Anda di halaman 1dari 7

PERTUMBUHAN MIKROORGANISME

1.1 Pertumbuhan Mikroorganisme


Pertumbuhan mikroba umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat
morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient
yang sesuai untuk kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang
memungkinkan pertumbuhan optimumnya. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam
persyaratan nutrisinya, tetapi juga menunjukkan respon yang berbeda-beda. Untuk
berhasilnya kultivasi berbagai tipe mikroba, diperlukan suatu kombinasi nutrien serta
faktor lingkungan yang sesuai. Faktor kimiawi yang mempengaruhi antara lain
senyawa toksik atau senyawa kimia lainnya. Zat yang dapat membunuh bakteri
disebut desinfektan, germisida atau bakterisida. Untuk menentukan batas-batas antara
kedua pengertian bakteriostatik dan bakterisida itu sangatlah sukar, dan kedua
pengertian itu tidak berlaku bagi spora-spora dan bagi bakteri tahan asam seperti
Mycobacterium tuberculosis. Faktor biotik mencakup adanya asosiasi atau kehidupan
bersama antara mikroorganisme, dapat dalam bentuk simbiose, sinergisme, antibiose
dan sintropisme (Dwidjoseputro, 1994).
Nutrisi yang tersedia untuk kultivasi mikroba harus di dukung oleh kondisi
fisik yang menghasilkan pertumbuhan optimum. Proses pertumbuhan bergantung
pada reaksi kimiawi dan karena laju reaksi-reaksi ini dipengaruhi oleh suhu, maka
pola pertumbuhan bakteri tentunya juga dipengaruhi oleh suhu. Selain itu suhu juga
mempengaruhi laju pertumbuhan dan jumlah total pertumbuhan organisme (Pelczar &
Chan, 1986).
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan hal
yang penting dalam ekosistem pangan. Suatu pengetahuan dan pengertian tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tersebut sangat penting untuk
mengendalikan hubungan antara mikroorganisme-makanan-manusia. Beberapa faktor
utama yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme meliputi suplai zat gizi,
waktu, suhu, air, pH dan tersedianya oksigen (Buckle, 1985).
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan,
akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Bakteri dapat mengubah pH dari
medium tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Adapun
faktor-faktor lingkungan dapat dibagi atas faktor-faktor biotik dan faktor-faktor

Mikrobiologi Page 1
abiotik. Di mana, faktor-faktor biotik terdiri atas makhluk-makhluk hidup, yaitu
mencakup adanya asosiasi atau kehidupan bersama antara mikroorganisme, dapat
dalam bentuk simbiose, sinergisme, antibiose dan sintropisme. Sedangkan faktor-
faktor abiotik terdiri atas faktor fisika (misal: suhu, atmosfer gas, pH, tekanan
osmotik, kelembaban, sinar gelombang dan pengeringan) serta faktor kimia (misal:
adanya senyawa toksik atau senyawa kimia lainnya (Hadioetomo, 1993). Karena
semua proses pertumbuhan bergantung pada reaksi kimiawi dan karena laju reaksi-
reaksi ini dipengaruhi oleh temperatur, maka pola pertumbuhan bakteri dapat sangat
dipengaruhi oleh temperatur. Temperatur juga mempengaruhi laju pertumbuhan dan
jumlah total pertumbuhan organisme. Keragaman temperatur dapat juga mengubah
proses-proses metabolik tertentu serta morfologi sel (Pelczar & Chan, 1986).
Medium harus mempunyai pH yang tepat, yaitu tidak terlalu asam atau basa.
Kebanyakan bakteri tidak tumbuh dalam kondisi terlalu basa, dengan pengecualian
basil kolera (Vibrio cholerae). Pada dasarnya tak satupun yang dapat tumbuh baik
pada pH lebih dari 8. Kebanyakan patogen, tumbuh paling baik pada pH netral (pH 7)
atau pH yang sedikit basa (pH 7,4). Beberapa bakteri tumbuh pada pH 6;tidak jarang
dijumpai organisme yang tumbuh baik pada pH 4 atau 5. Sangat jarang suatu
organisme dapat bertahan dengan baik pada pH 4; bakteri autotrof tertentu merupakan
pengecualian. Karena banyak bakteri menghasilkan produk metabolisme yang bersifat
asam atau basa (Volk dan Wheeler,1993).
Sebagian organisme memiliki rentan pH optimum yang cukup sempit.
Penentuan pH optimum untuk setiap species harus ditentukan secara empirik.
Sebagian besar organisme (neutrofil) tumbuh baik pada pH 6,0 – 8,0, meskipun ada
pula (asidopil) yang memiliki pH 10,5. Mikroorganisme mengatur pH internalnya
terhadap rentang nilai pH eksternalnya yang cukup luas. Organisme asidofil
mempertahankan pH internal kira-kira 6,5, dengan pH eksternalnya berkisar antara
1,0 – 5,0. Organisme neutrofil mempertahankan pH internal kira-kira 7,5, dengan pH
eksternal sekitar 5,5 – 8,5 dan organisme alkalofil mempertahankan pH internal kira-
kira 9,5 dengan pH eksternal 9,0 – 11,0 (Brooks dkk,1994). Di dalam alam yang
sewajarnya, bakteri jarang menemui zat-zat kimia yang menyebabkan ia sampai mati
karenanya. Hanya manusia di dalam usahanya untuk membebaskan diri dari kegiatan
bakteri meramu zat-zat yang dapat meracuni bakteri, akan tetapi tidak meracuni diri
sendiri atau meracuni zat makanan yang diperlukannya. Zat-zat yang hanya

Mikrobiologi Page 2
menghambat pembiakan bakteri dengan tidak membunuhnya disebut zat antiseptik
atau zat bakteriostatik.
Tahun 1928, Fleming membiakkan bakteri Staphylococcus dan menemukan
ada pembusukan, bakteri mencair, dan disimpulkan adanya substansi yang beracun
terhadap Staphylococcus yang diberi nama Penicillin. Obat ini berguna untuk
penyembuhan sifilis, bronchitis, lever, gangrene, dan lain-lain. Dosis 50.000 unit
Penicillin efektif melawan berbagai infeksi (Dwidjoseputro,1994).
Desinfektan adalah bahan kimia yang dapat digunakan untuk menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. Faktor utama yang menentukan bagaimana
desinfektan bekerja adalah kadar dan suhu desinfektan, waktu yang diberikan kepada
desinfektan untuk bekerja, jumlah dan tipe mikroorganisme yang ada, dan keadaan
bahan yang didesinfeksi. Jadi terlihat sejumlah faktor harus diperhatikan untuk
melaksanakan tugas sebaik mungkin dalam perangkat suasana yang ada. Desinfeksi
adalah proses penting dalam pengendalian penyakit, karena tujuannya adalah
perusakan agen–agen patogen. Berbagai istilah digunakan sehubungan dengan agen-
agen kimia sesuai dengan kerjanya atau organisme khas yang terkena. Mekanisme
kerja desinfektan mungkin beraneka dari satu desinfektan ke yang lain. Akibatnya
mungkin disebabkan oleh kerusakan pada membran sel atau oleh tindakan pada
protein sel atau pada gen yang khas yang berakibat kematian atau mutasi (Volk dan
Wheeler, 1993).
1.2 Faktor kimia yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba yaitu seperti
senyawa yang berupa desinfektan dan antibiotik. Zat-zat yang hanya menghambat
pembiakan bakteri dengan tidak sampai membunuhnya disebut zat antiseptik atau zat
baktetiostatik. Zat yang dapat membunuh membunuh bakteri disebut desinfektan,
germisida atau bakterisida.
1.2.1. Desinfektan
a. Fenol Dan Senyawa-Senyawa Lain Yang Sejenis
Larutan fenol 2 sampai 4% berguna bagi desinfektan. Kresol
atau kreolin lebih baik khasiatnya daripada fenol. Lisol ialah
desinfektan yang berupa campuran sabun dengan kresol; lisol lebih
banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang lain.
Karbol ialah lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-
bauan yang sedap, sehingga desinfektan menjadi menarik.

Mikrobiologi Page 3
b. Formaldehida (CH2O)
Suatu larutan formaldehida 40% biasa disebut formalin.
Desinfektan ini banyak sekali digunakan untuk membunuh bakteri,
virus, dan jamur. Formalin tidak biasa digunakan untuk jaringan tubuh
manusia, akan tetapi banyak digunakan untuk merendam bahanbahan
laboratorium, alat-alat seperti gunting, sisir dan lain-lainnya pada ahli
kecantikan.
c. Alkohol
Etanol murni itu kurang daya bunuhnya terhadap bakteri. Jika
dicampur dengan air murni, efeknya lebih baik. Alcohol 50 sampai
70% banyak digunakan sebagai desinfektan.
d. Yodium
Yodium-tinktur, yaitu yodium yang dilarutkan dalam alcohol,
banyak digunakan orang untuk mendesinfeksikan luka-luka kecil.
Larutan 2 sampai 5% biasa dipakai. Kulit dapat terbakar karenanya ,
oleh sebab itu untuk luka-luka yang agak lebar tidak digunakan
yodium-tinktur.
e. Klor Dan Senyawa Klor
Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum.
Persenyawaan klor dengan kapur atau natrium merupakan desinfektan
yang banyak dipakai untuk mencuci alat-alat makan dan minum.
1.2.2. Zat Warna
Beberapa macam zat warna dapat menghambat pertumbuhan
bakteri. Pada umumnya bakteri gram positif iktu lebih peka terhadap
pengaruh zat warna daripada bakteri gram negative. Hijau berlian,
hijau malakit, fuchsin basa, kristal ungu sering dicampurkan kepada
medium untuk mencegah pertumbuhanbakteri gram positif. Kristal
ungu juga dipakai untuk mendesinfeksikan luka-luka pada kulit. Dalam
penggunaan zat warna perlu diperhatikan supaya warna itu tidak
sampai kena pakaian.
1.2.3. Obat Pencuci (Detergen)
Sabun biasa itu tidak banyak khasiatnya sebagai obat
pembunuh bakteri, tetapi kalau dicampur dengan heksaklorofen daya
bunuhnya menjadi besar sekali.

Mikrobiologi Page 4
Sejak lama obat pencuci yang mengandung ion (detergen)
banyak digunakan sebagai pengganti sabun. Detergen bukan saja
merupakan bakteriostatik, melainkan juga merupakan bakterisida.
Terutama bakteri yang gram positif itu peka sekali terhadapnya. Sejak
1935 banyak dipakai garam amonium yang mengandung empat bagian.
Persenyawaan ini terdiri atas garam dari suatu basa yang kuat dengan
komponen-komponen. Garam ini banyak sekali digunakan untuk
sterilisasi alat-alat bedah, digunakan pula sebagai antiseptik dalam
pembedahan dan persalinan, karena zat ini tidak merusak jaringan,
lagipula tidak menyebabkan sakit. Sebagai larutan yang encer pun zat
ini dapat membunuh bangsa jamur, dapat pula beberapa genus bakteri
Gram positif maupun Gram negatif. Agaknya alkil-dimentil bensil-
amonium klorida makin lama makin banyak dipakai sebagai pencuci
alat-alat makan minum di restoran-restoran. Zat ini pada konsentrasi
yang biasa dipakai tidak berbau dan tidak berasa apa-apa.
1.2.4. Sulfonamida
Sejak 1937 banyak digunakan persenyawaan-persenyawaan
yang mengandung belerang sebagai penghambat pertumbuhan bakteri
dan lagi pula tidak merusak jaringan manusia. Terutama bangsa kokus
seperti Streptococcus yang menggangu tenggorokan,Pneumococcus,
Gonococcus, dan Meningococcus sangat peka terhadap sulfonamida.
Penggunaan obat-obat ini, jika tidak aturan akan menimbulkan
gejalagejala alergi, lagi pula obat-obatan ini dapat menimbulkan
golongan bakteri menjadi kebal terhadapnya. Khasiat sulfonamida itu
terganggu oleh asam-p-aminobenzoat. Asam-p-aminobenzoat
memegang peranan sebagai pembantu enzim-enzim pernapasan, dalam
hal itu dapat terjadi persaingan antara sulfanilamide dan asam-
paminobenzoat. Sering terjadi, bahwa bakteri yang diambil dari darah
atau cairan tubuh orang yang habis diobati dengan sulfanilamide itu
tidak dapat dipiara di dalam medium biasa. Baru setelah dibubuhkan
sedikit asam-p-aminobenzoat ke dalam medium tersebut, bakteri dapat
tumbuh biasa. Berikut ialah rumus bangun sulfonamide dan asam-p-
aminobenzoat.

Mikrobiologi Page 5
1.2.5. Antibiotik
Antibiotik yang pertama dikenal ialah pinisilin, yaitu suatu zat
yang dihasilkan oleh jamur Pinicillium. Pinisilin di temukan oleh
Fleming dalam tahun 1929, namun baru sejak 1943 antibiotik ini
banyak digunakan sebagai pembunuh bakteri. Selama Perang Dunia
Kedua dan sesudahnya bermacam-macam antibiotik diketemukan, dan
pada dewasa ini jumlahnya ratusan. Genus Streptomyces menghasilkan
streptomisin, aureomisin, kloromisetin, teramisin, eritromisin,
magnamisin yang masing-masing mempunyai khasiat yang berlainan.
Akhir-akhir ini orang telah dapat membuat kloromisetin secara
sintetik, obat-obatan ini terkenal sebagai kloramfenikol. Diharapkan
antibiotik-antibiotik yang lain pun dapat dibuat secara sintetik pula.
Ada yang kita kenal beberapa antibiotik yang dapat dihasilkan oleh
golongan jamur, melainkan oleh golongan bakteri sendiri, misalnya
tirotrisin dihasilkan oleh Bacillus brevis, basitrasin oleh Bacillus
subtilis, polimiksin olehBacillus polymyxa. Antibiotik yang efektif
bagi banyak spesies bakteri, baik kokus, basil, maupun spiril,
dikatakan mempunyai spektrum luas. Sebaliknya, suatu antibiotik yang
hanya efektif untuk spesies tertentu, disebut antibiotik yang
spektrumnya sempit. Pinisilin hanya efektif untuk membrantas
terutama jenis kokus, oleh karena itu pinisilin dikatakan mempunyai
spektrum yang sempit. Tetrasiklin efektif bagi kokus, basil dan jenis
spiril tertentu, oleh karena itu tetrasiklin dikatakan mempunyai
spektrum luas. Sebelum suatu antibiotik digunakan untuk keperluan
pengobatan, maka perlulah terlebih dahulu antibiotik itu diuji efeknya
terhadap spesies bakteri tertentu.
1.2.6. Garam – Garam Logam
Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak
dalam jumlah yang kecil saja dapat menumbuhkan bakteri, daya mana
disebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali dipertunjukkan dengan
suatu eksperimen. Sayang benar garam dari logam berat itu mudah
merusak kulit, maka alat-alat yang terbuat dari logam, dan lagi pula
mahal harganya. Meskipun demikian orang masih bisa menggunakan
merkuroklorida (sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk tubuh

Mikrobiologi Page 6
manusia lazimnya kita pakai merkurokrom, metafen atau mertiolat.
ONa HgOH SHgCH2.CH3 CH3 NO3 COONa metafen mertiolat
Persenyawaan air rasa yang organik dapat pula dipergunakan untuk
membersihkan biji – bijian supaya terhindar dari gangguan bangsa
jamur. Nitrat perak 1 sampai 2% banyak digunakan untuk menetesi
selaput lendir, misalnya pada mata bayi yang baru lahir untuk
mencegah gonorhoea. Banyak juga orang mempergunakan
persenyawaan perak dengan protein. Garam tembaga jarang dipakai
sebagai bakterisida, akan tetapi banyak digunakan untuk menyemprot
tanaman dan untuk mematikan tumbuhan ganggang di kolam-kolam
renang.
 Pada umumnya kerusakan bakteri dibagi atas 3 golongan yaitu :
1. Oksidasi
Zat-zat seperti H2O2, Na2BO4, KmnO4, mudah melepaskan oksigen untuk
menimbulkan oksidasi. Klor di dalam air menyebabkan bebasnya oksigen, sehingga
zat ini merupakan desinfektan. Hubungan klor langsung dengan protoplasma pun
dapat menimbulkan oksidasi.
2. Koagulasi atau penggumpalan protein
Banyak zat sperti air rasa, perak, tembaga dan zat-zat organik seperti fenol,
formaldehida, etanol menyebakan penggumpalan protein yang merupakan  konstituen
dari protoplasma. Protein yang telah menggumpal itu  merupakan protein yang telah
mengalami denaturasi, dan di dalam keadaan yang demikian itu, protein tidak
berfungsi lagi.
3. Depresi dan ketegangan permukaan
Sabun itu mengurangi ketegangan permukaan, dan oleh karena itu dapat
menyebabkan hancurnya bakteri. Diplococcus pneumoniae sangat peka terhadap
sabun. Empedu juga mempunyai khasiat seperti sabun, hanya bakteri yang hidup di
dalam usus yang mempunyai daya tahan terhadap empedu, boleh dikatakan pada
umumnya bahwa bakteri gram negatif lebih tahan terhadap pengurangan (depresi)
ketegangan permukaan daripada bakteri yang gram positif.

Mikrobiologi Page 7

Anda mungkin juga menyukai