A. Masalah Utama
Harga Diri Rendah
4. Faktor Predisposisi
Terjadinya harga diri rendah kronis adalah penolakan orang tua yang tidak realitis,
kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan
pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
5. Faktor Presipitasi
Terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya sebagian anggota tubuh,
berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya
produktivitas. Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis ini dapat terjadi secara
situasional maupun kronik.
6. Pohon Masalah
Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan
Isolasi Sosial
8. Diagnosis Keperawatan
Harga diri rendah kronis
Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum Ibu, selamat pagi. Perkenalkan nama Suster …, Saya senangnya
dipanggil Suster … saya adalah mahasiswi Universitas Muhammadiyah Jakarta yang sedang
praktek disini. Oya, nama Ibu siapa? Dan senangnya di panggil apa? Baiklah Ibu, di sini
saya akan menemani Ibu, saya akan duduk di samping Ibu, jika Ibu akan mengatakan
sesuatu saya siap mendengarkan."
2. Evaluasi/validasi
"Bagaimana perasaan Ibu hari ini, saya ingin sekali membantu menyelesaikan masalah Ibu
dan saya harap Ibu mau bekerja sama dengan saya, kalau boleh saya tahu apa yang terjadi di
rumah sehingga Ibu sampai dibawa kemari?"
3. Kontrak
"Ibu bagaimana kalau hari ini kita bincang-bincang tentang kemampuan yang Ibu miliki, di
mana kita ngobrol bu? Berapa lama? Baiklah bagaimana kalau kta nanti ngobrol di taman
selama 20 menit.”
Fase Kerja
“Ibu, apa saja kemampuan yang Ibu miliki? Bagus, apalagi? Saya buat daftarnya ya! Apa pula
kegiatan rumah tangga yang biasa Ibu lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar?
Menyapu? Mencuci piring?”
“Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang Ibu miliki.”
“Ibu dari ke lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di rumah
sakit? Coba kita lihat, yang pertama bisakah? yang kedua… Bagus sekali Ibu masih bisa
mengerjakan 3 kegiatan di rumah sakit ini.
“Sekarang coba Ibu pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”.
“O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita
latihan merapihkan tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya.
Bagus! Sekarang kita angkat spreinya dan kasurnya kita balik.”
“Nah, kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus! Sekarang sebelah kaki, tarik
dan masukan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di
sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus!”
“Coba Ibu lakukan dan jangan lupa member tanda M (mandiri), kalau ibu lakukan tanpa disuruh,
tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak) melakukan.
Fase Terminasi
a. Evaluasi
"Apa yang Ibu rasakan setelah kita bincang-bincang dan latihan merapihkan tempat tidur?
Ibu ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah
satunya merapihkan tempat tidur, yang sudah Ibu praktekan dengan baik sekali. Nah
kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.”
"Sekarang mari kita masukan pada jadwal harian. Ibu mau berapa kali sehari merapihkan
tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa? lalu sehabis istirahat, jam 16.00.”
b. Rencana tindak lanjut
"Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ibu masih ingat kegiatan apa lagi
yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci
piring. Kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini
sehabis makan pagi. Sampai jumpa ya.”
c. Kontrak
"Baiklah Ibu, waktu kita sudah habis bagaimana kalau kita cukupkan sampai di sini, kira-
kira jam berapa kita bertemu lagi? Tempatnya dimana?"
"Baiklah bu bagaimana kalau kita bertemu lagi jam 11 selama 20 menit lagi."
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika