Anda di halaman 1dari 16

TOPIK 1

PENGUKURAN

A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengenal beberapa alat ukur dengan tingkat ketelitian
yang berbeda.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara menggunakan alat dengan tinggkat
ketelitian yang berbeda.
B. DASAR TEORI
Penggaris atau mistar adalah sebuah alat pengukur dan alat bantu
gambar untuk menggambar garis lurus. Alat ukur ini sendiri memiliki skala
terkecil sekitar 1mm atau 0,1cm. Penggaris memiliki ketelitian pengukuran
setengah dari skala terkecil yang dimilikinya yakni 0.5mm.

Jangka sorong (vernier caliper) adalah suatu alat ukur panjang yang
dapat digunakan untuk mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian
hingga 0,002 cm. Jangka sorong digunakan pula untuk mengukur panjang
benda maksimum 15 cm. keuntungan penggunaan jangka sorong adalah dapat
digunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng, diameter dalam sebuah
tabung atau cincin, maupun kedalam sebuah tabung.

Mikrometer Sekrup ini ditemukan pada abad ke-17 oleh seorang ilmuan
bernama Willaim Gascoigne dimana waktu itu sangat dibutuhkannya sebuah
alat yang lebih baik dan lebih persisi selain dari jangka sorong. Mikrometer
Sekrup ialah salah satu Alat Ukur yang bisa digunakan untuk mengukur
Panjang suatu Benda dan mengukur Tebal sebuah benda serta mengukur

1
Diameter Luar sebuah benda dengan tingkat ketelitian mencapai 0.01 mm (10-5
m).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Mistar 5. Koin
2. Jangka sorong 6. Bandul
3. Micrometer Sekrup 7. Botol
4. Kelereng

D. CARA KERJA
1. Ambil penggaris lalu letakkan pada benda yang akan diukur.
2. Lihatlah sekala yang tertera pada alat ukur.
3. Catatlah data pada tabel hasil pengukuran.
4. Ulangi langkah 1-3 dengan menggunakan alat ukur yang berbeda.

E. DATA HASIL PENGUKURAN


No Benda Mistar Ukur Jangka Sorong Micrometer Sekrup
(mm) (mm) (mm)
1
2
3
4
5

2
TOPIK 2
KALORIMETER

A. Tujuan
1. Mempelajari cara kerja kalorimeter.
2. Menentukan panas jenis berbagai logam.

B. Kajian Teori
Kalorimeter susungguhnya “hanyalah” sebuah wadah di mana
pencampuran dua zat atau lebih dapat berlangsung pada keadaan yang
mendekati keadaan ideal, yaitu keadaan yang tidak memungkinkan zat lain
(atau lingkungan) berinteraksi ke dalam sistem pencampuran tersebut,
sehingga menjamin pertukaran kalor mendekati sempurna, di mana kalor
yang dilepas seluruhnya (atau mendekati 100 %) bisa diserap oleh benda lain
yang diharapkan. Hal ini agar azas Black dapat digunakan dalam
perhitungannya nanti.
Untuk menjamin kondisi ideal, di mana lingkungan (udara) tidak
berinteraksi ke dalam sistem diperlukan suatu isolator temperatur supaya
kalor sistem tidak keluar, demikian juga kalor yang mungkin ada di luar sistem
tidak masuk ke dalam. Selain itu temperatur yang ada di dalam sistem harus
bisa teramati dengan baik. Untuk inilah keperluan inilah Kalorimeter
dirancang.

Gambar 4.2 Skema rangkaian kalorimeter

Perhatikan gambar 4.2 Isolator berbentuk silinder yang biasanya


terbuat dari logam berfungsi supaya udara luar tidak mempengaruhi
campuran zat (sistem) dalam ruang pencampuran, sehingga kalor di dalam
sistem dapat dianggap konstan. Begitu pula fungsi dari gabus isolator dan

3
penutup plastik. Dengan cara seperti ini dapat diharapkan untuk waktu yang
relatif singkat tidak ada kalor yang masuk atau keluar sistem (wadah/ruang
pencampuran). Termometer pada Kalorimeter digunakan untuk mengamati
perubahan temperatur selama proses serah-terima kalor antar zat
berlangsung dalam ruang/wadah pencampuran. Pengaduk berfungsi untuk
meratakan campuran.
Azas Black menyatakan bahwa apabila dua jenis zat A dan B
temperaturnya berbeda maka setelah dicampurkan zat yang bertemperatur
lebih tinggi (tA) akan memberikan kalor (panas) pada benda yang
bertemperatur lebih rendah (tB) terus-menerus sampai dicapai temperatur
kesetimbangan tc(konstan).
Dalam sebuah persamaan matematis dan dalam keadaan ideal
dimana tidak ada zat lain yang terlibat dalam proses ini, maka azas Black
dapat dituliskan sebagai berikut :
Q A =QB
m A⋅c A⋅Δt A =m B⋅c B⋅Δt B
m A⋅c A⋅(t A −t C )=mB⋅c B⋅(t C −t B )
Azas ini juga berlaku untuk lebih dari pencampuran dua zat, sehingga
secara umum azas Black dapat dituliskan sebagai berikut :
QLEPAS=QTERIMA
Artinya Jumlah kalor yang dilepas oleh zat yang bertemperatur lebih
tinggi akan seluruhnya diterima oleh zat yang bersuhu lebih rendah.
Jika zat/benda yang menerima kalor lebih dari satu jenis, maka
seberapa besar satu zat menerima kalor dibanding zat lain ditentukan oleh
kalor jenis benda (selain oleh massanya). Kalor jenis benda merupakan
karakter/sifat/properties suatu benda yang unik (berbeda dari yang lain) yang
menunjukan seberapa sulit zat/benda tersebut dapat menerima kalor. Sebuah
benda yang memiliki kalor jenis kecil cenderung akan mudah panas dibanding
zat yang memilki kalor jenis besar. Hal ini dimiliki biasanya oleh logam yang
cenderung lebih mudah panas, karena memang logam pada umumnya
memiliki kalor jenis kurang dari 0,5 (Kalor jenis tertinggi adalah 1 dimiliki oleh
air (H2O)).

4
C. Alat dan Bahan
1. Kalorimeter 6. Balok logam
2. Gelas ukur 7. Penjepit
3. Neraca O’haus 8. Air
4. Termometer 9. Segitiga penyangga
5. Pembakar bunsen

D. Prosedur Percobaan
Untuk mendapatkan kalor jenis suatu benda/zat, diperlukan dua tahap
percobaan:
1. Tahap I : Percobaan mengukur kalor jenis kalorimeter
2. Tahap II : Percobaan mengukur kalor jenis benda/zat

Tahap I : Mengukur kalor jenis Kalorimeter ck


Esensi dari percobaan ini adalah “mencampurkan” air (H2O) degan
temperatur yang lebih tinggi dengan air lain yang temperatur kamar (berkisar
antara 26o-29oC) di dalam ruang pencampuran Kalorimeter. Tujuan dari
percobaan tahap I ini adalah mendapatkan kalor jenis dari Kalorimeter ck.
Langkah-langkah kerja dari tahap I ini adalah sebagai berikut :
a. Timbang wadah pencampuran + pengaduk dalam keadaan kosong
dalam neraca teknis. Namakanlah hasil penimbangan ini Mk
b. Ambillah 100 cc air (H2O) dengan gelas ukur dan masukkanlah ke
dalam wadah pencampuran + pengaduk. Namakanlah hasil timbangan ini
sebagai Mk+a. Dari data ini anda bisa mendapatkan massa air 100 cc
dengan mengurangi Mk+a oleh Mk.
c. Ukurlah temperatur air dalam wadah dengan termometer dan
namakanlah ini sebagai tk dianggap sama dengan ta1.
d. Tuangkanlah air yang lain 100 cc ke dalam gelas ukur untuk
dipanaskan dengan menggunakan water heater/kompor listrik hingga
temperatur mencapai sekitar 80oC (ukur temperatur ini dengan
termometer yang berbeda dengan termometer yang anda gunakan untuk
mengukur tk dan ta1 tadi), namakanlah temperatur ini sebagai ta2.
Sementara itu pasanglah kembali wadah pencampuran pada tempatnya
dalam Kalorimeter. Lakukan proses nomor 4 sesegara mungkin supaya
temperatur air tidak turun.

5
e. Setelah temperatur air mencapai 80oC, tuangkanlah kembali air 80oC
ini pada ruang pencampuran, tutuplah kalorimeter dengan segera,
aduklah air yang ada dalam wadah dengan pengaduk, dan catatlah
temperaturnya setiap 2 atau 3 detik menggunakan stopwatch hingga
temperatur tidak lagi mengalami perubahan.
f. Percobaan tahap I selesai. Buanglah air yang telah selesai dipakai
dalam kalorimeter pada wadah pembuangan air.
Tahap II : Mengukur kalor jenis bahan/zat
a. Ambilah 100 cc air, tuangkan dalam wadah pencampuran + pengaduk
kemudian timbanglah. Namakan hasil penimbangan ini sebagai Ma+k.
b. Ukurlah temperatur air dalam wadah pencampuran dengan
menggunakan termometer, namakanlah temperatur ini sebagai ta.
c. Ambilah bahan/zat yang akan diukur kalor jenisnya masukkan ke
dalam wadah lain yang berisi air hingga terendam kemudian panaskan
hingga mendidih.
d. Ambillah bahan dengan menggunakan penjepit agar air panas tidak
ikut terbawa kemudian ukur temperaturnya. Namakanlah ini sebagai t b.
Secepat mungkin masukkan ke dalam wadah kalorimeter segera tutup
dan aduk perlahan kemudian catat perubahan temperaturnya setiap 2
atau 3 detik.
e. Catat temperaturnya tiap 2 atau 3 detik hingga suhu konstan,
namakanlah suhu konstan ini sebagai tc.
f. Buat hasil laporan sementara
g. kesimpulan
E. Hasil Pengamatan
mb Cb Ca Tb Ta Tc
Kuninga
Al Kuningan Cu Al Cu
n

1. Tabel 4.1 Tahap Pertama


T c Pada tabel pertama menjadi T b pada tabel kedua

2. Tabel 4.2 Tahap Kedua

6
mb Cb
Kuninga Ca Tb Ta Tc mk Ck
Al Kuningan Cu Al Cu
n

TOPIK 3
DAYA LISTRIK
A. Tujuan
1. Menentukan besarnya daya listrik pada lampu dengan pengukuran dan
membandingkannya dengan besar daya yang tertera pada lampu.
2. Menentukan hubungan kuat arus dengan daya listrik pengukuran.
3. Menentukan hubungan tegangan dengan daya listrik pengukuran.

B. Teori Singkat
Menurut Tipler (2001) daya listrik dapat diartikan sebagai banyaknya
energi listrik yang hilang per satuan waktu. Jadi daya listrik suatu alat yaitu
banyaknya usaha yang dilakukan suatu alat listrik setiap sekon. Dengan kata
lain daya suatu alat listrik menunjukkan kecepatan alat itu untuk mengubah
energi listrik menjadi energi bentuk lain. Sehingga besarnya daya listrik
dirumuskan sebagai berikut:
W
P=
t karena W=VIT , maka
VIt
P=
t atau P=VI
V
I=
menurut hukum Ohm, R , sehingga rumus daya listrik dapat ditulis
sebagai berikut:

V V2
P=V =
R R
keterangan: P = daya listrik, watt (W)
W = usaha, joule (J)
t = waktu , sekon (s)
V = tegangan listrik, volt (V)
I = kuat arus listrik, ampere (A)

7
R = hambatan listrik, Ohm (Ω)
C. Alat dan Bahan
1. Catu Daya, 1 buah 4. Kabel penghubung, secukupnya
2. Meter dasar, 2 buah 5. Sakelar, 1 buah
3. Bola lampu, 1 buah

D. Langkah Kerja:
1. Rangkai alat seperti pada gambar 6.1 di bawah ini:

Gambar 6.1
2. Lihat dan catat besarnya tegangan pada lampu.
3. Aktifkanlah catu daya (ON) dengan tegangan 3 V DC.
4. Tutup sakelar, amatilah lampu dan bacalah penunjuk voltmeter (V) dan
amperemeter (I) kemudian catat hasilnya pada tabel 6.1.
5. Bukalah sakelar
6. Ulangi langkah 3, 4, dan 5 dengan mengubah-ubah tegangan catu-daya
menjadi 6 V DC, 9 V DC, dan 12 V DC.
7. Bandingkan daya yang tertera pada lampu dengan daya hasil
pengukuran. Apakah daya yang tertera pada lampu sama dengan hasil
pengukuran? Jika tidak mengapa?
E. Hasil Pengamatan
Tabel 6.1 Data Hasil Pengamatan Daya Listrik
Tegangan Kuat Arus
Tegangan Daya Daya Lampu Nyala
No. Pada pada
Catu-Daya Lampu Pengukuran Lampu
Lampu Lampu
1. 3V
2. 6V
3. 9V
4. 12 V

8
TOPIK 4
PEMANTULAN SEMPURNA
A. Tujuan
Menyelidiki sifat - sifat pemantulan cahaya dari kaca ke udara serta dapat
menentukan besarnya sudut kritis.
B. Teori Singkat :
Apabila cahaya melintasi suatu materi ke yang lainnya di mana indeks
biasnya lebih kecil seperti gambar 6.1 cahaya akan dibelokkan menjauhi garis
normal ( berkas J ). Pada sudut datang tertentu. Sudut bias mencapai 90̊ dan
dalam hal ini berkas bias akan berhimpitan dengan permukaan (berkas K). Sudut
datang yang menghasilkan sudut 90̊ ini disebut sudut kritis disebut sudut kritis
θc,.
Berdasarkan hukum Snell, besarnya θc dinyatakan dengan :
Sin θc = n2/n1 sin 90
Sin θc = n2/n1
Untuk semua sudut datang yang lebih kecil dari θc akan ada kertas bias,
walaupun sebagian cahaya juga dipantulkan pada perbatasan. Untuk sudaut
datang yang lebih besar dari θc maka tidak akan ada berkas bias sama sekali,
dan seluruh cahaya akan dipantulkan (berkas L ), Giancoli ( 2001 : 260)
menyimpulkan bahwa efek ini dinamakan pemantulan sempurna

Gambar 6.1
C. Alat dan Bahan
1. Kertas, 1 lembar
2. Lampu senter atau leser , 1 buah
3. Diagfragma 1 celah , 1 buah
4. Penggaris , 1 buah
5. Busur derajat , 1 buah
6. Balok kaca seteah lingkaran , 1 buah

9
D. Cara Kerja
1. Buatlah bidang kartesius dengan membuat garis - garis bersudut 10̊ ,
20̊ , 30̊, dan 40̊ terhadap garis OP
2. Letakan balok kaca seteah lingkaran dengan posisi datarnya.
Usahakan agar pusat lingkaran di titik O
3. Geserlah sumber cahaya dan diagfragma sehingga sudut datang
berhimpit dengan garis yang bersudut 10̊.
4. Amati sinar bias dan tandailah arahnya dengan tanda silang pada
sinar bias. Angkat balok kaca seteah lingkaran lalu gambarkan sinar
biasnya ukurlah r ( sudut bias) kemudian hitung indeks bias kaca
dengan persamaa nm sin i = nu sin r
5. Ulangi langkah 2,3, dan 4 untuk sudut datang yang lainnya, yaitu 20̊,
30̊, dan 40̊
6. Perbesar terus sudut datangnya ( putar kertasnya) sampai dihasilkan
bias 90̊

Q P
O

Gambar 6.2
E. Hasil Pengamatan
1. Tabel 6.1 data hasil pengamatan pembiasan cahaya dari kaca ke
udara
No Sudut datang Sudut bias ( Sinus i Sinus R nm
r)
10 ̊
20 ̊
30 ̊
40 ̊
2. Sudut bias mencapai 90 ̊ bila sudut datangnya ..........
3. Mungkinkah sudut bias > 90 ̊ ?

10
TOPIK 5
GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN

A. Tujuan
1. Melukiskkan grafik perpindahan terhadap waktu pada GLBB.
2. Menganalisis grafik perpindahan terhadap waktu pada GLBB.
3. Melukiskkan grafik percepatan terhadap waktu pada GLBB.
4. Menganalisis grafik percepatan terhadap waktu pada GLBB.

B. Dasar Teori
Perpindahan (s) adalah perubahan posisi ditinjau dari awal dan posisi akhir
benda tersebut. Perpindahan merupakan besaran vektor yang memiliki nilai,
arah, dan satuan. Dalam menentukan arahnya bergantung pada tanda positif
atau negatif pada nilai percepatan. Apabila positif, maka benda akan bergerak
ke sebelah kanan, dan jika negatif maka benda akan bergerak ke sebelah kiri.
Seperti ditampilkan pada gambar.

BENDA
Negatif (-) Positif (+)

Gambar 2.1 Arah pergerakan benda


Percepatan (a) merupakan besaran turunan dari kecepatan terhadap
waktu. Percepatan dapat didefinisikan sebagai besarnya kecepatan persatuan
waktu. Gerak lurus berubah beraturan adalah gerak yang lintasannya berbentuk
garis lurus dengan kecepatan yang selalu berubah – ubah dari waktu kewaktu
secara berurutan. Misalnya adalah mobil yang bergerak dari keadaan diam lalu
bergerak dengan kecepatan terentu. Kejadian tersebut akan mengakibatkan
perubahan kecepatan dari waktu ke waktu. Apabila digambarkan melalui
persamaan adalah sebagai berikut.

11
1
x=x 0 + v 0 t+ at 2
2
1
x−x 0 = at 2
2
2 ( x−x 0 )
a= 2
t

Dengan :
a = percepatan
X = Jarak akhir
Xo = jarak awal
Vo = kecepatan awal
t = waktu

C. Alat dan Bahan


1. Kereta dinamik atau trolli
2. Beban
3. Selotip
4. Benang 1 meter
5. Katrol rel
6. Komputer
7. Papan softwere tracker

D. Prosedur Percobaan
1. Rakitlah alat dan bahan seperti gambar berikut.

Gambar 2.2

Ikatlah benang 1 meter pada ujung lain kereta atau trolli dan
rentangkan benang tersebut melalui katrol rel. Jangan dulu mengikat

12
massa sebesar 200 gram ke benang tersebut. Jaga agar kereta
dinamik tidak bergerak.
2. Letakkan balok perlahan di atas meja (dekat katrol)
3. Atur jarak antara kereta dinamik dengan balok penahan sedemikian
rupa hingga l=h (h adalah jarak jatuh benda)
4. Buat video percobaan menggunakan kamera handphone
5. Beri jarak tempuh kereta dinamik sejauh 10 cm
6. Ulangi langkah 5 pada jarak 20 cm, 30 cm, 40 cm
7. Analisis video menggunakan video analisis tracker
8. Catat dan amati yang terjadi
9. Buat laporan hasil sementara

E. Hasil pengamatan
Table 2.1 untuk perpindahan 0 – 10 cm
No X (cm) t (s)

Table 2.2 untuk perpindahan 0 – 20 cm


No X (cm) t (s)

Table 2.3 untuk perpindahan 0 – 30 cm


No X (cm) t (s)

Table 2.4 untuk perpindahan 0 – 40 cm


No X (cm) t (s)

13
TOPIK 6
PERCOBAAN MELDE

A. Tujuan
1. Memperlihatkan gelombang transversal stasioner.
2. Menentujkan cepat rambat gelombang pada tali.
3. Menentukan beasar frekuensi gelombang.
4. Menganalisis pengaruh berat beban terhadap cepat rambat dan
frekuensi gelombang.
B. Dasar Teori
Gelombang berdiri terbentuk dari dua gelombang tali yang digetarkan terus
menerus yang merupakan perpaduan gelombang datang dan gelombang
pantul. Apa yang terjadi jika ada dua gelombang berjalan dengan frekuensi dan
amplitudo sama tetapi arah berbeda bergabung menjadi satu? Hasil gabungan
itulah yang dapat membentuk gelombang baru. Gelombang baru ini akan
memiliki amplitudo yang berubah-ubah tergantung pada posisinya dan
dinamakan gelombang stasioner. Pada proses pantulan gelombang, terjadi
gelombang pantul yang mempunyai amplitudo dan frekuensi yang sama
dengan gelombang datangnya, hanya saja arah rambatannya yang
berlawanan. Hasil interferensi (perpaduan) dari kedua gelombang tersebut
disebut Gelombang Stasioner Atau Gelombang Diam. Gelombang stasioner
dapat dibentuk dari pemantulan suatu gelombang. Contohnya pada gelombang
tali. Tali dapat digetarkan di salah satu ujungnya dan ujung lain diletakkan pada
pemantul. Berdasarkan ujung pemantulnya dapat dibagi dua yaitu ujung terikat
dan ujung bebas. Gelombang stasioner adalah gelombang hasil superposisi
dua gelombang berjalan yang amplitudo sama, frekuensi sama dan arah
berlawanan.
Melde menemukan bahwa cepat rambat gelombang pada dawai sebanding
dengan akar gaya tegangan tali da berbanding terbalik dengan kar massa
persatuan panjang dawai. Percobaan Melde digunakan untuk menyelidiki cepat
rambat gelombang tranversal dalam dawai.
Frekuensi gelombang adalah banyaknya gelombang yang terjadi tiap
satuan waktu. Cepat rambat gelombang (v) adalah jarak yang ditempuh

14
gelombang tiap satuan waktu. Secara umum, cepat rambat gelombang dapat
dirumuskan sebagai berikut :
v = λ f
Dimana :
v = cepat rambat gelombang (m/s)
λ = panjang gelombang (m)
f = frekuensi (Hz)
C. Alat dan Bahan
1. Pembangkit getaran vibrator
2. Tali
3. Katrol
4. Beban
5. Catu daya dan kabel

D. Prosedur Percobaan

1. Persiapkan alat dan bahan yang digunakan.


2. Timbang massa tali dan beban.
3. Ukurlah panjang tali.
4. Susunlah alat seperti pada gambar.
5. Hubungkan vibrator dengan catu daya menggunakan kabel
penghubung
6. Hidupkan catu daya hingga bergetar sehingga pada tali membentuk
gelombang seperti pada gambar.
7. Hitung banyaknya perut yang terbentuk untuk mencari panjang
gelombang
8. Ulangi langkah 4-7 dengan ukuran beban yang semakin bertambah.
9. Hitung besarnya cepat rambat gelombang
10. Hitung pula frekuensi
11. Catatlah hasil pengamatan ada pada tabel

15
12. Simpulkan pengaruh berat beban terhadap besar kecepatan dan
frekuensi.
E. Hasil Pengamatan
Tabel. Pengamatan Percobaan Melde
No MBeban MTali (n) F= m 2l 1 F f v
(Kg) (Kg) mb.g
µ=
l
ƛ=
n f=
ƛ √ μ
v=
√ μ (m/s)
(m) (Hz) (m/s)
(N)
1
2
3
4

16

Anda mungkin juga menyukai