Anda di halaman 1dari 12

BAHAN AJAR VII : MATA KULIAH

AKUNTANSI BIAYA

Mata Kuliah : Akuntansi Biaya (Cost Accounting)


Kode Mata Kuliah / SKS : 111 EA3 / 3 SKS
Semester : Awal
Program Studi : Akuntansi
Mata Kuliah Prasyarat : Pengantar Akuntansi I
Dosen Penanggung Jawab : Dr. Asri Usman, SE., M.Si., Ak., CA
Tim Dosen : 1. Dr. Aini Indrajawaty, S.E., M.Si., AkA
2. Dr. Kartini, S.E., M.Si., Ak., CA
3. Drs. Ishak Amsari, M.Si., Ak., CA
4. Dr. Syamsuddin, S.E., M.Si., Ak., CA
5. Dra.Nurleni, S.E., M.Si., Ak., CA
1. Mahasiswa mampu memahami konsep biaya dan
menghitungbiaya produksi suatu produk.
2. Mahasiswa mampu berdiskusi berkelompok dan
Sasaran Belajar/Learning
: menyatakan pendapat mengenai tema akuntansi biaya
outcome
3. Mahasiswa mampu menggunakan teknologi untuk
menganalisis persoalan dalam akuntansi biaya

Mata kuliah ini dirancang memberikan pemahaman kepada


mahasiswa tentang cara perhitungan harga pokok produk
yang ditentukan sebelum produk dihasilkan maupun setelah
produk selesai diproduksi dan cara memperlakukan varians
Deskripsi Mata Kuliah (variance) perhitungan tersebut.
Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib jurusan
akuntansi dan manajemen. Setiap mahasiswa yang
memerogramkan mata kuliah ini terlebih dahulu harus
melulusi mata kuliah Pengantar Akuntansi I.

I. PENDAHULUAN
a. Garis Besar Materi Pokok Bahasan VII

1
Pokok bahasan materi ketujuh ini terkait dengan Sistem Perhitungan dharga
pokok berdasarkan aktivitas (Sistem Aktivity Based Costing)
Sasaran Pembelajaran/Learning objective
Memahami perhitungan harga pokok tradisional dan perhitungan harga pokok
berdasarkanABC sistem.
Perilaku Awal/Entry behavior
Mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan unsure-unsur biaya produksi.
2. Menjelaskan system perhitungan harga pokok tradisional
b. Manfaat Pokok Bahasan
Setelah mahasiswa mengikuti dan memahami materi bahasan ini maka mampu
Mengidentifikasi metode perhitungan harga pokok tradisional dan perhitungan
harga pokok berdasarkan ABC sistem.
c. Urutan Pembahasan
Pertemuan VII secara berurutan akan meliputi:
1. Penggolongan biaya
2. Mengasosiasikan biaya dengan berbagai aktivitas.
3. Penentuan kelompok biaya yang homogen.
4. Penentuan tarif kelompok.
5. Perbandingan biaya-biaya produk.
6. Identifikasi aktivitas dan klasifikasi.
7. Pemilihan cost driver
d. Petunjuk Belajar/instructional orientation
Pada materi bahasan ke tujuh pada mata kuliah ini adalah mahasiswa
diharapkan memahami tentang metode perhitungan harga pokok produk dengan
menggunakan sistem activity based costing (ABC).

II. PENYAJIAN MATERI BAHASAN


Uraian materi bahasan
a. Pembahasan

Sistem ABC
(Penentuan harga pokok berdasar aktivitas)

2
Adalah system yang terdiri atas dua tahap yaitu pertama melacak biaya pada
berbagai aktivitas, dan kemudian ke berbagai produk. Penentuan harga pokok
produk secara konvensional juga melibatkan dua tahap, namun pada tahap
pertama, biaya- biaya tidak dilacak ke aktivitas melainkan ke suatu unit organisasi
misalnya pabrik atau departemen-departemen. Baik pada system konvensional
maupun system ABC, tahap ke dua meliputi pelacakan biaya ke berbagai produk.
Perbedaan prinsip perhitungan diantara kedua metode tersebut adalah jumlah cost
driver yang digunakan. Sistem penentuan harga pokok secara ABC menggunakan
cost driver dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan dalam
system konvensional yang hanya menggunakan satu atau dua cost driver
berdasarkan unit. Sebagai hasilnya, metode ini meningkatkan ketelitian. Namun
ditinjau dari sudut manajerial, bagaimanapun juga sisten ABC menawarkan lebih
dari hanya ketelitian informasi tentang biaya dari berbagai aktivitas.Pengetahuan
atas biaya dari berbagai aktivitas tersebut memungkinkan para manajer untuk
menfokuskan diri pada aktivitas-aktivitas yang memberikan peluang untuk
melakukan penghematan biaya dengan cara: menyederhanakan aktivitas,
melaksanakan aktivitas dengan lebih efisien, meniadakan aktivitas yg tak bernilai
tambah, dsb.
Tahap-tahap dari penentuan harga pokok produk:

PROSEDUR TAHAP PERTAMA


Meliputi empat langkah:
A. Penggolongan biaya
Berbagai aktivitas diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yang
mempunyai suatu interpretasi fisik yang mudah dan jelas serta cocok dengan
segmen-segmen proses produksi yang dapat dikelola
B. Mengasosiasi berbagai biaya dengan berbagai aktivitas
Menghubungkan berbagai biaya dengan setiap kelompok-kelompok biaya
yang homogen ditentukan
C. Penentuan kelompok-kelompok biaya ( cost pools) yang homogen.
Kelompok biaya homogen ( homogenius cost pool) : adalah sekumpulan
biaya overhead yang terhubungkan secara logis dengan tugas-tugas yang
dilaksanakan dan berbagai macam biaya tersebut dapat diterangkan oleh cost

3
driver tunggal. Jadi agar dapat dimasukkan ke dalam suatu kelompok biaya
yang homogen, aktivitas-aktivitas overhead harus dihubungkan secara logis
dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk. Rasio
konsumsi yang sama menunjukkan eksistensi dari sebuah cost driver.
D. Penentuan tariff kelompok ( pool rate )
Tarif kelompok ( pool rate) adalah tariff biaya overhead per unit cost driver
yang dihitung dengan rumus total biaya overhead untuk kelompok aktivitas
tertentu dibagi dasar pengukur aktivitas kelompok tersebut.

Peraga 5.7
Prosedur tahap pertama : Activity based costing
Kelompok 1
o Biaya penyetelan 176.000
o Biaya inspeksi 148.000
Biaya total kelompok 1 324.000
Produksi berjalan ( production run) 50
Tariff kelompok 1 ( biaya per produksi berjalan Rp 6.480
Kelompok 2
o Biaya listrik
o Kesejahteraan karyawan
168.000
156.000
Biaya total kelompok 2 324.000
Jam mesin 60.000
Tariff kelompok 2 ( biaya per jam mesin) Rp 5,4

PROSEDUR TAHAP KE DUA


Biaya untuk setiap kelompok biaya overhead dilacak ke berbagai jenis produk.
Hal ini dilaksanakan dengan menggunakan tariff kelompok yang dikonsumsi oleh
setiap produk. Ukuran ini merupakan penyederhanaan kuantitas cost driver yang
digunakan oleh setiap produk. Jadi overheas ditentukan dari setiap kelompok
biaya ke setiap produk dengan perhitungan sebagai berikut:

Overhead yang dibebankan = tariff kelompok x unit-unit cost driver yang


digunakan
Peraga 5.8
Biaya per unit : Activity based costing

Pembungkus Putih

4
Total biaya Kuantitas Per unit
Biaya utama 100.000 20.000 Rp 5
Overhead
Kelompok 1 = Rp 6.480 x 20 PB 129.600 20.000 Rp 6,48
Kelompok 2 = Rp 5,4 x 10.000 jm 54.000 20.000 RP 2,70
Jumlah overhead 183.600 20.000 Rp 9,18
Jumlah biaya 283.600 20.000 Rp 14,18
Pembungkus Biru
Total biaya Kuantitas Per unit
Biaya utama Rp 500.000 100.000 Rp 5
Overhead :
Kelompok 1 = Rp 6.480 x 30 PB 194.400 100.000 1,94
Kelompok 2 = Rp 5,4 x 50.000 JM 270.000 100.000 2,70
Jumlah overhead 464.400 100.000 Rp 4.64
Jumlah biaya Rp 964.400 100.000 Rp 9.64

PERBANDINGAN BIAYA-BIAYA PRODUK

Peraga 5.9
Perbandingan biaya per unit

System biaya Pembungkus Pembungkus biru Sumber


putih
Konvensional
Tariff tunggal satu Rp 10.40 Rp 10.40 Peraga 5.4
pabrik Rp 8.39 Rp 10.80 Peraga 5.5
Tariff setiap
departemen
Berdasarkan aktivitas Rp 14.18 Rp 9.64 Peraga 5.8

IDENTIFIKASI AKTIVITAS DAN KLASIFIKASI


a. Aktivitas- aktivitas berlevel unit
o Aktivitas ber level unit ( unit level activities) adalah aktivitas yang
dikerjakan setiap kali satu unit produk di produksi. Sebagai contoh tenaga
kerja langsung, jam mesin, jam listrik ( energi ) digunakan setiap saat satu
unit produk dihasilkan.
o Bahan baku dan tenaga kerja langsung juga dikelompokkan sebagai
aktivitas berlevel unit, namun tidak termasuk ke dalam overhead . biaya
yang timbul karena aktivitas berlevel unit dinamakan biaya aktivitas
berlevel unit .Biaya aktivitas berlevel unit ( unti level activities cost) adlah
biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang
diproduksi.

5
o Contoh : biaya listrik, biaya operasi mesin., biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung ( tetapi biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung
tidak termasuk overhead)

b. Aktivitas berlevel batch


o Aktivitas berlevel batch ( batch level activities) adalah aktivitas yang
dikerjakan setiap kali suatu batch produk di produksi, besar kecilnya
aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang diproduksi.
Contoh aktivitas yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas setup,
aktivitas penjadwalan produksi, aktivitas pengelolaan bahan ( gerakan
bahan dan order pembelian), aktivitas inspeksi. Biaya yang timbul karena
aktivitas berlevel batch dinamakan biaya aktivitas berlevel bacth.
o Biaya aktivitas berlevel batch ( batch level activities cost) adalah biaya
yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang
diproduksi. Biaya ini bervariasi dengan jumlah batch produk yang
diproduksi, namun bersifat tetap jika dihubungkan dengan jumlah unit
produk yang diproduksi, namun bersifat tetap jika dihubungkan dengan
jumlah unit produk yang diproduksi dalam setiap batch.
o Contoh: biaya aktivitas setup, biaya penjadwalan produksi, biaya
pengelolaan bahan ( gerakan bahan dan order pembelian), dan biaya
inspeksi.

c. Aktivitas berlevel produk


o aktivitas berlevel produk ( produk level activities) atau aktivitas penopang
produk ( produk sustaining activities ) adalah aktivitas yang dikerjakan
untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan.
Aktivitas ini mengkonsumsi masukan untuk mengembangkan produk atau
memungkinkan produk diproduksi dan dijual. Aktivitas ini dapat dilacak
pada produk secara individual, namun sumber-sumber yang dikonsumsi
oleh aktivitas tersebut tidak dipengaruhi oleh jumlah produk atau batch
produk yang diproduksi.

6
o Contoh aktivitas yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas
penelitian dan pengembangan produk, perekayasaan, dan peningkatan
produk. Biaya yang timbul karena aktivitas berlevel produk dinamakan
biaya aktivitas berlevel produk. Biaya aktivitas berlevel produk ( product
level activities cost ) atau biaya aktivitas penopangan produk ( produk
sustaining activities cost) adalah biaya atas aktivitas yang dikerjakan untuk
mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan. Biaya ini
timbul karena aktivitas tersebut mengkonsumsi masukan untuk
mengembangkan produk atau memungkinkan produk diproduksi dan
dijual. Biaya ini dapat dilacak pada produk secara individual, namun biaya
ini tidak dipengaruhi oleh jumlah produk atau bacth produk yang
diproduksi
o Contoh biaya yang termasuk dalam kelompok ini adalah biaya penelitian
dan pengembangan produk, biaya perekayasaan proses, biaya spesifikasi
produk, biaya perubahan perekayasaan, dan biaya peningkatan produk.

d. Biaya berlevel fasilitas


o Aktivitas berlevel fasilitas ( facility level activities) atau aktivitas
penopang fasilitas ( facility-sustaining activities) adalah meliputi aktivitas
untuk menopang proses pemanufakturan secara umum yang diperlukan
untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas pabrik untuk memproduksi
produk namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan
volume atau bauran produk yang diproduksi. Aktivitas ini dimanfaatkan
secara bersama oleh berbagai jenis produk yang berbeda. Contoh aktivitas
ini mencakup misalnya : manajemen pabrik, pemeliharaan bangunan,
keamanan, pertamanan ( landscaping), penerangan pabrik, kebersihan,
pajak bumi dan bangunan ( PBB), serta depresiasi pabrik. Aktivitas
manajemen pabrik bersifat administrative misalnya aktivitas pengelolaan
pabrik, karyawan, dan akuntansi untuk pabrik.
o Biaya aktivitas berlevel fasilitas ( facility-level activities cost) atau biaya
aktivitas penopang fasilitas ( produk sustaining facilities cost adalah
meliputi biaya aktivitas untuk menopang proses pemanufakturan secara

7
umum yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas pabrik
untuk memproduksi produk namun banyak sedikitnya biaya ini tidak
berhubungan dengan volume atau bauran produk yang diproduksi. Biaya
ini merupakan biaya bersama bagi berbagai jenis produk yang berbeda.
o Contoh biaya aktivitas ini mencakup : biaya manajemen pabrik, biaya
pemeliharaan bangunan, biaya keamanan, baiay pertamanan (
landscaping), biaya penerangan pabrik, kebersihan, biaya pajak bumi dan
bangunan ( PBB), biaya depresiasi pabrik.

PERBANDINGAN ABC DENGAN KONVENSIONAL COST

Konvensional ABC
Overhead hanya disebabkan oleh cost Sistem ABC memandang bahwa
drivers berdasarkan unit, maka biaya overhead variable dapat
penggolongannya hanya biaya variable dan dilacak dengan tepat pada
biaya tetap. Biaya variable jumlah total berbagai produk secara individual.
bervariasi berdasarkan produk.

PEMILIHAN COST DRIVER


Paling tidak ada dua factor utama yang harus diperhatikan dalam pemilihan cost
driver ( penyebab biaya) yaitu: a. biaya pengukuran dan b. tingkat korelasi antara
cost driver dengan konsumsi overhead sesungguhnya.

Dalam system ABC, sejumlah besar cost driver dapat dipilih dan digunakan. Jika
memungkinkan, adalah sangat penting untuk memilih cost driver yang
menggunakan informasi yang siap tersedia. Informasi yang tidak tersedia pada
system yang ada sebelumnya berarti harus dihasilkan, dan akibatnya akan
meningkatkan biaya system informasi perusahaan. Kelompok biaya ( cost pool)
yang homogen dapat menawarkan sejumlah kemungkinan cost driver. Untuk
keadaan ini, cost driver yang dapat digunakan pada system informasi yang ada
sebelumnya hendaknya dipilih. Pemilihan ini akan meminimumkan biaya
pengukuran. Misalnya pada contoh PT kertajaya biaya inspeksi dan biaya setup
ditempatkan pada kelompok biaya yang sama, dan dapat memilih menggunakan
jam inspeksi atau jumlah produksi berjalan sebagai cost driver. Jika informasi
mengenai jam inspeksi dan produksi berjalan yang digunakan untuk kedua jenis
produk yang dihasilkan perusahaan sudah tersedia dari system yang ada

8
sebelumnya, maka cost driver mana yang dipilih dari antara keduanya tidak jadi
masalah. Namun jika dianggap bahwa jam inspeksi untuk setiap jenis produk
tidak dapat dilacak, dan data produksi berjalan untuk kedua jenis produk tersedia,
maka produksi berjalan yang digunakan sbg cost driver.

PENGUKURAN TIDAK LANGSUNG DAN TINGKAT KORELASI


Sejumlah cost driver yang potensial disajikan dalam peraga 5.13 cost driver yang
secara tidak langsung mengukur konsumsi suatu aktivitas biasanya mengukur
jumlah transaksi yang dihubungkan dengan aktivitas tersebut. Ingat bahwa
dimungkinkan untuk menggantikan suatu cost driver yang secara langsung
mengukur konsumsi dengan cost driver yang secara tidak langsung mengukurnya
tanpa kehilangan akurasi, dengan syarat bahwa kuantitas dari aktivitas yang
digunakan setiap transaksi kira-kira sama untuk setiap produk. Dalam kasus ini
indirect cost driver yang mempunyai korelasi tinggi dan dapat digunakan.
Peraga 5.13
Cost driver potensial

Jumlah setup Jumlah jam tenaga kerja langsung


Jumlah perpindahan bahan Jumlah pemasok
Jumlah unit yang dikerjakan kembali Jumlah subperakitan
Jumlah order yang ditempatkan Jumlah transaksi tenaga kerja
Jumlah order yang diterima Jumlah unit sisa
Jumlah inspeksi Jumlah komponen
Jumlah perubahan jadwal Jumlah jam mesin

b. Pembahasan
Setelah pemaparan materi bahasan tersebut di atas mahasiswa diberi
kesempatan bertanya atau membentuk kelompok diskusi atau kegiatan brain
storming dengan tetap berada dalam kendali atau pengawasan fasilitator untuk
tetap berfungsinya expert jugments sebagai nara sumber dari sudut pandang
kecakapan dan filosofi keilmuan terkait.
c. Penelitian
Fasilitator dapat menguraikan beberapa penelitian yang telah, sedang atau
prospective untuk dilaksanakan sesuai dengan beberapa materi atau issu sebagai
mana telah diuraikan pada materi bahasan ke tujuh tersebut. Penelitian yang
terkait dengan materi ini sudah banyak diakses di internet sehingga disarankan

9
untuk mendowload materi tersebut sebagai acuan dan tambahan dalam memahami
materi tersebut.
d. Penerapan
Fasilitator menguraikan mengenai penerapan perhitungan harga pokok pruduk
berdasarkan aktivitas (system ABC) pada beberapa perusahaan. Mahasiswa dapat
pula menguraikan issu atau hal terkait lainnya. Perhitungan harga pokok produk
berdasarkan aktivitas diterapkan pada perusahaan yang memproduksi produk
lebih dari satu jenis produk baik perusahaan manufaktur maupun jasa.
e. Latihan
PT. Gian memproduksi dua macam produk, yaitu Produk A dan B. jumlah
produksi selama satu tahun untuk produk A sebanyak 40.000 kg dan produk
B sebanyak 60.000 kg. untuk menghasilkan kedua jenis produk tersebut
dikeluarkan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung per unit
pruduk berupa :

Jenis Biaya Pemicu Biaya Produk A Produk B


Bahan baku Kg hasil Rp 40.000 Rp 30.000
Tenaga kerja langsung JKL 4.000 4.000
Setiap satu kg produk yang dihasilkan membutuhkan 5 JKL.

sedangkan besarnya biaya umum pabrik untuk menghasilkan produk


tersebut adalah sebagai berikut :

Jenis Biaya Pmc Biaya Jmh Pmc Biaya Jumlah Biaya


By bahan pelng Kg bahan 50.000 Rp 340.000.000
By Tng tdk Lnsg JTKTL 10.000 60.000.000
By Depresiasi Pbk JM 5.000 3.200.000.000
3.600.000.000
Jumlah pemicu biaya untuk setiap aktivitas adalah sebagai berikut :

Jenis Aktivitas Kg bahan JTKTL Jam Mesin


Pembkt Tng Listrik 20.000 6.000 3.500
Pemeliharaan 15.000 2.000 1.000
Penegendalian Mutu 5.000 500 100
Set – up 10.000 1.500 400
50.000 10.000 5.000

Adapun jumlah pemicu aktivitas untuk setiap produk adalah sebagai


berikut :
Jenis Aktivitas Pmc Aktvts Produk A Produk B Jumlah

10
Pembkt Tng Ltrk Kwh 800.000 1.200.000 2.000.000
Pemeliharaan JM 2.000 3.000 5.000
Pengendalian Mt Jlh. Insp. 200 300 500
Set – up Jlh. Insp. 50 150 200

Berdasarkan data tersebut di atas besarnya harga pokok produk dengan


menggunakan metode ABC dapat dihitung dengan menerapkan kesembilan
prosudur sistem ABC.
e. Tugas Mandiri
Para peserta mata kuliah diharapkan mencari contoh perusahaan
perusahaan industry yang menghitung harga pokok produknya berdasarkan sistem
AB.

III.PENUTUP
a. Rangkuman
Untuk menghitung harga pokok pruduk berdasarkan system ABC para
peserta mata kuliah harus terlebih dahulu mengetahui konsep penghitungan biaya
produk secara tradisional sehingga dalam menghitung harga pokok produk
berdasarkan system ABC dapat dengan mudah dipahami. Fasilitator merangkum
materi kuliah ini dengan memberikan esensi dari materi bahasan dan
keterhubungannya dengan materi bahasan sebelumnya dan berikutnya.

b. Test formatif
Fasilitator memberikan tes formatif untuk mengetahui tingkat penguasaan
pengetahuan yang diperoleh mahasiswa pada materi bahasan ini dengan
memberikan pertanyaan antara lain sebagai berikut:
a. Menjelaskan langkah-langkah perhitungan harga pokok produk dengan
system ABC.
b. Menghitung harga pokok produk berdasarkan system ABC

c. Umpan balik
Mahasiswa dapat mengajukan hal tentang kondisi yang di alami dan
diharapkannya untuk memahami materi bahasan terkait.

11
DAFTAR PUSTAKA
1. Carter W. K, 2006. Akuntansi Biaya, Edisi keempat belas Terjemahan, Krista
2009. Salemba Empat.
2. Cashin James Polimeni 1981. Cost Accounting. Mc Graw – Hill Book
Company.
3. RA Supriyono, 1999. Akuntansi Biaya ‘Pengumpulan biaya dan penentuan
harga pokok. Yokyakarta BPFE Edisi 2 Cetakan XII.

12

Anda mungkin juga menyukai