Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN

“JENIS JENIS PROFESI DI BIDANG PENDIDIKAN”

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
Elyda Manurung (5183144035)
Suwana Fransisca Rahayu (5181144009)
Rahma Destika (5181144001)

Dosen Pengampu:
Imelda Free Unita Manurung, M.Pd

PENDIDIKAN TATA RIAS

PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatnya sehingga penulis masih diberikan kesempatan untuk dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini penulis buat guna memenuhi
penyelesaian tugas pada mata kuliah Profesi Kependidikan, semoga makalah ini
dapat menambah wawasan dan pengatahuan bagi penulis dan para pembaca.
Dalam penulisan makalah , penulis tentu saja tidak dapat
menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis yang selalu mendoakan
2. Kepada dosen pengampu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
karena masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan segala
kerendahan hati meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang
membangun guna perbaikan dan penyempurnaan ke depannya.
Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga materi
makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para pembaca.

Medan, 19 Februari 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari – hari “profesionalisme dan profesi” telah menjadi
kosa kata umum. Profesi berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai
dua pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam
pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa saja” untuk
memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan
dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian
tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial
dengan baik. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok
untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Profesi
merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau
keterampilan dari pelakunya.
Profesi di dalam dunia pendidikan dikenal dengan tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan. Dalam arti lain pendidik mempunyai dua arti, adalah arti yang luas
dan arti yang sempit. Pendidik dalam arti yang luas adalah semua orang yang
berkewajiban membina anak-anak. Secara alamiah semua anak sebelum mereka
dewasa menerima pembinaan dari orang-orang dewasa agar mereka bisa
berkembang dan tumbuh secara wajar. Sementara itu pendidik dalam arti sempit
adalah orang-orang yang disiapkan dengan sengaja untuk menjadi guru atau
dosen. Kedua pendidik ini diberi pelajaran tentang pendidikan dalam waktu relatif
lama agar mereka menguasai ilmu itu dan terampil melaksanakannya dilapangan.
Pendidik ini tidak cukup belajar di perguruan tinggi saja sebelum diangkat
menjadi guru atau dosen, melainkan juga belajar dan diajar selama mereka
bekerja, agar profesionalisasi mereka semakin meningkat. Sedangkan tenaga
kependidikan adalah tenaga/pegawai yang bekerja pada satuan pendidikan selain
tenaga pendidik. Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi,
pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang
proses pendidikan pada satuan pendidikanAntara pendidik dan tenaga
kependidikan dibutuhkan profesionalisme Pendidik sebagai sosok yang begitu
dihormati lantaran memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan
pembelajaran di sekolah dan juga membantu perkembangan peserta didik untuk
mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan
potensi peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru.
Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual. Tugas
guru tidak hanya mengajar, namun juga mendidik, mengasuh, membimbing, dan
membentuk kepribadian siswa guna menyiapkan dan mengembangkan sumber
daya manusia (SDM).
Olehkarena itu di dalam makalah ini penulis bermaksud menguraikan hakekat
profesi kependidikan, jenis – jenis pendidik, jenis – jenis tenaga kependidikan,
harapan dan tantangan profesi kependidikan, dan bagaimana membentuk pendidik
dan tenaga kependidikan yang professional

B. Rumusan Masalah
1. Jenis jenis profesi di bidang pendidikan
2. Apa itu tenaga pendidik?
3. Apa itu tenaga kependidikan?
4. Apa syarat dan ciri-ciri tenaga pendidik yang professional?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui jenis jenis profesi di bidang pendidikan
2. Untuk mengetahui apa itu tenaga pendidik
3. Untuk mengetahui apa itu tenaga kependidikan
4. Untuk mengetahui syarat dan ciri-ciri tenaga pendidik yang professional
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Profesi Kependidikan


Jika profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut
keterampilan dari pelakunya dan membutuhkan pelatihan serta penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus. Kemudian kependidikan adalah proses
pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang
lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut
diperoleh secara formal yang berakibat individu mempunyai pola pikir dan
perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya.
Jadi profesi kependidikan adalah suatu tenaga kependidikan yang memiliki
peranan penting dalam menunjang penyelenggaraan pendidikan yang meliputi
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang dalam mekanisme kerjanya di
kuasai kode etik. Layanan yang terdapat pada profesi kependidikan adalah adanya
ikatan profesi, adanya kode etik, pengendalian batas kewenangan dan adanya
pengaturan hukum untuk mengontrol praktik.
Jadi dapat diketahui bahwa jenis profesi kependidikan ada dua yaitu
pendidik dan tenaga kependidikan.

B. Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Di dalam UU No.20 tahun 2003 pasal 39 ayat 2 tentang sisdiknas
disebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi. Pendidik di Indonesia lebih dikenal dengan pengajar, adalah
tenaga kependidikan yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan
dengan tugas khusus sebagai profesi pendidik. Pendidik mempunyai sebutan lain
sesuai kekhususannya yaitu diantaranya guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator, ustadz dll.
Sedangkan tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
Tenaga pendidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan.
Dari definisi di atas jelas bahwa tenaga kependidikan memiliki lingkup
“profesi” yang lebih luas, yang juga mencakup di dalamnya tenaga pendidik.,
pustakawan, staf administrasi, staf pusat sumber belajar. Kepala sekolah adalah
diantara kelompok “profesi” yang masuk dalam kategori sebagai tenaga
kependidikan. Sementara mereka yang disebut pendidik adalah orang-orang
yang dalam melaksanakan tugasnya akan berhadapan dan berinteraksi langsung
dengan para peserta didiknya dalam suatu proses yang sistematis, terencana, dan
bertujuan. Penggunaan istilah dalam kelompok pendidik tentu disesuaikan dengan
lingkup lingkungan tempat tugasnya masing-masing. Guru dan dosen, misalnya,
adalah sebutan tenaga pendidik yang bekerja di sekolah dan perguruan tinggi.
Mencermati tugas yang digariskan oleh Undang-undang di atas khususnya
untuk pendidik dan tenaga kependidikan di satuan pendidikan sekolah, jelas
bahwa ujung dari pelaksaan tugas adalah terjadinya suatu proses pembelajaran
yang berhasil. Segala aktifitas yang dilakukan oleh para pendidik dan tenaga
kependidikan harus mengarah pada keberhasilan pembelajaran yang dialami oleh
para peserta didiknya. Berbagai bentuk pelayanan administrasi yang dilakukan
oleh para administratur dilaksanakan dalam rangka menunjang kelancaran proses
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru,  proses pengelolaan dan
pengembangan serta pelayanan-pelayanan teknis lainnya yang dilakukan oleh para
manajer sekolah juga harus mendorong terjadinya proses pembelajaran yang
berkualitas dan efektif. Lebih lagi para pendidik (guru), mereka harus mampu
merancang dan melaksanakan proses pembelajaran dengan melibatkan berbagai
komponen yang akan terlibat dalamnya.
Terdapat pasal – pasal lain di dalam UU No.20 tahun 2003 tentang
sisdiknas yang mengatur pendidik dan tenaga kependidikan yaitu:
Pasal 41
Pendidik dan tenaga kependidikan dapat bekerja secara lintas daerah.
Pengangkatan, penempatan, dan penyebaran pendidik dan tenaga kependidikan
diatur oleh lembaga yang mengangkatnya berdasarkan kebutuhan satuan
pendidikan formal.
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memfasilitasi satuan pendidikan dengan
pendidik dan tenaga kependidikan yang diperlukan untuk menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu
Ketentuan mengenai pendidik dan tenaga kependidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah.
Pasal 42
Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan
jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi dihasilkan oleh perguruan
tinggi yang terakreditasi.
Ketentuan mengenai kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Pasal 43
Promosi dan penghargaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan
berdasarkan latar belakang pendidikan, pengalaman, kemampuan, dan prestasi
kerja dalam bidang pendidikan.
Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki
program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi.
Ketentuan mengenai promosi, penghargaan, dan sertifikasi pendidik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah.
Pasal 44
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membina dan mengembangkan tenaga
kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah.
Penyelenggara pendidikan oleh masyarakat berkewajiban membina dan
mengembangkan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang
diselenggarakannya.
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membantu pembinaan dan
pengembangan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan formal yang
diselenggarakan oleh masyarakat.
Jadi dengan adanya pendidik dan tenaga kependidikan maka baik pemerintah
maupun masyarakat turut berpartisipasi membantu pengembangan tenaga
kependidikan pada satuan formal.
Pendidikan bagi calon pendidik dan tenaga kependidikan sangat penting agar
dapat terwujud pendidik dan tenaga kependidikan yang bermutu karena pada
akhirnya akan menentukan kualitas peserta didiknya.

C. Jenis-Jenis Tenaga Kependidikan


Tenaga kependidikan merupakan seluruh komponen yang terdapat dalam
instansi atau lembaga pendidikan yang tidak hanya mencakup guru saja melainkan
keseluruhan yang berpartisipasi dalam pendidikan. Dilihat dari jabatannya, tenaga
kependidikan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Tenaga Structural
Merupakan tenaga kependidikan yang menempati jabatan-jabatan
eksekutif umum (pimpinan) yang bertanggung jawab baik langsung
maupun tidak langsung atas satuan pendidikan.
a. Kepala Sekolah
b. Wakil-wakil/Kepala urusan
Wakil – wakil atau kepala urusan adalah tenaga kependidikan yang
mempunyai tugas tambahan dalam bidang yang khusus, untuk
membantu Kepala Satuan Pendidikan dalam penyelenggaraan
pendidikan pada institusi tersebut. Contoh: Kepala Urusan Kurikulum
2. Tenaga Fungsional
Merupakan tenaga kependidikan yang menempati jabatan
fungsional yaitu jabatan yang dalam pelaksanaan pekerjaannya
mengandalkan keahlian akademis kependidikan.
a. Guru
Guru menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat
1 tentang guru dan dosen yaitu guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
b. Dosen
Dosen menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1
ayat 1 adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat.
c. Konseler
Konselor adalah pendidik bertugas dan bertanggungjawab
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta
didik di satuan pendidikan.  Konselor pendidikan merupakan salah
satu profesi yang termasuk ke dalam pendidik seperti yang tercantum
dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional maupun Undang-
undang tentang Guru dan Dosen.
Konselor pendidikan semula disebut sebagai Guru Bimbingan
Penyuluhan (Guru BP). Seiring dengan perubahan istilah penyuluhan
menjadi konseling, namanya berubah menjadi Guru Bimbingan
Konseling (Guru BK). Untuk menyesuaikan kedudukannya dengan
guru lain, kemudian disebut pula sebagai Guru Pembimbing.
d. Pamong belajar
belajar adalah pendidik yang memiliki tugas pokok melaksanakan
kegiatan pembelajaran, pengkajian program, dan pengembangan
model di bidang pendidikan nonformal dan informal sebagaimana
diatur di dalam Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan
Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 03/III/PB Tahun 2011.
Sebagai pendidik, pamong belajar dituntut untuk  menguasai empat
kompetensi  yang meliputi kompetensi pedagogik , kepribadian,
sosial, dan professional.
e. Widyaiswara
Widyaiswara adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diangkat
sebagai pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang dengan tugas,
tanggung jawab, wewenang untuk mendidik, mengajar, dan/atau
melatih Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada lembaga pendidikan dan
pelatihan (diklat) pemerintah.
f. Tutor
Tutor adalah orang yang memberi pelajaran (membimbing) kepada
seseorang atau sejumlah kecil siswa dalam pelajarannya. Tutorial
adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan,
bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi agar siswa dapat efisien dan
efektif dalam belajar.
g. Instruktur
Instruktur adalah seseorang yang bertugas melakukan pembinaan
terhadap peserta dalam forum pelatihan.
h. Fasilitator
Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang
memahami tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat
rencana guna mencapai tujuan tersebut tanpa mengambil posisi
tertentu dalam diskusi
i. Ustadz
Ustadz adalah guru atau pendidik yang mengajarkan ilmu agama
(Islam) kepada orang lain dengan tujuan beribadah.
3. Tenaga Teknis Kependidikan
Merupakan tenaga kependidikan yang dalam pelaksanaan
pekerjaannya lebih dituntut kecakapan teknis operasional atau teknis
administratif.
a. Pustakawan
Pustakawan adalah orang yang bergerak di bidang kepustakaan
atau  ahli perpustakaan biasanya berada di perpustakaan mencatat
keluar masuknya peminjaman buku.
b. Laboran
Laboran adalah petugas khusus yang bertanggung jawab terhadap
alat dan bahan di Laboratorium.

D. Syarat Dan Ciri-Ciri Tenaga Pendidik Profesional


1. Pisik Dan Mental Pendidik
Guru adalah profesi yang paling sehat di antara semua profesi yang ada,
termasuk pengacara, dokter, pengusaha, dan lainnya. Kesehatan mental guru
paling tinggi di antara semua profesi.
Peneliti dari South Florida mengatakan hal itu dikarenakan profesi guru
lebih dari sekedar pekerjaan, tapi merupakan sebuah panggilan. Para guru
mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan adalah hal yang menyenangkan
karena langsung berhubungan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar.
The Gallup-Healthways Well-Being Index melakukan survei skala besar
untuk mengetahui hubungan antara profesi dan tingkat kesehatan. Dengan
menggunakan definisi sehat dari badan kesehatan dunia (WHO) yaitu keadaan
fisik, mental, dan sosial yang sehat dan sejahtera, peneliti menemukan bahwa guru
adalah profesi yang paling sehat.
“Kami juga melalui saat-saat yang sulit di bidang pendidikan. Tapi
seorang guru yang baik selalu punya alasan untuk terus menjalankan profesinya
tanpa bisa dimengerti oleh orang lain,” kata Ned Oistacher, seorang guru dari
Pompano Beach High School business seperti dikutip Sunsentinel.
Dari hasil survei tersebut diketahui bahwa guru adalah profesi yang
memiliki tingkat kesehatan mental dan kelakuan yang paling tinggi, yaitu dengan
skor 71,7 persen. Rahasia yang membuat guru tetap sehat adalah lingkungannya
yang selalu berhubungan dengan orang-orang muda.
Selain harus memiliki standar atau kompetensi profesional, seorang guru atau
calon guru juga perlu memiliki standar mental, spiritual, intekektual, fisik dan
psikis, sebagai berikut. [1]
1) Standar mental; guru harus memiliki mental yang sehat, mencintai,
mengabdi, dan memiliki dedikasi yang tinggi pada tugas dan
jabatannya.
2) Standar moral; guru harus memiliki budi pekerti luhur dan sikap moral
yang tinggi.
3) Standar sosial; guru harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi
dan bergaul dengan masyarakat lingkungannya.
4) Standar spiritual; guru harus beriman dan bertakwa kepada Allah swt.
yang diwujudkan dalam ibadah dalam kehidupan sehari-hari.
5) Standar intelektual; guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang memadai agar dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya
dengan baik dan profesional.
6) Standar fisik; guru harus sehat jasmani, berbadan sehat, dan tidak
memiliki penyakit menular yang membahayakan diri, peserta didik, dan
lingkungannya.
7) Standar psikis; guru harus sehat rohani, artinya tidak mengalami
gangguan jiwa ataupun kelainan yang dapat mengganggu pelaksanaan
tugas profesinya.
2. Keilmuan Dan Pengalaman
Sebagai guru yang professional, guru perlu mempunyai ciri-ciri professional
seperti berkemahiran. Antara kemahiran yang mesti dikuasi oleh guru adalah
kemahiran berfikir; kemahiran interpersonal, kemahiran komunikasi, kemahiran
memimpin, serta kemahiran berilmu.
1) Kemahiran Berfikir
Pemikiran melibatkan pengelolaan operasi-operasi mental tertentu yang
berlaku dalam sistem kognitif seseorang yang bertujuan untuk menyelesaikan
masalah. Pemikiran dilihat sebagai aktiviti psikologikal yang membolehkan
manusia melihat proses yang dialami dari berbagai perspektif bagi menyelesaikan
masalah dalam situasi yang sukar, (Dewey (1933) Edward de Bono (1976)). Dari
pandangan Islam, berfikir ialah fungsi akal yang memerhatikan tenaga supaya
otak manusia dapat bekerja dan beroperasi.
Ada dua kemahiran berfikir yang harus dimiliki seorang pendidik, yaitu:
2) Kemahiran Berfikir Secara Kritis
Dewey (1933), menyifatkan pemikiran kritis sebagai pemikiran reflektif yaitu
memikir dengan mendalam dan memberi pertimbangan yang serius tentang
sesuatu. Pemikiran kritis melibatkan tiga jenis aktiviti mental yaitu analisis,
sintesis, dan penilaian; (Taksonomi Bloom, 1956). Ennis mentakrifkan pemikiran
kritis sebagai ‘pemikiran reflektif’ yang bertumpu kepada memutuskan sama ada
sesuatu kritis menggalakkan individu menganalisis penyataan-penyataan dengan
berhati-hati, mencari bukti yang sah sebelum membuat kesimpulan.
3) Kemahiran Berfikir Secara Kreatif
Pemikiran kreatif ditakrifkan sebagai kebolehan menggabungkan idea-idea
bagi memenuhi sesuatu keperluan, (Halpern,1984). Sebagai agen penggerak
tamadun bangsa, guru perlu sentiasa mencari ruang untuk merekayasa amalan
mereka dalam menjamin kualiti pendidikan.
Kreativiti wujud hasil daripada peleburan masa, penyediaan atau ketekunan
memerlukan kosentrasi dan keazaman yang kuat. Selain usaha dan masa, individu
kreatif berani mengambil resiko mencapai matlamat mereka dan menolak
alternatif-alternatif yang ternyata karena mereka ingin mencari yang lain dan luar
biasa. Pemikiran kreatif melibatkan kebolahan fleksibiliti (kelenturan) dan
keaslian.
4) Kemahiran Interpersonal
Oleh karena guru merupakan teras penting dalam aspek pembangunan
pendidikan negara, guru seharusnya mempunyai berbagai ciri dan kemahiran-
kemahiran profesional. Antaranya ialah kemahiran interpersonal. Kemahiran
Interpersonal merupakan kemahiran antara insan.
Abdullah Hassan & Ainon, memfokuskan kemahiran interpersonal guru
kepada kemahiran berkomunikasi, kemahiran mendengar, kemahiran bertanya,
kemahiran berucap, maklum balas, unsur bahasa, mengubah sikap dan
tingkahlaku, penampilan dan komunikasi bukan lisan.[2] Hubungan interpersonal
adalah aspek penting yang perlu diketahui oleh guru. Persoalannya sejauh
manakah guru menguasainya adalah sesuatu yang subjektif walaupun terdapat
kaedah-kaedah serta panduan-panduan tertentu yang boleh dipelajari oleh guru
untuk menguasai kemahiran ini.
Menurut Sarina dan Yusmini 2007, kepentingan kemahiran interpersonal ialah
ianya dapat melahirkan persefahaman yang baik antara guru dan pelajar serta
wujud rasa percaya mempercayai di kalangan mereka serta dapat memberi kesan
positif kepada proses pengajaran dan pembelajaran.
5) Kemahiran Komunikasi
Seorang guru yang profesional seharusnya memiliki atau mempunyai
kemahiran komunikasi yang baik. Komunikasi ialah satu asas perhubungan yang
bertujuan menyampaikan khabar, berita , mesej, pendapat atau maklumat kepada
pendengar.
Interaksi dan komunikasi yang hanya menggunakan akal atau hanya
menggunakan perasaan akan menjadi tidak berkesan. Guru atau siapa yang
berkomunikasi dengan berkesan akan menggunakan ke semua indera manusia
dengan bijaksana. Konsep ini adalah selaras dengan falsafah eksistensialisme
yang mengutamakan pengalaman yang diperoleh daripada indera seperti
penglihatan, rasa, dan sebagainya. Oleh karena itu selaras dengan tujuan faham
mazhab eksistensialisme adalah membolehkan setiap individu yakni guru dan
pelajar memperkembangkan sepenuhnya potensi yang dimiliki demi mencapai
objektif pengajaran dan pembelajaran.
6) Kemahiran Memimpin
Di dalam organisasi sebuah kelas di sekolah posisi guru berada di atas sekali.
Guru memainkan peranan sebagai guru kelas untuk membimbing para pelajar ke
arah kecemerlangan dari segi akademik, sahsiah, dan jasmani. Oleh karena itu
kemahiran dari segi memimpin perlu ada dalam diri seorang guru. Menurut
Kamus Dewan Edisi Empat definisi memimpin ialah melatih, mendidik atau
mengasuh supaya boleh berfikir sendiri. Kepimpinan boleh dimaksudkan sebagai
seni atau proses mempengaruhi kegiatan manusia yang berkaitan dengan tugas
mereka, supaya mereka terlibat dan berusaha ke arah keberkesanan dan
pencapaian matlamat organisasi (Rahmad 2005).
7) Kemahiran Berilmu
Kehidupan seorang guru adalah sinonim dengan ilmu. Lazimnya masyarakat
mengaitkan guru dengan tanggungjawab memberi ilmu tetapi hakikatnya guru
bukan sahaja bertanggungjawab mencurahkan ilmu kepada para pelajarnya malah
meningkatkan ilmu merupakan salah satu kemahiran yang perlu ada di dalam diri
setiap guru sebelum ilmu yang ada itu dicurahkan kepada para pelajarnya.
Ilmu dan pengetahuan guru sebagai seorang yang berautoriti tidak boleh
dipersoalkan. Oleh yang demikian, guru mesti menguasai ilmu dengan baik (Abu
Bakar & Ikhsan, 2008). Sikap proaktif, berdaya saing dan bersemangat kental
dalam melengkapkan diri dengan pelbagai disiplin ilmu dan berketerampilan perlu
menjadi amalan dan budaya hidup seorang pendidik (Wan Marzuki, 2008). Guru
sebagai penyebar sumber ilmu perlu memahami konsep ilmu yang sentiasa
berkembang dan pencarian ilmu baru di kalangan guru mesti diteruskan tanpa
henti (Lokman, 2004).
Menurut Uzer Usman, Kompetensi profesional  yang harus dipenuhi atau
dimiliki seorang guru atau calon guru adalah,[3]
1. Menguasai landasan pendidikan, yakni mengenal tujuan pendidikan
nasional untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, mengenal fungsi
sekolah dalam masyarkat, mengenal prinsip-prinsip psikologi
pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar,
2. Menguasai bahan pengajaran, yakni menguasai bahan pengajaran
kurikulum pendidikan dasar dan menengah, menguasai bahan
pengayaan,
3. Menyusun program pengajaran, yakni menetapkan tujuan pembelajaran,
memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran, memilih dan
mengembangkan strategi belajar mengajar,memilih dan
mengembangkan media pengajaran yang sesuai, memilih dan
memanfaatkan sumber belajar,
4. Melaksanakan program pengajaran, yakni menciptakan iklim belajar
yang tepat, mengatur ruangan belajar, mengelola interaksi belajar
mengajar,
5. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan,
yakni menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran, menilai
proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
 
3. Kemampuan Dan Keterampilan Serta Sertifikat
1) Kemampuan
Untuk menjadi profesional, seorang guru dituntut memiliki minimal lima hal
sebagai berikut. [4]
1. Mempunyai komitmen pada peserta didik dan proses belajarnya.
2. Menguasai secara mendalam bahan atau mata pelajaran yang
diajarkannya serta cara mengajarnya kepada peserta didik.
3. Bertanggung jawab memantau hasil belajar peserta didik melalui
berbagai cara evaluasi.
4. Mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan cara
belajar dari pengalamannya.
5. Seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam
lingkungan profesinya.
2) Keterampilan
Thursthoen dalam Walgito (1990: 108) menjelaskan bahwa, sikap adalah
gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan
tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek. Berkowitz, dalam
Azwar (2000:5) menerangkan sikap seseorang pada suatu objek adalah perasaan
atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi/respon atau kecenderungan untuk
bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif,
yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakan atau
menjauhi/menghindari sesuatu.
Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa sikap adalah kecenderungan,
pandangan, pendapat atau pendirian seseorang untuk menilai suatu objek atau
persoalan dan bertindak sesuai dengan penilaiannya dengan menyadari perasaan
positif dan negatif dalam menghadapi suatu objek.
Struktur sikap siswa terhadap konselor terdiri dari tiga komponen yang terdiri atas
a. Komponen kognitif
Komponen ini berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, dan keyakinan
tentang objek. Hal tersebut berkaitan dengan bagaimana orang mempersepsi objek
sikap.
b. Komponen afektif
Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang
terhadap sikap. Perasaan tersebut dapat berupa rasa senang atau tidak senang
terhadap objek, rasa tidak senang merupakan hal yang negatif.. komponen ini
menunjukkan ke arah sikap yaitu positif dan negatif. Komponen afektif
menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap
(Azwar, 2000:26), secara umum komponen afektif disamakan dengan perasaan
yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun pengertian perasaan pribadi seringkali
sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap.
c. Komponen kognitif
Komponen ini merupakan kecenderungan seseorang untuk bereaksi,
bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap,
yaitu besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap
objek sikap. Komponen-komponen tersebut di atas merupakan komponen yang
membentuk struktur sikap. Ketiga komponen tersebut saling berhubungan dan
tergantung satu sama lain. Saling ketergantungan tersebut apabila seseorang
menghadapi suatu objek tertentu, maka melalui komponen kognitifnya akan
terjadi persepsi pemahaman terhadap objek sikap.
Katz (dalam Walgito, 1990:110) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai empat
fungsi, yaitu:
1) Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat.
Fungsi ini berkaitan dengan sarana tujuan. Di sini sikap merupakan sarana
untuk mencapai tujuan. Orang memandang sampai sejauh mana objek sikap dapat
digunakan sebagai sarana dalam mencapai tujuan. Bila objek sikap dapat
membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan bersikap
positif terhadap objek sikap tersebut. Demikian sebaliknya bila objek sikap
menghambat dalam pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif terhadap
objek sikap tersebut. Fungsi ini juga disebut fungsi manfaat, yang artinya sampai
sejauh mana manfaat objek sikap dalam mencapai tujuan. Fungsi ini juga disebut
sebagai fungsi penyesuaian, artinya sikap yang diambil seseorang akan dapat
menyesuaikan diri secara baik terhadap sekitarnya.
2) Fungsi pertahanan ego
Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk
mempertahankan ego atau akunya. Sikap diambil seseorang pada waktu orang
yang bersangkutan terancam dalam keadaan dirinya atau egonya, maka dalam
keadaan terdesak sikapnya dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego.
3) Fungsi ekspresi nilai
Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk
mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan mengekspresikan diri
seseorang akan mendapatkan kepuasan dan dapat menunjukkan keadaan dirinya.
Dengan mengambil nilai sikap tertentu, akan dapat menggambarkan sistem nilai
yang ada pada individu yang bersangkutan.
4) Fungsi pengetahuan
Fungsi ini mempunyai arti bahwa setiap individu mempunyai dorongan
untuk ingin tahu. Dengan pengalamannya yang tidak konsisten dengan apa yang
diketahui oleh individu, akan disusun kembali atau diubah sedemikian rupa
sehingga menjadi konsisten. Ini berarti bila seseorang mempunyai sikap tertentu
terhadap suatu objek, menunjukkan tentang pengetahuan orang tersebut objek
sikap yang bersangkutan.
3) Sertifikat
Untuk mendapatkan pengakuan atas keprofesionalannya, maka seorang tenaga
pengajar dapat mengikuti sertifikasi. Sertifikasi dalam Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah proses pemberian
sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sertifikasi di sini dapat diartikan sebagai
usaha pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus
uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Sertifikasi adalah
uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi
seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik. Sertifikat pendidik
adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen
sebagai tenaga profesional.
Sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan
kompetensi profesional. Oleh karena itu, proses sertifikasi dipandang sebagai
bagian yang esensial dalam rangka memperoleh sertifikat kompetensi sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Representasi pemenuhan standar
kompetensi yang telah ditetapkan dalam sertifikasi adalah sertifikat kompetensi
pendidik.
Wibowo (Mulyasa, 2008:35), mengungkapkan bahwa sertifikasi bertujuan untuk
hal-hal sebagai berikut.
1. Melindungi profesi pendidik dan tenaga pendidikan.
2. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten,
sehingga merusak citra pendidik dan tenaga pendidikan.
3. Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan
menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi
terhadap pelamar yang kompeten.
4. Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga
kependidikan.
5. Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan
tenaga kependidikan.
Kerangka pelaksanaan sistem sertifikasi kompetensi guru, baik untuk
lulusan strata satu (S1) kependidikan maupun lulusan S1 nonkependidikan dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, lulusan program Sarjana kependidikan sudah mengalami pembentukan
kompetensi belajar (PKM). Oleh karena itu, mereka hanya memerlukan uji
kompetensi yang dilaksanakan oleh perpendidikan tinggi yang memiliki PPTK
(Program Pengadaan Tenaga Kependidikan) terakreditasi dan ditunjuk oleh Ditjen
Dikti, Depdiknas.
Kedua, lulusan Sarjana nonkependidikan harus terlebih dahulu mengikuti proses
pembentukan kompetensi mengajar pada perguruan tinggi yang memiliki PPTK
secara terstruktur. Setelah dinyatakan lulus dalam pembentukan kompetensi
mengajar, baru lulusan sarjana nonkependidikan boleh mengikuti uji sertifikasi.
Sedangkan lulusan program Sarjana kependidikan tentu sudah mengalami proses
pembentukan kompetensi mengajar, tetapi tetap diwajibkan mengikuti uji
kompetensi untuk mempeoleh serifikat kompetensi.
Ketiga, penyelenggaraan program PKM dipersyaratkan adanya status lembaga
pendidikan tenaga kependidikan yang terakreditasi. Sedangkan untuk pelaksanaan
uji kompetensi sebagai bentuk audit atau evaluasi kompetensi mengajar guru
harus dilaksanakan oleh LPTK terakreditasi yang ditunjuk dan ditetapkan oleh
Dirjen Dikti, Depdiknas .
Keempat, peserta uji kompetensi yang telah dinyatakan lulus, baik yang berasal
dari lulusan Sarjana pendidikan maupun nonkependidikan diberikan sertifikat
kompetensi sebagai bukti yang bersangkutan memiliki kewenangan untuk
melakukan praktik dalam bidang profesi guru pada jenis dan jenjang pendidikan
tertentu.
Kelima, peseta uji kompetensi yang berasal dari guru yang sudah melaksanakan
tugas dalam interval waktu tertentu (10-15 tahun) sebagai bentuk kegiatan
penyegaran dan pemutakhiran kembali sesuai dengan tuntutan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta persyaratan dunia kerja. Di samping itu,
kompetensi juga diperlukan bagi yang tidak melakukan tugas profesinya sebagai
guru dalam jangka waktu tertentu.
Proses sertifikasi guru menuju profesionalisasi pelaksanaan tugas dan
fungsinya harus dibarengi dengan kenaikan kesejahteraan guru, sistem rekruitmen
guru, pembinaan, dan peningkatan karir guru. Kesejahteraan guru dapt diukur dari
gaji dan insentif yang diperolehnya. Gaji guru di Indonesia ini masih relatif
rendah jika dibandingkan dengan negara lain di dunia. Rendahnya tunjangan
kesejahteraan guru bisa mempengaruhi kinerja guru, semangat pengabdian, dan
juga upaya mengembangkan profesionalismenya.
Sertifikasi guru merupakan amanat Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas.[5] Pasal 61 menyatakan bahwa sertifikat
dapat berbentuk ijazah dan setifikat kompetensi, tetapi bukan sertifikat yang
diperoleh melalui pertemuan ilmiah seperti seminar, diskusi panel, lokakarya, dan
simposium. Namun, sertifikat kompetensi diperoleh dari penyelenggara
pendidikan dan lembaga pelatihan setelah lulus uji kompetensi yang
diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga
sertifikasi. Ketentuan ini bersifat umum, baik untuk tenaga kependidikan maupun
nonkependidikan yang ingin memasuki profesi guru.
Menumbuh kembangkan kesadaran guru terhadap kode etik sebagai guru
profesional, serta mencintai tugasnya, dan bertanggung jawab untuk mencapai
hasil yang sebaik-baiknya.
Pengembangan karir guru terkait dengan profesionalisme dan daya tarik
jabatan guru memerlukan kebijakan sebagai berikut:[6]
1. Menumbuhkembangkan kesadaran guru terhadap kode etik sebagai guru
profesional, serta mencintai tugasnya, dan bertanggung jawab untuk
mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
2. Menyederhanakan prosedur dan penilaian kenaikan jabatan fungsional
guru, dan sedapat mungkin masyarakat dapat dimintai pendapatnya,
agar hasilnya lebih objektif.
3. Beban yang tidak terkait dengan fungsi dan tugas guru sebaiknya
dihilangkan, karena akan mengganggu perhatian guru terhadap
tugasnya.
4. Pengangkatan kepala sekolah perlu dilakukan melalui seleksi yang ketat
dan adil, mempertimbangkan latar belakang mental dan prestasi kerja,
serta melibatkan orang tua murid dan masyarakat yang tergabung dalam
komite sekolah atau madrasah.
5. Pengawasan kepada semua jenjang pendidikan harus dilaksanakan
secara teratur, terkendali, dan terus menerus dengan menggunakan
paradigma penilaian yang akademik.
Proses sertifikasi selain dilakukan oleh LPTK dengan memberikan sertifikat
kompetensi, juga dilakukan dengan cara pendidikan dan latihan yang dilakukan
oleh lembaga uji kompetensi. Tujuan dari pendidikan dan latihan tersebut adalah
untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan administrasi siswa dan pengelolaan
kegiatan belajar di kelas. Akhir dari kegiatan pendidikan dan latihan tersebut
tentunya dilihat dari nilai akhir yang diperoleh setelah dilakukan penilaian oleh
asesor. Uji sertifikasi dengan uji kompetensi dan diklat, keduanya sama-sama
bertujuan untuk membentuk seorang guru atau calon guru yang profesional, yang
mengabdikan diri sepenu hati demi tercapainya tujuan pendidikan nasional.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di dalam UU No.20 tahun 2003 pasal 39 ayat 2 tentang sisdiknas
disebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi. Sedangkan tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat
yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan. Tenaga pendidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan.
Jenis – jenis pendidik antaralain guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator, ustadz, sedangkan jenis  jenis  tenaga
kependidikan diantaranya: Wakil-wakil/Kepala urusan, Tata
Usaha, Laboran, Pustakawan, Pelatih Ekstrakurikurer, Petugas Keamanan,
Petugas Kebersihan, Profesionalisme Profesi Keguruan, Otoritas Profesional
Guru, Kebebasan Akademik, dan Tanggung Jawab Moral dan Pertanggungjawab
Jabatan.
Harapan bagi profesi kependidikan adalah terbentuknnya para profesi
kependidikan yang professional baik pendidik dan tenaga kependidikannya agar
pendidikan semakin maju, berkualitas, dan bermutu. Tantangan yang harus 
dihadapi para profesi kependidikan antaralain: Profesionalisme Profesi Keguruan,
Otoritas Profesional Guru, Kebebasan Akademik, Tanggung Jawab Moral
(Responsible) dan Pertanggungjawab Jabatan (Accountabillity).

B. Saran
Dalam penulisan makalah critical book report ini, penulis menyadari
bahwa penyusunan makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan senantiasa penyusunan nanti
dalam upaya evaluasi. Saya, bahwa dibalik ketidak sempurnaannya penulisan dan
penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang bermanfaat atau bahkan
hikmah dari penulis, pembaca, dan bagi seluruh pembaca.

Anda mungkin juga menyukai