Anda di halaman 1dari 5

Membangun UMKM Mandiri Lewat

Sistem Pengadaan Barang/Jasa


Oleh : Ir.Khairul Rizal MBA

Ka Bidang Hubungan Kelembagaan dan Internasional IAPI (Ikatan Ahli Pengadaan Indonesia)

Setiap tahun kita melihat besaran belanja Pemerintah,BUMN/D,BLU/D,KKS MIGAS instansi yang pengadaan
barang/jasa (PBJ) nya dilakukan berdasarkan peraturan /ada pengaruh pemerintahnya , jika digabung nilainya
dapat melebihi Rp. 3000 Triliun/tahun. Pertanyaannya berapa % dari pengeluaran sebesar itu yang lewat /
dinikmati oleh pelaku UMKM kita ?
Tantangan lain adalah mengenal atau memahami siapa sebenarnya pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) ? Pertanyaan ini terlontar karena masih ada para pihak dan pengambil keputusan didunia pengadaan
Barang/Jasa melihat UMKM hanya berdasarkan yuridis formal antara lain pada batasan kekayaan di bawah Rp
500.000.000,- memiliki SIUP kategori kecil dan omzet tidak lebih dari 2,5 M pertahun. Kriteria UMKM
umumnya lebih dilihat pada kelengkapan dokumen administrasi bukan pada kompetensi dan kesiapan UMKM
tersebut memproduksi bahan baku/bahan olahan.
Dalam perspektif makro sebenarnya seluruh petani, peternak, nelayan sebagai produsen bahan makanan dalam
rantai pangan (food supply chain) dan seluruh kegiatan masyarakat menambang bahan galian C seperti pasir,
fosfat, asbes,kaolin, marmer sebagai bahan dasar konstruksi dalam rantai pasok konstruksi (construction supply
chain) umumnya adalah UMKM.
Namun demikian, penilaian UMKM pada praktek PBJ saat ini masih melihat dari kelengkapan dokumen
administrasi, bukan melihat kompetensi dan posisi mereka sebagai produsen (principle) suatu produk. UMKM
terkesan menjadi pembenaran untuk memenangkan pengadaan langsung dengan nilai paket tertentu (di
pemerintahan paket dibawah 200 juta). Penyedia yang memiliki syarat-syarat atau dokumen administrasi yang
lengkap terkesan dijadikan dasar pembenaran untuk memenangkan paket-paket pengadaan langsung yang
jumlahnya mungkin ratusan ribu berbagai jenis paket pengadaan di negeri ini.Terkesan Penyedia yang memiliki
dokumen Perusahaan kecil atau UMKM dapat memenangkan berbagai jenis paket pengadaan langsung yang
dikenal sehingga muncul istilah perusahaan PALUGADA (Apa Lu Mau Gua Ada untuk solusi Pengadaan
langsung tersebut).
Disinyalir pemilihan penyedia UMKM/Perusahaan kecil berdasarkan kualifikasi memiliki tempat usaha,
kompetensi sumber daya manusia (SDM) dan memiliki peralatan – dikesampingkan. Verifikasi penyedia dengan
melakukan kunjungan fisik, memastikan penyedia memiliki SDM, Kantor dan peralatan produksi menjadi suatu
kegiatan yang langka dalam praktek pengadaan barang/jasa kita.Tidak jarang kita melihat penyedia-penyedia
pengadaan langsung tersebut nama perusahaannya bisa berganti-ganti tetapi pelakunya orang yang sama. Tak
jarang UMKM dijadikan modus memecah-mecah paket PJB. Pemecahan paket ini jelas bertentangan dengan
konsep tujuan mendapatkan best value for money yang dalam implementasinya adalah dengan 1.
Mengabungkan paket (konsolidasi) 2.Memanjangkan kontrak (Strategic relation) dan 3.Bayar cepat (memakai
e-payment).

1. UMKM sebagai Pelaku Utama dalam Rantai Pasok Pangan (Food Supply Chain)

Penyediaan Bahan makanan di rumah sakit, hotel, restaurant baik milik Pemerintah/BUMN/BUMD/
BLU/BLUD merupakan peluang sangat besar jika dikelola dengan baik dan benar.Pada saat ini sebagai contoh
Rumah sakit melakukan pengadaan bahan makanan melakui PT/CV kecil yang secara administrasi lengkap
tetapi mereka umumnya mendapatkan bahan makanan tersebut sudah dari pasar/tangan kesekian bukan
langsung dari kelompok tani/produsen bahan makanan tersebut (petani,peternak & perikanan/nelayan).

Gambar-1: Rantai Pasok Bahan Makanan (Food Supply Chain)


Dari gambar-1 diatas terlihat yang menjadi produsen umumnya adalah UMKM dan pengolahan juga biasanya
adalah UMKM dan Industri. Pembeli dari produk UMKM ini adalah Pemerintah (B2G),Perusahaan (B2B) dan
masyarakant umum(B2C).
2. UMKM Pelaku Utama dalam Rantai Pasok Konstruksi (Construction Supply Chain)

Unsur terbesar dari suatu pekerjaan konstruksi yang hasilnya berupa bagunan jalan,pondasi dan gedung adalah
adanya Alat kerja,Pemasok material dan SDM (tenaga kerja). Jika diurut dan diamati material dasar konstruksi
seperti pasir,batu,marmer,bata dll adalah barang-barang yang menjadi usaha utama para penambang /bahan
galian golongan C dan umumnya itu dilakukan oleh UMKM kita.

Gambar 2: Rantai Pasok Konstruksi (Construction Supply Chain)


Dari gambar-2 diatas terlihat yang menjadi produsen bahan material untuk konstruksi (bahan bangunan
gedung,jembatan dan pondasi ) pada umumnya adalah UMKM karena itu menjadi mata pencarian utama
mereka. Pembeli dari produk UMKM ini adalah Pemerintah (B2G),Perusahaan (B2B) dan masyarakant umum
(B2C).
UMKM Pelaku /Produsen utama untuk barang-barang seni/kerajinan khas daerah
Indonesia dengan sebaran geografis, keberagaman budaya dan berbagai keunggulan lainnya diberikan
keberagaman luar biasa baik dari sisi potensi alam,SDA dan banyaknya handicraft/ produk –produk lokal yang
menjadi produk yang diminati oleh banyak orang/pembeli.

Gambar 3: Potensi dan keberagaman Produk UMKM untuk industry kreatif Indonesia
Produk/ barang seni/kerajinan seperti batik, souvenir,cendra mata dan lain-lain. Kategori ini merupakan produk
tambahan bukan utama produk UMKM Indonesia yang umumnya dijual langsung kepemakai (B2C)
Kenapa UMKM kita belum MAJU?
Jika dilihat dari sistem rantai pasok bahan makanan (food supply chain), rantai pasok konstruksi (construction
supply chain) dan keberagaman barang-barang produk kreatif Indonesia yang umumnya diproduksi oleh
UMKM kenapa Penghasilan atau pendapat akumulatif UMKM kita sangat jauh dari nilai pengadaan sekitar
3000 Trilun diatas??atau dengan kata lain kenapa pendapatan rata-rata penduduk yang didominasi kegiatan
hidupnya dengan UMKM tetapi sangat rendah bahkan nyaris sangat menyedihkan dimana pendapatan rata-rata
perbulannya dibawah UMR?.
Hal ini terjadi karena didalam tatanan JUAL-BELI seharusnya terjadi kesepakatan harga dan lamanya waktu
pengadaan dalam sistem Pengadaan Barang/Jasa kita mengenalnya dengan kesepakatan harga dan lamanya
waktu kontrak. UMKM kita saat ini jarang atau tidak pernah berkontrak langsung dengan end user/pengguna
sebagai contoh untuk mensuplai bahan makanan ke Rumah sakit yang berkontrak dan menentukan harga adalah
PT/CV penyedia yang umumnya
berganti-berganti. PT/CV dengan golongan kecil (secara administrasi memenuhi kriteri UMKM) tersebut
mengambil bahan makanan dari pasar atau sudah dari tangan ke-4 s/d 6 dalam rantai pasok pangan bukan
langsung dari kelompok tani (rantai terpendek ke petani).

Gambar 5: Keadaan Rantai pasok bahan makanan saat ini (Sebelum transformasi PBJ)
Dengan merubah aturan dan mewajibkan penyedia harus memiliki kontak langsung ke kelompok tani, rantai
pasok yang terjadi adalah sebagai berikut:

Gambar 5: Keadaan Rantai pasok bahan makanan setelah Transformasi PBJ


Hasil yang terjadi dengan memotong rantai pasok atau penyedia disarankan langsung koperasi karyawan rumah
sakit yang mendapatkan pasokan langsung dari koperasi petani berkonrak dengan Rumah sakit (tanpa harus
menggunakan PT/CV yang selama ini digunakan hanya untuk memenuhi syarat adminsitrasi pengadaan
UMKM. Hasil yang diperoleh adalah adanya harga yang stabil yang disetujui oleh koperasi petani dan Runah
sakit, harga yang penentuannya berdasarkan biaya produksi ditambah dengan biaya transport dan keuntungan
wajar petani
seperti LKPP melakukan kontrak dengan penyedia e-Katalog yang disarankan langsung ke principle/produsen
atau minimal aggregator tangan pertama. Dengan model ini kualitas dan Service level dan harga akan lebih
terjamin karena sumbernya jelas langsung dari tangan pertama yanitu koperasi yang menanungi dari kelompok-
kelompok tani tersebut.
APA YANG HARUS DILAKUKAN UNTUK MEMAJUKAN UMKM?
Ada beberapa hal yang harus diperbaiki agar UMKM nasional bisa maju dan mandiri, antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Untuk UMKM dalam rantai pasok makanan (food supply chain) problem utama petani bukan pada
penyediaan pupuk,alat pertanian dll,tetapi lebih kepada adanya kepastian harga (diatas biaya produksi) oleh
pengguna/pasar.
2. Untuk UMKM dalam rantai pasok kosntruksi, mewajibakan siapapun pemenang tender pekerjaan konstruksi
diwilayah tersebut harus membeli bahan material kosntruksinya di e-Katalog daerah yang direkomendasikan
kepala daerah melalui peraturan bupati.
3. Inisisatif yang dibangun dengan melakukan pengadaan berbasis digital seperti BELA PENGADAAN
(Belanja Langsung LKPP), PaDi UMKM: Pasar Digital Pengadaan Barang dan Jasa BUMN.
4. Tugas atau kontribusi pemerintah yang paling BERHARGA adalah memastikan Pengguna ini berkontrak
dengan penyedia UMKM dalam bentuk kontrak yang telah jelas jumlah dan harganya dalam suatu priode
tertentu atau kontrak payung jika belum ada kepastian volume.
5. Mengusahakan Pembayaran CEPAT langsung setelah Barang/jasa diterima atau telah terbinya BAST (Berita
Acara Serah Terima) bias difasilitasi oelh BANK atau bantuan pendanaan buat pengguna.
6. Karena salah satu permasalah utama adalah keberlangsungan suplai dan waktu yang cepat, disarankan
Koperasi memiliki gudang di Rumahsakit/dekat rumahsakit (konsep TOKO GUDANG).
7. Jika ada bantuan pemerintah untuk UMKM dapat digunakan untuk bantuan operasional sebelum panen atau
barang dibayar oleh pengguna.

Adapun konsep TOKOGUDANG menggunakan skema PROCURE TO PAY (B2B P2P) adalah sebagai
berikut:

Gambar 6: Konsep e-market place dan Vendor managed inventory (TOKO GUDANG)
1. TOKOGUDANG adalah O2O (online to offline) service atau gabungan antara e-market place dengan Vendor
Managed Inventory dimana barang yang ada di market place ada digudang pembeli .
2. Agar lebih efisen TOKOGUDANG disarankan dikelola oleh KOPERASI Karyawan Pengguna dengan
didampingi profesional sehingga menjadi usaha profesional yang sustainable dan Mensejahterakam
3. Untuk Source /sumber Koperasi Karyawan Pengguna berkontrak langsung dengan produsen/distributor
utama bukan Penyedia perantara.
4. Pengadaan akan menjadi suatu Kegiatan yang mensejahtrakan baik dari sisi Penjual (UMKM) dan PEMBELI
(melalui KOPERASI KARYAWAN yang keuntungannya dapat dibagi atau didistribusikan secara RESMI dan
HALAL kepada semua karyawan organisasi PENGGUNA dalam bentuk keuntungan KOPERASI

Berdasarkan mekanisme tersebut, harapan UMKM nasional menjadi maju jika Pemerintah memfasilitasi
UMKM ke pasar B2G, B2B dengan BENAR (sudah termasuk e-payment). Sementara untuk Pasar B2C UMKM
sudah dapat menggunakan semua e-marketplace yang ada, pemerintah hanya diperlukan menghimbanu par
pelaku market place memfasilitasi ini.

Pemerintah dapat membantu fasilitas produksi dan pembeniaan SDM UMKM sebagai konsekuensi logis
UMKM menjadi penyedia yang profesional baik nasional maupun internasional. Dengan disain dan usaha yang
benar UMKM Indonesia dapat menjadi pemain profesioanal berskala nasional dan international. Harapan
UMKM bisa naik kelas dan menjadi pendorong Indonesia tidak terjebak middle income trap. Semoga!***

*Penulis Khairul Rizal MBA: konsultan Pengadaan HP0821 1689 5960

Anda mungkin juga menyukai