Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

MAKROSKOPIS,MIKROSKOPIK DAN UJI ORGANOLEPTIK


SIMPLISIA BERASAL DARI FLOS
Cengkeh (Syzygium aromaticum L), Rosella (Hibiscus sabdariffa),
Kenanga (Cananga odorata)

Disusun oleh :
Nama : Jumini Verentika
Nim : 194840120

Dosen pengampu :
Eva Dewi R. Purba., M.Kes
Auronita Puspa Pratiwi, M.SC
Ana Husnayanti Mahardhera., M.Farm., MM., Apt

JURUSAN FARMASI

POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG

2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia telah mengenal dan
menggunakan tanaman sebagai obat. Kemampuan meracik tumbuhan
berkhasiat obat biasanya di dapat berdasarkan pengalaman yang diwariskan
secara turun-temurun. Umumnya obat tradisional digunakan dengan cara
direbus, dimakan langsung, ataupun diperas untuk diambil
sarinya.Pemanfaatan bahan alam sebagai obat cenderung mengalami
peningkatan dengan adanyakesadaran untuk kembali ke alam (back tonature)
untuk mencapai kesehatan yang optimal. Keuntungan penggunaan tanaman
sebagai obat tradisional antara lain relatif lebih aman, mudah diperoleh, tidak
menimbulkan resistensi,dan relatif tidak berbahaya terhadap lingkungan
sekitarnya. Obat tradisional memiliki efek samping yang jauh lebih rendah
tingkat bahayanya dibandingkan obat-obatan modern, sehingga tubuh
manusia relatif lebih mudah menerimanya. Tanaman yang digunakan sebagai
obat tradisional bisa berupa buah, sayur mayur, bumbu dapur, tanaman hias
dan bahkan tanaman liar yang tumbuh di sembarang tempat.

Bunga (flos) merupakan salah satu organ tubuh tumbuhan yang


berfungsi sebagai alat perkembangbiakan secara generatif yang memiliki
bentuk dan susunan yang berbeda-beda menurut jenisnya, tetapi bagi
tumbuhan yang berbiji, alat tersebut lazimnya merupakan bagian tumbuhan
yang kita kenal sebagai bunga. Jika kita memperhatikan suatu bunga,
mudahlah diketahui bahwa bunga adalah penjelmaan suatu tunas (batang dan
daun-daun) yang bentuk, warna dan susunannya disesuaikan dengan
kepentingan tumbuhan, sehingga pada bunga ini dapat berlangsung
penyerbukan dan pembuahan, dan akhirnya dapat dihasilkan alat-alat
perkembangbiakan.

B. Tujuan Penulisan
1. Mampu untuk memahami tentang gambaran mikroskopis,makroskopik
dan organoleptik Cengkeh (Syzygium aromaticum L)
2. Mampu untuk memahami tentang gambaran mikroskopis,makroskopik dan
organoleptik Rosella (Hibiscus sabdariffa)
3. Mampu untuk memahami tentang gambaran mikroskopis,makroskopik
dan organoleptik Kenanga (Cananga odorata)
C. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa dapat memahami tentang gambaran mikroskopis,makroskopik
dan organoleptik Cengkeh (Syzygium aromaticum L)
2. Mahasiswa dapat memahami tentang gambaran mikroskopis,makroskopik
dan organoleptik Rosella (Hibiscus sabdariffa)
3. Mahasiswa dapat memahami tentang gambaran mikroskopis,makroskopik
dan organoleptik Kenanga (Cananga odorata)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Simplisia

Pengertian Simplisia

Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami

yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan

kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah Dikeringkan

(Dapertemen kesehatan RI :1989).

Penggolongan Simplisia

Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :

a.    Simplisia Nabati

Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian

tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura

Folium dan Piperis nigri Fructus.

b.    Simplisia Hewani

Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh

atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan

kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel

depuratum).

c.    Simplisia Pelikan atau Mineral

Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan

atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan
belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga

( Dep.Kes RI,1989).

Cara Pembuatan Simplisia

a.    Pemanenan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih

dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Dalam waktu

pengangkutan diusahakan supaya bahan tidak terkena panas yang berlebihan,

karena dapat menyebab-kan terjadinya proses fermentasi/ busuk.  Bahan juga

harus dijaga dari gangguan hama (hama gudang, tikus dan binatang

peliharaan).

b.    Penanganan Pasca Panen

             Untuk memulai proses pasca panen perlu diperhatikan cara dan

tenggang waktu pengumpulan bahan tanaman yang ideal setelah dilakukan

proses panen tanaman tersebut.  Tujuan dari pasca panen ini untuk

menghasilkan simplisia tanaman obat yang bermutu, efek terapinya tinggi 

sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.

c.    Penyortiran (segar)

Penyortiran segar dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan untuk

memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan

yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil. 

d.    Pencucian

Pencucian bertujuan menghilang-kan kotoran-kotoran dan

mengurangi mikroba-mikroba yang melekat pada bahan. Pencucian harus

segera di-lakukan setelah panen karena dapat mempengaruhi mutu bahan.


Pencucian menggunakan air bersih seperti air dari mata air, sumur atau 

PAM.

Ø  Perendaman bertingkat

Perendamana biasanya dilakukan pada bahan yang tidak banyak

mengandung kotoran seperti daun, bunga, buah dll.  Proses perendaman 

dilakukan beberapa kali pada wadah dan air yang berbeda, pada rendaman

pertama air cuciannya mengandung kotoran paling banyak. 

Ø  Penyemprotan

Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang kotorannya

banyak melekat pada bahan seperti rimpang, akar, umbi dan lain-lain.  Proses

penyemprotan dilakukan de-ngan menggunakan air yang ber-tekanan tinggi.

Ø  Penyikatan (manual maupun otomatis)

Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap jenis bahan

yang keras/tidak lunak dan kotoran-nya melekat sangat kuat.  Pencucian ini

memakai alat bantu sikat yang digunakan bentuknya bisa bermacam-macam,

dalam hal ini perlu diperhatikan kebersihan dari sikat yang digunakan.

Ø  Perajangan

Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses

selanjutnya seperti pengeringan, pengemasan, penyulingan minyak atsiri dan

penyimpanan.  Perajangan biasanya hanya dilakukan pada bahan yang

ukurannya agak besar dan tidak lunak seperti akar, rim-pang, batang, buah

dan lain-lain. 

e.    Pengeringan
              Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada

bahan dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pem-busukan dapat

terhambat

f.     Penyortiran (kering).

Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda

asing yang terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar, pasir, kotoran unggas

atau benda asing lainnya. 

g.    Pengemasan

  Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah di-

keringkan.  Jenis kemasan yang di-gunakan dapat berupa plastik, kertas

maupun karung goni.

Berikan label yang jelas pada tiap kemasan tersebut yang isinya

menuliskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan yang digunakan, tanggal

pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih,

metode pe-nyimpanan.

h.    Penyimpanan

    Penyimpanan simplisia dapat di-lakukan  di ruang biasa (suhu kamar)

ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih, udaranya

cukup kering dan berventilasi. 

Kebenaran pemilihan simplisia merupakan aspek penting untuk


pengembangan obat tradisional. Simplisia merupakan bahan alami yang
merupakan bahan dasar untuk pembuatan obat tradisional (Manoi, 2006).
Identifikasi simplisia dilakukan sebagai identifikasi awal untuk menentukan
adanya komponen seluler yang spesifik dari tanaman itu sendiri dan dapat
digunakan sebagai pedoman standarisasi bahan/simplisia (Dwiatmika dan
Maria, 1999). Identifikasi simplisia meliputi pengamatan makroskopis dan
mikroskopis. Pengamatan makroskopis bertujuan untuk melihat karakter dari
bagian tanaman itu sendiri. Uji mikroskopis bertujuan untuk mengamati
fragmen pengenal yang merupakan komponen spesifik untuk
mengindentifikasi tanaman tersebut.

B. Pengertian Flos

Bunga (flos) merupakan salah satu organ tubuh tumbuhan yang berfungsi
sebagai alat perkembangbiakan secara generatif yang memiliki bentuk dan
susunan yang berbeda-beda menurut jenisnya, tetapi bagi tumbuhan yang berbiji,
alat tersebut lazimnya merupakan bagian tumbuhan yang kita kenal sebagai
bunga. Jika kita memperhatikan suatu bunga, mudahlah diketahui bahwa bunga
adalah penjelmaan suatu tunas (batang dan daun-daun) yang bentuk, warna dan
susunannya disesuaikan dengan kepentingan tumbuhan, sehingga pada bunga ini
dapat berlangsung penyerbukan dan pembuahan, dan akhirnya dapat dihasilkan
alat-alat perkembangbiakan. Mengingat pentingnya bunga pada tumbuhan, pada
bunga terdapat sifat-sifat yang merupakan penyesuaian untuk melaksanakan
tugasnya sebagai penghasil alat perkembangbiakan yang sebaik-baiknya.
Umumnya dari suatu bunga sifat-sifat yang amat menarik ialah bentuk bunga
seluruhnya dan bentuk bagian-bagiannya, warnanya, baunya, ada dan tidaknya
madu ataupun zat lain.

C. Macam-macam Flos

1. Cengkeh (Syzygium aromaticum L)


a. Deskripsi
Cengkeh (Syzygiumaromaticum (L.) Merr & Perry) merupakan
tanaman tropis asli Indonesia dan dapat tumbuh di berbagai daerah di
Indonesia, baik di dataran rendah, dekat pantai maupun daerah
pegunungan di ketinggian 900 mdpl. Tanaman cengkeh dapat tumbuh
dengan baik jika mendapat cukup air dan sinar matahari langsung
(Armando danAsman, 2009), oleh karena itu tanaman cengkeh tumbuh
baik pada daerah yang memiliki curah hujan sekitar 2210-3607 mm/tahun
serta suhu udara berkisar 24-39 °C (Hernani dan Rahardjo, 2006).
b. Klasifikasi Tanaman
Menurut Suwarto, dkk. (2014), klasifikasi ilmiah cengkeh adalah
sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Marga : Syzygium
Spesies : Syzygium aromaticum L.
c. Morfologi
Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) merupakan tanaman pohon
dengan batang besar berkayu keras yang tingginya mencapai 20–30 m.
Tanaman ini mampu bertahan hidup hingga lebih dari 100 tahun dan
tumbuh dengan baik di daerah tropis dengan ketinggian 600–1000 meter di
atas permukaan laut (dpl) (Danarti dan Najiyati, 2003). Tanaman cengkeh
memiliki 4 jenis akar yaitu akar tunggang, akar lateral, akar serabut dan
akar rambut.
Daun dari tanaman cengkeh merupakan daun tunggal yang kaku dan
bertangkai tebal dengan panjang tangkai daun sekitar 2–3 cm (Nuraini,
2014). Daun cengkeh berbentuk lonjong dengan ujung yang runcing, tepi
rata, tulang daun menyirip, panjang daun 6–13 cm dan lebarnya 2,5–5 cm.
Daun cengkeh muda berwarna hijau muda, sedangkan daun cengkeh tua
berwarna hijau kemerahan (Kardinan, 2003).
Tanaman cengkeh mulai berbunga setelah berumur 4,5–8,5 tahun,
tergantung keadaan lingkungannya. Bunga cengkeh merupakan bunga
tunggal berukuran kecil dengan panjang 1–2 cm dan tersusun dalam satu
tandan yang keluar pada ujung-ujung ranting. Setiap tandan terdiri dari 2–
3 cabang malai yang bisa bercabang lagi. Jumlah bunga per malai bisa
mencapai lebih dari 15 kuntum. Bunga cengkeh muda berwarna hijau
muda, kemudian berubah menjadi kuning pucat kehijauan dan berubah
menjadi kemerahan apabila sudah tua. Bunga cengkeh kering akan
berwarna coklat kehitaman dan berasa pedas karena mengandung minyak
atsiri (Thomas, 2007).
d. Kandungan
Tanaman cengkeh mengandung rendemen minyak atsiri dengan
jumlah cukup besar, baik dalam bunga (10–20%), tangkai (5–10%)
maupun daun (1–4%) (Nurdjannah, 2007). Minyak atsiri dari bunga
cengkeh memiliki kualitas terbaik karena hasil rendemennnya tinggi dan
mengandung eugenol mencapai 80–90%. Kandungan minyak atsiri bunga
cengkeh didominasi oleh eugenol dengan komposisi eugenol (81,20%),
trans-β-kariofilen (3,92%), α-humulene (0,45%), eugenol asetat (12,43%),
kariofilen oksida (0,25%) dan trimetoksi asetofenon (0,53%) (Prianto, dkk.
2013).

e. Makroskopis Simplisia
Bunga berbentuk silinder dengan ujung tajam dan ujung yang lain
terdapat kelopak, berwarna coklat tua.
f. Mikroskopis Simplisia
Secara mikroskopis, yaitu penampang melintang bunga di bawah
bakal buah tempat sel epidermis bentuk empat persegi panjang terdiri dari
1 lapis sel dengan kutikula tebal.
g. Kegunaan/Khasiat
Bunga cengkeh yang dikeringkan dapat digunakan sebagai bahan
penyedap rokok dan obat penyakit kolera. Minyak cengkeh yang
didapatkan dari hasil penyulingan bunga cengkeh kering (cloves oil),
tangkai bunga cengkeh (cloves stem oil) dan daun cengkeh kering (cloves
leaf oil) banyak digunakan sebagai pengharum mulut, mengobati bisul dan
sakit gigi, sebagai penghilang rasa sakit, penyedap masakan dan
wewangian (Nuraini, 2014).

2. Rosella (Hibiscus sabdariffa)

a. Deskripsi
Rosela merupakan tumbuhan semak umur satu tahun, tinggi tumbuhan
mencapai 2,4 m. Batang berwarna merah, berbentuk bulat dan berbulu.
Bunga tunggal, kuncup bunga tumbuh dari bagian ketiak daun, berbentuk
lonceng; mahkota bunga berlepasan, mahkota bunga berbentuk bulat telur
terbalik (Backer and Bakhuizen, 1963).
b. Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Super divisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub-kelas : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Familia : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus sabdariffa L (Comojime, 2008).
c. Morfologi
Batang pada tanaman rosella ( Hibiscussabdariffa L.) berbentuk bulat
(silindris) , arah tumbuh tegak , percabangan monopodial ,
berwarna merah, dan  berkayu . Habitus perdu,tinggi 1 meter , umur
perenial (bertahun- tahun).
Daun pada tanaman rosella ( Hibiscussabdariffa L.) adalah daun
tunggal , tipe bulat telur, susunan tulang daun menjari , ujung tumpul
(obtusus), tepi bergerigi (serratus ) ,
pangkal berlekuk ( emarginatus ) panjang daun 6- 15 cm ,dan lebar 5-8 cm
, tangkai daun bulat berwarnahijau dengan panjang 4- 7 cm , duduk daun
berselang-seling.
Bunga pada tanaman rosella ( Hibiscussabdariffa L.) adalah tipe bunga
tunggal, letak diketiak ( axial) , kelopak ( calyx ) berwarna merah
dan menempel pada mahkota bunga , bunga mempunyai 8 – 11 helai
kelopak yang berbulu , panjang 1 cm , tangkai bunga berbentuk silinder,
berwarna merah,  letak bunga berselang – selingtermasuk Bunga banci
( hermaprodite ) . Kelopak (calyx) : simetri banyak , kelopak berwarna
merah, berbulu, jumlah 8 – 11 Mahkota ( corrola ) :simetri banyak ,
berlekatan , jumlah 5. Benangsari
( Androcium ) :  Putik ( Gynocium ) : berjumlah 5.
d. Kandungan
Kandungan penting yang terdapat pada kelopak bunga rosella
adalah pigmen antosianin yang merupakan bagian dari flavonoid yang
berperan sebagai antioksidan. Flavonoid kelopak bunga rosella terdiri
flavanoid dan pigmen antosianin (Sirajuddin,2012).
e. Makroskopis Simplisia
Sebelum dihaluskan berupa helaian kelopak bunga kering yang
berbentuk tidak beraturan, agak sedikit keriput dan kasar, pada ujung
kelopaknya lancip dan berwarna merah kehitam-hitaman. Sedangkan
sesudah dihaluskan berupa potongan-potongan kecil seperti teh yang
sudah siap diseduh, agak kasar, dan berwarna merah kehitam-hitaman.
f. Mikroskopis Simplisia
Secara mikroskopis simplisia serbuk bunga rosella, yaitu kristal
kalsium oksalat bentuk roset, serabut skelerenkim, epidermis kelopak
bunga dengan stomata, serabut, berkas pengangkut dengan penebalan
spiral, serbuk sari dan epidermis mahkota bunga.
g. Kegunaan/khasiat
Bunga rosella dapat mengatasi berbagai macam penyakit,diantaranya
adalah : menurunkan asam urat (gout), meredakan peradangan sendi
(arthritis), bersifat stomakik (merangsang selera makan), meningkatkan
sistem syaraf dan dapat meningkatkan daya ingat, dapat membantu
menurunkan tekanan darah tinggi (hypertensi), melancarkan buang air
kecil (diuretic), sebagai anti inflammantory yang kuat, mempunyai unsur
antipyretic yang menurunkan panas dalam, mempercepat pemecahan darah
beku di otak, kandungan asiaticoside (triterpene glycoside) dalam
merangsang pembentukan lipid dan protein yang amat berguna untuk
kesehatan kulit (Daryanto-Agrina, 2006).

3. Kenanga (Cananga odorata)

a. Deskripsi
Tanaman bunga Kenanga termasuk keluarga Anonaceae (kenanga-
kenangaan) dan tumbuh subur di Asia tenggara khususnya di wilayah
Indonesia dengan ketinggian daerah di bawah 1.200 m dpl (Pujiarti et al.,
2015). Tanaman kenanga yang terdapat di Indonesia ada dua jenis yaitu
marophylla yang dikenal sebagai kenanga biasa dan genuine dikenal
sebagai kenanga Filipina atau ylang- ylang (Ratnasari, 2014). Menurut
Heyne (1987), kenanga jenis macrophylla merupakan jenis dari famili
Annonaceace dan berkeluarga dekat dengan tanaman ylang-ylang. Pada
umumnya kenanga memiliki tinggi mencapai lebih dari 25 meter dengan
diameter 70 – 100 cm. Tanaman kenanga tanaman hias dalam pot biasanya
memiliki ketinggian maksimal 3 meter dan bertajuk lebar (Yuna, 2008).
b. Klasifikasi Tanaman
Singh (2010) menyatakan bahwa tanaman bunga kenanga
diklasifikasikan
Sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Magnoliales
Family : Annonaceae
Genus : Cananga
Spesies : Canangaodorata
c. Morfologi
Tumbuhan kenanga mempunyai batang yang getas (mudah patah)
pada waktu mudanya. Tinggi pohon kenanga biasa atau macrophylla dapat
mencapai 5-20 meter. Bunga kenanga akan muncul pada batang pohon
atau ranting bagian atas pohon dengan susunan bunga yang spesifik.
Sebuah bunga kenanga terdiri dari enam lembar daun dengan mahkota
berwarna kuning serta dilengkapi tiga lembar daun berwarna hijau. Buah
berbentuk oval, berdaging tebal, berwarna hijau ketika masih muda dan
menjadi hitam setelah tua, pada umumnya mengelompok 6-10 buah pada
satu tangkai utama.

d. Kandungan
Senyawa yang ditemukan dalam bunga kenanga antara lain
saponin, flavonoid, serta senyawa minyak atsiri yang mengandung
polifenol.

e. Makroskopis Simplisia
Secara makroskopis sebelum dihaluskan helaian kelopak
bertangkai, warna coklat tua, ujung lancip, keriput, bentuk tidak beraturan,
ukuran ± 4cm. Sedangkan setelah dihaluskan potongan kecil, warna coklat
tua, pipih.

f. Mikroskopis Simplisia
Secara mikroskopik penampang melintang bunga kenanga
yaitu 1. Rambut penutup 2. Epidermis penutup, 3. Spons, 4. Pembuluh
kayu penebalan tangga, 5. Sel yang berisi minyak atsiri, 6. epidermis
bawah. Sedangkan mikroskopis serbuk simplisia bunga kenanga yaitu 1.
Pembuluh kayu penebalan tangga 2. Rambut penutup tipe monoseluler 3.
Serbuk sari 4. Sklerenkim 5. Sel batu bentuk bulat 6. Sel batu bentuk
panjang 7. Osteosclereid.

g. Kegunaan/khasiat
Bunga kenanga memiliki banyak manfaatnya, antara lain sebagai
obat penyakit kulit, asma, anti nyamuk, anti bakteri, dan anti oksidan
(Dustiria et al.,2016).
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Waktu pelaksanaan praktikum farmakologi berlangsung Hari
Jum’at, 20 November 2020 pukul 13.30 – 15.30 WIB dan Tempat
pelaksanaan praktikum dikerjakan di rumah masing-masing praktikum
ini dilakukan secara daring

B. Alat dan Bahan


a. Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah pisau, kain
hitam, blender, tisu, wadah pengamatan,mikroskop dan objek gelas
b. Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu
Cengkeh (Syzygium aromaticum L), Rosella (Hibiscus sabdariffa),
Kenanga (Cananga odorata).
C. Cara kerja
a. Identifikasi Flos secara Makroskopis
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ambil sedikit Cengkeh (Syzygium aromaticum L)
3. Kemudian amati bentuk dan ukuran
4. Mencatat hasil pengamatan

5. Ulangi percobaaan diatas ( percobaan 1,2,3,4) untuk Rosella


(Hibiscus sabdariffa), Kenanga (Cananga odorata).

b. Identifikasi Flos secara Uji Organoleptik


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ambil sedikit
3. Kemudian amati warna,bau dan rasa
4. Mencatat hasil pengamatan
6. Ulangi percobaaan diatas ( percobaan 1,2,3,4) untuk Rosella
(Hibiscus sabdariffa), Kenanga (Cananga odorata).

c. Identifikasi Radix secara Mikroskopis berdasarkan litelatur

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan


2. Ambil sedikit serbuk Cengkeh (Syzygium aromaticum L),
Rosella (Hibiscus sabdariffa), Kenanga (Cananga odorata).
3. Tambahkan 1-2 tetes aquadest kemudian segera ditutup dengan
kaca penutup.
4. Amati di bawah mikroskop
5. Catat hasil pengamatan (mencari literatur di internet)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Cengkeh (Syzygium aromaticum L)

 Makroskopis : bunga berbentuk silinder dengan ujung


tajam dan ujung yang lain terdapat kelopak, berwarna coklat tua.

 Mikroskopis

Berdasarkan literatur : penampang melintang bunga di bawah


bakal buah tempat sel epidermis bentuk empat persegi panjang terdiri
dari 1 lapis sel dengan kutikula tebal.
 Uji Organoleptik : sebelum dihaluskan warna coklat tua, tidak
berasa dan tidak berbau. Sedangkan setelah dihaluskan berbentuk
serbuk, warna coklat agak kekuningan, rasa pedas dan tidak berbau.

2. Rosella (Hibiscus sabdariffa)

 Makroskopis : sebelum dihaluskan berupa helaian kelopak bunga


kering yang berbentuk tidak beraturan, agak sedikit keriput dan kasar,
pada ujung kelopaknya lancip dan berwarna merah kehitam-hitaman.
Sedangkan sesudah dihaluskan berupa potongan-potongan kecil
seperti teh yang sudah siap diseduh, agak kasar, dan berwarna merah
kehitam-hitaman.
 Mikroskopis

(fragmen serbuk bunga rosella)


Berdasarkan literatur : kristal kalsium oksalat bentuk roset,
serabut skelerenkim, epidermis kelopak bunga dengan stomata,
serabut, berkas pengangkut dengan penebalan spiral, serbuk sari dan
epidermis mahkota bunga.
 Uji Organoleptik : sebelum dihaluskan berbentuk helaian kelopan
bunga yang sudah dikeringkan, warna merah kehitam-hitaman, rasa
asam dan tidak berbau. Sedangkan Sesudah dihaluskan berbentuk
potongan-potongan kecil seperti teh yang sudah siap diseduh, warna
merah kehitam-hitaman, rasa asam dan tidak berbau.
3. Kenanga (Cananga odorata)

 Makroskopis : sebelum dihaluskan helaian kelopak bertangkai,


warna coklat tua, ujung lancip, keriput, bentuk tidak beraturan, ukuran
± 4cm. Sedangkan setelah dihaluskan potongan kecil, warna coklat
tua, pipih.
 Mikroskopis

Gambar mikroskopik penampang melintang bunga kenanga


Gambar mikroskopis serbuk simplisia bunga kenanga

Berdasarkan literatur : mikroskopik penampang melintang


bunga kenanga yaitu 1. Rambut penutup 2. Epidermis penutup, 3.
Spons, 4. Pembuluh kayu penebalan tangga, 5. Sel yang berisi minyak
atsiri, 6. epidermis bawah. Sedangkan mikroskopis serbuk simplisia
bunga kenanga yaitu 1. Pembuluh kayu penebalan tangga 2. Rambut
penutup tipe monoseluler 3. Serbuk sari 4. Sklerenkim 5. Sel batu
bentuk bulat 6. Sel batu bentuk panjang 7. Osteosclereid.
 Uji Organoleptik : sebelum dihaluskan berbentuk helaian
kelopak bunga kering, warna coklat tua, rasa pahit dan berbau khas
aromatik (harum). Sedangkan setelah dihaluskan berbentuk potongan
kecil pipih, warna coklat tua, rasa pahit dan berbau khas aromatik
(harum).

B. PEMBAHASAN
Kebenaran pemilihan simplisia merupakan aspek penting untuk
pengembangan obat tradisional. Simplisia merupakan bahan alami yang
merupakan bahan dasar untuk pembuatan obat tradisional (Manoi, 2006).
Identifikasi simplisia dilakukan sebagai identifikasi awal untuk
menentukan adanya komponen seluler yang spesifik dari tanaman itu
sendiri dan dapat digunakan sebagai pedoman standarisasi bahan/simplisia
(Dwiatmika dan Maria, 1999). Identifikasi simplisia meliputi pengamatan
makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan makroskopis bertujuan untuk
melihat karakter dari bagian tanaman itu sendiri. Uji mikroskopis
bertujuan untuk mengamati fragmen pengenal yang merupakan komponen
spesifik untuk mengindentifikasi tanaman tersebut.
Bunga (flos) merupakan salah satu organ tubuh tumbuhan yang
berfungsi sebagai alat perkembangbiakan secara generatif yang memiliki
bentuk dan susunan yang berbeda-beda menurut jenisnya, tetapi bagi
tumbuhan yang berbiji, alat tersebut lazimnya merupakan bagian
tumbuhan yang kita kenal sebagai bunga. Jika kita memperhatikan suatu
bunga, mudahlah diketahui bahwa bunga adalah penjelmaan suatu tunas
(batang dan daun-daun) yang bentuk, warna dan susunannya disesuaikan
dengan kepentingan tumbuhan, sehingga pada bunga ini dapat berlangsung
penyerbukan dan pembuahan, dan akhirnya dapat dihasilkan alat-alat
perkembangbiakan.
Pada praktikum kali ini mempelajari mengenai “simplisia yang
mengandung senyawa metabolit berasal dari Flos ” yang bertujuan untuk
mengetahui dan membedakan gambaran mikroskopis, makroskopis dan uji
organoleptik pada Cengkeh (Syzygium aromaticum L), Rosella (Hibiscus
sabdariffa), Kenanga (Cananga odorata).
Dalam melakukan pengamatan pada bagian bunga (flos), yang
perlu diperhatikan adalah dilakukan identifikasi terhadap flos dari secara
makroskopik, dan mikroskopis. Secara makroskopik maksudnya dengan
percobaan organoleptis melalui bau, rasa, warna, dan juga bentukan secara
luar, yang dapat dilihat dengan indra. Sedangkan secara mikroskopik
maksudnya dilakukan dengan bantuan mikroskop sehingga praktikan
dapat melihat bentukan spesifik yang dimiliki oleh simplisia tersebut
sehingga nantinya kita dapat membedakan antara yang satu dengan yang
lainnya.
Sedangkan pemeriksaan secara makroskopik dilakukan dengan
melihat simplisia dan serbuk simplisia secara langsung dengan mata
telanjang, memperhatikan bentuk dari simplisia. Secara makroskopik
bertujuan untuk mengetahui warna dan bau amylum pada masing - masing
sampel. Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan menggunakan kaca
pembesar atau tanpa menggunakan alat. Cara ini dilakukan untuk mencari
kekhususan bentuk, warna, bau, dan rasa simplisia (Soegiharjo, 2013).

Berdasarkan hasil praktikan yang dilakukan pada cengkeh (Sysgium


aromaticum L) hasil yang didapatkan yaitu secara makroskopis bunga
berbentuk silinder dengan ujung tajam dan ujung yang lain terdapat
kelopak, berwarna coklat tua dan uji organoleptik sebelum dihaluskan
warna coklat tua, tidak berasa dan tidak berbau. Sedangkan setelah
dihaluskan berbentuk serbuk, warna coklat agak kekuningan, rasa pedas
dan tidak berbau. Sedangkan secara mikroskopis penampang melintang
bunga di bawah bakal buah tempat sel epidermis bentuk empat persegi
panjang terdiri dari 1 lapis sel dengan kutikula tebal.Rosella (Hibiscus
sabdariffa) hasil yang didapatkan yaitu secara makroskopis sebelum
dihaluskan berupa helaian kelopak bunga kering yang berbentuk tidak
beraturan, agak sedikit keriput dan kasar, pada ujung kelopaknya lancip
dan berwarna merah kehitam-hitaman. Sedangkan sesudah dihaluskan
berupa potongan-potongan kecil seperti teh yang sudah siap diseduh, agak
kasar, dan berwarna merah kehitam-hitaman dan uji organoleptik sebelum
dihaluskan berbentuk helaian kelopan bunga yang sudah dikeringkan,
warna merah kehitam-hitaman, rasa asam dan tidak berbau. Sedangkan
Sesudah dihaluskan berbentuk potongan-potongan kecil seperti teh yang
sudah siap diseduh, warna merah kehitam-hitaman, rasa asam dan tidak
berbau. Sedangkan secara mikroskopis kristal kalsium oksalat bentuk
roset, serabut skelerenkim, epidermis kelopak bunga dengan stomata,
serabut, berkas pengangkut dengan penebalan spiral, serbuk sari dan
epidermis mahkota bunga.
Kenanga (Cananga odorata) hasil yang didapatkan yaitu secara
makroskopis sebelum dihaluskan helaian kelopak bertangkai, warna
coklat tua, ujung lancip, keriput, bentuk tidak beraturan, ukuran ± 4cm.
Sedangkan setelah dihaluskan potongan kecil, warna coklat tua, pipih dan
uji organoleptik sebelum dihaluskan berbentuk helaian kelopak bunga
kering, warna coklat tua, rasa pahit dan berbau khas aromatik (harum).
Sedangkan setelah dihaluskan berbentuk potongan kecil pipih, warna
coklat tua, rasa pahit dan berbau khas aromatik (harum). Sedangkan secara
mikroskopis penampang melintang bunga kenanga yaitu 1. Rambut
penutup 2. Epidermis penutup, 3. Spons, 4. Pembuluh kayu penebalan
tangga, 5. Sel yang berisi minyak atsiri, 6. epidermis bawah. Sedangkan
mikroskopis serbuk simplisia bunga kenanga yaitu 1. Pembuluh kayu
penebalan tangga 2. Rambut penutup tipe monoseluler 3. Serbuk sari 4.
Sklerenkim 5. Sel batu bentuk bulat 6. Sel batu bentuk panjang 7.
Osteosclereid.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Identifikasi flos dilakukan secara mikroskopis, makroskopis dan uji


organoleptik. Sampel yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
Cengkeh (Syzygium aromaticum L), Rosella (Hibiscus sabdariffa),
Kenanga (Cananga odorata). Berdasarkan praktikum yang dilakukan
dapat disimpulkan bahwa :

1. Bunga (flos) merupakan salah satu organ tubuh tumbuhan yang


berfungsi sebagai alat perkembangbiakan secara generatif yang
memiliki bentuk dan susunan yang berbeda-beda menurut jenisnya,
tetapi bagi tumbuhan yang berbiji, alat tersebut lazimnya merupakan
bagian tumbuhan yang kita kenal sebagai bunga. Jika kita
memperhatikan suatu bunga, mudahlah diketahui bahwa bunga adalah
penjelmaan suatu tunas (batang dan daun-daun) yang bentuk, warna
dan susunannya disesuaikan dengan kepentingan tumbuhan, sehingga
pada bunga ini dapat berlangsung penyerbukan dan pembuahan, dan
akhirnya dapat dihasilkan alat-alat perkembangbiakan.
2. Cengkeh (Sysgium aromaticum L), berupa secara makroskopis bunga
berbentuk silinder dengan ujung tajam dan ujung yang lain terdapat
kelopak, berwarna coklat tua dan uji organoleptik sebelum dihaluskan
warna coklat tua, tidak berasa dan tidak berbau. Sedangkan setelah
dihaluskan berbentuk serbuk, warna coklat agak kekuningan, rasa
pedas dan tidak berbau. Sedangkan secara mikroskopis penampang
melintang bunga di bawah bakal buah tempat sel epidermis bentuk
empat persegi panjang terdiri dari 1 lapis sel dengan kutikula tebal.
3. Rosella (Hibiscus sabdariffa), berupa secara makroskopis sebelum
dihaluskan berupa helaian kelopak bunga kering yang berbentuk tidak
beraturan, agak sedikit keriput dan kasar, pada ujung kelopaknya
lancip dan berwarna merah kehitam-hitaman. Sedangkan sesudah
dihaluskan berupa potongan-potongan kecil seperti teh yang sudah
siap diseduh, agak kasar, dan berwarna merah kehitam-hitaman dan
uji organoleptik sebelum dihaluskan berbentuk helaian kelopan bunga
yang sudah dikeringkan, warna merah kehitam-hitaman, rasa asam
dan tidak berbau. Sedangkan Sesudah dihaluskan berbentuk potongan-
potongan kecil seperti teh yang sudah siap diseduh, warna merah
kehitam-hitaman, rasa asam dan tidak berbau. Sedangkan secara
mikroskopis kristal kalsium oksalat bentuk roset, serabut skelerenkim,
epidermis kelopak bunga dengan stomata, serabut, berkas pengangkut
dengan penebalan spiral, serbuk sari dan epidermis mahkota bunga.
4. Kenanga (Cananga odorata), berupa secara makroskopis sebelum
dihaluskan helaian kelopak bertangkai, warna coklat tua, ujung
lancip, keriput, bentuk tidak beraturan, ukuran ± 4cm. Sedangkan
setelah dihaluskan potongan kecil, warna coklat tua, pipih dan uji
organoleptik sebelum dihaluskan berbentuk helaian kelopak bunga
kering, warna coklat tua, rasa pahit dan berbau khas aromatik (harum).
Sedangkan setelah dihaluskan berbentuk potongan kecil pipih, warna
coklat tua, rasa pahit dan berbau khas aromatik (harum). Sedangkan
secara mikroskopis penampang melintang bunga kenanga yaitu 1.
Rambut penutup 2. Epidermis penutup, 3. Spons, 4. Pembuluh kayu
penebalan tangga, 5. Sel yang berisi minyak atsiri, 6. epidermis
bawah. Sedangkan mikroskopis serbuk simplisia bunga kenanga yaitu
1. Pembuluh kayu penebalan tangga 2. Rambut penutup tipe
monoseluler 3. Serbuk sari 4. Sklerenkim 5. Sel batu bentuk bulat 6.
Sel batu bentuk panjang 7. Osteosclereid.

B. SARAN
Pada saat pembuatan simplisia harus menguasai materi dan
memahami prosedur yang telah diberikan, sehingga dalam mengerjakan
praktikum tidak terjadi kesalahan dan hasil yang didapat sesuai dengan
literatur yang sudah ada. Jika pada saat pengerian simplisia pada saat
musim hujan, maka dilakukan pengeringan menggunakan oven.

DAFTAR PUSTAKA
 Depkes RI.1977. Materi Medika Indonesia Jilid I. Jakarta: Departemen
Kesehatan Repulik Indonesia.
 Depkes RI. (2007). Profil Kesehatan 2007. Departemen Kesehtan RI .
 Kardinan, A., 2003. TanamanPengusirdanPembasmiNyamuk. Cetakan I.
Agro Media Pustaka. Jakarta. Hal. 1-33.
 Najiyati, Sri danDanarti. 2003. Budi Daya dan Penanganan Pasca panen
Cengkih. Jakarta : PenebarSwadaya.
 Hernani danRaharjo, M., 2006, TanamanBerkhasiatAntioksidan,
PenebarSwadaya, Jakarta.
 Suwarto, dkk, 2014. Top 15 Tanaman Perkebunan. PenebarSwadaya:
Jakarta.
 Gruenwald, Joerg.,et.al (ed), 2004, PDR for Herbal Medicines, Third
edition, New Jersey,Medical Economics Company
 Nuraini, D. N. 2014. Aneka ManfaatBungauntukKesehatan. Yogyakarta:
Gava Media.
 Prianto H et al. 2013. Isolasi dan karakterisasi dari minyak bunga cengkeh
(Syzigium aromaticum) kering hasil distilasi uap. Kimia Student Journal, 1:
269-275
 A.N.S, Thomas. 2007. TanamanObatTradisional 2. Yogyakarta. Kanisius.
123 halaman
 Nur djannah, Nanan. 2007. Diversifikasi Penggunaan Cengkeh, Bogor:
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian
Indonesian Center for Agricultural Postharvest Research and Development.

Anda mungkin juga menyukai