Dosen:
Ir. Titi Liliani Soedirdjo M.Sc.
Asisten:
Raffael Victor Vanuel 15015043
Bagas Panandito 15015062
Disusun oleh:
Marco Christian Sutanto 15016034
Puji syukur marilah penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa.
yang atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan pengerjaan tugas
besar hidrologi dengan baik dan lancar.
Terima kasih juga penulis haturkan kepada segala pihak yang membantu dalam
pengerjaan karya tulis ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ir. Titi Liliani Soedirdjo M.Sc. selaku guru kelas yang membimbing dalam
pengerjaan laporan ini
2. Raffael Victor Vanuel Bagas Panandito selaku asisten pembimbing dari
penulis dalam pengerjaan laporan ini
3. Orang tua yang memberi dukungan secara moral dan materiil
4. Kepada teman-teman yang membantu penulis baik memberi dukungan
maupun semangat kepada penulis
Karya tulis ini ditulis berdasarkan data-data PUPR berupa data standar
perancangan. Berbagai upaya telah dilakukan penulis untuk mendapatkan hasil
terbaik dalam karya tulis ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini tak lepas dari kesalahan dan kekurangan
dikarenakan kemampuan penulis yang terbatas. Oleh karena itu penulis mengharap
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca guna kesempurnaan
laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat serta menambah
pengetahuan bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
4.1.1 Alinyemen Horizontal ..................................................................... 14
4.1.2 Stationing ........................................................................................ 14
4.1.3 Perencanaan Tikungan .................................................................... 14
4.1.4 Superelevasi .................................................................................... 17
4.2 Perhitungan Geodetik ............................................................................. 18
4.3 Penentuan Stationer ................................................................................ 25
BAB V PERANCANGAN ALINYEMEN VERTIKAL .................................. 27
5.1 Teori Dasar ............................................................................................. 27
5.1.1 Alinyemen Vertikal ......................................................................... 27
5.1.2 Kelandaian....................................................................................... 27
5.1.3 Lengkung Vertikal .......................................................................... 28
5.2 Perhitungan Alinyemen .......................................................................... 29
BAB VI PERANCANGAN SALURAN DAN DRAINASE PERMUKAAN . 33
6.1 Teori Dasar ............................................................................................. 33
6.1.1 Debit Rencana dan Periode Ulang .................................................. 33
6.1.2 Drainase........................................................................................... 33
6.1.3 Gorong-Gorong ............................................................................... 34
6.2 Perhitungan Debit Rencana .................................................................... 34
6.3 Perencanaan Dimensi Saluran Drainase ................................................. 41
6.4 Perencanaan Dimensi Gorong-Gorong................................................... 42
BAB VII PERANCANGAN PENAMPANG MELINTANG JALAN ............ 44
7.1 Komponenen Penampang Melintang ..................................................... 44
7.2 Komponenen Penampang Melintang ..................................................... 45
7.3 Penampang Melintang Galian dan Timbunan ........................................ 49
BAB VIII PERHITUNGAN GALIAN DAN TIMBUNAN ............................. 52
8.1 Perhitungan Average End Area Method................................................. 52
8.2 Mass Haul Diagram ................................................................................ 54
BAB IX PENUTUP ............................................................................................. 57
9.1 Kesimpulan ............................................................................................. 57
9.2 Saran ....................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 58
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
Tabel 6. 3 Perhitungan debit saluran ..................................................................... 37
Tabel 6. 4 Nilai C dan nd ...................................................................................... 38
Tabel 6. 5 Nilai pengaliran .................................................................................... 39
Tabel 6. 6 Nilai nd ................................................................................................. 39
Tabel 6. 7 Nilai v izin............................................................................................ 40
Tabel 6. 8 Perhitungan debit gorong-gorong ........................................................ 41
Tabel 6. 9 Dimensi saluran drainase ..................................................................... 41
Tabel 6. 10 Koefisien saluran ............................................................................... 42
Tabel 6. 11 Dimensi gorong-gorong ..................................................................... 43
Tabel 7. 1 Elevasi Jalan Rencana dan Jalan Asli .................................................. 45
Tabel 7. 2 Komponen Jalan Utama ....................................................................... 46
Tabel 7. 3 Komponen Bahu Jalan ......................................................................... 47
Tabel 7. 4 Komponen Dimensi Drainase .............................................................. 48
Tabel 8. 1 Perhitungan volume galian dan timbunan ............................................ 53
vi
DAFTAR GRAFIK
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dalam kehidupannya membutuhkan pergerakan dari suatu tempat
ke tempat lain yang bertujuan untuk berpindah tempat maupun untuk memindahkan
barang. Dalam pelaksanaanya, dibutuhkan sarana dalam melakukan pergerakan
tersebut. Terdapat 3 sarana yang terdapat yaitu darat, laut, dan udara. Sarana darat
dapat dibedakan antara jalan dan rel. Jalan diperuntukan untuk kendaraan beroda
dan rel digunakan untuk kereta api. Secara kenyataan, jalan lebih digunakan dalam
kegiatan sehari-hari karena lebih tersedia dari sarana lain.
1
1.2 Objektif
Penulis diminta untuk menghubungkan titik awal dengan titik akhir pada
suatu koridor yang telah diberikan, lengkap beserta konturnya dengan membuat
suatu jalan berdasarkan pilihan alternatif yang terbaik dan mengikuti ketentuan
serta referensi peraturan yang digunakan
1) Bab I. Pedahuluan
Bagian ini terdiri dari latar belakang, objektif, dab sistematika penulisan
laporan
Bagian kriteria perancangan desain jalan terdiri dari langkah dan contoh
perhitungan kriteria desain jalan dan tabel perancangan
2
BAB II
KRITERIA PERANCANGAN DESAIN JALAN
1. Jalan arteri yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara efisien.
2. Jalan kolektor yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi
dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan lokal yaitu Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk
tidak dibatasi.
• Klasifikasi menurut kelas jalan
3
menurut rencana trase jalan dengan mengabaikan perubahan-perubahan pada
bagian kecil dari segmen rencana jalan tersebut.
4
tersebut dapat pula dipergunakan satuan Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR). LHR
adalah hasil bagi jumlah kendaraan yang diperoleh selama pengamatan dengan
lamanya pengamatan.
Data LHR ini cukup teliti jika pengamatan dilakukan pada interval-interval
waktu yang cukup menggambarkan fluktuasi lalu lintas selama 1 tahun dan hasil
LHR yang dipergunakan adalah harga rata-rata dari perhitungan LHR beberapa
kali.
2.1.4 Kapasitas
Kapasitas jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk menampung arus atau
volume lalu lintas yang ideal dalam satuan waktu tertentu, dinyatakan dalam jumlah
kendaraan yang melewati potongan jalan tertentu dalam satu jam (kend/jam), atau
dengan mempertimbangan berbagai jenis kendaraan yang melalui suatu jalan
digunakan satuan mobil penumpang sebagai satuan kendaraan dalam perhitungan
kapasitas maka kapasitas menggunakan satuan satuan mobil penumpangper jam
atau (smp)/jam.
Pada saat arus rendah kecepatan lalu lintas kendaraan bebas tidak ada
gangguan dari kendaraan lain, semakin banyak kendaraan yang melewati ruas jalan,
kecepatan akan semakin turun sampai suatu saat tidak bisa lagi arus/volume lalu
lintas bertambah, di sinilah kapasitas terjadi. Setelah itu arus akan berkurang terus
dalam kondisi arus yang dipaksakan sampai suatu saat kondisi macet total, arus
tidak bergerak dan kepadatan tinggi.
5
1. Kriteria Perencanaan Jalan berdasarkan Permen PUPR No.
19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria
Perencanaan Teknis Jalan:
2.1.6 Umur Rencana
Umur rencana perkerasan jalan ialah jumlah tahun dari saat jalan tersebut
dibuka untuk lalu lintas kendaraan sampai diperlukan suatu perbaikan yang bersifat
strktural (sampai diperlukan overlay lapisan perkerasan). Selama umur rencana
tersebut pemeliharaan perkerasan jalan tetap harus dilakukan, seperti pelapisan non
strktural yang berfungsi sebagai lapis aus. Umur rencana untuk perkerasan lentur
jalan baru umumnya 20 tahun dan untuk peningkatan jalan 10 tahun. Umur rencana
yang lebih besar dari 20 tahun tidak lagi ekonomis karena perkembangan lalu lintas
yang terlalu besar dan sukar mendapatkan ketelitian yang memadai (tambahan tebal
lapisan perkerasan menyebabkan biaya awal yang cukup tinggi).
6
Tabel 2. 3 Permen PUPR No. 19/PRT/M/2011
7
Tabel 2. 5 Permen PUPR No. 19/PRT/M/2011
8
2.2 Kriteria perancangan Perancangan
Untuk jalan yang di desain kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut
Ketetuan perancangan medan didapatkan dari data yang telah diberikan oleh asisten
LHRT
Jalan Dibuka 20340 smp/hari
Akhir Masa
Layanan 53968.08 smp/hari
VJP
Jalan Dibuka 2237.4 smp
Akhir Masa
Layanan 5936.488 smp
Jumlah lajur
Jalan Dibuka 1.385387 Jalur 2 Jalur
Akhir Masa
Layanan 3.675844 Jalur 4 Jalur
Contoh perhitungan
5 20
LHRT akhir masa layanan 𝐿𝐻𝑅𝑇 × (1 + 𝑖)𝑛 = 20340 × (1 + 100) = 53968
VJP jalan dibuka 𝐿𝐻𝑅𝑇 × 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑗𝑎𝑚 𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 = 20340 × 0.11 = 2237.3
VJP akhir masa layanan 𝐿𝐻𝑅𝑇 × 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑗𝑎𝑚 𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 = 53968 × 0.11 = 5936
𝑉𝐽𝑃 2237.3
Jumlah jalur jalan dibuka 𝑅𝑉𝐾 ×𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 = 0.85 ×1900 = 1.385 ~ 2
9
𝑉𝐽𝑃 5936
Jumlah jalur jalan dibuka 𝑅𝑉𝐾 ×𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 = 0.85 ×1900 = 3.675~ 4
10
BAB III
PERANCANGAN DAN EVALUASI TRASE
3.1.3 Topografi
Topografi adalah istilah luas yang digunakan untuk menggambarkan studi
terperinci tentang permukaan bumi. Ini termasuk perubahan pada permukaan
seperti pegunungan dan lembah serta fitur seperti sungai dan jalan.
11
Topografi juga bisa mencakup permukaan planet lain, bulan, asteroid dan
meteor. Topografi terkait erat dengan praktik survei, yaitu praktik untuk
menentukan dan mencatat posisi ti-tik-ti-tik dalam hubungan satu sama lain
Ada 2 alternatif trase yang direncanakan pada tugas besar ini, alternatif I
dan alternatif II. Namun yang selanjutnya dipakai dalam perencanaan lebih lanjut
adalah salah satu alternatif, saja, yaitu alternatif I karena dinilai lebih baik daripada
alternatif lainnya. Berikut dilampirkan tabel kelebihan dan kekurangan masing-
masing alternatif trase:
12
Kelebihan Jarak dalam melakukan perjalanan lebih dekat
Bisa dipersingkat menjadi 1 tikungan
Bisa menggunakan kecepatan rencana yang tinggi
apabila menggunakan 1 tikungan
Trase 2 Kekurangan Diperlukan adanya penimbunan pada laut yang
menyebabkan biaya yang mahal
Pengerjaan pembuatan jalan sangat susah
Tidak bisa digunakan 2 tikungan (jari-jari terlalu kecil)
Kecepatan rencana tidak bisa memenuhi target
13
BAB IV
PERANCANGAN ALINYEMEN HORIZONTAL
4.1.2 Stationing
Stationing adalah penentuan jarak langsung yang diukur dari titik awal,
sedangkan stasiun (Sta) adalah jarak langsing yang diukur dari titik awal (Sta.
0+000) sampai titik yang dicari stasiunnya. Untuk menentukan stasiun (Sta) pada
suatu titik diberikan.
14
Karena tikungan hanya berbentuk lingkalan saja, maka pencapaian
superelevasi dilakukan sebagian pada bagian jalan yang lurus dan sebagian lagi
dilakukan pada bagian lingkaran (lengkung). Karena sesungguhnya bagian
tikungan peralihan itu sendiri tidak ada, maka panjang daerah pencapaian
superelevasi disebut sebagai panjang peralihan fiktif (Ls').
Menurut Bina Marga, panjang peralihan fiktif ini ditempatkan pada bagian
jalan yang lurus sebesar 3/4 Ls' (yaitu disebelah kiri TC atau sebelah kanan CT)
dan pada bagian lingkaran (lengkungan) sebesar 1/4 Ls'.
15
jalur, sehingga lengkung peralihan tidak dibutuhkan. Sedangkan besarnya jari-jari
lengkungan minimum yang tidak memerlukan lengkung peralihan.
16
Gambar 4. 3 Tikungan Spiral-Circle-Spiral
4.1.4 Superelevasi
Superelevasi adalah kemiringan melintang permukaan pada lengkung
horizontal. Superelevasi bertujuan untuk memperoleh komponen berat kendaraan
untuk mengimbangi gaya sentrifugal. Semakin besar superelevasi, semakin besar
komponen berat kendaraan yang diperoleh. Superelevasi maksimum yang dapat
dipergunakan pada suatu jalan raya dibatasi oleh beberapa keadaan sbb :
• keadaan cuaca
• jalan yang berada didaerah yang sering turun hujan
• keadaan medan, daerah datar nilai superelevasi lebih tinggi daripada daerah
perbukitan.
• keadaan lingkungan, perkotaan atau luar kota. Superelevasi maksimum
sebaiknya lebih kecil di perkotaan daripada luar kota.
• komposisi jenis kendaraan dari arus lalu lintas.
17
Nilai-nilai e maksimum :
Langkah pertama adalah penentuan azimuth sebagai acuan sudut yang akan
digunakan sebagai desain jalan. Terdapat 4 jenis kuadran dengan rumus tercantum
diatas
18
Tabel 4. 2 Superelevasi rancangan
19
Tabel 4. 3 Ls min5
Tabel 4. 4 Penentuan m
20
Tabel 4. 5 Perhitungan sudut tikungan
Sudut
Koordinat Jarak Kuadran Azimuth Azimuth Azimuth
Titik Tikungan
X Y X Y d α rad α Δ
A 649255,2698 9226690,909
329,5785 54,058 333,9824 I 1,408222 80,68519 80,68519
PI1 649584,8483 9226744,967 51,002784
406,0606 -361,634 543,7503 II -0,8432 -48,312 131,688
PI2 649990,9089 9226383,333 91,6654065
274,2424 326,568 426,4453 I 0,698526 40,02257 40,02257
B 650265,1513 9226709,901
Contoh perhitungan
Rmin 164,805 m
Vrencana 60 km/h
Elevasi maksimum 8%
Elevasi normal -2 %
Lebar lajur 3,5 m
Perhitungan R min
𝑉𝑟 2 602
𝑅𝑚𝑖𝑛 = = = 164,805
127(𝑒𝑚𝑎𝑥 + 𝑓𝑚𝑎𝑥) 127 ( 8 + 0,092)
100
21
Tabel 4. 7 Variabel
T 3
c 0,4
re 0,025
m 200
d(A-PI1) 333,9824172 333,9824 333,9824 333,9824 333,9824 333,9824 333,9824 333,9824 333,982417 333,982417 333,9824
Cek d OK OK OK OK OK OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK
d(PI1-PI2) 543,7502743 543,7503 543,7503 543,7503 543,7503 543,7503 543,7503 543,7503 543,750274 543,750274 543,7503
Cek d OK OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK
328,075
7 2
(𝑒𝑑−𝑒𝑛)𝑉𝑟 ( − )60
100 100
6. 𝐿𝑠𝑚𝑖𝑛3 = 3,6𝑟𝑒
= 3,6𝑟𝑒
= 33,333
22
7 2
7. 𝐿𝑠𝑚𝑖𝑛4 = 𝑏𝑚(𝑒𝑛 + 𝑒𝑑) = 167 (100 + 100) = 52,605
8. 𝐿𝑠𝑚𝑖𝑛5 = 63
9. Yang terpakai adalah hasil maksimal yaitu 63
𝐿𝑠 360 63 360
10. 𝜃𝑠 = 2𝑅 × = 2×200 × = 9,02
2𝜋 2𝜋
127,69
𝑅+𝑝 200+0,8267
18. 𝐸𝑠 = ∆ −𝑅 = 51 − 200 = 22,5
cos( ) cos( )
2 2
d(API1-PI2)543,7503 543,7503 543,7503 543,7502743 543,7503 543,7503 543,7503 543,7503 543,7503 543,7502743 543,7503
Cek d OK OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK
d(PI2-B) 426,4453 426,4453 426,4453 426,4452516 426,4453 426,4453 426,4453 426,4453 426,4453 426,4452516 426,4453
Cek d OK OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK
23
Contoh perhitungan lengkung spiral-spiral
383,39
𝑅+𝑝 200+21,32
11. 𝐸𝑠 = ∆ −𝑅 = 91,66 − 200 = 117,65
cos( ) cos( )
2 2
d(A-PI1) 333,9824172 333,9824 333,9824 333,9824 333,9824 333,9824 333,9824 333,9824 333,982417 333,982417 333,9824
Cek d OK OK OK OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK
d(PI1-PI2) 543,7502743 543,7503 543,7503 543,7503 543,7503 543,7503 543,7503 543,7503 543,750274 543,750274 543,7503
Cek d OK OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK
24
Tabel 4. 11 Alternatif 2 PI 2(SCS)
Alternative 2
PI2
Δ 91,66541 91,66541 91,66541 91,66540648 91,66541 91,66541 91,66541 91,66541 91,66541 91,66540648 91,66541
R(m) 175 200 250 300 400 500 600 700 800 900 1000
ed tabel(%) 7,4 7 6,2 5,6 4,7 3,9 3,4 3 2,7 2,4 2,2
Ls min 1 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Ls min 2 34,5525 28,0875 20,0175 14,91 9,13875 6,73875 5,0025 3,9375 3,13875 2,79 2,3475
Ls min 3 36 33,33333 28 24 18 12,66667 9,333333 6,666667 4,666667 2,666666667 1,333333
Ls min 4 54,943 52,605 47,929 44,422 39,1615 34,4855 31,563 29,225 27,4715 25,718 24,549
Ls min 5 67 63 55 50 42 35 31 27 24 22 20
Ls desain 67 63 55 50 50 50 50 50 50 50 50
θs 10,96805 9,024085 6,302536 4,774648293 3,580986 2,864789 2,387324 2,046278 1,790493 1,591549431 1,432394
Δ 69,72931 73,61724 79,06033 82,1161099 84,50343 85,93583 86,89076 87,57285 88,08442 88,48230762 88,80062
Lc 212,9761 256,9726 344,9658 429,958946 589,9453 749,9316 909,9179 1069,904 1229,891 1389,876838 1549,863
Yc 4,275238 3,3075 2,016667 1,388888889 1,041667 0,833333 0,694444 0,595238 0,520833 0,462962963 0,416667
Xc 66,75448 62,84372 54,93345 49,96527778 49,98047 49,9875 49,99132 49,99362 49,99512 49,99614198 49,99688
p 1,06881 0,826875 0,504167 0,347222222 0,260417 0,208333 0,173611 0,14881 0,130208 0,115740741 0,104167
Cek ok OK OK OK OK OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK
k 33,45871 31,47379 27,48887 24,99420292 24,99674 24,99792 24,99855 24,99894 24,99919 24,99935687 24,99948
Ts 214,7211 238,2246 285,3823 334,2009486 437,0639 539,9612 642,8758 745,8005 848,7313 951,6663555 1054,604
Es 77,69802 88,23137 109,5294 131,0652683 174,463 217,9105 261,383 304,8697 348,3653 391,8668945 435,3726
L total 346,9761 382,9726 454,9658 529,958946 689,9453 849,9316 1009,918 1169,904 1329,891 1489,876838 1649,863
d(PI1-PI2) 543,7503 543,7503 543,7503 543,7502743 543,7503 543,7503 543,7503 543,7503 543,7503 543,7502743 543,7503
Cek d OK OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK
d(PI2-B) 426,4453 426,4453 426,4453 426,4452516 426,4453 426,4453 426,4453 426,4453 426,4453 426,4452516 426,4453
Cek d OK OK OK OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK Not OK
25
SC
Sta.ST+Ls 0+793,181 0+767,719 -7 7
CS
Sta.TsS+2L
ST 1+116,666 1+120,278 -2 -2
s
B Sta.TS+2Ts 1+174,242 1+162,829 -2 -2
Diagram Superelevasi
8
0
0+000,000 0+200,000 0+400,000 0+600,000 0+800,000 1+000,000 1+200,000 1+400,000
-2
-4
-6
-8
26
BAB V
PERANCANGAN ALINYEMEN VERTIKAL
5.1 Teori Dasar
5.1.2 Kelandaian
Menurut Spesifikasi Standar untuk Perencanaan Geometrik Jalan Luar Kota
1990, walaupun hampir semua mobil penumpang dapat mengatasi kelandaian 8%
sampai 9% tanpa kehilangan kecepatan yang berarti, pengaruh kelandaian pada
27
kecepatan truk agak nyata. Untuk menentukan kelandaian maksimum kemampuan.
Menanjak sebuah truk bermuatan maupun biaya konstruksi harus diperhitungkan.
Tabel 2.22 menunjukkan 2 kategori kelandaian maksimum. Untuk kasus biasa,
kelandaian diperbolehkan mengikuti nilai-nilai yang ditunjukkan pada baris atas
tabel tersebut. Bila anggaran tidak dapat menampung biaya untuk mendapatkan
kelandaian standar maksimum sepanjang suatu bagian jalan yang pendek, maka
kelandaian pada bagian itu dapat dinaikkan sampai nilai kelandaian maksimum
mutlak.
28
Lengkung vertikal cembung adalah lengkung yang terbentuk pada
perpotongan antara kedua kelandaian yang berada di atas permukaan jalan.
b) Lengkung vertikal cekung
Lengkung vertikal cekung adalah lengkung yang terbentuk pada
perpotongan antara kedua kelandaian berada di bawah permukaan jalan.
• Lingkaran
• Parabola sederhana
• Parabola tingkat tiga
• Spiral (chothoide)
29
Grafik 5. 1 Panjang kritis
0+000,000 35
1 -5 OK 200 275 OK
0+200,000 25
2 SCS 0 OK 450 Infinite OK
0+450,000 25
3 0 5% OK 470 Infinite OK
0+470,000 25
4 SS 0 OK 1120 Infinite OK
1+120,000 25
5 0 OK 1150 Infinite OK
1+150,000 25
Melakukan pendesainan dengan titik stationer yang kita desain dengan nilai
Panjang kritis sebagai penentu pada grafik 5.1, lalu melakukan perhitungan kriteria
Tabel 5. 2 Konstanta
Reduction 15%
Vr 60
f 0,45
s 73,64
𝑉𝑟 2
𝑆 = 0,694 + 0,004 × ( ) = 73,64
𝑓
30
Berikut merupakan nilai koefisien factor keamanan
405 405
𝐿𝑣 = 2𝑆 − = 2 × 73,64 − = 66,9488
𝐴 5
5 2
𝐴𝑆 2 100 × 73,64
𝐿𝑣(𝑐𝑒𝑘 𝑠) = = = 66,28
405 405
5
𝐿𝑣 𝑚𝑖𝑛1 = 𝐴𝐾 = × 8 = 2,25
100
𝑆2 73,642
𝐿𝑣 𝑚𝑖𝑛2 = = = 13,387
405 405
A 5 Lv 67
Sta Gradien Elevasi asli x y Elevasi Jalan Keterangan
0+150,000 27,5 0,0 0 27,5 Sebelum Lv
0+166,500 26,675 0,0 0 26,675 Awal LV
0+170,000 -5 26,5 3,5 0,0045709 26,5045709 Awal LV - PVI
0+175,000 26,25 8,5 0,02695896 26,27695896 Awal LV - PVI
0+180,000 26 13,5 0,06800373 26,06800373 Awal LV - PVI
0+200,000 25 33,5 0,41875 25,41875 PVI
0+210,000 25 23,5 0,20606343 25,20606343 PVI - Akhir LV
0+222,000 25 11,5 0,04934701 25,04934701 PVI - Akhir LV
0
0+233,500 25 0,0 0 25 Akhir LV
0+250,000 25 0,0 0 25
31
dimana nilai
5
𝐴
𝑦 = 0,5 × × 𝑥 2 = 0,5 × 100 × 33,52 = 0,41875
𝐿𝑣 67
Setelah itu melakukan plot pada grafik sehingga hasil didapatkan adalah sebagai
berikut.
Alinyemen vertikal
28
27,5
27
26,5
Elevasi Jalan
26
Elevasi asli
25,5
25
24,5
0+140,000 0+160,000 0+180,000 0+200,000 0+220,000 0+240,000 0+260,000
32
BAB VI
PERANCANGAN SALURAN DAN DRAINASE PERMUKAAN
6.1 Teori Dasar
Periode ulang adalah waktu hipotetik dimana suatu kejadian dengan nilai
tertentu, debit rencana misalnya, akan disamai atau dilampaui 1 kali dalam jangka
waktu hipotetik tersebut. Hal ini tidak berarti bahwa kejadian tersebut akan
berulang secara teratur setiap periode ulang tersebut.
6.1.2 Drainase
Drainase atau pengatusan adalah pembuangan massa air secara alami atau
buatan dari permukaan atau bawah permukaan dari suatu tempat. Pembuangan ini
dapat dilakukan dengan mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air.
Irigasi dan drainase merupakan bagian penting dalam penataan sistem penyediaan
air di bidang pertanian maupun tata ruang.
Saluran drainase sering kali dirujuk sebagai drainase saja karena secara
teknis hampir semua drainase terkait dengan pembuatan saluran. Saluran drainase
permukaan biasanya berupa parit , sementara untuk bawah tanah disebut gorong-
gorong di bawah tanah.
33
6.1.3 Gorong-Gorong
Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air
(saluran irigasi atau pembuang) melewati bawah jalan air lainnya (biasanya
saluran), di bawah jalan, atau jalan kereta api. Gorong-gorong juga digunakan
sebagai jembatan ukuran kecil, digunakan untuk mengalirkan kecil atau sebagai
bagian drainase ataupun selokan jalan.
Pertama-tama data curah hujan harian maksimum 10 tahun dicari nilai rata-
rata per tahunnya. Selanjutnya, diurutkan dari yang terbesar sampai yang terkecil.
Kemudian dilakukan perhitungan curah hujan maksimum rencana dengan periode
ulang tertentu dengan menggunakan metode Log Pearson III. Pada perhitungan kali
ini, kita mengambil curah hujan periode ulang 5 dan 10 tahun sebagai data untuk
debit rencana.
34
Tabel 6. 2 Perhitungan debit rencana
no Rmax P Tr Log (Rmax)
(Log(Rmax)-avg)^2
(Log(Rmax)-avg)^3w z Kt Log Rt Rt
0,1 10 2,14597 1,2817 1,22 3,898 7905,107
0,2 5 1,79412 0,8415 0,855 3,891 7772,079
1 7861,667 0,090909 11 3,895514626 0,00049443 1,099E-05 2,18993 1,3354 1,263 3,899 7920,784
2 7830 0,181818 5,5 3,893761762 0,00041955 8,594E-06 1,84648 0,9083 0,912 3,892 7792,794
3 7770 0,272727 3,666667 3,890421019 0,00029386 5,037E-06 1,61201 0,6042 0,647 3,886 7697,177
4 7736,667 0,363636 2,75 3,888553886 0,00023333 3,564E-06 1,42239 0,3483 0,413 3,882 7613,865
5 7613,333 0,454545 2,2 3,881574845 6,8824E-05 5,71E-07 1,25575 0,1139 0,189 3,877 7535,309
6 7538,333 0,545455 1,833333 3,877275337 1,5972E-05 6,383E-08 1,25575 -0,1139 -0,04 3,873 7456,905
7 7283,333 0,636364 1,571429 3,862330187 0,00011987 -1,31E-06 1,42239 -0,3483 -0,28 3,868 7374,184
8 7105 0,727273 1,375 3,851564082 0,00047153 -1,02E-05 1,61201 -0,6042 -0,55 3,862 7281,512
9 7093,333 0,818182 1,222222 3,850850369 0,00050304 -1,13E-05 1,84648 -0,9083 -0,89 3,855 7168,266
10 6933,333 0,909091 1,1 3,84094208 0,00104566 -3,38E-05 2,18993 -1,3354 -1,38 3,845 7003,703
Jumlah 38,73278819 0,00366606 -2,78E-05
AVG 3,873278819
S 0,020182675
Cs -0,470046392
k -0,078341065
5. Nilai rata rata log Rmax (μlog (Rmax)) dihitung dengan rumus:
1
𝜇log 𝑅𝑚𝑎𝑥 = × ∑ log 𝑅max = 3,8733
𝑛
35
8. Nilai (log(Rmax) - µ log(Rmax))3
(log 𝑅max − 𝜇log 𝑅max )3 = (3,8955 − 3,8733)2 = 0,00001099
1 0,5 1 0,5
𝑤 = [ln 2 ] = [ln ] = 2,18993
𝑃 0,090912
36
14. Nilai log RT dihitung dengan rumus :
log 𝑅𝑇 = µlog 𝑅max + (𝐾𝑇 × 𝑆log 𝑅 )
𝑙𝑜𝑔 𝑅𝑇 = 3,87382
Nilai RT dihitung dengan rumus :
𝑅𝑇 = 10log 𝑅𝑇
𝑅𝑇 = 7478,6426 mm
15. Curah hujan periode ulang 5 tahun, maka dilakukan Perencanaan debit
dengan langkah Tr =5 dengan cara yang sama maka didapatkan
𝑅𝑇=5 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 = 7772 mm
16. Curah hujan periode ulang 10 tahun, maka dilakukan Perencanaan debit
dengan langkah Tr =10 dengan cara yang sama maka didapatkan
𝑅𝑇=5 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 = 7905 mm
Luas daerah
A1 A2 A3 C ti(1) ti(2) ti(OK) t2 tc Rt I Q
layanan
1,5 0,4 2 3,9 0,697436 1,796856 1,643054 1,796856 4,444444 6,2413 7772,079 794,8468 0,600551
7,306818 1,948485 9,742424 18,9977268 0,697436 1,696214 2,149709 2,149709 21,64983 23,79954 7772,079 325,6525 1,198555
37
3. Nilai e luar, e dalam, e, e bahu, lebar lajur, dan lebar bahu dalam maupun
luar dapat diambil dari kriteria perancangan jalan yang dirancang.
𝑒 𝑙𝑢𝑎𝑟 = 2%
𝑒 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 = −2%
𝑒 = 2%
𝑒 𝑏𝑎ℎ𝑢 = 7%
𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑙𝑎𝑗𝑢𝑟 = 3,5 𝑚
𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑏𝑎ℎ𝑢 𝑙𝑢𝑎𝑟 = 2 𝑚
𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑏𝑎ℎ𝑢 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 = 0,5 𝑚
𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑘𝑖𝑡𝑎𝑟 = 10 𝑚
4. Hitung luas setengah badan jalan.
𝐿𝑢𝑎𝑠 1/2 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 𝐽𝑎𝑙𝑎𝑛 = 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐽𝑎𝑙𝑢𝑟 × 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑆𝑒𝑔𝑚𝑒𝑛
= (2 × 3,5 + 0,5) × 200 = 1500 m
38
Tabel 6. 5 Nilai pengaliran
Tabel 6. 6 Nilai nd
2 𝑛𝑑 0,167
𝑡1 = ( × 3,28 × 𝑙𝑜 × ) = 1,643053503 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
3 √𝑖𝑠
𝑙𝑜 = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑢ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑘𝑖𝑡𝑎𝑟 𝑘𝑒 𝑑𝑟𝑎𝑖𝑛𝑎𝑠𝑒 (𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 10)
10. Menghitung t2
𝐿
𝑡2 = = 4,444 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
60𝑣
39
Tabel 6. 7 Nilai v izin
Dimana :
40
Tabel 6. 8 Perhitungan debit gorong-gorong
Panjang Lebar Lebar bahu Lebar Lebar daerah
Segment Sta Awal Sta Akhir is eluar e dalam e e bahu
segmen jalur dalam bahu sekitar
1 0+000,000 0+200,000 200,000 0,05 -2 -2 0,02 0,06 3,5 0,5 2 10
2 0+200,000 1+174,242 974,242 0,002 7 -7 0,07 0,06 3,5 0,5 2 10
Luas daerah
A1 A2 A3 C ti(1) ti(2) ti(OK) t2 tc Rt I Q
layanan
1,5 0,4 2 3,9 0,697436 1,796856 1,643054 1,796856 4,444444 6,2413 7905,107 808,4514 0,61083
7,306818 1,948485 9,742424 18,9977268 0,697436 1,696214 2,149709 2,149709 21,64983 23,79954 7905,107 331,2264 1,219069
𝑤 = √0,5ℎ
= 0,5
3. Menghitung luas (F)
𝐹 =𝑏×ℎ
= 0,25 𝑚2
41
5. Menghitung jari-jari hidrolis (R)
𝐹
𝑅=
𝑃
= 0,167 𝑚
6. Menentukan V
1 2 1
𝑉= × 𝑅 3 × 𝑆 2 = 5,209237396 𝑚/𝑠
𝑛
Dengan n 0,013
Tabel 6. 10 Koefisien saluran
42
gorong harus diperhatikan terhadap fungsi dan medan setempat. Agar dapat
berfungsi dengan baik, maka gorong-gorong ditempatkan pada:
Debit Debit
Segment s b h w F (m^2) P R n v Cek
saluran rencana
1 0,02 0,75 0,75 0,61237 0,5625 2,25 0,25 0,016 3,507694 1,97307782 1,8299 OK
43
BAB VII
PERANCANGAN PENAMPANG MELINTANG JALAN
Dalam perancangan kali ini, lebar 3,5 m merupakan lebar secara horizontal
dan bukan lebar asli dari jalan. Jadi lebar bersih jalan ialah 3,5007 m. Hal ini
dikarenakn kita mengasumsikan kemiringan baru terjadi setelah pembuatan 3,5
meter lebar jalan. Langkah yang dibuat pada penampang adalah dengan menarik
garis 3,5 meter lalu membuat ketinggian 2% dari 3,5 meter lalu menyambungkan 2
garis tersebut. Hal ini akan menimbulkan lebar yang lebih dengan menganut
persamaan pitagoras.
44
7.2 Komponenen Penampang Melintang
Berikut merupakan tabel komponen penampang melintang sepanjang trase
45
Tabel 7. 2 Komponen Jalan Utama
y jalan y jalan
No Stationer x bahu dalam e kiri e kanan x jalan
kiri kanan
1 0+000,000 0,5 -2 -2 7 -0,14 -0,14
2 0+100,000 0,5 -2 -2 7 -0,14 -0,14
3 0+200,000 0,5 -2 -2 7 -0,14 -0,14
4 0+206,713 0,5 -2 -2 7 -0,14 -0,14
5 0+250,000 0,5 4,18 -4,18 7 0,29 -0,29
6 0+269,713 0,5 7 -7 7 0,49 -0,49
7 0+300,000 0,5 7 -7 7 0,49 -0,49
8 0+328,787 0,5 7 -7 7 0,49 -0,49
9 0+350,000 0,5 7 -7 7 0,49 -0,49
10 0+384,746 0,5 7 -7 7 0,49 -0,49
11 0+400,000 0,5 4,82 -4,82 7 0,34 -0,34
12 0+447,746 0,5 -2 -2 7 -0,14 -0,14
13 0+450,000 0,5 -2 -2 7 -0,14 -0,14
14 0+480,333 0,5 -2 -2 7 -0,14 -0,14
15 0+500,000 0,5 -2,34 -1,38 7 -0,16 -0,10
16 0+550,000 0,5 -3,21 0,18 7 -0,22 0,01
17 0+600,000 0,5 -4,08 1,75 7 -0,29 0,12
18 0+650,000 0,5 -4,95 3,31 7 -0,35 0,23
19 0+700,000 0,5 -5,82 4,88 7 -0,41 0,34
20 0+750,000 0,5 -6,69 6,45 7 -0,47 0,45
21 0+753,000 0,5 -6,74 6,54 7 -0,47 0,46
22 0+767,719 0,5 -7 7 7 -0,49 0,49
23 0+800,000 0,5 -6,54 6,18 7 -0,46 0,43
24 0+850,000 0,5 -5,83 4,90 7 -0,41 0,34
25 0+900,000 0,5 -5,12 3,62 7 -0,36 0,25
26 0+950,000 0,5 -4,41 2,35 7 -0,31 0,16
27 1+000,000 0,5 -3,71 1,07 7 -0,26 0,07
28 1+050,000 0,5 -3,00 -0,21 7 -0,21 -0,01
29 1+100,000 0,5 -2,29 -1,48 7 -0,16 -0,10
30 1+120,278 0,5 -2 -2 7 -0,14 -0,14
31 1+150,000 0,5 -2 -2 7 -0,14 -0,14
32 1+162,829 0,5 -2 -2 7 -0,14 -0,14
46
Tabel 7. 3 Komponen Bahu Jalan
47
Tabel 7. 4 Komponen Dimensi Drainase
b h w H total
No Stationer
drainase drainase drainase drainase
1 0+000,000 0,5 0,5 0,5 1
2 0+100,000 0,5 0,5 0,5 1
3 0+200,000 0,5 0,5 0,5 1
4 0+206,713 1 1 0,71 1,71
5 0+250,000 1 1 0,71 1,71
6 0+269,713 1 1 0,71 1,71
7 0+300,000 1 1 0,71 1,71
8 0+328,787 1 1 0,71 1,71
9 0+350,000 1 1 0,71 1,71
10 0+384,746 1 1 0,71 1,71
11 0+400,000 1 1 0,71 1,71
12 0+447,746 1 1 0,71 1,71
13 0+450,000 1 1 0,71 1,71
14 0+480,333 1 1 0,71 1,71
15 0+500,000 1 1 0,71 1,71
16 0+550,000 1 1 0,71 1,71
17 0+600,000 1 1 0,71 1,71
18 0+650,000 1 1 0,71 1,71
19 0+700,000 1 1 0,71 1,71
20 0+750,000 1 1 0,71 1,71
21 0+753,000 1 1 0,71 1,71
22 0+767,719 1 1 0,71 1,71
23 0+800,000 1 1 0,71 1,71
24 0+850,000 1 1 0,71 1,71
25 0+900,000 1 1 0,71 1,71
26 0+950,000 1 1 0,71 1,71
27 1+000,000 1 1 0,71 1,71
28 1+050,000 1 1 0,71 1,71
29 1+100,000 1 1 0,71 1,71
30 1+120,278 1 1 0,71 1,71
31 1+150,000 1 1 0,71 1,71
32 1+162,829 1 1 0,71 1,71
48
7.3 Penampang Melintang Galian dan Timbunan
Setelah mengatahui tentang dimensi jalan dan dimensi dari elevasi tanah
maka selanjutnya adalah mencari nilai timbunan atau galian. Pada kali ini akan
digunakan software autocad sebagai metode perhitungan dalam menghitung luas
galian atau timbunan per potongan melintang
Gambar di atas menunjukan bahwa pada sta 0+000,00, agar jalan dapat
dibuat sesuai dengan rencana jalan, maka tempat harus digali dan ditimbun
sehingga tanah memiliki ketinggan yang sama dengan rencana jalan tersebut.
Galian ditunjukan dengan arsiran berwarna hijau, sedangkan timbunan ditunjukan
dengan arsiran berwarna merah. Kemudian, luas arsiran tersebut dihitung dengan
autocad untuk mendapatkan luas galian/timbunan pada stationing tersebut.
49
b. Timbunan
Gambar di atas menunjukan bahwa pada sta 0+100,00, agar jalan dapat
dibuat sesuai dengan rencana jalan, maka tempat harus ditimbun sehingga tanah
memiliki ketinggan yang sama dengan rencana jalan tersebut. Timbunan ditunjukan
dengan arsiran berwarna merah. Kemudian, luas arsiran tersebut dihitung dengan
autocad untuk mendapatkan luas galian/timbunan pada stationing tersebut.
c. Galian
50
Gambar 7. 4 Penampang galian
Gambar di atas menunjukan bahwa pada sta 0+750,00, agar jalan dapat
dibuat sesuai dengan rencana jalan, maka tempat harus digali sehingga tanah
memiliki ketinggan yang sama dengan rencana jalan tersebut. Galian ditunjukan
dengan arsiran berwarna hijau. Kemudian, luas arsiran tersebut dihitung dengan
autocad untuk mendapatkan luas galian/timbunan pada stationing tersebut.
51
BAB VIII
PERHITUNGAN GALIAN DAN TIMBUNAN
1. Rumus Galian
(luas galian 1 + luas galian 2)
Volume Galian = × jarak
2
2. Rumus Timbunan
3. Rumus Kumulatif
Keterangan :
52
Tabel 8. 1 Perhitungan volume galian dan timbunan
Stationing Jarak Luas Galian Luas timbunan Volume galian Volume timbunan Volume kumulatif
0+000,000 27,23 32,8 0
100,000 1361,5 12418,5
0+100,000 0 215,57 -11057
100,000 0 29807
0+200,000 0 380,57 -40864
6,713 0 2593,315811
0+206,713 0 392,04 -43457,31581
43,287 0 17004,38101
0+250,000 0 393,62 -60461,69682
19,713 0 7991,703035
0+269,713 0 417,18 -68453,39986
30,287 0 13201,28932
0+300,000 0 454,57 -81654,68918
28,787 0 13315,71472
0+328,787 0 470,55 -94970,4039
21,213 0 10030,46099
0+350,000 0 475,14 -105000,8649
34,746 0 17038,26045
0+384,746 0 505,58 -122039,1253
15,254 0 7713,424211
0+400,000 0 505,78 -129752,5495
47,746 0 25294,14987
0+447,746 0 553,74 -155046,6994
2,254 0 1246,020223
0+450,000 0 552,08 -156292,7196
30,333 0 17236,18041
0+480,333 0 584,39 -173528,9
19,667 0 11498,79939
0+500,000 0 584,95 -185027,6994
50,000 0 29597
0+550,000 0 598,93 -214624,6994
50,000 0 26952
0+600,000 0 479,15 -241576,6994
50,000 0 20673,75
0+650,000 0 347,8 -262250,4494
50,000 0 11032,75
0+700,000 0 93,51 -273283,1994
50,000 11157,5 2337,75
0+750,000 446,3 0 -264463,4494
3,000 1338,39 0
0+753,000 445,96 0 -263125,0594
14,719 7006,126688 0
0+767,719 506,02 0 -256118,9328
32,281 18276,65964 0
0+800,000 626,33 0 -237842,2731
50,000 32828,25 0
0+850,000 686,8 0 -205014,0231
50,000 32851,25 0
0+900,000 627,25 0 -172162,7731
50,000 24624,25 0
0+950,000 357,72 0 -147538,5231
50,000 8943 3046,75
1+000,000 0 121,87 -141642,2731
50,000 0 10557,75
1+050,000 0 300,44 -152200,0231
50,000 0 18017,5
1+100,000 0 420,26 -170217,5231
20,278 0 8210,197
1+120,278 0 389,5 -178427,7201
29,722 0 11130,70306
1+150,000 0 359,49 -189558,4232
12,829 0 4227,464608
1+162,829 0 299,57 -193785,8878
53
Contoh perhitungan untuk galian dan timbunan pada sta 0+000,00
hingga sta 0+100,00:
1. Menghitung jarak
2. Luas galian dan luas timbunan didapatkan dari luas arsiran pada
autocad, didapatkan pada sta 0+000,00, luas galiannya 27,23 m2 dan
luas timbunannya 32,8 m2, sedangkan pada sta 0+100,00, tidak ada
galian dan luas timbunannya 215,57 m2
3. Menghitung Volume Galian
54
jumlah pekerjaan tanah (galian atau timbunan) pada sumbu-y. Volume galian
biasanya diberikan nilai positif dan volume timbunan diberikan nilai negatif.
Kurva yang naik menunjukkan dibutuhkannya galian dan kurva yang turun
menunjukkan kebutuhan timbunan. Sedangkan, adanya puncak atas menunjukkan
perubahan galian menjadi timbunan, dan puncak bawah menunjukkan perubahan
timbunan menjadi galian. Berikut contoh bentuk mass haul diagram beserta arti dari
gambar tersebut.
-50000
-100000
Volume Kumulatif
-150000
-200000
-250000
-300000
Stationing
Pada diagram di atas, kurva cenderung turun dari titik 0, hal ini karena
dalam perencanaan jalan pekerjaan timbunan sangat mendominasi dibanding
pekerjaan galian. Pada stationing sekitar 0+700,00 mulai terjadi kenikan pada
kurva, hal ini dikarenakan pada daerah sekitar titik tersebut volume galian yang
dibutuhkan agar sesuai jalan rencana cukup besar dibandingkan timbunannya.
Namun karena, secara kumulatif sepanjang trase jalan tetap lebih banyak timbunan
dibanding galian, daerah kurva semua berada di daerah negatif.
55
cenderung berakhir di nilai 0 pada sumbu horizontal. Hal tersebut menunjukan
bahwa biaya yang dikeluarkan untuk tanah timbunan dapat diminimalisir karena
tanahnya dapat diambil dari hasil galian.
56
BAB IX
PENUTUP
9.1 Kesimpulan
Dalam laporan ini didapatkan beberapa kesimpulan :
9.2 Saran
Dalam perencanaan desain jalan sebaiknya menggunakan standar
binamarga sebab kita merancang desain dengan di Indonesia sebagai letaknya dan
mengikuti peraturan di Indonesia. Untuk daerah pegunungan sebaiknya
menggunakan desain gunung dan tidak memaksakan desin datar agar tidak keulitan
dalam pekerjaan galian dan timbunan. Dalam mendesain suatu jalan wajib
dilakukan studi terhadap kendaraan yang akan melewati daerah tersebut agar desain
tepat dan tidak menimbulkan underperformance pada jalan
57
DAFTAR PUSTAKA
https://fadlyfauzie.wordpress.com/2010/12/05/rekayasa-lalu-lintas/
https://ensiklopedialingkungan.blogspot.com/2016/08/memahami-faktor-hari-
maks-dan-faktor.html
https://www.academia.edu/11301930/VOLUME_LALU_LINTAS
https://id.wikipedia.org/wiki/Kapasitas_jalan
Standar Konstruksi dan Bangunan No. 007/BM/2009 tentang Geometri Jalan Bebas
Hambatan untuk Jalan Tol
Permen PUPR No. 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria
Perencanaan Teknis Jalan
https://id.scribd.com/doc/52133659/TRASE-JALAN
https://usaha321.net/pengertian-topografi.html
http://www.academia.edu/28736506/Alinyemen_Horizontal
http://adnyana4all.blogspot.com/2012/11/
58