Anda di halaman 1dari 25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Subjek Penelitian


Penelitian dilakukan di SMP Negeri 3 Suruh, Kabupaten Semarang.
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII D dan siswa kelas VIII E.
Kelas eksperimen penelitian ini siswa kelas VIII E dengan jumlah 34 siswa dan
kelas VIII D dengan jumlah 31 siswa sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen
diberikan perlakuan dengan pendekatan Brain Based Learning, sedangkan kelas
kontrol dengan pembelajaran konvensional.

B. Kemampuan Awal Sebelum diberi Perlakuan


1. Deskripsi Angket Keaktifan Belajar Siswa
a. Analisis Deskriptif Angket Keaktifan Belajar Siswa
Analisis deskriptif angket keaktifan belajar siswa digunakan
untuk melihat keaktifan belajar siswa awal kedua kelas sebelum
diberikan perlakuan. Keaktifan belajar siswa diambil dari pemberian
angket awal sebelum perlakuan untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Tabel 19 adalah hasil analisis deskriptif angket keaktifan belajar
siswa dengan menggunakan program SPSS 16.00 for windows.
Tabel 19
Hasil Analisis Deskriptif Angket Keaktifan Belajar Siswa
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Eksperimen 34 124 198 164.85 16.661
Kontrol 31 139 204 165.23 15.826
Valid N (listwise) 31

Berdasarkan Tabel 19 dapat disimpulkan bahwa kelas


eksperimen mempunyai nilai minimum 124 nilai maksimum 198 nilai
rata-rata (mean) 164,85 dan standar deviasi (std. deviation) 16,661,
sedangkan kelas kontrol mempunyai nilai minimum 139 nilai
maksimum 204 nilai rata-rata (mean) 165,23 dan standar deviasi (std.
deviation) 15,826.
Rata-rata kelas kontrol lebih tinggi daripada kelas eksperimen
yaitu dengan selisih sebesar 0,38. Selisih yang tidak terlalu besar
menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa kelas ekperimen dan kelas
kontrol dalam pelajaran matematika hampir sama.

40
41

Penggambaran distribusi angket keaktifan belajar siswa kelas


kontrol dan kelas eksperimen diklasifikasikan berdasarkan perolehan
angket keaktifan belajar siswa. Sebelum menampilkan angket keaktifan
belajar siswa dalam bentuk interval harus menentukan interval yang
akan digunakan. Interval dalam distribusi angket keaktifan belajar siswa
kelas kontrol dan kelas eksperimen menggunakan rumus interval
menurut Sudijono (2009), sebagai berikut.
Batas 1 = mean +¿ (0,5 ×standar deviasi) = Batas atas
Batas 2 = mean −¿ (0,5 ×standar deviasi) = Batas bawah
Setelah menentukan batas atas dan batas bawah maka
didapatkan tiga kelas interval yang dikategorikan menjadi tiga kategori.
Tiga kategori tersebut yaitu kategori rendah, kategori cukup, dan
kategori tinggi. Tabel 20 adalah hasil analisis deskriptif gabungan
angket keaktifan belajar siswa.
Tabel 20
Hasil Analisis Deskriptif Gabungan Angket Keaktifan Belajar Siswa
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Angketawal_gabungan 65 124 204 165.03 16.142
Valid N (listwise) 65

Berdasarkan Tabel 20 dapat disimpulkan bahwa nilai minimum


sebesar 124, nilai maksimum sebesar 204, rata-rata (mean) sebesar
165,03 dan standar deviasi (std. deviation) yaitu sebesar 16,142
sehingga dapat ditentukan interval angket keaktifan belajar siswa
sebagai berikut:
Batas 1 = mean +¿ (0,5 ×standar deviasi)
= 165,03 +¿ (0,5 × 16,142)
= 165,03 +¿ 8,07
= 173,1
= dibulatkan menjadi 173
Batas 2 = mean −¿ (0,5 ×standar deviasi)
= 165,03 −¿ (0,5 × 16,142)
= 165,03 −¿ 8,07
= 156,96
= dibulatkan menjadi 157
42

Tabel 21
Kategori Angket Keaktifan Belajar Siswa
No Kategori Batas Bawah Batas Atas Interval
1 Tinggi 173 204 173 ≤ x ≤ 204
2 Sedang 157 173 157 ≤ x < 173
3 Rendah 124 157 124 ≤ x < 157

Berdasarkan Tabel 21 dapat dilihat bahwa batas kategori


keaktifan belajar siswa untuk kategori rendah yaitu antara 124 sampai
dengan 157, kategori sedang antara 157 sampai dengan 173 dan
kategori tinggi antara 173 sampai dengan 204. Frekuensi dan
persentase hasil tes berdasarkan kategori menurut Sudijono (2009)
terlihat pada Tabel 22.
Tabel 22
Kategori Angket Keaktifan Belajar Siswa
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Interval Kategori
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
174 ≤ x ≤ 204 Tinggi 11 32,35% 8 25,81%
157 ≤ x < 174 Sedang 14 41,18% 16 51,61%
124 ≤ x < 157 Rendah 9 26,47% 7 22,58%

Berdasarkan Tabel 22 dapat dilihat bahwa pada kelas


eksperimen terdapat 11 siswa memperoleh kategori keaktifan belajar
siswa yang tinggi, 14 siswa memperoleh kategori keaktifan belajar
siswa sedang dan 9 siswa memperoleh kategori keaktifan belajar siswa
rendah, sedangkan pada kelas kontrol terdapat 8 siswa memperoleh
kategori keaktifan belajar siswa yang tinggi, 16 siswa memperoleh
kategori keaktifan belajar siswa sedang dan 7 siswa memperoleh
kategori keaktifan belajar siswa rendah. Rata-rata siswa kelas
eksperimen yang mempunyai keaktifan belajar dalam kategori sedang
dan rendah mencapai persentase sebesar 67,65% dan pada kelas
kontrol siswa yang mempunyai keaktifan belajar dalam kategori sedang
dan rendah persentasenya mencapai 74,19%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa kelas eksperimen lebih
tinggi dibandingkan kelas kontrol terlihat ada selisih sebesar 6,54
antara rata-rata siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yang
mempunyai keaktifan belajar sedang dan rendah.

b. Uji Normalitas Angket Keaktifan Belajar Siswa


43

Pengujian normalitas angket keaktifan belajar siswa dilakukan


untuk mengetahui kenormalan keaktifan belajar setiap kelas, baik
untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Uji normalitas dilakukan
dengan program spss 16.00 for windows menggunakan Shapiro-Wilk.
Aturan yang digunakan dalam uji normalitas ini adalah jika signifikan >
0,05 maka sebaran data tersebut berdistribusi normal, sedangkan
signifikan < 0,05 maka sebaran data tidak berdistribusi normal. Hasil uji
normalitas angket keaktifan belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23
Hasil Uji Normalitas Angket Keaktifan Belajar Siswa
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Eksperimen 0.981 31 0.829
Kontrol 0.938 31 0.071

Berdasarkan Tabel 23 diperoleh bahwa nilai signifikan kelas


eksperimen adalah 0,829 > 0,05 dan untuk kelas kontrol adalah 0,071 >
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal
karena lebih besar dari nilai signifikan. Grafik distribusi normal angket
keaktifan belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat
dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.

Gambar 3.
Grafik Distribusi Normal Angket Keaktifan Belajar Siswa
Kelas Eksperimen
44

Gambar 4.
Grafik Distribusi Normal Angket Keaktifan Belajar Siswa
Kelas Kontrol

c. Uji Homogenitas Angket Keaktifan Belajar Siswa


Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui kelas yang
digunakan dalam penelitian mempunyai keaktifan belajar yang sama
atau tidak. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan program
SPSS 16.00 for windows dengan uji Anova test of homogeneity of
variances. Hasil uji homogenitas angket keaktifan belajar siswa dapat
dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24
Hasil Uji Homogenitas Angket Keaktifan Belajar Siswa
Levene Statistic df1 df2 Sig.
0.176 1 63 0.676

Berdasarkan Tabel 24 didapatkan nilai signifikan 0,676 lebih


dari 0,05 yang berarti bahwa keaktifan belajar siswa kelas eksperimen
dan kelas kontrol mempunyai varian sama atau homogen.

d. Uji Beda Rata-rata Angket Keaktifan Belajar Siswa


Uji beda rata-rata angket keaktifan belajar siswa digunakan
dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan keaktifan
belajar siswa pada kedua kelas. Perhitungan ini dilakukan dengan
bantuan program SPSS 16.00 for windows menggunakan uji
independent sample t-test. Hasil dari perhitungan akan menunjukkan
nilai signifikan untuk homogenitas yang kemudian akan digunakan
45

dalam menentukan nilai t menggunakan equal variances assumed atau


equal variances not assumed. Homogenitas data akan dilihat dari nilai
signifikan pada kolom levene's test for equality of variances. Hasil uji
homogenitas dikatakan homogen jika nilai sig > 0,05. Jika data maka
diambil nilai sig pada equal variances assumed dan untuk data yang
tidak homogen maka dilihat nilai signifikannya pada equal variances
not assumed. Hasil uji beda rata-rata angket keaktifan belajar siswa
dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25
Hasil Uji Beda Rata-rata Angket Keaktifan Belajar Siswa
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Std.
Mean Error
Sig. (2- Differe Differe
F Sig. t df tailed) nce nce
Nilai_ Equal
angket variances 0.176 0.676 0.092 63 0.927 0.373 4.040
awal assumed
Equal
variances
0.093 62.887 0.927 0.373 4.030
not
assumed

Berdasarkan Tabel 25 diperoleh nilai signifikan pada kolom


levene's test for equality of variances sebesar 0,676 dimana 0,676 >
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas
kontrol mempunyai varian sama atau homogen. Pada kolom t-test for
equality of means yang digunakan adalah equal variances assumed
karena telah diketahui data di atas homogen. Uji independent sample t-
test dilihat dari equal variances assumed diperoleh nilai signifikan
sebesar 0,927 dimana 0,927 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
rata-rata kedua sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol sama.
Keaktifan belajar siswa antara kelompok eksperimen dan kelas kontrol
sama sehingga dapat diberikan perlakuan sesuai yang telah
direncanakan

2. Deskripsi Nilai Pretest Hasil Belajar


46

a. Analisis Deskriptif Nilai Pretest Hasil Belajar


Analisis deskriptif nilai pretest digunakan untuk
menggambarkan nilai awal kedua kelas sebelum diberikan perlakuan.
Data yang digunakan sebagai pretest adalah nilai ulangan tengah
semester 2. Nilai ini dijadikan patokan kemampuan awal siswa kelas VIII
D dan siswa kelas VIII E. Tabel 26 adalah hasil analisis deskriptif nilai
pretest hasil belajar dengan menggunakan program SPSS 16.00 for
windows.
Tabel 26
Hasil Analisis Deskriptif Nilai Pretest Hasil Belajar
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Eksperimen 34 43 78 64.32 8.104
Kontrol 31 34 79 64.65 11.386
Valid N (listwise) 31

Berdasarkan Tabel 26 dapat disimpulkan bahwa kelas


eksperimen mempunyai nilai minimum 43 nilai maksimum 78 nilai rata-
rata (mean) 64,32 dan standar deviasi (std. deviation) 8,104, sedangkan
kelas kontrol mempunyai nilai minimum 34 nilai maksimum 79 nilai
rata-rata (mean) 64,65 dan standar deviasi (std. deviation) 11,386.
Rata-rata kelas kontrol lebih tinggi daripada kelas eksperimen
yaitu dengan selisih sebesar 0,33. Selisih yang tidak terlalu besar
menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas ekperimen dan kelas
kontrol dalam pelajaran matematika hampir sama.
Penggambaran distribusi nilai pretest hasil belajar matematika
siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen diklasifikasikan berdasarkan
perolehan pretest hasil belajar matematika siswa. Sebelum
menampilkan nilai pretest hasil belajar matematika siswa dalam bentuk
interval harus menentukan interval yang akan digunakan. Interval
dalam distribusi nilai pretest hasil belajar matematika siswa kelas
kontrol dan kelas eksperimen menggunakan rumus interval menurut
Sudijono (2009), sebagai berikut.
Batas 1 = mean +¿ (0,5 ×standar deviasi) = Batas atas
Batas 2 = mean −¿ (0,5 ×standar deviasi) = Batas bawah
Setelah menentukan batas atas dan batas bawah maka
didapatkan tiga kelas interval yang dikategorikan menjadi tiga ketegori
47

yaitu rendah, cukup, dan tinggi. Tabel 27 adalah hasil analisis deskriptif
gabungan nilai pretest hasil belajar matematika siswa.
Tabel 27
Hasil Analisis Deskriptif Gabungan Nilai Pretest Hasil Belajar
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pretest_gabungan 65 34 79 64.48 9.729
Valid N (listwise) 65

Berdasarkan Tabel 27 dapat disimpulkan bahwa nilai minimum


sebesar 34, nilai maksimum sebesar 79, rata-rata (mean) sebesar 64,48
dan standar deviasi (std. deviation) yaitu sebesar 9,729 sehingga dapat
ditentukan interval nilai pretest hasil belajar matematika siswa sebagai
berikut:
Batas 1 = mean +¿ (0,5 ×standar deviasi)
= 64.48 +¿ (0,5 × 9.729)
= 64.48 +¿ 4,86
= 69,34
= dibulatkan menjadi 69
Batas 2 = mean −¿ (0,5 ×standar deviasi)
= 64.48 −¿ (0,5 × 9.729)
= 64.48 −¿ 4,86
= 59, 62
= dibulatkan menjadi 60
Tabel 28
Kategori Nilai Pretest Hasil Belajar
No Kategori Batas Bawah Batas Atas Interval
1 Tinggi 69 79 69 ≤ x ≤ 79
2 Sedang 60 69 60 ≤ x < 69
3 Rendah 34 60 34 ≤ x < 60

Berdasarkan Tabel 28 dapat dilihat bahwa batas kategori nilai


pretest hasil belajar matematika untuk kategori rendah yaitu antara 34
sampai dengan 60, kategori sedang antara 60 sampai dengan 69 dan
kategori tinggi antara 69 sampai dengan 79. Frekuensi dan persentase
hasil tes berdasarkan kategori menurut Sudijono (2009) terlihat pada
Tabel 29.
48

Tabel 29
Kategori Nilai Pretest Hasil Belajar
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Interval Kategori
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
69 ≤ x ≤ 79 Tinggi 10 29,41% 13 41,94%
60 ≤ x < 69 Sedang 16 47,06% 11 35,48%
34 ≤ x < 60 Rendah 8 23,53% 7 22,58%

Berdasarkan Tabel 29 dapat dilihat bahwa pada kelas


eksperimen terdapat 10 siswa memperoleh kategori hasil belajar yang
tinggi, 16 siswa memperoleh kategori hasil belajar sedang dan 8 siswa
memperoleh kategori hasil belajar rendah, sedangkan pada kelas
kontrol terdapat 13 siswa memperoleh kategori hasil belajar yang
tinggi, 11 siswa memperoleh kategori hasil belajar sedang dan 7 siswa
memperoleh kategori hasil belajar rendah. Rata-rata siswa kelas
eksperimen yang mempunyai nilai pretest dalam kategori sedang dan
rendah mencapai persentase sebesar 70,59% dan pada kelas kontrol
siswa yang mempunyai nilai pretest dalam kategori sedang dan rendah
persentasenya mencapai 58,06%. Hal tersebut menunjukkan bahwa
nilai pretest hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih rendah
dibandingkan kelas kontrol.

b. Uji Normalitas Nilai Pretest Hasil Belajar


Pengujian normalitas nilai pretest dilakukan untuk mengetahui
kenormalan nilai setiap kelas, baik untuk kelas eksperimen maupun
kelas kontrol. Uji normalitas dilakukan dengan program spss 16.00 for
windows menggunakan Shapiro-Wilk. Aturan yang digunakan dalam uji
normalitas ini adalah jika signifikan > 0,05 maka sebaran data tersebut
berdistribusi normal, sedangkan signifikan < 0,05 maka sebaran data
tidak berdistribusi normal. Hasil uji normalitas nilai pretest dapat dilihat
pada Tabel 30.
Tabel 30
Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest Hasil Belajar
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Eksperimen 0.962 31 0.326
Kontrol 0.936 31 0.066
49

Berdasarkan Tabel 30 diperoleh bahwa nilai signifikan kelas


eksperimen adalah 0,326 > 0,05 dan untuk kelas kontrol adalah 0,066 >
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal
karena lebih besar dari nilai signifikan. Grafik distribusi normal nilai
pretest hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat
dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.

Gambar 5.
Grafik Distribusi Normal Nilai Pretest Hasil Belajar
Kelas Eksperimen

Gambar 6.
Grafik Distribusi Normal Nilai Pretest Hasil Belajar
Kelas Kontrol
50

c. Uji Homogenitas Nilai Pretest Hasil Belajar


Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui kelas yang
digunakan dalam penelitian mempunyai kemampuan yang sama atau
tidak. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan program
SPSS 16.00 for windows dengan uji Anova test of homogeneity of
variances. Hasil uji homogenitas nilai pretest hasil belajar dapat dilihat
pada Tabel 31.
Tabel 31
Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest Hasil Belajar
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.910 1 63 0.052

Berdasarkan Tabel 31 didapatkan nilai signifikan 0,052 lebih


dari 0,05 yang berarti bahwa nilai pretest kelas eksperimen dan kelas
kontrol mempunyai varian sama atau homogen.

d. Uji Beda Rata-rata Nilai Pretest Hasil Belajar


Uji beda rata-rata nilai pretest digunakan dengan tujuan untuk
mengetahui apakah ada perbedaan nilai pada kedua kelas. Perhitungan
ini dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.00 for windows
menggunakan uji independent sample t-test. Hasil dari perhitungan
akan menunjukkan nilai signifikan untuk homogenitas yang kemudian
akan digunakan dalam menentukan nilai t menggunakan equal
variances assumed atau equal variances not assumed. Homogenitas
data akan dilihat dari nilai signifikan pada kolom levene's test for
equality of variances. Hasil uji homogenitas dikatakan homogen jika
nilai sig > 0,05. Jika data maka diambil nilai sig pada equal variances
assumed dan untuk data yang tidak homogen maka dilihat nilai
signifikannya pada equal variances not assumed. Hasil uji beda rata-
rata nilai pretest hasil belajar dapat dilihat pada Tabel 32.
51

Tabel 32
Hasil Uji Beda Rata-rata Nilai Pretest Hasil Belajar
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Std.
Mean Error
Sig. (2- Differe Differe
F Sig. t df tailed) nce nce
Nilai_ Equal
pretest variances 3.910 0.052 0.132 63 0.895 0.322 2.435
assumed
Equal
variances
0.130 53.701 0.897 0.322 2.473
not
assumed

Berdasarkan Tabel 32 diperoleh nilai signifikan pada kolom


levene's test for equality of variances sebesar 0,052 dimana 0,052 >
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas
kontrol mempunyai varian sama atau homogen. Pada kolom t-test for
equality of means yang digunakan adalah equal variances assumed
karena telah diketahui data di atas homogen. Uji independent sample t-
test dilihat dari equal variances assumed diperoleh nilai signifikan
sebesar 0,895 dimana 0,895 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
rata-rata kedua sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol sama.
Berdasarkan hal tersebut maka kedua sampel dapat diberikan
perlakuan sesuai yang telah direncanakan.

C. Kemampuan Akhir Setelah diberi Perlakuan


1. Deskripsi Keaktifan Belajar Siswa
a. Analisis Deskriptif Angket Keaktifan Belajar Siswa
Analisis deskriptif angket keaktifan belajar siswa digunakan
untuk melihat keaktifan belajar siswa pada kedua kelas setelah
mendapat perlakuan. Keaktifan belajar siswa akhir diambil dari
pemberian angket setelah diberikan perlakuan perlakuan untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Tabel 33 adalah hasil analisis deskriptif
angket keaktifan belajar siswa dengan menggunakan program SPSS
16.00 for windows.
52

Tabel 33
Hasil Analisis Deskriptif Angket Keaktifan Belajar Siswa
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Eksperimen 34 154 204 174.68 12.318
Kontrol 31 144 195 167.84 12.951
Valid N (listwise) 31

Berdasarkan Tabel 33 dapat disimpulkan bahwa kelas


eksperimen mempunyai nilai minimum 154 nilai maksimum 204 nilai
rata-rata (mean) 174,68 dan standar deviasi (std. deviation) 12,318,
sedangkan kelas kontrol mempunyai nilai minimum 144 nilai
maksimum 195 nilai rata-rata (mean) 167,84 dan standar deviasi (std.
deviation) 12,951. Rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi daripada
kelas kontrol yaitu dengan selisih yang signifikan sebesar 6,84. Hal
tersebut menunjukkan bahwa adanya perbedaan keaktifan belajar
siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol.
Penggambaran distribusi angket keaktifan belajar siswa kelas
kontrol dan kelas eksperimen diklasifikasikan berdasarkan perolehan
angket keaktifan belajar siswa. Sebelum menampilkan angket keaktifan
belajar siswa dalam bentuk interval harus menentukan interval yang
akan digunakan. Interval dalam distribusi angket keaktifan belajar siswa
kelas kelas kontrol dan kelas eksperimen menggunakan rumus interval
menurut Sudijono (2009), sebagai berikut.
Batas 1 = mean +¿ (0,5 ×standar deviasi) = Batas atas
Batas 2 = mean −¿ (0,5 ×standar deviasi) = Batas bawah
Setelah menentukan batas atas dan batas bawah maka
didapatkan tiga kelas interval yang dikategorikan menjadi tiga ketegori
yaitu rendah, cukup, dan tinggi. Tabel 34 adalah hasil analisis deskriptif
gabungan angket keaktifan belajar siswa.
Tabel 34
Hasil Analisis Deskriptif Gabungan Angket Keaktifan Belajar Siswa
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Angketakhir_gabungan 65 144 204 171.42 12.989
Valid N (listwise) 65

Berdasarkan Tabel 34 di atas dapat disimpulkan bahwa nilai


minimum sebesar 144, nilai maksimum sebesar 204, rata-rata (mean)
53

sebesar 171,42 dan standar deviasi (std. deviation) yaitu sebesar 12,989
sehingga dapat ditentukan interval angket keaktifan belajar siswa
sebagai berikut:
Batas 1 = mean +¿ (0,5 ×standar deviasi)
= 171,42 +¿ (0,5 × 12,989)
= 171,42 +¿ 6.49
= 177, 91
= dibulatkan menjadi 178
Batas 2 = mean −¿ (0,5 ×standar deviasi)
= 171,42 −¿ (0,5 × 12,989)
= 171,42 – 6,49
= 164,93
= dibulatkan menjadi 165
Tabel 35
Kategori Angket Keaktifan Belajar Siswa
No Kategori Batas Bawah Batas Atas Interval
1 Tinggi 178 204 178 ≤ x ≤ 204
2 Sedang 165 178 165 ≤ x < 178
3 Rendah 144 165 144 ≤ x < 165

Berdasarkan Tabel 35 dapat dilihat bahwa batas kategori


keaktifan belajar siswa untuk kategori rendah yaitu antara 144 sampai
dengan 165, kategori sedang antara 165 sampai dengan 178 dan
kategori tinggi antara 178 sampai dengan 204. Frekuensi dan
persentase hasil tes berdasarkan kategori menurut Sudijono (2009)
terlihat pada Tabel 36.
Tabel 36
Kategori Angket Keaktifan Belajar Siswa
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Interval Kategori
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
178 ≤ x ≤ 204 Tinggi 11 32,35% 8 25,81%
165 ≤ x < 178 Sedang 17 50,00% 6 19,35%
144 ≤ x < 165 Rendah 6 17,65% 17 54,84%

Berdasarkan Tabel 36 di atas dapat dilihat bahwa pada kelas


eksperimen terdapat 11 siswa memperoleh kategori keaktifan belajar
siswa yang tinggi, 17 siswa memperoleh kategori keaktifan belajar
siswa sedang dan 6 siswa memperoleh kategori keaktifan belajar siswa
rendah, sedangkan pada kelas kontrol terdapat 8 siswa memperoleh
54

kategori keaktifan belajar siswa yang tinggi, 6 siswa memperoleh


kategori keaktifan belajar siswa sedang dan 17 siswa memperoleh
kategori keaktifan belajar siswa rendah.
Rata-rata siswa kelas eksperimen yang mempunyai keaktifan
belajar dalam kategori sedang dan rendah mencapai persentase
sebesar 67,65% dan pada kelas kontrol siswa yang mempunyai
keaktifan belajar dalam kategori sedang dan rendah persentasenya
mencapai 74,19%. Hal tersebut menunjukkan bahwa keaktifan belajar
siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol terlihat
ada selisih sebesar 6,54 antara rata-rata siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol yang mempunyai kategori keaktifan belajar sedang dan
rendah.

b. Uji Normalitas Angket Keaktifan Belajar Siswa


Pengujian normalitas angket keaktifan belajar siswa dilakukan
untuk mengetahui kenormalan keaktifan belajar setiap kelas, baik
untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Uji normalitas dilakukan
dengan program spss 16.00 for windows menggunakan Shapiro-Wilk.
Aturan yang digunakan dalam uji normalitas ini adalah jika signifikan >
0,05 maka sebaran data tersebut berdistribusi normal, sedangkan
signifikan < 0,05 maka sebaran data tidak berdistribusi normal. Hasil uji
normalitas angket keaktifan belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 37.
Tabel 37
Hasil Uji Normalitas Angket Keaktifan Belajar Siswa
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Eksperimen 0.934 31 0.055
Kontrol 0.945 31 0.110

Berdasarkan Tabel 37 diperoleh bahwa nilai signifikan kelas


eksperimen adalah 0,055 > 0,05 dan untuk kelas kontrol adalah 0,110 >
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal
karena lebih besar dari nilai signifikan. Grafik distribusi normal nilai
pretest hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat
dilihat pada Gambar 7 dan Gambar 8.
55

Gambar 7.
Grafik Distribusi Normal Angket Keaktifan Belajar Siswa
Kelas Eksperimen

Gambar 8.
Grafik Distribusi Normal Angket Keaktifan Belajar Siswa
Kelas Kontrol

c. Uji Homogenitas Angket Keaktifan Belajar Siswa


Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui kelas yang
digunakan dalam penelitian mempunyai keaktifan belajar yang sama
atau tidak. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan program
SPSS 16.00 for windows dengan uji Anova test of homogeneity of
variances. Hasil uji homogenitas angket keaktifan belajar siswa dapat
dilihat pada Tabel 38.
Tabel 38
56

Hasil Uji Homogenitas Angket Keaktifan Belajar Siswa


Levene Statistic df1 df2 Sig.
0.434 1 63 0.512

Berdasarkan Tabel 38 didapatkan nilai signifikan 0,512 lebih


dari 0,05 yang berarti bahwa keaktifan belajar siswa kelas eksperimen
dan kelas kontrol mempunyai varian sama atau homogen.

d. Uji Beda Rata-rata Angket Keaktifan Belajar Siswa


Uji beda rata-rata angket keaktifan belajar siswa digunakan
dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan keaktifan
belajar siswa pada kedua kelas. Perhitungan ini dilakukan dengan
bantuan program SPSS 16.00 for windows menggunakan uji
independent sample t-test. Hasil dari perhitungan akan menunjukkan
nilai signifikan untuk homogenitas yang kemudian akan digunakan
dalam menentukan nilai t menggunakan equal variances assumed atau
equal variances not assumed. Homogenitas data akan dilihat dari nilai
signifikan pada kolom levene's test for equality of variances. Hasil uji
homogenitas dikatakan homogen jika nilai sig > 0,05. Jika data maka
diambil nilai sig pada equal variances assumed dan untuk data yang
tidak homogen maka dilihat nilai signifikannya pada equal variances
not assumed. Hasil uji beda rata-rata angket keaktifan belajar siswa
dapat dilihat pada Tabel 39.
Tabel 39
Hasil Uji Beda Rata-rata Angket Keaktifan Belajar Siswa
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Std.
Mean Error
Sig. (2- Differe Differe
F Sig. t df tailed) nce nce
Nilai_ Equal
angket variances 0.434 .512 -2.181 63 .033 -6.838 3.135
akhir assumed
Equal
variances -2.176 61.724 .033 -6.838 3.142
not assumed
57

Berdasarkan Tabel 39 diperoleh nilai signifikan pada kolom


levene's test for equality of variances sebesar 0,512 dimana 0,512 >
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas
kontrol mempunyai varian sama atau homogen. Pada kolom t-test for
equality of means yang digunakan adalah equal variances assumed
karena telah diketahui data di atas homogen. Uji independent sample t-
test dilihat dari equal variances assumed diperoleh nilai signifikan
sebesar 0,033 dimana 0,033 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan keaktifan belajar siswa, sehingga pendekatan Brain Based
Learning berpengaruh terhadap keaktifan belajar matematika materi
bangun ruang sisi datar siswa kelas VIIIE SMP Negeri 3 Suruh.

2. Deskripsi Nilai Posttest Hasil Belajar


a. Analisis Deskriptif Nilai Posttest Hasil Belajar
Analisis deskriptif nilai posttest hasil belajar digunakan untuk
menggambarkan nilai siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah
mendapatkan perlakuan dengan pendekatan Brain Based Learning.
Tabel 40 adalah hasil analisis deskriptif nilai posttest hasil belajar yang
diperoleh dengan menggunakan program spss 16.00 for windows.
Tabel 40
Hasil Analisis Deskriptif Nilai Posttest Hasil Belajar
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Eksperimen 34 51 100 84.62 13.830
Kontrol 31 46 100 77.42 13.735
Valid N (listwise) 31

Berdasarkan Tabel 40 dapat disimpulkan bahwa kelas


eksperimen mempunyai nilai minimum 51 nilai maksimum 100 nilai
rata-rata (mean) 84,62 dan standar deviasi (std. deviation) 13,830,
sedangkan kelas kontrol mempunyai nilai minimum 46 nilai maksimum
100 nilai rata-rata (mean) 77,42 dan standar deviasi (std. deviation)
13,735. Rata-rata kelas kontrol dan kelas eksperimen mempunyai
selisih yaitu sebesar 7,2.
Penggambaran distribusi nilai posttest hasil belajar matematika
siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen diklasifikasikan berdasarkan
perolehan posttest hasil belajar matematika siswa. Sebelum
menampilkan nilai posttest hasil belajar matematika siswa dalam
58

bentuk interval harus menentukan interval yang akan digunakan.


Interval dalam distribusi nilai posttest hasil belajar matematika siswa
kelas kontrol dan kelas eksperimen menggunakan rumus interval
menurut Sudijono (2009), sebagai berikut:
Batas 1 = mean +¿ (0,5 ×standar deviasi) = Batas atas
Batas 2 = mean −¿ (0,5 ×standar deviasi) = Batas bawah
Setelah menentukan batas atas dan batas bawah maka
didapatkan tiga kelas interval yang dikategorikan menjadi tiga ketegori
yaitu rendah, cukup, dan tinggi. Tabel 41 adalah hasil analisis deskriptif
gabungan nilai posttest hasil belajar matematika siswa.
Tabel 41
Hasil Analisis Deskriptif Gabungan Nilai Posttest Hasil Belajar
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Posttest_gabungan 65 46 100 81.18 14.148
Valid N (listwise) 65

Berdasarkan Tabel 41 dapat disimpulkan bahwa nilai minimum


sebesar 46, nilai maksimum sebesar 100, rata-rata (mean) sebesar
81,18 dan standar deviasi (std. deviation) yaitu sebesar 14,148 sehingga
dapat ditentukan interval nilai posttest hasil belajar matematika siswa
sebagai berikut:
Batas 1 = mean +¿ (0,5 ×standar deviasi)
= 81,18 +¿ (0,5 × 14,148)
= 81,18 +¿ 7,07
= 88,25
= dibulatkan menjadi 88
Batas 2 = mean −¿ (0,5 ×standar deviasi)
= 81,18 −¿ (0,5 × 14,148)
= 81,18 −¿ 7,07
= 74,11
= dibulatkan menjadi 74
Tabel 42
Kategori Nilai Posttest Hasil Belajar
No Kategori Batas Bawah Batas Atas Interval
1 Tinggi 88 100 88 ≤ x ≤ 100
2 Sedang 74 88 74 ≤ x < 88
3 Rendah 46 74 46 ≤ x <74
59

Berdasarkan Tabel 42 dapat dilihat bahwa batas kategori nilai


posttest hasil belajar matematika untuk kategori rendah yaitu antara 46
sampai dengan 74, kategori sedang antara 74 sampai dengan 88 dan
kategori tinggi antara 88 sampai dengan 100. Frekuensi dan persentase
hasil tes berdasarkan kategori menurut Sudijono (2009) terlihat pada
Tabel 43.
Tabel 43
Kategori Nilai Posttest Hasil Belajar
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Interval Kategori Frekuensi Persentase Frekuens Persentase
i
88 ≤ x ≤ 100 Tinggi 17 50,00% 9 29,03%
74 ≤ x < 88 Sedang 10 29,41% 9 29,03%
46 ≤ x <74 Rendah 7 20,59% 13 41,94%

Berdasarkan Tabel 43 dapat dilihat bahwa pada kelas


eksperimen terdapat 17 siswa memperoleh kategori hasil belajar yang
tinggi, 10 siswa memperoleh kategori hasil belajar sedang dan 7 siswa
memperoleh kategori hasil belajar rendah, sedangkan pada kelas
kontrol terdapat 13 siswa memperoleh kategori hasil belajar yang
tinggi, 9 siswa memperoleh kategori hasil belajar sedang dan 9 siswa
memperoleh kategori hasil belajar rendah.
Rata-rata siswa kelas eksperimen yang mempunyai nilai
posttest dalam kategori sedang dan rendah mencapai persentase
sebesar 50,00% dan pada kelas kontrol siswa yang mempunyai nilai
posttest dalam kategori sedang dan rendah persentasenya mencapai
70,97%. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai posttest hasil belajar
siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.

b. Uji Normalitas Nilai Posttest Hasil Belajar


Pengujian normalitas nilai posttest dilakukan untuk mengetahui
kenormalan nilai setiap kelas, baik untuk kelas eksperimen maupun
kelas kontrol. Uji normalitas dilakukan dengan program spss 16.00 for
windows menggunakan Shapiro-Wilk. Aturan yang digunakan dalam uji
normalitas ini adalah jika signifikan > 0,05 maka sebaran data tersebut
berdistribusi normal, sedangkan signifikan < 0,05 maka sebaran data
tidak berdistribusi normal. Hasil uji normalitas nilai posttest dapat
dilihat pada Tabel 44.
60

Tabel 44
Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest Hasil Belajar
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Eksperimen 0.860 31 0.001
Kontrol 0.959 31 0.266

Berdasarkan Tabel 44 diperoleh bahwa nilai signifikan kelas


eksperimen adalah 0,001 < 0,05 dan untuk kelas kontrol adalah 0,266 >
0,5. Nilai signifikan dari kelas eksperimen kurang dari 0,05 maka data
tidak berdistribusi normal. Uji beda rata-rata yang dilakukan adalah
dengan uji nonparametric karena data tidak berdistribusi normal.

c. Uji Homogenitas Nilai Posttest Hasil Belajar


Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui kelas yang
digunakan dalam penelitian mempunyai kemampuan yang sama atau
tidak. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan program
SPSS 16.00 for windows dengan uji Anova test of homogeneity of
variances. Hasil uji homogenitas nilai posttest hasil belajar dapat dilihat
pada Tabel 45.
Tabel 45
Hasil Uji Homogenitas Nilai Posttest Hasil Belajar
Levene Statistic df1 df2 Sig.

0.027 1 63 0.871

Berdasarkan Tabel 45 didapatkan nilai signifikan 0,871 lebih


dari 0,05 yang berarti bahwa nilai posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol mempunyai varian sama atau homogen.

d. Uji Mann Whitney U Nilai Posttest Hasil Belajar


Uji beda rata-rata nilai posttest dilakukan dengan analisis uji
nonparametric karena data tidak berdistribusi normal. Perhitungan ini
dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.00 for windows. Tabel 46
adalah hasil uji Mann Whitney U nilai posttest hasil belajar.
61

Tabel 46
Hasil Uji Mann Whitney U Nilai Posttest Hasil Belajar
Nilai_posttest
Mann-Whitney U 367.000
Wilcoxon W 863.000
Z -2.108
Asymp. Sig. (2-tailed) .035

Berdasarkan Tabel 46 diperoleh nilai signifikan 0,035 < 0,05


artinya jika nilai signifikan < 0,05 maka H 0 ditolak dan terima H1. Hal
tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa,
sehingga pendekatan Brain Based Learning berpengaruh terhadap hasil
belajar matematika materi bangun ruang sisi datar siswa kelas VIIIE
SMP Negeri 3 Suruh.

D. Pembahasan Hasil Penelitian


Tujuan dari penelitian eksperimen ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pendekatan Brain Based Learning terhadap keaktifan dan hasil
belajar matematika siswa kelas VIII E SMP Negeri 3 Suruh. Penelitian ini
menggunakan kelas VIII E sebagai kelas yang diberikan perlakuan dengan
pendekatan Brain Based Learning dan kelas VIII D sebagai kelas yang
diajar menggunakan ceramah. Pertama yang dilakukan dalam penelitian
ini yaitu dengan memberi angket keaktifan belajar siswa awal terlebih
dahulu sebelum diberi perlakuan, kemudian setelah itu diberi perlakuan,
diberi posttest dan angket keaktifan belajar siswa akhir untuk melihat
perbedaan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah statistika deskriptif untuk melihat
rata-rata setiap kelas, uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas, kemudian uji beda rata-rata untuk melihat perbedaan
kondisi akhir kelas VIII D dan kelas VIII E.
1. Hipotesis 1
Keaktifan belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan
dengan keaktifan belajar kelas kontrol. Hal ini terlihat pada uji beda rata-
rata yaitu uji t dimana pada nilai signifikan diperoleh 0,033 dimana 0,033
kurang dari 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan
keaktifan belajar siswa, sehingga pendekatan Brain Based Learning
62

berpengaruh terhadap keaktifan belajar matematika materi bangun ruang


sisi datar siswa kelas VIIIE SMP Negeri 3 Suruh. Hal itu berdasarkan nilai
rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol dapat dilihat
pada Tabel 36 bahwa kelas eksperimen mempunyai nilai rata-rata (mean)
174,68, sedangkan kelas kontrol mempunyai nilai rata-rata (mean) 167,84.
Rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol yaitu dengan
selisih yang signifikan sebesar 6,84. Hal tersebut menunjukkan bahwa
adanya perbedaan keaktifan belajar siswa kelas ekperimen dan kelas
kontrol.
Berdasarkan Tabel 36 dapat dilihat bahwa pada kelas eksperimen
terdapat 11 siswa memperoleh kategori keaktifan belajar siswa yang tinggi,
17 siswa memperoleh kategori keaktifan belajar siswa sedang dan 6 siswa
memperoleh kategori keaktifan belajar siswa rendah, sedangkan pada kelas
kontrol terdapat 8 siswa memperoleh kategori keaktifan belajar siswa yang
tinggi, 6 siswa memperoleh kategori keaktifan belajar siswa sedang dan 17
siswa memperoleh kategori keaktifan belajar siswa rendah. Rata-rata siswa
kelas eksperimen yang mempunyai keaktifan belajar dalam kategori sedang
dan rendah mencapai persentase sebesar 67,65% dan pada kelas kontrol
siswa yang mempunyai keaktifan belajar dalam kategori sedang dan rendah
persentasenya mencapai 74,19%. Hal tersebut menunjukkan bahwa
keaktifan belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas
kontrol terlihat ada selisih sebesar 6,54 antara rata-rata siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol yang mempunyai kategori keaktifan belajar
sedang dan rendah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan keaktifan belajar siswa, sehingga pendekatan Brain Based
Learning berpengaruh terhadap keaktifan belajar matematika materi
bangun ruang sisi datar siswa kelas VIIIE SMP Negeri 3 Suruh. Hal ini
menyebabkan bahwa hipotesis “ada perbedaan keaktifan belajar siswa,
sehingga pendekatan Brain Based Learning berpengaruh terhadap
keaktifan belajar matematika materi bangun ruang sisi datar siswa kelas
VIIIE SMP Negeri 3 Suruh” diterima.

2. Hipotesis 2
Hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen lebih baik
dibandingkan dengan keaktifan belajar kelas kontrol. Hal ini terlihat pada
uji beda rata-rata yaitu dengan uji nonparametric karena data tidak
63

berdistribusi normal dimana pada nilai signifikan diperoleh 0,035 dimana


0,035 kurang dari 0,05. Hal ini menunjukkan ada perbedaan hasil belajar
siswa, sehingga pendekatan Brain Based Learning berpengaruh terhadap
hasil belajar matematika materi bangun ruang sisi datar siswa kelas VIIIE
SMP Negeri 3 Suruh. Rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi disbanding
kelas kontrol. Berdasarkan Tabel 43 dapat disimpulkan bahwa kelas
eksperimen mempunyai nilai rata-rata (mean) 84,62, sedangkan kelas
kontrol mempunyai nilai rata-rata (mean) 77,42. Rata-rata kelas kontrol
dan kelas eksperimen mempunyai selisih yaitu sebesar 7,2.
Berdasarkan Tabel 43 dapat dilihat bahwa pada kelas eksperimen
terdapat 17 siswa memperoleh kategori hasil belajar yang tinggi, 10 siswa
memperoleh kategori hasil belajar sedang dan 7 siswa memperoleh
kategori hasil belajar rendah, sedangkan pada kelas kontrol terdapat 9
siswa memperoleh kategori hasil belajar yang tinggi, 9 siswa memperoleh
kategori hasil belajar sedang dan 13 siswa memperoleh kategori hasil
belajar rendah. Rata-rata siswa kelas eksperimen yang mempunyai nilai
posttest dalam kategori sedang dan rendah mencapai persentase sebesar
50,00% dan pada kelas kontrol siswa yang mempunyai nilai posttest dalam
kategori sedang dan rendah persentasenya mencapai 70,97%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa nilai posttest hasil belajar siswa kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan hasil belajar siswa, sehingga pendekatan Brain Based Learning
berpengaruh terhadap hasil belajar matematika materi bangun ruang sisi
datar siswa kelas VIIIE SMP Negeri 3 Suruh. Hal ini menyebabkan bahwa
hipotesis “ada perbedaan hasil belajar siswa, sehingga pendekatan Brain
Based Learning berpengaruh terhadap hasil belajar matematika materi
bangun ruang sisi datar siswa kelas VIIIE SMP Negeri 3 Suruh” diterima.

E. Hasil Temuan
Berdasarkan hasil temuan yang dirasakan peneliti yaitu siswa yang
diajar dengan pendekatan Brain Based Learning terlihat lebih aktif dan antusias
mengikuti pelajaran, siswa mau menjawab ketika guru bertanya, dalam diskusi
kelompok terlihat siswa aktif dengan teman kelompoknya untuk membahas
lembar diskusi yang diberikan oleh guru dibanding dengan kelas yang diajar
dengan ceramah. Tetapi selama proses pembelajaran berlangsung tidak ada
siswa yang bertanya, siswa malu bertanya ketika guru melontarkan ada yang
mau bertanya. Proses pembelajaran kurang optimal karena mengejar materi.
64

Siswa yang diajar dengan pendekatan Brain Based Learning dan kelas
ceramah terlihat antusias mengikuti pelajaran, karena guru memberikan materi
yang menarik, jadi siswa tertarik untuk belajar. Materi mudah dipahami.
Selama proses pembelajaran dengan pendekatan Brain Based Learning siswa
dilatih untuk mengerjakan soal kelompok. Kemudian setelah itu siswa diberikan
soal yang setingkat lebih rumit untuk dikerjakan individu. Berdasar hal tersebut
siswa terlatih kemampuannya dan menjadikan hasil belajar mereka meningkat.

Anda mungkin juga menyukai