Anda di halaman 1dari 48

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR

PADA GASTROHEPATOLOGI

BY: EVA YUNIRITHA

PROGRAM S 1 GIZI POLTEKKES PADANG


Maret 2018
Topik:
1. Fisiologi pencernaan makanan
2. Macam-macam penyakit gastrohepatologi
3. Patofisiologi penyakit gastrohepatologi
4. Nutrition Care Process atau Proses Asuhan
Gizi Terstandar (PAGT) pada penyakit
gastrohepatologi
Pendahuluan
Saluran cerna dan hati organ penting untuk
mencerna makanan dan metabolisme zat gizi
makro dan zat gizi mikro, dll

Gangguan saluran cerna dan hati akan


mengakibatkan gangguan proses pencernaan
dan gangguan metabolisme
1. Makanan  mulut 
esofagus  lambung 
usus  diolah menjadi
bahan-bahan yang dapat
diangkut ke seluruh tubuh
untuk digunakan sebagai
tenaga, cadangan dan
sisanya akan dibuang.
2. Proses pencernaan
makanan dimulai dari
Lambung, usus kecil/ usus
halus (duodenum,
jejunum, ileum), hati, dan
usus besar.
3. Organ tubuh yang
membantu proses
pencernaan makanan
adalah pankreas, kandung
empedu, serta hormon
insulin dan glukagon
PENYAKIT HATI (HEPATOLOHI)
TUJUAN PEMBELAJARAN:

1
Menentukan identifikasi masalah gizi

2
Menegakan diagnosa gizi
Merencanakan intervensi gizi Penyakit Hepatitis ,
Cirrhosis Hepatis ,
3 (tujuan diet, prinsip diet, syarat Kantung Empedu
diet, menghitung kebutuhan, pada Orang Dewasa
preskripsi diet, implementasi dan dan Anak
merencanakan edukasi gizi)
4 Merencanakan monitoring dan
evaluasi

5 Menyusun dokumen PAGT


5
FUNGSI HATI

1. Metabolisme makanan
(kh, protein, dan
lemak)
2. Penyimpanan vitamin
dan mineral.
3. Pembentukan &
ekskresi garam
empedu , berbagai
hormone
HATI 4. Detoksifikasi
FUNGSI HATI
1. METABOLISMA ZAT GIZI
Karbohidrat : glikogenesis, glikogenolisis,
glikoneogenesis
Protein : transaminasi, deaminasi,
pembuatan faktor pembekuan darah, albumin,
globulin, transferrin, lipoprotein dll
Lemak : oksidasi asam lemak, sintesa & hidrolisa
kholesterol, trigliserida, fosfolipid

7
FUNGSI HATI
2. Penyimpanan : vitamin larut lemak, vit B12,
mineral Zn, Fe, Co, Mg
3. Pembentukan & ekskresi garam empedu ,
berbagai hormon
4. Detoxifikasi : amonia menjadi urea, racun lain

8
PENYAKIT GASTROHEPATOLOGI
1. Kelainan Saluran Cerna Atas:
dyspepsia, Gastritis, ulcus
pepticum, dll
2. Perdarahan sal cerna bagian
Bawah (SCBB) : colitis ulserative,
Chrown, diare, dll
3. Kelainan hati: Hepatitis (akut
dan kronis), Sirosis hati dan
komplikasi, Kolelithiasis dan
kolesistitis dan Pankreatitis
(akut dan kronis)
4. Keganasan (Diet Lanjut)
1. HEPATITIS

 Adalah penyakit akibat peradangan sel-sel


hati sebagai akibat infeksi bakteri atau
virus, toksin, dan obat-obatan.
Peradangan bersamaan dengan terjadinya
destruksi sel dengan cepat.

PENYEBAB:
 Virus hepatitis (A,B,C,D,E)
 Toksin
 Obat-obatan
 Alkohol
10
Hepatitis virus:
A, B, C, D, E, G
 Hepatitis virus A
dan E jarang
menjadi kronik
 Hepatitis Virus D
tdk dpt berdiri
sendiri, ko -infeksi
dg heptitis D
 Yang mudah
dideteksi A, B, dan C
GEJALA KLINIS
Tingkatan Gejala Klinis
1. Fase prodromal (PRA ICTERIK) Demam seperti influenza
(7-10 hari) Kurang nafsu makan
Lemah, mual, kadang muntah.
Kembung dan diare
Sakit kepala

2. Fase Ikterik Gejala flu hilang 


(2-4 minggu)  Ikterik/jaundice
 Bilirubin, SGOT & SGPT meningkat
 Hepato & Splenomegali
 Urine coklat seperti the kental
 Feces pucat
3. Fase Penyembuhan Gejala mulai hilang 
(3 mg – 3 bl)  SGOT, SGPT turun secara bertahap.
 Bila penyembuhan tidak sempurna,
gejala klinis lebih parah
. penyakit hati kronis
12
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

 SGOT/ ALT dan SGPT/ AST meningkat


 Albumin plasma menurun
 Globulin plasma menurun
 Bilirubin darah dan urine meningkat

 Istirahat total
Obat-obatan
Diet
13
 Untuk regenerasi sel yang rusak
 Memberikan istirahat bagi hati
 Mempertahankan fungsi hati dan
mencegah kerusakan lebih lanjut.
 Mencegah dan memperbaiki berat badan

14
 Energi tinggi ( ± 2500 - 3000 Kalori)
 Protein 15-20% dari total energi
 Lemak 25-30% dari total energi. Jika bilirubin
meningkat lemak diberikan 20% dari total
energi
 Hidrat Arang 55-60% dari total energi
 Bentuk makanan diberikan bertahap sesuai
keadaan pasien. Pasien akut diberikan makanan
cair, setelah membaik diberikan MS, ML, kmd
MB
 Frekuensi : 3 x MP dan 2 x MK
 Suplemen vitamin B Komp, C.
 Cairan banyak.
15
 HA : digoreng, terlalu manis
 Protein : kacang-kacangan yang bergas
(kcg merah,kacang polong), daging
berlemak
 Lemak : goreng-gorengan dan santan kental.
 Sayuran : bergas
 Buah : bergas
 Bumbu : merangsang
 Minuman : alkohol

16
2. SIROSIS HATI
• DEFINISI: PENYAKIT HATI KRONIK
• ADA PENGGANTIAN JARINGAN HATI DENGAN
JARINGAN IKAT (SCAR TISSUE), TERBENTUK
NODUL
• SUMBATAN ALIRAN DARAH MELALUI HATI
YANG BERAKIBAT PENURUNAN FUNGSI HATI
• 54 – 88% PASIEN MENGALAMI GIZI KURANG

17
• KLASIFIKASI:
1. Mikronoduler (nodul < 3 mm):
alkohol, hemokromatosis, obstruktif
bilier, obstr. hepatic

2. Makronuduler (nodul > 3 mm): HBV/HCV,


deposit Fe+Copper, def antitipsin, sirosis
bil primer

3. campuran
-KRITERIA SUBANDIRI:
(5 DARI 7)

1. Asites
2. Splenomegali
3. Perdarahan varises
4. Albumin 
5. Spider Nevi
6. Eritema palmaris
7. Vena kolateral
KOMPLIKASI SIROSIS HATI
1. Hipertensi Portal & Varises Esofagus
2. Ascites dan Edema
3. Hiponatremia
4. Ensefalopati hepatikum
5. Malabsorpsi lemak
6. Gizi Kurang

22
Proses Asuhan Gizi Terstandar

Sumber : International Dietetics & Nutrition Terminology , ADA 2011


NUTRITION ASSESSMENT
1. Antropometri
Berat badan kering
• Tidak tepat bila ada asites atau edema
Prakiraan BB kering ( Escott Stump S. , 2008 )
Asites ringan = BB - ( 3 – 5 ) kg
Asites sedang = BB - (7 – 9 ) kg
Asites Berat = BB - ( 14 -1 5 ) kg
• Riwayat perubahan BB, LLA, Triceps Skin Fold
NUTRITION ASSESSMENT
2. Biokimia
• Nitrogen balance (Imbang nitrogen
= Asupan protein (g/hari) – [ NUU (g) + 4]
6,25
Protein (g) = N (g) x 6,25
• Keseimbangan Elektrolit
• Tes fungsi hati, elektrolit, gula darah,
• Albumin, bukan sebagai indikator status gizi yang
baik
• Hb 25
NUTRITION ASSESSMENT
3. Klinis

• Masa otot berkurang,


• Cadangan lemak berkurang,
• asites, edema,
• Kehilangan sensasi cita
rasa, mual, cepat kenyang,
muntah, diare, konstipasi,
• Kesulitan menelan,varices
esofagus
26
NUTRITION ASSESSMENT
4. RIWAYAT GIZI

1. Asupan kalori, protein, karbohidrat , sodium


2. Jenis protein ( bahan makanan tinggi asam amino
rantai cabang atau tinggi asam amino aromatik)
3. Besar porsi setiap makan dan frekuensi sehari.
4. Pembatasan makanan /Terapi Diet yang sedang
dijalankan
5. Pengetahuan dan perhatian klien atau keluarga
terhadap gizi/kesehatan berkaitan dengan kondisi klien
6. Alergi makanan
27
NUTRITION ASSESSMENT
5. RIWAYAT PERSONAL

• Riwayat penyakit terinfeksi hepatitis virus


hepatitis B, C,
• Suplemen yang dikonsumsi , konsumsi alkohol,
sosek

28
PARAMETER SUBJECTIVE GLOBAL ASSESSMEN T (SGA)
UNTUK MENENTUKAN STATUS GIZI PADA PASIEN PENYAKIT HATI
(1)
I. Riwayat
• Perubahan Berat badan
• Perubahan asupan makanan
• Perubahan/problem gastrointestinal, mis:
perdarahan saluran cerna ec Varices Esofagus
• Status Fungsional
• Kondisi penyakit dan problem lain yg dapat
mempengaruhi status gizi mis : ensefalopati
hepatikum, penurunan fungsi ginjal, infeksi.
PARAMETER SUBJECTIVE GLOBAL ASSESSMEN T (SGA)
UNTUK MENENTUKAN STATUS GIZI PADA PASIEN PENYAKIT HATI
(2)

II. Fisik
Kehilangan masa otot
Kehilangan lemak
Asites
Edema
Kesimpulan :
Status gizi berdasarkan SGA
Baik, Kurang, Buruk
(terlampir contoh SGA untuk pasien sirosis)
DIAGNOSIS GIZI
Contoh:
1. Malnutrisi berkaitan dengan asupan makan
tidak adekuat yang ditandai dengan
kehilangan masa otot dan lemak diseluruh
tubuh
2. Asupan makan tidak adekuat yang berkaitan
dengan mual, muntah, tidak nafsu makan
ditandai dengan asupan makan 50% dari
kebutuhan
DIAGNOSIS GIZI
3. Kurang pengetahuan tentang makanan
/ gizi berkaitan dengan belum
mengetahui informasi kondisi klien
ditandai dengan ketidakmampuan
menyebutkan makanan yang
dianjurkan /dibatasi untuk pasien
sirosis hati.
INTERVENSI GIZI (1 )
TUJUAN
1. Optimalisasi status gizi
2. Meningkatkan asupan zat gizi
3. Meningkatkan pengetahuan klien/keluarga
mengenai diet SH
INTERVENSI GIZI (2)
PRESKRIPSI DIET
• Preskripsi diet awal oleh dokter,
• Preskripsi diet definitif kolaborasi dietisien dengan
dokter
RENCANA PEMBERIAN
1. Kebutuhan energi :
• 25 - 50 kalori/kg BB perkiraan BB kering
• 120-140% BEE pada pasien tanpa asites
• 150 - 175% dari BEE pada pasien asites,
infeksi, malabsorbsi.
Waspadai Kejadian Overfeeding
Intervensi Gizi (3)
2. Protein
• Diet rendah protein tidak dianjurkan pada
pasien SH.
• SH tanpa komplikasi ensefalopati untuk
mencapai nitrogen balance: 0.8-1 g per kg BB
kering
• untuk positive nitrogen balance : 1.2 -1.3 g/kg
BB , pada kondisi sepsis, perdarahan esofagus,
infeksi, asites berat 1.5 g/kg BB
• Jenis protein : hewani dan nabati
Intervensi Gizi (4)
Jenis Protein
• Perhatikan perbandingan asam amino aromatik
(AAA) dan asam amino rantai cabang (AARC). Bila
berisiko ensefalopati karena asupan protein,
substitusi Branched Chain Amino Acid ( BCAA )
formula ( 30-40% total protein ) mengingat
metabolisma BCAA di otot.
• Suplementasi BCAA meningkatkan albumin darah
(Yunus , 1998), dan pemberian protein nabati (
Tempe ) dapat menurunkan produksi amonia ,
memperbaiki nilai tes psikometri (Neneng , 2002)
KEBUTUHAN ENERGI & PROTEIN PADA SH
( ESPEN, 1997)
Kondisi klinik Energi Protein
kkal/kg BB /hari g/kg BB/hari
Terkompensasi 25 -35 1.0 -1.2
Dgn komplikasi
Asupan kurang / 35 – 40 1.5
Malnutrisi
EH stadium I –I I 25 – 35 0.5, kemudian
1 – 1.5, bila
perlu BCAA
EH stadium II – IV 25 – 35 0.5 – 1.2 + BCAA 37
Intervensi Gizi (5)
Cairan parasintesis pada asites mengandung
10-40 g protein/L, perlu tambahan protein.
Lemak : 25 -40% dari total kalori, termasuk
asam lemak omega 3. Bila terjadi steatorrhea
kurangi LCT, gunakan produk dengan MCT ,
pertimbangkan kemungkinan diare.
Lemak dibatasi bila ada jaundice
Intervensi Gizi (6)
 Vitamin cukup, suplemen vitamin diberikan pada
pasien dengan penurunan fungsi hati (End Stage
Liver Disease) yaitu vitamin larut lemak ADEK
maupun larut air (Vitamin B12 dan asam folat)
 Suplemen Zn , Mg, Ca, P sesuai dengan kebutuhan .
 Na dibatasi bila ada edema/asites, 2 g/hari
 Cairan sesuai dengan status hidrasi dan dibatasi bila
ada hiponatremia.
 Batasi makanan yang memproduksi gas bila ada
keluhan kembung
Intervensi Gizi (7)
Implementasi
• Tidak dibenarkan untuk memuasakan pasien.
Puasa 1 hari / 24 jam pasien SH = puasa 3 hari
orang sehat.
• Bentuk makanan disesuaikan dengan kondisi
pasien bisa makan biasa/nasi, lunak/tim,
bubur atau cair/enteral melalui oral (ONS)
atau tube feeding (TF)
INTERVENSI GIZI (8)

IMPLEMENTASI
• Makanan enteral dengan BCAA sebagai
suplemen oral pada pasien dengan advance
sirosis serta pasien ensefalopati hepatikum.
• Hindari pemberian zat gizi dengan formula
BCAA saja
• Suplemen enteral memperbaiki status gizi ,
menurunkan komplikasi
• Jadwal makan 6 -7 x sehari (porsi kecil sering),
ada makanan selingan sebelum tidur malam .
Intervensi Gizi (9)

EDUKASI INDIVIDUAL DAN KONSELING GIZI


• Pada pasien tanpa komplikasi, tidak dibatasi
makanan berlebihan.
• Memberi motivasi dan informasi serta
bekerjasama dalam mencapai tujuan
• Merancang bersama untuk modifikasi diet yang
terdiri dari bentuk makanan, jadwal, jumlah, jenis
makanan dan cara pemenuhan kebutuhan zat gizi
untuk mencapai status gizi optimal.
Intervensi Gizi ( 10)

Koordinasi Gizi
• Konsultasi,
• Merujuk,
• Koordinasi dengan tenaga kesehatan lain
dalam memberikan asuhan gizi
Sumber : BAPEN
Koordinasi Tim Dukungan Gizi
Rawat Inap
Monitoring dan Evaluasi
1) Antropometri : Lingkar Lengan Atas, tricep,
skinfold, BB
2) Biokimia : Elektrolit, gula darah, albumin,
Hb, nitrogen balance
3) Fisik : Kehilangan masa otot, lemak, udema,
asites
4) Asupan zat gizi : Makro dan mikro
47
I. PEMBERIAN DIET PENYAKIT THYPUS DAN GASTRITIS
1. Menentukan identifikasi masalah gizi pada penyakit thypus dan gastritis Menegakan
diagnosa gizi pada penyakit thypus dan gastritis pada orang dewasa dan anak
2. Merencanakan intervensi gizi penyakit thypus dan gastritis pada orang dewasa dan anak
(tujuan diet, prinsip diet, syarat diet, menghitung kebutuhan, preskripsi diet, implementasi
dan merencanakan edukasi gizi)
3. Merencanakan monitoring dan evaluasi penyakit thypus dan gastritis pada orang dewasa
dan anak
4. Menyusun dokumen PAGT pada penyakit thypus dan gastritis pada orang dewasa dan anak

II. PEMBERIAN DIET PENYAKIT DISPEPSIA, GASTROINTERITIS DAN MALABSORBSI


1. Menentukan identifikasi masalah gizi pada penyakit dispepsia, gastointeritis dan
malabsorbsi pada orang dewasa dan anak
2. Menegakan diagnosa gizi pada penyakit dispepsia, gastointeritis dan malabsorbsi pada
orang dewasa dan anak
3. Merencanakan intervensi gizi penyakit dispepsia, gastointeritis dan malabsorbsi pada
orang dewasa dan anak (tujuan diet, prinsip diet, syarat diet, menghitung kebutuhan,
preskripsi diet, implementasi dan merencanakan edukasi gizi)
4. Merencanakan monitoring dan evaluasi penyakit dispepsia, gastointeritis dan malabsorbsi
pada orang dewasa dan anak
5. Menyusun dokumen PAGT pada dispepsia, gastointeritis dan malabsorbsi pada orang
48
dewasa dan anak

Anda mungkin juga menyukai