Anda di halaman 1dari 4

Background

Konsep omnibus law berkaitan dengan bidang kerja pemerintah di sektor ekonomi.
Secara keseluruhan, ada 11 klaster yang menjadi pembahasan didalam Omnibus Law RUU Cipta
Kerja, yaitu:
1. Penyederhanaan perizinan tanah,
2. Persyaratan investasi,
3. Ketenagakerjaan,
4. Kemudahan dan perlindungan UMKM,
5. Kemudahan berusaha
6. Dukungan riset dan inovasi,
7. Administrasi pemerintahan,
8. Pengenaan sanksi,
9. Pengendalian lahan,
10. Kemudahan proyek pemerintah,
11. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Adapun beberapa materi muatan yang terkait dengan klaster ketenagakerjaan yaitu, sebagai
berikut:
1. penggunaan tenaga kerja asing,
2. perjanjian kerja waktu tertentu,
3. alih daya atau outsourcing,
4. waktu kerja dan waktu istirahat,
5. pengupahan,
6. pemutusan hubungan kerja (PHK) dan
7. kompensasi PHK, sanksi, jaminan kehilangan pekerjaan,
8. serta penghargaan lainnya.

1. Pengenaan Sanksi
Aturan mengenai sanksi bagi pengusaha yang tidak membayarkan upah sesuai ketentuan dihapus
lewat UU Cipta Kerja.
Pasal 91 ayat (1) UU Ketenagakerjaan mengatur pengupahan yang ditetapkan atas
kesepakatan antara pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh tidak boleh
lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Kemudian Pasal 91 ayat (2) menyatakan, dalam hal kesepakatan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) lebih rendah atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan,
kesepakatan tersebut batal demi hukum, dan pengusaha wajib membayar upah pekerja/buruh
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain tercantum pada Pasal 91, aturan
soal larangan membayarkan besaran upah di bawah ketentuan juga dijelaskan pada Pasal 90 UU
Ketenagakerjaan. Namun dalam UU Cipta Kerja, ketentuan dua pasal di UU Ketenagakerjaan itu
dihapuskan seluruhnya.
Pada pasal 88 UU Cipta kerja menghapus ketentuan rinci mengenai perhitungan upah
yaitu tidak ada lagi ketentuan upah minimum. Perhitungan upah akan berdasarkan kebijakan
pengupahan nasional yang diatur dalam peraturan pemerintah. Upah minimum bagi pekerja
terdiri dari:
1. Upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota;
2. Upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota.

Pasal 90 ayat (1) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (UUK)
menyatatakan:
“Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 89.
Pasal 185 ayat (1) UUK menyatakan:
“Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) dan
ayat (2), Pasal 68, Pasal 69 ayat (2), Pasal 80, Pasal 82, Pasal 90 ayat (1), Pasal 143, dan Pasal
160 ayat (4) dan ayat (7), dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah).”
Sehingga berdasarkan bunyi ketentuan di atas, bisa diketahui bahwa perusahaan yang
membayar gaji karyawan di bawah upah minimum provinsi sebagaimana ditetapkan pemerintah
dapat dikenakan sanksi pidana berupa penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4
(empat) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah). Akan tetapi pada UU Cipta Kerja
sebagaimana yang telah ditetapkan bahwa Pasal 91 dihapuskan maka terdapat perubahan bunyi
pada pasal 185 ayat (1) yang menyatakan bahwa:
“Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2), Pasal
68, Pasal 69 ayat (2), Pasal 80, Pasal 82, Pasal 88A ayat (3), Pasal 88E ayat (2), Pasal 143, Pasal
156 ayat (1), atau Pasal 160 ayat (4) dikenai sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah).
Maka dengan ini bisa diketahui bahwa apabila pengusaha ataupun perusahaan
membayarkan upah pekerja lebih rendah dari standard upah minimum dengan begitu pengusaha
ataupun perusahaan tidak lagi dikenakan sanksi pidana atas hal tersebut.
Berikut beberapa dampak yang dapat kita lihat dari beberapa sisi, sebagai berikut:
a. Dampak Positif
- Untuk Investasi, Kemudahan Berusaha: memberi kesempatan masuknya investor
asing. Bila dijalankan dengan baik, maka akan banyak investasi yang masuk dan
menciptakaan lapangan kerja. Jika investasi meningkat, perekonomian Indonesia
akan bertumbuh.
b. Dampak Negatif
- Investasi: Konflik antar pengusaha dan buruh/pekerja
- Pekerja: Merugikan buruh/pekerja, memperburuk perlindungan hak perempuan
buruh. Dengan ketentuan itu, maka upah berpotensi jauh dari layak, upah
minimum tidak relevan lagi digunakan untuk pemberian upah.

2. Perizinan di bidang ketenagakerjaan


BAB III UU Cipta Kerja mengatur mengenai peningkatan investasi dan kegiatan usaha.
Pada Pasal 6 yang berbunyi:
“Peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1) huruf a meliputi:
a. penerapan Perizinan Berusaha berbasis risiko;
b. penyederhanaan persyaratan dasar Perizinan Berusaha; c. penyederhanaan Perizinan
Berusaha sektor; dan
d. penyederhanaan persyaratan investasi.”
UU Cipta Kerja mempermudah perizinan usaha dari yang awalnya berbasis izin menjadi
berbasis risiko dan skala usaha. Ketentuan ini diatur didalam Pasal 7 ayat (1) yang berbunyi:
“Perizinan Berusaha berbasis risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a
dilakukan berdasarkan penetapan tingkat risiko dan peringkat skala usaha kegiatan usaha.”
Berikut beberapa dampak yang dapat kita lihat dari beberapa sisi, sebagai berikut:
a. Dampak Positif
- Untuk Investasi, Kemudahan Berusaha: mendorong pertumbuhan positif
investasi, ekspor dan konsumsi. Mendorong perekonomian dan investasi melalui
penciptaan dan perluasan lapangan kerja. Melalui penyederhanaan sistem birokrasi dan
perizinan, kemudahan bagi pelaku usaha terutama UMKM, ekosistem investasi yang
kondusif.
- Kalangan Pekerja: Dengan bertambah nya lapangan kerja baru, akan mengurangi
pengangguran.

Anda mungkin juga menyukai