Anda di halaman 1dari 3

Latar Belakang G30S PKI

Kondisi ekonomi yang merosot di masa Demokrasi Terpimpin telah menjadi lahan yang subur
untuk pertumbuhan sejarah PKI dengan menyasar rakyat miskin untuk menjadi target
propaganda politik mereka. Tujuan organisasi PKI adalah untuk mendirikan negara komunis di
Indonesia dengan berbagai cara. Pada masa itu Angkatan Darat muncul sebagai organisasi
militer pejuang yang sekaligus mengemban tugas kemasyarakatan, sehingga juga memiliki peran
dalam bidang politik dan ekonomi.
Salah satunya ketika Angkatan Darat ditugaskan untuk memimpin banyak perusahaan asing yang
diambil alih pemerintah untuk alasan nasionalisasi. PKI tidak menyukai kebijakan tersebut
sehingga mereka menjuluki para perwira sebagai Kabir, yaitu Kapitalis Birokrat. Ketika itu ada
tiga kekuatan besar dalam pemerintahan yaitu Angkatan Darat, PKI dan Presiden. Beberapa
peristiwa yang menjadi latar belakang  G30S PKI adalah:

1. Pembentukan Angkatan Kelima


PKI yang merasa kekuatan militernya masih sangat lemah ketika menghadapi Angkatan Darat
sangat berkepentingan untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh dan para
petani yang dipersenjatai. Pembentukan Angkatan Kelima ini adalah gagasan Menlu Cina Chou
En-Lai ketika mengunjungi Jakarta pada tahun 1965, dan menjanjikan akan memasok 100 ribu
pucuk senjata untuk Angkatan Kelima. Gagasan itu menjadi alasan bagi pemimpin PKI dalam
memperkuat pertahanan dan terus mendesak pembentukan Angkatan Kelima tersebut, yang
ditolak oleh Angkatan Darat. Begitu juga dengan Laksamana Muda Martadinata yang menolak
atas nama Angkatan Laut. Angkatan Kelima hanya akan diterima jika berada dibawah komando
ABRI.

2. Nasakom
Ideologi Nasakom adalah salah satu faktor dalam latar belakang  G 30 S PKI dan menjadi bagian
dari sejarah G30S PKI lengkap. PKI atau Partai Komunis Indonesia adalah partai komunis
terbesar di dunia selain Tiongkok dan Uni Soviet. Anggotanya berjumlah sekitar 3,5 juta orang
pada tahun 1965, dan 3 juta orang lagi dari organisasi pergerakan pemudanya. Selain itu, masih
ada beberapa organisasi yang diawasi dan dikontrol oleh PKI seperti pergerakan Serikat Buruh
yang memiliki 3,5 juta anggota serta Barisan Tani Indonesia dengan 9 juta anggota juga
merupakan bagian dari PKI, begitu juga dengan organisasi pergerakan wanita bernama Gerwani,
organisasi penulis, artis, dan juga pergerakan para sarjana yang membuat PKI memiliki lebih
dari 20 juta anggota serta pendukung.
Ketika pada Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Soekarno mengeluarkan ketetapan konstitusi
berupa dekrit Presiden, ia mendapat dukungan penuh dari PKI. Angkatan bersenjata diperkuat
dengan mengangkat jendral – jendral militer ke posisi yang penting, dengan sistem Demokrasi
Terpimpin. Sambutan PKI untuk Demokrasi Terpimpin sangat baik dan menganggap bahwa
Soekarno mempunyai mandat untuk persekutuan konsepsi antara pendukung Nasionalis, Agama
dan Komunis atau NASAKOM. Angkatan Darat menolak ideologi NASAKOM tersebut
sebagaimana diungkapkan oleh Jenderal Ahmad Yani.

3. Konfrontasi Malaysia
Malaysia sebagai negara federasi yang beru terbentuk pada tanggal 16 September 1963
merupakan salah satu faktor penting dalam latar belakang  G 30 S PKI. Konfrontasi antara
Indonesia dan Malaysia mendekatkan Soekarno dengan PKI sehingga dapat menjelaskan
mengapa para tentara menggabungkan diri dalam gerakan 30 S/ Gestok, dan juga menjadi
penyebab PKI menculik para tentara petinggi Angkatan Darat. Terjadinya demonstrasi anti
Indonesia di Kuala Lumpur yang menyebabkan PM. Malaysia Tunku Abdul Rahman menginjak
– injak lambang Garuda karena dipaksa para demonstran menyebabkan kemurkaan Soekarno.

Ia kemudian menyerukan pembalasan dendam dengan slogan “Ganyang Malaysia” dan


memerintahkan Angkatan Darat untuk melakukannya. Letjen Ahmad Yani tidak ingin melawan
Malaysia yang masih mendapat bantuan Inggris karena menganggap tentara tidak memadai
untuk berperang dalam skala itu. Sedangkan Kepala Staf TNI AD A.H. Nasution menyetujuinya
karena khawatir isu Malaysia akan dimanfaatkan PKI untuk memperkuat posisinya di bidang
politik Indonesia.

Pada saat itu Angkatan Darat berada dalam posisi yang serba salah karena tidak yakin akan
menang melawan Inggris, namun di sisi lain mereka akan menghadapi kemurkaan Soekarno jika
tidak berperang. Keragu – raguan ini menghasilkan peperangan yang setengah hati di
Kalimantan dan mengalami kegagalan, padahal ini adalah operasi gerilya dimana tentara
Indonesia sangat mahir melakukannya. Kekecewaan Soekarno karena tidak didukung tentara
membuatnya mencari dukungan kepada PKI yang memanfaatkan kesempatan itu untuk
keuntungannya sendiri.

Selain itu, Angkatan Darat juga menolak adanya poros Jakarta-Phnom Penh-Peking-Pyongyang
yang hanya akan membantu Cina memperluas semangat revolusi komunis di kawasan Asia
Tenggara sehingga dapat merusak hubungan baik dengan negara – negara tetangga. Penolakan
itu diwujudkan dalam bentuk seminar di Gedung Seskoad Bandung yang dihadiri oleh delapan
Jenderal yaitu Rachmat Kartakusumah, J. Mokoginta, Suwarto, Jamin Ginting, Suprapto, Sutoyo,
M.T. Haryono dan S. Parman pada 1 – 5 April 1965 yang menghasilkan doktrin strategis politis
Angkatan Darat yang dinamakan Tri Ubaya Cakti.

4. Pembantaian Para Perwira TNI


Pembunuhan para perwira Angkatan Darat adalah puncak dari latar belakang G30S PKI. Situasi
politik Indonesia yang genting pada sekitar bulan September 1965 memunculkan isu adanya
Dewan Jenderal yang mengindikasikan ada beberapa petinggi Angkatan Darat yang tidak puas
kepada Soekarno dan berniat untuk menggulingkan pemerintahannya. Inilah yang
memicu peristiwa G30S PKI. Soekarno disebut – sebut menanggapi isu ini dengan
memerintahkan pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan membawa para jenderal tersebut
untuk diadili, akan tetapi dalam prosesnya konon beberapa oknum pasukan yang terbawa emosi
justru melepaskan tembakan sehingga membunuh keenam petinggi TNI AD.
TNI AD tersebut yaitu Letjen Ahmad Yani (Kastaf Komando AD), Mayjen TNI Raden Suprapto
(Deputi II Menteri), Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri), Mayjen TNI
Siswondo Parman (Asisten I Menteri), Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri),
Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman), juga membunuh Ade Irma Suryani
putri dari Jendral Abdul Harris Nasution  yang selamat dari serangan tersebut dan menewaskan
ajudannya, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean. Para korban yang dibuang ke Lubang Buaya,
Pondok Gede, Jakarta ditemukan pada tanggal 3 Oktober.

Selain itu ada beberapa orang lain yang juga menjadi korban yaitu Bripka Karel Sasuit Tubun
(pengawal di kediaman resmi Wakil PM II dr. J. Leimena), Kolonel Katamso Darmokusumo
(Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta) dan Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kastaf
Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta). Ketahui juga mengenai sejarah lubang buaya, dan sejarah
hari kesaktian Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai