhur dan sikap moral yang tinggi.
3. Standar sosial; guru harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan bergaul dengan masyarakat
lingkungannya.
4. Standar spiritual; guru harus beriman dan bertakwa kepada Allah swt. yang diwujudkan dalam ibadah
dalam kehidupan sehari-hari.
5. Standar intelektual; guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai agar dapat
melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik dan profesional.
6. Standar fisik; guru harus sehat jasmani, berbadan sehat, dan tidak memiliki penyakit menular yang
membahayakan diri, peserta didik, dan lingkungannya.
7. Standar psikis; guru harus sehat rohani, artinya tidak mengalami gangguan jiwa ataupun kelainan yang
dapat mengganggu pelaksanaan tugas profesinya.
 

B.     KEILMUAN DAN PENGALAMAN


Sebagai guru yang professional, guru perlu mempunyai ciri-ciri professional seperti
berkemahiran. Antara kemahiran yang mesti dikuasi oleh guru adalah kemahiran berfikir;
kemahiran interpersonal, kemahiran komunikasi, kemahiran memimpin, serta kemahiran
berilmu.

1. Kemahiran Berfikir
Pemikiran melibatkan pengelolaan operasi-operasi mental tertentu yang berlaku dalam
sistem kognitif seseorang yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah. Pemikiran dilihat
sebagai aktiviti psikologikal yang membolehkan manusia melihat proses yang dialami dari
berbagai perspektif bagi menyelesaikan masalah dalam situasi yang sukar, (Dewey (1933)
Edward de Bono (1976)). Dari pandangan Islam, berfikir ialah fungsi akal yang
memerhatikan tenaga supaya otak manusia dapat bekerja dan beroperasi.

Ada dua kemahiran berfikir yang harus dimiliki seorang pendidik, yaitu:

1. Kemahiran Berfikir Secara Kritis


Dewey (1933), menyifatkan pemikiran kritis sebagai pemikiran reflektif yaitu memikir
dengan mendalam dan memberi pertimbangan yang serius tentang sesuatu. Pemikiran
kritis melibatkan tiga jenis aktiviti mental yaitu analisis, sintesis, dan penilaian; (Taksonomi
Bloom, 1956). Ennis mentakrifkan pemikiran kritis sebagai ‘pemikiran reflektif’ yang
bertumpu kepada memutuskan sama ada sesuatu kritis menggalakkan individu
menganalisis penyataan-penyataan dengan berhati-hati, mencari bukti yang sah sebelum
membuat kesimpulan.

1. Kemahiran Berfikir Secara Kreatif


Pemikiran kreatif ditakrifkan sebagai kebolehan menggabungkan idea-idea bagi memenuhi
sesuatu keperluan, (Halpern,1984). Sebagai agen penggerak tamadun bangsa, guru perlu
sentiasa mencari ruang untuk merekayasa amalan mereka dalam menjamin kualiti
pendidikan.

Kreativiti wujud hasil daripada peleburan masa, penyediaan atau ketekunan memerlukan
kosentrasi dan keazaman yang kuat. Selain usaha dan masa, individu kreatif berani
mengambil resiko mencapai matlamat mereka dan menolak alternatif-alternatif yang
ternyata karena mereka ingin mencari yang lain dan luar biasa. Pemikiran kreatif
melibatkan kebolahan fleksibiliti (kelenturan) dan keaslian.

1. Kemahiran Interpersonal
Oleh karena guru merupakan teras penting dalam aspek pembangunan pendidikan negara,
guru seharusnya mempunyai berbagai ciri dan kemahiran-kemahiran profesional. Antaranya
ialah kemahiran interpersonal. Kemahiran Interpersonal merupakan kemahiran antara
insan.

Abdullah Hassan & Ainon, memfokuskan kemahiran interpersonal guru kepada kemahiran
berkomunikasi, kemahiran mendengar, kemahiran bertanya, kemahiran berucap, maklum
balas, unsur bahasa, mengubah sikap dan tingkahlaku, penampilan dan komunikasi bukan
lisan.[2] Hubungan interpersonal adalah aspek penting yang perlu diketahui oleh guru.
Persoalannya sejauh manakah guru menguasainya adalah sesuatu yang subjektif walaupun
terdapat kaedah-kaedah serta panduan-panduan tertentu yang boleh dipelajari oleh guru
untuk menguasai kemahiran ini.
Menurut Sarina dan Yusmini 2007, kepentingan kemahiran interpersonal ialah ianya dapat
melahirkan persefahaman yang baik antara guru dan pelajar serta wujud rasa percaya
mempercayai di kalangan mereka serta dapat memberi kesan positif kepada proses
pengajaran dan pembelajaran.

1. Kemahiran Komunikasi
Seorang guru yang profesional seharusnya memiliki atau mempunyai kemahiran komunikasi
yang baik. Komunikasi ialah satu asas perhubungan yang bertujuan menyampaikan khabar,
berita , mesej, pendapat atau maklumat kepada pendengar.
Interaksi dan komunikasi yang hanya menggunakan akal atau hanya menggunakan
perasaan akan menjadi tidak berkesan. Guru atau siapa yang berkomunikasi dengan
berkesan akan menggunakan ke semua indera manusia dengan bijaksana. Konsep ini
adalah selaras dengan falsafah eksistensialisme yang mengutamakan pengalaman yang
diperoleh daripada indera seperti penglihatan, rasa, dan sebagainya. Oleh karena itu selaras
dengan tujuan faham mazhab eksistensialisme adalah membolehkan setiap individu yakni
guru dan pelajar memperkembangkan sepenuhnya potensi yang dimiliki demi mencapai
objektif pengajaran dan pembelajaran.

1. Kemahiran Memimpin
Di dalam organisasi sebuah kelas di sekolah posisi guru berada di atas sekali. Guru
memainkan peranan sebagai guru kelas untuk membimbing para pelajar ke arah
kecemerlangan dari segi akademik, sahsiah, dan jasmani. Oleh karena itu kemahiran dari
segi memimpin perlu ada dalam diri seorang guru. Menurut Kamus Dewan Edisi Empat
definisi memimpin ialah melatih, mendidik atau mengasuh supaya boleh berfikir sendiri.
Kepimpinan boleh dimaksudkan sebagai seni atau proses mempengaruhi kegiatan manusia
yang berkaitan dengan tugas mereka, supaya mereka terlibat dan berusaha ke arah
keberkesanan dan pencapaian matlamat organisasi (Rahmad 2005).

1. Kemahiran Berilmu
Kehidupan seorang guru adalah sinonim dengan ilmu. Lazimnya masyarakat mengaitkan
guru dengan tanggungjawab memberi ilmu tetapi hakikatnya guru bukan sahaja
bertanggungjawab mencurahkan ilmu kepada para pelajarnya malah meningkatkan ilmu
merupakan salah satu kemahiran yang perlu ada di dalam diri setiap guru sebelum ilmu
yang ada itu dicurahkan kepada para pelajarnya.

Ilmu dan pengetahuan guru sebagai seorang yang berautoriti tidak boleh dipersoalkan. Oleh
yang demikian, guru mesti menguasai ilmu dengan baik (Abu Bakar & Ikhsan, 2008). Sikap
proaktif, berdaya saing dan bersemangat kental dalam melengkapkan diri dengan pelbagai
disiplin ilmu dan berketerampilan perlu menjadi amalan dan budaya hidup seorang pendidik
(Wan Marzuki, 2008). Guru sebagai penyebar sumber ilmu perlu memahami konsep ilmu
yang sentiasa berkembang dan pencarian ilmu baru di kalangan guru mesti diteruskan
tanpa henti (Lokman, 2004).

Menurut Uzer Usman, Kompetensi profesional  yang harus dipenuhi atau dimiliki seorang
guru atau calon guru adalah,[3]
1. Menguasai landasan pendidikan, yakni mengenal tujuan pendidikan nasional untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional, mengenal fungsi sekolah dalam masyarkat, mengenal prinsip-prinsip psikologi
pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar,
2. Menguasai bahan pengajaran, yakni menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan
menengah, menguasai bahan pengayaan,
3. Menyusun program pengajaran, yakni menetapkan tujuan pembelajaran, memilih dan mengembangkan
bahan pembelajaran, memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar,memilih dan
mengembangkan media pengajaran yang sesuai, memilih dan memanfaatkan sumber belajar,
4. Melaksanakan program pengajaran, yakni menciptakan iklim belajar yang tepat, mengatur ruangan
belajar, mengelola interaksi belajar mengajar,
5. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, yakni menilai prestasi murid untuk
kepentingan pengajaran, menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
 
C.    KEMAMPUAN DAN KETERAMPILAN SERTA SERTIFIKAT
1.      Kemampuan
Untuk menjadi profesional, seorang guru dituntut memiliki minimal lima hal sebagai
berikut. [4]
1. Mempunyai komitmen pada peserta didik dan proses belajarnya.
2. Menguasai secara mendalam bahan atau mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarnya
kepada peserta didik.
3. Bertanggung jawab memantau hasil belajar peserta didik melalui berbagai cara evaluasi.
4. Mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan cara belajar dari pengalamannya.
5. Seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.
2.      Keterampilan
Thursthoen dalam Walgito (1990: 108) menjelaskan bahwa, sikap adalah gambaran
kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap
suatu keadaan atau suatu objek. Berkowitz, dalam Azwar (2000:5) menerangkan sikap
seseorang pada suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah
reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap selalu
berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut
dan melaksanakan atau menjauhi/menghindari sesuatu.

Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa sikap adalah kecenderungan, pandangan,
pendapat atau pendirian seseorang untuk menilai suatu objek atau persoalan dan bertindak
sesuai dengan penilaiannya dengan menyadari perasaan positif dan negatif dalam
menghadapi suatu objek.

Struktur sikap siswa terhadap konselor terdiri dari tiga komponen yang terdiri atas

a. Komponen kognitif

Komponen ini berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, dan keyakinan tentang objek.
Hal tersebut berkaitan dengan bagaimana orang mempersepsi objek sikap.

b. Komponen afektif

Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap sikap.
Perasaan tersebut dapat berupa rasa senang atau tidak senang terhadap objek, rasa tidak
senang merupakan hal yang negatif.. komponen ini menunjukkan ke arah sikap yaitu positif
dan negatif. Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang
terhadap suatu objek sikap (Azwar, 2000:26), secara umum komponen afektif disamakan
dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun pengertian perasaan pribadi
seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap.

c. Komponen kognitif

Komponen ini merupakan kecenderungan seseorang untuk bereaksi, bertindak terhadap


objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu besar kecilnya
kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap. Komponen-
komponen tersebut di atas merupakan komponen yang membentuk struktur sikap. Ketiga
komponen tersebut saling berhubungan dan tergantung satu sama lain. Saling
ketergantungan tersebut apabila seseorang menghadapi suatu objek tertentu, maka melalui
komponen kognitifnya akan terjadi persepsi pemahaman terhadap objek sikap.

Katz (dalam Walgito, 1990:110) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai empat fungsi,
yaitu:

1) Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat.

Fungsi ini berkaitan dengan sarana tujuan. Di sini sikap merupakan sarana untuk mencapai
tujuan. Orang memandang sampai sejauh mana objek sikap dapat digunakan sebagai
sarana dalam mencapai tujuan. Bila objek sikap dapat membantu seseorang dalam
mencapai tujuannya, maka orang akan bersikap positif terhadap objek sikap tersebut.
Demikian sebaliknya bila objek sikap menghambat dalam pencapaian tujuan, maka orang
akan bersikap negatif terhadap objek sikap tersebut. Fungsi ini juga disebut fungsi manfaat,
yang artinya sampai sejauh mana manfaat objek sikap dalam mencapai tujuan. Fungsi ini
juga disebut sebagai fungsi penyesuaian, artinya sikap yang diambil seseorang akan dapat
menyesuaikan diri secara baik terhadap sekitarnya.

2) Fungsi pertahanan ego

Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan ego atau
akunya. Sikap diambil seseorang pada waktu orang yang bersangkutan terancam dalam
keadaan dirinya atau egonya, maka dalam keadaan terdesak sikapnya dapat berfungsi
sebagai mekanisme pertahanan ego.

3) Fungsi ekspresi nilai

Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan
nilai yang ada dalam dirinya. Dengan mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan
kepuasan dan dapat menunjukkan keadaan dirinya. Dengan mengambil nilai sikap tertentu,
akan dapat menggambarkan sistem nilai yang ada pada individu yang bersangkutan.

4) Fungsi pengetahuan

Fungsi ini mempunyai arti bahwa setiap individu mempunyai dorongan untuk ingin tahu.
Dengan pengalamannya yang tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu,
akan disusun kembali atau diubah sedemikian rupa sehingga menjadi konsisten. Ini berarti
bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu objek, menunjukkan tentang
pengetahuan orang tersebut objek sikap yang bersangkutan.
3.      Sertifikat
Untuk mendapatkan pengakuan atas keprofesionalannya, maka seorang tenaga pengajar
dapat mengikuti sertifikasi. Sertifikasi dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk
guru dan dosen. Sertifikasi di sini dapat diartikan sebagai usaha pemberian pengakuan
bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan
pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh
lembaga sertifikasi. Sertifikasi adalah uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan
penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik.
Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan
dosen sebagai tenaga profesional.

Sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi


profesional. Oleh karena itu, proses sertifikasi dipandang sebagai bagian yang esensial
dalam rangka memperoleh sertifikat kompetensi sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Representasi pemenuhan standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam
sertifikasi adalah sertifikat kompetensi pendidik.

Wibowo (Mulyasa, 2008:35), mengungkapkan bahwa sertifikasi bertujuan untuk hal-hal


sebagai berikut.

1. Melindungi profesi pendidik dan tenaga pendidikan.


2. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten, sehingga merusak citra pendidik dan
tenaga pendidikan.
3. Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan menyediakan rambu-rambu dan
instrumen untuk melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten.
4. Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan.
5. Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan.
Kerangka pelaksanaan sistem sertifikasi kompetensi guru, baik untuk lulusan strata satu
(S1) kependidikan maupun lulusan S1 nonkependidikan dapat dijelaskan sebagai berikut.

Pertama, lulusan program Sarjana kependidikan sudah mengalami pembentukan kompetensi


belajar (PKM). Oleh karena itu, mereka hanya memerlukan uji kompetensi yang
dilaksanakan oleh perpendidikan tinggi yang memiliki PPTK (Program Pengadaan Tenaga
Kependidikan) terakreditasi dan ditunjuk oleh Ditjen Dikti, Depdiknas.
Kedua, lulusan Sarjana nonkependidikan harus terlebih dahulu mengikuti proses
pembentukan kompetensi mengajar pada perguruan tinggi yang memiliki PPTK secara
terstruktur. Setelah dinyatakan lulus dalam pembentukan kompetensi mengajar, baru
lulusan sarjana nonkependidikan boleh mengikuti uji sertifikasi. Sedangkan lulusan program
Sarjana kependidikan tentu sudah mengalami proses pembentukan kompetensi mengajar,
tetapi tetap diwajibkan mengikuti uji kompetensi untuk mempeoleh serifikat kompetensi.
Ketiga, penyelenggaraan program PKM dipersyaratkan adanya status lembaga pendidikan
tenaga kependidikan yang terakreditasi. Sedangkan untuk pelaksanaan uji kompetensi
sebagai bentuk audit atau evaluasi kompetensi mengajar guru harus dilaksanakan oleh
LPTK terakreditasi yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Dirjen Dikti, Depdiknas .
Keempat, peserta uji kompetensi yang telah dinyatakan lulus, baik yang berasal dari lulusan
Sarjana pendidikan maupun nonkependidikan diberikan sertifikat kompetensi sebagai bukti
yang bersangkutan memiliki kewenangan untuk melakukan praktik dalam bidang profesi
guru pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu.
Kelima, peseta uji kompetensi yang berasal dari guru yang sudah melaksanakan tugas dalam
interval waktu tertentu (10-15 tahun) sebagai bentuk kegiatan penyegaran dan
pemutakhiran kembali sesuai dengan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta persyaratan dunia kerja. Di samping itu, kompetensi juga diperlukan bagi yang tidak
melakukan tugas profesinya sebagai guru dalam jangka waktu tertentu.
Proses sertifikasi guru menuju profesionalisasi pelaksanaan tugas dan fungsinya harus
dibarengi dengan kenaikan kesejahteraan guru, sistem rekruitmen guru, pembinaan, dan
peningkatan karir guru. Kesejahteraan guru dapt diukur dari gaji dan insentif yang
diperolehnya. Gaji guru di Indonesia ini masih relatif rendah jika dibandingkan dengan
negara lain di dunia. Rendahnya tunjangan kesejahteraan guru bisa mempengaruhi kinerja
guru, semangat pengabdian, dan juga upaya mengembangkan profesionalismenya.

Sertifikasi guru merupakan amanat Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun


2003 tentang Sisdiknas.[5] Pasal 61 menyatakan bahwa sertifikat dapat berbentuk ijazah
dan setifikat kompetensi, tetapi bukan sertifikat yang diperoleh melalui pertemuan ilmiah
seperti seminar, diskusi panel, lokakarya, dan simposium. Namun, sertifikat kompetensi
diperoleh dari penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan setelah lulus uji kompetensi
yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi.
Ketentuan ini bersifat umum, baik untuk tenaga kependidikan maupun nonkependidikan
yang ingin memasuki profesi guru.
Menumbuhkembangkan kesadaran guru terhadap kode etik sebagai guru profesional, serta
mencintai tugasnya, dan bertanggung jawab untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya.

Pengembangan karir guru terkait dengan profesionalisme dan daya tarik jabatan guru
memerlukan kebijakan sebagai berikut:[6]
1. Menumbuhkembangkan kesadaran guru terhadap kode etik sebagai guru profesional, serta mencintai
tugasnya, dan bertanggung jawab untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
2. Menyederhanakan prosedur dan penilaian kenaikan jabatan fungsional guru, dan sedapat mungkin
masyarakat dapat dimintai pendapatnya, agar hasilnya lebih objektif.
3. Beban yang tidak terkait dengan fungsi dan tugas guru sebaiknya dihilangkan, karena akan mengganggu
perhatian guru terhadap tugasnya.
4. Pengangkatan kepala sekolah perlu dilakukan melalui seleksi yang ketat dan adil, mempertimbangkan
latar belakang mental dan prestasi kerja, serta melibatkan orang tua murid dan masyarakat yang
tergabung dalam komite sekolah atau madrasah.
5. Pengawasan kepada semua jenjang pendidikan harus dilaksanakan secara teratur, terkendali, dan terus
menerus dengan menggunakan paradigma penilaian yang akademik.
Proses sertifikasi selain dilakukan oleh LPTK dengan memberikan sertifikat kompetensi, juga
dilakukan dengan cara pendidikan dan latihan yang dilakukan oleh lembaga uji kompetensi.
Tujuan dari pendidikan dan latihan tersebut adalah untuk meningkatkan kemampuan
pengelolaan administrasi siswa dan pengelolaan kegiatan belajar di kelas. Akhir dari
kegiatan pendidikan dan latihan tersebut tentunya dilihat dari nilai akhir yang diperoleh
setelah dilakukan penilaian oleh asesor. Uji sertifikasi dengan uji kompetensi dan diklat,
keduanya sama-sama bertujuan untuk membentuk seorang guru atau calon guru yang
profesional, yang mengabdikan diri sepenu hati demi tercapainya tujuan pendidikan
nasional.

• Kemampuan dan keterampilan serta sertifikat

Anda mungkin juga menyukai