Anda di halaman 1dari 2

Judul : Payung Kehidupan

pengarang: Puspita Sari

(Tik.tik.tik.tik) Butiran air hujan jatuh perlahan di atas genting, udara yang
terasa begitu dingin membuat ku hanya ingin tidur dan malas untuk beraktifitas. Padahal
hari ini kakakku yang sekolah di luar kota akan pulang, “rumah brantakan apalagi
kamar, kalo gak segera dibersihkan keburuh kakak sampai nih, ujung-ujungnya kenah
marah”( ucapku dalam hati).
Kemudian aku pun segera bergegas untuk membersihkan rumah sebelum kakak
sampai. Tak lama setelah ku selesai beres-beres rumah, terdengar suara mobil di depan
rumah kemudian aku pun langsung keluar rumah untuk memasatikan kalau dalam mobil
itu kakakku. Ibu dan ayah sudah dari tadi menungggu kedatangan kakak, begitupun
dengan adikku ia langsung berlari menghampiri kakakku yang baru saja keluar dari
mobil itu rasa rindu yang amat dalam sehingga membuat ibuku menangis bahagia
melihat kakakku, kemudian kami pun masuk kedalam rumah.
suara adzan magrib terdengar dengan sangat indah, aku dan kakak pun langsung
bergegas mengambil wudlhu.
Dari dulu hanya aku dan kakak yang sholat, sedangkan ayah dan ibuku sholat hanya
pada waktu tertentu mungkin bisa di hitung berapa kali sholatnya selama aku hidup di
dunia ini. beruntung aku memiliki kakak yang selalu mengajarkan agama kepadaku
sehingga aku tidak mengikuti orang tuaku.

Setelah beberapa hari kakakku pulang aku menyadari begitu banyak perubahan
dalam dirinya, terutama ia yang selalu mengenakan jilbab.melihat kakakku yang begitu
nyaman dan adem saat mengenakan jilbab terus, aku pun mencurahkan isi hatiku
kepada kakaku yang saat itu baru saja mau tidur siang.
“ kak aku mau curhat” ucapku sambil tersenyum
“ curhat tentang apa? Kamu gak lagi becanda kan?” sahut kakak dengan ragu kepadaku
“ banyak kak, enggak kak” ucapku kembali dengan serius
“ya sudah curhatlah” sahut kakak kembali
“ begini kak, dalam hatiku aku ingin seperti kakak yang kemana-mana pakai jilbab
terus. Tapi aku juga takut nanti orang-orang bilang aku sok alim lah, takut hitam, dan
yang lain lah kak.”
“Alhamdulillah kakak bersyukur mendengar kamu sudah memepunyai niat untuk
menutup aurat dek. Memang banyak cobaan yang kita alami ketika kita memiliki niat
yang baik dek. Kalau menurut kakak kamu pakai saja jilbabnya, biarkan orang-orang
mau berkata apa yang penting niat kita baik karena memang kewajiban kita sebagai
perempuan untuk menutup aurat kita. Bukan berarti kakak sudah menjadi orang baik
karena sudah menutup aurat tetapi karena memang itu kewajibaban kita dek. Dan asal
kamu tahu jika kita perempuan tidak menutup aurat ayah kita akan terseret ke api neraka
karena ulah kita yang tidak menutup aurat kita dek. Niatkan dalam hati karena Allah,
InysaAllah semuanya akan di atur oleh-NYA”
Tak salah aku mencurahkan isi hatiku kepada kakakku, mendengar ucapan itu aku
terharu dan bersemangat untuk membulatkan niatku untuk menutup aurat.

Setelah aku menutup aurat perubahan yang baik dalam hidupku banyakku
rasakan, perlahan aku mulai memperbaiki sholat, tilawahku dan ibadah yang lainnya.
Sekarang ayah dan ibuhku sudah mulai sholat, semenjak aku dan kakakku berikan
nasehat. Setidaknya kami bisa mendoakan orang tua kami agar segera mendapat
hidayah dan semoga dengan kami melakukan perintah Allah ayah dan ibu kami
terhindar dari azab akhirat kelak.

Anda mungkin juga menyukai