Anda di halaman 1dari 34

Diet

Hiperemesis
dan
Preeklamsia

Rany Adelina, S.Gz., MS


Subtopik bahasan

– Indikasi pemberian diet hiperemesis dan preeklamsia


– Syarat dalam penyusunan menu diet hiperemesis dan preeklamsia
– Pemilihan bahan makanan untuk diet hiperemesis dan preeklamsia
– Menyusun menu sesuai standar diet dan standar porsi diet hiperemesis dan
preeklamsia
– Persiapan, pengolahan, dan penyajian menu diet hiperemesis dan preeklamsia
Gangguan kehamilan

– Hiperemesis
– Preeklamsia

(Almatsier, 2006)
Pengertian

– Muntah berlebihan yang membutuhkan perawatan, dehidrasi berat, penurunan


massa otot, ketidakseimbangan elektrolit, ketonuria, dan kehilangan BB lebih dari
5%
– Bayi dari ibu yang mengalami hiperemesis kemungkinan lahir prematur dan berat badan
lahir rendah (Levine MG, Esser D. 1988)
– Terjadi pada 50 – 90 % pada wanita hamil saat trimester awal hingga kehamilan 20
minggu (Clark et al, 2012)
– Keaadan pada awal kehamilan (hingga TM II) yang ditandai dengan rasa mual dan
muntah berlebihan dalam waktu relatif lama.
– Bila tidak diatasi dapat menyebabkan dehidrasi dan penurunan berat badan
(Almatsier, 2006)

Rany Adelina, S.Gz., MS


Penyebab

– Masih belum jelas tetapi melibatkan genetik, kombinasi perubahan level


hormon hCG (human chorionic gonadotropin), esterogen, dan progesteron.
– Kemungkinan dijembatani melalui jalur reflex vestibuloocular*.
(Fejzo et al, 2012)
*Sebuah refleks, di mana aktivasi sistem sensorik yang menyediakan kontribusi yang mengarah
ke rasa keseimbangan dan orientasi spasial untuk tujuan koordinasi gerakan dengan kesimbangan
sehingga menyebabkan gerakan mata.

– Anorexia dan bulimia dihubungkan dengan peningkatan risiko hiperemesis


(Harris, 2010).
The facts

– Vitamin K deficiency has been reported in women who have had hyperemesis
gravidarum (Olausson et al, 2012).
– A placenta that develops into an abnormal mass of cells are more likely to suffer
with hyperemesis gravidarum, as are those with hyperthyroid disorders,
gastrointestinal disorders, preexisting diabetes, or a psychiatric illness (Fejzo et
al, 2012).
– When early pregnancy is characterized by excessive vomiting and weight loss
(often .5% prepregnant weight), fluid and electrolyte imbalances can occur.
Here, “morning sickness” becomes hyperemesis gravidarum (HG), and
prevalence is 0.3% to 3% of pregnancies (Clark et al, 2012).
Ciri khas diet

– Penekanan pemberian makanan sumber karbohidrat kompleks terutama pada


pagi hari
– Hindari makanan yang berlemak dan goreng-gorengan
– Pemberian makan dan minuman sebaiknya berjarak

(Almatsier, 2006)
Tujuan diet

– Mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis


– Secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup

(Almatsier, 2006)
Syarat diet

– Karbohidrat tinggi, 75 – 80 % dari TEE


– Lemak rendah, ≤ 10 % 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑇𝐸𝐸
– Protein sedang, 10 – 15 % dari TEE
– Makanan diberikan dalam bentuk kering, pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan
pasien yaitu 7 – 10 gelas per hari
– Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran cerna, diberikan sering dalam porsi kecil
– Bila makan pagi dan siang sulit diterima, optimalkan makan malam dan selingan malam
– Makanan secara berangsur ditingkatkan dalm porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan gizi pasien

(Almatsier, 2006)
Makanan yang dianjurkan

– Roti panggang, biskuit, krakers


– Buah segar, sari buah
– Minuman botol ringan, sari kacang hijau, sirup, kaldu jernih
– Makanan dingin: es krim

(Almatsier, 2006)
Makanan yang tidak dianjurkan

– Makanan yang merangsang saluran cerna dan berbumbu tajam


– Bahan makanan yang mengandung kopi, alkohol, dan zat tambahan (pengawet,
perasa, penyedap)
– Makanan panas

(Almatsier, 2006)
Treatment

– Motion, loud noises, bright lights, and adverse climate conditions may trigger the nausea (Kaiser
and Campbell, 2014).
– Noise reduction, acupuncture, and hypnosis also can be helpful (Erick, 2014).
– Ginger (1 g/day divided in four doses) reduces the severity of symptoms better than vitamin B6 but
not the number of vomiting episodes (Medscape, 2014).
– However women on anticoagulation therapy, those with duodenal ulcers, or those at risk for intestinal
obstruction should avoid ginger use.
– Other therapies suggested include eating crackers or potato chips, sucking on special lollipops,
drinking red raspberry leaf tea, or wearing elastic or electronic wrist bands.
– Stopping the prenatal vitamins may help, but women should continue the supplemental folic acid if
possible.
– Small, frequent snacks of carbohydrate foods reduce nausea for some, whereas protein foods may
help others.
(Erick, 2014)
Treatment

– Some women do not tolerate odors; some are bothered by hot foods and may
prefer foods that are cold or at least at room temperature.
– Smelling lemons may help block noxious odors.
– Avoiding hunger by eating more frequently often helps, as does separating dry
foods from liquids.
– Avoiding highly spiced foods or bitter foods is helpful for some; for others taste
sensitivity decreases and strong flavors are craved.

(Clark et al, 2012)


Macam diet

– Diet hiperemesis I
– Diet hiperemesis II
– Diet hiperemesis III

(Almatsier, 2006)
Diet hiperemesis I

– Diberikan kepada pasien dengan hiperemesis berat


– Makanan: roti kering, singkong bakar/rebus, buah-buahan
– Cairan tidak diberikan bersama makanan, tetapi 1-2 jam sesudahnya
– Kurang zat gizi, kecuali vit. C
– Diberikan hanya beberapa hari

(Almatsier, 2006)
Diet hiperemesis II

– Diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang


– Secara berangsung diberikan makanan yang tinggi zat gizi, kecuali energi masih
kurang
– Minuman tidak diberikan bersama makanan

(Almatsier, 2006)
Contoh menu DH II

Pagi Siang Malam

Roti panggang Nasi Nasi

Telur rebus Perkedel daging panggang Semur ayam dan tempe

Salad buah Tahu bacem Setup wortel

Setup bayam Pisang

Pepaya Roti selai panggang

Salad buah Teh

biskuit

(Almatsier, 2006)
Diet hiperemesis III

– Diberikan kepada pasien dengan hiperemesis ringan


– Minuman boleh diberikan bersama makanan
– Cukup energi dan semua zat gizi

(Almatsier, 2006)
Contoh menu DH III

Pagi Siang Malam

Roti panggang Nasi Nasi

Telur ceplok Perkedel daging panggang Semur ayam dan tempe

Selada buah Tahu bacem Setup wortel

Susu Setup bayam Pisang

Pepaya Roti selai panggang

Selad buah Teh

Biskuit Agar-agar

Sari kacang hijau (Almatsier, 2006)


Pengertian

– Sindroma yang dimulai pada minggu ke-20 dan gejala seperti hipertensi,
proteinuria, kenaikan berat badan yang cepat karena edema, mudah timbul
kemerah-merahan, mual, muntah, pusing, nyeri lambung, gelisah, dan
kesadaran menurun. (Almatsier, 2006)
– Penambahan BB diusahakan dibawah 3 kg/bulan atau dibawah 1 kg/minggu
The facts

– Preeclampsia involves dysfunction of multiple organ systems (ACOG, 2013e).


– Some women (at least 25%) go on to develop Preeclampsia (ACOG, 2013e).
– Excessive intakes of baking powder can mimic preeclampsia (Young, 2011).
– A diagnosis of GDM is associated with increased risk of gestational hypertension
and of preeclampsia (Monk et al, 2013).
– Some women who develop hypertension during pregnancy develop
preeclampsia (ACOG, 2013e).
The facts (2)

– the result of poor placentation from early pregnancy or small infarcts associated with
preeclampsia or other hypertensive disorders nts (Belkacemi et al, 2010).
– Not all women with inadequate placental perfusion develop preeclampsia (Roberts and Bell,
2013);
– increased risk for preeclampsia is seen if the man has fathered a preeclamptic pregnancy or if
he was born of a preeclamptic pregnancy (Dekker et al, 2011).
– Thyroid dysfunction has been related to obstetric complications such as premature delivery,
gestational hypertension, preeclampsia (De Vivo et al, 2010; Yassa et al, 2010).
– Maternal smoking reduces the risk by 35% (ACOG, 2013e), but if preeclampsia occurs, the
severity increases (Trogstad et al, 2011).
– Those women with superimposed preeclampsia onto chronic hypertension (13% to 40% of
women) have much worse consequences (ACOG, 2013e).
The facts (3)

– Women with preeclampsia that develops near term have double the risk of CVD
later in life; the risk of CVD is nearly 10-fold for those who must be delivered at less
than 34 weeks because of preeclampsia (Roberts and Bell, 2013).
– Women who enter pregnancy with a BMI greater than 30 have a higher risk of
spontaneous abortion (SAB, i.e., miscarriage), intrauterine fetal demise* (IUFD) or
stillbirth, and increased risk of gestational diabetes, hypertension, or preeclampsia
(ACOG, 2013a; Tenenbaum-Gavish and Hod, 2013)
– Obesity, leptin, insulin, and free fatty acids appear to affect various stages of
preeclampsia (ACOG, 2013e).
– Although delivery resolves the preeclampsia for most, a subset of women have a
worsening of preeclampsia after delivery; others may first develop preeclampsia
postpartum (ACOG, 2013e).

*the death of a baby in the uterus during pregnancy


Tujuan diet

– Untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal


– Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal
– Mencegah atau mengurangi retensi garam atau air
– Mencapai keseimbangan nitrogen
– Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal
– Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor risiko lain atau penyulit baru pada
saat kehamilan atau setelah melahirkan

(Almatsier, 2006)
Syarat diet

– Energi dan semua zat gizi cukup, penambahan energi tidak lebih dari 300 kkal
– Garam diberikan rendah
– Protein tinggi (1,5 – 2 g / kg BB)
– Lemak sedang, sebagian merupakan PUFA & MUFA

(Almatsier, 2006)
Syarat diet (2)

– Vitamin cukup
– Vitamin C and E supplements do not prevent occurrence of preeclampsia or adverse
outcomes and may be associated with increased risk of gestational hypertension and LBW
(ACOG, 2013e; Hovdenak and Haram, 2012).
– Mineral cukup terutama kalsium dan kalium
– suplementasi kalsium dapat membantu mengurangi keparahan gejala dari asupan kalsium
dasar seorang ibu yang mengalami intake kurang dari 600 mg / hari (ACOG, 2013e).
– Bentuk makanan disesuaikan kemampuan pasien
– Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan
disesuaikan dengan cairan yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan
pernapasan.

(Almatsier, 2006)
Treatment

– DHA
– DHA must be mobilized from maternal stores or the prenatal diet must include
adequate amounts of preformed DHA. Transfer rates are highly variable and are
lower among women with obesity, preeclampsia, hypertension, and diabetes (type
1, type 2, and GDM) (Lauritzen and Carlson, 2011).
– Vitamin D may be important in regulating gene expression and in promoting
successful implantation (Wu et al, 2012a). It also may have a role in preventing
preeclampsia (Brannon and Picciano, 2011).
– Probiotics
– the lowered risk of preterm birth and preeclampsia (Lindsay et al, 2013).
Treatment (2)

– Magnesium sulfate is sometimes used to treat women with preeclampsia. Find from
good dietary sources.(Hovdenak and Haram, 2012).
– Selenium
– Low selenium status is associated with recurrent miscarriages, preeclampsia
– Zinc: daging merah, seafood, sereal berfortifikasi
– Women with untreated low zinc levels associated with acrodermatitis enteropathica have
increased risk of miscarriage, fetal growth restriction, hypertension, preeclampsia,
preterm delivery, and intrapartum hemorrhage (Kaiser and Campbell, 2014).
– For those women with a history of preeclampsia, weight loss, increased physical
activity, and optimization of blood glucose levels and nutrient intakes
preconceptually are recommended (ACOG, 2013e).
Macam diet

– DP I:
– Untuk Preeklamsia berat
– Bentuk cair kental: susu, teh dan sari buah (tomat, jeruk, alpukat, pepaya)
– Cairan min. 1500 ml sehari per oral, dan kekurangan diberikan secara parenteral
– Kurang energi dan zat gizi
– DP II:
– Untuk preeklamsia sedang
– Bentuk Makanan saring atau lunak
– Diet rendah garam I
– Cukup energi dan zat gizi

(Almatsier, 2006)
Contoh menu DP II

Pagi Siang Malam

nasi tim Nasi tim Nasi tim

Telur ceplok air Daging bumbu tomat Ikan bumbu kuning

Sayur asem Tempe bb kuning Gadon tahu

Susu Pisang Jeruk

Salad buah Jeruk Teh

Yogurt

(Almatsier, 2006)
Macam diet (2)

– DP III:
– Untuk preeklamsia ringan
– Mengandung protein tinggi dan garam rendah
– Bentuk lunak atau biasa
– Cukup semua zat gizi
– Jumlah energi disesuaikan dengan kenaikan BB lebih dari 1 kg tiap bulan

(Almatsier, 2006)
Daftar pustaka

– Almatsier, S. (2006). Penuntun Diet


– Mahan, L. K., & Janice L Raymond. (2017). Krauses’s Food & The Nutrition Care
Process (14th ed.). Canada: Elsevier.
– Clark SM, Costantine MH, Hankins GD, Review of NVP and HG and early
pharmacotherapeutic intervention, Obstet Gynecol Int 2012:252676, 2012.
– Fejzo MS, Ching C, Schoenberg FP, et al: Change in paternity and recurrence of
hyperemesis gravidarum, J Matern Fetal Neonatal Med 25:1241, 2012.
34 TUGAS

– Kerjakan dengan kelompok praktikum yang sudah terbentuk


– Susun MENU sehari + standar porsi (gram dan URT)+ alat saji (VIP, Kelas 1, Kelas III)
– Kelompok 1 – 6: DH I, DH II, DH III, DP I, DPII, DP III
– Kelompok 7 – 12: DH I, DH II, DH III, DP I, DPII, DP III
– Beri keterangan:
– Identitas kelompok
– CARI KASUS WANITA HAMIL DARI PUSKESMAS UNTUK MENGHITUNG jumlah Energi, KH,
protein, lemak, dan natrium sehari
– Tulis tugas di atas pada ms.word (print out dan soft kopi)
– Dikumpulkan ke PJ paling lambat satu minggu dari sekarang

Rany Adelina, S.Gz., MS.

Anda mungkin juga menyukai