Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2014

!" ! !
# $ % & '

1. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam
Ratulangi, Manado
*e'mail : khesyia.abigail@gmail.com

is the pearl oyster species that generally produce black pearls. In


North Sulawesi, this species occupies lagoon areas in Arakan, South Minahasa District. One
type of pearls that can be produced from this species are mabe pearls. However, scientific
studies based on the structure and the elemental compsitions of the produced pearls from
in Arakan waters has never been done. The purpose of this study was to assess
the thickness of the pearls over the time and to describe aragonite structures composing the
nd th
pearls. This research was carried out for seven months with three sampling times (2 , 6 and
th
7 ). Prior to this, half'round plastic nuclei were inserted (glued) into the internal part of the
shell of . The development of pearl layers were oberved under stereo
microscope and Scanning Electron Microscope (SEM). The average thickness of the pearls
from the second, sixth and seventh month are 0.201, 1.026, 0.914mm, respectively. While
the average thickness of the aragonite platelets from the second and six month are 0.511 and
0.604<m, respectively.
_________________________________________________________________________
( : , Mabé Pearl, Pearl Structure

adalah spesies kerang mutiara yang umumnya menghasilkan


mutiara berwarna hitam sehingga dikenal sebagai mutiara hitam. Di Sulawesi Utara, spesies
ini banyak menempati daerah laguna di perairan Arakan, Kabupaten Minahasa Selatan.
Salah satu jenis mutiara yang bisa diproduksi dari spesies kerang ini adalah mutiara jenis
mabé. Namun, kajian ilmiah tentang struktur dan senyawa mutiara yang dihasilkan dari
kerang yang berasal dari perairan Arakan belum pernah dilakukan. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat ketebalan lapisan mutiara jenis mabé
berdasarkan pertambahan waktu dan mendeskripsikan bentuk struktur pada lapisan mutiara
jenis mabé berdasarkan pertambahan waktu. Penelitian ini dilakukan selama tujuh bulan
dengan tiga kali masa sampling yaitu pada bulan kedua, keenam dan ketujuh. Pada bulan
awal dilakukan penyisipan/penempelan inti mutiara setengah bulat berbahan plastik pada
dinding bagian dalam dari cangkang kerang . Pertumbuhan lapisan diamati
dengan mikroskop stereo dan Scanning Electron Microscope (SEM). Hasil pengamatan yang
didapat adalah tebal rata'rata lapisan mutiara bulan kedua adalah 0,201 mm, bulan keenam
adalah 1,026 mm dan 0,914 mm pada bulan ketujuh. Berdasarkan analisis SEM
menunjukkan bahwa struktur bangunan lapisan mutiara seperti susunan batu bata dengan
ukuran platelet aragonite rata'rata pada bulan kedua adalah 0,511 <m dan pada bulan
keenam adalah 0,604 <m.
__________________________________________________________________________
: , Mutiara Mabé, Struktur Mutiara

13
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2014

)#& ' * # perairan Arakan, Sulawesi Utara.


Keindahan mutiara telah Namun demikian, potensi kerang ini
mempesona manusia sejak zaman untuk menghasilkan mutiara dari
dahulu kala; menjadikannya sebagai perairan Arakan, sejauh ini belum
simbol kekuasaan, kemewahan dan pernah dikaji. Terdapat lima faktor
perkembangan peradaban (Strack, analisis kualitas mutiara yaitu: kilau,
2008). Beberapa spesies kerang warna, ukuran, bentuk dan kekasaran
mutiara dari genera dan permukaan (Taylor dan Strack, 2008).
merupakan penghasil mutiara Penunjang kelima faktor tersebut di
dan banyak digunakan sebagai antaranya adalah dari struktur
perhiasan. Kerang mutiara dari kedua bangunan lapisan mutiara. Pada
genera ini merupakan jenis kerang penelitian ini diharapkan akan
mutiara yang paling banyak mendapatkan deskripsi penunjang
dibudidaya untuk menghasilkan kualitas berdasarkan ketebalan dan
mutiara (Southgate 2008). struktur salah satu jenis mutiara yaitu
Secara spesifik, spesies kerang mutiara setengah bulat atau mabé
mutiara yang banyak dibudidaya yang terbentuk setelah disisip inti
adalah , , setengah bulat berbahan plastik.
dan .
Keempat spesies ini banyak tersebar )+,&) )#)*-+- #
di kawasan Indo'Pasifik, mulai dari Sampel
perairan Samudera Hindia sampai di dikumpulkan dari perairan laut sekitar
Samudera Pasifik termasuk perairan Desa Arakan, Kecamatan Tatapaan,
Indonesia (Wada dan Tëmkin, 2008). Kabupaten Minahasa Selatan
Kerang mutiara bibir hitam, (Gambar 3). Sampel diambil pada
adalah salah satu bulan kedua, keenam dan bulan
spesies dari genus yang ketujuh setelah penyisipan inti mutiara.
banyak digunakan untuk memproduksi Dikarenakan keadaan lingkungan,
mutiara hitam baik bulat maupun maka pengambilan sampel pada bulan
setengah bulat di wilayah Indo'Pasifik ke'3, 4 dan 5 tidak dapat dilakukan.
(Tisdell dan Poirine, 2000 Koleksi kerang
Linard ., 2011; Ellis dan Haws, dilakukan dari sekitar perairan di Desa
1999). Arakan, sebanyak 20 kerang; 10
Jenis mutiara hasil kegiatan kerang kontrol dan 10 kerang uji.
budidaya yang banyak diproduksi Pemilihan kerang
adalah dari jenis mutiara bulat dan yang akan disisip inti mutiara
mutiara setengah bulat (blister atau dilakukan berdasarkan ukuran kerang
mabé) (Southgate 2008). yang sama dengan rata'rata (±SD)
Mutiara bulat adalah mutiara yang dorso–ventral 8,75±0,79 cm. Kerang
terbentuk dari inti yang dimasukkan ke disisip dengan inti mutiara yang
dalam gonad sementara mutiara berbahan plastik dan berbentuk
setengah bulat adalah mutiara yang setengah bulat, dengan cara
disisipkan/dilekatkan pada cangkang melekatkan inti mutiara ke cangkang
bagian dalam dan menghadap mantel. bagian dalam setiap individu kerang.
Namun, informasi ilmiah tentang Kerang yang sudah selesai disisip inti
pembentukan mutiara di Indonesia mutiara dilabel, kemudian dimasukkan
masih langka apalagi secara spesifik ke dalam ‘pocket net’. Setelah itu
pada mutiara jenis setengah bulat atau ‘pocket net’ dibawa menggunakan
mabé. perahu untuk diikatkan pada rumpon.
adalah kerang ‘Pocket net’ ditempatkan pada
yang umumnya menempati zona litoral kedalaman 4 m dari permukaan laut.
dan sublitoral pada daerah terumbu
karang, juga pada daerah laguna di
daerah tropis (Wada dan Tëmkin,
2008; Yukihara, , 1999) seperti di

14
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2014

Gambar 1. Lapisan mutiara yang makin menebal seiring pertambahan waktu


(Atas: lapisan mutiara pada bulan kedua; Bawah, lapisan mutiara
pada bulan keenam).

Mutiara diambil dari cangkang lapisan mutiara telah terbentuk


dengan cara memotong bagian tepi melapisi bagian plastik yang
mutiara sehingga menyisakan bagian ditempelkan di cangkang. Lapisan
setengah bulat. Mutiara kemudian mutiara yang membungkus material
dibelah dua secara simetris dengan plastik setengah bulat ini mengalami
memotong bagian mutiara tersebut peningkatan penebalan seiring dengan
secara vertikal, setelah itu, bagian pertambahan waktu (Gambar 1).
yang dipotong dengan menggunakan Walaupun terjadi penebalan dalam
bor kemudian diukur ketebalannya dua kali monitoring (bulan kedua dan
(dalam mm) menggunakan mikrosop keenam), namun peningkatan
stereo di laboratoium Fakultas penebalan hanya sampai pada bulan
Perikanan dan Ilmu Kelautan. ke enam, sementara data dari
cangkang pada bulan yang ke tujuh
menunjukkan penurunan tingkat
ketebalan lapisan mutiara (Gambar 2).
Analisisi struktur bangunan pada Ketebalan lapisan mutiara teramati
lapisan mutiara dilakukan dengan pada bulan kedua, adalah 0.201 mm,
menggunakan SEM (Scanning pada bulan keenam adalah 1.026 mm
Electron Microscope). Selanjutnya, dan pada bulan ketujuh yaitu 0.914
setiap lapisan aragonite dihitung rata' mm. Lapisan mutiara pada bulan
rata ketebalannya, dimana
pengukuran dilakukan secara acak
(dalam <m).

' -* & # ) . ' #


Kerang mutiara
yang disisip/ditempel
dengan material plastik berbentuk
setengah bulat pada cangkang bagian
dalam kerang, berhasil membentuk Gambar 3. Ketebalan rata'rata
mutiara jenis mabé. Berdasarkan lapisan mutiara mabe
pengamatan visual dan pengukuran pada
ketebalan lapisan mutiara yang .
dilakukan dengan menggunakan
mikroskop stereo didapatkan bahwa

15
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2014

Gambar 3. Hasil SEM ( ) dari lapisan aragonite


yang menyusun lapisan mutiara (kiri) dan cangkang kerang (kanan)

kedua sampai bulan keenam Berdasarkan analisis SEM dan


mengalami peningkatan penebalan, pengukuran platelet aragonite
sedangkan pada bulan ketujuh, didapatkan bahwa pada bulan kedua
lapisan mutiara ternyata mengalami rata'rata tebal lapisan aragonite pada
penurunan ketebalan. Fenomena ini mutiara adalah 0.511 <m dan pada
diasumsikan terjadi akibat kerang bulan keenam adalah 0.604 <m.
yang digunakan sebagai kerang uji Sedangkan rata'rata lapisan aragonite
berasal dari induk yang berbeda dan pada cangkang kerang pada bulan
memiliki umur yang bervariasi kedua, keenam dan ketujuh adalah
(Saucedo dan Southgate, 2008). 0.652 <m, 0.842 <m dan 0.539 <m
Sehingga, ketika dilakukan sampling (Gambar 4). Data lapisan aragonite
kerang pada bulan ketujuh untuk mutiara pada bulan ketujuh tidak
dimungkinkan kerang tersebut dapat disajikan karena ada kesalahan
memiliki umur yang jauh lebih tua pemindaian dari laboratorium rujukan
daripada kerang yang disampling pada (Institut Teknologi Bandung).
bulan'bulan sebelumnya. Dengan
demikian, pada saat terjadi pelapisan Susunan menyerupai susunan
terhadap inti pada kerang berumur tua batu bata yang terbentuk baik dalam
akan mengalami kejenuhan dan pelapisan mutiara maupun pada
cenderung bertumbuh lebih lambat bagian sisi dalam kerang dipercaya
(Schöne, ., 2005). Akibatnya sebagai susunan lapisan aragonite
lapisan nakreous pun tak banyak. (Addadi, . 2006; Barthelat, .,
Selain faktor umur kerang, faktor lain 2007). Lapisan aragonite yang
yang diasumsikan mempengaruhi menyerupai batu bata ini melekat satu
ditemukannya kerang yang tidak sama lain akibat adanya matriks
menebal pada bulan ketujuh adalah protein (Barthelat ., 2007).
akibat faktor lingkungan yang Keteraturan ukuran dan bentuk dari
membuat kerang menjadi stress dan setiap lapisan akan mempengaruhi
terhambat pertumbuhannya (Lucas, difraksi cahaya yang masuk sehingga
2008; Saucedo dan Southgate, 2008). secara otomatis akan mempengaruhi
tingkat kilau dari lapisan mutiara atau
Struktur bangunan pada cangkang internal (Snow dan Pring,
lapisan mutiara yang dipindai 2005). Berdasarkan data ukuran
(scanning) dengan menggunakan platelet aragonite didapatkan ukuran
SEM ( ) yang bervariasi, baik pada lapisan
menunjukkan struktur seperti batu mutiara maupun pada lapisan internal
bata. Hal yang sama juga pada (bagian dalam) cangkang. Terdapat
struktur bangunan dari cangkang juga perbedaan rata'rata ukuran
pembentuknya (Gambar 3). platelet aragonite pada lapisan mutiara

16
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2014

Gambar 4. Rata'rata ketebalan lapisan aragonite pada mutiara dan


cangkang kerang

dan lapisan internal cangkang, dimana (perbedaan ketebalan lapisan platelet


lapisan aragonite pada mutiara aragonite) berhubungan erat dengan
cenderung memiliki ukuran yang lebih tingkat ketebalan lapisan mutiara (Sub
kecil. Sejauh ini belum ada studi yang Bab sebelumnya). Dimana ukuran
mendetail untuk membandingkan platelet aragonite akan mengecil dan
antara lapisan aragonite pada mutiara mempengaruhi ketebalan lapisan
mabe dan cangkangnya (yang tumbuh mutiara apabila diperhadapkan
dalam satu individu). Namun dengan kondisi ekstrim lingkungan
perbedaan pertumbuhan lapisan atau atau berdasarkan usia kerang
ketebalan aragonite dimungkinkan (Schöne, ., 2005, Lucas, 2008;
pada spesies yang berbeda maupun Saucedo dan Southgate, 2008).
pada kondisi lingkungan yang berbeda
(Strack, 2006). Strack (2006) ) - * #
memaparkan lebih detail bahwa Berdasarkan hasil yang diperoleh dari
ketebalan platelet aragonite untuk penelitian maka dapat ditarik
mutiara hitam ( ) kesimpulan bahwa:
adalah dari 0.5 sampai 0.8<m. 1. Ketebalan lapisan mutiara
Sementara ukuran platelet terkecil mengalami peningkatan dari bulan
pada mutiara Akoya dari kedua (0.201 mm) sampai bulan
, 0.35 – 0.5<m, dan yang keenam (1.026 mm), tetapi
terbesar pada mutiara air tawar 0.5 – mengalami penurunan ketebalan
1.8<m. pada bulan ketujuh (0.914 mm).
Perbedaan tingkat ketebalan 2. Lapisan mutiara tersusun dari
berdasarkan waktu sampling (umur lapisan platelet aragonite yang
bulan) menurut Gambar 4 dan menyerupai tumpukan batu bata
terdapat peningkatan rata'rata dengan rata'rata ketebalan
penebalan baik pada mutiara maupun lapisan aragonite pada mutiara
pada cangkang. Namun, peningkatan bulan kedua adalah 0.511 <m dan
penebalan hanya terjadi pada bulan pada bulan keenam adalah 0.604
kedua dan keenam sedangkan pada <m.
bulan ketujuh ketebalan lapisan
aragonite menurun. Kondisi ini

17
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2014

& %+ / + 2005. Climate records from a


Addadi, L., D. Joester, F. Nudelman bivalved Methuselah (
dan S. Weiner. 2006. Mollusk Shell , Mollusca; Iceland).
Formation: A Source of New Palaeogeography,
Concepts for Understanding Palaeoclimatology, Palaeoecology
Biomineralization Processes. Wiley' 228 (2005) 130 – 148.
VCH Verlag GmbH dan Co. KGaA,
Weinheim. ! "##$ %", Snow, M.R. dan A. Pring. 2005. The
980 – 987 mineralogical microstructure of
shells: PART 2. The iridescence
Barthelat, F., H. Tang, P. D. Zavattieri colors of abalone shells.
dan H. D. Espinosa. 2007. On the 0 1#
mechanics of mother'of'pearl: A %)#',%)%% "##'
key feature in the material
hierarchical structure. ! Southgate, P. C., E. Starck, A. Hart, K.
& T. Wada, M. Monteforte, M. Cariño,
'' ("##)* +#$,++) S. Langy, C. Lo, H. Acosta'Salmón
dan A. Wang. 2008. Exploitation
Ellis, S. dan M. Haws. 1999. and Culture of Major Commercial
Producing pearls using the Black'lip Species. . P. C. Southgate
Pearl Oyster ( dan J. S. Lucas (Eds.), /
). Center for Tropical & . Elsevier, Amsterdam. Hal
and Subtropical Aquaculture 303'356.
Publication 141.
Strack, E. 2008. Introduction of Pearl
Linard, C. L., Y. Gueguenb, J. Oyster. . P. C. Southgate dan
Moriceaua, C. Soyeza, B. Huia, A. J. S. Lucas (Eds.), / & .
Raouxa, J. P. Cuifd, J. C. Elsevier, Amsterdam. Hal 1'35.
Cocharda, M. Le PenneccQdan G.
Le Moullaca. 2011. Calcein staining Strack, E., 2006. Pearls. Ruhle'
of calcified structures in pearl oyster Diebener'Verlag, Stuttgart,
and the Germany, 707 hal.
effect of food resource level on
shell growth. - Taylor, J. dan E. Strack. 2008. Pearl
Production. . P. C. Southgate
dan J. S. Lucas (Eds.), /
Lucas, J. 2008. Environmental & . Elsevier, Amsterdam. Hal
Influences. . P. C. Southgate 273'302
dan J. S. Lucas (Eds.), /
& . Elsevier, Amsterdam. Hal Wada, K. T. dan I. Tëmkin. 2008.
187 – 229. Taxonomy and Phylogeny. .
P. C. Southgate dan J. S. Lucas
Saucedo, P.E., Southgate, P. 2008. (Eds.), / & . Elsevier,
Reproduction, Development and Amsterdam. Hal 37'75.
Growth. . P. C. Southgate dan
J. S. Lucas (Eds.), / & . Yukihira, H., D. W. Klumpp dan J. S.
Elsevier, Amsterdam. Hal. 131 – Lucas. 1999. Feeding Adaptations
186. Of The Pearl Oysters
And To
Schöne, B.R., J. Fiebif. M. Pfeiffer, R. Variations In Natural Particulates.
Gleß, J. Hickson, A. L. A. Johnson, %2"3 %$%4
W. Dreyer dan W. Oschmann. %)+ %111

18

Anda mungkin juga menyukai