Anda di halaman 1dari 7

Apakah Dampak Kebijakan Redesain Sistem Perencanaan dan Penganggaran (RSPP) dalam

Proses Pengadaan Barang dan Jasa?


Penulis
Sumadiyah T. Olfah
Widyaiswara Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan

Dengan digulirkannya Kebijakan Redesain Sistem Perencanaan dan Penganggaran (RSPP),


bagaimanakah Dampak terhadap proses Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah?
Diawal Tahun Anggaran (TA) 2020, Kementerian Keuangan menggulirkan wacana
Redesain Sistem Penganggaran. Pengguliran kebijakan ini diharapkan dapat mewujudkan
belanja yang semakin berkualitas. Pada awalnya kebijakan ini akan diterapkan di Kementerian
Keuangan, namun demikian karena beberapa kendala salah satunya terkait kesiapan sistem IT
maka akhirnya penerapan kebijakan ini ditunda untuk TA 2021.
Hal mendasar dari digulirkannya kebijakan ini selain penyederhanaan program dan
adanya program Lintas Eselon I maupun Lintas K/L juga perubahan nomenklatur maupun
substansi keluaran (output). Berdasarkan kebijakan RSPP output diharapkan lebih
mencerminkan output riil K/L. Output dibedakan menjadi Output Program, Klasifikasi Rincian
Output (KRO) dan Rincian Output (RO). Berdasarkan Surat Bersama Kementerian Keuangan No.
S-122/MK.2/2020 dan Kementerian PPN/Bappenas No. B-517/M.PPN/D.8/PPN.04.03/2020
Tanggal 24 Juni 2020 tentang Pedoman Redesain Sistem Perencanaan dan Penganggaran (RSPP)
definisi masing-masing output tersebut adalah:
 Output Program merupakan keluaran yang dihasilkan oleh K/L untuk mendukung
terwujudnya outcome
 Klasifikasi Rincian Output (KRO), merupakan kumpulan atas keluaran (output)
Kementerian/Lembaga (Rincian Output – RO) yang disusun dengan mengelompokkan atau
mengklasifikasikan muatan keluaran (output) yang sejenis/serumpun berdasarkan
sektor/bidang/jenis tertentu secara sistematis
 Rincian Output (RO), merupakan keluaran (output) riil yang sangat spesifik yang dihasilkan
oleh unit kerja Kementerian/Lembaga yang berfokus pada isu dan/atau lokasi tertentu
serta berkaitan langsung dengan tugas dan fungsi unit kerja tersebut dalam mendukung
pencapaian sasaran Kegiatan yang telah ditetapkan
Dengan digulirkannya Kebijakan Redesain Sistem Perencanaan dan Penganggaran (RSPP),
bagaimanakah Dampak terhadap proses Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah?
Berbicara mengenai belanja negara, tidak terlepas dari pengadaan barang/jasa. Hampir sebagian
besar belanja negara dilaksanakan melalui pengadaan barang/jasa. Dampak dari digulirkannya RSPP ini
tertunya akan terkait dengan identifikasi belanja apa saja yang akan dilaksanakan melalui mekanisme
pengadaan barang/jasa. Berdasarkan Perpres No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah definisi barang/jasa diaktegorikan kedalam bentuk barang/jasa sebagai berikut:
 Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak
bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna
Barang.
 Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi pembangunan,
pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembali suatu bangunan.
 Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu diberbagai
bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir, dan
 Jasa Lainnya adalah jasa non-konsultansi atau jasa yang membutuhkan peralatan, metodologi
khusus, dan/atau keterampilan dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas di dunia
usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
Bagaimana mengidentifikasi belanja Pemerintah yang pelaksanaannya dilakukan melalui mekanisme
pengadaan Barang/Jasa?
Untuk dapat mengidentifikasi belanja Pemerintah yang pelaksanaannya dilakukan melalui
mekanisme pengadaan Barang/Jasa, para pengelola keuangan khususnya Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA) dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) harus memahami dengan baik struktur anggaran satuan
kerja. Berdasarkan Kebijakan RSPP, Struktur anggaran satuan kerja yang tertuang pada Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) maupun Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) meliputi:
Gambar Struktur Anggaran

Program
Kegiatan
Klasifikasi
Rincian
Rincian Output
Output (RO) (KRO)
Komponen
Akun Belanja
Detil Belanja

Penjelasan
1. Program
Program merupakan alat kebijakan (policy tool) yang dimiliki oleh Kementerian/Lembaga
dalam menjabarkan tugas dan fungsi sesuai visi dan misi Presiden, yang dilaksanakan oleh
satu atau lebih Unit Kerja Eselon I (satu).
2. Kegiatan
Kegiatan mencerminkan aktivitas yang dilaksanakan untuk menghasilkan keluaran dalam
rangka mendukung terwujudnya sasaran Kegiatan.
3. Klasifikasi Rincian Output (KRO)
Klasifikasi Rincian Output (KRO), merupakan kumpulan atas keluaran (output)
Kementerian/Lembaga (Rincian Output – RO) yang disusun dengan mengelompokkan atau
mengklasifikasikan muatan keluaran (output) yang sejenis/serumpun berdasarkan
sektor/bidang/jenis tertentu secara sistematis.
4. Rincian Output (RO)
Rincian Output (RO), merupakan keluaran (output) riil yang sangat spesifik yang dihasilkan
oleh unit kerja Kementerian/Lembaga yang berfokus pada isu dan/atau lokasi tertentu
serta berkaitan langsung dengan tugas dan fungsi unit kerja tersebut dalam mendukung
pencapaian sasaran Kegiatan yang telah ditetapkan
5. Komponen.
Komponen merupakan bagian dari internal manajemen masing-masing
Kementerian/Lembaga dalam mencapai kinerja Output yang tertuang dalam RKA-K/L dan
DIPA
Komponen adalah tahapan/proses yang harus dilakukan untuk menghasilkan RO yang
merupakan output riil dan produk akhir satuan kerja. Komponen merupakan uraian
aktifitas-aktifitas yang harus dilakukan dalam tahapan-tahapan atau proses untuk
menghasilkan RO.
6. Akun Belanja
Akun belanja, merupakan kodefikasi yang distandarkan yang digunakan untuk
pengelompokan belanja kedalam kode-kode tertentu yang digunakan dalam
penatausahaan pengelolaan keuangan. Selain itu akun belanja juga berfungsi membatasi
belanja-belanja agar lebih mudah dalam penatausahannya dan meningkatkan akuntabilitas
pengelolaan keuangan. Penentuan akun belanja berdasarkan detil belanja yang akan
dilakukan.
7. Detil Belanja
Detil belanja merupakan aktivitas-aktivitas langsung belanja yang dengan anggaran
sebagai batasan tertinggi untuk alokasi detil belanja tersebut.
Bagaimana mengidentifikasi belanja apakah menggunakan mekanisme pengadaan barang/jasa ataukah
pencairan secara swakelola?
Untuk mengidentifikasi belanja suatu satuan kerja, maka data yang harus diidentifikasi adalah
pada level RO kebawah.
Berikut tahapan dalam penentuan pelaksanaan belanja melalui mekanisme pengadaan
barang/jasa:
1. Identifikasi RO. Output Pemerintah secara substansi dapat dibedakan dalam 3 kelompok intervensi
Pemerintah:
 Kerangka Regulasi. Output Pemerintah berupa regulasi dan/atau strategi implementasi
regulasi. Fungsi regulasi diantaranya adalah sebagai alat untuk memfasilitasi,
mendorong, maupun mengatur kegiatan-kegiatan dalam rangka mendukung upaya
pencapain tujuan nasional sebagaimana tertuang didalam pembukaan UUD 1945.
Contoh : UU, Peraturan Pemerintah, NSPK, Sosialisai Peraturan, Bimtek Pelaksanaan
Peraturan dll.
 Kerangka Pelayanan Umum. Output Pemerintah berupa barang/jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat yang tidak dapat disediakan dipasar/masyarakat masih
membutuhkan intervensi Pemerintah untuk pemenuhannya. Contoh: layanan kesehatan,
layanan pendidikan, pembangunan/pengadaan fasilitas kesehatan, pembangunan/
pengadaan fasilitas pendidikan, bantuan makanan bergizi, dll.
 Kerangka Investasi. Pemerintah sebagai penyelenggaran negara berupaya aktif dalam
upaya tujuan bernegara yang tertuang didalam tujuan pembangunan nasional, Untuk itu
Pemerintah tidak hanya membuat regulasi namun juga berperan aktif dalam investasi.
Output Pemerintah dalam kerangka investasi dapat berupa investasi fisik maupun non fisik.
Cobtoh output investasi fisik jalan, jembatan, rumah sakit, pasar, bendungan dll. Contoh
investasi non fisik pendidikan, pelatihan, penelitian, pengembangan teknologi dll.
 Kerangka Administrasi. Selain output teknis, dalam penyelenggaraan bernegara Pemerintah
juga menghasilkan output internal sebagai bentuk dukungan manajemen yang fungsinya
mendukung pencapaian output teknis.
2. Mengidentifikasi tahapan/komponen yang dilakukan dalam proses menghasilkan output.
Contoh 1
RO Bantuan Sosial. Tahapan/komponen dalam pemberian bantuan sosial terdiri dari :
1) Persiapan yang meilupti
- Perencanaan pemberian bantuan sosial (menentukan wilayah, besaran atau bentuk
bantuan sosial)
- Pendataan calon penerima bantuan sosial
2) Pelaksanaan Pemberian Bansos
- Penyaluran langsung ke penerima bansos
- Pengawasan saat penyaluran.
3) Evalusi penyaluran bansos.
Contoh 2
RO SD yang dibangun
1) Perencanaan
2) Pelaksanaan pembangunan
3. Mengidentifikasi detil belanja yang dibutuhkan pada setiap tahapan/komponen.
Contoh 1
RO Bantuan Sosial. Tahapan/komponen dalam pemberian bantuan sosial terdiri dari :
1) Persiapan yang meilupti. Detil belanja untuk persiapan meliputi:
- Perencanaan pemberian bantuan sosial (menentukan wilayah, besaran atau bentuk
bantuan sosial), detil belanja pada sub komponen ini meliputi:
 Rapat, kebutuhan rapat: konsumsi, honor narasumber, uang perjadin peserta
rapat dari instansi lain.
 Penyusunan Dokumen perencanaan, kebutuhan ATK.
- Pendataan calon penerima bantuan sosial
 Perjadin untuk pengumpulan data (34 provinsi)
 Penyusunan data, kebutuhan ATK
2) Pelaksanaan Pemberian Bansos
- Penyaluran langsung ke penerima bansos
 Rapat dengan lembaga keuangan penyalur bansos tunai
 Pengadaan untuk bansos non tunai
- Pengawasan saat penyaluran.
 Rapat untuk verifikasi penerimaan bansos dengan lembaga keuangan penyalur
untuk bansos tunai
 Perjadin untuk pengawasan penyampaian bansos non tunai (secara sampling)
3) Evalusi penyaluran bansos.
 Pengumpulan data penyaluran bansos.
 Perjadin evaluasi sampling ke penerima bansos
 Penyusunan laporan penyaluran bansos, diawali dengan rapat. Kebutuhan
konsumsi, honor narasumber, ATK.
4. Tahap terakhir, menentukan detil belanja mana saja yang pelaksanaannya menggunakan
mekanisme pengadaan barang/jasa.
Secara umum adanya kebijakan Redesain Sistem Penganggaran (RSPP) tidak terlalu berpengaruh
dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Adanya kebijakan RSPP justru memudahkan dalam proses
penentuan belanja apa saja yang pelaksanaanya menggunakan mekanisme pengadaan barang/jasa.
Perubahan pada Dokumen penganggaran (DIPA/POK) hanya pada rumusan output/sub output menjadi
Klasifikasi Rincian Output (KRO) dan Rincian Output (RO). Adapun komponen/detil belanja tidak
mengalami perubahan secara substansi. Proses penentuan belanja menjadi semakin mudah karena
rumusan RO menggambarkan output riil yang dihasilkan satker, sehingga lebih memudahkan pada saat
mengidentifikasi detil belanjanya.

Referensi :
1. UU No. 17 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara
2. Peraturan Pemerintah N0. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga
3. Perpres No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
4. SEB Kementerian Keuangan dengan Kementerian PPN/Bappenas No. S-122/MK.2/2020 dan B-
517/M.PPN/D.8/PPN.04.03/2020 tentang Redesain Sistem Perencanaan dan Penganggaran.
5. Peraturan Direktur Jenderal Anggara Nomor Per-5/Ag/2020 Tentang Petunjuk Teknis Penyusunan
dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga dan Pengesahan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran.
6. Standar Biaya Keluaran Output

Anda mungkin juga menyukai