pemerintah negara yang sah, yang umumnya memiliki kedaulatan. Sebuah negara harus memiliki
berbagai yang membentuknya menjadi sebuah negara. Menurut Oppenheimer dan Lauterpacht,
tidak diragukan antara yang lain adalah rakyat yang bersatu, daerah atau wilayah, pemerintahan
yang berdaulat, dan pengakuan dari negara lain.
Setelah beberapa tidak terpenuhi, negara tidak akan langsung berjalan dengan sendirinya. Maka
dari itu untuk menjamin keberlangsungan proses penyelenggaraan negara sesuai dengan fungsi
dan persetujuan, mengatur sistem ketatanegaraan menjadi sangat penting. Sistem ini
menghubungkan kontrak sosial yang mengikat antara pemerintah dengan rakyatnya. Dengan
sistem ini, menantang yang berkuasa akan melaksanakan roda pemerintahan dengan segera-
disetujui untuk kemakmuran rakyat.
Indonesia yang membentuk negara dengan sistem pemerintahan yang ada di dalamnya adalah
lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif. Selain itu, sistem ketatanegaraan Indonesia juga
dibangun dari berbagai lembaga lain yang masuk ke dalam tiga lembaga besar tersebut. Pada saat
ini banyak masyarakat yang tidak mau belajar tentang Sistem Ketatanegaraan Republik
Indonesia, padahal suatu bangsa akan menjadi baik jika seluruh warga negaranya memahami,
memahami, dan dapat menjalankan tanggung jawab penuh mengatur Sistem Ketatanegaraan
Republik Indonesia.
Maka dalam makalah ini, penyusun akan menguraikan hal-hal yang dihitung dengan s istem k
etatanegaraan yang dijalankan oleh Negara Indonesia.
BAB II
RUMUSAN MASALAH
2.2. Tujuan
2.3. Manfaat
1.
BAB III
PEMBAHASAN
Istilah Sistem Ketatanegaraan merupakan gabungan dari dua kata, yaitu: “Sistem” dan
“Ketatanegaraan”. Sistem keseluruhan yang terdiri dari beberapa bagian yang memiliki
hubungan fungsional yang baik antara bagian-bagian maupun hubungan fungsional terhadap
keseluruhannya, sehingga hubungan tersebut berkaitan dengan bagian-bagian yang mana yang
menyebabkannya jika salah satu bagian tidak bekerja dengan baik akan memperbuat
keseluruhannya.
Dan Ketatanegaraan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata tata negara yang
mengatur prinsip dasar yang mengatur pemerintahan negara, bentuk negara, dan yang menjadi
dasar peraturan negara. Sementara menurut hukumnya, tata negara adalah suatu pemerintahan
sentral yang mengatur kehidupan bernegara yang meminta sifat, bentuk, tugas negara dan
pemerintahannya serta hak-hak para pemerintah terhadap pemerintah atau sebaliknya. Jadi dapat
disimpulkan Ketatanegaran adalah segala sesuatu tentang tata negara.
Sistem Ketatanegaraan dapat diartikan sebagai bentuk hubungan antar negara dalam negara.
Secara konstitusional sistem ketatanegaraan Indonesia pada masa pemerintahan orde baru
menggunakan UUD 1945.
Pada masa ini lembaga tertingginya adalah MPR (Dewan Permusyawaratan Rakyat), kemudian
Presiden, DPA (Dewan Pertimbangan Agung), DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), BPK (Badan
Pemeriksa Keuangan), dan MA (Mahkamah Agung).
membantu presiden.
lainnya.
masa jabatannya.
Undang Dasar,
b. Presiden adalah pemegang wewenang negara tertinggi di bawah MPR, yang di bawah
pimpinan wakil rakyat (pasal 4 UUD 1945). Presiden menyetujui dan bertanggung jawab kepada
MPR dan pada akhir masa jabatannya (5 tahun) memberikan pertanggungjawaban atas
pelaksanaan GBHN yang ditetapkan UUD 1945 dan MPR di pertemuan dewan MPR.
e. BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) adalah lembaga yang bertanggung jawab atas
keuangan negara yang terkait dengan tugas pemerintah terlepas dari otoritas pemerintahan,
namun tidak diangkat di atas pemerintah. BPK Semua anggaran belanja dan pengeluaran negara
dan hasil pemeriksaan diberitahukan ke DPR.
3. UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu “luwes” dan “fleksibel” sehingga dapat
lebih memunculkan satu penafsiran (multitafsir), misalnya Pasal 7 UUD 1945 (sebelum di
amandemen).
4. UUD 1945 terlalu banyak memberi wewenang kepada Presiden untuk mengatur hal-hal
penting dengan Undang-undang. Presiden juga memegang kekuasaan legislatif sehingga
Presiden dapat merumuskan hal-hal penting sesuai kehendaknya dalam Undang-undang.
Perubahan pada UUD 1945 setelah perubahan membawa pada Sistem Ketatanegaraan yang lalu
dimana MPR memiliki kekuasaan yang tidak terbatas dirubah menjadi kedaulatan tergantung
pada tangan rakyat dan dilaksanakan sesuai Undang-Undang Dasar.
3. Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden dan / atau Wakil
Presiden dalam masa jabatanya menurut Undang-Undang Dasar.
Amandemen juga mencabut wewenang untuk membuat Undang-Undang tentang Presiden dan
memberikan wewenang untuk membuat Undang-Undang untuk DPR. Mempertajam posisi
amandemen ingin mempertegas posisi memeriksa dan menyeimbangkan antara presiden sebagai
lembaga eksekutif dan DPR sebagai lembaga legislatif.
3. Menerima dan membahas menerima RUU yang diajukan DPD yang membahas tentang
bidang tertentu dan mengikutsertakannya dalam pembahasan.
c. Kewenangan DPD:
1. Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia dapat meminta kepada Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia Rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang terkait dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah.
1. Mahkamah Konstitusi mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya final.
2. Mahkamah Konstitusi memberikan putusan atas pendapat DPR dan / atau Wakil Presiden
menurut UUD 1945.
Dalam masa pasca amandemen adalah lembaga baru yaitu KY (Komisi Yudisial).
f. Kewenangan KY:
Dan Pasca Amandemen Anggota BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) memilih DPR dengan
memperhatikan pertimbangan DPD.
2. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan ditindaklanjuti oleh aparat
penegak hukum. Berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.
Setelah amandemen wewenang dan tugas Presiden lebih dipertegas lagi tidak sama harapan pada
masa sebelum amandemen.
h. Kewenangan Presiden setelah Amandemen UUD 1945:
sebagaimana mestinya.
3. Dalam hal ihwal kegentingan yang memmaksa, Presiden berhak meminta Peraturan
Pemerintah sebagai Pengganti Undang-undang.
Menurut Bapak Sulardi ( Dosen Hukum Tata Negara Universitas Muhammadiyah Malang) Arah
pembangunan ini mulai tak terarah sejak GBHN hilang dari peredarannya karena sudah menjadi
Rencana Pengembangan Panjang Nasional (RPJPN). Visi pembanguan nasional 2005-2025
adalah Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Visi yang sampai saat ini belum
ditemukan wujudnya. Alih-alih terwujud, keresahan dan mengubah masa depan bangsa
sebaliknya ada di depan mata dan bahkan menjauh dari nilai-nilai Pancasila.
Sistem presidensial, yang dapat digunakan sekarang, membawa presiden yang dipilih oleh
rakyat. Karena Presiden dipilih oleh rakyat, dia bertanggung jawab kepada rakyat dan konstitusi.
Dengan demikian, mempertimbangkan ketatanegaraan terkait dengan arah pembanguan nasional
ditentukan oleh presiden dengan mewujudkan janji-janji yang dia kampanyekan mengundang
pemilihan presiden. Janji-janji tentang yang semestinya diwujudkan dalam visi dan misi RPJPN,
yang dapat diurai menjadi pembangunan jangka pendek dan jangka panjang.
Hasrat untuk kembali menghadirkan GBHN yang disusun oleh MPR sebagai pedoman
pembangun nasional yang konstitusional telah ditutup. Bangsa ini menyetujui dan melaksanakan
kesepakatan yang dibuat dari hasil perubahan UUD 1945. Sekarang presiden bukan lagi bawahan
MPR dan MPR bukan lagi pemegang dan pelaksana kedaulatan rakyat, jadi tidak mungkinlah
meminta MPR untuk membuat GBHN dan menyodorkan untuk presiden untuk membantu. Inilah
penyelesaian dari perubahan.
BAB I V
3.1 Kesimpulan
Sistem Ketatanegaraan dapat diartikan sebagai bentuk hubungan antar lembaga negara dalam
kehidupan bernegara . Sistem ketatanegaraan Republik Indonesia pada masa sebelum
Amandemen UUD 1945 memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari sistem
ketatanegaraan sebelum Amandemen adalah sistem ketatanegaraannya lebih terarah dan
pemerintah hanya fokus pada target yang telah ditambahkan sebelumnya juga Kekurangannya
tidak ada pencampuran tangan rakyat di dalam perwujudan perbaikan dalam pembuatan sistem
ketatanegaraan hanya menguntungkan sistem informasi yang berkuasa.
Pada intinya, sistem ketatanegaraan Republik Indonesia telah melalui alur waktu yang
panjang. Alur waktu yang lambat laun menyeret Republik Indonesia untuk melakukan perubahan
dan perubahan-baru dalam sistem ketatanegaraannya. Perubahan-perubahan ini memiliki
landasan hukum yang jelas yang tertuang dalam Amandemen-amandemen UUD 1945. Dalam
setiap perubahan-perubahan, Negara Republik Indonesia selalu berupaya memperbaiki apa saja
yang diperlukan pada saat masih meningkatkan risiko pada setiap perubahan tersebut.
3.2 Saran
Ketika pemerintah dihadapkan pada suatu pilihan dalam menentukan kebijakan yang demikian
besar pengaruhnya pada negara ini diharapkan lebih fokus pada suatu target sehingga pemerintah
lebih mudah dalam implementasinya. Dan juga kompilasi pemerintah memiliki yang besar pada
negara ini, hal itu wajar dan baik. Akan tetapi jika semua itu tidak didukung oleh penerapan
sistem ketatanegaraan yang adil dan bijaksana, maka persetujuan-persetujuan itu hanyalah
mimpi. Oleh karena itu, kelompok kami sangat mengharapkan seluruh pelajaran Pemerintah
Negara Republik Indonesia untuk menerapkan sistem ketatanegaraan yang berlaku dengan adil
dan menantang serta memusatkan tujuan pada suatu sasaran yaitu Negara Republik Indonesia
menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjK-N-
C3fnOAhVGNI8KHbaVDrkQFghHMAc&hl=ididah ac.id% 2FDownloads% 2Ffiles%
2F36623% 2Fbab-10-Konstitusi-dan-ketatanegaraan-Indonesia.pdf & USG =
AFQjCNGOcGah2995rjR0TfwHKzijtZW4zg & sig2 = 2odqUY3qCFU0nZbZ4MiSng (Diakses
PADA Tanggal 7 September 2016)
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=16&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjv7KCq2_nOA
hVKRo8KHR9eDns4ChAWCDowBQ&ur2%%%%%% 2Findex.php% 2Fjurnal-informatika%
2Fartikel% 2Download% 2F12% 2F11 & usg = AFQjCNHwMXam6md-
4C05sxCHgeLYcoMjNQ & sig2 = KuwjORsk_nr8azhOORvezA (Diakses tanggal 7 September
2016)
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=28&ved=0ahUKEwiA4pvE3PnOAhWHK48KHS9M
ApY4FBAWCemwBw&url=http%3A%2F%fackahdid 2Fartikel% 2Fdownload% 2F122%
2F109 & usg = AFQjCNEXOhFpkb2EEqZwziFiweF-hxLtZg & sig2 =
yV_kkpE28bX78ZKUmDx1ag & cad = rja (Diakses pada tanggal 7 September 2016)
https://benzmanroe.wordpress.com/2010/05/06/pancasila-dalam-konteks-ketatanegaraan-bangsa-
indonesia/ (Diakses pada tanggal 11 September 2016)
Hartati, A. dan Sarwono. (2011). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Perbukuan, Kementrian Pendidikan Nasional.