Anda di halaman 1dari 12

 

Menurut WHO penyakit tropis adalah penyakit yang terjadi hanya di daerah


tropis. Penyakit tropis yang diabaikan adalah beberapa penyakit yang seringnya
menyerang mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan di negara-negara tropis
dunia. Dan menurut WHO, seringnya penyakit-penyakit ini tidak dikenal di
bagian dunia yang lain. Beberapa dari penyakit ini bisa fatal dan menyebabkan
kematian, dan banyak di antaranya yang bisa menyebabkan kecacatan seumur
hidup. Dan walau banyak penyakit tropis yang bisa diobati dan dicegah,
mendapatkan pengobatan yang layak untuk penderitanya adalah kesulitan
terbesar. Ini karena penyakit tersebut terutama menyerang mereka yang ada di
negara miskin dengan layanan kesehatan yang terbatas.

1. Onchocerciasis,
juga dikenal sebagai kebutaan sungai atau Penyakit Robles.
Penyebab : infeksi cacing parasit Onchocerca volvulus.
Cacing parasit disebarkan oleh gigitan lalat hitam dari jenis Simulium.Biasanya
infeksi muncul setelah penderita berkali-kali terkena gigitan lalat tersebut.
Gejala :  gatal-gatal parah, benjolan di bawah kulit, dan kebutaan
Pencegahan : belum ada vaksin unutk penyakit ini, pencegahan dilakukan dengan
- menghindari gigitan lalat, yang bisa dilakukan dengan
- menggunakan penolak serangga dan pakaian yang memadai.
- menyemprotkan insektisida untuk menekan populasi serangga.
Pengobatan :
-  pemberian obat ivermectin setiap enam atau dua belas bulan sekali.
Epidemiologi :
Sekitar 17 hingga 25 juta jiwa terinfeksi kebutaan sungai, dengan sekitar
0,8juta jiwa darinya juta jiwa di antaranya menderita tingkat tertentu dari
kehilangan penglihatan.
Infeksi paling banyak ditemukan di Afrika Sub-Sahara, sekalipun sejumlah
kasus juga dilaporkan di Yemen dan wilayah-wilayah terisolasi
di Tengah dan Amerika Selatan. Pada tahun 1915, dokter Rodolfo
Robles pertama kali menemukan hubungan antara cacing dengan penyakit
mata. Oleh World Health Organization penyakit ini dimasukkan ke dalam
daftar penyakit tropikal yang terabaikan.
2. Leishmaniasis 
Penyebab : parasit Leishmania
Gejala : Gejala leishmaniasis berbeda-beda berdasarkan jenisnya .

 Gejala cutaneous leishmaniasis

 Adanya ulkus atau luka bergaung (seperti sariawan tetapi pada kulit),
luka ini timbul beberapa minggu setelah tergigit oleh sandfly.
 Timbulnya bintik kecil kemerahan sebagai gejala awal setelah tergigit,
semakin lama dapat membesar membentuk benjolan seperti bisul yang
dapat pecah sehingga menimbulkan luka bergaung.
 Pembengkakan kelenjar getah bening.

 Gejala mucocutaneous leishmaniasis

 Hidung tersumbat
 Keluarnya cairan dari hidung
 Mimisan
 Kesulitan bernapas.

 Gejala visceral leishmaniasis (Kala Azar)

 Demam
 Perasaan lemah dan lesu
 Penurunan berat badan yang drastis
 Pembesaran pada hati, limpa dan kelenjar getah bening.

Pencegahan :
 Menggunakan pakaian tertutup seperti celana panjang, baju lengan
panjang (baju diselipkan ke dalam celana bila perlu), dan kaus kaki
tinggi.
 Menggunakan obat nyamuk pada bagian tubuh yang tidak tertutup baju
seperti pada bagian ujung tangan dan kaki.
 Menyemprotkan insektisida pada ruang tidur.
 Tidur di permukaan lantai yang lebih tinggi dari sebuah bangunan,
serangga akan lebih sulit untuk terbang lebih tinggi.
 Gunakan pendingin ruangan jika memungkinkan, kipas angin juga
dapat membuat sandfly kesulitan terbang.
 Hindari keluar rumah ketika senja dan fajar, karena sandfly lebih aktif
pada waktu tersebut.
 Gunakan kelambu yang diselipkan di Kasur dan bisa perlu
disemprotkan insektisida. Ukuran sandfly lebih kecil dari nyamuk
sehingga membutuhkan kelambu yang lebih rapat.

Pengobatan :

Pengobatan leishmaniasis juga bergantung pada jenisnya. Umumnya cutaneous


leishmaniasis dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan. Namun
biasanya dokter tetap menganjurkan pengobatan untuk mempercepat
penyembuhan dan mengurangi komplikasi.

Sedangkan untuk mucocutaneous dan visceral leishmaniasis harus segera diobati


karena berpotensi untuk menyebabkan komplikasi yang
fatal. Mucocutenous dan visceral leishmaniasis dapat diobati dengan obat-obatan
anti parasitik seperti Amphoterisin B dan Paramomycin.

3. African trypanosomiasis atau penyakit tidur


Penyebab : parasit dari spesies Trypanosoma brucei. 

Terdapat dua jenis parasit tersebut yang menginfeksi manusia, Trypanosoma


brucei gambiense (T.b.g) dan Trypanosoma brucei rhodesiense (T.b.r.). T.b.g
menyebabkan lebih dari 98% kasus yang dilaporkan.[1] Keduanya biasanya
ditularkan melalui gigitan lalat tsetse yang terinfeksi dan paling umum terjadi di
wilayah pedesaan.

Gejala :

Gejala tahap pertama penyakit ini yaitu penderita mengalami demam, sakit
kepala, gatal-gatal, dan nyeri sendi. Gejala ini dimulai sekitar satu hingga tiga
pekan setelah penderita digigit oleh lalat tersebut. Beberapa minggu hingga
beberapa bulan kemudian, tahap kedua dimulai dengan tanda-tanda kebingungan,
koordinasi anggota tubuh yang lemah, mati rasa dan susah tidur.

Pencegahan dan pengobatan :

Pencegahan penyakit yang parah dilakukan lewat penyaringan populasi yang


berisiko melalui tes darah untuk T.b.g. Pengobatan lebih mudah bila penyakit ini
terdeteksi lebih awal dan sebelum gejala neurologis terjadi. Pengobatan tahap
pertama yaitu menggunakan obat pentamidin atau suramin. Pengobatan tahap
kedua menggunakan eflornitin atau kombinasi nifurtimoks dan eflornitin untuk
T.b.g.

4. Penyakit Chagas atau ‘kissing bugs’

Penyebab : parasit Trypanosoma cruzi.

Serangga menggigit manusia dan menjadi pembawa T. cruzi melalui tinja. Tinja


dapat menginfeksi tubuh manusia dari hidung, mulut, atau luka gigitan itu sendiri.

Serangga ini biasanya menggigit manusia saat sedang tidur. Bagian tubuh yang
paling sering digigit adalah area dengan kulit yang tipis, seperti mata atau mulut.

Gejala :
 demam, lemah seperti gejala flu
 ruam, luka
 muntah
 diare
 tidak nafsu makan
 bengkak pada kelopak mata (tanda Romana)

Pencegahan :

Tidak ada vaksin untuk mencegah infeksi penyakit Cahagas. Cara paling ampuh
mencegah penyakit ini adalah dengan menghindari serangga triatomine. Serangga
ini cenderung tinggal di rumah yang terbuat dari lumpur, adobe, dan jerami.

Tindakan lain yang dapat di lakukan adalah menggunakan kelambu ketika tidur.
Selain itu, pastikan selalu membersihkan rumah secara rutin.

Pengobatan :

Pada tahap awal, penyakit Chagas cukup mudah disembuhkan. Obat untuk
membunuh parasit adalah benznidazole dan nifurtimox. Obat harus dikonsumsi
selama 2 bulan. Pengobatan akan efektif jika obat dikonsumsi secepatnya setelah
infeksi.

Semakin lama dan terlambat, maka akan semakin kurang efektivitas obat. Obat ini
tidak dapat dikonsumsi oleh ibu hamil, namun bisa digunakan untuk bayi baru
lahir. Namun, dikonsultasikan dokter lebih dahulu.

5. Ascariasis

Penyebab : Ascaris lumbricoides atau biasa disebut dengan cacing gelang

Gejala :

Gejala tahap awal


Tahap awal adalah fase ketika larva cacing berpindah dari usus ke paru-paru. Fase
ini terjadi 4-16 hari setelah telur cacing masuk ke tubuh. Gejala yang muncul pada
tahap ini, antara lain:

 Demam tinggi
 Batuk kering
 Sesak napas
 Mengi

Gejala tahap lanjut


Tahap ini terjadi ketika larva cacing berjalan ke tenggorokan dan kembali tertelan
ke usus, serta berkembang biak. Fase ini berlangsung 6-8 minggu pasca telur
masuk ke dalam tubuh. Pada umumnya gejala tahap ini meliputi sakit perut, diare,
terdapat darah pada tinja, serta mual dan muntah.
Gejala di atas akan semakin memburuk bila jumlah cacing di dalam usus semakin
banyak. Selain merasakan sejumlah gejala tersebut, penderita juga akan
mengalami sakit perut hebat, berat badan turun tanpa sebab, dan terasa seperti ada
benjolan di tenggorokan. Selain itu, cacing dapat keluar dari tubuh melalui
muntah, saat buang air besar, atau melalui lubang hidung.
Pencegahan :

 Selalu mencuci tangan dengan air bersih dan sabun tiap sebelum makan,
sebelum memasak dan menyediakan makanan, setelah buang air besar, dan
setelah menyentuh tanah.
 Cuci buah dan sayuran hingga bersih sebelum dikonsumsi.
 Pastikan masakan benar-benar matang sebelum dikonsumsi.
 Usahakan hanya minum air dalam kemasan yang masih disegel ketika
bepergian. Jika tidak tersedia, masaklah air hingga mendidih sebelum
meminumnya.

Pengobatan :

Pada sebagian kasus, ascariasis dapat sembuh dengan sendirinya. Meskipun


demikian, disarankan segera ke dokter bila mengalami gejala ascariasis. Dokter
akan meresepkan obat cacing, seperti:

 Mebendazole. Mebendazole diresepkan pada pasien usia 1 tahun ke atas,


dengan dosis 2 kali sehari untuk 3 hari. Sejumlah efek samping yang dapat
muncul akibat penggunaan obat ini meliputi diare, ruam kulit, dan sering
buang angin.
 Piperazine. Piperazine diresepkan pada bayi usia 3-11 bulan, dengan 1
dosis tunggal. Efek samping obat ini antara lain sakit perut, diare, mual,
muntah, dan kolik.
 Albendazole. Obat ini dianjurkan untuk dikonsumsi 2 kali sehari. Sakit
perut, mual, muntah, pusing, serta ruam kulit adalah beberapa efek
samping yang dapat dialami setelah meminum albendazole.

6. Infeksi Cacing Tambang


Penyebab :

parasit cacing tambang di dalam usus kecil. Ada dua jenis cacing tambang yang
sering menyerang manusia, yaitu Ancylostoma duodenale dan Necator
americanus.

Gejala :

 Alergi berupa rasa gatal dan ruam.


 Sakit perut, mual, dan kram usus.
 Demam dan kehilangan nafsu makan.
 Diare dan terdapat darah bercampur dengan feses.
 Batuk-batuk dan pernapasan terganggu.
 Berat badan menurun.

Pencegahan :

Infeksi cacing tambang bisa dicegah dengan tidak menyentuh tanah secara
langsung, dan menggunakan alas kaki jika berkunjung ke daerah endemik cacing
tambang. Selain itu, membersihan makanan dan sayuran yang akan dikonsumsi
juga bisa membantu menghindari infeksi parasit ini.
Mencuci tangan sebelum makan dan mengonsumsi air siap minum yang bersih
atau matang juga diperlukan untuk mencegah penyebaran cacing tambang.
Pengobatan :

infeksi cacing tambang umumnya dapat diatasi dengan obat-obatan anthelmintik


(anticacing), misalnya albendazole dan mebendazole,  Dokter biasanya akan
meresepkan obat-obatan ini untuk dikonsumsi selama 1-3 hari. Kedua obat ini
bekerja dengan cara mencegah penyerapan glukosa oleh cacing, sehingga cacing
kehabisan energi dan pada akhirnya mati.

7. Trakoma ( infeksi pada mata)

Penyebab : bakteri Chlamydia trachomatis.

Gejala :

Gejala trakoma umumnya terjadi pada kedua mata, antara lain berupa:

 Gatal-gatal dan iritasi pada mata, termasuk kelopak mata.


 Nyeri mata.
 Merasa lebih sensitif terhadap cahaya (photophobia).
 Pembengkakan kelopak mata.
 Keluarnya cairan dari mata yang mengandung nanah dan mukus.
Pencegahan & pengobatan :

Metode pengobatan trakoma akan berfokus pada pemberian antibiotik dan


pembedahan. Namun untuk membantu penyembuhan, pasien juga perlu menjalani
metode pengobatan lainnya. WHO menyusun rangkaian pengobatan trakoma
dalam bentuk strategi SAFE, yang terdiri dari:

 Surgery (pembedahan). Pembedahan dilakukan untuk mencegah


komplikasi kebutaan akibat trakoma, terutama pada pasien yang sudah
masuk tahap trichiasis. Pembedahan mata dilakukan oleh dokter
mata dengan cara memperbaiki kelopak mata yang mengalami luka agar
tidak memperparah iritasi pada mata. Jika kornea mata sudah mengalami
pengeruhan akibat trakoma, pasien trakoma dapat menjalani transplantasi
kornea.
 Antibiotics (pemberian antibiotik). Pemberian antibiotik bertujuan untuk
membasmi bakteri Chlamydia trachomatis yang menyebabkan trakoma
pada pasien. Antibiotik yang diberikan
adalah azithromycin atau tetracyclin. Jika di suatu lingkungan penduduk
terdapat banyak anak-anak yang mengalami trakoma, maka disarankan
anggota keluarga dan masyarakat sekitar juga menjalani pengobatan
dengan antibiotik untuk mencegah penularan
 Face cleanliness (menjaga kebersihan daerah wajah). Menjaga
kebersihan area wajah dapat mengurangi tingkat keparahan trakoma yang
diderita, terutama pada anak-anak. Selain itu, dengan menjaga kebersihan
daerah wajah, penyebaran trakoma dapat dikurangi.
 Environmental improvement (menjaga kebersihan
lingkungan). Langkah ini bertujuan untuk menjaga kebersihan lingkungan
tempat penderita trakoma tinggal, terutama kebersihan air. Langkah utama
lainnya adalah mencegah pembuangan feses di sembarang tempat yang
dapat meningkatkan penyebaran trakoma. Untuk mencegah penyebaran
penyakit ini melalui serangga, keluarga dan masyarakat di sekitar
penderita juga dianjurkan memakai alat pengusir lalat di sekitar rumah.
8. Trikuriasis ( infeksi cacing cambuk usus)

Penyebab : Trichuris trichiura

infeksi terjadi jika manusia menelan makanan yang mengandung telur parasit
yang telah mengeram di dalam tanah selama 2-3 minggu. Larva akan menetas di
dalam usus halus lalu berpindah ke usus besar dan menancapkan kepalanya di
dalam lapisan usus. Setiap larva akan tumbuh sepanjang 12,5 cm. Cacing betina
dewasa menghasilkan sekitar 5000 telur/hari dan dibuang melalui tinja.

Gejala :

Hanya infeksi yang berat yang menyebabkan gejala berupa nyeri perut dan diare.
Infeksi yang sangat berat menyebabkan perdarahan usus, anemia, penurunan berat
badan dan peradangan usus buntu (apendisitis). Kadang rektum menonjol
melewati anus (prolapsus rektum), terutama pada anak-anak atau wanita dalam
masa persalinan.

Pencegahan :

1.Gunakan jamban yang bersih

2.Tingkatkan kebersihan individu

3.Hindari sayuran yang belum dicuci bersih.

Pengobatan :

Infeksi ringan tidak memerlukan pengobatan khusus. Jika diperlukan pengobatan,


biasanya diberikan mebendazol. Mebendazol tidak boleh diberikan kepada wanita
hamil karena bisa membahayakan janin yang dikandungnya.

9. Dracunculiasis

Penyebab : Dracunculus medinensis atau cacing Guinea

Seseorang dapat terinfeksi setelah meminum air yang mengandung kutu air yang


terinfeksi oleh cacing guinea larva
Gejala :

Pada awalnya tidak timbul gejala apa pun. Sekitar satu tahun kemudian, penderita
merasakan rasa terbakar yang menyakitkan saat cacing betina membentuk luka
lepuh di bawah permukaan kulit, biasanya di tubuh bagian bawah. Kemudian
cacing keluar dari dalam kulit setelah beberapa minggu. Saat itu terjadi, penderita
mengalami kesulitan untuk berjalan dan bekerja. Penyakit ini pada umumnya
tidak menyebabkan kematian.

Pencegahan :

Pencegahan dilakukan dengan diagnosa awal dari penyakit dan kemudian


mencegah penderita mencelupkan luka ke dalam sumber air minum. Usaha lain
termasuk: meningkatkan akses ke air bersih dan menyaring air jika diketahui air
tidak bersih. Menyaring air dengan kain pada umumnya sudah cukup. Air minum
yang terkontaminasi dapat disterilkan dengan zat kimia yang
bernama temefos untuk membunuh larva.

Pengobatan :

Tidak ada pengobatan atau vaksin untuk melawan penyakit ini. Cacing dapat
dikeluarkan perlahan-lahan selama beberapa minggu dengan menggulungnya di
batang kayu.

10. Tukak Buruli atau Buruli ulcer

Penyebab : Mycobacterium ulcerans

Gejala :

 Tahap awal infeksi ditandai dengan timbulnya nodul yang tidak sakit atau


pembengkakan anggota tubuh. Nodul ini dapat berkembang menjadi
sebuah borok. Borok tersebut kemungkinan lebih besar di bagian dalam daripada
yang tampak di permukaan kulit, dan dapat dikelilingi oleh pembengkakan. Saat
penyakit semakin parah, tulang juga dapat terinfeksi. Tukak Buruli paling sering
menyerang lengan atau kaki; gejala demam tidak lazim terjadi.

M. ulcerans melepaskan zat beracun yang dikenal dengan nama mycolactone,


yang menurunkan fungsi sistem imun dan menyebabkan kematian jaringan
Bakteri dari famili yang sama juga menyebabkan tuberkulosis dan lepra (M.
tuberculosis dan M. leprae,). Cara penyebaran penyakit ini tidak diketahui.
Sumber air diduga memengaruhi penyebarannya. Hingga tahun 2013 belum
ditemukan vaksin yang efektif.

Pengobatan :
Jika pasien dirawat lebih awal, pemberian antibiotik selama delapan minggu
memberikan hasil efektif hingga 80%. Perawatan termasuk
pemberian rifampicin dan streptomycin. Clarithromycin atau moxifloxacin terkad
ang digunakan alih-alih streptomycin. Perawatan lain mungkin
termasuk pemotongan borok. Setelah infeksi sembuh, area bekas pembedahan
biasanya memiliki bekas luka

Anda mungkin juga menyukai