Anda di halaman 1dari 9

PLEURODESIS PADA PNEUMOTORAKS BERULANG

Erika Putri Rozita*, Oea Khairsyaf**, Irvan Medison**, Russilawati**


*PPDS Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Universitas Andalas Padang
Email : Erika_fdok@yahoo.com
** Staff Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Universitas Andalas Padang

Abstrak : Pasien laki-laki umur 57 tahun masuk rumah sakit dengan diagnosa pneumotoraks spontan
sekunder berulang dekstra ec susp Penyakit Paru Obstruksi Kronis(PPOK) eksaserbasi akut tipe C
dan susp. TB paru. Pasien mengeluhkan sesak napas tiba-tiba, menciut, batuk lama, berdahak dan
nyeri dada. Perokok dengan Index Brinkman berat. Tidak ada Riwayat atopi sebelumya. Tidak pernah
menggunakan Obat Anti Tuberkulosis, tidak ada tato, tidak minum minuman keras, tidak seks bebas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan dada kanan cembung dari kiri, Gerakan kanan tertinggal,
fremitus kanan kecil dari kiri, perkusi kanan hipersonor, auskultasi suara napas kanan melemah.
Rontgen toraks didapatkan gambaran hiperradiolusen avaskuler dengan batas paru kolaps pada
hemitoraks kanan dengan luas pneumothoraks 25,2%. Pada pasien dilakukan pemasangan thoraks
tube ukuran 28 pada linea axilaris anterior dekstra setelah paru kembang dilakukan pleurodesis
dengan tetrasiklin. Setelah dilakukan Tindakan pleurodesis tidak didapatkan adanya nyeri hebat,
sesak napas, dan demam. Produksi cairan dalam 24 jam hanya 10cc kemudian thoraks tube
dilepaskan. Pasien diperbolehkan pulang. Follow up setelah 1 bulan tidak ada kejadian pneumotoraks
berulang.

Abstract : a 57 years old man patient was administered to hospital, we diagnose this patient right
reccurent secondary spontaneouse pneumothorax et cause chronic obstructive pulmonary disease
(COPD) on acute exacerbation type C and suspected pulmonary tuberculosis who presented suddenly
breathlessness, wheezeing, chronic pleghm cough, and chest pain. Smoker with severe index
brinkman. No previous history of atopy. Never use anti-tuberculosis drugs, no tattoos, no alcohol, no
free sex. On physical examination, it was found that the right chest was convex from the left, left right
movement, small right fremitus from the left, hypersonor right percussion, auscultation of the right
breath sound was weakened. Chest X-ray showed avascular hyperradiolucency with collapsed lung
borders in the right hemithorax with pneumothorax area of 25.2%. We perfomed insertion of a 28
thoracic tube in the right anterior axillary line. After no evidence of lung colaps, instillation of
tetracycline was applied via thoracic tube. There are no severe pain, no breathlessness, and no fever
after the procedure. the patient discharged after one week of the production of 10cc fluid for 24 hours
and the patient’s good hemodynamic. We followed patient’s condition for one month, there is no
reccurent of pneumothorax.

Keyword : pneumotoraks, pneumotoraks berulang, toraks tube, pleurodesis, zat sklerosan, tetrasiklin

PENDAHULUAN PSP disebabkan oleh kelainan


Pneumotoraks spontan didefinisikan anatomi yang paling sering terjadi di apex
adanya udara di rongga pleura tanpa riwayat paru antara lain bleb subpleural dan bullae,
trauma. Pneumotoraks spontan terjadi pada 18-28/100.000 per tahun pada
diklasifikasikan menjadi pneumotoraks laki-laki dan 1,2-6/100.000 per tahun pada
spontan primer (PSP) dan pneumotoraks perempuan.2 Insiden tahunan PSS masing-
spontan sekunder (PSS) berdasarkan ada masing sekitar 6,3 dan 2 kasus per 100.000
atau tidaknya penyakit paru yang mendasari. laki-laki dan perempuan. Salah satu penyakit
1
paru yang paling sering mendasari PSS Laporan kasus ini bertujuan untuk
adalah tuberkulosis (TB) paru. 2 memberikan informasi tentang diagnosis dan
insidensi PSS yang disebabkan oleh tatalaksana pada pasien PSS yang
TB paru masih sangat terbatas dan angka disebabkan oleh penyakit paru obstrusksi
perkiraan sementara didapatkan sebesar 0,6- yang dilakukan tindakan pleurodesis.
1,4%.3 Penelitian Bouchra dkk melaporkan
kejadian pneumotoraks spontan sekunder
paling sering disebabkan oleh Penyakit Paru LAPORAN KASUS
Obstruksi Kronis (PPOK) (44%) dan Seorang laki-laki umur 57 tahun
tuberkulosis paru (TB) (39%).4 Hobbs dkk dirawat dengan keluhan utama Sesak napas
melakukan penelitian pada perokok dengan meningkat sejak satu hari yang lalu,
PPOK didapatkan 3,2 % dari 9062 sampel dirasakan tiba-tiba setelah toraks tube
terjadi PSS. 5,6 terlepas. Sesak menciut, riwayat sesak napas
Di Indonesia Penelitian yang sudah dirasakan sejak 1 tahun, batuk- batuk
dilakukan oleh Yusuf Subagio dkk sejak satu bulan yang lalu, batuk berdahak
didapatkan hasil laki-laki (64,1%) dan warna putih encer, nyeri dada dirasakan
perempuan (35,9%), PSP (17,69%), PSS pada dada kanan dan tidak mejalar sejak satu
(89,75%) dan tuberkulosis sebagi penyebab hari yang lalu. Batuk darah, demam,
PSS tertinggi (46,15%).7 Penelitian yang keringat malam, suara serak, dan nyeri
dilakukan oleh Dipdo dkk didapatkan hasil menelan tidak ada. Penurunan nafsu makan
laki-laki (73,1%) dan perempuan (26,9%), dan berat badan ada. Riwayat dipasang
PSP (25%), PSS (47,1%). 8 WSD dua bulan yang lalu atas indikasi
Insiden tahunan PSP berulang yaitu pneumotoraks ec PPOK selama satu
sembilan kasus per 100.000 penduduk. Studi minggu. WSD dibuka setelah paru kembang.
lanjutan menunjukkan tingkat kekambuhan Bekerja sebagai petani dan merokok dengan
20-50% setelah episode awal. Setelah Indeks Brinksmann berat.
episode kedua, tingkat kekambuhan Pada saat masuk rumah sakit
meningkat dari 60% menjadi 80%.9 Risiko keadaan umum tampak sakit sedang,
PSS berulang karena PPOK tinggi dan kesadaran kompos mentis kooperatif,
memiliki rerata bervariasi antara 20 - 60%.5 tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 110 x/
Guidelines The British Thoracic menit, napas 30 x/menit, suhu 36,5 derajat
Society dan the Belgian Society of celcius. Pada pemeriksaan kepala leher tidak
Pulmonology untuk penanganan PSS didapatkan pembesaran kelenjar getah
merekomendasikan pleurodesis untuk bening dan peningkatan tekanan vena
tindakan akut dan pencegahan berulangnya jugularis.
pneumotoraks. Pleurodesis kimiawi medis Pada pemeriksaan paru asimetris
direkomendasikan pada pasien yang tidak kanan cembung dari kiri, gerakan dinding
bisa dioperasi. 10,11 dada kanan tertinggal dari kiri, fremitus
Pleurodesis diindikasikan sebagai kanan lemah dari kiri, kanan hipersonor,
terapi yang efektif pada pneumotoraks kanan suara napas lemah, kiri suara napas
berulang. Ketika menatalaksana ekspirasi memanjang, rhonchi -, wheezing +.
pneumotoraks sekunder, kita juga harus Pemeriksaan jantung dan abdomen normal.
mempertimbangkan pencegahan Pemeriksaan hematologi hb 11,4
pneumotoraks berulang, mengingat leukosit 7750 hematokrit 37 trombosit
kematian (4,1%) terkait dengan 334000. Pemeriksaan kimia klinik dalam
komplikasinya. 12 batas normal. Hasil Analisa gas darah PH
7,45, PCO2 40, PO2 72,9 HCO3- 27 BE 4,6
SO2 98,6 kesimpulan hipoksemia ringan.
Pemeriksaan rontgen toraks pada
tanggal 17 September 2019 dilakukan di
rumah sakit sebelumnya didapatkan
gambaran pneumotoraks dekstra.

Gambar 2 : tampak gambaran


hiperadiolusen avaskuler dengan batas paru
kolaps pada hemitoraks kanan.

Pasien didiagnosa dengan


pneumotoraks spontan sekunder berulang
dekstra ec suspek PPOK eksaserbasi akut
Gambar 1 : tampak gambaran tipe C +TB paru dan didiagnosa banding
hiperadiolusen avaskuler dengan batas paru dengan pneumotoraks spontan sekunder
kolaps pada hemitoraks kanan berulang dekstra ec suspek TB paru + PPOK
eksaserbasi akut tipe C. dilakukan Tindakan
Kemudian setelah 16 hari rawatan pemasangan toraks tube no 28 pada pada
paru kembang dan direncanakan pelepasan LAA RIC VII (D) dan diberikan
toraks tube tetapi pasien batuk keras dan bronkodilator, kortikosteroid, mukolitik, dan
toraks tube terlepas. Dilakukan rontgen analgetik.
toraks ulang pada tanggal 30 september Kondisi pasien stabil setelah
2019. Tampak pneumotoraks dektra dengan pemasangan toraks tube. Pemeriksaan tes
luas 25,2% cepat molekuler dilakukan dengan hasil
MTB not detected , rapid tes HIV non
reaktif, pada tanggal 7 Oktober 2019
dilakukan pemeriksaan rontgen toraks ulang
dengan hasil paru kembang. Atas dasar ini
pada pasien dilakukan Tindakan pleurodesis
dengan menggunakan tetrasiklin. Setelah
Tindakan pleurodesis kondisi pasien stabil
tidak ada nyeri hebat, demam ataupun
peningkatan sesak. Obat-obatan injeksi
diganti oral. Hari ketujuh post Tindakan
pleurodesis dilakukan rontgen toraks ulang
untuk pelepasan toraks tube dan pasien
direncanakan pulang.
yaitu Penyakit paru obstruksi kronis,
tuberculosis, asthma, fibrosis kistik,
pneumonia, abses paru, keganasan pada
paru, interstitial lung disease , connective
tissue disease, katamenial ( menstruasi yang
berhubungan dengan endometriosis toraks).
13,14

Pasien pneumotoraks spontan


sekunder sering mengeluhkan rasa tajam,
nyeri pleuritik pada dada yang sakit tiba-tiba
ataupun sesak napas meningkat tiba-tiba.
Nyeri dada terjadi karena adanya udara
intrapleura yang menyebabkan regangan
pada pleura parietal, nyeri juga dapat terjadi
Gambar 3 : kesan paru kembang akibat perdarahan karena robekan pleura
viseralis dan darah yang menimbulkan iritasi
pada pleura parietalis. 15
Penelitian yang dilakukan oleh
Bouchra Habibi dkk melaporkan hasil pada
138 pasien yang diteliti didapatkan 128 laki-
laki and 10 wanita (usia 17-83), dengan rata-
rata usia 44,5 +/- 17.4 tahun dan 81.2%
perokok. Gejala kinis yang paling sering
muncul adalah nyeri dada (92%), dan sesak
napas (60%) sedangkan penyakit paru yang
mendasari adalah penyakit paru obstruksi
kronis (44%) dan tuberkulosis paru (39%).4
Penelitian yang dilakukan oleh
Gambar 4 : tidak tampak gambaran Takuya Onuki dkk melaporkan hasil yang
pneumotoraks kurang lebih sama yaitu pada pemeriksaan
938 pasien pneumotoraks didapatkan 13.8%
Berdasarkan rontgen toraks dan adalah wanita dengan rerata usia 43 ± 13
kondisi hemodinamik pasien yang stabil tahun, 48% pneumotoraks kiri, hanya 1.2%
dilakukan pelepasan toraks tube dan pasien bilateral. Proporsi perokok sekitar (65.7%).1
diperbolehkan pulang. Pemeriksaan fisik paru dilakukan
untuk melihat ada tidaknya kelainan pada
DISKUSI struktural jaringan paru, pleura dan dinding
Pneumotoraks spontan toraks. Pemeriksaan paru dimulai dari
diklasifikasikan menjadi pneumotoraks inspeksi yang dilakukan secara statis dan
spontan primer dan pneumotoraks spontan dinamis, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
sekunder. Pneumotoraks sekunder Kelainan pada salah satu komponen diatas
disebabkan oleh ruptur jaringan paru yang dapat mempengaruhi bentuk pergerakan
rusak pada pasien dengan penyakit paru maupun hantaran getaran ke dinding
sebelumnya sebagai contoh penyakit paru dada.15,16,17
obstruksi kronis (PPOK). Berbagai penyakit Paru memiliki tendensi untuk kolaps
paru dapat menyebabkan terjadinya dan dinding dada untuk mengembang
pneumotoraks spontan sekunder antara lain
sehingga pada saat udara masuk ke rongga Angka sensitivitas USG 78-90% dan
pleura maka volume paru akan menurun. spesifisitasnya >98%. Rontgen thorak
Hal ini akan menyebabkan penurunan memiliki sensitivitas 39-52% tapi dengan
kapasitas total dan kapasitas vital paru. sensitivitas yang mirip. 20,21
Sebagai tambahan terdapat penurunan
tekanan oksigen arteri dikarenakan
penurunan rasio ventilasi-perfusi dan adanya
shunting pada paru yang kolaps.18
Pada pasien ini pemeriksaan rontgen
toraks didapatkan hasil adanya daerah
hiperradiolusen avaskuler dengan batas paru
kolaps pada hemitoraks kanan. Gambaran
radiologis pneumotoraks pada pemeriksaan
rontgen toraks yaitu adanya visual pleura
viseral dengan tidak tampaknya tanda Gambar 5 : A). Sea-shore sign. Tampilan sea-
parenkim paru dan peningkatan radiolusens shore bergranul pada paru normal pada M mode.
diantara garisnya. B) Barcode sign. Tampilan barcode horizontal
dengan kehilangan lung sliding pada M mode.
Selain pemeriksaan rontgen toraks,
ultrasonografi bisa digunakan sebagai alat Luas pneumotoraks dapat diukur
diagnosis pneumotoraks. USG digunakan dengan metode Light, metode Rhea, dan Metode
dalam mendiagnosis pneumotoraks. Kircher dan Swartzel
Terdapat gambaran tidak adanya lung
sliding dan tidak adanya B-lines.19 Lung
sliding merupakan pergerakan pleural line
saat respirasi. Pada M-mode, lung sliding
akan memberi gambaran artefak granular
pada paru yang dikenal dengan istilah sea-
shore sign. Seiring dengan itu kadang
ditemukan line pulse , yaitu merupakan
pergerakan pleural line mengikuti denyut
jantung. Tidak adanya lung sliding sugestif
untuk pneumotoraks tapi tidak spesifik. Gambar 6 : Pengukuran luas pneumotoraks
Lung sliding yang tidak tampak tersebut metode Light
menyebabkan garis artefak pada M-mode
yang dikenal dengan barcode sign. Selain
pneumotoraks, pada kasus hiperinflasi pada
PPOK menyebabkan kehilangan lung
sliding. B-lines merupakan artefak yang
memproyeksikan secara vertikal dari pleural
line sampai ke dasar layar yang bergerak
seiring pernapasan. Adanya B-lines dapat
menyingkirkan pneumotoraks tetapi tidak
adanya B-lines, tidak dapat memastikan
adanya pneumotoraks. Keakuratan USG
untuk kasus pneumotoraks dibandingkan Gambar 7 : Pengukuran luas pneumotoraks
dengan rontgen toraks pada 4 metaanalisis. metode Rhea
awal pneumotoraks, terlepas dari
24
penyebabnya. Harris dkk melaporkan
Pada pasien ini dengan metode kircher dan terdapat 17 kematian yang diakibatkan
swartzel di dapatkan luas pneumotoraks insersi LB ke organ lain. Havelock dkk juga
sebesar 25,2%. melaporkan insiden LB vs SB kejadian
cedera (1,4% vs 0,2%) , malposisi ( 6,5% vs
0,6%) terlihat signifikan lebih tinggi pada
LB.25 Pada pasien pneumotoraks yang
direncanakan tindakan pleurodesis
penggunaan SB merupakan pilihan utama.
15,26

Gambar 8 : Pengukuran luas pneumotoraks gambar 9 : Insersi large bore dengan teknik
dengan metode Kircher dan Swartzel trokar (B) teknik diseksi tumpul

Tatalaksana pada pasien ini dengan


cara memasang toraks tube no 28 pada
Linea Axilaris Anterior RIC VII (D) yang
dihubungkan ke botol Watersealed
drainage. Pemasangan selang WSD
bertujuan untuk mengevakuasi secara cepat
udara yang berada didalam rongga pleura.
Pasien pneumotoraks spontan dengan luas
pneumotoraks > 15% disertai sesak nafas
merupakan salah satu indikasi pemasangan
WSD. 22 Gambar 10 : ukuran chest tube
Pemasangan selang WSD sebaiknya
dipasang di area “triangle of safety” yaitu Pneumotoraks dapat timbul
merupakan area yang dibentuk oleh bagian berulang, pada pneumotoraks berulang dapat
anterior m. latissimus dorsi, bagian lateral dilakukan tindakan pleurodesis (melekatkan
m. pectoralis mayor, garis yang dibentuk pleura parietalis dengan pleura viseralis.
oleh RIC V, dan puncak dibawah axilla.23 Pada pasien ini paru kembang pada hari
pada pasien dipasang di RIC VII rawatan ke 11 dilakukan tindakan
dikarenakan adanya infeksi pada daerah pleurodesis menggunakan zat sklerosan
tersebut. Pemasangan toraks tube pada tetrasiklin HCL dosis sesuai berat badan.
daerah yang infeksi harus dihindari. 24 Pada pasien ini dilakukan pleurodesis
Akhir-akhir ini banyak penelitian kimiawi dengan menggunakan zat sklerosan
dilakukan untuk melihat efektifitas tetrasiklin HCL rerata keberhasilan 60%-
penggunaan small bore (SB) dibandingkan 86% pada pneumotoraks spontan berulang.
dengan large bore (LB), salah satunya Sifat asam nya mampu merangsang proses
penelitian oleh Contou dkk penggunaan SB inflamasi pleura. Talk adalah agen sklerosan
sama efektif dengan LB dalam manajemen lainnya yang memiliki angka keberhasilan
tinggi (91%).27 Istilah 'pleurodesis' berasal penelitian ini, NSAID sebagai bagian
dari kata Yunani pleurá (pleura) dan desmos analgesik tiga langkah standar World Health
(ikatan) dan mengacu pada prosedur yang Organization tidak mengganggu efikasi
dilakukan untuk menciptakan simfisis antara pleurodesis kimia. 32
pleura parietal dan visceral untuk Monitoring pasca tindakan: 1.
menghilangkan rongga pleura. Prosedur ini Dilakukan foto toraks AP ulang untuk
diterapkan untuk mencegah terulangnya meyakinkan reekspansi paru, bila perlu
pneumotoraks spontan. Survei yang setiap hari 2. Awasi tanda vital 3. Monitor
dilakukan di 5 negara ( United States, drainase chest tube harian 4. Monitor
United Kingdom, Kanada, Australia, dan kebocoran udara 5. Perban diganti tiap 48
New Zealand) zat sklerosan yang paling jam 6. Kendalikan nyeri dengan analgetik 7.
sering digunakan adalah trasiklin HCL dan Bila perlu spirometri insentif 8. Mobilisasi
bleomisin. 28 bertahap, cegah thrombosis vena dalam 9.
Alfageme dkk melaporkan Pertimbangkan mencabut chest tube bila
penggunaan tetrasiklin intrapleura memiliki drainase pleura harian < 100 ml atau tidak
rerata keberhasilan 60% diantara pasien terlihat lagi fluktuasi pada botol WSD.
pneumotoraks spontan berulang. Komplikasi yang mungkin timbul meliputi
Pengurangan ini tampak pada 84% pasien 1. Nyeri 2. Takikardia, takipnea,
dalam waktu 72 jam dan berkurang pneumonitis, atau gagal napas (terutama
siknifikan jika dibandingkan dengan hanya setelah pemberian slurry talc), edema paru
penggunaaan toraks tube. 10 reekspansi. Umumnya keadaan ini bersifat
Tetrasiklin HCL, dosisiklin dan reversibel. 3. Demam. Biasanya berkaitan
minoksiklin intrapleural akan menghasilkan dengan pleuritis, hilang dalam < 48 jam. 4.
respon inflamasi. Nyeri merupakan Ekspansi paru inkomplit dan partially
komplikasi pada pleurodesis dengan trapped lung 5. Reaksi terhadap obat 6.
doksisiklin yang paling sering dikeluhkan Syok neurogenic. 33
sehingga direkomendasikan untuk Post pleurodesis pada pasien tidak
menggunakan analgetik golongan narkotik didapatkan rasa nyeri hebat, tidak ada sesak
dan sedasi. 29 Tidak sedikit laporan yang napas dan tidak ada demam. Produksi cairan
terkait dengan komplikasi serius sklerosan dalam 24 jam hanya 10cc. toraks tube
seperti ARDS, pneumonitis akut, edema diklem selama kurang lebih 1 minggu
paru dan infiltrasi.27 kemudian dilepaskan dan pasien
Peranan penting proses inflamasi diperbolehkan pulang setelah kondisi
pada pleurodesis dapat dilihat dari penelitian hemodinamik stabil.
pada hewan coba yang menunjukan Apabila tindakan pleurodesis gagal,
pengurangan efikasi sklerosan Talk dan tatalaksana pneumotoraks dapat juga
doksisiklin ketika digunakan dengan dilakukan dengan tindakan bedah yaitu
NSAID, efek yang sama dari kortikosteroid Torakotomi atau Torakoskopi. 34
ditemukan untuk pleurodesis iodopovidone.
NSAID dapat menghambat proses inflamasi KESIMPULAN
dan pembentukan fibrosis, karena Pleurodesis tindakan yang relatif
kemampuannya untuk menekan sintesis sederhana pada pasien pneumotoraks
prostaglandin. 30,31 Berbeda dengan yang berulang dilakukan pada pasien yang tidak
didapatkan oleh Maria Anna Smolle dkk memenuhi syarat untuk operasi. Terdiri dari
yang mengevaluasi pengaruh NSAID pada pleurodesis mekanik dan pleurodesis
keefektifan pleurodesis kimia, menurut kimiawi. Pada pasien ini dilakukan
pleurodesis kimiawi dengan menggunakan Moewardi (RSDM) Surakarta tahun
zat sklerosan tetrasiklin HCL, sifat asam nya 2009. J UNS. 2010;
mampu merangsang proses inflamasi pleura. 8. Widjaya D et al. Karakteristik dan
Talk adalah agen sklerosan lainnya yang Faktor-Faktor yang Pneumotoraks di
Rumah Sakit Cipto. Indones J Chest Crit
memiliki angka keberhasilan tinggi (91%).
Emerg Med. 2014;1(3):113–9.
Pleurodesis pada pasien ini berhasil. 9. Walker SP, Bibby AC, Halford P, Stadon
Pasien tidak pernah mengalami L, White P, Maskell NA. Recurrence
pneumotoraks berulang lagi setelah tindakan rates in primary spontaneous
pleurodesis dan masih kontrol teratur ke pneumothorax: A systematic review and
rumah sakit. Tindakan operasi dianjurkan meta-analysis. Eur Respir J.
pada pneumotoraks berulang setelah 2018;52(3):1–10.
pleurodesis gagal. 10. How CH, Hsu HH, Chen JS. Chemical
pleurodesis for spontaneous
Daftar Pustaka pneumothorax. J Formos Med Assoc
1. Onuki T, Ueda S, Yamaoka M, Sekiya Y, [Internet]. 2013;112(12):749–55.
Yamada H, Kawakami N, et al. Primary Available from:
and Secondary Spontaneous http://dx.doi.org/10.1016/j.jfma.2013.10.
Pneumothorax: Prevalence, Clinical 016
Features, and In-Hospital Mortality. Can 11. Hallifax RJ, Yousuf A, Jones HE,
Respir J. 2017;2017:17–9. Corcoran JP, Psallidas I, Rahman NM.
2. Lyra RDM. Etiology of primary Effectiveness of chemical pleurodesis in
spontaneous pneumothorax. spontaneous pneumothorax recurrence
2016;42(3):222–6. prevention: A systematic review. Thorax.
3. Putri PP, Kaniya TD, Radiologi B, Abdul 2017;72(12):1121–31.
RH, Provinsi M. Evaluasi Radiologis 12. Watanabe T, Fukai I, Okuda K,
Pneumotoraks Spontan Sekunder pada Moriyama S, Haneda H, Kawano O, et al.
Pasien dengan Tuberkulosis Paru Kasus Talc pleurodesis for secondary
Relaps Radiological Evaluation of pneumothorax in elderly patients with
Secondary Spontaneous Pneumothorax in persistent air leak. J Thorac Dis.
Patient with Relapse Pulmonary 2019;11(1):171–6.
Tuberculosis. 2019;9:359–65. 13. Choi W Il. Pneumothorax. Tuberc Respir
4. Habibi B, Achachi L, Hayoun S, Raoufi Dis (Seoul). 2014;76(3):99–104.
M, Herrak L, Ftouh M El. La prise en 14. Costumbrado J, S. G. Pneumothorax,
charge du pneumothorax spontané: À Spontaneous [Internet]. StatPearls NCBI;
propos de 138 cas. Pan Afr Med J. 2019. Available from:
2017;26:1–7. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NB
5. Abdessamed D, Nadia D. Pneumothorax K459302/
secondary to chronic obstructive 15. Light RW. Pneumothorax. In : Pleural
pulmonary disease. Eur Respir Soc Annu diseases. 6th ed. Philadelphia : Lippincott
Congr 2012. 2012;7–8. William &Wilkins; 2013. 365–404 p.
6. Hobbs BD, Foreman MG, Bowler R, 16. Stefani A, Aramini B, Baraldi C, Pellesi
Jacobson F, Make BJ, Castaldi PJ, et al. L, della Casa G, Morandi U, et al.
Pneumothorax risk factors in smokers Secondary spontaneous pneumothorax
with and without chronic obstructive and bullous lung disease in cannabis and
pulmonary disease. Ann Am Thorac Soc. tobacco smokers: A case-control study.
2014;11(9):1387–94. PLoS One. 2020;15(3):1–13.
7. A Farih Raharjo. Tuberkulosis paru 17. Khan N, Jadoon H, Zaman M, Subhani
sebagai penyebab tertinggi kasus A, Khan AR IM. Frequency and
pneumotoraks di bangsal paru RSUD Dr Management Outcome of
Pneumotohorax Patients. Med Coll
Abbottabad. 2009;1::122-424. Bowden. The effectiveness of small-bore
18. Gupta D, Hansell A, Nichols T, Duong T, intercostal catheters versus large-bore
Ayres JG, Strachan D. Epidemiology of chest tubes in the management of pleural
pneumothorax in England. Thorax. disease with the systematic review of
2000;55(8):666–71. literature. Lung India. 2020;(1).
19. Ali J, Summer WR, Levitzky MG. 29. Figueiredo I, Cossa A, Hassane A, Sousa
Pulmonary Pathophysiology, A Clinical J, Pondo J, Teixeira J, et al. Pleurodesis:
Approach. third edit. 2010. 203 p. A comparison of two sclerosing agents
20. Dennis BM, Bellister SA, for pleural effusions in Mozambique. J
Guillamondegui OD. Thoracic Trauma. Thorac Dis. 2017;9(9):3132–7.
Surg Clin North Am. 2017;97(5):1047– 30. Soeroso L, Soeroso noni noviasari. Buku
64. Ajar Pulmonologi dan Respirasi :
21. Hew M, Tay TR. The efficacy of bedside Pleurodesis. pertama. UIP; 2017. 473–
chest ultrasound: From accuracy to 479 p.
outcomes. Eur Respir Rev [Internet]. 31. Mierzejewski M, Korczynski P, Krenke
2016;25(141):230–46. Available from: R, Janssen JP. Chemical pleurodesis – a
http://dx.doi.org/10.1183/16000617.0047 review of mechanisms involved in
-2016 pleural space obliteration. 2019;1–16.
22. Burguete SR, DeArmond DT, Soni NJ, 32. Teixeira LR, Wu W, Chang DS, Light
Peters J. Pneumothorax. fifth. Michael A. RW. The effect of corticosteroids on
Grippi, editor. McGraw-Hill Education; pleurodesis induced by doxycycline in
2015. 78 p. rabbits. Chest [Internet].
23. MacDuff A, Arnold A, Harvey J. 2002;121(1):216–9. Available from:
Management of spontaneous http://dx.doi.org/10.1378/chest.121.1.216
pneumothorax: British Thoracic Society 33. Maria Anna Smolle, Holger Flick, Martin
pleural disease guideline 2010. Thorax. Pichler, Horst Olschewski, Jörg
2010;65(SUPPL. 2). Lindenmann AG. LATE-BREAKING
24. Porcel JM. Chest Tube Drainage of the ABSTRACT: Impact of NSAIDs on
Pleural Space : A Concise Review for success of chemical pleurodesis in
Pulmonologists. 2018;3536:106–15. malignant pleural effusion. Eur Respir
25. Contou D, Razazi K, Katsahian S, Maitre Soc. 2016;
B, Mekontso-Dessap A, Brun-Buisson C, 34. Amin Z, Ariani I, Masna K. Indikasi dan
et al. Small-bore catheter versus chest prosedur pleurodesis. Maj Kedokt Indon.
tube drainage for pneumothorax. Am J 2007;57(4):129–33.
Emerg Med [Internet]. 2012;30(8):1407–
13. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.ajem.2011.10.
014
26. Filosso PL, Sandri A, Guerrera F,
Ferraris A, Marchisio F, Bora G, et al.
When size matters: Changing opinion in
the management of pleural space - The
rise of small-bore pleural catheters. J
Thorac Dis. 2016;8(7):E503–10.
27. Park JB, Lee SA, Lee WS, Kim YH,
Hwang JJ. The management of chemical
pleurodesis with viscum album in
patients with persistent air leakage. J
Thorac Dis. 2018;10(2):371–6.
28. Sumit Mehra, Subash Heraganahally,
Dimitar Sajkov, Morton S, Jeffrey

Anda mungkin juga menyukai