Dari Internet6-Dikonversi
Dari Internet6-Dikonversi
Artikel Orisinal
ABSTRACT
This study aimed to examine the effects of prebiotic, probiotic, and synbiotic in survival and immune response of
white shrimp against co-infection of Vibrio harveyi and infectious myonecrosis virus (IMNV). The shrimps used
had a body weigth of 2.04±0.20 g/individual, the shrimps were reared at a density of 20 shrimps in 60x30x35
cm3 sized aquarium. The study was conducted with five treatments consisting K(+) (without the addition of
prebiotic, probiotic, and synbiotic with co-infection), K(-) (without the addition of prebiotic, probiotic and
synbiotic, and without co-infection), P1 (the addition of prebiotic with co-infection), P2 (the addition of probiotic
with co- infection), and P3 (the addition of synbiotic with co-infection). The results showed that the addition of
prebiotic, probiotic and synbiotic could increase survival and immune response of white shrimp towards co-
infection of Vibrio harveyi and IMNV. The best survival was obtained in probiotic treatment (79.17%), followed
by prebiotic treatment (75%), synbiotic treatment (70.83%), while the positive control was only 50%.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian prebiotik, probiotik, dan sinbiotik terhadap sintasan
dan respons imun udang vaname dengan ko-infeksi Vibrio harveyi dan IMNV (infectious myonecrosis virus).
Udang yang digunakan memiliki bobot 2,04±0,20 g/ekor, dipelihara sebanyak 20 ekor dalam akuarium
berukuran 60x30x35 cm3. Penelitian dilakukan dengan lima perlakuan yaitu K(+) (tanpa pemberian prebiotik,
probiotik, dan sinbiotik dengan ko-infeksi), K(-) (tanpa pemberian prebiotik, probiotik dan sinbiotik tanpa ko-
infeksi), P1 (pemberian prebiotik dengan ko-infeksi), P2 (pemberian probiotik dengan ko-infeksi), dan P3
(pemberian sinbiotik dengan ko-infeksi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian prebiotik, probiotik,
dan sinbiotik mampu meningkatkan sintasan dan respons imun udang vaname terhadap ko-infeksi V. harveyi dan
IMNV. Sintasan terbaik diperoleh pada perlakuan probiotik sebesar 79,17%, diikuti perlakuan prebiotik sebesar
75%, perlakuan sinbiotik sebesar 70,83%, sedangkan pada kontrol positif hanya mencapai 50%.
Kata kunci: udang vaname, prebiotik, probiotik, sinbiotik, IMNV, Vibrio harveyi
Tabel 1. Rancangan perlakuan pemberian prebiotik, probiotik, dan sinbiotik dengan ko-infeksi Vibrio harveyi dan
infectious myonecrosis virus (IMNV)
Perlakuan Keterangan
K (+) Pemberian pakan komersial tanpa penambahan prebiotik, probiotik, dan sinbiotik
dengan ko-infeksi V. harveyi dan IMNV
K (-) Pemberian pakan komersial tanpa penambahan prebiotik, probiotik, dan sinbiotik
tanpa ko-infeksi V. harveyi dan IMNV
P1 Pemberian pakan komersial dengan penambahan prebiotik dengan ko-infeksi V.
harveyi dan IMNV
P2 Pemberian pakan komersial dengan penambahan probiotik dengan ko-infeksi V.
harveyi dan IMNV
P3 Pemberian pakan komersial dengan penambahan sinbiotik dengan ko-infeksi V.
harveyi dan IMNV
Keterangan: Total bakteri dan total SKT-b di usus udang
LPH = laju pertumbuhan harian (%) Usus diambil dan ditimbang bobotnya, lalu
Wt = bobot rata-rata pada akhir perlakuan (g) dimasukkan ke dalam larutan PBS dengan
Wo = bobot rata-rata pada awal perlakuan (g) perbandingan 1:10. Setelah itu usus digerus
t = periode pemeliharaan (hari) sampai homogen dengan larutan PBS, lalu
diambil sebanyak 0,1 mL dan dilakukan
Rasio konversi pakan pengenceran serial. Hasil pengenceran tersebut
Rasio konversi pakan (RKP) selama dituang pada media SWC (untuk total bakteri)
pemeliharaan dihitung menggunakan rumus dan TCBS yang mengandung Rifampisin 50
(Sawhney & Gandotra et al., 2010), µg/mL (untuk SKT-b), kemudian diinkubasi pada
suhu ruang selama 24 jam.
FCR = F / (Bt + Bm – Bo)
FCR =
Gejala klinis
Keterangan: Pengamatan gejala klinis dilakukan dengan
FCR = konversi pakan melihat perubahan atau kelainan pada anatomi
F = jumlah pakan (g) makro udang. Gejala klinis yang disebabkan
Bt = biomassa udang akhir perlakuan (g) oleh infeksi IMNV meliputi terbentuknya otot
Bm = biomassa udang mati selama berwarna putih pada bagian ruas tubuh udang,
perlakuan (g) dan warna kemerahan pada bagian ekor. Infeksi
Bo = biomassa udang awal perlakuan (g) V. harveyi ditunjukkan dengan adanya pendaran
dari sampel udang yang terinfeksi jika diamati di
ruang gelap.
Respons imun
Pengamatan respons imun dilakukan pada
akhir perlakuan prebiotik, probiotik, dan Analisis data
sinbiotik, serta akhir uji tantang V. harveyi dan Seluruh data yang diperoleh, meliputi
IMNV. Parameter respons imun yang diamati sintasan, laju pertumbuhan harian (LPH), rasio
meliputi total haemocyte count (THC) dan konversi pakan (RKP), respons imun, total
diferensial hemosit (DH). bakteri, dan total Vibrio SKT-b di usus dianalisis
Penghitungan THC dan DH mengacu pada secara deskriptif.
metode Maftuch et al., (2013). Hemolim diambil
sebanyak 0,1 mL dari pangkal kaki renang HASIL DAN PEMBAHASAN
pertama dengan menggunakan syringe 1 mL
yang sudah berisi 0,3 mL antikoagulan Na-sitrat Hasil
3,8%. Jumlah sel hemosit per mL dihitung Sintasan
menggunakan mikroskop pada perbesaran 400 Nilai sintasan setelah perlakuan prebiotik,
kali. probiotik, dan sinbiotik serta pascauji tantang
dapat dilihat pada Gambar 1. Berdasarkan
THC (sel/mL) = total hemosit x 1/0,1 x 2 x 103 Gambar 1a, pada akhir perlakuan prebiotik,
probiotik, dan sinbiotik menunjukkan bahwa
Penghitungan DH dilakukan dengan cara nilai sintasan tertinggi terdapat pada perlakuan
hemolim diteteskan pada gelas objek dan dibuat probiotik (88,33%), diikuti perlakuan sinbiotik
preparat ulas lalu dikeringudarakan. Preparat (85%), perlakuan kontrol (81,67%), dan terendah
difiksasi dengan metanol selama 5–10 menit lalu pada perlakuan prebiotik yaitu 76,67%.
dikeringudarakan kembali. Preparat direndam Sementara itu, pada pascauji tantang (1b)
dalam larutan giemsa selama 15–20 menit, perlakuan probiotik memiliki nilai sintasan
kemudian dicuci air mengalir dan dibiarkan tertinggi yaitu 79,17%, diikuti perlakuan
kering. Ulasan hemolim diamati dengan prebiotik dan K(-) yaitu 75%, perlakuan sinbiotik
mikroskop pada pembesaran 1.000 kali dan yaitu 70,83%, dan terendah pada perlakuan K(+)
diidentifikasi selnya. Jumlah hemosit dihitung yaitu 50%.
hingga 100 sel dan ditentukan presentase tiap
jenisnya. Perhitungan DH dilakukan dengan Laju pertumbuhan harian
rumus: Laju pertumbuhan harian udang vaname
setelah mendapat perlakuan prebiotik, probiotik,
Jenis sel hemosit (%) = dan sinbiotik dapat dilihat pada Gambar 2. Laju
Jumlah tiap jenis sel hemosit x 100 pertumbuhan harian tertinggi terdapat pada
Total sel hemosit
perlakuan prebiotik yaitu 6,93%, diikuti dengan
perlakuan probiotik dan sinbiotik masing-masing pada perlakuan prebiotik, probiotik dan sinbiotik
6,61% dan 6,56% dan terendah pada perlakuan juga bernilai lebih tinggi (6,02–6,31x107 sel/mL)
kontrol (6,26%). dibanding kontrol positif (4,24x107 sel/mL).
100
100
90
80
80
70
60
Sintasan (%)
60
Sintasan (%)
50
40
40
30
20
20
10
0
0
K P1 P2 P3
Perlakuan
K+ K- P1 P2 P3
(a) Perlakuan
(b)
Gambar 1. Sintasan udang vaname pada (a) akhir perlakuan prebiotik (P1), probiotik (P2), sinbiotik (P3), kontrol
positif dan negatif (K+; K-), serta (b) pascauji tantang dengan ko-infeksi Vibrio harveyi dan infectious
myonecrosis virus (IMNV).
8
3
Laju Pertumbuhan Harian (%)
7
6
5 2
Konversi Pakan
4
3
1
2
1
0 0
K P1 P2 P3 K P1 P2 P3
Perlakuan Perlakuan
4
4
2 2
0 0
K P1 P2 P3 K+ K- P1 P2 P3
Perlakuan
Perlakuan
(a)
(b)
Gambar 4. Total hemosit udang vaname pada: (a) akhir perlakuan prebiotik (P1), probiotik (P2), sinbiotik (P3)
dan kontrol (K), (b) pascauji tantang dengan ko-infeksi Vibrio harveyi dan infectious myonecrosis virus (IMNV).
60 80
60
40
20
20
0
K P1 P2 P3 0
Perlakuan K P1 P2 P3
Perlakuan
(a)
(b)
Gambar 5. Persentase (a) sel hialin dan (b) granular udang vaname selama perlakuan prebiotik (P1), probiotik
(P2), sinbiotik (P3) dan kontrol (K).
40 80
70
30 60
Sel Hialin (%)
50
20
40
30
10
20
10
0
K+ K- P1 P2 P3 0
Perlakuan K+ K- P1 P2 P3
Perlakuan
(a) (b)
Gambar 6. Persentase (a) sel hialin dan (b) sel granular udang vaname yang diberi perlakuan prebiotik (P1),
probiotik (P2), sinbiotik (P3) dan kontrol (K) pada pascauji tantang dengan ko-infeksi V. harveyi dan infectious
myonecrosis virus (IMNV).
6
4
2
2
0
0
K P1
P2 P3 K+ K P1 P2 P3
Perlakuan
Perlakuan - Perlakuan
Perlakuan
(a) (b)
Gambar 7. Total bakteri di usus udang vaname pada: (a) akhir perlakuan prebiotik, probiotik, dan sinbiotik, dan
(b) pascauji tantang dengan ko-infeksi Vibrio harveyi dan IMNV.
10
10
9
9
8
8
7
7
6
6
5
5
4
4
3
3
2
2
1
1
0
K P1 0
Perlakuan P2 P3
K (+) K (-) P1 P2 P3
Perlakuan
Perlakuan
Perlakuan
(a)
(b)
Gambar 8. Total bakteri SKT-b di usus udang vaname pada: (a) akhir perlakuan prebiotik, probiotik, dan sinbiotik,
dan (b) akhir uji tantang dengan ko-infeksi Vibrio harveyi dan IMNV.
Gejala klinis
Pengamatan gejala klinis dilakukan setelah karena probiotik Vibrio SKT-b yang
udang vaname diinfeksi V. harveyi dan IMNV. ditambahkan mampu menekan populasi V.
Gejala klinis yang timbul antara lain hilangnya harveyi dan memiliki sistem imun yang lebih
transparansi pada permukaan tubuh, usus udang baik sehingga mampu bertahan dari serangan
tidak terisi penuh, dan ketika udang mengalami IMNV. Hal tersebut didukung oleh hasil
kematian seluruh tubuh udang berwarna penelitian Widanarni et al. (2003), probiotik
putih susu yang diawali dari pangkal ekor dan Vibrio SKT-b memiliki kemampuan untuk
kemudian berwarna kemerahan. Pada beberapa menghambat pertumbuhan bakteri patogen V.
harveyi dalam uji in vitro dan in vivo.
sampel udang yang mati juga tampak berpendar Selanjutnya, Widanarni et al. (2010) menyatakan
saat diamati di ruang gelap. bahwa probiotik Vibrio SKT-b dapat
meningkatkan respons imun udang windu.
Pembahasan Perlakuan sinbiotik juga memiliki nilai
Sintasan merupakan peluang hidup suatu sintasan yang tinggi pada akhir perlakuan
individu dalam waktu tertentu. Pada akhir prebiotik, probiotik, dan sinbiotik. Sinbiotik
perlakuan prebiotik, probiotik, dan sinbiotik, merupakan kombinasi seimbang dari probiotik
nilai sintasan tertinggi terdapat pada perlakuan dan prebiotik dalam mendukung sintasan dan
probiotik, diikuti perlakuan sinbiotik, perlakuan pertumbuhan bakteri yang menguntungkan
kontrol, dan terendah pada perlakuan prebiotik dalam saluran pencernaan makhluk hidup
(Gambar 1a). Pada akhir uji tantang dengan V. (Schrezenmeir & Vrese, 2001). Setelah diinfeksi
harveyi dan IMNV perlakuan probiotik juga V. harveyi dan IMNV, nilai sintasan pada
memiliki nilai sintasan tertinggi dan terendah perlakuan sinbiotik relatif lebih rendah
pada perlakuan kontrol positif (Gambar 1b). dibandingkan perlakuan probiotik dan prebiotik
Tingginya nilai sintasan pada perlakuan saja. Hal ini diduga pemberian prebiotik 2%
probiotik dibandingkan dengan perlakuan yang dikombinasikan dengan probiotik 1% bukan
lainnya diduga merupakan kombinasi optimal sehingga
menyebabkan nilai
sintasan pada perlakuan sinbiotik lebih rendah
dibandingkan dengan perlakuan probiotik dan Hemosit memainkan peran penting pada
prebiotik. Hal yang sama juga diperoleh Li et pertahanan tubuh krustasea yaitu dapat
al. (2009) yang menyatakan bahwa pemberian menghilangkan partikel asing yang masuk
bakteri probiotik Bacillus OJ (PB) dengan dosis ke tubuh udang, meliputi tahap pengenalan,
1010 cfu/g yang dikombinasikan dengan prebiotik fagositosis, melanisasi, sitotoksis dan
0,2% isomaltooligosakarida (IMO) komunikasi sel (Johansson et al., 2000). Hasil
menghasilkan nilai sintasan dan respons imun pengamatan nilai hemosit pada akhir perlakuan
yang lebih rendah dibandingkan dengan prebiotik, probiotik, dan sinbiotik diketahui
pemberian PB dengan dosis 108 cfu/g dan 0,2% bahwa perlakuan probiotik memiliki nilai total
IMO. Perlakuan prebiotik memiliki nilai sintasan hemosit tertinggi, diikuti dengan perlakuan
yang lebih tinggi sinbiotik dan prebiotik, dan terendah pada
dibandingkandengankontrolpositif. Halinididuga kontrol (Gambar 4a). Peningkatan nilai hemosit
prebiotik yang tidak dapat dicerna oleh udang ini menunjukkan bahwa prebiotik, probiotik, dan
berperan memberikan nutrisi bagi pertumbuhan sinbiotik yang diberikan mampu berperan dalam
bakteri menguntungkan di dalam usus sehingga menstimulasi respons imun udang. Total hemosit
mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen. dapat mempengaruhi kemampuan inang untuk
Menurut Manning dan Gibson (2004), prebiotik bereaksi melawan benda asing dan berbagai
mampu menstimulasi pertumbuhan atau aktivitas respons terhadap infeksi (Johansson et al., 2000).
metabolik bakteri menguntungkan di dalam usus Pascauji tantang terjadi penurunan total hemosit,
dan mampu meningkatkan respons imun. namun total hemosit pada perlakuan prebiotik,
probiotik dan sinbiotik masih lebih tinggi
Laju pertumbuhan harian tertinggi terdapat
dibanding kontrol positif (Gambar 4b). Infeksi
pada perlakuan prebiotik, diikuti dengan IMNV dapat menyebabkan penurunan total
perlakuan probiotik, sinbiotik, dan terendah pada hemosit hingga 30% (Costa et al., 2009).
perlakuan kontrol (Gambar 2). Hal ini diduga
Hemosit memiliki tiga tipe sel yaitu hialin,
pemberian prebiotik dapat memodulasi
mikrobiota dalam saluran pencernaan. Penelitian semigranulosit, dan granulosit. Sel hialin
Zhou et al. (2010) menunjukkan bahwa merupakan sel dengan perbandingan inti sel
penambahan prebiotik GOS dan MOS dapat lebih tinggi dari sitoplasma dan memiliki sedikit
meningkatkan kecernaan pakan dan mampu granulosit yang memiliki fungsi dalam
meningkatkan pertumbuhan ikan red drum. Hal fagositosis. Semigranulosit merupakan sel
tersebut didukung oleh Manning dan Gibson dengan jumlah inti sel yang lebih rendah
(2004) yang menyatakan bahwa prebiotik dibandingkan sitoplasmanya dan berperan dalam
mampu secara selektif menstimulasi enkapsulasi, sitotoksis dan melepaskan sistem
pertumbuhan dan aktivitas metabolik bakteri proPO (Yeh et al., 2009). Sel granulosit
potensial yang menguntungkan. Probiotik Vibrio merupakan sel dengan perbandingan inti sel
SKT-b diketahui mampu menghasilkan enzim lebih rendah dari sitoplasma. Sel ini berfungsi
protease dan amilase (Widanarni et al., 2003) dalam menyimpan dan melepaskan sistem proPO
yang diduga mampu meningkatkan aktivitas maupun sebagai sitotoksis bersama-sama dengan
enzim saluran pencernaan sehingga pada sel semigranulosit (Johansson et al., 2000). Hasil
perlakuan probiotik dan sinbiotik menghasilkan pengamatan DH menunjukkan persentase sel
pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan hialin tertinggi terdapat pada perlakuan sinbiotik,
kontrol. diikuti dengan perlakuan probiotik, perlakuan
prebiotik, dan terendah pada kontrol. Sebaliknya
Sejalan dengan laju pertumbuhan harian,
persentase sel granular yang tinggi terdapat pada
perlakuan prebiotik, probiotik, dan sinbiotik perlakuan kontrol dan terendah pada perlakuan
juga menghasilkan nilai FCR yang lebih baik sinbiotik (Gambar 5). Pada pascauji tantang,
dibanding perlakuan kontrol (Gambar 3). Hal ini persentase sel hialin mengalami penurunan dan
menunjukkan bahwa prebiotik, probiotik, dan sel granular mengalami peningkatan pada semua
sinbiotik yang diberikan mampu meningkatkan perlakuan (Gambar 6). Sel hialin merupakan
pemanfaatan pakan, sehingga penggunaan pakan pertahanan nonspesifik yang secara umum
lebih efisien dan memberikan respons lebih baik mampu melindungi adanya serangan penyakit
pada nilai FCR. Pada penelitian Widanarni et dengan cara memfagositosis atau menelan sel
al. (2012), udang vaname yang diberi prebiotik, patogen (Johansson et al., 2000). Peningkatan sel
probiotik, dan sinbiotik menghasilkan nilai RKP hialin sebelum uji tantang menyebabkan
yang lebih baik (berturut-turut 1,26; 1,43; dan kemampuan fagositosis juga meningkat,
1,21) dibandingkan kontrol dengan nilai RKP sehingga pada saat
2,18.
udang diuji tantang dapat bertahan dari patogen
karena fungsi dari sel hialin untuk fagositosis udang vaname terhadap ko-infeksi V. harveyi dan
meningkat. Penurunan sel hialin pascauji tantang IMNV. Sintasan terbaik diperoleh pada perlakuan
merupakan implikasi dari peningkatan sel-sel probiotik yaitu 79,17%, diikuti prebiotik sebesar
granulosit sebagai respons sistem imun udang 75%, sinbiotik sebesar 70,83%, sedangkan pada
terhadap infeksi kontrol positif hanya mencapai 50%.
Keberhasilan probiotik, prebiotik, dan
sinbiotik dalam meningkatkan populasi bakteri DAFTAR PUSTAKA
di dalam saluran pencernaan udang vaname
ditunjukkan dengan jumlah total bakteri di usus. Chen YB, Zhou JF, Wan XH, Gao S. 2012.
Total bakteri pada perlakuan prebiotik, probiotik, Establishment of a multiplex PCR and an
dan sinbiotik lebih tinggi dibanding kontrol investigation of co-infection rate of WSSV
(Gambar 7). Tingginya total bakteri pada and IHHNV in Penaeid vannamei in Nothern
perlakuan prebiotik, diduga karena prebiotik of Jiangsu. Journal of Animal and Veterinary
yang diberikan mampu menstimulasi Advances 11: 181–185.
pertumbuhan bakteri di dalam usus, sedangkan Costa AM, Buglione CC, Bezerra FL, Martins
meningkatnya total bakteri pada perlakuan PCC, Barracco MA. 2009. Immune
probiotik dan sinbiotik diduga karena Vibrio assessment of farm-reared Penaeus vannamei
SKT-b yang diberikan. Pada akhir uji tantang, shrimp naturally infected by IMNV in NE
total bakteri pada perlakuan kontrol positif Brazil. Aquaculture 291: 141–146.
menunjukkan nilai tertinggi, diduga akibat V. Escobedo CM, Bonilla, Audoorn L, Wille M,
harveyi yang diinfeksikan tidak mampu ditekan Alday V, Sanz, Sorgeloos P, Pensaert MB,
oleh udang sehingga pada perlakuan ini juga Nauwynck HJ. 2006. Standardized white
dihasilkan sintasan terendah. spot syndrome virus (WSSV) inoculation
Perlakuan sinbiotik memiliki jumlah bakteri procedures for intramuscular or oral routes.
Vibrio SKT-b yang lebih tinggi dibandingkan Diseases of Aquatic Organisms 68: 181–188.
dengan perlakuan probiotik baik pada akhir Handeland SO, Imsland AK, Stefansson SO.
perlakuan maupun pascauji tantang, sedangkan 2008. The effect of temperature and fish
pada perlakuan kontrol dan prebiotik tidak size on growth, feed intake, food conversion
ditemukan (Gambar 8). Pemberian prebiotik, efficiency and stomach evacuation rate of
probiotik, dan sinbiotik hanya dilakukan selama Atlantic salmon post-smolts. Aquaculture
perlakuan 30 hari, dan tidak diberikan lagi pasca 283: 36–42.
uji tantang. Keberadaan bakteri Vibrio SKT-b Johansson MW, Keyser P, Sritunyalucksana K,
hingga akhir uji tantang membuktikan bahwa Soderhall K. 2000. Crustacean haemocytes
bakteri tersebut mampu hidup dan berkolonisasi and haemotopoiesis. Aquaculture 191: 45–52.
pada usus udang vaaname. Li CC, Yeh ST, Chen JC. 2008. The immune
Ko-infeksi V. harveyi dan IMNV response of white shrimp Litopenaeus
menunjukkan gejala klinis seperti timbulnya vannamei following Vibrio alginolyticus
nekrosis dan hilangnya transparansi pada injection. Fish and Shellfish Immunology 25:
permukaan tubuh, usus udang tidak terisi penuh, 853–860
dan ketika udang mengalami kematian seluruh Li J, Beiping T, Kangsen M. 2009.
tubuh udang berwarna putih susu yang diawali Dietaryprobiotic Bacillus OJ and
dari pangkal ekor dan akhirnya udang bewarna isomaltooligosaccharides influence the
kemerahan. Hasil penelitian Poulos et al. (2006) intestine microbial populations, immune
menunjukkan udang vaname yang diinfeksi V. responses and resistance to white spot
harveyi dan IMNV, memiliki gejala klinis syndrome virus in shrimp Litopenaeus
nekrosis yang muncul pertama kali pada hari ke- vannamei. Aquaculture 291: 35–40.
3 setelah infeksi. Pada beberapa sampel udang Maftuch, Prasetio E, Sudianto A, Rozik M,
yang terinfeksi juga tampak berpendar saat Nurdiyani R, Sanusi E, Nursyam H, Fariedah
diamati diruang gelap yang menunjukkan adanya F, Marsoedi, Murachman. 2013. Improvement
infeksi V. harveyi. of innate immune responses and defense
activity in tiger shrimp Penaeus monodon
KESIMPULAN Fab. by intramuscular administration of the
outer membrane protein Vibrio alginolyticus.
Pemberian prebiotik, probiotik, dan sinbiotik Springer Plus 2: 432-440.
mampu meningkatkan sintasan dan respons imun Mahious, Getesoupe, Hervi M, Metailler R,
Ollevier. 2006. Effect of dietary inulin and
oligosaccharides as prebiotics for weaning Tan Y, Xing Y, Zhang H, Feng Y, Zhou Y, Shi
turbot Psetta maxima (Linnaeus, C. 1758). ZL. 2009. Molecular detection of three
Aquaculture Internasional 14 (3): 219–229. shrimp viruses and genetic variation of white
Manning TS, Gibson GR. 2004. Prebiotics. spot syndrome virus in Hainan Province,
Journal Best Practice and Research Clinical China, in 2007. Journal of Fish Diseases 32:
Gastroenterology 18: 287–298. 777–784.
Nayak SK. 2010. Probiotics and immunity: a fish Verschuere L, Rombaut G, Sorgeloos P, Verstraete
perspective. Fish and Shellfish Immunology W. 2000. Probiotic bacteria as biological
29: 2–14. control agents in Aquaculture. Microbiolgical
Park KH, Kim JR, Lee JS, Lee H,Cho KH. 2010. and Molecular Biology Review 64: 655–671.
Ethanol and water extract of purple sweet Vieira-Girão PRN, Rocha IRCB, Costa FHF,
potato exhibits anti-atherosclerotic activity Rádis-Baptista G. 2012. Differential
and inhibits protein glycatio. Journal of induction of HSP-70 expression in response
Medicinal Food 13: 91–98 to IHHNV in white shrimp Litopenaeus
Phuoc LH, Corteel M, Nguyen CT, Nauwynck vannamei naturally co-infected with IHHNV
H, Pensaert M, Alday-Sanz V, Broeck van and IMNV. International Aquatic Research 4:
Den W, Sorgeloos P, Bossier P. 2009. Effect 17–30.
of dose and challenge routes of Vibrio spp. on Wang BY. 2007. Effect of probiotics on growth
co-infection with white spot syndrome virus performance and digestive enzyme activity
in Penaeus vannamei. Aquaculture 290: 61– of the shrimp Litopenaeus vannamei.
68. Aquaculture 269: 259–264.
Poulos BT, Tang KF, Pantoja CR, Bonami Widanarni, Lidaenni MA, Wahjuningrum D.
JR, Lightner DV. 2006. Purification and 2010. Pengaruh pemberian bakteri probiotik
characterization of infectious myonecrosis Vibrio SKT-b dengan dosis yang berbeda
virus of penaeid shrimp. Journal of General terhadap kelangsungan hidup dan
Virology 87: 987–996. pertumbuhan larva udang windu Penaeus
Putra AN. 2010. Aplikasi pemberian probiotik, monodon Fab. Jurnal Akuakultur Indonesia 9:
prebiotik dan sinbiotik untuk meningkatkan 21–29.
kecernaan pakan ikan nila Oreochromis Widanarni, Suwanto A, Sukenda, Lay BW. 2003.
niloticus. [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Potency of vibrio isolates for biocontrol of
Bogor. vibriosis in tiger shrimp Penaeus monodon
Sawhney S, Gandotra R . 2010. Growth response larvae. Biotropia 20: 11–23.
and feed conversion efficiency of Tor Widanarni, Widagdo P, Wahjuningrum D. 2012.
putitora Ham. fry at varying dietary protein Aplikasi probiotik, prebiotik, dan sinbiotik
levels. Pakistan Journal of Nutrition 9: 86–90. melalui pakan pada udang vaname
Schrezenmeir J, Vrese M. 2001. Probiotics, Litopenaeus vannamei yang diinfeksi Vibrio
prebiotics and synbiotic-approaching a harveyi. Jurnal Akuakultur Indonesia 11: 54–
definition. American Journal of Clinical 63.
Nutrition 73: 361–364. Yeh SP, Chen YN, Hsieh SL, Cheng W, Liu CH.
Tang KFJ, Pantoja CR, Poulos BT, Redman 2009. Immune response of white shrimp,
RM, Lightner DV. 2005. In situ hybridization Litopenaeus vannamei, after a concurrent
demonstrates that Litopenaeus vannamei, infection with white spot syndrome virus and
L. stylirostris and Penaeus monodon are infectious hypodermal and hematopoietic
susceptible to experimental infection with necrosis virus. Fish and Shellfish
infectious myonecrosis virus (IMNV). Immunology. 26: 582–588.
Diseases of Aquatic Organisms 63: 261–265. Zhou QC, Buentello JA, Gatlin DM. 2010.
Effects of dietary prebiotics on growth
performance, immune response and intestinal
morphology of red drum Sciaenops ocellatus.
Aquaculture: 253–257.