PENDAHULUAN
Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar
kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca
dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran
membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai suatu yang
menyenangkan. Suasana belajar harus dapat diciptakan melalui kegiatan permainan bahasa
dalam pembelajaran membaca. Hal itu sesuai dengan karakteristik anak yang masih senang
bermain. Permainan memiliki peran penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak.
Tujuan membaca permulaan di kelas I adalah agar “Siswa dapat membaca kata-kata dan
kalimat sederhana dengan lancar dan tepat. Kelancaran dan ketepatan anak membaca pada tahap
belajar membaca permulaan dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas guru yang mengajar di
kelas I. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam meningkatkan
ketrampilan membaca siswa. Peranan strategis tersebut menyangkut peran guru sebagai
fasilitator, motivator, sumber belajar, dan organisator dalam proses pembelajaran. guru yang
berkompetensi tinggi akan sanggup menyelenggarakan tugas untuk mencerdaskan bangsa,
mengembangkan pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan membentuk ilmuwan dan tenaga ahli.
Sedangkan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung atau tanpa tatap muka.Dengan orang lain, Menulis
merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, seorang penulis
harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata.
Keterampilan menulis tidak akan dimiliki seseorang secara otomatis, melainkan harus
melalui latihan dan praktik secara terus-menerus. Dengan menulis secara terus-menerus dan
latihan yang sungguh-sungguh, keterampilan tersebut dapat dimiliki oleh siapa saja.
Keterampilan itu juga bukanlah suatu keterampilan yang sederhana, melainkan menuntut
1
sejumlah kemampuan. Betapapun sederhananya tulisan yang dibuat, penulis tetap dituntut
memenuhi persyaratan seperti yang dituntut apabila menulis tulisan yang rumit.
Berdasarkan penelitian selama ini alokasi waktu pembelajaran membaca dan menulis di
sekolah-sekolah yang salah satunya di SD, relatif lebih kecil. Hal ini berdampak pada
keterampilan mereka belum maksimal sehingga setelah para siswa menamatkan jenjang sekolah,
dikhawatirkan belum mampu menggunakan keterampilan berbahasa secara baik dan benar. Oleh
karenanya, kami akan membahas lebih lanjut tentang proses membaca dan menulis permulaan
pada anak SD dikelas rendah.
B. Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud metode?
2. Apa saja Jenis metode pada membaca permulaan?
3. Apa kelebihan dan kelemahan metode membaca dan menulis permulaan?
4. Bagaimana cara mengajarkan metode membaca dan menulis permulaan pada peserta
didik?
C. Tujuan Penuliasan
1. Untuk mengetahui metode
2. Untuk mengetahui jenis-jenis metode membaca dan menulis permulaan
3. Mengetahui kelebihan dan kelemahan dari metode membaca dan menulis permulaan
4. Untuk mengetahui cara mengajarkan metode membaca dan menulis permulaan pada
peserta didik oleh guru
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Metode Eja
Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai pengajarannya
dengan memperkenalkan huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan
dilafalkan murid sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh A a, B b, C c, D d, E e,
F f dan seterusnya, di lafalkan sebagai a, be, ce, de, e, ef dan seterusnya.
Kegiatan ini diikuti dengan latihan menulis lambang tulisan, seperti a, b, c, d dan seterusnya
atau dengan huruf rangkai a, b, c, d dan seterusnya. Setelah melalui tahap ini, pada murid
diajarkan untuk berkenalan dengan suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang
sudah dikenalnya.
Misalnya :
b, a → ba (dibaca be, a → ba) d, u→ du (dibaca de, u → du) ba-du dilafalkan badu
b, u, k, u menjadi b, u → bu (dibaca be, u →bu) k, u → ku (dibaca ka, u → ku)
3
Proses ini sama dengan menulis permulaan, setelah murid-murid dapat menulis huruf-
huruf lepas, kemudian dilanjutkan dengan belajar menulis rangkai huruf berupa suku kata.
Sebagai contoh, ambilah kata “badu” tadi.
Selanjutnya, murid diminta menulis seperti ini : ba – du → badu.
Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat sederhana. Contoh-
contoh perangkaian huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata dan kata menjadi kalimat
diupayakan mengikuti prinsip pendekatan spiral, pendekatan komunikatif dan pendekatan
pengalaman berbahasa. Artinya, pemilihan bahan ajar untuk pembelajaran MMP hendaknya
dimulai dari hal-hal yang konkret menuju hal-hal yang abstrak, dari hal-hal yang mudah, akrab,
familiar dengan kehidupan murid menuju hal-hal yang sulit dan mungkin merupakan sesuatu
yang baru bagi murid.
a. Siswa diharuskan untuk mengetahui setiap lambang huruf jadi siswa lebih cepat dan hafal
fonem.
b. Siswa langsung mengetahui bunyi dari setiap bentuk huruf.
1) Siswa mengalami kesulitan apabila menghadapi huruf yang baru karena terbiasa
menghafal.
2) Siswa mengalami kesulitan dalam membunyikan diftong dan fonem–fonem rangkap,
seperti ng, ny, kh, au, oi, dan sebagainya, karena kedua bunyi itu tidak terdapat dalam
abjad.
3) Metode ini bertentangan dengan metode inkuiri yang justru sangat ditekankan dalam
pembelajaran.
4
bentuk grafem kedua bunyi bahasa ini dilambangkan sama yakni huruf /e/. Bunyi ini diletakkan
di depan atau dibelakangnya. Dalam tata bahasa tradisional huruf konsonan disebut huruf mati.
Misalnya huruf konsonan /b/ diucapkan /eb/ atau /be/, /ed/ atau /de/, /es/, /ek/, dll. Karena proses
pengejaan ini metode bunyi disebut juga metode eja.
Dalam metode bunyi pembelajaran membaca berfokus pada fonik atau suara untuk
menerjemahkan simbol tertulis menjadi suara. Berdasarkan pendekatan bunyi ini, guru
menggunakan metode suara atau metode bunyi, yaitu siswa mengucapkan huruf sesuai dengan
bunyinya, misalnya huruf “b” tidak dilafal “be”, tetapi “beh”, “t” tidak dilafal “te”, tetapi “teh".
Kemudian bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia digabungkan, misalnya k-a (keh dan a) sama
dengan ka;k-i (keh dan i) sama dengan ki. Pendekatan fonik menekankan pembelajaran
membaca berfokus pada fonik atau suara untuk menerjemahkan simbol tertulis menjadi suara.
Pembelajaran membaca pada tahap awal harus melibatkan materi yang sederhana. Setelah
mereka mempelajari aturan yangmenghubungkan fonem terucap dengan huruf alfabet yang
mewakilinya, barulah anak diberi materi bacaan yang kompleks, seperti buku dan puisi.
(Phajane, 2014).
Proses pembelajaran membaca permulaan pada sistem pelafalan abjad atau huruf dengan metode
bunyi adalah:
b dilafalkan /eb/
d dilaflakan /ed/ : dilafalkan dengan e pepet seperti pengucapan pada kata; benar, keras, pedas,
lemah dan sebagainya.
c dilafalkan /ec/
g dilafalkan /eg/
p dilafalkan /ep/ dan sebagainya.
Contoh:
na dibaca en,a
5
ni dibaca en,i
Dari penjelasan metode di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran membaca menulis
permulaan melalui metode bunyi adalah bagian dari metode eja. Prinsip dasar dan proses
pembelajaran tidak jauh berbeda dengan metode eja/abjad di atas. Demikian juga dengan
kelemahan-kelemahannya, perbedaannya terletak hanya pada cara atau sistem pembacaan atau
pelafalan abjad.
6
cu – ci ka – ki (dan seterusnya)
Proses perangkaian suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat sedehana, kemudian
ditindak lanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian bebtuk- bentuk tersebut menjadi
satuan bahasa terkecil dibawahnya, yakni dari kalimat kedalam kata dan kata ke dalam suku kata.
Proses pembelajaran MMP yang melibatkan kegiatan merangkai dan mengupas, kemudian
dilahirkan istilah lain untuk metode ini yakni Metode Rangkai Kupas. Jika kita simpulkan,
langkah-langkah pembelajaram MMP dengan metode suku adalah :
a) Tahap pertama, pengenalan suku-suku kata,
b) Tahap kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata
c) Tahap ketiga, perangkaian kata menjadi kalimat sederhana
d) Tahap keempat, pengintegrasian kegiatan perangkaian dan pengupasan (kalimat → kata-
kata → suku-suku kata)
Metode suku kata atau silaba, saat ini nampaknya sedang popular dalam pembelajaran baca
tulis Al-Quran. Dalam pembelajaran Al-Quran, metode ini dikenal dengan istilah “Metode Iqro”.
Proses pembelajaran MMP seperti yang digambarkan pada langkah-langkah di atas dapat pula
dimodivikasi dengan mengubah objek pengenalan awalnya. Sebagai contoh, proses pembelajaran
MMP diawali dengan pengenalan suku kata dan huruf. Artinya kata dimaksud diuraikan
(dikupas) menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-huruf. Selanjutnya, dilakukan proses
perangkaian huruf menjadi suku kata dan suku kata menjadi kata. Dengan kata lain, hasil
pengupasan dikembangkan lagi kebentuk asalnya sebagai kata lembaga (kata semula). Proses
pembelajaran MMP dengan metode ini melibatkan serangkaian proses pengupasan dan
perangkaian.
4. Metode lembaga
Pembelajaran membaca permulaan menggunakan metode kata lembaga, yaitu anak langsung
diperkenalkan dengan kata-kata. Berdasarkan metode ini, pembelajaran dimulai dengan
pengenalan beberapa kata yang dikenal oleh siswa. Kata tersebut diuraikan menjadi suku kata ;
suku kata diuraikan menjadi huruf. Setelah siswa mengenal huruf-huruf itu, guru
merangkaikannya kembali menjadi suku kata, dan akhirnya menjadi kata, misalnya : sapi – sa-pi,
sa-pi – s-a-p-i. Kemudian dirangkaikan kembali menjadi kata sapi.
7
Menurut Slamet (2014) metode kata lembaga, kepada siswa disajikan dengan kata-kata :
salah satu diantaranya merupakan kata lembaga, yaitu kata yang sudah dikenal oleh siswa. Kata
tersebut diuraikan menjadi satu suku, suku kata diuraikan menjadi huruf, setelah itu dirangkai
lagi menjadi suku kata, dan suku kata dirangkaikan lagi menjadi kata, misalnya: Baju--b-a-j-u--
ba-ju--baju, dst.
Metode ini didasarkan pada pendekatan kata yaitu cara memulai mengajarkan membaca dan
menulis permulaan dengan menampilkan kata- kata. Pertama dengan mengenalkan kata,
menguraikan menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf, kemudian menggabungkan huruf
menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kemuadianmemvariasikan huruf menjadi suku kata
dan kata lain.
5. Metode Global
Sebagian orang mengistilahkan metode ini sebagai “Metode Kalimat”. Global artinya secara
utuh atau bulat. Dalam metode global yang disajikan pertama kali kepada murid adalah kalimat
seutuhnya. Kalimat tersebut dituliskan di bawah gambar yang sesuai dengan isi kalimatnya.
Gambar itu ditujukan untuk mengingatkan murid kepada kalimat yang ada di bawahnya. Setelah
berkali-kali membaca, murid dapat membaca kalimat-kalimat itu secara global tanpa gambar.
Sebagai contoh, di bawah ini dapat Anda lihat bahan ajar untuk MMP yang menggunakan
metode global.
a) Memperkenalkan gambar dan kalimat
b) Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata menjadi suku kata; suku
c) Kata menjadi huruf-huruf.
ini mama
ini mama
i-ni ma – ma
i-n-i m-a – m-a
6. Metode SAS
Metode SAS merupakan salah satu jenis metode yang bisa digunakan untuk proses
pembelajaran membaca dan menulis permulaan bagi siswa pemula. Pembelajarn MMP dengan
metode ini mengawali pelajarannya dengan menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat
8
utuh. Mula-mula siswa disuguhi sebuah struktur yang memberi makna lengkap, yakni struktur
kalimat.
Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep „‟ kebermaknaan ‟‟ pada diri
siswa. Akan lebih baik jika struktur kalimat yang disajikan sebagai bahan pembelajaran MMP
dengan metode ini adalah struktur kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa si pembelajar
itu sendiri . Dalam metode SAS ini, pembelajaran menulis permulaan diawali dengan cerita yang
disertai sebuah gambar. Metode SAS memulai pengajaran membaca dan menulis permulaan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Guru menampilkan gambar sambil bercerita atau tanya jawab (gambar keluarga).
2) Membaca beberapa gambar (gambar ibu, gambar ayah, gambar doni).
3) Membaca gambar dengan kalimat, (ini doni, ini ibu doni, ini bapak doni).
4) Membaca tanpa bantuan gambar, misalnya: ini doni ini ibu doni ini bapak doni
5) Menganalisis sebuah kalimat menjadi kata, suku kata dan huruf serta mesintesiskan kembali
menjadi kalimat, misalnya:
ini mama
ini mama
i-ni ma – ma
i-n-i m-a – m-a
ini mama
ini mama
Berkaitan dengan pendekatan struktural, Slamet (2014) mengatakan pendekatan
struktural yakni pendekatan yang berasumsi bahasa seperangkat kaidah. Oleh karena itu,
pembelajaran bahasa perlu menitik beratkan struktur bahasa. Dalam hal ini pola kalimat, kata,
dan suku kata menjadi sangat penting.
Kemudian, melalui proses analitik, anak-anak diajak untuk mengenal konsep kata. Kalimat
utuh dijadikan tonggak dasar untuk pembelajaran membaca permulaan ini diuraikan ke dalam
satuan-satuan bahasa yang lebih kecil yang disebut kata. Proses penganalisisan atau penguaraian
ini terus berlanjut hingga sampai pada wujud satuan bahasa terkecil yang tidak bisa diuraikan
9
lagi, yakni huruf-huruf. Dengan demikian, proses penguraian/penganalisisan dalam pembelajaran
MMP dengan metode SAS, meliputi:
Metode SAS ini bersumber dari ilmu jiwa Gestalt, suatu aliran dalam ilmu jiwa totalitas yang
timbul sebagai reaksi atas ilmu jiwa unsuri. Psikologi Gesalt menganggap segala penginderaan
dan kesadaran sebagai suatu keseluruhan. Artinya, keseluruhan lebih tinggi nilainya dari pada
jumlah bagian masing-masing. Jadi, pengamatan pertama atau penglihatan orang-orang atas
sesuatu bersifat menyeluruh atau global.
Prinsip-prisip yang terkandung dalam metode SAS pada hakekatnya sesuai dengan
prinsip cara berpikir manusia. Berpikir secara analisis-analisis dapat memberikan arah pada
pemikiran yang tepat sehingga murid dapat mengetahui kedudukan dirinya dalam hubunganya
dengan masyarakat alam sekitarnya.
Beberapa manfaat yang dianggap sebagai kelebihan dari metode ini, diantaranya sebagai
berikut :
1) Metode ini sejalan dengan prinsip linguistik (ilmu bahasa) yang memandang satuan bahasa
terkecil yang bermakna untuk berkomunikasi adalah kalimat. Kalimat dibentuk oleh satuan-
satuan bahasa dibawahnya yakni, kata, suku kata dan akhiran fonem (huruf-huruf).
2) Menyajikan bahan pelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan pengalaman bahasa
siswa yang selaras dengan situasi lingkungannya.
3) Metode ini sesuai dengan prinsip inkuiri. Murid mengenal dan memahami sesuatu
berdasarkan hasil temuannya sendiri. Dengan begini, murid akan merasa lebih percaya diri
atas kemampuannya sendiri, sikap seperti ini akan membantu murid dalam mencapai
keberhasilan belajar.
10
Kelemahan metode SAS
Ada beberapa kelemahan pada metode SAS ini, yaitu:
a. Kurang praktis.
b. Membutuhkan banyak waktu
c. Membutuhkan alat peraga
1. Kalimat adalah unsur bahasa terkecil sehingga pengajaran dengan menggunakan metode
ini harus dimulai dengan menampilkan kalimat secara utuh dan lengkap berupa pola-pola
kalimat dasar;
2. Struktur kalimat yang ditampilkan harus menimbulkan konsep yang jelas dalam
pikiran/pemikiran murid. Hal ini dapat dilakukan dengan menampilkannya secara
berulang-ulang sehingga merangsang murid untuk mengetahui bagian-bagiannya
3. Adakan analisis terhadap struktur tersebut untuk unsur-unsur struktur kalimat yang
ditampilkan
Tujuan metode SAS ini adalah agar anak berusaha menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik. Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep “kebermaknaan” pada diri
anak (Halimah, 2014). Dalam pelaksanaannya, metode ini dibagi dalam dua tahap yakni
menggunakan buku dan tidak menggunakan buku.
Tahap tanpa buku, Membaca tanpa buku diberikan dengan pertimbangan agar siswa yang bar,u
masuk sekolah tidak lansung terbebani, karena itu siswa hanya dilibat dala kegiatan, menyimak
11
cerita guru, tanya jawab dengan guru, memperhatikan gambar yang diberikan , membicarakan
gambar, menemukan tanda kalimat, membaca kalimat, melihat bagian kalimat, menemukan
bagian-bagian kalimat.
a. Merekam Bahasa siswa : Bahasa yang digunakan di dalam percakapan mereka, direkam
untuk digunakan sebagai bahan bacaan mereka. Karena Bahasa yang digunakan sebagai
bahan bacaan adalah Bahasa siswa itu sendiri maka siswa tidak akan mengalami
kesulitan.
b. Menampilkan gambar sambil bercerita : guru memperlihatkan gambar kepada siswa
sambil bercerita. Kalimat yang digunakan guru dalam bercerita itu digunakan sebagai
pola dasar bahan membaca. Kalimat tersebut ditulis guru dipapan tulis sebagai bahan
bacaan.
c. Membaca gambar : guru memperlihatkan gambar sambil mengucapkan kalimat, siswa
melanjutkan membaca gambar dengan bimbingan guru.
d. Membaca gambar dengan kartu kalimat : setelah siswa dapat membaca gambar dengan
lancar, guru menempatkan kartu kalimat dibawah gambar. Untuk mempermudahkan
pelaksanaannya dapat digunakan media berupa papan selip atau papan flannel, kartu
kalimat, kartu kata.
e. Membaca kalimat secara structural (S): setelah siswa mampu membaca tulisan dibawah
gambar, sedikit demi sedikit gambar dikurangi sehingga akhirnya mereka dapat
membaca tanpa dibantu gambar. Seperti kalimat : ini bola, ini bola adi, ini bola tuti dan
seterusnya.
f. Proses analitik (A) : sesudah siswa dapat membaca kalimat, mulailah menganalisis
kalimat itu menjadi kata, kata menjadi suku, suku menjadi huruf.
g. Proses sintetik (S) : setelah siswa mengenal huruf dalam kalimat yang diuraikan, huruf itu
dirangkaikan lagi menjadi suku kata, suku menjadi kata, kata menjadi kalimat.
12
Tahap dengan Buku yaitu, tahapan yang dilalui dengan menggunakan media buku . jhal ini
dapat dilakukan dengan cara:
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Membaca merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat
fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual. Dengan indera visual, pembaca mengenali
dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya. Sedangkan menulis adalah proses
mengungkapkan gagasan, pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan.
Dalam pembelajaran membaca permulaan, ada 6 metode yang dapat dipergunakan , antara
lain (1) metode abjad (2) metode bunyi (3) metode kupas rangkai suku kata (4) metode kata
lembaga (5) metode global dan (6) metode Struktual Analitik Sinteksis (SAS). Sedangkan dalam
pembelajaaran menulis permulaan ada 4 metode yang dapat diterapkan, yaitu (1) metode eja (2)
metode kata lembaga (3) metode global dan (4) metode SAS.
Dari semua metode yang ada, metode yang paling efektif diterapkan untuk proses
pembelajaran membaca dan menulis pada anak SD dikelas rendah adalah metode SAS, yaitu
suatu pendekatan cerita di sertai dengan gambar yang didalamnya terkandung unsur analitik
sintetik. Namun metode SAS ini juga mempunyai beberapa kelemahan, yaitu:
Kurang praktis
B. Saran
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan
mutu proses pembelajaran membaca dan menulis. Dalam proses pembelajaran membaca dan
menulis permulaan dikelas 1 SD hendaknya guru dapat menerapkan metode SAS.
14
DAFTAR RUJUKAN
Halimah, Andi. 2014. Metode Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan di SD/MI. Jurnal
Aladuna, 1 (2), 190-200.
15