net/publication/324605285
CITATION READS
1 9,426
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Susilo Susilo on 18 May 2018.
Abstrak
Kegiatan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan
ketrampilan bagi guru Biologi SMA khususnya dan guru MIPA pada umumnya di sekolah swasta
Muhammadiyah wilayah Jakarta Timur. Mitra dari kegiatan ini adalah guru-guru di sekolah Muhammadiyah
yang tergabung dalam Dikdasmen Jakarta Timur. Materi yang diberikan antara lain pengelolaan
laboratorium, praktik tekanan osmosis eritrosit, pengenalan alat lab dan maintenance mikroskop. Metode
yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu pemberian materi dan demonstrasi. Pemberian materi dilakukan
dengan dua cara yaitu penyampaian materi secara klasikal dan penyampaian materi dengan praktik. Hasil
yang diperoleh dari kegiatan ini adalah peningkatan pengetahuan dan skill para peserta. Para peserta merasa
senang sekali menerima materi dan sangat antusias dengan adanya praktik secara langsung. Dapat
disimpulkan bahwa kegiatan PKM pemanfaatan dan pengelolaan laboratorium bagi guru biologi tingkat
SMA ini sangat bermanfaat.
Kata kunci: Laboratorium; Pengelolaan; Sekolah; SMA; Muhammadiyah
Abstract
This Community Partnership Program (PKM) activity aims to provide knowledge and skills for high school
biology teachers and MIPA teachers in general at Muhammadiyah private schools in East Jakarta. Partners of
this programs are teachers at Muhammadiyah schools who are members of Dikdasmen East Jakarta.
Materials provided include laboratory management, erythrocyte osmosis pressure practice, lab tool
introduction and microscope maintenance. The method used in this activity is the provision of materials and
demonstrations. The giving of materials is done in two ways, namely the delivery of classical material and
the delivery of material with practice. The result of this activity is the improvement of knowledge and skill of
the participants. Participants were delighted to receive the material and were very enthusiastic about the
practice directly. It can be concluded that the PKM utilization and laboratory management activities for high
school biology teachers are very useful.
Keywords: Laboratory; Management; Muhammadiyah; Senior High School
Format Sitasi: Susilo & Amirullah, G. (2018). Pengelolaan DAN Pemanfaatan Laboratorium Sekolah
bagi Guru Muhammadiyah di Jakarta Timur. Jurnal SOLMA, 07(1), 127-137.
Revisi: 28-01-2018; Diterima: 04-03-2018; Diterbitkan: 07-04-2018.
PENDAHULUAN
Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi No.03/Januari/2010 dan Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan
Kepala Badan Kepegawaian Negara No.02 dan No.13/Mei/2010, yang dimaksud dengan
Laboratorium Pendidikan adalah unit penunjang akademik pada lembaga pendidikan,
berupa ruangan tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara
127
Jurnal SOLMA
Vol. 07, No. 1, pp. 127-137; April 2018 P-ISSN 2252-584x
E-ISSN 2614-1531
sistematis untuk kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas,
menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu, dalam rangka
pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Laboratorium merupakan salah satu sarana penunjang kegiatan belajar mengajar
disekolah. Di laboratorium ini peserta didik dapat melaksanakan praktek eksperimentasi,
meneliti, membuktikan teori-teori yang didapatkan di buku dan sebagainya (Wirjosoemarto
dkk. 2000). Laboratorium di sekolah ada banyak ragamnya, bergantung pada jurusan yang
ada di sekolah tersebut. Pada sekolah-sekolah yang mempunyai jurusan IPA, tentu
membutuhkan laboratorium IPA. Laboratorium IPA ini mempunyai sub-sub laboratorium
biologi, fisika dan kimia. Biologi adalah ilmu hayati, yang prosesnya banyak dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari (Rustaman, 1996). Maka dari itu untuk meningkatkan
pemahaman materi biologi, keberadaan laboratorium biologi menjadi sesuatu yang harus
ada di sekolahan yang mempunyai jurusan IPA.
Laboratorium merupakan ujung tombak dalam proses pengembangan dan
penyebaran ilmu pengetahuan sehingga keberadaan laboratorium tersebut perlu didukung
dengan tenaga laboran yang profesional. Karena itu, tenaga laboratorium sebagai salah satu
komponen yang dominan terhadap perkembangan dan bahkan kemunduran suatu
laboratorium. Tenaga laboratorium sekolah merupakan salah satu tenaga kependidikan
yang sangat diperlukan untuk mendukung peningkatan kualitas proses pembelajaran di
sekolah melalui kegiatan laboratorium. Sebagaimana tenaga kependidikan lainnya, tenaga
laboratorium sekolah juga merupakan tenaga fungsional yang harus memiliki skill dan
kompetensi di bidangnya.
Hambatan berikutnya adalah belum ada tenaga laboratorium baik itu kepala,
laboran maupun teknisi yang memang benar-benar ahli di bidang pengelolaan laboratorium
karena tenaga laboran di laboratorium IPA hanyalah satu orang yang kadang merangkap
dalam mengelola semua laboratorium IPA yang ada di sekolah itu. Hal ini terjadi karena
kurangnya sumber daya manusia dan sumber dana di lingkungan sekolah terutama
sekolah-sekolah swasta.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 26 Tahun 2008 tentang Standar
Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah telah menetapkan kompetensi dan subkompetensi
bagi Kepala Laboratorium, Teknisi Laboratorium, dan Laboran Laboratorium
Sekolah/Madrasah. Empat kompetensi utama yang harus dipenuhi sebagai seorang laboran
128
Jurnal SOLMA
Vol. 07, No. 1, pp. 127-137; April 2018 P-ISSN 2252-584x
E-ISSN 2614-1531
atau teknisi sebagaimana yang tercantum dalam Permen tersebut adalah: 1) Kompetensi
Kepribadian, 2) Kompetensi Sosial, 3) Kompetensi Administratif, 4) Kompetensi
Profesional. Mengingat hal tersebut maka kompentensi tenaga laboratorium perlu
ditingkatkan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi antara lain melalui
pelatihan-pelatihan sebagai wahana peningkatan wawasan dan skill tenaga laboratorium
sekolah/madrasah.
Menindaklanjuti Permendiknas Nomor 26 Tahun 2008, pemerintah melalui
Direktorat Tenaga Kependidikan sedang mengembangkan sistem pendidikan dan latihan
bagi tenaga laboratorium. Namun progam tersebut belum berjalan maksimal dan belum
terealisasi secara merata. Menyikapi permasalahan tersebut, melalui PKM pengembangan
ketrampilan melalui pelatihan tenaga laboratorium biologi dengan bekerja sama dengan
dinas pendidikan Jakarta Timur adalah kegiatan yang sangat penting dan membantu
pemerintah dalam rangka mewujudkan Permendiknas tersebut. Adapun sasaran kegiatan
ini adalah guru IPA dan tenaga laboratorium di sekolah/madrasah di wilayah Jakarta.
Konsep dari kegiatan PKM ini adalah memberikan pelatihan mengenai cara
pengelolaan laboratorium agan berfungsi sebagaimana mestinya sehingga keberadaan
laboratorium tersebut menjadi lebih efektif, misalnya mulai dari cara inventarisasi alat,
penggunaan alat dan ketrampilan pembuatan awetan seperti herbarium, taksidermi maupun
preparat mikroskopis. Selain itu, dalam kegiatan PKM ini juga perlu
diberikan/diperkenalkan peralatan-peralatan terbaru dan cara penggunaannya serta cara
merawat dan melakukan perbaikan atau service. Hal-hal tersebut dirasa perlu diberikan
mengingat tuntutan profesionalisme sebagai tenaga laboratorium harus memiliki banyak
keahlian dibidangnya. Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UHAMKA memiliki peran strategis untuk
membantu meningkatkan kompetensi guru sekaligus menjadi media promosi bagi Program
Studi Pendidikan Biologi FKIP UHAMKA.
MASALAH
Hambatan yang muncul dalam Permendiknas tersebut salah satunya adalah masih
sedikitnya tempat/instansi pemerintah yang menyelenggaran program pelatihan
ketrampilan (skill) bagi tenaga laboratorium khususnya laboratorium biologi. Selain itu,
kurangnya informasi pelatihan dari Diknas menyebabkan guru/tenaga laboran tidak
mengetahui adanya pelatihan yang diadakan. Akibatnya tidak semua guru/tenaga laboran
129
Jurnal SOLMA
Vol. 07, No. 1, pp. 127-137; April 2018 P-ISSN 2252-584x
E-ISSN 2614-1531
SOLUSI
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka pendidikan dan
pelatihan untuk meningkatkan kompetensi laboran dan teknisi laboratorium sangat
130
Jurnal SOLMA
Vol. 07, No. 1, pp. 127-137; April 2018 P-ISSN 2252-584x
E-ISSN 2614-1531
diperlukan. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya tingkat pengetahuan dan skill
tentang pengelolaan dan pemanfaatan laboratorium. Sehingga bukan rahasia umum lagi
bahwa laboratorium sekolah yang dibangun dengan biaya yang sangat mahal banyak yang
kurang dimanfaatkan secara optimal dalam pembelajaran. Merujuk dari permasalahan di
atas, diperlukan pendidikan dan pelatihan kepada anak tenaga laboratorium khususnya
laboran dan teknisi untuk bersedia secara sadar meningkatkan kemampuan dan ketrampilan
dasar tentang laoratorium agar fungsi dan kedudukan laboratorium di sekolah tersebut
dapat dimanfaatkan secara optimal.
Adapun pelatihan ketrampilan yang akan diberikan kepada tenaga laboratorium
sekolah antara lain :
a. Pengetahuan kompentensi bagi kepala laboratorium, teknisi dan laboran
b. Pengelolaan laboratorium (management plan), mencakup langkah-langkah
perencanaan, pengaturan, pemeliharaan, pengadministrasian, penganggaran dan
keselamatan laboratorium
c. Pelatihan ketrampilan (life skill), memberikan ketrampilan kepada tenaga laboratorium
dan guru yang mencakup pembuatan preparat, percobaan beberapa praktikum biologi
di sekolah, perawatan dan service mikroskop.
Adapun upaya untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh tenaga
laboratorium dapat dilakukan langkah-langkah pengembangan dan pelatihan laboratorium,
dengan ketentuan :
a) Penyampaian materi teori disampaikan secara klasikal
b) Penyampaian materi ketrampilan dalam bentuk praktek/demonstrasi
c) Komposisi penyajian Teori dan Praktek adalah masing-masing 40 % : 60 %
d) Proses pembelajaran didukung dengan media belajar dan modul yang memadai.
METODE PELAKSANAAN
Tahap Perencanaan
Berdasarkan permasalahan yang kerap kali dihadapi oleh tenaga laboran dan guru
mata pelajaran IPA di sekolah Muhammadiyah di Jakarta, berikut merupakan tahapan yang
akan dilakukkan:
a. Mengidentifikasi skill/kemampuan tenaga laboratorium yang sudah ada.
b. Memberikan pengetahuan tambahan terkait pengelolaan laboratorium dan penggunaan
peralatan laboratorium.
131
Jurnal SOLMA
Vol. 07, No. 1, pp. 127-137; April 2018 P-ISSN 2252-584x
E-ISSN 2614-1531
Tahap pelaksanaan
Kegiatan PKM ini dilaksanakan selama 2 hari pelaksanaan yang bertempat di
Laboratorium Biologi FKIP UHAMKA. Namun sebelum pelaksanaan, tim mengundang
peserta baik guru-guru mata pelajaran IPA maupun laboran di sekolah-sekolah
Muhammadiyah se-Jakarta Timur ke Laboratorium Biologi FKIP UHAMKA. Merujuk
dari solusi yang ditawarkan, berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan:
Hari pertama:
Pada hari pertama, para peserta diberikan materi tentang pentingnya manajemen
laboratorium. Hal ini sangat penting karengan sebagai dasar dalam memaksimalkan
laboratorium yang sudah ada disekolah. Penyampaian materi diberikan oleh Gufron
Amirulloh, M.Pd secara klasikal pada sesi pertama yang bertempat di laboratorium biologi
FKIP UHAMKA. Pada sesi kedua, para peserta diberikan pelatihan praktikum tentang
osmosis. Materi tersebut sebagai materi tambahan dalam kegiatan praktek disekolah.
Materi akan diberikan oleh Yuni Astuti, M.Pd.
Hari kedua:
Hari kedua diisi dengan pemberian pelatihan penggunaan alat lapanagan. Materi ini
perlu disampaikan guna mendukung kegiatan lapangan yang akan dilakukkan oleh siswa.
Penyampaian materi akan dilakukkan oleh Hilman Faruq, M.Pd pada sesi pertama. Pada
sesi kedua, para peserta diberikan pelatihan perawatan alat lab dan maintenence
mikroskop. Materi ini berguna untuk membantu guru dan laboran dalam merawat dan
memperbaiki peralatan laboratorium. Penyampaian materi akan dibawakan oleh Susilo,
M.Si.
Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dilakukan satu hari setelah kegiatan pelatihan selesai. Evaluasi yang
dilakukan pada kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah evaluasi kegiatan terhadap
perencanaan dan pelaksanaan. Evaluasi perencanaan bertujuan untuk menilai tingkat
persiapan kegiatan pengabdian masyarakat. Adapun hasil evaluasi persiapan meliputi
penyampain undangan kepada peserta dan pemilihan hari dan waktu kegiatan. Sementara
evaluasi pelaksanaan bertujuan untuk menilai pencapaian target acara dengan indikator
132
Jurnal SOLMA
Vol. 07, No. 1, pp. 127-137; April 2018 P-ISSN 2252-584x
E-ISSN 2614-1531
penilaian terdiri dari: jumlah peserta, ketepatan waktu pelatiahan, kesesuaian acara
kegiatan; kepuasan peserta terhadap penyampaian materi, minat peserta; dan ketanggapan
panitia. Setelah evaluasi selesai dilaksanakan, dilanjutkan dengan menyusun laporan
pertanggungjawaban kegiatan pengabdian masyarakat.
2. Pemilihan Alat
133
Jurnal SOLMA
Vol. 07, No. 1, pp. 127-137; April 2018 P-ISSN 2252-584x
E-ISSN 2614-1531
Dari hasil identifikasi peralatan dan bahan untuk kegiatan praktek laboratorium
baru dapat ditentukan mengenai jenis alat yang dibutuhkan, tetapi karakteristik alat
dan bahan yang dimaksud belum dapat ditentukan secara tepat. Oleh karena itu
diperlukan kemampuan untuk merencanakan memilih spesifikasi peralatan yang tepat.
Spesifikasi alat umumnya berhubungan dengan: bentuk, ukuran (dimensi), akurasi,
batas-batas kemampuan, sumber daya (untuk peralatan fisika/listrik) dan bahan yang
digunakan.
Ketika merencanakan pengajuan alat, haruslah didasarkan pada kebutuhan,
bukan mengacu pada yang tersedia pada katalog atau brosur penawaran barang. Hal
ini bukan berarti tidak boleh memilih apa yang ada di dalam catalog, tetapi harus
diutamakan kebutuhannya. Kesalahan menentukan spesifikasi alat mengakibatkan
biaya investasi menjadi tinggi. Karena praktikum bertujuan memvisaulisasikan suatu
proses atau fenomena yang abstrak menjadi konkrit dan berlatih untuk melakukan
pengukuran, dalam praktikum tingkat sekolah menengah tidak diperlukan peralatan
yang memiliki akurasi yang sangat baik setara dengan peralatan untuk penelitian atau
riset perguruan tinggi.
134
Jurnal SOLMA
Vol. 07, No. 1, pp. 127-137; April 2018 P-ISSN 2252-584x
E-ISSN 2614-1531
Dalam kegiatan praktikum sekolah bahan kimia dalam tingkatan teknis sudah
memadai. Dengan memilih bahan kimia tingkat teknis biaya pembelian bahan dapat
dihemat lebih dari 50%, namun apabila biaya memungkinkan dapat menggunakan
bahan kimia dengan tingkat kemurnian lebih tinggi. Meskipun demikian dalam
kegiatan praktikum sekolah penggunaan bahan kimia murni tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap hasil kerja praktek. Bahan kimia teknis cocok
untuk laboratorium sekolah karena harganya lebih murah daripada bahan-bahan
analitik. Menggunakan bahan kimia dengan tingkat kemurnian tinggi untuk keperluan
praktikum merupakan pemborosan.
Pembahasan
Laboratorium sebagai fasilitas belajar dalam Pengembangan Sistem Pendidikan
Tenaga Kependidikan Abad ke 21 (SPTK-21, Depdiknas, 2002) merupakan tempat
yang digunakan untuk mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian
135
Jurnal SOLMA
Vol. 07, No. 1, pp. 127-137; April 2018 P-ISSN 2252-584x
E-ISSN 2614-1531
uji coba, penelitian dan sebagainya dengan menggunakan alat bantu yang menjadi
kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas dan kualitas yang memadai.
Kegitan pengabdian ini memiliki relevansi dengan kebutuhan guru saat mengajar
di laboratorium. Berdasarakan hasil survey sebelum pelaksanaan, guru-guru biologi atau
MIPA dalam mengelola laboratorium. Mereka umumnya masih keterbatasan
ketrampilan dalam menggunakan semua peralatan yang ada di laboratorium. Selain itu,
masalah lainnya adalah masih terbatasnya sarana dan prasarana laboratorium yang
tersedia di sekolah mereka.
Beberapa faktor yang mendukung terlaksananya kegiatan pengabdian pada
masyarakat ini adalah besarnya minat dan antusiasme peserta selama kegiatan, sehingga
kegiatan berlangsung dengan lancar dan efektif. Sedangkan faktor penghambatnya
adalah keterbatasan waktu lokakarya serta masih kurangnya ketersediaan alat-alat
laboratorium biologi di sekolah untuk merealisasikan hasil kegiatan pasca pelatihan ini.
Dari hasil kegiatan ini tim melakukan tanya jawab terkait pengelolaan lab di sekolah
masing-masing. Berdasarkan observasi tersebut, tim menyimpulkan bahwa pemakaian
atau pemanfaatan lanoratorium di sekolah SMA Muhammadiyah belum optimal.
Masalah tersebut disebabkan oleh berbagai faktor antara lain:
a. Kemampuan dan penguasaan guru terhadap peralatan dan pemanfaatan bahan
praktek masih belum memadai.
b. Kurang memadai baik secara kualitas maupun kuantitas tenaga laboratorium.
c. Banyak alat-alat laboratorium dan bahan yang sudah rusak yang belum diadakan
kembali
d. Tidak cukupnya/terbatasnya alat-alat dan bahan mengakibatkan tidak setiap siswa
mendapat kesempatan belajar untuk mengadakan eksperimen.
136
Jurnal SOLMA
Vol. 07, No. 1, pp. 127-137; April 2018 P-ISSN 2252-584x
E-ISSN 2614-1531
KESIMPULAN
Dari kegiatan pelatihan ini dapat disimpulkan bahwa: Pengetahuan dan
pemahaman guru biologi SMA dalam merancang dan mengelola Laboratorium biologi
masih kurang dan perlu mendapatkan pelatihan lagi dengan materi yang berbeda
DAFTAR PUSTAKA
--------. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.mor 26
Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah.
Depdiknas. (2005). Profil Laboran. Jakarta: Dit. Tendik, Ditjen PMPTK
Depdiknas. (2006). Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. (2007). Standar Kompetensi, Kualifikasi, dan Sertifikasi Tenaga Laboratorium
Sekolah. Jakarta: Depdiknas.
Millar, R. 2004. The Role of Practical Work in The Teaching and Learning of Science.
Washington: University of York.
Rustaman, Nuryani. 1996. Pengelolaan Laboratorium Biologi. Makalah pelatihan
Pengelolaan Laboratorium PMIPA LPTK Bidang Biologi.
Supriatno, B., Rustaman, N., Redjeki, S.,,dan Sudargo,.F., 2009. Uji Langkah Kerja
Laboratorium Biologi Sekolah. Proceding Seminar Nasional Jurusan Pendidikan
Biologi.
Dirjen Dikti. (2003). Sistem Perencananaan, Penyusunan Program dan Penganggaran.
Wirjosoemarto, Koesmadji. Adisendjaja, Y.H., Supriatno, B. Riandi. (2000). Teknik
Laboratorium. Bandung. UPI.
137