Anda di halaman 1dari 24

Dampak Pandemi Terhadap Penurunan Kesehatan Mental

Pada Remaja di Kabupaten Karawang

(Studi Kasus di Kabupaten Karawang, Jawa Barat)

Karya Tulis Ilmiah


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Tahun Akademik 2020/2021

Oleh

Rahmawaty Khoerunnisa

10070320125

PWK- D

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

BANDUNG
BAB III

DAMPAK PENURUNAN KESEHATAN MENTAL DI KABUPATEN


KARAWANG

3.1 Fenomena Penurunan Kesehatan Mental di Kabupaten Karawang

Karawang merupakan kabupaten yang berpusat pada kehidupan perkotaan.


Angka mobilitas di Kabupaten Karawang sangat tinggi, masyarakatnya pun
senang dalam bersosialisasi, terutama para pemuda dengan rentang usia 15-25
tahun mereka biasanya sangat senang dalam berkumpul di tempat-tempat
umum seperti cafe, mall, dan angkringan. Sejak pandemi dan diberlakukannya
PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) serta diberlakukannya jam malam
membuat segala kegiatan sangatlah terbatas, hal yang paling menunjukan
perbedaan yang signifikan adalah frekuensi dalam bersosialisasi.

Terbatasnya kegiatan sosial bersama teman, keluarga, dan kerabat


membuat timbulnya perasaan terasingkan, kecemasan, serta kesepian. Hal ini
sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental khususnya para remaja yang
sedang dalam masa ingin banyak bergaul. Penurunan kesehatan mental pada
remaja ini terlihat dalam pengamatan yang dilakukan penulis selama pandemi,
beberapa orang yang biasanya ceria dan selalu bersemangat sejak pandemi ini
seperti menjadi seseorang yang berbeda. Mereka cenderung lebih murung,
mudah marah, serta menceritakan segala keungkinan mengerikan yang akan
dihadapi.Faktor pendukung dari penurunan kesehatan mental pada remaja ini
biasanya diakibatkan dari tidak kondusifnya lingkungan keluarga, stres karena
pekerjaan sekolah yang menumpuk, dan tidak adanya interaksi sosial secara
langsung, hal tersebut adalah hal yang mungkin dirasakan mengingat status
manusia sebagai makhluk sosial.

3.1.1 Kesehatan Mental di Kabupaten Karawang Sebelum


Terjadinya Pandemi
Isu kesehatan mental di Kabupaten Karawang masih menjadi sesuatu hal
yang tabu di masyarakat hal ini terlihat dari data yang diperoleh melalui dinas
kesehatan Kabupaten Karawang pada tahun 2018 sebanyak 10948 orang
mengidap gangguan kesehatan mental mulai dari gejala ringan hingga berat.
Kelompok masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan mental pun
beragam, mulai dari rentang usia 8 hingga 50 tahun. Karena stigma negatif
dari masyarakat beberapa korban mengalami perlakuan tidak adil, bahkan
perlakuan itu dilakukan oleh keluarga merek. Hal ini terlihat dari tingginya
angka pemasungan di Kabupaten Karawang ini terjadi karena keluarga
merasa resah korban selalu kabur dan mengganggu tetangga sekitar.

Menurut Sri Sugihartati, Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan


Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang menyebutkan bahwa
gangguan kesehatan mental yang terjadi pada usia anak dan remaja di
Kabupaten Karawang disebabkan oleh salahnya pola asuh orang tua dan
kurangnya rasa kasih sayang yang diberikan orang tua kepada anak. Salahnya
pola asuh ini mengakibatkan batin anak terluka yang menyebabkan trauma hal
inilah yang berdampak pada kesehatan mental anak.

Tingginya angka penderita gangguan mental di Kabupaten Karawang juga


dipengaruhi oleh tekanan sosial dan ekonomi yang tinggi. Faktor ini tidak
hanya terjadi pada orang dewasa tetapi juga pada remaja. Remaja dituntut
untuk bersaing menjadi yang terbaik dalam bidang akademik dan mereka pun
dituntut untuk selalu mengikuti trend yang ada agar dianggap oleh lingkungan
sosial mereka, tidak jarang mereka mengalami pembullyan ketika mereka
tidak dapat memenuhi standar masyarakat.

3.1.2 Gambaran Umum Kesadaran Masyarakat Kabupaten


Karawang Terhadap Isu Kesehatan Mental

Kesadaran masyarakat di Kabupaten Karawang terhadap isu kesehatan


mental masih sangatlah minim, kurangnya edukasi yang dilakukan baik oleh
pemerintah maupun komunitas membuat masyarakat tidak menyadari
pentingnya memiliki mental yang sehat. Masyarakat tidak menyadari bahwa
rasa sedih, kecewa, dan marah merupakan emosi yang wajar yang terjadi pada
manusia, namun apabila emosi tersebut telah menghambat aktivitas seperti
menjadi sulit berkonsentrasi, tidak menyukai kegiatan yang disukai,
mengalami demotivasi dll. Mungkin ada hal yang salah yang terjadi dalam diri
kita.

Masyarakat yang menyadari adanya gangguan dalam mental mereka pun


tidak memiliki keberanian untuk berbicara kepada keluarga ataupun sahabat,
mereka juga takut untuk bertemu dengan psikolog ataupun psikiater, hal ini
karena masih tingginya stigma negatif yang diberikan oleh lingkungan sosial
sehingga menimbulkan banyaknya penderita gangguan mental yang telah
memasuki fase berat karena terlambat dalam penanganannya. Kesadaran
masyarakat Kabupaten Karawang terhadap isu kesehatan mental juga
dipengaruhi oleh tidak adanya fasilitas layanan yang diberikan oleh
pemerintah Kabupaten Karawang seperti call center pengaduan bunuh diri,
rumah sakit jiwa, dan layanan psikolog/psikiater.

3.2 Data

3.2.1 Data Kuisoner

Keterangan pilihan jawaban:

1. SS = Sangat Setuju
2. S = Setuju
3. TS = Tidak Setuju
4. STS = Sangat Tidak Setuju

Data diri:

1. Nama : Novita Andika


2. Email : Novitadika17@gmail.com
3. Usia : 19
4. Pekerjaan : Mahasiswa
Tabel 3.1

Sampel Kuisioner

No. Pertanyaan Pilihan Jawaban


SS S TS STS
1. Apakah Anda setuju jika pandemi dapat 
merusak kesehatan mental pada remaja?
2. Apakah Anda setuju jika pandemi ini 
membuat Anda mudah tertekan dan stres?
3. Apakah Anda setuju jika lingkungan 
keluarga yang tidak supportif menjadi
penyebab gangguan kesehatan mental pada
remaja?
4. Apakah Anda setuju jika permasalahan 
ekonomi menjadi penyebab gangguan
kesehatan mental pada remaja?
5. Apakah Anda setuju adanya pembatasan 
interaksi sosial dengan teman menjadi
penyebab gangguan kesehatan mental pada
remaja?
6. Apakah Anda setuju di Kabupaten Karawang 
masih minimnya edukasi mengenai
kesehatan mental?
7. Apakah Anda setuju jika lingkungan 
keluarga masih menganggap kesehatan
mental merupakan sesuatu yang tabu?
8. Apakah Anda setuju di masyarakat masih 
terdapat stigma negatif terhadap penderita
gangguan kesehatan mental?
9. Apakah Anda setuju tingginya angka bunuh 
diri terhadap remaja diakibatkan kurangnya
kesadaran terhadap kesehatan mental?
10. Apakah Anda setuju untuk mendukung 
program pemerintah dalam menggalakan aksi
peduli terhadap penderita gangguan
kesehatan mental?
3.3 Analisis Data

Data ini dikumpulkan melalui kuisioner yang dibagikan melalui google


formulir. Waktu pengumpulan data ini dimulai sejak tanggal 16 Desember
2020 pukul 7 malam hingga tanggal 17 Desember 2020 pukul 9 malam.
Jumlah responden yang terlibat sebanyak 80 orang.

3.3.1 Analisis Dampak Pandemi Terhadap Kesehatan Mental


Remaja
Tabel 3.2

Akumulasi Kuisioner Pertanyaan Nomor 1 dan Nomor 2

NO. Pertanyaan Nomor 1 Pertanyaan Nomor 2


SS S TS STS SS S TS STS
1.  
2.  
3.  
4.  
5.  
6.  
7.  
8.  
9.  
10.  
11.  
12.  
13.  
14.  
15.  
16.  
17.  
18.  
19.  
20.  
21.  
22.  
23.  
24.  
25.  
26.  
27.  
28.  
29.  
30.  
31.  
32.  
33.  
34.  
35.  
36.  
37.  
38.  
39.  
40.  
41.  
42.  
43.  
44.  
45.  
46.  
47.  
48.  
49.  
50.  
51.  
52.  
53.  
54.  
55.  
56.  
57.  
58.  
59.  
60.  
61.  
62.  
63.  
64.  
65.  
66.  
67.  
68.  
69.  
70  
71.  
72.  
73.  
74.  
75.  
76.  
77.  
78.  
79.  
80.  

Berdasarkan hasil kuisoner, sebanyak 55,1% responden setuju bahwa


pandemi dapat merusak kesehatan mental pada remaja hal ini karena remaja
sedang dalam fase tumbuh dan mengeksplorasi diri, mereka sedang dalam
masa senang dalam berteman dan melakukan aktivitas yang menyenangkan.
Tentu saja dengan adanya pandemi Covid-19 ini segala aktivitas mereka
menjadi terhambat, mereka terkurung dalam ruangan hingga waktu yang tidak
dapat dipastikan, hal tersebut dapat membuat mereka jenuh dan stres. Keadaan
emosi yang tidak stabil dapat memengaruhi kesehatan mental, mengurangi
kreativitas dan daya pikir mereka.

Emosi yang tidak stabil selalu dikaitkan dengan remaja, apalagi sejak
pandemi remaja menjadi lebih mudah tertekan, cepat marah dan stres.
Penyebab remaja mudah mengalami perubahan emosi disaat pandemi
umumnya terjadi karena mereka kurang nyaman berada di rumah, dan tertekan
lantaran tidak leluasa bermain bersama teman-temannya. Selain itu
lingkungan keluarga yang tidak supportif juga menjadi penyebab mengapa
remaja lebih mudah tertekan dan stres, hal lain yang menyebabkan remaja
mudah stres dan tertekan juga diakibatkan karena selama masa pandemi ini
mereka selalu mengerjakan kegiatan yang berulang-ulang setiap hari nya,
tentu saja hal tersebut mudah membuat para remaja burnout. Hal tersebut
dibuktikan dengan 51,9% responden sangat setuju dengan pertanyaan ini.
3.3.2 Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Penurunan Kesehatan
Mental Pada Remaja di Kabupaten Karawang
Tabel 3.3
Akumulasi Kuisioner Pertanyaan Nomor 3 dan Nomor 4

NO. Pertanyaan Nomor 3 Pertanyaan Nomor 4


SS S TS STS SS S TS STS
1.  
2.  
3.  
4.  
5.  
6.  
7.  
8.  
9.  
10.  
11.  
12.  
13.  
14.  
15.  
16.  
17.  
18.  
19.  
20.  
21.  
22.  
23.  
24.  
25.  
26.  
27.  
28.  
29.  
30.  
31.  
32.  
33.  
34.  
35.  
36.  
37.  
38.  
39.  
40.  
41.  
42.  
43.  
44.  
45.  
46.  
47.  
48.  
49.  
50.  
51.  
52.  
53.  
54.  
55.  
56.  
57.  
58.  
59.  
60.  
61.  
62.  
63.  
64.  
65.  
66.  
67.  
68.  
69.  
70  
71.  
72.  
73.  
74.  
75.  
76.  
77.  
78.  
79.  
80.  
Faktor penyebab terjadinya penurunan kesehatan mental pada
remaja di Kabupaten Karawang yang pertama adalah lingkungan keluarga
yang tidak supportif. Hal ini biasanya disebabkan oleh orang tua yang
terlalu banyak menuntut, biasanya mereka selalu memaksakan kehendak
dan tidak mau mendengarkan anak. Tentu di masa yang sulit ini anak
membutuhkan dorongan dari keluarga, mereka hanya perlu didengarkan.
Pada masa normal saja mereka telah sulit menghadapi banyak tuntutan
sosial apalagi disaat pandemi seperti ini beban mereka menjadi berkali-
kali lipat. Sebanyak 100% responden sangat setuju dengan pernyataan ini.

Faktor kedua yang menjadi penyebab penurunan kesehatan mental


pada remaja di Kabupaten Karawang adalah faktor ekonomi, sebanyak
58,2% responden setuju dengan pertanyaan ini. Disaat pandemi seperti ini
banyak perusahaan yang terpaksa merumahkan karyawannya, hal ini tidak
hanya memukul orang dewasa saja tetapi juga anak-anak mereka. Para
remaja pun memikirkan nasib mereka kedepannya, apalagi jika mereka
mendengar keluhan orang tua untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau
pembayaran sekolah. Mereka akan merasakan perasaan tidak berguna,
putus harapan serta perasaan negatif lainnya.

Tabel 3.4
Akumulasi Kuisioner Pertanyaan Nomor 5 dan Nomor 6

NO. Pertanyaan Nomor 5 Pertanyaan Nomor 6


SS S TS STS SS S TS STS
1.  
2.  
3.  
4.  
5.  
6.  
7.  
8.  
9.  
10.  
11.  
12.  
13.  
14.  
15.  
16.  
17.  
18.  
19.  
20.  
21.  
22.  
23.  
24.  
25.  
26.  
27.  
28.  
29.  
30.  
31.  
32.  
33.  
34.  
35.  
36.  
37.  
38.  
39.  
40.  
41.  
42.  
43. 
44.  
45.  
46.  
47.  
48.  
49.  
50.  
51.  
52.  
53.  
54.  
55.  
56.  
57.  
58.  
59.  
60.  
61.  
62.  
63.  
64.  
65.  
66.  
67.  
68.  
69.  
70  
71.  
72.  
73.  
74.  
75.  
76.  
77.  
78.  
79.  
80.  

Sebanyak 57% responden setuju bahwa pembatasan interaksi sosial


dengan teman menjadi faktor ketiga penyebab penurunan kesehatan mental
pada remaja di Kabupaten Karawang. Interaksi sosial merupakan hal alamiah
yang terjadi terhadap diri manusia, mengingat manusia menyaandang sebagai
makhluk sosial dan tidak dapat hidup sendiri. Sejak diberlakukannya karantina
dan pembatasan sosial tingkat depresi pada remaja menjadi meningkat,
mereka merasakan perasaan loneliness. Perasaan kesepian itu terjadi karena
tidak adanya interaksi langsung dengan teman-temannya, interaksi melalui
gawai tidak dapat menggantikan human sensibility seorang manusia dimana
mereka dapat berempati serta membentuk kesadara pikiran dan perasaan yang
lebih intense ketika manusia berinteraksi secara langsung.

Faktor keempat yang menjadi penyebab penurunan kesehatan mental pada


remaja di Kabupaten Karawang adalah minimnya edukasi kesehatan mental
yang dilakukan baik itu oleh pemerintah maupun komunitas-komunitas
pendukung kesehatan mental. Kurangnya edukasi terhadap masyarakat ini
menyebabkan mereka tidak peka terhadap lingkungan sekitar, mereka tidak
mengetahui bahwa ada orang-orang yang sedang membutuhkan pertolongan.
Mereka menganggap orang-orang dengan gangguan kesehatan mental adalah
orang yang hanya mencari perhatian. Jika saja masyarakat memiliki edukasi
akan pentingnya kesehatan mental mereka akan lebih peduli dan dapat
menciptakan lingkungan yang baik untuk orang-orang dengan gangguan
mental. 59,5% responden setuju dengan pertanyaan ini.

Tabel 3.5

Akumulasi Kuisioner Pertanyaan Nomor 7 dan Nomor 8

NO. Pertanyaan Nomor 7 Pertanyaan Nomor 8


SS S TS STS SS S TS STS
1.  
2.  
3.  
4.  
5.  
6.  
7.  
8.  
9.  
10.  
11.  
12.  
13.  
14.  
15.  
16.  
17.  
18.  
19.  
20.  
21.  
22.  
23.  
24.  
25.  
26.  
27.  
28.  
29.  
30.  
31.  
32.  
33.  
34.  
35.  
36.  
37.  
38.  
39.  
40.  
41.  
42.  
43.  
44.  
45.  
46.  
47.  
48.  
49.  
50.  
51.  
52.  
53.  
54.  
55.  
56.  
57.  
58.  
59.  
60.  
61.  
62.  
63.  
64.  
65.  
66.  
67.  
68.  
69.  
70  
71.  
72.  
73.  
74.  
75.  
76.  
77.  
78.  
79.  
80.  

Pada pertanyaan nomor 7 sebanyak 41,8% responden setuju bahwa


keluarga masih menganggap kesehatan mental merupakan sesuatu yang tabu
dan hal ini dapat berdampak ke dalam penurunan kesehatan mental pada
remaja di Kabupaten Karawang. Pada dasarnya tabu nya kesehatan mental di
keluarga diakibatkan tidak adanya edukasi mengenai kesehatan mental itu
sendiri. Sering kali keluarga merasa bahwa penyakit mental adalah aib bagi
keluarga hal ini tentu sangatlah berbahaya, bagaimana pun juga keluarga
adalah rumah tempat kita berlindung, jika keluarga saja memandang sebelah
mata terhadap penderita gangguan mental lalu dimana mereka dapat
berlindung dari justifikasi sosial? Bagaimana mereka bisa mendapatkan
lingkungan yang nyaman untuk mendorong proses pemulihan mereka? Oleh
karena itu, keluarga sangatlah memegang peran penting dalam proses
penyembuhan penderita gangguan mental, mereka hanya perlu dorongan dan
didengarkan.

Faktor terakhir yang menjadi penyebab penurunan kesehatan mental di


Kabupaten Karawang adalah adanya stigma negatif terhadap penderita
gangguan mental. Stigma negatif terhadap orang dengan gangguan jiwa ini
sangatlah sulit untuk dihilangkan, dengan adanya label negatif ini tentu saja
berdampak buruk terhadap para pasien. Masyarakat masih menganggap
persoalan kesehatan mental adalah hal berkaitan dengan spiritualitas, mereka
beranggapan bahwa seseorang yang menderita penyakit mental merupakan
seseorang yang tidak rajin ibadah. Dengan cap negatif dari masyarakat
tersebut banyak penderita gangguan mental tidak memiliki keberanian untuk
berobat menemui psikolog ataupun psikiater. Hal ini tentu saja akan
memperparah kondisi mereka karena bisa saja seseorang yang tadinya hanya
mengidap depresi ringan dapat merambat menjadi depresi berat, anorexia
hingga bipolar disorder. Langkah yang tepat untuk menghapus stigma negatif
ini adalah dengan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai
kesehatan mental. Jika masyarakat telah teredukasi maka stigma negatif ini
akan memudar dan dapat menciptakan lingkungan sehat yang mendukung
bagi para penderita gangguan mental. Hal ini dibuktikan dengan 53,2%
responden setuju dengan pertanyaan ini.

3.3.3 Analisis Akibat dan Pencegahan Terhadap Penurunan


Kesehatan Mental di Kabupaten Karawang
Tabel 3.6
Akumulasi Kuisioner Pertanyaan Nomor 9 dan Nomor 10

NO. Pertanyaan Nomor 9 Pertanyaan Nomor 10


SS S TS STS SS S TS STS
1.  
2.  
3.  
4.  
5.  
6.  
7.  
8.  
9.  
10.  
11.  
12.  
13.  
14.  
15.  
16.  
17.  
18.  
19.  
20.  
21.  
22.  
23.  
24.  
25.  
26.  
27.  
28.  
29.  
30.  
31.  
32.  
33.  
34.  
35.  
36.  
37.  
38.  
39.  
40.  
41.  
42.  
43.  
44.  
45.  
46.  
47.  
48.  
49.  
50.  
51.  
52.  
53.  
54.  
55.  
56.  
57.  
58.  
59.  
60.  
61.  
62.  
63.  
64.  
65.  
66.  
67.  
68.  
69.  
70  
71.  
72.  
73.  
74.  
75.  
76.  
77.  
78.  
79.  
80.  

Dampak fatal yang dapat ditimbulkan dari turunnya kesehatan


mental pada remaja di Kabupaten Karawang adalah tingginya angka
bunuh diri. Hal ini didukung oleh 51,9% responden setuju. Bunuh diri
dapat terjadi jika korban tidak mendapatkan penanganan yang tepat,
kepekaan orang tua dan lingkungan sekitar sangat dibutuhkan oleh
mereka. Biasanya bunuh diri yang dilakukan oleh remaja terjadi karena
banyaknya tekanan yang diberikan oleh lingkungan, pembullyan, dan
korban kekerasan seksual. Di tengah pandemi ini angka bunuh diri cukup
meningkat, pada orang dewasa hal ini diakibatkan dari keputusasaan
terhadap ekonomi yang tidak stabil. Sedangkan pada pelajar bunuh diri
terjadi karena tuntutan tugas yang terlalu banyak yang mengakibatkan
stres berat.

Pencegahan penurunan kesehatan mental di Kabupaten Karawang


dapat dilakukan oleh pemerintah maupun komunitas-komunitas terkait
yang peuli akan isu kesehatan mental. Dalam survei ini 78,5% responden
sangat setuju apabila pemerintah kabupaten Karawang menggalakan aksi
peduli terhadap penderita gangguan mental. Aksi ini dapat dimulai dengan
memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga
kesehatan mental. Dengan melakukan aksi ini pemerintah telah mengambil
satu langkah maju untuk menciptakan lingkungan yang nyaman bagi para
penderita gangguan mental.
3.4 Kajian Islam

Konsep kesehatan mental telah dijelaskan oleh seorang dokter dari Persia
yang bernama Abu Zayd Ahmed Ibnu Sahl al-Balkhi (850-934) dalam
kitabnya yang berjudul Masalih al-Abdan wa al- Anfus (Makanan Untuk
Tubuh dan Jiwa), Abu Zayd berhasil menghubungkan antara tubuh dan jiwa
dengan penyakit mental. Dalam kitabnya Abu Zayd menggunakan istilah al-
Tibb al-Ruhani dalam menjelaskan kesehatan spiritual dan kesehatan
psikologis. Sedangkan untuk kesehatan mental ia menggunakan istilah Tibb
al-Qalb. Menurut Abu Zayd badan dan jiwa memiliki keseimbangan dan
ketidakseimbangan. Ketidakseimbangan dalam tubuh menyebabkan sakit
kepala, demam, dan rasa sakit di sekujur tubuh, sedangkan ketidakseimbangan
dalam jiwa menimbulkan rasa kegelisahan, kemarahan, dan kesedihan.

Prof. Dr. Zakiah Daradjat (1985) mendefinisikan kesehatan mental sebagai


terhindarnya seseorang dari gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala
penyakit jiwa (psychose). Selain itu beliau juga mengatakan bahwa kesehatan
mental merupakan kemampuan seseoranguntuk menyesuaikan diri dengan
orang laindan lingkungan sekitar. Sementara itu Dr. Jalaluddin dalam bukunya
“psikologi agama” menyebutkan kesehatan mental adalah kondisi jiwa dalam
keadaan tenang, damai, dan aman. Upaya untuk menemukan ketenangan
tersebut dapat dilakukan dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah
SWT.

Agama sebagai pengobatan dari kesehatan mental telah ditunjukkan dalam


Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 97.

Artinya:
Barang siapa yangmengerjakan amal saleh, baik laki -laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan
kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan (Q.S An -Nahl 16:97).

Selain ayat Al-Qur’an surat An-Nahl, Q.S Ar-Ra’ad ayat 28 pun


menjelaskan mengenai ketentraman jiwa.

Artinya:

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi
tentram (Q.S Ar-Ra’ad 13:28).

Dari kedua ayat al-qur’an diatas dapat disimpulkan bahwa ketika manusia
melupakan Sang Maha Pencipta maka hidup akan terasa hampa, menjauhkan diri
dari Allah SWT berarti kita mendekatkan diri ke dalam jurang kerugian. Ajaran
islam memberikan tuntunan kepada manusia dalam mengatasi kesulitan hidup,
seperti dengan melaksanakan salat, dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 153
dijelaskan.

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan salat sebagai


penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar
(Q.S Al-Baqarah: 153).
Islam mengajarkan untuk selalu mengikuti ketakwaan yang
diberikan oleh Nabi Muhammad SAW. Ajaran islam menuntun agar
kita berpikir dengan akal yang sehat dan benar melalui Al-Qur’an.
Islam beserta petunjuk di dalamnya merupakan obat bagi jiwa atau
obat dari segala penyakit yang terdapat dalam diri manusia. Hal
tersebut dijelaskan dalam surat Yunus ayat 57.

Artinya:

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepada mupelajaran dari


Tuhan mu dan penyembuh bagi penyakit -penyakit (yang berada) dalam
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (Q.S
Yunus:57)

Ajaran islam mengajarkan manusia untuk menjalin hubungan baik


dengan kepada Allah Swt, sesama manusia maupun dengan alam dan
lingkungan. Peran agama islam dapat mengobati jiwa dan mencegah
dari gangguan kejiwaan serta menuntun dalam mewujudkan me ntal
yang sehat. Dengan menghayati dan mengamalkan ajaran -ajaran islam
manusia dapat memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraa hidup di
dunia dan akhirat.

3.4 Hasil Penelitian

Semenjak adanya wabah virus Covid-19 ini trend terhadap


penurunan kesehatan mental pada remaja meningkat, hal ini dapat
disebabkan oleh berbagai faktor seperti tidak adanya interaksi dengan
teman, lingkungan keluarga yang tidak mendukung, besarnya tekanan
yang dihadapi, dan kecemasan mengenai informasi yang simpang siur.
Gangguan kesehatan mental pada remaja ditandai dengan penarikan
diri dari lingkungan sosial, mengalami jam tidur yang berantakan,
emosi nya cenderung cepat berubah, dan tidak memiliki sema ngat
untuk hidup.Gangguan kesehatan mental ini bukanlah hal yang sepele,
kebanyakan orang menganggap kesehatan mental merupakan sesuatu
hal yang tidak penting. Masyarakat pun memiliki stigma
negatifterhadap penderita gangguan mental karena label yangdiberi kan
oleh masyarakat itulah yang menyebabkan seseorang tidak ingin
menemui psikolog atau psikiater, padahal jika didiamkan saja hal
tersebut dapat mengganggu aktivitas kita dan gejala yang dirasakan
pun akan semakin berat.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2018. “Dinkes: 10948 Warga Karawang Alami Gangguan Jiwa”. Dalam
Tv Berita. 24 Januari 2018.

Anda mungkin juga menyukai