Anda di halaman 1dari 28

PRESENTASI KASUS

FIBROADENOMA MAMMAE

Disusun Oleh:
Adyzka Marshalivia
1102013011

Pembimbing:
Letkol (CKM) dr. Firmansyah, Sp.B MARS

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


PERIODE 21 MEI- 5 AGUSTUS 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN YARSI
RUMAH SAKIT MOH. RIDWAN MEURAKSA

1
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : Nn.R
Umur : 17 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Komplek KODAM jaya, Cipayung Jakarta timur
Pekerjaan : Pelajar
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Tanggal masuk : 29 Mei 2018
Tanggal keluar : 31 Mei 2018
No. RM : 386xxx

II. Anamnesis
Keluhan Utama
Benjolan pada payudara kanan

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RS. Ridwan Meuraksa dengan keluhan benjolan pada payudara
kanan, benjolan dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Pada awalnya benjolan dirasakan sebesar
kacang ijo, kemudian bertambah besar menjadi sebesar biji salak. Pasien juga merasakan
nyeri pada payudara kanannya terutama pada daerah benjolan. Nyeri dirasakan terutama pada
saat pasien sedang datang bulan (haid). Pasien mengatakan tidak pernah keluar cairan melalui
benjolan maupun puting payudara kanan. Pasien tidak mengeluhkan terdapat benjolan di
tempat lain. Pasien mengatakan tidak pernah mengalami trauma pada payudaranya. Keadaan
menstruasi pasien lancar dan teratur setiap bulannya dengan durasi 5-6 hari. Keluhan tidak
disertai dengan demam, batuk, sesak, sakit kepala hebat, rasa penuh di ulu hati, nyeri pada
tulang punggung maupun paha dan Pasien belum pernah minum obat.

2
Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat penyakit serupa : disangkal
b. Riwayat Hipertensi : disangkal
c. Riwayat DM : disangkal
d. Riwayat alergi obat : disangkal
e. Riwayat penyakit jantung : disangkal
f. Riwayat penyakit ginjal : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


a. Riwayat Penyakit serupa : disangkal
b. Riwayat Hipertensi : disangkal
c. Riwayat DM : disangkal
d. Riwayat Cancer : disangkal

Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi


a. Riwayat Menstrusi : Sejak SMP kelas 2
b. Riwayat kontrasepsi : disangkal
c. Riwayat Merokok : disangkal
d. Riwayat minum-minuman beralkohol : disangkal

III. Pemeriksaan Fisik


Keadan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Composmentis cooperatif

- Tanda Vital :
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 114x/menit
 Respiratory rate : 20 x/menit
 Suhu : 36,6OC

- Tinggi badan :155 cm


- Berat badan : 45 kg
- IMT : 18,75 (Berat badan normal)

3
 Status Generalis
Kepala
• Bentuk : normal
• Tidak tampak adanya deformitas

Mata
• Konjungtiva : tidak anemis
• Pupil: isokor
• Sklera : Tidak ikterus
• Gangguan Penglihatan ( - )

Hidung
• Bentuk : Normal
• Septum : terletak ditengah cavum nasi
• Sekret : tidak ada
• Mukosa : lembab, tidak edema, tidak hiperemis

Telinga
• Bentuk : normal
• Nyeri tekan : tidak ditemukan
• Liang telinga lapang
• Serumen (-) Sekret (-)
• Memberan timpani : intak
• Gangguan pendengaran : tidak ada

Mulut dan tenggorokan


• Mulut : bersih
• Mukosa : lembab
• Tonsil : T1/T1
• Tenggorokan : nyeri menelan: tidak ada, kesulitan menelan: tidak ada

Leher
• Kelenjar tiroid : tidak teraba membesar

4
• Trakea : letak di tengah
• Kelenjar getah bening : tidak teraba membesar

Thorax
 Paru-Paru
Inspeksi : simetris dalam keadaan statis maupun dinamis
Palpasi : fremitus vokal dan fremitus taktil sama pada kedua paru
Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler di kedua paru, ronkhi -/-, whezing -/-
 Jantung
Inspeksi : iktus cordis terlihat 2 jari dibawah papilla mammae
Palpasi : ictus cordis teraba di linea midclavicularis sinistra, ICS 5
Perkusi : Batas atas : ICS 2 linea parasternalis sinistra
Batas kanan : ICS 4 linea parasternalis dextra
Batas kiri : ICS 5, linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

 Abdomen
Inspeksi : datar dan simetris, tidak terdapat scar
Auskultasi : bising usus 9x/menit, normal
Perkusi : timpani, nyeri ketok (-), shifting dullnes (-)
Palpasi :nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), benjolan (-), hepatomegali (-),
splenomegaly(-)
 Ekstremitas atas
kiri : akral hangat, tidak terdapat oedem, CRT <2 detik
kanan : akral hangat, tidak terdapat oedem, CRT <2 detik
 Ekstremitas Bawah
kanan : akral hangat, tidak terdapat oedem, CRT <2detik
kiri : akral hangat, tidak terdapat oedem, CRT <2detik

Status Lokalis
Mammae sinistra

5
 Inspeksi: retraksi puting (-) nipple discharge (-) peau d’orange (-) hiperemis (-) luka
terbuka (-)

 Palpasi : tidak teraba benjolan, NT (-), cairan dari putting (-).

Mammae Dextra
 Inspeksi: retraksi puting (-) nipple discharge (-) peau d’orange (-) hiperemis (-) luka
terbuka (-)
 Palpasi : benjolan bulat ukuran 2 x 2x 1 cm di kuadran lateral bawah mammae dextra,
tidak nyeri tekan, mobile, konsistensi lunak, batas tegas, permukaan rata

A. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium tanggal 29 Mei 2018

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Referensi Satuan


Hematologi
Hemoglobin 13,8 11.7 – 15.5 g/dl
Jumlah Leukosit 7,7 3.6 - 11 ribu/l
Jumlah Hematokrit 38 35 - 47 %
Jumlah Trombosit 346 150 - 440 ribu/l
Hemostasis
Waktu Pendarahan 2’00” 1’00” – 3’00” menit
Waktu Pembekuan 5’00” 2’00” – 6’00” menit
Kimia Darah
Glukosa Sewaktu 93 < 140 mg/dl

1. Hasil Ro Thorax PA
Sinus, diaphragm, cor : normal

Pulmones : kedua hillus tak melebar, corakan bronchovaskuler kedua paru normal.
Tak tampak infiltrate pada parenchym.
Tulang dan jaringan lunak baik.
Kesan : tak tampak kelainan pada foto thorax.
2. Hasil USG.

6
Tampak lesi hypoecoic batas tegas, bentuk oval, ukuran 2x2x1 cm di mammae dextra
jam 8, mengarah FAM dextra.
Tak tampak lymphadenopathy axilla bilateral.

RESUME
Pasien datang ke poli bedah RS. Ridwan Meuraksa dengan keluhan benjolan pada
payudara kanan benjolan dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Pada awalnya benjolan dirasakan
sebesar kacan ijo, kemudian bertambah besar menjadi sebesar biji salak. Pasien juga
merasakan nyeri pada payudara kanannya. Nyeri dirasakan terutama pada saat pasien sedang
datang bulan (haid). Keluar cairan (-) melalui benjolan maupun puting payudara kanan.
Benjolan di tempat lain (-). Trauma pada payudaranya (-). Keadaan menstruasi pasien lancar
dan teratur. Keluhan tidak disertai dengan demam, batuk, sesak, sakit kepala hebat, rasa
penuh di ulu hati, nyeri pada tulang punggung maupun paha. Pasien belum pernah minum
obat. Pada pada pemeriksaan fisik didapatkan didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit
sedang, kesadaran kompos mentis, Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 114x/menit,
Respiratory rate 20x/menit, Suhu 36,6OC, Tinggi badan 155cm, Berat badan 45 kg dan IMT
18,75 (Berat badan normal). Status lokalis pada palpasi teraba benjolan bulat ukuran 2 x 2x 1
cm di kuadran lateral bawah mammae dextra, tidak nyeri tekan, mobile, konsistensi lunak,
batas tegas, permukaan rata. Hasil Ro Thorax PA Sinus, diaphragm, cor : normal, Pulmones :
kedua hillus tak melebar, corakan bronchovaskuler kedua paru normal. Tak tampak infiltrate
pada parenchym. Tulang dan jaringan lunak baik. Kesan : tak tampak kelainan pada foto
thorax.

2) Diagnosis
Diagnosis Pra Bedah: STT mammae dextra

Diagnosa Pasca Bedah: FAM dextra

3) Penatalaksanaan
Operatif : Eksisi
Terapi selama rawat inap : cefim, ketolorac, ranitidine
Edukatif

LAPORAN OPERASI :

7
1. Pasien terlentang dalam general anestesi.
2. Dilakukan aseptic dan antiseptic pada daerah operasi dan sekitarnya.
3. Medan operasi di persempit dengan duk steril.
4. Dilakukan insisi dari mulai kutis, subkutis hingga massa tumor
5. Dilakukan eksisi massa secara tajam
6. Perdarahan dikontrol
7. Luka operasi dijahit kemudian ditutup
8. Operasi selesai
DO : ditemukan massa berukuran 2x2x1cm, kenyal, berwarna putih, batas tegas.

4) Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : ad bonam

Qua ad sanationam : ad bonam

8
TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Payudara

Mammae adalah kelenjar yang terletak di bagian anterior dan termasuk bagian dari
lateral thoraks. Mammae melebar ke arah superior dari iga dua, inferior dari kartilago kosta
enamdan medial dari sternum serta lateral linea mid-aksilaris. Kompleks nipple-areola
terletak diantara kosta empat dan lima.Setiap mammae terdiri dari 15-20 lobus kelenjar yang
setiap lobus terdiri dari beberapa lobulus. Setiaplobulus kelenjar masing-masing mempunyai
saluran ke papila mammae yang disebut duktus laktiferus (diameter 2-4 mm). Diantara
kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat
jaringan lemak.

Gambar 1. Anatomi Payudara


Vaskularisasi
Vaskularisasi mammae terutama berasal dari :
(1) cabang arteri mammaria interna;
(2) cabang lateraldari arteri interkostalis posterior; dan

9
(3) cabang dari arteri aksillaristermasuk arteri torakalis lateralis, dancabang pectoral
dari arteritorakoakromial.
Aliran Limfe
Aliran limfe mammaria secara praktis dibagi menjadi kuadran-kuadran. Kuadran
lateral mengalirkan cairan limf nya ke nodi axillares anteriores atau kelompok pectorales
(terletak tepat posterior terhadap pinggir bawah musculus pectoralis mayor). kuadran medial
mengalirkan cairan limf nya melalui pembuluh-pembuluh yang menembus ruangan
intercostalis dan masuk ke dalam kelompok nodi thoracales internae (terletak di dalam
cavitas thoracis di sepanjang arteria thoracica interna). Beberapa pembuluh limf mengiktui
arteriae intercostales posteriores dan mengalirkan cairan limf nya ke posterior ke dalam nodi
intercostales posteriores (treletak di sepanjang arteriae intercostales posteriores); beberapa
pembuluh berhubungan dengan pembuluh limf dari payudara sisi yang lain dan berhubungan
juga dengan kelenjar di dinding anterior abdomen.

Gambar 2. Aliran limf Kelenjar mammae


Inervasi
Bagian superior payudara mendapat persarafan dari saraf-saraf suprakavikularis.
Saraf-saraf klavikularis mendapat persafaran dari cabang ketiga dan keempat plekus
servikalis. Kulit di bagian medial payudara dipersarafi oleh bagian kulit anterior saraf
antariga kedua sampai ketujuh. Sensasi di payudara berasal dari cabang kulit lateral saraf
antariga keempat.

Kuadran Payudara
Untuk kepentingan anatomis & deskripsi letak tumor &kista, permukaan
payudara di bagi menjadi 4 kuadran:
 Superior (upper)medial
 Inferior (lower)medial
 Superior(upper)lateral

10
 Inferior(lower)lateral

Gambar 3. Kuadran Payudara

Fisiologi Payudara

Payudara mengalami 3 macam perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan


pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke
klimakterium dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan progesteron yang
diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan
timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar
hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum
menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. kadang-kadang timbul benjolan yang
nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi, payudara menjadi tegang
dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Begitu
menstruasi mulai, semuanya berkurang. Perubahan ketiga terjadi pada waktu hamil dan
menyusui. Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel ductus lobul dan ductus
alveolus berploliferasi, dan tumbuh ductus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis
anterior memicu (trigger) laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus,
kemudian dikeluarkan melalui ductus ke puting susu.

Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon. Esterogen


diketahui merangsang perkembangan duktus mamilaris. Progesteron memulai perkembangan
lobulus-lobulus payudara juga diferensiasi sel epitelial.

a. Pubertas: Pengaruh estrogen dan progesteron dan Growth hormone yang diproduksi
ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan ductus berkembang dan
bercabang cabang membentuk asinus.
b. Masa menstruasi : Pada waktu menstruasi, ductus akan menciut dan sebagian epital
akan berdesquamasi. Setelah ‘bersih’ ( + 8 hari post menstruasi), ductus
berproliferasi, sel epitel membesar atau bertambah, jaringan periductal diinflitrasi oleh
limfosit dan kemudian terjadi intersisial edeme, sehingga bengkak. Hingga beberapa

11
hari sebelum menstruasi berikutnya, terjadi pembesaran maksimal payudara, dan
payudara menjadi tegang dan nyeri, sehingga kadang pemeriksaan fisik, terutama
palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu ini, mammografi juga tidak terlalu
berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya
berkurang. Ada kalanya, dimana siklus menstruasi berubah, dapat timbul kelainan
benigna. Keadaan mammae yang paling bagus adalah saat ovulasi.
c. Masa hamil dan menyusui : Prolactin hormone memicu epitel ductus berproliferasi
dan tumbuh ductus baru, seolah-olah jaringan lemak bergeser oleh karena HCG.
d. Partus : Hormon placenta menurun dan merangsang peningkatan kadar hormon
prolactin (dari hipofise anterior), sehingga mentrigger laktasi. Air susu diproduksi
oleh sel-sel alveolus, mengisiasinus, kemudian dikeluarkan melalui ductus ke puting
susu. Pengeluaran ASI dipicu oleh penurunan hormone estrogen dan rangsangan
mekanik dari hisapan bayi.
e. Post lactasi : Sebagian mengalami involusi / penyusutan ductus dan alveoli, dan
sebagian lagi menetap hingga masa menopause.
f. Menopause : Jaringan kelenjar mulai diganti oleh jaringan ikat. Banyak tetapi tidak
padat. Jaringan periductal tebal, sehingga seakan-akan ada obstruksi. Batas lobulus
kabur, dapat terjadi dilatasi ductus dan kista kecil-kecil.

FIBROADENOMA MAMMAE (FAM)

Definisi

Fibroadenoma merupakan tumor jinak pada payudara yang paling umum ditemukan.
Fibroadenoma terbentuk dari sel – sel epitel dan jaringan ikat, dimana komponen epitelnya
menunjukkan tanda – tanda aberasi yang sama dengan komponen epitel normal.
Fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita muda, terutama dengan usia di bawah 30 tahun
dan relatif jarang ditemukan pada payudara wanita postmenopause. Tumor ini dapat tumbuh
di seluruh bagian payudara, namun tersering pada quadran atas lateral.

12
Gambar 4. Gambaran Fibroadenoma mammae

Gambar 5. Juveline Fibroadenoma, pada remaja usia 13 tahun. Menstruasi dimulai sejak tiga
bulan yang lalu. Sembilan bulan sebelumnya, ukuran kedua payudara relatif sama.
Pembesaran yang cepat pada payudara kanan mengacu pada tumor halus tanpa kapsul dengan
ukuran 20 x 15 x 15 cm. Pengangkatan tumor dengan curved incision

Etiologi
Penyebab pasti fibroadenoma tidak diketahui. Namun, terdapat beberapa faktor yang
dikaitkan dengan penyakit ini, antara lain peningkatan mutlak aktivitas estrogen, yang
diperkirakan berperan dalam pembentukannya.Peningkatan aktivitas estrogen absolut atau
relatif dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan fibroadenoma, dan sesungguhya
lesi serupa dapat muncul dengan perubahan fibrokistik (perubahan fibroadenomatoid). Selain
itu, diperkirakan terdapat prekursor embrional yang dormant di kelenjar mammaria yang
dapat memicu pembentukan fibroadenoma yang akan berkembang mengikuti aktivitas
ovarium.

Hubungan antara munculnya beberapa fibroadenoma dengan penggunaan kontrasepsi oral


belum dapat dilaporkan dengan pasti. Selain itu adanya kemungkinan patogenesis yang
berhubungan dengan hipersensitivitas jaringan payudara lokal terhadap estrogen, faktor
makanan dan faktor riwayat keluarga atau keturunan. Kemungkinan lain adalah bahwa

13
tingkat fisiologi estrogen penderita tidak meningkat tetapi sebaliknya jumlah reseptor
estrogen meningkat. Peningkatan kepekaan terhadap estrogen dapat menyebabkan
hyperplasia kelenjar susu dan akan berkembang menjadi karsinoma. Fibroadenoma sensitif
terhadap perubahan hormon. Fibroadenoma bervariasi selama siklus menstruasi, kadang
dapat terlihat menonjol, dan dapat membesar selama masa kehamilan dan menyusui. Akan
tetapi tidak menggangu kemampuan seorang wanita untuk menyusui.

Faktor Risiko

Sampai saat ini penyebab penyakit ini masih belum diketahui secara pasti, namun
berdasarkan hasil penelitian ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya tumor
ini antara lain:

a. Umur, merupakan faktor penting yang menentukan insiden atau frekuensi terjadinya
Fibroadenoma Mammae. Fibroadenoma biasanya terjadi pada wanita usia muda < 30
tahun. Terutama terjadi pada wanita dengan usia antara 15-25 tahun. Berdasarkan data
dari penelitian di Depatemen Patologi Rumah Sakit Komofo Anyoke Teaching di
Ghana, dilaporkan bahwa rata-rata umur pasien yang menderita fibroadenoma adalah
23 tahun dengan rentang usia 14-49 tahun.
b. Riwayat Perkawinan, dihubungkan dengan status perkawinan dan usia perkawinan,
paritas dan riwayat menyusui anak. Berdasarkan penelitian Bidgoli, pada tahun 2011
di Iran menyatakan bahwa tidak menikah meningkatkan risiko kejadian FAM, artinya
penderita FAM kemungkinan 6,64 kali adalah wanita yang tidak menikah. Hasil
penelitian tersebut juga menyatakan bahwa menikah < 21 tahun meningkatkan risiko
kejadian FAM artinya penderita FAM kemungkinan 2,84 kali adalah wanita yang
menikah pada usia < 21 tahun.
c. Paritas dan Riwayat Menyusui Anak, Penurunan paritas meningkatkan insiden
terjadinya FAM, terutama meningkat pada kelompok wanita nullipara. Pengalaman
menyusui memiliki peran yang penting dalam perlindungan terhadap risiko kejadian
FAM.
d. Penggunaan Hormon, Perkembangan payudara dan fungsinya diprakarsai oleh
berbagai rangsangan hormon ,termasuk estrogen , progesteron , prolaktin , oksitosin ,
hormon tiroid dan kortisol.Pertumbuhan Estrogen, progesteron, dan prolaktin terutama
memiliki efek mendalampada pengembangan dan fungsi payudara yang normal.
Estrogen memulai pembangunan duktal,sedangkan progesteron bertanggung jawab

14
untuk diferensiasi epitel dan untuk pengembangan lobular. Prolaktin adalah primer
stimulus hormonal untuk lactogenesis pada akhir kehamilan dan periode postpartum,
prolaktin juga meregulasi reseptor hormon dan merangsang pengembangan epitel .
Hormon gonadotropin luteinizing (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH)
mengatur pelepasan estrogen dan progesteron dari indung telur. Sebaliknya, pelepasan
LH dan FSH dari sel basofilik dari hipofisis anterior diatur oleh sekresi
gonadotropinreleasing hormone (GnRH) dari hipotalamus, umpan balik positif dan
negatif dari sirkulasi estrogen dan progesteron mengatur sekresi LH, FSH, dan GnRH.
Hormon ini yang bertanggung jawab untuk pengembangan, fungsi, dan pemeliharaan
jaringan payudara. Pada bayi perempuan, estrogen dan progesteron yang beredar
menurun setelah lahir dan tetap rendah selama masa kanak-kanan karena sensitivitas
dari aksis hipotalamus-hipofisis terhadap umpan balik negatif dari hormon ini. Pada
masa pubertas, terjadi penurunan sensitivitas aksis hipotalamus-hipofisis terhadap
umpan balik negatif sehingga terjadi peningkatan kepekaan terhadap umpan balik
positif dari estrogen. Peristiwa fisiologis ini mengawali peningkatan GnRH, FSH, dan
sekresi LH dan akhirnya terjadi peningkatan estrogen dan sekresi progesteron oleh
indung telur, yang mengarah pada pembentukan siklus menstruasi. Pada awalnya dari
siklus menstruasi, terjadi peningkatan dalam ukuran dan kepadatan payudara, yang
diikuti oleh kendurnya jaringan payudara dan epitel proliferasi. Dengan terjadinya
menstruasi, pembengkakan payudara mereda dan epitel proliferasi menurun.
Diperkirakan bahwa fibroadenoma mammae terjadi karena kepekaan terhadap
peningkatan hormon estrogen. Penggunaan kontrasepsi yang komponen utamanya
adalah estrogen merupakan faktor risiko yang meningkatkan kejadian FAM.
e. Gaya Hidup, Berat badan yang berlebihan (obesitas) dan IMT yang lebih dari normal
merupakan faktor risiko terjadinya FAM. Berdasarkan penelitian , diketahui bahwa
IMT > 30 kg/m2 meningkatkan risiko kejadian FAM, artinya wanita dengan IMT > 30
kg/m2 memiliki risiko 2,45 kali menderita FAM dibandingkan wanita dengan IMT <
30 kg/m2 . Selain itu, kebiasaan mengkonsumsi junk food dan makanan dengan
kolesterol tinggi juga menjadi salah satu fakor resiko FAM, diketahui bahwa sintesis
kolesterol dapat menghasilkan estrogen dan progesterone, dimana dapat meningkatkan
proliferasi sel sel pada payudara. Perubahan kolesterol menjadi estrogen memerlukan
sejumlah langkah berurutan, dengan langkah terakhir adalah perubahan androgen
menjadi estrogen. Sel-sel teka banyak menghasilkan androgen tetapi kapasitas mereka
mengubah androgen menjadi estrogen terbatas. Sel-sel granulosa, dipihak lain mudah

15
mengubah androgen menjadi estrogen tetapi tidak mampu membuat androgen sendiri.
LH bekerja pada sel-sel teka untuk merangsang pembentukan androgen, sementara
FSH bekerja pada sel-sel granulosa untuk meningkatkan perubahan androgen teka
menjadi estrogen.
f. Riwayat Keluarga, Tidak ada faktor genetik diketahui mempengaruhi risiko
fibroadenoma. Namun, riwayat keluarga kanker payudara pada keluarga tingkat
pertama dilaporkan oleh beberapa peneliti berhubungan dengan peningkatan risiko
tumor ini. Dari beberapa penelitian menunjukkan adanya risiko menderita FAM pada
wanita yang ibu dan saudara perempuan mengalami penyakit payudara
g. Stress, Stress berat dapat meningkatkan produksi hormon endogen estrogen yang juga
akan meningkatkan insiden FAM. Berdasarkan penelitian, diketahui orang yang
mengalami stress memiliki risiko lebih tinggi menderita FAM yaitu orang yang
mengalami stress memiliki risiko 1,43 kali menderita FAM dibandingkan dengan
orang yang tidak stress.
h. Faktor Lingkungan, Tinggal di dekat pabrik yang memproduksi Polycyclic aromatic
hydrocarbons (PAHs) juga dapat menjadi faktor risiko terjadinya FAM. Berdasarkan
penelitian pada tahun 2011 di Iran dilaporkan 38% dari penderita FAM memiliki
riwayat tinggal di dekat pabrik yang memproduksi PAHs.

Patofisiologi

Fibroadenoma adalah tumor jinak yang menggambarkan suatu proses hiperplasia dan
proliferasi pada satu duktus terminal, perkembangannya dihubungkan dengan suatu proses
aberasi perkembangan normal. Penyebab proliferasi duktus tidak diketahui, diperkirakan sel
stroma neoplastik mengeluarkan faktor pertumbuhan yang memengaruhi sel epitel.
Peningkatan mutlak aktivitas estrogen, diperkirakan berperan dalam pembentukannya. Kira –
kira 10% fibroadenoma akan menghilang secara spontan tiap tahunnya dan kebanyakan
perkembangan fibroadenoma berhenti setelah mencapai diameter 2 – 3 cm. Fibroadenoma
hampir tidak pernah menjadi ganas.
Fibroadenoma jarang ditemukan pada wanita yang telah mengalami postmenopause dan
dapat terbentuk gambaran kalsifikasi kasar. Sebaliknya, fibroadenoma dapat berkembang
dengan cepat selama proses kehamilan, pada terapi pergantian hormon, dan pada orang –
orang yang mengalami penurunan kekebalan imunitas, bahkan pada beberapa kasus, dapat

16
menyebabkan keganasan. Pada pasien – pasien yang mengalami penurunan kekebalan tubuh,
perkembangan fibroadenoma berkaitan dengan infeksi virus Epstein-Barr.
Fibroadenoma terbagi atas Juvelline Fibroadenoma, yang terjadi pada wanita remaja dan
Myxoid Fibroadenoma yang terjadi pada pasien dengan Carney complex. Carney complex
merupakan suatu sindrom neoplasma autosomal dominan yang terdiri atas lesi pada kulit dan
mukosa, myxomas dan kelainan endokrin.

Klasifikasi
Secara sederhana fibroadenoma dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam:

1. Common Fibroadenoma
Common fibroadenoma memiliki ukuran 1-3 cm, disebut juga dengan simpel
fibroadenoma. Sering ditemukan pada wanita kelompok umur muda antara 21-25
tahun. Ketika fibroadenoma dapat dirasakan sebagai benjolan, benjolan itu biasanya
berbentuk
oval atau bulat, halus, tegas, dan bergerak sangat bebas. Sekitar 80% dari seluruh
kasus fibroadenoma yang terjadi adalah fibroadenoma tunggal.

Gambar 6. Gambar Common Fibroadenoma


2. Giant Fibroadenoma
Giant fibroadenoma adalah tumor jinak payudara yang memiliki ukuran dengan
diameter lebih dari 5 cm.33 Secara keseluruhan insiden giant fibroadenoma sekitar 4%
dari seluruh kasus fibroadenoma. Giant fibroadenoma biasanya ditemui pada wanita
hamil dan menyusui. Giant fibroadenoma ditandai dengan ukuran yang besar dan
pembesaran massa enkapsulasi payudara yang cepat. Giant fibroadenoma dapat
merusak bentuk payudara dan menyebabkan tidak simetris karena ukurannya yang
besar, sehingga perlu dilakukan pemotongan dan pengangkatan terhadap tumor ini.

17
Gambar 7. Gambar Giant Fibroadenoma
3. Juvenile Fibroadenoma
Juvenile fibroadenoma biasa terjadi pada remaja perempuan,33 dengan insiden 0,5-2%
dari seluruh kasus fibroadenoma. Sekitar 10-25% pasien dengan juvenile
fibroadenoma memiliki lesi yang multiple atau bilateral.18 Tumor jenis ini lebih
banyak ditemukan pada orang Afrika dan India Barat dibandingkan pada orang
Kaukasia. Fibroadenoma mammae juga dapat dibedakan secara histologi antara lain:

Gambar 8. Gambar Juvenile Fibroadenoma


a. Fibroadenoma Pericanaliculare: Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong
dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis.
b. Fibroadenoma intracanaliculare : Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih
banyak sehingga kelenjar berbentuk panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen
yang sempit atau menghilang. Pada saat menjelang haid dan kehamilan tampak
pembesaran sedikit dan pada saat menopause terjadi regresi

Gejala Klinis
Fibroadenoma pada sebagian besar penderita tidak menunjukkan gejala dan terdeteksi
setelah dilakukan pemeriksaan fisik. Pertumbuhan fibroadenoma relatif lambat dan hanya
menunjukkan sedikit perubahan ukuran dan tekstur dalam beberapa bulan. Fibroadenoma
memiliki gejala berupa benjolan dengan permukaan yang licin dan merah. Biasanya
fibroadenoma tidak nyeri, tetapi kadang dirasakan nyeri bila ditekan.

18
Diagnosis

a. Pemeriksaan Fisik
Secara klinik, fibroadenoma biasanya bermanifestasi sebagai massa soliter, diskret, dan
mudah digerakkan, selama tidak terbentuk jaringan fibroblast di sekitar jaringan payudara,
dengan diameter kira-kira 1 – 3 cm, tetapi ukurannya dapat bertambah sehingga membentuk
nodul dan lobus. Fibroadenoma dapat ditemukan di seluruh bagian payudara, tetapi lokasi
tersering adalah pada quadran lateral atas payudara. Tidak terlihat perubahan kontur
payudara. Penarikan kulit dan axillary adenopathy yang signifikan pun tidak ditemukan.
b. Pemeriksan Histopatologi
Secara makroskopis, semua tumor teraba padat dengan warna cokelat – putih pada irisan,
dengan bercak – bercak kuning – merah muda yang mencerminkan daerah kelenjar.

Gambar 9. Gambaran Makroskopik Fibroadenoma Payudara

Secara histologis, tumor terdiri atas jaringan ikat dan kelenjar dengan berbagai proporsi
dan variasi. Tampak storma fibroblastik longgar yang mengandung rongga mirip duktus
berlapis sel epitel dengan ukuran dan bentuk yang beragam. Rongga yang mirip duktus atau
kelenjar ini dilapisi oleh satu atau lebih lapisan sel yang reguler dengan membran basal jelas
dan utuh. Meskipun di sebagian lesi duktus terbuka, bulat hingga oval dan cukup teratur
(fibroadenoma perikanalikularis), sebagian lainnya tertekan oleh proliferasi ekstensif stroma
sehingga pada potongan melintang rongga tersebut tampak sebagi celah atau struktur ireguler
mirip – bintang (fibroadenoma intrakanalikularis).

c. Pemeriksaan radiologik
1. Mammografi
Pada pemeriksaan mamografi, fibroadenoma digambarkan sebagai massa berbentuk
bulat atau oval dengan batas yang halus dan berukuran sekitas 4 – 100 mm.
Fibrodenoma biasanya memiliki densitas yang sama dengan jaringan kelenjar
sekitarnya, tetapi, pada fibroadenoma yang besar, dapat menunjukkan densitas yang
lebih tinggi. Kadang-kadang, tumor terdiri atas gambaran kalisifikasi yang kasar,
19
yang diduga sebagai infraksi atau involusi. Gambaran kalsifikasi pada fibroadenoma
biasanya di tepi atau di tengah berbentuk bulat, oval atau berlobus – lobus. Pada
wanita postmenopause, komponen fibroglandular dari fibroadenoma akan berkurang
dan hanya meninggalkan gambaran kalsifikasi dengan sedikit atau tanpa komponen
jaringan ikat.

Gambar 10. Gambaran mamografi fibroadenoma.


Tampak massa yang berbentuk bulat dan berbatas tegas

Gambar 6. Gambaran Mamografi Fibroadenoma. Kalsifikasi pada degenerasi fibroadenoma,


tampak gambaran kalsifikasi kasar pada 2 degenaerasi fibroadenoma, tanda panah
menunjukkan komponen haringan lunak yang terlihat sebagai satu massa

Gambar 7. Mamografi Fibroadenoma. Tampak gambaran kalsifikasi fibroadenoma yang yang


kasar dan membentuk gambaran Pop-corn Appearence

2. Ultrasonografi (USG)
Dalam pemeriksaan USG, fibroadenoma terlihat rata, berbatas tegas, berbentuk bulat,
oval atau berupa nodul dan lebarnya lebih besar dibandingkan dengan diameter

20
anteroposteriornya. Internal echogenicnya homogen dan ditemukan gambaran dari
isoechoic sampai hypoechoic. Gambaran echogenic kapsul yang tipis, merupakan
gambaran khas dari fibroadenoma dan mengindikasikan lesi tersebut jinak.
Fibroadenoma tidak memiliki kapsul, gambaran kapsul yang terlihat pada pemeriksaan
USG merupakan pseudocapsule yang disebabkan oleh penekanan dari jaringan di
sekitarnya.

Gambar 8. Gambaran USG Fibroadenoma. Tampak massa hipoechoic yang rata, batas tegas
pada sebagian lobus merupakan khas dari fibroadenoma.

3. Magnetic Resonances Imaging (MRI)

Dalam pemeriksaan MRI, fibroadenoma tampak sebagi massa bulat atau oval yang rata
dan dibandingkan dengan menggunakan kontras gadolinium-based. Fibroadenoma
digambarkan sebagai lesi yang hypointense atau isointense, jika dibandingkan dengan
jaringan sekitarnya dalam gambaran T1-weighted dan hypointense and hyperintense
dalam gambaran T2-weighted.

21
Gambar 9. Seorang wanita 47 tahun, dengan lesi 1cm yang terohat dari mamografi. Dari
pemeriksaan USG dan FNA, menujukkan gambaran fibroadenoma. Pemeriksaan dengan MRI
post-contras, memperlihatkan penyerapan yang cepat tanpa pembersihan, yang merupakan
ciri khas dari fibroadenoma

Diagnosis Banding

a) Cystosarcoma Phyllodes.
Tumor ini jauh lebih jarang ditemukan dan diperkirakan berasal dari stroma
intralobulus. Tumor ini berdiameter kecil, sekitar 3 – 4 cm, tetapi sebagian besar terus
tumbuh dan membesar sehingga menyebabkan payudara membesar. Tumor ini terdapat
pada semua usia, namun kebanyakan ditemukan pada usia 45 tahun. Gambaran
radiologis (mammografi) dari tumor ini berupa massa berbentuk bulat dan berbatas tegas.

Gambar 11. Mamografi Cystosarcoma Phyllodes.


Tampak massa berbatas tegas tanpa kalsifikasi

Gambaran USG tumor ini, pada umumnya hipoechoic dengan batas yang masih tegas,
echo-internal dapat homogen atau sedikit inhomogen serta adanya penyangatan akustik
posterior lemah, hal ini mungkin disebabkan struktur kistik pada tumor tersebut.

22
Gambar 11. Gambaran USG Cystosarcoma Phylloides. Lesi hypoechoic tampak besar ,
berlobulasi dengan echo-internal inhomogen, sering ampak struktur anechoic yang
menandakan adanya proses degeneresi kistik.

b) Kista Payudara.
Kista payudara dapat berasal dari adenosis, ketika lamina duktus dan acini
mengalami dilatasi dan dibatasi oleh jaringan epitel. Gambaran mamografinya berupa
massa bulat atau oval yang berbatas tegas. Tepi kista ini dapat berbatasan dengan
jaringan fibroglandular, baik sebagian maupun seluruhnya.

Gambar 12. Gambaran Mamografi Kista Payudara. Tampak massa bulat atau oval dengan
densitas yang lebih terang dibandingkan dengan parenkim payudara.

Gambaran USG pada kista adalah lesi dengan bentuk bulat atau oval, mempunyai batas
tegas dan teratur, an-echoic dan adanya penyangatan akustik posterior.

Gambar 13. Gambaran USG Kista Payudara. Tumor ini akan tampak sebagai suatu lesi an-
echoic dengan batas teratur serta tampak penyangatan akustik posterior.

23
c) Papilloma.
Merupakan lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus dan 75% tumbuh di bawah areola
mamma. Papilloma memberikan gejala berupa sekresi cairan serous atau berdarah, adanya
tumor subareola kecil dengan diameter beberapa milimeter atau retraksi puting payudara
(jarang ditemukan). Biasanya, ukuran lesi papilloma sangat kecil, hanya beberapa milimeter,
sehingga pada mamografi, terlihat gambaran sedikit pengembungan atau normal dari duktus
retro-areolar.

Gambar 14. Mamografi Papilloma. Tampak gamabran heterogen dari payudara dengan
kalsifikasi yang menyebar tanpa gambaran massa

Gambaran USG kelainan ini adalah suatu lesi intraduktal dengan pelebaran duktus
laktiferus.

Gambar 15. Gambaran USG Papiloma. Tampak lesi iso-echoic dengan pelebaran duktus
laktiferus.
d). Fibrocystic Disease
Penyakit fibrokistik lebih tepat disebut kelainan fibrokistik. Pasien biasanya datang
dengan keluhan pembesaran multipel dan sering kali rasa nyeri payudara bilateral terutama
menjelang menstruasi. Ukuran dapat berubah yaitu menjelang menstruasi terasa lebih besar
dan penuh serta rasa sakit bertambah, bila setelah menstruasi maka sakit hilang/berkurang
dan tumorpun mengecil. Kelainan fibrokistik ini disebut juga mastitis kronis kistik,
hiperplasia kistik, mastopatia kistik, displasia payudara dan banyak nama lainnya. Pada tahun
1981, Scanlon mendefinisikan penyakit fibrokistik sebagai “Suatu keadaan dimana

24
ditemukan adanya benjolan yang teraba di payudara yang umumnya behubungandengan rasa
nyeri yang berubah-ubah karena pengaruh siklus menstruasi dan memburuk sampai saat
menopause”. Nyeri yang hebat dan berulang atau pasien yang khawatir dapat pula menjadi
indikasi eksisi.
Tumor jenis kelainan fibrokistik ini umumnya tidak berbatas tegas, kecuali kista
soliter. Konsistensi padat kenyal dan kistik. Penyakit fibrokistik payudara biasanya mengenai
wanita pada usia reproduktif dan merupakan penyakit yang tersering pada wanita. Biasanya
lesi ini bersifat multipel dan bilateral, tetapi sangat jarang sekali yang berukuran sangat besar
dan memberikan penderitaan rasa sakit yang sangat hebat.

Penatalaksanaan

Operasi eksisi merupakan satu-satunya pengobatan untuk fibroadenoma. Operasi


dilakukan sejak dini, hal ini bertujuan untuk memelihara fungsi payudara dan untuk
menghindari bekas luka. Pemilihan tipe insisi dilakukan berdasarkan ukuran dan lokasi dari
lesi di payudara. terdapat 3 tipe insisi yang biasa digunakan, yaitu
1. Radial Incision, yaitu dengan menggunakan sinar.
2. Circumareolar Incision
3. Curve/Semicircular Incision

Tipe insisi yang paling sering digunakan adalag tipe radial. Tipe circumareolar, hanya
meninggalkan sedikit bekas luka dan deformitas, tetapi hanya memberikan pembukaan yang
terbatas. Tipe ini digunakan hanya untuk fibroadenoma yang tunggal dan kecil dan lokasinya
sekitar 2 cm di sekitar batas areola. Semicircular incision biasanya digunakan untuk
mengangkat tumor yang besar dan berada di daerah lateral payudara.

Pencegahan dan Deteksi Dini

a. Pencegahan Primer : merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar
tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Konsep dasar dari
pencegahan primer adalah untuk menurunkan insiden penyakit. Cara yang dilakukan
adalah dengan menghindari faktor-faktor tertentu yang dapat merangsang
pertumbuhan sel-sel tumor antara lain:
- Mencegah terpaparnya dengan zat atau bahan yang dapat memicu
berkembangnya sel-sel tumor fibroadenoma, seperti mengkonsumsi

25
makanan yang terkontaminasi dengan bahan atau zat-zat hormonal,
menghindari pemakaian pil kontrasepsi dengan komponen utama estrogen.
Penggunaan zat tersebut jika dipakai terus menerus akan menyebabkan
terjadinya perubahan jaringan pada payudara yang meningkatkan angka
kejadian FAM. Selain itu menghindari terpapar dengan zat Polycyclic
aromatic hydrocarbons (PAHs) yang bersifat karsinogenik.
- Menggunakan atau mengkonsumsi zat dan bahan yang dapat menurunkan
kejadian FAM antara lain dengan mengkonsumsi buah dan sayuran.
Penggunaan alat kontrasepsi oral juga dapat menurunkan risiko terjadinya
FAM.
- Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

b. Pencegahan Sekunder : dapat dilakukan dengan cara medeteksi penyakit secara

dini dan melakukan pengobatan secara cepat dan tepat.

- Anamnesa terpadu harus didapatkan sebelum dilakukan pemeriksaan fisik.


Penyelidikan terperinci tentang faktor risiko harus meliputi riwayat
kehamilan dan ginekologi seperti usia, paritas, serta riwayat menstruasi
dan menyusui. Riwayat terapihormonal sebelumnya yang mencakup
kontrasepsi oral dan estrogen.
- Diagnosa, Fibroadenoma dapat didiagnosa dengan tiga cara, yaitu dengan
pemeriksaan fisik (phisycal examination), pemeriksaan radiologi (dengan

26
foto thorax dan mammografi atauultrasonografi), dengan Fine Needle
Aspiration Cytology (FNAC).
c. Pencegahan Tersier dilakukan untuk mengurangi ketidakmampuan dan melakukan
rehabilitasi.25 Rehabilitasi dilakukan untuk mengurangi ketidakmampuan penderita
agar dapat melakukan aktivitasnya kembali. Upaya rehabilitasi dilakukan baik secara
fisik, mental, maupun sosial, seperti menghilangkan rasa nyeri, mendapatkan asupan
gizi yang baik, dan dukungan moral dari orang-orang terdekat terhadap penderita
pasca operasi.

Prognosis

Prognosis dari penyakit ini baik, walaupun penderita mempunyai resiko yang tinggi
untuk menderita kanker payudara. bagian yang tidak diangkat harus diperiksa secara teratur.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kuijper Arno., Mommers Ellen C.M., Van Diest Paul J. Histopathology of


Fibroadenoma of The Breast. Available from: http://ajcp.ascpjournals.org/.
2. Crum Christoper P., Lester Susan C., Cotran Ramzi S. Sistem Genitalia Perempuan
dan Payudara. Dalam: Robbins, Stanley L., Kumar Vinay., Cotran Ramzi S. Robbins
Buku Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
2007.
3. Farrow Joseph H. Fibroadenoma of The Breast. Available from:
http://caonline.amcancersoc.org/.
4. Roubidoux Marilyn A. Fibroadenoma. Available from:
http://emedicine.medscape.com/.
5. Sjamsuhidajat, R., De Jong Wim. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.2011.
6. Zieve David., Wechter Debra G. Fibroadenoma – Breast. Available from:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/.
7. Desen wan. Dalam: Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi 2. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.2008.
8. Makes Daniel. Atlas Ultrasonografi Payudara dan Mamografi. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.2007.

27
28

Anda mungkin juga menyukai