Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/324605285

Pengelolaan dan Pemanfaatan Laboratorium Sekolah bagi Guru


Muhammadiyah di Jakarta Timur

Article  in  Jurnal SOLMA · April 2018


DOI: 10.29405/solma.v7i1.1103

CITATION READS

1 9,426

2 authors:

Susilo Susilo Gufron Amirullah


Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
24 PUBLICATIONS   26 CITATIONS    9 PUBLICATIONS   17 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Filogenetic of Bryophyta in Indonesia View project

Policies for admission of new students View project

All content following this page was uploaded by Susilo Susilo on 18 May 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal SOLMA
Vol. 07, No. 1, pp. 127-137; April 2018 P-ISSN 2252-584x
E-ISSN 2614-1531

Pengelolaan DAN Pemanfaatan Laboratorium Sekolah bagi Guru


Muhammadiyah di Jakarta Timur
Susilo1 dan Gufron Amirullah1
1
Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
Email: susilo@uhamka.ac.id

Abstrak
Kegiatan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan
ketrampilan bagi guru Biologi SMA khususnya dan guru MIPA pada umumnya di sekolah swasta
Muhammadiyah wilayah Jakarta Timur. Mitra dari kegiatan ini adalah guru-guru di sekolah Muhammadiyah
yang tergabung dalam Dikdasmen Jakarta Timur. Materi yang diberikan antara lain pengelolaan
laboratorium, praktik tekanan osmosis eritrosit, pengenalan alat lab dan maintenance mikroskop. Metode
yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu pemberian materi dan demonstrasi. Pemberian materi dilakukan
dengan dua cara yaitu penyampaian materi secara klasikal dan penyampaian materi dengan praktik. Hasil
yang diperoleh dari kegiatan ini adalah peningkatan pengetahuan dan skill para peserta. Para peserta merasa
senang sekali menerima materi dan sangat antusias dengan adanya praktik secara langsung. Dapat
disimpulkan bahwa kegiatan PKM pemanfaatan dan pengelolaan laboratorium bagi guru biologi tingkat
SMA ini sangat bermanfaat.
Kata kunci: Laboratorium; Pengelolaan; Sekolah; SMA; Muhammadiyah

Abstract
This Community Partnership Program (PKM) activity aims to provide knowledge and skills for high school
biology teachers and MIPA teachers in general at Muhammadiyah private schools in East Jakarta. Partners of
this programs are teachers at Muhammadiyah schools who are members of Dikdasmen East Jakarta.
Materials provided include laboratory management, erythrocyte osmosis pressure practice, lab tool
introduction and microscope maintenance. The method used in this activity is the provision of materials and
demonstrations. The giving of materials is done in two ways, namely the delivery of classical material and
the delivery of material with practice. The result of this activity is the improvement of knowledge and skill of
the participants. Participants were delighted to receive the material and were very enthusiastic about the
practice directly. It can be concluded that the PKM utilization and laboratory management activities for high
school biology teachers are very useful.
Keywords: Laboratory; Management; Muhammadiyah; Senior High School

Format Sitasi: Susilo & Amirullah, G. (2018). Pengelolaan DAN Pemanfaatan Laboratorium Sekolah
bagi Guru Muhammadiyah di Jakarta Timur. Jurnal SOLMA, 07(1), 127-137.
Revisi: 28-01-2018; Diterima: 04-03-2018; Diterbitkan: 07-04-2018.

PENDAHULUAN
Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi No.03/Januari/2010 dan Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan
Kepala Badan Kepegawaian Negara No.02 dan No.13/Mei/2010, yang dimaksud dengan
Laboratorium Pendidikan adalah unit penunjang akademik pada lembaga pendidikan,
berupa ruangan tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara

127
Jurnal SOLMA
Vol. 07, No. 1, pp. 127-137; April 2018 P-ISSN 2252-584x
E-ISSN 2614-1531

sistematis untuk kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas,
menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu, dalam rangka
pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Laboratorium merupakan salah satu sarana penunjang kegiatan belajar mengajar
disekolah. Di laboratorium ini peserta didik dapat melaksanakan praktek eksperimentasi,
meneliti, membuktikan teori-teori yang didapatkan di buku dan sebagainya (Wirjosoemarto
dkk. 2000). Laboratorium di sekolah ada banyak ragamnya, bergantung pada jurusan yang
ada di sekolah tersebut. Pada sekolah-sekolah yang mempunyai jurusan IPA, tentu
membutuhkan laboratorium IPA. Laboratorium IPA ini mempunyai sub-sub laboratorium
biologi, fisika dan kimia. Biologi adalah ilmu hayati, yang prosesnya banyak dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari (Rustaman, 1996). Maka dari itu untuk meningkatkan
pemahaman materi biologi, keberadaan laboratorium biologi menjadi sesuatu yang harus
ada di sekolahan yang mempunyai jurusan IPA.
Laboratorium merupakan ujung tombak dalam proses pengembangan dan
penyebaran ilmu pengetahuan sehingga keberadaan laboratorium tersebut perlu didukung
dengan tenaga laboran yang profesional. Karena itu, tenaga laboratorium sebagai salah satu
komponen yang dominan terhadap perkembangan dan bahkan kemunduran suatu
laboratorium. Tenaga laboratorium sekolah merupakan salah satu tenaga kependidikan
yang sangat diperlukan untuk mendukung peningkatan kualitas proses pembelajaran di
sekolah melalui kegiatan laboratorium. Sebagaimana tenaga kependidikan lainnya, tenaga
laboratorium sekolah juga merupakan tenaga fungsional yang harus memiliki skill dan
kompetensi di bidangnya.
Hambatan berikutnya adalah belum ada tenaga laboratorium baik itu kepala,
laboran maupun teknisi yang memang benar-benar ahli di bidang pengelolaan laboratorium
karena tenaga laboran di laboratorium IPA hanyalah satu orang yang kadang merangkap
dalam mengelola semua laboratorium IPA yang ada di sekolah itu. Hal ini terjadi karena
kurangnya sumber daya manusia dan sumber dana di lingkungan sekolah terutama
sekolah-sekolah swasta.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 26 Tahun 2008 tentang Standar
Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah telah menetapkan kompetensi dan subkompetensi
bagi Kepala Laboratorium, Teknisi Laboratorium, dan Laboran Laboratorium
Sekolah/Madrasah. Empat kompetensi utama yang harus dipenuhi sebagai seorang laboran

128
Jurnal SOLMA
Vol. 07, No. 1, pp. 127-137; April 2018 P-ISSN 2252-584x
E-ISSN 2614-1531

atau teknisi sebagaimana yang tercantum dalam Permen tersebut adalah: 1) Kompetensi
Kepribadian, 2) Kompetensi Sosial, 3) Kompetensi Administratif, 4) Kompetensi
Profesional. Mengingat hal tersebut maka kompentensi tenaga laboratorium perlu
ditingkatkan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi antara lain melalui
pelatihan-pelatihan sebagai wahana peningkatan wawasan dan skill tenaga laboratorium
sekolah/madrasah.
Menindaklanjuti Permendiknas Nomor 26 Tahun 2008, pemerintah melalui
Direktorat Tenaga Kependidikan sedang mengembangkan sistem pendidikan dan latihan
bagi tenaga laboratorium. Namun progam tersebut belum berjalan maksimal dan belum
terealisasi secara merata. Menyikapi permasalahan tersebut, melalui PKM pengembangan
ketrampilan melalui pelatihan tenaga laboratorium biologi dengan bekerja sama dengan
dinas pendidikan Jakarta Timur adalah kegiatan yang sangat penting dan membantu
pemerintah dalam rangka mewujudkan Permendiknas tersebut. Adapun sasaran kegiatan
ini adalah guru IPA dan tenaga laboratorium di sekolah/madrasah di wilayah Jakarta.
Konsep dari kegiatan PKM ini adalah memberikan pelatihan mengenai cara
pengelolaan laboratorium agan berfungsi sebagaimana mestinya sehingga keberadaan
laboratorium tersebut menjadi lebih efektif, misalnya mulai dari cara inventarisasi alat,
penggunaan alat dan ketrampilan pembuatan awetan seperti herbarium, taksidermi maupun
preparat mikroskopis. Selain itu, dalam kegiatan PKM ini juga perlu
diberikan/diperkenalkan peralatan-peralatan terbaru dan cara penggunaannya serta cara
merawat dan melakukan perbaikan atau service. Hal-hal tersebut dirasa perlu diberikan
mengingat tuntutan profesionalisme sebagai tenaga laboratorium harus memiliki banyak
keahlian dibidangnya. Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UHAMKA memiliki peran strategis untuk
membantu meningkatkan kompetensi guru sekaligus menjadi media promosi bagi Program
Studi Pendidikan Biologi FKIP UHAMKA.

MASALAH
Hambatan yang muncul dalam Permendiknas tersebut salah satunya adalah masih
sedikitnya tempat/instansi pemerintah yang menyelenggaran program pelatihan
ketrampilan (skill) bagi tenaga laboratorium khususnya laboratorium biologi. Selain itu,
kurangnya informasi pelatihan dari Diknas menyebabkan guru/tenaga laboran tidak
mengetahui adanya pelatihan yang diadakan. Akibatnya tidak semua guru/tenaga laboran

129
Jurnal SOLMA
Vol. 07, No. 1, pp. 127-137; April 2018 P-ISSN 2252-584x
E-ISSN 2614-1531

tersebut mendapatkan kesempatan pelatihan laboratium. Sehingga kompetensi tenaga


laboratorium di sekolah baik guru yang merangkap sebagai kepala laboratorium maupun
laboran dan teknisi laboratorium masih kurang.
Hambatan berikutnya adalah belum ada tenaga laboratorium baik itu kepala, laboran
maupun teknisi yang memang benar-benar ahli di bidang pengelolaan laboratorium karena
tenaga laboran di laboratorium IPA hanyalah satu orang yang kadang merangkap sebagai
tenaga pengajar atau guru dalam mengelola semua laboratorium IPA yang ada di sekolah
itu. Hal ini terjadi karena kurangnya sumber daya manusia dan sumber dana di lingkungan
sekolah terutama sekolah-sekolah swasta.
Beberapa permasalahan tersebut kemudian dirumuskan lebih lanjut berdasarkan
hasil kesepakatan antara Tim PKM Prodi Pendidikan Biologi UHAMKA bersama mitra
untuk mendapatkan perioritas yang harus ditangani, sebagai berikut:
a. Perlu diberikannya pengembangan pengetahuan kepada tenaga laboratorium tentang
pengelolaan laboratorium yang baik dan benar.
b. Perlu adanya penambahan pelatihan ketrampilan bagi tenaga laboratorium ataupun guru
tentang kegiatan praktikum yang bisa diterapkan di tingkat sekolah.
Berlandaskan uraian di atas, maka yang menjadi prioritas kegiatan ini adalah guru-
guru mata pelajaran khususnya guru biologi yang tergabung dalam Dikdasmen Jakarta.
Sasaran utama dari prioritas kegian PKM ini adalah sekolah-sekolah Muhammadiyah yang
jarak lokasinya dekat dengan kampus UHAMKA di Pasar Rebo Jakarta Timur.
Adapun tujuan pendidikan dan pelatihan ini adalah: 1) meningkatkan pengelolaan
layanan laboratorium bagi tenaga laboratorium khususnya teknisi dan laboran yang berada
di sekolah guna menunjang kelancaran PBM di kelas berdasarkan kurikulum yang
diterapkan agar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. 2) membekali peserta dengan
kemampuan dalam mengelola laboratorium sekolah/madrasah, sehingga peserta dapat
mengelola laboratorium berkaitan dengan fungsi manajer yakni perencanaan, penataan,
administrasi, pengamanan, perawatan dan pengawasan. 3) membekali peserta dengan
berbagai ketrampilan khususnya yang berkaitan dengan kegiatan laboratorium agar fungsi
dan kedudukan laboratorium di sekolah bisa dimanfaatkan secara optimal.

SOLUSI
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka pendidikan dan
pelatihan untuk meningkatkan kompetensi laboran dan teknisi laboratorium sangat

130
Jurnal SOLMA
Vol. 07, No. 1, pp. 127-137; April 2018 P-ISSN 2252-584x
E-ISSN 2614-1531

diperlukan. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya tingkat pengetahuan dan skill
tentang pengelolaan dan pemanfaatan laboratorium. Sehingga bukan rahasia umum lagi
bahwa laboratorium sekolah yang dibangun dengan biaya yang sangat mahal banyak yang
kurang dimanfaatkan secara optimal dalam pembelajaran. Merujuk dari permasalahan di
atas, diperlukan pendidikan dan pelatihan kepada anak tenaga laboratorium khususnya
laboran dan teknisi untuk bersedia secara sadar meningkatkan kemampuan dan ketrampilan
dasar tentang laoratorium agar fungsi dan kedudukan laboratorium di sekolah tersebut
dapat dimanfaatkan secara optimal.
Adapun pelatihan ketrampilan yang akan diberikan kepada tenaga laboratorium
sekolah antara lain :
a. Pengetahuan kompentensi bagi kepala laboratorium, teknisi dan laboran
b. Pengelolaan laboratorium (management plan), mencakup langkah-langkah
perencanaan, pengaturan, pemeliharaan, pengadministrasian, penganggaran dan
keselamatan laboratorium
c. Pelatihan ketrampilan (life skill), memberikan ketrampilan kepada tenaga laboratorium
dan guru yang mencakup pembuatan preparat, percobaan beberapa praktikum biologi
di sekolah, perawatan dan service mikroskop.
Adapun upaya untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh tenaga
laboratorium dapat dilakukan langkah-langkah pengembangan dan pelatihan laboratorium,
dengan ketentuan :
a) Penyampaian materi teori disampaikan secara klasikal
b) Penyampaian materi ketrampilan dalam bentuk praktek/demonstrasi
c) Komposisi penyajian Teori dan Praktek adalah masing-masing 40 % : 60 %
d) Proses pembelajaran didukung dengan media belajar dan modul yang memadai.

METODE PELAKSANAAN
Tahap Perencanaan
Berdasarkan permasalahan yang kerap kali dihadapi oleh tenaga laboran dan guru
mata pelajaran IPA di sekolah Muhammadiyah di Jakarta, berikut merupakan tahapan yang
akan dilakukkan:
a. Mengidentifikasi skill/kemampuan tenaga laboratorium yang sudah ada.
b. Memberikan pengetahuan tambahan terkait pengelolaan laboratorium dan penggunaan
peralatan laboratorium.

131
Jurnal SOLMA
Vol. 07, No. 1, pp. 127-137; April 2018 P-ISSN 2252-584x
E-ISSN 2614-1531

c. Memberikan pelatihan dalam bentuk praktek langsung kepada guru-guru mata


pelajaran IPA dan tenaga laboratorium.

Tahap pelaksanaan
Kegiatan PKM ini dilaksanakan selama 2 hari pelaksanaan yang bertempat di
Laboratorium Biologi FKIP UHAMKA. Namun sebelum pelaksanaan, tim mengundang
peserta baik guru-guru mata pelajaran IPA maupun laboran di sekolah-sekolah
Muhammadiyah se-Jakarta Timur ke Laboratorium Biologi FKIP UHAMKA. Merujuk
dari solusi yang ditawarkan, berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan:

Hari pertama:
Pada hari pertama, para peserta diberikan materi tentang pentingnya manajemen
laboratorium. Hal ini sangat penting karengan sebagai dasar dalam memaksimalkan
laboratorium yang sudah ada disekolah. Penyampaian materi diberikan oleh Gufron
Amirulloh, M.Pd secara klasikal pada sesi pertama yang bertempat di laboratorium biologi
FKIP UHAMKA. Pada sesi kedua, para peserta diberikan pelatihan praktikum tentang
osmosis. Materi tersebut sebagai materi tambahan dalam kegiatan praktek disekolah.
Materi akan diberikan oleh Yuni Astuti, M.Pd.

Hari kedua:
Hari kedua diisi dengan pemberian pelatihan penggunaan alat lapanagan. Materi ini
perlu disampaikan guna mendukung kegiatan lapangan yang akan dilakukkan oleh siswa.
Penyampaian materi akan dilakukkan oleh Hilman Faruq, M.Pd pada sesi pertama. Pada
sesi kedua, para peserta diberikan pelatihan perawatan alat lab dan maintenence
mikroskop. Materi ini berguna untuk membantu guru dan laboran dalam merawat dan
memperbaiki peralatan laboratorium. Penyampaian materi akan dibawakan oleh Susilo,
M.Si.

Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dilakukan satu hari setelah kegiatan pelatihan selesai. Evaluasi yang
dilakukan pada kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah evaluasi kegiatan terhadap
perencanaan dan pelaksanaan. Evaluasi perencanaan bertujuan untuk menilai tingkat
persiapan kegiatan pengabdian masyarakat. Adapun hasil evaluasi persiapan meliputi
penyampain undangan kepada peserta dan pemilihan hari dan waktu kegiatan. Sementara
evaluasi pelaksanaan bertujuan untuk menilai pencapaian target acara dengan indikator

132
Jurnal SOLMA
Vol. 07, No. 1, pp. 127-137; April 2018 P-ISSN 2252-584x
E-ISSN 2614-1531

penilaian terdiri dari: jumlah peserta, ketepatan waktu pelatiahan, kesesuaian acara
kegiatan; kepuasan peserta terhadap penyampaian materi, minat peserta; dan ketanggapan
panitia. Setelah evaluasi selesai dilaksanakan, dilanjutkan dengan menyusun laporan
pertanggungjawaban kegiatan pengabdian masyarakat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Peningkatan kemampuan pengelolaan laboratorium
Pelaksanaan kegiatan Pelatihan Laboratorium Bagi Guru SMA berlangsung pada
hari Senin, 20 Desember 2017 dari jam 08.00 WIB s.d 16.00 WIB, dengan dihadiri 26
orang peserta, guru-guru biologi SMA yang tergabung dalam Dikdasmen Jakarta Timur.
Kegitan diawali dengan penyampaikan materi pertam oleh bapak Gufron Amirullah, M.Pd
yang menjelaskan tentang pentingnya mengelola laboratorium.
Pemateri menjelaskan bahwa laborataorium yang baik akan membantu sekali dalam
proses belajar, oleh sebab itu para guru mata pelajaran ataupun laboran harus bias
merancang pengelolaan laboratorium yang baik. Suatu laboratorium yang baik harus
memiliki sistem organisasi yang baik, uraian kerja (job description) yang jelas,
pemanfaatan fasilitas yang disiplin, efektif, efisien serta administrasi lab yang baik.
Menurut pak Gufron, Pengeloaan yang dimaksud adalah kegiatan yang dimulai dari
perencanan, pengaturan, pemeliharaan, pengadministrasian, penganggaran dan
keselamatan. Beliau juga menambahkan bahwa suatu laboran itu harus memenuhi standar
yang baik sebagai mana di atur dalam Permen No. 26 tahun 2008.
Suatu laboratorium agar dapat berfungsi dengan baik untuk menunjang proses
pembelajaran memerlukan perencanaan yang matang. Perencanaan pengadaan peralatan
dan bahan adalah suatu hal yang sangat penting, karena akan berakibat pada dapat
berlangsung atau tidaknya praktikum dikemudian hari. Langkah perencanaan dapat
dilaksanakan dalam tahapan berikut:
1. Identifikasi
Tahapan ini adalah langkah awal untuk mencoba mengidentifikasi alat dan
bahan apa saja yang dibutuhkan oleh setiap mata pelajaran yang akan melaksanakan
praktek laboratorium. Langkah ini idealnya dilakukan bersama guru-guru yang akan
menggunakan laboratorium untuk kegiatan praktek.

2. Pemilihan Alat

133
Jurnal SOLMA
Vol. 07, No. 1, pp. 127-137; April 2018 P-ISSN 2252-584x
E-ISSN 2614-1531

Dari hasil identifikasi peralatan dan bahan untuk kegiatan praktek laboratorium
baru dapat ditentukan mengenai jenis alat yang dibutuhkan, tetapi karakteristik alat
dan bahan yang dimaksud belum dapat ditentukan secara tepat. Oleh karena itu
diperlukan kemampuan untuk merencanakan memilih spesifikasi peralatan yang tepat.
Spesifikasi alat umumnya berhubungan dengan: bentuk, ukuran (dimensi), akurasi,
batas-batas kemampuan, sumber daya (untuk peralatan fisika/listrik) dan bahan yang
digunakan.
Ketika merencanakan pengajuan alat, haruslah didasarkan pada kebutuhan,
bukan mengacu pada yang tersedia pada katalog atau brosur penawaran barang. Hal
ini bukan berarti tidak boleh memilih apa yang ada di dalam catalog, tetapi harus
diutamakan kebutuhannya. Kesalahan menentukan spesifikasi alat mengakibatkan
biaya investasi menjadi tinggi. Karena praktikum bertujuan memvisaulisasikan suatu
proses atau fenomena yang abstrak menjadi konkrit dan berlatih untuk melakukan
pengukuran, dalam praktikum tingkat sekolah menengah tidak diperlukan peralatan
yang memiliki akurasi yang sangat baik setara dengan peralatan untuk penelitian atau
riset perguruan tinggi.

3. Membuat daftar usulan alat


Apabila sudah dapat ditentukan spesifikasi alat yang diperlukan maka
selanjutnya adalah menyusun daftar usulan alat laboratorium. Usulan daftar alat
laboratorium dimaksudkan untuk memudahkan dalam meneliti dan menentukan
anggaran. Usulan alat laboratorium harus menyatakan spesifikasi yang jelas mengenai
alat yang diusulkan, serta jumlah satuan yang diperlukan dan harga satuan sehingga
memperkecil kesalahan dalam proses pengadaan.

4. Perencanaan Usulan Bahan Kimia


Bahan-bahan kimia biasanya dibuat dalam beberapa tingkat kemurnian. Gradasi
tingkat kemurnian mulai dari sangat murni hingga kemurnian dengan nilai tertentu.
Tingkat kemurnian yang tinggi biasanya digunakan untuk penelitian, sementara untuk
kegiatan praktikum sekolah tidak diperlukan bahan kimia murni. Semakin tinggi
tingkat kemurnian bahan kimia proses penyediaannya semakin sulit, hal ini berakibat
pada harga bahan kimia tersebut semakin mahal.

134
Jurnal SOLMA
Vol. 07, No. 1, pp. 127-137; April 2018 P-ISSN 2252-584x
E-ISSN 2614-1531

Dalam kegiatan praktikum sekolah bahan kimia dalam tingkatan teknis sudah
memadai. Dengan memilih bahan kimia tingkat teknis biaya pembelian bahan dapat
dihemat lebih dari 50%, namun apabila biaya memungkinkan dapat menggunakan
bahan kimia dengan tingkat kemurnian lebih tinggi. Meskipun demikian dalam
kegiatan praktikum sekolah penggunaan bahan kimia murni tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap hasil kerja praktek. Bahan kimia teknis cocok
untuk laboratorium sekolah karena harganya lebih murah daripada bahan-bahan
analitik. Menggunakan bahan kimia dengan tingkat kemurnian tinggi untuk keperluan
praktikum merupakan pemborosan.

Praktek toleransi osmotik eritrosit


Pada pelatihan ini, para peserta dibagi dalam 4 kelompok terdiri dari 3-5 orang
anggota. Setiap kelompok melakukan praktek langsung setelah diberikan penjelasan oleh
tim instruktur. Materi yang diberikan adalah toleransi osmotic eritrosit. Pada sesi ini para
peserta praktek secara langsung yang di pandu oleh nara sumber yaitu ibu Yuni Astuti,
MPd.

Perawatan peralatan laboratorium dan praktek service mikroskop


Pada materi ini, para guru diberikan pemahaman tentang mikroskop. Hal pertama
yang diberikan adalah terkait prinsip dan cara kerja mikroskop. Dengan menggunakan
contoh mikroskop yang ada pak Susilo, M.Si menjelaskan bagia-bagian mikroskop dan
fungsinya sehingga para peserta dapat melihat langsung bagian-bagian dalam serta
fungsinya masing-masing. Hal ini penting dilakukkan karena sebagai modal awal dalam
pemeliharaannya. Apabila peserta sudah mengetahui bagian dan fungsinya maka para
peserta diharapkan tidak takut lagi terhadap penggunaan dan penanganan mikroskop yang
rusak. Selain itu, para peserta juga diberikan pengenalan terhadap ala-alat lab yang baru
seperti usb mikroskop dan pemanfaatan smartphone dalam belajar di laboratorium. Kegitan
pengabdian ini memiliki relevansi dengan kebutuhan guru dalam mengajar di
laboratorium. Mengingat sekarang semua siswa sudah memiliki smartphone.

Pembahasan
Laboratorium sebagai fasilitas belajar dalam Pengembangan Sistem Pendidikan
Tenaga Kependidikan Abad ke 21 (SPTK-21, Depdiknas, 2002) merupakan tempat
yang digunakan untuk mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian

135
Jurnal SOLMA
Vol. 07, No. 1, pp. 127-137; April 2018 P-ISSN 2252-584x
E-ISSN 2614-1531

uji coba, penelitian dan sebagainya dengan menggunakan alat bantu yang menjadi
kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas dan kualitas yang memadai.
Kegitan pengabdian ini memiliki relevansi dengan kebutuhan guru saat mengajar
di laboratorium. Berdasarakan hasil survey sebelum pelaksanaan, guru-guru biologi atau
MIPA dalam mengelola laboratorium. Mereka umumnya masih keterbatasan
ketrampilan dalam menggunakan semua peralatan yang ada di laboratorium. Selain itu,
masalah lainnya adalah masih terbatasnya sarana dan prasarana laboratorium yang
tersedia di sekolah mereka.
Beberapa faktor yang mendukung terlaksananya kegiatan pengabdian pada
masyarakat ini adalah besarnya minat dan antusiasme peserta selama kegiatan, sehingga
kegiatan berlangsung dengan lancar dan efektif. Sedangkan faktor penghambatnya
adalah keterbatasan waktu lokakarya serta masih kurangnya ketersediaan alat-alat
laboratorium biologi di sekolah untuk merealisasikan hasil kegiatan pasca pelatihan ini.
Dari hasil kegiatan ini tim melakukan tanya jawab terkait pengelolaan lab di sekolah
masing-masing. Berdasarkan observasi tersebut, tim menyimpulkan bahwa pemakaian
atau pemanfaatan lanoratorium di sekolah SMA Muhammadiyah belum optimal.
Masalah tersebut disebabkan oleh berbagai faktor antara lain:
a. Kemampuan dan penguasaan guru terhadap peralatan dan pemanfaatan bahan
praktek masih belum memadai.
b. Kurang memadai baik secara kualitas maupun kuantitas tenaga laboratorium.
c. Banyak alat-alat laboratorium dan bahan yang sudah rusak yang belum diadakan
kembali
d. Tidak cukupnya/terbatasnya alat-alat dan bahan mengakibatkan tidak setiap siswa
mendapat kesempatan belajar untuk mengadakan eksperimen.

Berdasarkan wawancara, tanya jawab dan pengamatan langsung selama kegiatan


berlangsung, kegiatan pelatihan ini memberikan hasil sebagai berikut:
a. Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman guru biologi SMA dalam merancang
dan membuat media pembelajaran biologi.
b. Meningkatnya keterampilan guru biologi SMA dalam pembuatan preparat awetan
biologi, sehingga dimungkinkan peserta dapat membuat sendiri preparat biologi di
sekolah.

136
Jurnal SOLMA
Vol. 07, No. 1, pp. 127-137; April 2018 P-ISSN 2252-584x
E-ISSN 2614-1531

KESIMPULAN
Dari kegiatan pelatihan ini dapat disimpulkan bahwa: Pengetahuan dan
pemahaman guru biologi SMA dalam merancang dan mengelola Laboratorium biologi
masih kurang dan perlu mendapatkan pelatihan lagi dengan materi yang berbeda

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih kami tujukan kepada pemberi dana kegiatan LPPM
UHAMKA. Kami juga menyapaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu
pelaksanaan kegiatan.

DAFTAR PUSTAKA
--------. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.mor 26
Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah.
Depdiknas. (2005). Profil Laboran. Jakarta: Dit. Tendik, Ditjen PMPTK
Depdiknas. (2006). Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. (2007). Standar Kompetensi, Kualifikasi, dan Sertifikasi Tenaga Laboratorium
Sekolah. Jakarta: Depdiknas.
Millar, R. 2004. The Role of Practical Work in The Teaching and Learning of Science.
Washington: University of York.
Rustaman, Nuryani. 1996. Pengelolaan Laboratorium Biologi. Makalah pelatihan
Pengelolaan Laboratorium PMIPA LPTK Bidang Biologi.
Supriatno, B., Rustaman, N., Redjeki, S.,,dan Sudargo,.F., 2009. Uji Langkah Kerja
Laboratorium Biologi Sekolah. Proceding Seminar Nasional Jurusan Pendidikan
Biologi.
Dirjen Dikti. (2003). Sistem Perencananaan, Penyusunan Program dan Penganggaran.
Wirjosoemarto, Koesmadji. Adisendjaja, Y.H., Supriatno, B. Riandi. (2000). Teknik
Laboratorium. Bandung. UPI.

137

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai