Makalah Hakekat Profesi Kependidikan
Makalah Hakekat Profesi Kependidikan
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari – hari “profesionalisme dan profesi” telah menjadi kosa kata umum.
Profesi berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan
pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan “apa saja” dan
“siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu.
Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian
tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik.
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah
hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan
yang menuntut keahlian atau keterampilan dari pelakunya.
Profesi di dalam dunia pendidikan dikenal dengan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
Dalam arti lain pendidik mempunyai dua arti, adalah arti yang luas dan arti yang sempit.
Pendidik dalam arti yang luas adalah semua orang yang berkewajiban membina anak-anak.
Secara alamiah semua anak sebelum mereka dewasa menerima pembinaan dari orang-orang
dewasa agar mereka bisa berkembang dan tumbuh secara wajar. Sementara itu pendidik dalam
arti sempit adalah orang-orang yang disiapkan dengan sengaja untuk menjadi guru atau dosen.
Kedua pendidik ini diberi pelajaran tentang pendidikan dalam waktu relatif lama agar mereka
menguasai ilmu itu dan terampil melaksanakannya dilapangan. Pendidik ini tidak cukup belajar
di perguruan tinggi saja sebelum diangkat menjadi guru atau dosen, melainkan juga belajar dan
diajar selama mereka bekerja, agar profesionalisasi mereka semakin meningkat. Sedangkan
tenaga kependidikan adalah tenaga/pegawai yang bekerja pada satuan pendidikan selain tenaga
pendidik. Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada
satuan pendidikanAntara pendidik dan tenaga kependidikan dibutuhkan profesionalisme
Pendidik sebagai sosok yang begitu dihormati lantaran memiliki andil yang sangat besar
terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah dan juga membantu perkembangan peserta didik
untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan potensi
peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru
perlu memperhatikan peserta didik secara individual. Tugas guru tidak hanya mengajar, namun
juga mendidik, mengasuh, membimbing, dan membentuk kepribadian siswa guna menyiapkan
dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM).
Olehkarena itu di dalam makalah ini penulis bermaksud menguraikan hakekat profesi
kependidikan, jenis – jenis pendidik, jenis – jenis tenaga kependidikan, harapan dan tantangan
profesi kependidikan, dan bagaimana membentuk pendidik dan tenaga kependidikan yang
professional
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
Manfaat Penulisan
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Profesi Kependidikan. Serta
dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan bagi pembaca mengenai hakekat kependidikan,
serta jenis – jenis tenaga kependidikan.
Sistematika Penulisan
Sistematika uraian makalah ini terdiri dari tiga bagian, yaitu pertama, pendahuluan yang meliputi
latar belakang masalah, rumusan masalah, prosedur pemecahan masalah, tujuan, manfaat, dan
sistematika penulisan. Kedua, isi atau
kajian teori dan pembahasan. Ketiga, penutup yang berisi kesimpulan dan saran serta dilengkapi
dengan daftar pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
Hakekat Profesi
Profesi berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan
pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan “apa saja” dan
“siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu.
Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian
tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik.
Terdapat beberapa pendapat para ahli tentang profesi:
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian (keterampulan, kejuruan dsb) tertentu.
Menurut Sanusi (1991) Profesi adalah suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikan yang
menentukan (erusial)
Menurut Sirendi Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
Menurut SCHEIN, E.H (1962) Profesi adalah suatu kumpulan atau set pekerjaan yang
membangun suatu set norma yang sangat khusus yang berasal dari perannya yang khusus di
masyarakat
6.Menurut Oemar Hamalik Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian
atau keterampilan dari pelakunya. Oemar Hamalik (1984 : 2) sampai pada suatu kesimpulan
bahwa hakikat profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji yang terbuka. Suatu profesi
mengandung unsur pengabdian (Oemar Hamalik, 1984 : 3) menurutnya, suatu profesi bukanlah
dimaksudkan untuk mencari keuntungan materi belaka, melainkan untuk pengabdian kepada
masyarakat. Pengabdian seorang profesional menunjuk pada pengutamaan kepentingan orang
banyak daripada kepentingan diri
Jadi dapat disimpulkan bahwa profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut
keterampilan dari pelakunya dan membutuhkan pelatihan serta penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus
sendiri.
Jika profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keterampilan dari pelakunya dan
membutuhkan pelatihan serta penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Kemudian
kependidikan adalah proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan
pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut
diperoleh secara formal yang berakibat individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai
dengan pendidikan yang telah diperolehnya.
Jadi profesi kependidikan adalah suatu tenaga kependidikan yang memiliki peranan penting
dalam menunjang penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan yang dalam mekanisme kerjanya di kuasai kode etik. Layanan yang terdapat pada
profesi kependidikan adalah adanya ikatan profesi, adanya kode etik, pengendalian batas
kewenangan dan adanya pengaturan hukum untuk mengontrol praktik.
Jadi dapat diketahui bahwa jenis profesi kependidikan ada dua yaitu pendidik dan tenaga
kependidikan.
Profesi Kependidikan
Sedangkan tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat
untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Tenaga pendidikan bertugas melaksanakan
administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang
proses pendidikan pada satuan pendidikan.
Dari definisi di atas jelas bahwa tenaga kependidikan memiliki lingkup “profesi” yang lebih luas,
yang juga mencakup di dalamnya tenaga pendidik., pustakawan, staf administrasi, staf pusat
sumber belajar. Kepala sekolah adalah diantara kelompok “profesi” yang masuk dalam kategori
sebagai tenaga kependidikan. Sementara mereka yang disebut pendidik adalah orang-orang
yang dalam melaksanakan tugasnya akan berhadapan dan berinteraksi langsung dengan para
peserta didiknya dalam suatu proses yang sistematis, terencana, dan bertujuan. Penggunaan
istilah dalam kelompok pendidik tentu disesuaikan dengan lingkup lingkungan tempat tugasnya
masing-masing. Guru dan dosen, misalnya, adalah sebutan tenaga pendidik yang bekerja di
sekolah dan perguruan tinggi.
Mencermati tugas yang digariskan oleh Undang-undang di atas khususnya untuk pendidik dan
tenaga kependidikan di satuan pendidikan sekolah, jelas bahwa ujung dari pelaksaan tugas
adalah terjadinya suatu proses pembelajaran yang berhasil. Segala aktifitas yang dilakukan oleh
para pendidik dan tenaga kependidikan harus mengarah pada keberhasilan pembelajaran yang
dialami oleh para peserta didiknya. Berbagai bentuk pelayanan administrasi yang dilakukan oleh
para administratur dilaksanakan dalam rangka menunjang kelancaran proses pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru, proses pengelolaan dan pengembangan serta pelayanan-pelayanan
teknis lainnya yang dilakukan oleh para manajer sekolah juga harus mendorong terjadinya proses
pembelajaran yang berkualitas dan efektif. Lebih lagi para pendidik (guru), mereka harus mampu
merancang dan melaksanakan proses pembelajaran dengan melibatkan berbagai komponen yang
akan terlibat dalamnya. Definisi khusus profesi keguruan adalah sebagai berikut:
Jelas sekali bahwa jabatan guru memenyuhi kriteria ini, karena mengajar melibatkan upaya-
upaya yang sangat didominasi kegiatan intektual. Bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan
anggota professional ini adalah dasar bagi persiapan semua kegiatan professional lainnya oleh
sebab itu, mengajar sering kali disebut sebagai ibu dari segala profesi (Stinnett dan Huggett,
1963)
Persiapan professional yang yang cukup lama perlu untuk mendidik guru yang berwenang.
Konsep ini menjelaskan keharusan memnuhi kurikulum perguruan tinggi, yang terdiri dari
pendidikan umum, professional dan khusus sekurang-kurangnya empat tahun bagi guru pemula.
Jabatan guru cenderung menunjukan bukti yang kuat sebagai jabatabn professional, sebab
hampir tiap tahun guru melakukan berbagai kegiatan latihan profesional, baik yang mendpatkan
penghargaan kredit maupun tanpa kredit. Malahan pada saat sekarang bermacam-macam
pendidikan professional tambahan diikuti guru-guru dalam menyeratakan dirinya dan kualifikasi
yang telah diterpakan.
Diluar negeri barang kali syarat jabatan guru sebagai karier permanen merupakantitik yang
paling lemah dalam menuntut bahwa mengajar adalah jabatan professional. Banyak guru baru
yang hanya bertahan selama satu atau dua tahun saja pada profesi mengajar, setelah itu mereka
pindah kerja kebidang lain, yang lebih menjanjikan bayaran yang lebih tinggi. Untunglah di
Indonesia kelihatannya tidak begitu banyak guru yang berpindah ke bidang lain, walaupun bukan
berarti pula bahwa jabatan guru di Indonesia mempunyai pendapatan yang tinggi. Alasannya
mungkin karena lapangan kerja dan sistem pindah jabatan yang agak sulit.
Dengan demikian criteria ini dapat dipenuhi oleh jabatan guru di Indonesia.
Karena jabatan guru menyangkut hajat orang banyak, maka baku untuk jabatan guru ini sering
tidak diciptakan oleh angota profesi sendiri, terutama di Negara kita. Baku jabatan guru masih
sangat banyak diatur oleh pihak pemerintah, atau pihak lain yang menggunakan tenaga
guru tersebut seperti yayasan pendidikan swasta.
Jabatan mengjar adalah jabatan yang mempunyai nilai social yang tinggi, tidak perlu diragukan
lagi. Guru yang baik akan sangat berperan dalam mempengaruhi kehidupan yang lebih baik dari
warga Negara masa depan.
Semua profesi yang dikanal mampunyai organisasi professional yang kuat untuk dapat
mewadahi tujuan bersama dan melindungi anggotanya. Dalam beberapa hal, jabatan guru telah
memenuhi kriteria ini dan dalam hal lain belum dapat dicapai. Di Indonesia relah ada Persatuan
Guru Republik Indonesia (PGRI) yang merupakan wadah seluruh guru mulai dari guru taman
kanak-kanak sampai guru sekolah lanjutan atas, dan ada pula Ikatan Sarjana Pendidikan
Indonasia (ISPI) yang mewadahi seluruh sajana pendidikan.
Terdapat hak dan kewajiban pendidik dan tenaga kependidikan yang tercantum dalam
UU No.20 tahun 2003 pasal 40 yaitu:
perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual; dan
kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang
kelancaran pelaksanaan tugas.
menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis;
memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan
kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Menurut undang-undang no.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat (1)
kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi pedagogik
adalah kemampuan seorang guru untuk mengelola pembelajaran peserta didik. Misalkan disini
seorang guru mampu merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan
interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian.
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan yang stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi
teladan dan berakhlak mulia. Disini seorang guru harus menjadi contoh dan teladan yang baik
bagi siswanya.
Terdapat pasal – pasal lain di dalam UU No.20 tahun 2003 tentang sisdiknas yang mengatur
pendidik dan tenaga kependidikan yaitu:
Pasal 41
Pengangkatan, penempatan, dan penyebaran pendidik dan tenaga kependidikan diatur oleh
lembaga yang mengangkatnya berdasarkan kebutuhan satuan pendidikan formal.
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik dan
tenaga kependidikan yang diperlukan untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang
bermutu
Ketentuan mengenai pendidik dan tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Pasal 42
Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan
mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi dihasilkan oleh perguruan tinggi yang terakreditasi.
Ketentuan mengenai kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Pasal 43
Promosi dan penghargaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan berdasarkan latar
belakang pendidikan, pengalaman, kemampuan, dan prestasi kerja dalam bidang pendidikan.
Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan
tenaga kependidikan yang terakreditasi.
Ketentuan mengenai promosi, penghargaan, dan sertifikasi pendidik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Pasal 44
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membina dan mengembangkan tenaga kependidikan
pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah.
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membantu pembinaan dan pengembangan tenaga
kependidikan pada satuan pendidikan formal yang diselenggarakan oleh masyarakat.
Jadi dengan adanya pendidik dan tenaga kependidikan maka baik pemerintah maupun
masyarakat turut berpartisipasi membantu pengembangan tenaga kependidikan pada satuan
formal.
Pendidikan bagi calon pendidik dan tenaga kependidikan sangat penting agar dapat terwujud
pendidik dan tenaga kependidikan yang bermutu karena pada akhirnya akan menentukan kualitas
peserta didiknya.
Di Indonesia terdapat lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah untuk memberikan pendidikan
bagi calon pendidik dan tenaga kependidikan yaitu biasa disebut LPTK. Menurut Peremendiknas
No. 8 tahun 2009 Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) adalah perguruan tinggi
yang memenuhi syarat dan diberi tugas oleh Pemerintah untuk menyelenggarakan program
pengadaan pendidik dan tenaga kependididkan lainnya pada pendidikan usia dini, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah, serta untuk menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu
kependidikan
Contoh LPTK adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS yang merupakan
lembaga perguruan tinggi menyelenggarakan program studi kependidikan berfungsi memberikan
pendidikan bagi calon pendidik dan tenaga kependidikan. Program studi salah satunya yaitu
PGSD FKIP UNS Kampus Kebumen. Berikut adalah contoh struktur LPTK
Tenaga kependidikan merupakan seluruh komponen yang terdapat dalam instansi atau lembaga
pendidikan yang tidak hanya mencakup guru saja melainkan keseluruhan yang berpartisipasi
dalam pendidikan. Dilihat dari jabatannya, tenaga kependidikan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
Tenaga Structural
Tenaga Fungsional
Merupakan tenaga kependidikan yang menempati jabatan fungsional yaitu jabatan yang dalam
pelaksanaan pekerjaannya mengandalkan keahlian akademis kependidikan.
Merupakan tenaga kependidikan yang dalam pelaksanaan pekerjaannya lebih dituntut kecakapan
teknis operasional atau teknis administratif.
15
1. Penilik
1. Guru 2. Pengawas
1. Laboran
Tabel diatas menjelaskan jenis – jenis tenaga kependidikan menurut jabatannya, diantaranya
jabatan ketika di sekolah yang dapat diuraikan sebagai berikut:
Wakil-wakil/Kepala urusan
Wakil – wakil atau kepala urusan adalah tenaga kependidikan yang mempunyai tugas tambahan
dalam bidang yang khusus, untuk membantu Kepala Satuan Pendidikan dalam penyelenggaraan
pendidikan pada institusi tersebut. Contoh: Kepala Urusan Kurikulum
Tata Usaha
Tata Usaha adalah tenaga Kependidikan yang bertugas dalam bidang administrasi instansi
tersebut. Bidang administrasi yang dikelola diantaranya;
Administrasi Kepegawaian,
Administrasi Peserta Didik,
Administrasi Keuangan,
Administrasi Inventaris dan lain-lain.
Laboran
Laboran adalah petugas khusus yang bertanggung jawab terhadap alat dan bahan di
Laboratorium.
Pustakawan
Pustakawan adalah orang yang bergerak di bidang kepustakaan atau ahli perpustakaan biasanya
berada di perpustakaan mencatat keluar masuknya peminjaman buku.
Pelatih Ekstrakurikurer
Pelatih ekstrakurikurer adalah tenaga kependidikan yang melatih peserta didik di luar jam belajar
kurikulum standar
Petugas Keamanan
Petugas keamanan adalah tenaga kependidikan yang bertugas menjaga keamanan dalam ruang
lingkup sekolah.
Petugas Kebersihan
Petugas kebersihan adalah tenaga kebersihan yang bertugas menjaga kebersihan ruang lingkup
sekolah.
Selain berdasarkan jabatan, jenis – jenis tenaga kependidikan dapat dilihat dari statusnya:
Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah salah satu jenis Kepegawaian Negeri di samping anggota
TNI dan Anggota POLRI (UU No 43 Th 1999). Pengertian Pegawai Negeri adalah warga negara
RI yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan
diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 1 ayat 1 UU 43/1999).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep profesionalisme Pegawai Negeri
Sipil harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Menguasai pengetahuan dibidangnya selalu berusaha dengan sungguh sungguh untuk mem-
perdalam pengetahuannya dengan tujuan agar dapat melaksanakan tugasnya secara berdaya guna
dan berhasil guna.
Dedikasi
GTT (Guru Tidak Tetap) Sekolah Negeri adalah istilah yang lazim “dicapkan” atau disebut oleh
pihak sekolah untuk guru yang diangkat berdasarkan kebutuhan pada satuan pendidikan
(sekolah) dengan disetujui kepala sekolah. Penjelasan mengenai GTT yaitu:
Menandatangani kontak kerja selama jangka waktu tertentu, setahun atau lebih sesuai dengan
kebutuhan sekolah.
Tunjangan fungsional adalah “jasa baik” Pemda, walaupun legal, akan tetapi tidak masuk dalam
kategori dari “pembiayaan APBD”
GTT adalah guru yang tidak masuk anggaran APBN dan APBD.
Guru Bantu
Guru nonPNS yang berkedudukan sebagai pegawai Departemen Pendidikan Nasional Pusat,
ditugaskan secara penuh di sekolah dan pengangkatannya dilakukan melaui program pengadaan
guru bantu, berdasarkan kontrak kerja selama 3 tahun. Masing-masing guru bantu mendapat
upah sebesar Rp. 460.000,00 yang diambil dari APBN.
Tenaga Sukarela
Merupakan tenaga kependidikan nonguru yang memiliki honor yang relative kecil. Di tingkat
sekolah menengah, pengelolaan secara admisintratif, personel (kepegawaian) ada pada urusan
tata usaha atas wewenang yang diberikan oleh kepala sekolah, sedang di sekolah dasar, semua
urusan dipegang oleh kepala sekolah.
Guru
Guru menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat 1 tentang guru dan dosen
yaitu guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Dosen
Konselor
Konselor pendidikan semula disebut sebagai Guru Bimbingan Penyuluhan (Guru BP). Seiring
dengan perubahan istilah penyuluhan menjadi konseling, namanya berubah menjadi Guru
Bimbingan Konseling (Guru BK). Untuk menyesuaikan kedudukannya dengan guru lain,
kemudian disebut pula sebagai Guru Pembimbing.
Setelah terbentuknya organisasi profesi yang mewadahi para konselor, yaitu Asosiasi Bimbingan
Konseling Indonesia (ABKIN), maka
profesi ini sekarang dipanggil Konselor Pendidikan dan menjadi bagian dari asosiasi tersebut.
Pamong belajar
Pamong belajar adalah pendidik yang memiliki tugas pokok melaksanakan kegiatan
pembelajaran, pengkajian program, dan pengembangan model di bidang pendidikan nonformal
dan informal sebagaimana diatur di dalam Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan
Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 03/III/PB Tahun 2011. Sebagai pendidik, pamong
belajar dituntut untuk menguasai empat kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogik ,
kepribadian, sosial, dan professional.
Widyaiswara
Widyaiswara adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diangkat sebagai pejabat fungsional oleh
pejabat yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab, wewenang untuk mendidik, mengajar,
dan/atau melatih Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada lembaga pendidikan dan pelatihan
(diklat) pemerintah.
Tutor
Tutor adalah orang yang memberi pelajaran (membimbing) kepada seseorang atau sejumlah
kecil siswa dalam pelajarannya. Tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk
pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi agar siswa dapat efisien dan
efektif dalam belajar.
Instruktur
Instruktur adalah seseorang yang bertugas melakukan pembinaan terhadap peserta dalam forum
pelatihan.
Fasilitator
Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang memahami tujuan bersama
mereka dan membantu mereka membuat rencana guna mencapai tujuan tersebut tanpa
mengambil posisi tertentu dalam diskusi
Ustadz
Ustadz adalah guru atau pendidik yang mengajarkan ilmu agama (Islam) kepada orang lain
dengan tujuan beribadah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Di dalam UU No.20 tahun 2003 pasal 39 ayat 2 tentang sisdiknas disebutkan bahwa pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi. Sedangkan tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan
diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Tenaga pendidikan bertugas
melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis
untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
Jenis – jenis pendidik antaralain guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor,
instruktur, fasilitator, ustadz, sedangkan jenis jenis tenaga kependidikan diantaranya: Wakil-
wakil/Kepala urusan, Tata Usaha, Laboran, Pustakawan, Pelatih Ekstrakurikurer, Petugas
Keamanan, Petugas Kebersihan, Profesionalisme Profesi Keguruan, Otoritas Profesional Guru,
Kebebasan Akademik, dan Tanggung Jawab Moral dan Pertanggungjawab Jabatan.
Harapan bagi profesi kependidikan adalah terbentuknnya para profesi kependidikan yang
professional baik pendidik dan tenaga kependidikannya agar pendidikan semakin maju,
berkualitas, dan bermutu. Tantangan yang harus dihadapi para profesi kependidikan antaralain:
Profesionalisme Profesi Keguruan, Otoritas Profesional Guru, Kebebasan Akademik, Tanggung
Jawab Moral (Responsible) dan Pertanggungjawab Jabatan (Accountabillity)
BAB I
PENDAHULUAN
Pada hakikatnya aktivitas pendidikan selalu berlangsung dengan melibatkan unsur subyek atau
pihak-pihak sebagi aktor penting. Subyek penerima adalah peserta didik sedangkan subyek
pemberi adalah pendidik. Seseorang yang menginginkan menjadi pendidik maka ia
dipersyaratkan mempunyai kriteria yang di inginkan oleh duni pendidikan. Orang yang merasa
terpanggil untuk mendidik maka ia mencintai peserta didiknya dan memiliki perasaan wajib
dalam melaksanakan tugasnya disertai dengan dedikasi yang tinggi atau bertanggungjawab.
Kajian tentang pendidik mencakup beberapa hal antara lain pengertian dan sebutan istilah
pendidik, kompetensi pendidik, kedudukan pendidik, hakekat tugas dan tanggung jawab guru,
profesionalisme guru, organisasi profesi dan kode etik guru.
B. Rumusan Masalah
Mengingat banyaknya ruang lingkup yang akan dibahas di makalah ini, maka penyusun
membatasi makalah ini sebagai berikut:
1. Apa pengertian dan sebutan istilah pendidik ?
5. Apa kompetensi yang mesti dikuasai oleh tenaga kependidikan lainnya, guna menunjang
proses pembelajaran yang efektif dan efisien?
6. Bagaimana peran dan fungsi tenaga kependidikan, yang dapat menunjang proses
pembelajaran?
C. Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas tersetruktur pada mata
kuliah Kapita Selekta, dan sebagai salah satu bahan pengetahuan khususnya bagi penyusun dan
umumnya bagi para pembaca, mengenai Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidik
Pendidik apabila ditinjau dari segi bahasa (etimologi), sebagaimana yang dijelaskan oleh WJS.
Poerwadarminta adalah orang yang mendidik.Di dalam bahasa Inggris dikenal
dengan Teacher yang diartikan guru atau pengajar, atau tutor yang berarti guru pribadi (private).
Dalam bahasa Arab disebutUstadz/zah, Mudarris, Mu`allim, Mu`addib, selanjutnya dalam
bahasa Arab kata Ustadz adalah jamak dari asatidz yang berarti guru (teacher), profesor (gelar
akademik), jenjang dalam bidang intelektual, pelatih, penulis, dan penyair. adapun kata Mudarris
berarti Teacher (guru), instruktor (pelatih), trainer (pemandu). sedangkan kata Muaddib
berarti educator/pendidik atau Teacher In Coranic School (guru dalam lembaga pendidikan al-
Qur`an).[1]
Sehingga dari berbagai kata di atas dapat menunjukan berbagai perbedaan ruang gerak dan
lingkungan dimana ilmu pengetahuan dan ketrampilan diberikan. Misalnya dalam lingkungan
sekolah disebut dengan teacher (guru), diperguruan tinggi disebut dosen atau lebih tinggi
gelarnya hingga lecturer atau profesor, sedangkan dirumah-rumah secara pribadi disebut tutor, di
pusat-pusat latihan disebut instructor atau trainer, sedangkan di lembaga pendidikan khususnya
yang mengajarkan agama disebut dengan educator.
Sedangkan Pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan seluruh potensi peserta didik , baik petensi afektif, kognitif,
maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.[2]
Secara terminologi, pengertian yang lebih implisit kata pendidik dapat diartikan dengan guru,
sebagaimana yang disampaikan oleh Hadari Nawawi yang dikutip oleh Moh. Uzer, pendidik
adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau di kelas. Bahwa
guru yang berarti orang yang bekerja sebagai tenaga pengajar yang ikut juga bertanggung jawab
dalam membantu peserta didik untuk mencapai proses kedewasaan. Tetapi dalam hal ini banyak
disalah artikan banyak orang, bahwa hanya gurulah yang bertanggung jawab dalam proses
pendidikan. Tetapi yang sesungguhnya adalah baik masyarakat lebih-lebih orang tua peserta
didik bersama-sama membangun proses pendidikan, agar menjadi masyarakat yang dewasa pula.
[3]
Dikutip dari Abuddin Nata, pengertian pendidik adalah orang yang mendidik. Pengertian ini
memberikan kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang
mendidik. Secara khusus pendidikan dalam persepektif pendidikan Islam adalah orang-orang
yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi peseta didik. Kalau kita melihat
secara fungsional kata pendidik dapat di artikan sebagai pemberi atau penyalur pengetahuan,
keterampilan.[4]
1. Pendidik adalah setiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk
mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi.(Sutari Iman Bernadjib,1994)
2. Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan
sasaran peseta didik. (Umar Tirtarahardja dan La Sulo 1994)
3. Pendidik adalah orang yang dengan sengaja membantu orang lain untuk mencapai
kedewasaan. (Langeveld)
Pendidik di lingkungan keluarga adalah orang tua dari anak yang biasa disebut ayah – ibu
atau papa-mama.
Tidak semua orang bisa menjadi pendidik kalau yang bersangkutan tidak bisa menunjukkan
bukti dengan kriteria yang ditetapkan. Syarat-syarat umum bagi seorang pendidik adalah : Sehat
Jasmani dan Sehat Rohani. Syarat untuk menjadi seorang pendidik yaitu:
1. Harus beragama.
3. Tidak kalah dengan guru-guru umum lainnya dalam membentuk Negara yang demokratis.
3. Integritas susila, yaitu pribadi yang telah menyatukan diri dengan norma-norma susila yang
dipilihnya.
Menurut Dirto Hadisusanto, Suryati Sidharto, dan Dwi Siswoyo (1995), syarat seorang pendidik
adalah :
Tetapi untuk pendidik yang berlaku khusus di sekolah, sebagian besar pendapat mengisyaratkan
pentingnya sebuah kompetensi sebagai kualifikasi persyaratan profesionalisme guru. Kompetensi
adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan , dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Menurut Dirto Hadisusanto, Suryati Sidharto, dan Dwi Siswoyo (1995), kompetensi yang harus
dimiliki seorang guru adalah :
Kompetensi profesioanal
Kompetensi personal
Kompetensi sosial.
Kompetensi pendidik profesional dalam UU No. 14 Tahun 2005 dikemukakan ada 4 cakupan
yang meliputi Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional dan
Kompetensi Sosial.
b. Kompetensi Kepribadian berupa kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan
berwibawa yang meliputi kemantapan pribadi dan akhlak mulia, kedewasaan dan kearifan, serta
keteladanan dan kewibawaan.
c. Kompetensi Profesional berupa kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan
mendalam yang meliputi penguasaan matei keilmuan, penguasaan kurikulum dan silabus
sekolah, metode khusus pembelajaran bidang studi serta pengembangan wawasan etika dan
pengembangan profesi.
d. Kompetensi sosial berupa kemampuan yang dimiliki seorang pendidik untuk berkomunikasi
dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali
murid dan masyarakat sekitar.
C. Kedudukan Pendidik
Pendidik menjadi orang yang paling menentukan dalam perancangan dan penyiapan proses
pendidikan dan pembelajaran di kelas, pengaturan kelas, pengendalian siswa, penilaian hasil
pendidikan, dan pembelajaran yang dicapai siswa. Dalam konteks pendidikan formal di sekolah,
guru sebagai pendidik mempunyai kedudukan sebagai tenaga professional pada jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini.
Untuk itulah sejak tahun 2007 di Indonesia dilakukan uji sertifikasi guru untuk selanjutnya bagi
yang lulus bisa diberiakn sertifikat pendidik. Uji sertifikasi adalah suatu pengujian melalui tes
terhadap para guru di Indonesia untuk memperoleh sertifikat pendidik. Maka pendidik yang
sudah lulus sertifikasi memilki fungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen
pembelajaran dan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
D. Hakekat Tugas dan Tanggung jawab pendidik
Menurut Raka Joni (Cony R.Semiawan dan Soedijarto, 1991) hakekat tugas guru pada umumnya
berhubungan dengan pengembangkan SDM yang pada akhirnya akan paling menentukan
kelestarian dan kejayaan kehidupan bangsa.
Dalam proses pendidikan, pada dasarnya guru mempunyai tugas mendidik dan mengajar peserta
didik agar dapat menjadi manusia yang dapat melaksanakan tugas kehidupannya yang selaras
dengan kodratnya sebagai manusia yang baik dalam kaitan hubungannya dengan sesama
manusia maupun dengan Tuhan. Tugas mendidik berkaitan dengan transformasi pengetahuan
dan keterampilan kepada peserta didik.
Dalam UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 20 disebutkan bahwa tugas guru
adalah :
3. Bertindak obyektif dan tidak deskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama ,
suku, ras, dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi
peserta didik dalam pembelajaran
4. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode etik guru serta nilai-
nilai agama dan etika
Menurut UU No.14 tahun 2005 Pasal 14 ayat 1 juga menyatakan bahwa dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan, guru berhak :
b. Mendapat promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
c. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual.
Dalam Pasal 29 ayat 1 dinyatakan bahwa guru yang bertugas didaerah khusus memperoleh hak :
4. Pindah tugas setelah bertugas 2 tahun dan tersedia guru penganti (pasal 29 ayat 3).
Tenaga Kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
menunjangPenyelenggaraan Pendidikan. Yang termasuk ke dalam tenaga kependidikan adalah:
kepala satuan pendidikan; pendidik; dan tenaga kependidikan lainnya.
Kepala Satuan Pendidikan yaitu orang yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk
memimpin satuan pendidikan tersebut. Kepala Satuan Pendidikan harus mampu melaksanakan
peran dan tugasnya
sebagai edukator, manajer,administrator, supervisor, leader, inovator, motivator, figur danmediat
or (Emaslim-FM) Istilah lain untuk Kepala Satuan Pendidikan adalah: Kepala
Sekolah, Rektor, Direktur, serta istilah lainnya. Sedangkan pendidik atau di Indonesia lebih
dikenal dengan pengajar, adalah tenaga kependidikan yang berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan dengan tugas khusus sebagai profesi pendidik. Pendidik
mempunyai sebutan lain sesuai kekhususannya yaitu: Guru, Dosen, Konselor, Pamong
belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,Ustadz, dan sebutan lainnya.
Tenaga Kependidikan lainnya ialah orang yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan
di satuan pendidikan, walaupun secara tidak langsung terlibat dalam proses pendidikan,
diantaranya:
b. Tata usaha, adalah Tenaga Kependidikan yang bertugas dalam bidang administrasi instansi
tersebut. Bidang administrasi yang dikeloladiantaranya;Administrasi surat menyurat
danpengarsipan,Administrasi Kepegawaian,Administrasi PesertaDidik,Administrasi Keuangan,
Administrasi Inventaris dan lain-lain.
c. Laboran, adalah petugas khusus yang bertanggung jawab terhadap alat dan bahan
di Laboratorium.
Suatu bagian penting dari lembaga ialah peranan. Peranan ialah aspek-aspek dinamis dari
kedudukan dan jabatan di dalam suatu lembaga, dan ia menetapkan perilaku para pemegang
peranan itu. Di sekolah, pemegang peranan itu meliputi pendidik, tenaga kependidikan, dan
peserta didik.Peranan memiliki harapan-harapan yaitu kewajiban, tanggung jawab, dan haknya.
Sifat pokok dari peranan-peranan adalah satu sama lain saling melengkapi untuk mencapai
tujuan sekolah secara efektif, efisien, mandiri, dan akuntabel. Misalnya, guru berperan memberi
pembelajaran, siswa berperan sebagai pembelajar.Pengawas berperan sebagai pembimbing
kepala sekola, kepala sekolah berperan sebagai pihak yang dibimbing.Tenaga administrasi
sekolah berperan sebagai administrator; kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua yang
memanfaatkan administrasi tersebut.Semua peranan masing-masing adalah untuk mencapai
tujuan sekolah.Penghargaan terhadap pentingnya peranan dan fungsitenaga administrasi
sekolah sampai saat ini masih kurang disadari dan kurang mendapat perhatian baik oleh
warga sekolah, warga masyarakat, ilmuwan, maupun pejabat. Tetapi, dengan adanya Direktorat
Tenaga Kependidikan, niat dan upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat serta
citra tenaga administrasi sekolah semakin mendapat perhatian. Terbukti dengan semakin
banyaknya bimbingan teknik (pelatihan) tenaga administrasi sekolah yang telah dilakukan
Direktorat Tenaga Kependidikan di mana sebelumnya pelatihan seperti ini sangat langka
dilaksanakan. Sebenarnya, kalau kita mau jujur, dan berdialog dengan hati nurani dan
menganggap sekolah sebagai suatu sistem sosial; maka peranan dan fungsi setiap orang sama
pentingnya karena masing-masing saling membutuhkan. Ada pendapat yang keliru dimasyarakat
bahwa tenaga administrasi sekolah tidak penting, tidak perlu dilatih karena pekerjaannya
hanyalah mengurusi surat-menyurat. Pada hal kenyatan di lapangan, Kepala tenaga daministrasi
sekolah memiliki staf yang harus ia kelola secara profesional dengan keterampilan
managerialnya.
Selanjutnya dijelaskan oleh The Liang Gie, bahwa untuk Indonesia dapatlah kini secara lengkap
tata usaha dirumuskan sebagai segenap rangkaian kegiatan yang menghimpun, mencatat,
mengolah, menggandakan, mengirim, dan menyimpan. Pekerjaan catat-mencatat atau tulis-
menulis mendukung falsafah yang digunakan dalam Sistem Manajemen Mutu International
Standart Organization 9001:2000 (SMM ISO 9001:2000) yaitu, ”Tulis yang Anda kerjakan dan
kerjakan yang Anda tulis.” Jika mutu sekolah Indonesia ingin diakui dunia internasional,
makasekolah harus menerapkan dan memiliki sertifikat ISO 9001:2000.Pekerjaaan catat
mencatat mendukung salah satu fungsi manajemen yang dikembangkan oleh Gullick & Urwick
(1937) (Hoy & Miskel, 2005) dengan akronim POSDCoRB (Planning, Organizing, Staffing,
Coordinating, Reporting, and Budgetting).Pekerjaan catat-mencatat mendukung salah satu
karakteristik birokrasi yaitu administrasi adalah tindakan catat-mencatat seperti yang dinyatakan
Weber.
Fungsi ialah sekelompok tugas pekerjaan meliputi sejumlah aktivitas yang tergolong pada jenis
yang sama berdasarkan sifat-sifatnya, pelaksanaannya atau karena merupakan suatu urutan
ataupun secara praktis saling tergantung satu sama lain. Fungsi dalam suatu organisasi
dibebankan kepada seseorang petugas atau satuan tertentu sebagai tugas yang harus
dilaksanakan. Tenaga administrasi sebagai pekerjaan pelayanan (service work) yang mempunyai
fungsi memfasilitasi (function facilitating), untuk membantu pekerjaan-pekerjaan pokok
(substantif) berjalan secara efektif dan efisien. Fungsi administrasi perkantoran adalah fungsi tata
penyelenggaraan terhadap komunikasi dan pelayanan surat menyurat dari suatu organisasi.
Administrasi perkantoran sebagai fungsi yang menyangkut manajemen dan pengarahan semua
tahap operasi perusahaan yang mengenai pengolahan bahan keterangan, komunikasi, dan ingatan
organisasi. Depdiknas (2001) menyatakan bahwa fungsi tenaga administrasi sekolah adalah: (1)
Kepala Tata Usaha/Kepala Subbagian Tata Usaha bertugas membantu kepala sekolah/madrasah
dalam kegiatan administrasi (urusan surat menyurat, ketatausahaan) sekolah/madrasah yang
berkaiatan dengan pembelajaran, (2) Pelaksana urusan kepegawaian bertugas membantu Kepala
Tata Usaha/Kepala Subbagian Tata Usaha dalam kegiatan atau kelancaran kepegawaian baik
pendidik maupun tenaga kependidikan yang bertugas di sekolah/madrasah, (3) Pelaksana urusan
keuangan bertugas membantu Kepala Tata Usaha/Kepala Subbagian Tata Usaha dalam
mengelola keuangan sekolah/ madrasah, (4) Pelaksana urusan perlengkapan/logistik bertugas
membantu Kepala Tata Usaha/Kepala Subbagian Tata Usaha dalam mengelola
perlengkapan/logistik sekolah/madrasah, (5) Pelaksana sekretariat dan kesiswaan bertugas
membantu Kepala Tata Usaha/Kepala Subbagian Tata Usaha dalam mengelola kesekretariatan
dan kesiswaan, (6) Pengemudi bertugas sebagai sopir, (7) Penjaga sekolah/madrasah bertugas
memelihara dan memperbaiki fasilitas sekolah/madrasah berupa bangunan, kelistrikan, dan
peralatan praktik. Joko Kuncoro (2002) menyatakan bahwa pekerjaan kantor atau tata usaha
memiliki berbagai sebutan lain seperti office work, paper work, dan clerical work diperlukan
oleh semua jenis aktivitas substantif agar dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Pada
dasarnya, pekerjaan tenaga administrasi sekolah merupakan pelayanan yang berfungsi
meringankan (facilitating function) terhadap pencapaian tujuan aktivitas substantif. Setiap
organisasi, apapun bentuk, jenis, corak, dan tujuannya terdiri atas dua pekerjaan yaitu aktivitas
substantif dan pekerjaan kantor. Organisasi sekolah mempunyai aktivitas substantif berupa
pembelajaran dan pekerjaan kantor berupa administrasi sekolah.
Efisien (daya guna) ialah proses penghematan sumber daya dengan cara melakukan pekerjaan
dengan benar (do things right), sedangkan efektif (hasil guna) ialah tingkat keberhasilan
pencapaian tujuan dengan cara melakukan pekerjaan yang benar (do the right things). Efektif
secara kuantitatif adalah perbandingan antara hasil yang diperoleh dibagi dengan target yang
harus dicapai, sedangkan efektivitas secara kualitatif adalah tingkat kepuasan yang diperoleh.
Keefektifan dapat dilihat dari tiga perspektif yaitu: (1) individual (input), kelompok (proses),
dan (3) organisasi. Keefektifan individual ditentukan oleh sikap, keterampilan, pengetahuan,
motivasi, dan stres. Keefektifan kelompok ditentukan oleh kekompakan (cohesiveness),
kepemimpinan, struktur, status, peranan-peanan, dan norma-norma.Keefektifan organisasi
ditentukan oleh lingkungan, teknologi, pilihan strategik, struktur, proses, dan budaya.
Mengenai kualitas kepribadian yang penting adalah kegairahan, ketulusan, kebijaksanaan, dan
pengendalian diri. Tetapi kualitas terpenting adalah kepemimpinan yakni kemampuan
membangkitkan gairah, memberikan inspirasi, dan membimbing semua pegawai. Dengan
kepemimpinan, manajer perkantoran dapat menghasilkan yang terbaik dari stafnya, dapat
membuat staf bekerja sama sebagai sebuah kelompok yang terpadu.
G. Laboran
Laboran adalah petugas non guru yang membantu guru untuk melaksanakan kegiatan
praktikum/peragaan (meliputi penyiapan bahan, membantu pelaksanaan praktikum serta
mengemasi/ membersihkan bahan dan alat setelah praktikum). Selain itu, Laboran adalah teknisi
yang membantu guru dalam melaksanakan KBM yang berupa peragaan atau praktikum.
Pengaturan jadual praktikum (bersama tim kurikulum sekolah) dan pendaftaran praktikum
(untuk siswa).
Bertanggung jawab dalam penyusunan dan pengadaan bahan dan peralatan (bukan alat
utama), termasuk merawat dan perbaikan alat.
Presensi/absensi siswa dan mengawasi jalannya praktikum dan memberi layanan keperluan
praktikum
1. Untuk tingkat SD
a. Pada umumnya hanya berupa peragaan dan siswa tidak aktif dalam mengerjakan sesuatu
kegiatan praktikum. Alat peraga dapat dimainkan oleh siswa, misalnya timbangan, garpu tala,
kompas, alat musik, dll
c. Praktikum merupakan satu kesatuan dengan pengajaran, tidak ada acara/waktu praktikum
khusus
e. Bahan dipersiapkan oleh guru yang bersangkutan, bila memerlukan bantuan tenaga
diambilkan dari tenaga administrasi sekolah.
Bahan dan alat dipersiapkan secara bersama oleh laboran dan guru terkait
Praktikum dikerjakan secara terpisah dari pengajaran tapi ada yang memasukkan jadualnya
pada jam pelajaran, ada juga yang di luar jam pelajaran (sore).
Tidak ada tenaga laboran, sehingga tenaga administrasi yang diperbantukan/ diperankan
sebagai laboran
Petugas laboran tidak intensif mengingat harus melayani berbagai kegiatan praktikum pada
berbagai tingkat kelas dan kelas paralel
Masing-masing mata pelajaran yang memerlukan praktikum telah punya laboratorium dan
laboran
Praktikum dikerjakan secara terpisah dari pengajaran, dikerjakan pada sore hari
Tugas dan tanggungjawab seorang laboran sangat besar dan memiliki andil yang cukup
signifikan dalam menunjang kelancaran dan efektifitas pembelajaran disekolah.Sehingga seorang
laboran dituntut untuk memiliki kompetensi yang berkualitas agar mampu menunjang tugas dan
tanggungjawabnya.Namun realitasnya dilapangan, kekurangan tenaga ahli sebagai laboran yang
dilibatkan disekolah-sekolah menyebabkan tenaga laboran terkesan asal-asalan dalam
rekruitmennya. Adapun kondisi umum kompetensi yang ada disekolah-sekolah kaitannya dengan
laboran sebagai berikut:
Rekruitmen biasanya dari tamatan SMA IPA yang umumnya PTT/Honorer, bukan PNS,
kecuali PNS administrasi yang difungsikan sebagai laboran
Di SMU, laboran telah ada yang pernah mengikuti kursus khusus laboran/teknisi spesifik
laboratorium, tidak ada di SD maupun di SLTP
Hubungan yang erat dengan tenaga pengajar, menyebabkan secara teknis laboran mahir
dalam tugasnya, meskipun tidak dicukupi oleh scientific backgroundnya. ”bisa karena biasa”
Tidak ada tunjangan khusus laboran, seperti halnya tunjangan petugas perpustakaan.
Ada yang mengusulkan insentif dari Dinas/Pemda tapi diatas-namakan sebagai tenaga
administrasi dan berupa leburan (di luar jam kerja). HR + tunjangan bulanan ada yang masih
berada di bawah UMR regional.
Dari kenyataan di atas, maka sudah selayaknya ada peningkatan kompetensi untuk seorang
laboran serta dibuatnya sistem yang baik dalam pendidikan nasional kita berkaitan dengan
keberadaan tenaga laboran ini.Adapun hal yang mesti dilakukan oleh pemerintah dan institusi
sekolah berkaitan dengan peningkatan mutu laboran adalah sebagai berikut.
d. Pembuatan sekolah laboran, setara D3 secara regional oleh PT eks. IKIP?. Mewajibkan
laboran yang ada mengikuti kuliah lanjutan tersebut (bagi laboran tamatan SLTA dan berpotensi
untuk diangkat menjadi PNS)
f. Target: Laboran sebagai teknisi yang menguasai bidangnya dan dapat ditingkatkan menjadi
asisten guru (aktif dalam pelaksanaan kegiatan praktikum).
H. Pustakawan
Menfasilitasi terjadinya belajar pada peserta didik, hasil belajar belajar optimal sesuai dengan
potensinya
o Tenaga Pendidik
o Lingkungan
2. Peran Pustakawan
3. Masalah Pustakawan
d. Luas ruang, meja, kursi untuk membaca juga belum sebanding dengan jumlah siswa,
pendidik, dan tenaga kependidikan yang ada di sekolah.
4. Harapan
d. Pustakawan sebagai Mitra Sejajar Guru dalam pengelolaan PBM yang bermutu
e. Memberikan masukan kepada Guru dan Siswa untuk Peningkatan Mutu Pembelajaran
5. Tugas Pustakawan
c. Pemberdayaan tenaga pelayan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar (PSB) dengan
mengembangkan jabatan fungsional pustakawan.
a. Pengadaan
b. Pengolahan
d. Sirkulasi
e. Penelusuran Informasi
f. Kesiagaan Informasi
g. Terbitan Berser
Membuat kliping
h. Pengembangan Perpustakaan
Mengadakan Program :
1. Kuis Bulanan
3. Storytelling
Lokakarya, Stock opname dan Evaluasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa hakikat seorang pendidik kaitannya
dalam pendidikan Islam adalah mendidik dan sekaligus di dalamnya mengajar sesuai dengan
keilmuwan yang dimilikinya. Secara umumnya pendidik adalah orang yang memiliki
tanggungjawab mendidik. Bila dipersempit pengertian pendidik adalah guru yang dalam hal ini
di suatu lembaga sekolah. Sedangkan pengajar adalah pendidik yang baik. Adapun hakekat
pendidik adalah Allah SWT yang mengajarkan ilmu kepada manusia dan manusia pula yang
mempunyai sebuah kewajiban baginya untuk mentransferkan ilmu itu kepada orang lain demi
kemaslahatan ummat, hakekat peserta didik merupakan individu yang akan dipenuhi kebutuhan
ilmu pengetahuan, sikap dan tingkah lakunya, karena peserta didik adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran.
Tugas dan peran pendidik sangat berkaitan dan tak tidak dapat dipisahkan, tugas pendidik adalah
membantu peserta didik agar mampu melakukan adaptasi terhadap diri dan berbagai tantangan
kehidupannya, sedangkan peran pendidik adalah sebagai pemimpin dan pelaksana pendidikan
dalam suatu masyarakat dan sekaligus sebagai anggota masyarakat, sehingga dengan demikian
dituntut guru atau pendidik dalam meningkatkan tugas dan perannya.
Tenaga kependidikan lainnya merupakan salah satu elemen yang keberadaannya sangat penting
bagi peningkatan mutu pembelajaran di sekolah, karena tugas, fungsi dan peranan mereka sangat
menunjang bagi kelancaran proses pembelajaran di sekolah. Kepala satua pendidikan dan
pendidik memiliki tugas pokok dan fungsi tersendiri yang cukup banyak, sehingga jika dua
elemen ini pun harus terlibat penuh dalam masalah tata usaha, laboratorium dan perpustakaan,
maka waktu, tenaga dan pikiran mereka akan tersita dan habis, padahal mereka punya tupoksi
tersendiri yang sangat penting bagi proses pembelajaran. Oleh karena itu, maka keberadaan
tenaga administrasi, tenaga laboran, dan tenaga kepustakaan di sekolah-sekolah saat ini sudah
menjadi kebutuhan pokok yang tidak bisa dianggap sepele lagi. Namun yang mesti diperhatikan
adalah kompetensi mereka yang mengisi posisi tersebut, agar peran, tugas dan fungsinya bisa
berjalan sebaik mungkin dan membantu kelancaran proses pembelajaran di sekolah.
Peranan ialah kedudukan dan jabatan di S/M. Di S/M, ada yang berperan sebagai Kepala S/M,
guru, siswa, dan tenaga kependidikan termasuk TAS/M. Semua peranan sama pentingnya dan
saling mendukung untuk mencapai tujuan S/M. Peranan memiliki sejumlah harapan terutama
kewajiban, tanggung jawab, dan hak. Peranan kadang-kadang berkonflik dengan
kepribadian. Peranan TAS/M adalah sebagai: administrator, personal, dan sosial. Peranan Kepala
TAS/M adalah sebagai administrator, personal, dan sosial, dan manajer. Peranan sebagai
administrator memiliki subperanan sebagai collector, reporter, programmer, duplicator,
calculator, sender, archivist, communicator, technician, expeditor, waiter, dan caretaker.
Peranan sebagai manajer memiliki subperanan sebagai: planner, organizator, motivator,
coordinator, delegator, problem solver, decision maker, dan evaluator. Fungsi ialah sekelompok
tugas pekerjaan meliputi sejumlah aktivitas yang tergolong pada jenis yang sama berdasarkan
sifat-sifatnya, pelaksanaannya atau urutan. Fungsi dalam suatu organisasi dibebankan kepada
seseorang petugas atau satuan tertentu yang harus dilaksanakan. Fungsi TAS/M adalah
pelayanan prima di bidang administrasi baik dalam arti sebenarnya maupun singkatan. Salah satu
cara untuk mengefektifkan peranan dan fungsi TAS/M ialah dengan mengadakan pelatihan
manajerial TAS/M berbasis kompetensi dengan langkah dari analisis kebutuhan pelatihan sampai
laporan pelaksanaan pelatihan. Mata pelatihan untuk mengefektifkan peranan sosial adalah: (1)
memahami manusia, (2) teknik komunikasi efektif, (3) pengelolaan konflik, dan (4) kerja tim.
Mata pelatihan untuk mengefektifkan peranan administrator adalah aplikasi program komputer
untuk administrasi sekolah dan delapan SPN. Mata pelatihan untuk mengefektifkan peranan
manajer adalah: (1) perencanaan program ketatausahaan, (2) teknik berorganisasi, (3) teknik
memotivasi staf, (3) teknik koordinasi, (4) kepemimpinan tim, (5) teknik delegasi, (6) teknik
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan administratif, (7) manajemen mutu berbasis
sekolah, dan (8) teknik menilai kinerja staf. Mata pelatihan untuk mengefektifkan fungsi
pelayanan prima adalah pelayanan prima
Sedangkan berkaitan dengan tenaga laboran yang mesti diperhatikan adalah hal-hal sebagai
berikut ini;
Di SLTP minimal ada 3 laboran (Fisika, Biologi, dan Kimia) serta 1 teknisi computer
6. 1. Tenaga Kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya,
serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. (UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 2.
Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
menunjang penyelenggaraan pendidikan. (UU No. 20 tahun 2003 psl 1, BAB 1 Ketentuan
umum) 3. Merupakan tenaga yang bertugas merencanakan dan melaksanakan administrasi,
pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan. (UU No.20 THN 2003, PASAL 39 (1). B. Definisi
Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan Dalam organisasi pendidikan tenaga pendidik
dan kependidikan ini merupakan sumber daya manusia potensial yang turut berperan dalam
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan adalah
aktivitas yang harus dilakukan mulai dari tenaga pendidik dan kependidikan itu masuk ke dalam
organisasi pendidikan sampai akhirnya berhenti melalui proses perencanaan SDM, perekrutan,
seleksi, penempatan, pemberian kompensasi, penghargaan, pendidikan dan latihan atau
pengembangan dan pemberhentian. 2.2. TUJUAN PENGELOLAAN TENAGA
KEPENDIDIKAN Tenaga pendidik dibawah Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan
Kependidikan memiliki wewenang untuk mengatur, mengelola tenaga pendidik dan
kependidikan. Berdasarkan (Permendiknas No. 08 Tahun 2005) Tugas Ditjen PMPTK
mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan standarisasi teknis dibidang
peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan non formal.
9. Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003
menjelaskan bahwa tugas tenaga kependidikan itu adalah melaksanakan administrasi,
pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan. Jabatan Deskripsi Tugas Kepala Sekolah Bertanggung jawab
atas keseluruhan kegiatan penyelenggaraan pendidikan di sekolahnya baik ke dalam maupun ke
luar yakni dengan melaksanakan segala kebijaksanaan, peraturan dan ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan oleh lembaga yang lebih tinggi. Wakil Kepala Sekolah (Urusan Kurikulum)
Bertanggung jawab membantu Kepala Sekolah dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang
berkaitan langsung dengan pelaksanaan kurikulum dan proses belajar mengajar Wakil Kepala
Sekolah (Urusan Kesiswaan) Bertanggung jawab membantu Kepala Sekolah dalam
penyelenggaraan kegiatan kesiswaan dan ekstrakurikuler Wakil Kepala Sekolah (Urusan Sarana
dan Prasarana) Bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan inventaris pendayagunaan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana serta keuangan sekolah Wakil Kepala Sekolah (Urusan
Pelayanan Khusus) Bertanggung jawab membantu Kepala Sekolah dalam penyelenggaraan
pelayanan-pelayanan khusus, seperti hubungan masyarakat, bimbingan dan penyuluhan, usaha
kesehatan sekolah dan perpustakaan sekolah. Pengembang Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Bertanggung jawab atas penyelenggaraan program- program pengembangan kurikulum dan
pengembangan alat bantu pengajaran
11. Tenaga kependidikan merupakan hasil analisis jabatan yang dibutuhkan oleh suatu sekolah
atau satuan organisasi yang lebih luas. Sejalan dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang
pemerintahan daerah dan PP No.25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi sebagai daerah otonom, maka jenis-jenis tenaga kependidikan dapat
bervariasi sesuai kebutuhan organisasi yang bersangkutan. B. Jenis-Jenis Tenaga Kependidikan
Dilihat dari Jenisnya Tenaga Kependidikan Tenaga kependidikan merupakan seluruh komponen
yang terdapat dalam instansi atau lembaga pendidikan yang tidak hanya mencakup guru saja
melainkan keseluruhan yang berpartisipasi dalam pendidikan (mencakup lembaga edukatif dan
administrative). Dilihat dari jenisnya tenaga kependidikan terdiri atas : 1. Tenaga kependidikan
adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelanggaraan pendidikan. Tenaga kependidikan terdiri atas tenaga pendidik, pengelola satuan
pendidikan, penilik, pengawas, peneliti, dan pengembang dalam bidang pendidikan, pustakawan,
laboran, teknisi sumber belajar dan penguji. Pengelola satuan pendidikan bertugas dan mengelola
satuan pendidikan pada pendidikan formal dan non formal. Penilik satuan pendidikan bertugas
dan bertanggungjawab melakukan pembinaan, pembimbingan dan penilaian pada satuan
pendidikan. Pengawas bertugas dan bertanggungjawab dalam melakukan pengawasan
pendidikan terhadap pendidik atau penyelenggara satuan pendidikan taman kanak-kanak, dasar,
dan menengah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan teknis pendidikan. Pustakawan
bertugas melaksanakan pengelolaan sumber belajar di perpustakaan. Laboran bertugas
melaksankan pengelolaan sumber belajar di laboratorium. Teknisi bertugas merawat,
memperbaiki sarana dan prasarana pembelajaran pada satuan pendidikan. 2. Tenaga pendidik
adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
tutor, instruktur, fasilitator dsb yang sesuai dengan kekhususannya dan berpasrtisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.
12. 3. Pengelola satuan pendidikan terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua, rektor, pimpinan
satuan pendidikan di luar sekolah. Termasuk pengelola sistem pendidikan seperti kepala kantor
dinas pendidikan di tingkat provinsi atau kabupaten/kota. Jadi, secara umum tenaga
kependidikan dapat dibedakan menjadi empat kategori yaitu: 1. Tenaga pendidik Terdiri atas
pembimbing, penguji, pengajar, dan pelatih. 2. Tenaga fungsional kependidikaN. Terdiri atas
penilik, pengawas, peneliti, dan pengembang di bidang pendidikan dan pustakawan. 3. Tenaga
teknis kependidikan Terdiri atas laboran dan teknisi sumber belajar. 4. Tenaga pengelola satuan
pendidikan Terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua, rektor, dan pemimpin satuan pendidikan
luar sekolah C. Sedangkan apabila dilihat dari statusnya, tenaga kependidikan terdiri atas : 1)
Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah salah satu jenis Kepegawaian
Negeri di samping anggota TNI dan Anggota POLRI (UU No 43 Th 1999). Pengertian Pegawai
Negeri adalah warga negara RI yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh
pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara
lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 1 ayat 1 UU
43/1999). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep profesionalisme Pegawai
Negeri Sipil harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Menguasai pengetahuan dibidangnya
selalu berusaha dengan sungguh sungguh untuk mem-perdalam pengetahuannya dengan tujuan
agar dapat melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasil guna.
13. b. Komitmen pada kualitas c. Dedikasi d. Keinginan untuk membantu 2) Guru tidak tetap a)
GTT (Guru Tidak Tetap) Sekolah Negeri adalah istilah yang lazim “dicapkan” atau disebut oleh
pihak sekolah untuk guru yang: 1. Diangkat berdasarkan kebutuhan pada satuan pendidikan
(sekolah) dengan disetujui kepala sekolah. 2. Kewenangan bertumpu kepada kepala sekolah, baik
pengangkatan juga pemberhentian. 3. Menandatangani kontak kerja selama jangka waktu
tertentu, setahun atau lebih sesuai dengan kebutuhan sekolah. 4. (4)Dibiayai atau digaji
berdasarkan sumbangan dari masyarakat dan tunjangan fungsional Rp.200.00/bulan, khusus yang
memenuhi kuota 24 jam dengan berbagai pertimbangan, baik itu jam mengajar dari beberapa
sekolah, sebagai wali kelas, pembina ekskul, tim IT sekolah, staff, dan jabatan lainnya dalam
koridor pendidikan. 5. (5)Tunjangan fungsional adalah “jasa baik” Pemda, walaupun legal, akan
tetapi tidak masuk dalam kategori dari “pembiayaan APBD”. 6. (6)GTT adalah guru yang tidak
masuk anggaran APBN dan APBD. b) GTT adalah bukan Guru PTT (Pegawai Tidak Tetap)
yang seringkali disama artikan atau tersamarkan sebagai guru honor. Dalam terminologi legal
yang berlaku di beberapa anggota DPR, surat kabar, dan Pemda, guru honor untuk menyebut
Guru PTT. Dalam arti demikian, sekali lagi, GTT bukan Guru PTT. c) GTT sampai hari ini,
belum memiliki payung hukum, baik dalam provinsi maupun nasional. Sehingga, pihak-pihak
yang miskin hati nuraninya, dapat dengan mudah menyingkirkan GTT disatuan pendidikan, baik
itu di sekolah negeri ataupun swasta. Namun, GTT yang berani dan cerdas, akan bergabung ke
SGJ (Serikat Guru Jakarta) atau organisasi guru lainnya yang legal sebagai forum untuk berjuang
demi
14. pengakuan legal serta faktual. SGJ bahkan pernah dan tak akan berhenti membela GTT yang
diberhentikan secara semena-mena, apalagi diluar ketentuan yang berlaku. d) GTT memiliki gaji
yang kecil bila dibandingkan dengan PNS, yang secara jelas memiliki tanggungjawab sama.
Kenyataan ini, seringkali memunculkan kecemburuan yang rasional dan realistis. Pemegang
kebijakan, provinsi dan nasional, sedang mengusahakan perbaikan gaji, karena mereka
menyadarinya. Semoga bukan karena tekanan yang selama kurang lebih 3 tahun ini dilakukan
oleh SGJ. e) GTT termasuk guru yang kurang peduli, dan kurang semangat dalam menyuarakan
kepentingan mereka, kecuali kalau sudah terancam, baik itu diberhentikan, dikurangi jam
mengajar, atau dipersilahkan untuk keluar dari sekolah negeri. Maka, GTT harus bersatu,
kompak. 3) Guru bantu Guru Non PNS yang berkedudukan sebagai pegawai Departemen
Pendidikan Nasional Pusat, ditugaskan secara penuh di sekolah dan pengangkatannya dilakukan
melaui program pengadaan guru bantu, berdasarkan kontrak kerja selama 3 tahun. Masing-
masing guru bantu mendapat upah sebesar Rp. 460.000,00 yang diambil dari APBN. 4) Tenaga
sukarela Merupakan tenaga kependidikan nonguru yang memiliki honor yang relative kecil. Di
tingkat sekolah menengah, pengelolaan secara admisintratif, personel (kepegawaian) ada pada
urusan tata usaha atas wewenang yang diberikan oleh kepala sekolah, sedang di sekolah dasar,
semua urusan dipegang oleh kepala sekolah.
17. 4) Pemeriksaan medis atau kesehatan calon, baik dengan menunjukkan informasi kesehatan,
maupun pemeriksaan yang dilakukan sacara langsung oleh tim yang sengaja dibentuk C.
Menetapkan Calon yang dapat Diterima Penetapan atas calon-calon yang diterima ini dapat
diputuskan oleh atasan langsung atau oleh bagian personalia/kepegawaian. Keputusan ini
merupakan akhir dari kegiatan penyelenggaraan seleksi. Untuk mengantarkan tenaga-tenaga
kependidikan diperlukan kegiatan-kegiatan penempatan, penugasan, dan orientasi. Penempatan
merupakan tindakan pengaturan atas seseorang untuk menempati suatu posisi atau jabatan.
Penugasan merupakan tindakan pemberian tugas tanggung jawab kepada tenaga kependidikan
sesuai dengan kemampuannya, yaitu kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan dengan mutu
yang paling diharapkan. Orientasi merupakan upaya memperkenalkan seorang tenaga
kependidikan yang baru terhadap situasi dan kondisi pekerjaan atau jabatan. D. Pembinaan /
Pengembangan Tenaga Kependidikan Pembinaan atau pengembangan tenaga kependidikan
merupakan usaha mendayagunakan, memajukan dan meningkatkan produktivitas kerja setiap
tenaga kependidikan yang ada di seluruh tingkatan pengelolaan organisasi dan jenjang
pendidikan. Tujuan dari kegiatan pembianaan ini adalah tumbuhnya kemampuan setiap tenaga
kependidikan yang meliputi pertumbuhan keilmuan, wawasan berpikir, sikap terhadap pekerjaan
dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari sehingga produktivitas kerja dapat
ditingkatkan. Prinsip yang patut diperhatikan dalam penyelenggaraan pembinaan teaga
kependidikan, yaitu: 1) Dilakukan untuk semua jenis tenaga kependidikan baik untuk tenaga
stuktural, tenaga fungsional maupun tenaga teknis penyelengara pendidikan
18. 2) Berorientasi pada perubahan tingkah laku dalam rangka peningkatan kemampuan
profesional dan atau teknis untuk pelaksanaan tugas sehari-hari sesuai dengan posisinya masing-
masing 3) Mendorong peningkatan kontribusi setiap individu terhadap organisasi pendidikan tau
sistem sekolah; dan menyediakan bentuk-bentuk penghargaan, kesejateraan dan insentif sebagai
imbalan guna menjamin terpenuhinya secara optimal kebutuhan sosial ekonomis maupun
kebutuhan sosial-psikologi 4) Mendidik dan melatih seseorang sebelum maupun sesudah
menduduki jabatan/posisi 5) Dirancang untuk memenuhi tuntutan pertumbuhan dalam jabatan,
pengembangan profesi, pemecahan masalah, kegiatan remidial, pemeliharaan motivasi kerja dan
ketahanan organisasi pendidikan 6) Pembinaan dan jenjang karir tenaga kependidikan
disesuaikan dengan kategori masing- masing jenis kependidikan itu sendiri. Cara yang lebih
populer adalah melalui penataran (inservice training) baik dalam rangka penyegaran maupun
dalam rangka peningkatan kemampuan tenaga kependidikan. Cara- cara lainnya dapat dilakukan
sendiri-sendiri (self propelling growth) atau bersama-sama (collaborative effort), misalnya
mengikuti kegiatan atau kesempatan; ore-service training, on the job training, seminar,
workshop, diskusi panel, rapat-rapat, simposium, konferensi dan sebagainya. E. Penilaian
Tenaga Kependidikan Penilaian tenaga kependidikan merupakan usaha yang dilakukan untuk
mengetahui seberapa baik performa seseorang tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas
pekerjaannya dan seberapa besar potensinya untuk berkembang. Performa ini mencakup prestasi
kerja, cara kerja dan pribadi; sedangkan potensi untuk berkembang mencakup kreativitas dan
kemampuan mengembangkan karir.
19. Penilaian tenaga kependidikan bukan hanya dimaksudkan untuk kenaikan dalam jabatan atau
promosi, perpindahan jabatan atau mutasi bahkan turun jabatan atau demosi, melainkan juga
berguna untuk perbaikan prestasi kerja, penyesuaian gaji/tunjangan/insentif, penyelenggaraan
pendidikan dan latihan, pengembangan karir, perancang bangunan pekerjaan, pengembangan dan
perolehan kesempatan kerja secara adil an dalam rangka menghadapi tantangan-tantangan
eksternal keorganisasian. Penilaian diselenggarakan secara kooperatif, komprehensif. Sedangkan
cara-cara yang ditempuh dapat menggunakan berbagai metode, seperti: 1) Rating scale, yaitu
penilaian atas prestasi kerja personil yang didasarkan pada skala tertentu misalnya sangat baik,
baik, sedang, jelek, sangat jelek. 2) Weighted performance checklist, yaitu penilaian atas prestasi
kerja personil yang didasarkan pada kriteria tertentu dengan menggunakan bobot penilaian 3)
Critical incident method, yaitu metode penilaian yang didasarkan atas perilaku-perilaku sangat
baik dari seseorang dalam pelaksanaan pekerjaan 4) Test and observation, yaitu penilaian
prestasi kerja didasarkan atas tes pengetahuan dan keterampilan dan atau melalui observasi 5)
Rank method, yaitu penilaian yang dilakukan untuk menentukan siapa yang lebih baik dengan
menempatkan setiap personil dalam urutan terbaik hingga terburuk 6) Forced distribution, yaitu
penilaian atas personil yang kemudian dikategorikan dalam kategori yang berbeda 7) Self
appraisals yaitu penilaian oleh diri sendiri dimaksudkan untuk mempelajari pengembangan diri
dan sebagainya Dalam perkembangan organisasi yang sedemikian pesat, penilaian bukan hanya
dilakukan terhadap individu saja, tetapi penilaian dapat merupakan penilaian terhadap performa
suatu kelompok kerja atau bahkan terhadap organisasi.
20. F. Kompensasi Bagi Tenaga Pendidik Kompensasi merujuk pada semua bentuk upah atau
imbalan yang berlaku bagi suatu pekerjaan. Secara umum kompensasi ini memiliki dua
komponen, yaitu kompensasi langsung berupa upah, gaji, insentif, komisi dan bonus; dan
kompensasi tidak langsung, misalnya berupa asuransi kesehatan, fasilitas untuk rekreasi dan
sebagainya. Bagi tenaga kependidikan di Indonesia terdapat perbedaan perhitungan kompensasi
langsung sesuai dengan pangkat, jabatan dan golongan. Tenaga kependidikan yang berstatus
Pegawai Negeri Sipil memiliki ketentuan khusus untuk pemberian kompensasi (UU No.8 Tahun
1974). G. Pemberhentian Tenaga Kependidikan Pemberhentian tenaga kependidikan merupakan
proses yang membuat seseorang tenaga kependidikan tidak dapat lagi melaksanakan tugas
pekerjaan atau fungsi jabatannya baik untuk sementara waktu maupun untuk selama-lamanya.
Banyak alasan yang menyebabkan seorang tenaga kependidikan berhenti dari pekerjaannya,
yaitu: 1) Permintaan sendiri untuk berhenti 2) Mencapai batas usia pensiun menurut ketentuan
yang berlaku 3) Penyederhanaan organisasi yang menyebabkan adanya penyederhanaan tugas di
satu pihak sedang di pihak lain diperoleh kelebihan tenaga kerja 4) Melakukan penyelewengan
atau tindakan pidana 5) Tidak cukup jasmani atau rohani 6) Meninggalkan tugas dalam jangka
waktu tertentu sebagai pelanggaran atas ketentuan yang berlaku 7) Meninggal dunia atau karena
hilang sebagaimana dinyatakan oleh pejabat yang berwenang
22. 7) UUPD No.22 Tahun 1999 dan PP No.25 Tahun 2000, maka pengadaan tenaga
kependidikan di tingkat makro akan beralih dari Pusat ke Daerah Tingkat I, sehingga tidak
mustahil daerah harus dapat merencanakan sendiri kebutuhan tenaga kependidikan secara akurat
Dengan demikian pengelolaan tenaga kependidikan pada gilirannya merupakan implementasi
fungsi pengelolaan sumber daya manusia yang diupayakan untuk mendukung pencapaian tujuan
pendidikan di tingkat lembaga maupun nasional melalui perolehan tenaga kependidikan yang
handal dan unggul. BAB III PENUTUP 3.1 SIMPULAN Pendidik adalah tenaga kependidikan
yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Tujuan
pengelolaan pendidik dan kependidikan lebih mengarah pada pembangunan pendidikan yang
bermutu, membentuk SDM yang handal, produktif, kreatif dan berprestasi. Khusus tugas dan
fungsi tenaga pendidik (guru dan dosen) didasarkan pada Undang- Undang no 14 tahun 2007,
yaitu sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, pengem-bang
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada masyarakat 3.2 SARAN
Komponen tenaga pendidik dan tenaga kependidikan merupakan salah satu komponen utama
dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan. Oleh karena itu, sebaiknya tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan dapat bekerja sama sehingga, tujuan kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan
optimal, yang nantinya akan berdampak pada terwujudnya tujuan pendidikan nasional seperti
yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
2. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan khalayak ramal.
3. Menggunakan hasil penelitin dan aplikasi dan teori ke praktik.
4. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang.
5. Terkendali berdasarkan lisensi buku dan/atau mempunyai persyar atan yang masuk.
6. Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu. -
7. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan unjuk kerja yang ditampilkan
yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.
8. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien.
9. Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya relatif bebas dan supervisi dalam
jabatan.
10. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri.
11. Mempunyai asosiasi profesi dan/atau kelompok ‘elite’ untuk menget ahui dan mengakui
keberhasilan anggotanya.
12. Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyangsikan yang
berhubungan dengan layanan yang diberikan.
13. Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dan pablik dan kepercayaan din setiap anggotanya.
14. Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi.
Sanusi mengutarakan ciri-ciri utama suatu profesi itu sebagai berikut.
1. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan.
2. Jabatan yang menuntut keterampilan/keahlian tertentu.
3. Keterampilan/keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui pemecahan masalah dengan
menggunakan teori dan metode ilmiah.
4. Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas, sistematik, eksplisit, yang
bukan hanya sekadar pendapat khalayak umum.
5. Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang cukup lama.
6. Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai
profesional itu sendiri.
7. Dalam memberikan layanan kepada masyarakat, anggota profesi itu berpegang teguh pada kode
etik yang dikontrol oleh organisasi profesi.
8. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan judgement terhadap
permasalahan profesi yang dihadapinya.
9. Dalam praktiknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom bebas dan campur tangan orang
lain.
10. Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat, sehingga memperoleh imbalan
yang tinggi pula.
Menurut Robert W. Richey ciri-ciri profesionalisasi jabatan guru adalah sebagai berikut :
1. Guru akan bekerja hanya semata-mata memberikan pelayanan kemanusiaan daripada usaha
untuk kepentingan pribadi.
2. Guru secara hukum dituntut untuk memenuhi berbagai persyaratan untuk mendapatkan lisensi
mengajar serta persyaratan yang ketat untuk menjadi anggota organisasi guru.
3. Guru dituntut memiliki pemahaman serta keterampilan yang tinggi dalam hal bahan pengajar,
metode, anak didik, dan landasan kependidikan.
4. Guru dalam organisasi profesional, memiliki publikasi profesional yang dapat melayani para
guru, sehingga tidak ketinggalan, bahkan selalu mengikuti perkembangan yang terjadi.
5. Guru, selalu diusahakan untuk selalu mengikuti kursus-kursus, workshop, seminar, konvensi,
serta terlibat secara luas dalam berbagai kegiatan “in service”.
6. Guru diakui sepenuhnya sebagai suatu karier hidup (a life career).
7. Guru memiliki nilai dan etika yang berfungsi secara nasional maupun secara lokal.
The Gallup-Healthways Well-Being Index melakukan survei skala besar untuk mengetahui
hubungan antara profesi dan tingkat kesehatan. Dengan menggunakan definisi sehat dari
badan kesehatan dunia (WHO) yaitu keadaan fisik, mental, dan sosial yang sehat dan
sejahtera, peneliti menemukan bahwa guru adalah profesi yang paling sehat.
“Kami juga melalui saat-saat yang sulit di bidang pendidikan. Tapi seorang guru yang baik
selalu punya alasan untuk terus menjalankan profesinya tanpa bisa dimengerti oleh orang
lain,” kata Ned Oistacher, seorang guru dari Pompano Beach High School business seperti
dikutip Sunsentinel.
Dari hasil survei tersebut diketahui bahwa guru adalah profesi yang memiliki tingkat
kesehatan mental dan kelakuan yang paling tinggi, yaitu dengan skor 71,7 persen. Rahasia
yang membuat guru tetap sehat adalah lingkungannya yang selalu berhubungan dengan
orang-orang muda.
Selain harus memiliki standar atau kompetensi profesional, seorang guru atau calon guru
juga perlu memiliki standar mental, spiritual, intekektual, fisik dan psikis, sebagai
berikut. [1]
1. Standar mental; guru harus memiliki mental yang sehat, mencintai, mengabdi, dan memiliki dedikasi
yang tinggi pada tugas dan jabatannya.
2. Standar moral; guru harus memiliki budi pekerti luhur dan sikap moral yang tinggi.
3. Standar sosial; guru harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan bergaul dengan masyarakat
lingkungannya.
4. Standar spiritual; guru harus beriman dan bertakwa kepada Allah swt. yang diwujudkan dalam ibadah
dalam kehidupan sehari-hari.
5. Standar intelektual; guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai agar dapat
melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik dan profesional.
6. Standar fisik; guru harus sehat jasmani, berbadan sehat, dan tidak memiliki penyakit menular yang
membahayakan diri, peserta didik, dan lingkungannya.
7. Standar psikis; guru harus sehat rohani, artinya tidak mengalami gangguan jiwa ataupun kelainan yang
dapat mengganggu pelaksanaan tugas profesinya.
1. Kemahiran Berfikir
Pemikiran melibatkan pengelolaan operasi-operasi mental tertentu yang berlaku dalam
sistem kognitif seseorang yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah. Pemikiran dilihat
sebagai aktiviti psikologikal yang membolehkan manusia melihat proses yang dialami dari
berbagai perspektif bagi menyelesaikan masalah dalam situasi yang sukar, (Dewey (1933)
Edward de Bono (1976)). Dari pandangan Islam, berfikir ialah fungsi akal yang
memerhatikan tenaga supaya otak manusia dapat bekerja dan beroperasi.
Ada dua kemahiran berfikir yang harus dimiliki seorang pendidik, yaitu:
Kreativiti wujud hasil daripada peleburan masa, penyediaan atau ketekunan memerlukan
kosentrasi dan keazaman yang kuat. Selain usaha dan masa, individu kreatif berani
mengambil resiko mencapai matlamat mereka dan menolak alternatif-alternatif yang
ternyata karena mereka ingin mencari yang lain dan luar biasa. Pemikiran kreatif
melibatkan kebolahan fleksibiliti (kelenturan) dan keaslian.
1. Kemahiran Interpersonal
Oleh karena guru merupakan teras penting dalam aspek pembangunan pendidikan negara,
guru seharusnya mempunyai berbagai ciri dan kemahiran-kemahiran profesional. Antaranya
ialah kemahiran interpersonal. Kemahiran Interpersonal merupakan kemahiran antara
insan.
Abdullah Hassan & Ainon, memfokuskan kemahiran interpersonal guru kepada kemahiran
berkomunikasi, kemahiran mendengar, kemahiran bertanya, kemahiran berucap, maklum
balas, unsur bahasa, mengubah sikap dan tingkahlaku, penampilan dan komunikasi bukan
lisan.[2] Hubungan interpersonal adalah aspek penting yang perlu diketahui oleh guru.
Persoalannya sejauh manakah guru menguasainya adalah sesuatu yang subjektif walaupun
terdapat kaedah-kaedah serta panduan-panduan tertentu yang boleh dipelajari oleh guru
untuk menguasai kemahiran ini.
Menurut Sarina dan Yusmini 2007, kepentingan kemahiran interpersonal ialah ianya dapat
melahirkan persefahaman yang baik antara guru dan pelajar serta wujud rasa percaya
mempercayai di kalangan mereka serta dapat memberi kesan positif kepada proses
pengajaran dan pembelajaran.
1. Kemahiran Komunikasi
Seorang guru yang profesional seharusnya memiliki atau mempunyai kemahiran komunikasi
yang baik. Komunikasi ialah satu asas perhubungan yang bertujuan menyampaikan khabar,
berita , mesej, pendapat atau maklumat kepada pendengar.
Interaksi dan komunikasi yang hanya menggunakan akal atau hanya menggunakan
perasaan akan menjadi tidak berkesan. Guru atau siapa yang berkomunikasi dengan
berkesan akan menggunakan ke semua indera manusia dengan bijaksana. Konsep ini
adalah selaras dengan falsafah eksistensialisme yang mengutamakan pengalaman yang
diperoleh daripada indera seperti penglihatan, rasa, dan sebagainya. Oleh karena itu selaras
dengan tujuan faham mazhab eksistensialisme adalah membolehkan setiap individu yakni
guru dan pelajar memperkembangkan sepenuhnya potensi yang dimiliki demi mencapai
objektif pengajaran dan pembelajaran.
1. Kemahiran Memimpin
Di dalam organisasi sebuah kelas di sekolah posisi guru berada di atas sekali. Guru
memainkan peranan sebagai guru kelas untuk membimbing para pelajar ke arah
kecemerlangan dari segi akademik, sahsiah, dan jasmani. Oleh karena itu kemahiran dari
segi memimpin perlu ada dalam diri seorang guru. Menurut Kamus Dewan Edisi Empat
definisi memimpin ialah melatih, mendidik atau mengasuh supaya boleh berfikir sendiri.
Kepimpinan boleh dimaksudkan sebagai seni atau proses mempengaruhi kegiatan manusia
yang berkaitan dengan tugas mereka, supaya mereka terlibat dan berusaha ke arah
keberkesanan dan pencapaian matlamat organisasi (Rahmad 2005).
1. Kemahiran Berilmu
Kehidupan seorang guru adalah sinonim dengan ilmu. Lazimnya masyarakat mengaitkan
guru dengan tanggungjawab memberi ilmu tetapi hakikatnya guru bukan sahaja
bertanggungjawab mencurahkan ilmu kepada para pelajarnya malah meningkatkan ilmu
merupakan salah satu kemahiran yang perlu ada di dalam diri setiap guru sebelum ilmu
yang ada itu dicurahkan kepada para pelajarnya.
Ilmu dan pengetahuan guru sebagai seorang yang berautoriti tidak boleh dipersoalkan. Oleh
yang demikian, guru mesti menguasai ilmu dengan baik (Abu Bakar & Ikhsan, 2008). Sikap
proaktif, berdaya saing dan bersemangat kental dalam melengkapkan diri dengan pelbagai
disiplin ilmu dan berketerampilan perlu menjadi amalan dan budaya hidup seorang pendidik
(Wan Marzuki, 2008). Guru sebagai penyebar sumber ilmu perlu memahami konsep ilmu
yang sentiasa berkembang dan pencarian ilmu baru di kalangan guru mesti diteruskan
tanpa henti (Lokman, 2004).
Menurut Uzer Usman, Kompetensi profesional yang harus dipenuhi atau dimiliki seorang
guru atau calon guru adalah,[3]
1. Menguasai landasan pendidikan, yakni mengenal tujuan pendidikan nasional untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional, mengenal fungsi sekolah dalam masyarkat, mengenal prinsip-prinsip psikologi
pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar,
2. Menguasai bahan pengajaran, yakni menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan
menengah, menguasai bahan pengayaan,
3. Menyusun program pengajaran, yakni menetapkan tujuan pembelajaran, memilih dan mengembangkan
bahan pembelajaran, memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar,memilih dan
mengembangkan media pengajaran yang sesuai, memilih dan memanfaatkan sumber belajar,
4. Melaksanakan program pengajaran, yakni menciptakan iklim belajar yang tepat, mengatur ruangan
belajar, mengelola interaksi belajar mengajar,
5. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, yakni menilai prestasi murid untuk
kepentingan pengajaran, menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
C. KEMAMPUAN DAN KETERAMPILAN SERTA SERTIFIKAT
1. Kemampuan
Untuk menjadi profesional, seorang guru dituntut memiliki minimal lima hal sebagai
berikut. [4]
1. Mempunyai komitmen pada peserta didik dan proses belajarnya.
2. Menguasai secara mendalam bahan atau mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarnya
kepada peserta didik.
3. Bertanggung jawab memantau hasil belajar peserta didik melalui berbagai cara evaluasi.
4. Mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan cara belajar dari pengalamannya.
5. Seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.
2. Keterampilan
Thursthoen dalam Walgito (1990: 108) menjelaskan bahwa, sikap adalah gambaran
kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap
suatu keadaan atau suatu objek. Berkowitz, dalam Azwar (2000:5) menerangkan sikap
seseorang pada suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah
reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap selalu
berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut
dan melaksanakan atau menjauhi/menghindari sesuatu.
Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa sikap adalah kecenderungan, pandangan,
pendapat atau pendirian seseorang untuk menilai suatu objek atau persoalan dan bertindak
sesuai dengan penilaiannya dengan menyadari perasaan positif dan negatif dalam
menghadapi suatu objek.
Struktur sikap siswa terhadap konselor terdiri dari tiga komponen yang terdiri atas
a. Komponen kognitif
Komponen ini berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, dan keyakinan tentang objek.
Hal tersebut berkaitan dengan bagaimana orang mempersepsi objek sikap.
b. Komponen afektif
Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap sikap.
Perasaan tersebut dapat berupa rasa senang atau tidak senang terhadap objek, rasa tidak
senang merupakan hal yang negatif.. komponen ini menunjukkan ke arah sikap yaitu positif
dan negatif. Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang
terhadap suatu objek sikap (Azwar, 2000:26), secara umum komponen afektif disamakan
dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun pengertian perasaan pribadi
seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap.
c. Komponen kognitif
Katz (dalam Walgito, 1990:110) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai empat fungsi,
yaitu:
Fungsi ini berkaitan dengan sarana tujuan. Di sini sikap merupakan sarana untuk mencapai
tujuan. Orang memandang sampai sejauh mana objek sikap dapat digunakan sebagai
sarana dalam mencapai tujuan. Bila objek sikap dapat membantu seseorang dalam
mencapai tujuannya, maka orang akan bersikap positif terhadap objek sikap tersebut.
Demikian sebaliknya bila objek sikap menghambat dalam pencapaian tujuan, maka orang
akan bersikap negatif terhadap objek sikap tersebut. Fungsi ini juga disebut fungsi manfaat,
yang artinya sampai sejauh mana manfaat objek sikap dalam mencapai tujuan. Fungsi ini
juga disebut sebagai fungsi penyesuaian, artinya sikap yang diambil seseorang akan dapat
menyesuaikan diri secara baik terhadap sekitarnya.
Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan ego atau
akunya. Sikap diambil seseorang pada waktu orang yang bersangkutan terancam dalam
keadaan dirinya atau egonya, maka dalam keadaan terdesak sikapnya dapat berfungsi
sebagai mekanisme pertahanan ego.
Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan
nilai yang ada dalam dirinya. Dengan mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan
kepuasan dan dapat menunjukkan keadaan dirinya. Dengan mengambil nilai sikap tertentu,
akan dapat menggambarkan sistem nilai yang ada pada individu yang bersangkutan.
4) Fungsi pengetahuan
Fungsi ini mempunyai arti bahwa setiap individu mempunyai dorongan untuk ingin tahu.
Dengan pengalamannya yang tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu,
akan disusun kembali atau diubah sedemikian rupa sehingga menjadi konsisten. Ini berarti
bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu objek, menunjukkan tentang
pengetahuan orang tersebut objek sikap yang bersangkutan.
3. Sertifikat
Untuk mendapatkan pengakuan atas keprofesionalannya, maka seorang tenaga pengajar
dapat mengikuti sertifikasi. Sertifikasi dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk
guru dan dosen. Sertifikasi di sini dapat diartikan sebagai usaha pemberian pengakuan
bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan
pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh
lembaga sertifikasi. Sertifikasi adalah uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan
penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik.
Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan
dosen sebagai tenaga profesional.
Pengembangan karir guru terkait dengan profesionalisme dan daya tarik jabatan guru
memerlukan kebijakan sebagai berikut:[6]
1. Menumbuhkembangkan kesadaran guru terhadap kode etik sebagai guru profesional, serta mencintai
tugasnya, dan bertanggung jawab untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
2. Menyederhanakan prosedur dan penilaian kenaikan jabatan fungsional guru, dan sedapat mungkin
masyarakat dapat dimintai pendapatnya, agar hasilnya lebih objektif.
3. Beban yang tidak terkait dengan fungsi dan tugas guru sebaiknya dihilangkan, karena akan mengganggu
perhatian guru terhadap tugasnya.
4. Pengangkatan kepala sekolah perlu dilakukan melalui seleksi yang ketat dan adil, mempertimbangkan
latar belakang mental dan prestasi kerja, serta melibatkan orang tua murid dan masyarakat yang
tergabung dalam komite sekolah atau madrasah.
5. Pengawasan kepada semua jenjang pendidikan harus dilaksanakan secara teratur, terkendali, dan terus
menerus dengan menggunakan paradigma penilaian yang akademik.
Proses sertifikasi selain dilakukan oleh LPTK dengan memberikan sertifikat kompetensi, juga
dilakukan dengan cara pendidikan dan latihan yang dilakukan oleh lembaga uji kompetensi.
Tujuan dari pendidikan dan latihan tersebut adalah untuk meningkatkan kemampuan
pengelolaan administrasi siswa dan pengelolaan kegiatan belajar di kelas. Akhir dari
kegiatan pendidikan dan latihan tersebut tentunya dilihat dari nilai akhir yang diperoleh
setelah dilakukan penilaian oleh asesor. Uji sertifikasi dengan uji kompetensi dan diklat,
keduanya sama-sama bertujuan untuk membentuk seorang guru atau calon guru yang
profesional, yang mengabdikan diri sepenu hati demi tercapainya tujuan pendidikan
nasional.