Anda di halaman 1dari 78

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Material Perkerasan Jalan merupakan salah satu mata kuliah yang ada di
Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Nasional, Bandung. Mata kuliah ini
menyangkut praktikum untuk mengetahui beberapa sifat-sifat aspal dan sifat
gradasi agregat untuk digunakan sebagai bahan perkerasan jalan. Selanjutnya dari
hasil pengujian di praktikum mendapatkan data untuk mengetahui sifat-sifat aspal
dan agregat tersebut, dan sangat menyangkut baik dalam segi keselamatan, dan
dalam segi ekonomis.

1.2 Tujuan Praktikum Laboratorium


Secara garis besar tujuan praktikum laboratorium Material Perkerasan
Jalan adalah untuk mengetahui atau menambah wawasan dan dapat menganalisa
suatu sifat-sifat aspal dan agregat yang sering digunakan sebagai Material
Perkerasan Jalan serta dapat menyelidiki dan memahami suatu aspal atau agregat
dari segi teknis di laboratorium maupun di lapangan. Selain itu, mahahasiswa
dapat mengetahui alat-alat yang digunakan untuk menguji aspal dan agregat di
laboratorium.

1.3 Ruang Lingkup


Pada praktikum Material Perkerasan Jalan, ada beberapa pengujian untuk
mengetahui sifat-sifat dan agregat yang baik diantaranya adalah :

1. Penetrasi Bahan Aspal


2. Titik Lembek Bahan Aspal
3. Titik Nyala dan Bakar Aspal
4. Daktilitas Aspal
5. Viskositas Aspal Cair
6. Viskositas Aspal Padat
7. Berat Jenis Aspal Cair
8. Berat Jenis Aspal Keras

1
9. Indeks Penetrasi
10. Kehilangan Berat Akibat Pemanasan Dengan Thin Film Oven Test
11. Penetrasi Bahan Aspal Setelah TFOT
12. Daktilitas Aspal Setelah TFOT
13. Kelarutan Aspal
14. Analisa Saringan Agregat Kasar & Halus
15. Soundness (Pelapukan)
16. Sand Equivalent
17. Kelekatan
18. Kepipihan dan Kelonjongan

2
BAB II
PENGUJIAN MATERIAL ASPAL

2.1 Jenis Aspal


Berdasarkan tempat diperolehnya, aspal dibedakan atas aspal alam dan
aspal minyak. Aspal alam yaitu aspal yang ditemui di alam dan dapat digunakan
sebagaimana diperolehnya atau dengan sedikit pengolahan, sedangkan aspal
minyak adalah aspal yang merupakan residu pengilangan minyak bumi.

1. Aspal Alam
Deposit alam adalah aspal yang ditemui di alam, dapat berbentuk
batuan ataupun aspal alam. Batuan aspal adalah batuan yang mengandung
aspal di dalamnya, dapat digunakan sebagaimana adanya ataupun diolah
terlebih dahulu. Indonesia memiliki batuan aspal (natural rock asphalts) di
Pulau Buton, terkenal dengan nama Asbuton (Aspal Batu Buton).
Deposit asbuton membentang dari Kecamatan Lawele sampai
Sampolawa. Asbuton merupakan campuran antara bitumen dengan bahan
mineral lainnya dalam bentuk batuan. Karena asbuton merupakan material
yang ditemukan begitu saja di alam, maka kadar bitumen yang
dikandungnya sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi. Untuk
mengatasi hal ini, maka asbuton mulai diproduksi dalam berbagai bentuk
di pabrik pengolahan asbuton. Produk asbuton dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu:
a. Produk asbuton yang masih mengandung material filler, seperti
asbuton kasar, asbuton halus, asbuton mikro, dan butonite mastic
asphalt.
b. Produk asbuton yang telah dimurnikan menjadi aspal murni
melalui proses ekstraksi atau proses kimiawi.
Aspal alam adalah aspal yang ditemui di alam, dalam jumlah besar di
dunia terdapat di Trinidad, berupa aspal danau (Trinidad Lake Asphalt).

3
2. Aspal Minyak
Aspal minyak adalah aspal yang merupakan residu destilasi
minyak bumi. Setiap minyak bumi dapat menghasilkan residu jenis
asphaltic base crude oil yang banyak mengandung aspal, parafin base
crude oil yang banyak mengandung parafin, atau mixed base crude oil
yang mengandung campuran antara parafin dan aspal.

Untuk perkerasan jalan umumnya digunakan aspal minyak jenis asphaltic


base crude oil. Untuk menghasilkan aspal ada beberapa proses destilasi minyak
bumi. Bensin (gasoline), minyak tanah (kerosene), dan solar (minyak diesel)
merupakan hasil destilasi pada temperatur yang berbeda – beda, sedangkan aspal
merupakan residunya. Residu aspal berbentuk padat atau semi padat, tetapi
melalui pengolahan hasil residu ini dapat pula berbentuk aspal cair, aspal emulsi,
aspal hembus (blown asphalt) atau pada temperatur ruang. Jadi, jika dilihat
bentuknya pada temperatur ruang, maka aspal dibedakan atas aspal padat, aspal
cair, aspal emulsi, dan blown asphalt.

1. Aspal padat
Aspal yang berbentuk padat atau semi padat pada suhu ruang,
dikenal dengan nama semen aspal (asphalt cement). Di Eropa disebut
bitumen, sedangkan di Amerika dikenal dengan nama asphalt cement.
Semen aspal harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai
bahan pengikat agregat. Aspal padat merupakan bagian utama dari residu
minyak bumi, dan melalui proses lanjutan dapat diperoleh jenis aspal
minyak yang lain.
2. Aspal cair (cutback asphalt)
Aspal yang berbentuk cair pada suhu ruang. Aspal cair merupakan
semen aspal yang dicairkan dengan bahan pencair dari hasil penyulingan
minyak bumi seperti minyak tanah, bensin, atau solar. Bahan pencair
membedakan aspal cair menjadi:

4
a. Rapid curing cut back asphalt (RC), yaitu aspal cair dengan
bahan pencair bensin. RC merupakan aspal cair yang paling
cepat menguap.
b. Medium curing cut back asphalt (MC), yaitu aspal cair dengan
bahan pencair minyak tanah (kerosene).
c. Slow curing cut back asphalt (SC), yaitu aspal cair dengan
bahan pencair solar (minyak diesel). SC merupakan aspal cair
yang paling lambat menguap.
3. Aspal emulsi (emulsified asphalt)
Suatu campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi, yang
dilakukan di pabrik pencampur. Aspal emulsi ini lebih cair dari pada aspal
cair. Di dalam aspal emulsi, butir- butir aspal larut dalam air. Untuk
menghindari butiran aspal saling menarik membentuk butir-butir yang
lebih besar, maka butiran tersebut diberi muatan listrik. Berdasarkan
muatan listrik yang dikandungnya, aspal emulsi dapat dibedakan atas:
a. Aspal kationik disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal
emulsi yang butiran aspalnya bermuatan arus listrik positip.
b. Aspal anionik disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal
emulsi yang butiran aspalnya bermuatan negatip.
c. Nonionik merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi,
bearti tidak nengantarkan listrik.
Berdasarkan kecepatan mengerasnya, aspal emulsi dapat dibedakan
atas:
a. Rapid Setting (RS), aspal yang mengandung sedikit bahan
pengemulsi sehingga pengikatan yang terjadi cepat, sehingga aspal
cepat menjadi padat atau keras kembali.
b. Medium Setting (MS)
c. Slow Setting (SS), jenis aspal emulsi yang paling lambat mengeras.
Dari ketiga bentuk aspal, maka semen aspal adalah bentuk yang
paling banyak digunakan.

5
2.2 Ketentuan dan Spesifikasi Uji Aspal
Berikutlah ketentuan dan spesifikasi umum uji aspal menurut SNI,
AASHTO, dan ASTM.

a) Bahan aspal berikut yang sesuai dengan Tabel 1.1 dapat digunakan. Bahan
pengikat ini dicampur dengan agregat sehingga menghasilkan campuran
beraspal. Pengambilan contoh bahan aspal harus dilaksanakan sesuai
dengan SNI 06-6399-2000 dan pengujian semua sifat – sifat (properties)
yang disyaratkan dalam Tabel 1.1 harus dilakukan. Bilamana jenis aspal
modifikasi tidak disebutkan dalam gambar maka penyedia jasa dapat
memilih Aspal Tipe II jenis PG 70 dalam tabel 1.1 dibawah ini.
b) Contoh bahan aspal harus diekstrasi dari benda uji sesuai dengan cara SNI
03-3640-1994 (metode soklet) atau SNI 03-6894-2002 (metode sentrifus)
atau AASHTO T164-14 (metode tungku pengapian). Jika metoda
sentrifitus digunakan. Setelah konsentrasi larutan aspal yang terekstrasi
mencapai 200 mm, partikel mineral yang terkandung harus dipindahkan ke
dalam suatu alat sentrifugal. Pemindahan ini dianggap memenuhi
bilamana kadar abu dalam bahan aspal yang diperoleh kembali tidak
melebihi 1% (dengan pengapian). Jika bahan aspal diperlukan untuk
pengujian lebih lanjut maka bahan aspal itu haris diperoleh kembali dan
larutan sesuai dengan prosedur SNI 03-6894-2002
c) Aspal Tipe I harus diuji pada setiap kedatangan dan sebelum dituangkan
ke tangka penyimpan AMP untuk penetrasi pada 25 ̊C (SNI 2456:2011)
Tipe II harus diuji untuk stabilitas penyimpan sesuai dengan ASTM
D5967-00. Semua Tipe aspal yang baru datang harus ditempatkan dalam
tangka sementara sampai hasil pengujian tersebut diketahui. Tidak ada
aspal yang boleh digunakan sampai aspal tersebut telah diuji dan disetujui.

6
Tabel 2.1 Spesifikasi Pengujian Aspal Sesuai SNI

Tabel 2.2 Spesifikasi Pengujian Aspal Sesuai SNI

7
Catatan :

a) Pengujian semua sifat – sifat harus dilaksanakan sebagaimana yang


disyaratkan pasal SNI. Sedangkan untuk pengendalian mutu di lapangan,
ketentuan untuk aspal dengan penetrasi > 50 adalah + 2 (0,1 mm), masing
– masing dari nilai penetrasi yang dilaporkan pda saat pengujian semua
sifat – sifat aspal keras.
b) Pengujian semua sifat – sifat harus dilaksanakan sebagaimana yang
disyaratkan pada pasal SNI. Sedangkan untuk pengendalian mutu di
lapangan, ketentuan titik lembek diterima adalah + 1 ̊C dari nilai titik
lembek yang dilaporkan pada saat pengujian semua sfiat – sifat aspal
keras.
c) Viskositas diuji juga pada temperatur 100 ̊C dan 160 ̊C untuk tipe I, untuk
tipe II pada temperatur 100 ̊C dan 170 ̊C untuk menetapkan temperatur
yang akan diterapkan pada pasal SNI.
d) Jika untuk pengujian viskositas tidak dilakukan sesuai dengan AASHTO
T201-15 maka hasil pengujian harus dikonversikan ke satuan cSt.

2.3 Resume Pengujian Aspal


Tabel 2.3 Hasil pengujian dalam bentuk tabel rekapitulasi

Pengujian Nilai Satu Tipe Aspal Pen. 60-70 Satuan


Penetrasi pada 25°C 60 - 70 mm
Titik Lembek > 48 °C
Titik Nyala dan Titik
Bakar > 232 °C
Daktilitas pada 25°C > 100 cm
Berat Jenis > 1,0 gr/cm²
Viskositas > 300 cSt
Kelarutan dalam TCE > 29 %

8
BAB III
PENGUJIAN MATERIAL AGREGAT

3.1 Jenis Agregat


Agregat dapat dibedakan berdasarkan kelompok terjadinya, pengolahan,
dan ukuran butirnya. Berdasarkan proses terjadinya agregat dapat dibedakan atas
batuan beku (igneous rock), batuan sedimen (sedimentary rock) dan batuan
metamorfik (metamorphic rock).
Batuan beku (igneous rock) adalah agregat yang berasal dari magma yang
mendingin dan membeku. Batuan beku luar (extrusive igneous rock) dibentuk dari
magma yang keluar ke permukaan bumi di saat gunung berapi meletus, dan akibat
pengaruh cuaca mengalami pendinginan dan membeku. Umumnya agregat beku
luar berbutir halus seperti batu apung, andesit, basalt, obsidian, pumice.
Batuan beku dalam (intrusive igneous rock) dibentuk dari magma yang tak
dapat keluar ke permukaan bumi, mengalami pendinginan dan membeku secara
perlahan-lahan di dalam bumi, dapat ditemui di permukaan bumi karena proses
erosi dan atau gerakan bumi. Batuan beku dalam umumnya bertekstur kasar
seperti, gabbro, diorit, syenit.
Batuan sedimen ( sedimentary rock) dapat berasal dari campuran partikel
mineral, sisa-sisa hewan dan tanaman yang mengalami pengendapan dan
pembekuan. Pada umumnya merupakan lapisanlapisan pada kulit bumi, hasil
endapan di danau, laut dsb. Berdasarkan proses pembentukannya batuan sedimen
dapat dibedakan atas:
1. Batuan sedimen yang dibentuk dengan proses mekanik seperti breksi,
konglomerat, batu pasir, batu lempung. Agregat ini banyak mengandung
silica.
2. Batuan sedimen yang dibentuk dengan proses organis seperti batu
gamping, batu bara, opal.

9
3. Batuan sedimen yang dibentuk dengan proses kimiawi seperti batu
gamping, garam, gips, flint.

Batuan metamorfik (metamorphic rocks) adalah batuan sedimen ataupun


batuan beku yang mengalami proses perubahan bentuk akibat adanya perubahan
tekanan dan temperatur kulit bumi. Berdasarkan strukturnya dapat dibedakan atas
batuan metamorf yang masif seperti marmer, kwarsit, dan batuan metamorf yang
berfoliasi, berlapis seperti batu sabak, filit, sekis.
Berdasarkan ukuran butirnya agregat dapat dibedakan atas agregat kasar,
agregat halus, dan bahan pengisi (filler). Batasan dari masing-masing agregat ini
seringkali berbeda, sesuai institusi yang menentukannya. ASTM dan
Depkimpraswil dalam Spesifikasi Teknis Campuran Panas,2010, membedakan
agregat menjadi:
1. Agregat kasar, adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar dari
saringan No.4 (= 4,75 mm) dan lebih kecil dari ayakan 1½ inci.
2. Agregat halus, adalah agregat dengan ukuran butir lebih halus dari
saringan No.4 (= 4,75 mm) dan maksimum yang lolos ayakan No.200
(=0,075 mm) adalah 10%.
3. Bahan pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang lolos
saringan No. 200 (= 0,075 mm) minimum 75%.

3.1.1 Jenis Gradasi Agregat


Distribusi butir-butir agregat dengan ukuran tertentu yang dimiliki oleh
suatu campuran menentukan jenis gradasi agregat. Gradasi agregat dapat
dikelompokkan ke dalam agregat bergradasi baik dan agregat bergradasi buruk.
Agregat bergradasi baik adalah agregat yang ukuran butirnya terdistribusi merata
dalam satu rentang ukuran butir. Agregat bergradasi baik di sebut pula agregat
bergradasi rapat. Campuran agregat bergradasi baik mempunyai rongga sedikit,
mudah dipadatkan, dan mempunyai stabilitas tinggi. Tingkat stabilitas ditentukan
dari ukuran butir agregat terbesar yang ada.

10
Berdasarkan ukuran butir agregat yang dominan menyusun campuran
agregat, maka agregat bergradasi baik dapat dibedakan atas:

1. Agregat bergradasi kasar adalah agregat bergradasi baik yang mempunyai


susunan ukuran menerus dari kasar sampai dengan halus, tetapi dominan
berukuran agregat kasar.
2. Agregat bergradasi halus adalah agregat bergradasi baik yang mempunyai
susunan ukuran menerus dari kasar sampai dengan halus, tetapi dominan
berukuran agregat halus.

3.2 Ketentuan dan Spesifikasi Uji Agregat


Berikutlah ketentuan dan spesifikasi umum uji Agregat menurut SNI,
AASHTO, dan ASTM.

1. Agregat Umum
a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa
agar campuran beraspal, yang proporsinya dibuat sesuai dengan
rumusan campuran kerja, memenuhi semua ketentuan yang
disyaratkan dalam tabel 1.3, tergantung campuran mana yang dipilih.
b) Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh
pengawas pekerjaan. Bahan harus ditumpuk sesuai dengan ketentuan.
c) Sebelum memulai pekerjaan Penyedia Jasa harus sudah menunjuk
setiap fraksi agregat pecah dan pasir untuk campuran beraspal, paling
sedikit untuk kebutuhan satu bulan dan selanjutnya tumpukan
persediaan satu bulan berikutnya.
d) Dalam pemilihan sumber agregat, Penyedia Jasa dianggap sidaj
memperhitungkan penyerapan aspal oleh agregat Variasi kadar aspal
akibat tingkan penyerapan aspal yang berbeda, tidak dapat diterima
sebagai alasan untuk negosiasi kembali harga satuan dari Campuran
beraspal.

11
e) Penyerapan air oleh agregat maksimum 2% untuk SMA dan3% untuk
yang lain.
f) Berat Jenis (spesifi gravity) agregat kasar dan halus tidak boleh
berbeda lebih dari 0,2.

2. Agregat Kasar
a) Fakta agregar kasar untuk rancangan campuran adalah yang tertahan
ayakan No. 4 (4,75 mm) yang dilakukan secara basah dan harus
bersih, keras, awet dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak
dikehendaki lainnya dan memenuhi ketentuan yang diberikan dalam
Tabel 1.2
b) Fraksi agregat kasar harus dari batu pecah mesin dan disiapkan dalam
ukuran nominal sesuai dengan jenis campuran yang direncanakan
seperti ditunjukan pada Tabel 1.3.
c) Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti disyaratkan dalam
Tabel 1.2. Angularitas agregat kasar didefinisikan sebagai persen
terhadap berat agregat yang lebih besar dari 4.75 mm dengan muka
bidang pecah satu atau lebih berdasarkan uji menurut SNI 7629:2012.
d) Fraksi agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke
instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung
dingin (cold binfeeds) sedemikian rupa sehingga gradasi gabungan
agregat dapat dikendalikan dengan baik.

Tabel 3.1 Spesifikasi Pengujian Agregat Kasar Sesuai SNI

12
Catatan :

a) 100/90 menunjukan bahwa menunjukan bahwa 100% agregat kasar


mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dari 90% agregat
kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih.

b) 95/90 menunjukan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka


bidang pecah satu atau lebih dan 90% agregat kasar mempunyai
muka bidang pecah dua atau lebih.

3.3 Resume Pengujian Agregat


Tabel 3.2 Hasil pengujian dalam bentuk tabel rekapitulasi

Pengujian Nilai Satu Tipe Agregat


Analisa Saringan Kasar dan Halus  
Penyerapan Agregat Halus  
Penyerapan Agregat Kasar  
Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi (los
angeles) Maks 40%
Pelapukan Agregat dengan
Maks 18%
Sodium Sulfat atau Magnesium Sulfat

Sand Equivalent  
Kelekatan Agregat Min 95%
Kepipihan dan Kelonjongan Maks 10%

13
LAMPIRAN

INSTRUKSI KERJA

Pengujian : Penetrasi Bahan Aspal/Bitumen


Nama Alat : Penetrometer
Standar Pengujian :
SNI 2456:2011 Cara uji penetrasi bahan aspal dengan menggunakan
penetrometer.
Prinsip Alat Kerja :
Mengukur kedalaman turunnya jarum penetrometer pada
bahan aspal yang telah disiapkan.
Prosedur Pengujian :
1. Masukkan benda uji kedalam cawan lalu letakkan
cawan dibawah jarum pada alat Penetrometer yang
berisi air bersih bersuhu 25°C (suhu ruang);
2. Periksa jarum penetrasi lalu oleskan gliserin agar
jarum licin ketika turun;
3. Letakkan beban sebesar 50 gr pada penetrometer;
4. Turunkan jarum penetrasi secara perlahan sampai
menyentuh permukaan aspal;
5. Atur dial pada Penetrometer tepat di angka 0;
6. Tahan beban jarum dengan cara dipegang lalu lepaskan pemegang jarum
selama 5 detik lalu baca nilai penetrasi yang ditunjukkan pada jarum
penunjuk;

14
7. Lakukan pengujian 5x dengan instruksi yang sama di atas tapi dengan
letak yang berbeda sejauh 1 cm dari titik yang terakhir dipakai untuk
pengujian.

Tim Penyusun : Disahkan :

1. M. Gibran Rizki (22-2018-073)


2. Melvi Zulherfina (22-2018-147)
3. Helmalia Akma D. (22-2018-148)

BAGAN ALIR

PENETRASI ASPAL/BITUMEN

Siapkan benda uji aspal yang sudah


dimasukkan cawan lalu letakkan cawan di
bawah jarum pada alat Penetrometer yang
berisi air bersih bersuhu 25°C

Periksa jarum penetrasi lalu oleskan gliserin


agar jarum licin ketika turun

Letakkan beban 50gr pada penetrometer


sehingga mendapatkan beban 100gr

Turunkan jarum penetrasi secara perlahan


sampai menyentuh permukaan aspal

Atur dial di angka 0

Tahan beban jarum lalu lepaskan secara


perlahan selama 5 detik lalu baca nilai
penetrasinya

15
FORM PENGUJIAN PENETRASI ASPAL/BITUMEN
Diterima Tanggal : 04/02/2020 Nama Penguji :
Dikerjakan Tanggal : 04/02/2020 1. M. Gibran Rizki
2. Melvi Zulherfina
3. Helmalia Akma D.

NO Kegiatan Uraian
1 Contoh Dipanaskan
Pembukaan Contoh Mulai Jam = 15:00 Pembacaan Suhu/oven
Selesai Jam = 15:05 = 125°C
2 Didiamkan Di Suhu Ruang
Mendinginkan Contoh Mulai Jam = 15:05
Selesai Jam = 15:20
3 Direndam Pada Suhu 25°C Pembukaan Suhu Air Perendam
Mencapai Suhu
Mulai Jam = 15:20 = 25°C
Pemeriksaan
Selesai Jam = 15:40
4 Penetrasi Pada Suhu 25°C
Pemeriksaan Mulai Jam = 15:40
Selesai Jam = 15:55

Kelompok 13 Kelompok
Penetrasi
(mm) (mm)
Pengamatan 1 64 70
Pengamatan 2 67 66,7
Pengamatan 3 68 63
Pengamatan 4 66 67
Pengamatan 5 65 60

Analisis :

16
Sesuai dengan pengujian yang telah dilakukan didapatkan nilai penetrasi
sebesar 65 pada pengamatan pertama dan sebesar 65,34 pada pengamatan kedua.

Kesimpulan :

Setelah melakukan 2 pengamatan, keduanya memasuki rentang Spesifikasi


Umum Bina Marga 2018 Divisi 6.3 yaitu nilai penetrasi sebesar 60-70 mm. Dari
hasil praktikum didapatkan nilai rata-rata pengujian sebesar 65,17 sehinnga aspal
dapat digunakan dalam perkerasan jalan.

INSTRUKSI KERJA

Pengujian : Titik Lembek Aspal/Bitumen


Nama Alat : Bejana Gelas, Cincin Kuningan,
dan Bola Baja
Standar Pengujian :
SNI 2434:2011 Cara uji titik lembek aspal dan tar
Prinsip Alat Kerja :
Mengetahui kapan turunnya bola baja ke pelat dasar
dengan ketentuan suhu dan waktu.

Prosedur Pengujian :
1. Siapkan aspal dalam cincin kuningan dalam
keadaan dingin;
2. Pasang cincin kuningan lalu letakkan pengarah
bola di atasnya;
3. Masukkan semua alat yang telah disiapkan ke dalam bejana gelas yang
berisi air;
4. Letakkan termometer ke dalam benda uji agar mengetahui suhu awal
sebelum pengujian;
5. Panaskan bejana sampai bola baja menembus bahan aspal dan menyentuh
pelat dasar;
6. Lalu hitung suhu dan waktu saat bola baja menyentuh pelat dasar.

17
Tim Penyusun : Disahkan :
1. M.Gibran Rizki P (22-2018-073)
2. Melvi Zulherfina (22-2018-147)
3. Helmalia Akma Dini (22-2018-148)

BAGAN ALIR

Titik Lembek Aspal

Siapkan aspal dalam cincin


kuningan dalam keadaan dingin

Pasang cincin kuningan lalu


letakkan pengarah bola di atasnya

Masukkan semua alat yang telah


disiapkan ke dalam bejana gelas
yang berisi air

Letakkan termometer ke dalam


benda uji agar mengetahui suhu
awal sebelum pengujian

Panaskan bejana sampai bola baja


menembus bahan aspal dan
menyentuh pelat dasar

Lalu hitung suhu dan waktu saat


bola baja menyentuh pelat dasar.

18
FORM PENGUJIAN TITIK LEMBEK BAHAN ASPAL/BITUMEN
Diterima Tanggal : 04/02/2020 Nama Penguji :
Dikerjakan Tanggal : 04/02/2020 1. M. Gibran Rizki
2. Melvi Zulherfina
3. Helmalia Akma D.
Mulai jam: 15:00
Contoh dipanaskan
Selesai jam: 15:20 Pembacaan
51°C
Didiamkan pada Mulai jam: 15:20 Suhu (ᵒC)
suhu ruang Selesai jam: 15:30
Direndam vada suhu Mulai jam: 15:30
25ᵒC Selesai jam: 15:40 Pembacaan
50°C
Pemeriksaan Ttitik Mulai jam: 15:40 Suhu (ᵒC)
Lembek Selesai jam: 15:55

TITIK
SUHU YANG DIAMATI WAKTU (DETIK)
NO LEMBEK ᵒC
ᵒC ᵒC I II I II
1 5
2 10
3 15
4 20
5 25 26 00:00 00:00
6 30 31 02:21 01:18
7 35 36 04:26 02:59
8 40 41 06:09 04:38
9 45 46 08:06 06:04
10 50 51 09:53 07:13 51 50
11 55 56

19
Analisis :
Setelah melakukan pengujian didapatkan titik lembek 51°C pada waktu 09:53
detik untuk pengamatan pertama, sedangkan pada pengamatan kedua didapatkan titik
lembek 50°C pada waktu 07:13 detik.

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil pengujian didapatkan titik lembek aspal pada suhu


50,5°C,dapat disimpulkan titik lembek tersebut sesuai dengan Spesifikasi Bina Marga
2018 Divisi 6.3 yaitu nilai titik lembek minimum 48oC dan maksimum 58oC,
sehingga kedua bahan uji tersebut dapat digunakan dalam perkerasan jalan.

20
INSTRUKSI KERJA

Pengujian : Titik Nyala dan Titik Bakar Aspal/Bitumen


Nama Alat : Cleveland Open Cup
Standar Pengujian :
SNI 2434:2011 Cara uji titik lembek aspal dan tar
Prinsip Alat Kerja :
Memanaskan bahan uji aspal hingga menyala (terlihat
percikan api) dan hingga bahan uji aspal terbakar.
Prosedur Pengujian :

1. Letakkan cawan diatas pelat pemanas lalu letakkan


nyala api dengan poros jarak 75 mm dari titik tengah
cawan;
2. Tempatkan termometer tegak lurus di dalam benda
uji dengan jarak 6,4 mm di atas dasar cawan;
3. Nyalakan sumber pemanas dan aturlah pemanasan sehingga kenaikan suhu
menjadi (15 ± 1)°C per menit sampai benda uji mencapai suhu 56°C di
bawah titik nyala;
4. Aturlah kecepatan pemanasan 5°C-6°C per menit lalu nyalakan nyala
penguji dan atur diameternya;
5. Putarlah nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan dalam waktu
satu detik; ulangi pekerjaan tersebut setiap kenaikan suhu 2°C;

21
6. Lanjutkan poin 5 dan sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik di atas
permukaan benda uji; bacalah suhu pada termometer dan catat;

Tim Penyusun : Disahkan :


1. M.Gibran Rizki P (22-2018-073)
2. Melvi Zulherfina (22-2018-147)
3. Helmalia Akma Dini (22-2018-148)

BAGAN ALIR

Titik Nyala dan Titik Berat

Tempatkan termometer tegak lurus di dalam benda uji


dengan jarak 6,4 mm di atas dasar cawan dan terletak
pada satu garis yang menghubungkan titik tengah cawan
dan titik poros nyala penguji

Nyalakan sumber pemanas dan aturlah pemanasan


sehingga kenaikan suhu menjadi (15 ± 1)°C per menit
sampai benda uji mencapai suhu 56°C di bawah titik
nyala

Kemudian aturlah kecepatan pemanasan 5°C sampai


6°C per menit pada suhu antara 56°C dan 28°C dibawah
titik nyala

Nyalakan nyala penguji dan aturlah agar diameter nyala


penguji tersebut menjadi 3.2 sampai 4.8 mm

Putarlah nyala penguji sehingga melalui permukaan


cawan (dari tepi ke tepi cawan) dalam waktu satu detik;
ulangi pekerjaan tersebut setiap kenaikan suhu 25°C.

22
FORM PENGUJIAN TITIK NYALA DAN BAKAR ASPAL/BITUMEN
Diterima Tanggal : 11/02/2020 Nama Penguji :
Dikerjakan Tanggal : 11/02/2020 1. M. Gibran Rizki
2. Melvi Zulherfina
3. Helmalia Akma D.
Mulai jam : 15:00
Contoh dipanaskan Suhu Oven (ᵒC) 125
Selesai jam : 15:15
Suhu penuangan
Penuangan Jam : 15:15 137
(ᵒC)
Suhu nitik nyala 300
Pemeriksaan Mulai Jam : 15:20
perkiraan (ᵒC)
Sampai 56ᵒC di bawah
Jam : 16:50 ᵒC/Menit 15
titik nyala
Sampai 28ᵒC di bawah
Jam : 17:00 ᵒC/Menit 5-6
titik nyala

Suhu di Waktu Suhu (ᵒC) Titik Nyala


No bawah
. titik nyala A B A B
(ᵒC)
1. 56 00:00 00:00 244 244
2. 51 00:23 00:19 249 250
3. 46 00:56 01:01 255 255
4. 41 02:27 02:53 261 261
5. 36 05:10 04:44 266 266
6. 31 07:58 08:13 272 272
7. 26 12:56 14:07 278 277
8. 21 14:36 15:48 283 283
9. 16 15:59 17:23 289 289
10. 11 17:28 18:07 295 295

23
11. 6 18:53 18:57 301 300
12. 1 19:25 19:16 307 306
310ᵒC (titik
20:12 19:47 313 313
nyala)
318ᵒC (titik 322ᵒC (titik
21:57 20:36 319 328
bakar) nyala)
330ᵒC (titik
21:06 334
bakar)

Analisis :
Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai titik nyala sebesar 310ᵒC dan titik
bakar sebesar 318ᵒC.

Kesimpulan :
Setelah melakukan pengujian dinyatakan bahwa hasil pengujian tersebut
telah memenuhi spesifikasi Bina Marga 2010 dimana pada nilai Pen 60/70
≥ 232°C untuk titik nyala dan pada nilai Pen 60/70 ≥ 225°C dan aspal
modifikasi ≥ 225°C untuk titik bakar.

24
INSTRUKSI KERJA

Pengujian : Daktilitas Aspal/Bitumen


Nama Alat : Mesin Daktilitas
Standar Pengujian :
SNI 2432:2011 Cara uji Daktilitas bahan aspal/bitumen
Prinsip Alat Kerja :
Mengetahui berapa jarak bahan aspal terputus ketika di
Tarik dengan mesin Daktilitas.

Prosedur Pengujian :

1. Siapkan bahan aspal/bitumen yang sudah ada


dalam cetakan daktilitas;
2. Masukkan cetakan ke dalam bak perendam berisi
air yang dicampur dengan gliserine agar bahan aspal tidak jatuh ke pelat
dasar mesin daktilitas dengan suhu air 25ᵒC (suhu ruangan);
3. Nyalakan mesin daktilitas hingga menarik bahan aspal tersebut;
4. Baca jarak penarikan bahan aspal sekurang-kurangnya 100 cm dan dapat
dikatakan bahan tersebut baik.

Tim Penyusun : Disahkan :


1. M.Gibran Rizki P (22-2018-073)
2. Melvi Zulherfina (22-2018-147)
3. Helmalia Akma Dini (22-2018-148)

25
BAGAN ALIR

Daktilitas Aspal

Siapkan bahan aspal/bitumen yang


sudah ada dalam cetakan daktilitas

Masukkan cetakan ke dalam bak


perendam berisi air yang dicampur
dengan gliserine agar bahan aspal
tidak jatuh ke pelat dasar mesin
daktilitas dengan suhu air 25ᵒC (suhu
ruangan)

Nyalakan mesin daktilitas hingga


menarik bahan aspal tersebut

Baca jarak penarikan bahan aspal


sekurang-kurangnya 100 cm dan
dapat dikatakan bahan tersebut baik.

26
FORM PENGUJIAN DAKTILITAS ASPAL/BITUMEN
Diterima Tanggal : 04/02/2020 Nama Penguji :
Dikerjakan Tanggal : 04/02/2020 1. M. Gibran Rizki
2. Melvi Zulherfina
3. Helmalia Akma D.
Mulai Jam : 15:00
Contoh dipanaskan
Selesai Jam : 15:20 Suhu Alat
: 125°C
Didiamkan pada suhu Mulai Jam : 15:20 (°)
ruang Selesai Jam :15:30
Direndam pada suhu Mulai Jam :15:30
25° C Selesai Jam :15:40 Suhu Alat
: 25°C
Mulai Jam :15:40 (°)
Pemeriksaan Daktilitas
Selesai Jam :16:00

Daktilitas pada suhu 25°C 5 cm/menit Pembacaan pengukuran pada alat


Pengamatan I >104 cm
Pengamatan II >104 cm
Rata-rata 104 cm

Analisis :
Setelah melakukan pengujian didapatkan hasil pengamatan pertama pada
suhu 25°C pembacaan pengukuran pada alat adalah >104 cm, dan pada
pengamatan kedua juga mendapatkan hasil yang sama yaitu >104 cm.

Kesimpulan :

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan didapatkan hasil daktilitas


aspal yaitu 104 cm. sehingga memenuhi Spesifikasi Umum yaitu ≥ 100 cm, maka
aspal baik digunakan dalam perkerasan jalan.

27
INSTRUKSI KERJA

Pengujian : Viskositas Aspal Cair


Nama Alat : Saybolt Universal Second
Standar Pengujian : SNI 06-6721-2002 Cara uji viskositas aspal cair
Prinsip Alat Kerja :
Mengetahui Waktu yang diperlukan untuk dapat mengalirkan bahan aspal
sebanyak 60 ml melalui lubang Universal (Universal Orifice) yang telah
distandarkan dan dinyatakan dalam S.U.S (Saybolt
Universal Second).

Prosedur Pengujian :
1. Masukkan bahan aspal ke dalam tabung
viskometer secara perlahan agar bahan aspal
tidak menempel di dinding tabung;
2. Aduk bahan aspal di dalam tabung viskometer;
3. Masukkan termometer ke dalam lubang tabung
di tengah penyangga untuk termometer;
4. Masukkan penyumbat gabus yang dilengkapi tali
agar mudah dilepas ke dalam lubang tabung viskometer pada bagian dasar
tabung viskometer;
5. Tempatkan labu penampung di bawah viscometer lalu cabut gabus
viskometer dan jalankan pencatat waktu bersamaan saat bahan aspal
menyentuh dasar labu;
6. Hentikan pencatat waktu pada saat bahan aspal telah mencapai 60 ml labu
viskometer;
7. Catat waktu alir (t) dalam detik ± 0,1 detik;
8. Tutup lubang viskometer dengan alat penyumbat.

28
Tim Penyusun : Disahkan :
1. M.Gibran Rizki P (22-2018-073)
2. Melvi Zulherfina (22-2018-147)
3. Helmalia Akma Dini (22-2018-148)

BAGAN ALIR

Viskositas Aspal Cair

Masukkan bahan aspal ke dalam tabung


viskometer secara perlahan agar bahan
aspal tidak menempel di dinding tabung

Aduk bahan aspal di dalam tabung


viskometer

Masukkan termometer ke dalam lubang


tabung di tengah penyangga untuk
termometer

Masukkan penyumbat gabus yang


dilengkapi tali agar mudah dilepas ke
dalam lubang tabung viskometer pada
bagian dasar tabung viskometer

Tempatkan labu penampung di bawah


viskometer lalu cabut gabus viskometer
dan jalankan pencatat waktu bersamaan
saat bahan aspal menyentuh dasar labu

Hentikan pencatat waktu pada saat bahan


aspal telah mencapai 60 ml labu
viskometer

Catat waktu alir (t) dalam detik ± 0,1


detik Tuang dan ratakan benda uji
kedalam cawan .
29
FORM PENGUJIAN VISKOSITAS ASPAL CAIR
Diterima Tanggal : 04/02/2020 Nama Penguji :
Dikerjakan Tanggal : 04/02/2020 1. M. Gibran Rizki
2. Melvi Zulherfina
3. Helmalia Akma D.
Pembacaan Waktu Pembacaan Suhu (ᵒC)
Persiapan mulai jam 16:20 30
Peralatan mulai jam 16:20 30
Pemanasan mulai jam 16:20 30
S/d 60ᵒC selesai jam 16:40 60
Pemeriksaan mulai jam 16:40 60
Selesai jam 16:40 60

Contoh
Viskositas s. F 60ᵒC
Waktu (detik) cst
Pengamatan I 591 135,75
Pengamatan II 671 144,75
Rata -rata 631 140,25

Analisis :
Setelah melakukan pengujian didapatkan hasil rata-rata cst yaitu 140,25, dan
rata-rata waktu 631 detik.

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai cst 140,25, cst yang
didapatkan adalah untuk suhu 60ᵒC, dimana pengujian ini kita menggunakan
pengujian universal dengan waktu 631 detik.

30
INSTRUKSI KERJA

Pengujian : Viskositas Aspal Padat


Nama Alat : Saybolt Furol Viscometer
Standar Pengujian : SNI 7729:2011 Cara uji Viskositas aspal padat
Prinsip Alat Kerja : Cara uji viskositas ini secara empiris dengan
menggunakan temperatur yang telah ditentukan untuk
mengetahui tingkat kekentalan aspal keras.
Prosedur Pengujian :

1. Tetapkan penangas oli, dengan temperatur yang ditetapkan adalah 120C-


180C bila dianggap kurang dapat diteruskan sampai 240C;
2. Masukkan penyumbat gabus yang dilengkapi tali di bagian dasar tabung
viscometer, lalu tempatkan cincin pemindah pada batas atas tabung
viscometer;
3. Lakukan pemanasan awal 0,5 kg menggunakan kompor listrik dalam
wadah logam 500 mL dengan temperatur 10C-15C.
4. Panaskan Saringan No.20, dan tuangkan benda uji panas melalui saringan
ke dalam tabung viscometer lalu pasang tutup tabung viskometer dengan
cincin pemindah, dan masukkan thermometer;
5. Aduk benda uji di dalam tabung viskometer secara terus menerus dengan
gerakan melingkar pada kecepatan putaran 30-50 rpm;
6. Bila temperatur konstan pada 0,3C selama 1 menit, pengujian dapat
dilanjutkan;
7. Pastikan bahwa labu penampung pada posisi yang tepat, lalu cabut gabus
penyumbat dengan menyentakkan tali gabus dan hidupkan pengukur
waktu.

Tim Penyusun : Disahkan :

31
1. M.Gibran Rizki P (22-2018-073)
2. Melvi Zulherfina (22-2018-147)
3. Helmalia Akma Dini (22-2018-148)

BAGAN ALIR

Viskositas Aspal Padat

Tetapkan penangas oli, dengan temperatur yang


ditetapkan adalah 120C-180C bila dianggap kurang
dapat diteruskan sampai 240

Masukkan penyumbat gabus yang dilengkapi tali di


bagian dasar tabung viscometer, lalu tempatkan cincin
pemindah pada batas atas tabung viscometer

Lakukan pemanasan awal 0,5 kg menggunakan kompor


listrik dalam wadah logam 500 mL dengan temperatur
10C-15C

Panaskan Saringan No.20, dan tuangkan benda uji panas


melalui saringan ke dalam tabung viscometer lalu
pasang tutup tabung viskometer dengan cincin
pemindah, dan masukkan thermometer

Aduk benda uji di dalam tabung viskometer secara terus


menerus dengan gerakan melingkar pada kecepatan
putaran 30-50 rpm

Bila temperatur konstan pada 0,3C selama 1 menit,


pengujian dapat dilanjutkan

32
Pastikan bahwa labu penampung pada posisi yang tepat,
lalu cabut gabus penyumbat dengan menyentakkan tali
gabus dan hidupkan pengukur waktu.

FORM PENGUJIAN VISKOSITAS ASPAL PADAT


Diterima Tanggal : 11/02/2020 Nama Penguji :
Dikerjakan Tanggal : 11/02/2020 1.M. Gibran Rizki
2. Melvi Zulherfina
3. Helmalia Akma D.
Mulai Jam :
Contoh Dipanaskan
Selesai Jam : Pembacaan
115°C
Peralatan digunakan Mulai Jam : suhu °C
Pemanasan alat Selesai Jam
Mulai Jam
Pemeriksaan Viskositas
Selesai Jam
Pengamatan

No Pembacaan Temperatur °C Waktu Viskositas Kinematik


Rata-
(detik) (Cst)
rata
1 120 293 312 620,66 660,55 640,275
2 140 153 160 322 335,41 328,705
3 160 88 89 184,5 186,58 185,540
4 180 54 36 112 72,17 92,985

33
700

600

500

400

300

200

100

0
100 110 120 130 140 150 160 170 180 190

Analisis :
Setelah melakukan pengujian didapatkan Viskositas Kinetik sebesar 350
cst, serta suhu pemadatan dengan 280 cst didapatkan suhu sebesar 148°C, dan
suhu pencampuran 170 cst adalah sebesar 168°C.

Kesimpulan :

Berdasarkan pengujian mengenai viskositas aspal padat didapatkan nilai


viskositas kinematis rata-rata untuk Furol sebesar 311,651 cst, nilai viskositas
kinematis masuk dalam Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 divisi 6.3 yaitu nilai
viskositas kinematis ≥ 300 cst, sehingga aspal dapat direkomendasikan untuk
digunakan sebagai bahan materal perkerasan jalan.

34
INSTRUKSI KERJA

Pengujian : Berat Jenis Aspal Cair

Nama Alat : Aerometer

Standar Pengujian : ASTM D 1298-85 Cara uji berat jenis aspal cair

Prinsip Alat Kerja : Berat volume aspal cair pada suhu tertentu, dengan satuan
umum yang digunakan adalah kg/lt/25°C

Prosedur Pengujian :

1. Masukkan bahan aspal kedalam gelas ukur,


2. pastikan tidak ada bahan aspal yang mengenai permukaan kaca gelasukur
untuk memudahkan pembacaan nantinya;
3. Masukkan gelas ukur kedalam ember atau bak perendam dengan air di
dalamnya bersuhu 25°C (suhuruangan);
4. Masukkan thermometer ke dalam gelas ukur;
5. Masukkan secara perlahan aerometer kedalam
gelas ukur secara perlahan dan tegak lurus pada
tengah-tengah diameter gelas ukur sampai
ujung aerometer menyentuh bahan aspal tersebut;
6. Lepaskan aerometer agar bebas dan masuk
kedalam bahan aspal;
7. Catat skala bacaan pada aerometer
yang tersentuh bahan aspal selama 10 menit;
8. Jika aerometer sudah berhenti,
bacaan skala adalah berat jenis dari benda uji yang diinginkan.

Tim Penyusun : Disahkan :


1. M.Gibran Rizki P (22-2018-073)
2. Melvi Zulherfina (22-2018-147)
3. Helmalia Akma Dini (22-2018-148)

35
BAGAN ALIR

Berat Jenis Aspal Cair

Masukkan bahan aspal kedalam gelas ukur, pastikan


tidak ada bahan aspal yang mengenai permukaan
kaca gelasukur untuk memudahkan pembacaan
nantinya

Masukkan gelas ukur ke dalam ember atau bak


perendam dengan air didalamnya bersuhu 25°C
(suhu ruangan);

Masukkan termometer ke dalam gelas ukur

Masukkan secara perlahan aerometer ke dalam


gelas ukur secara perlahan dan tegak lurus pada
tengah-tengah diameter gelas ukur sampai ujung
aerometer menyentuh bahan aspal tersebut

Lepaskan aerometer agar bebas dan masuk ke dalam


bahan aspal

Catat skala bacaan pada aerometer yang tersentuh


bahan aspal selama 10 menit

Jika aerometer sudah berhenti, bacaan skala adalah


berat jenis dari benda uji yang diinginkan

36
FORM PENGUJIAN BERAT JENIS ASPAL CAIR

Diterima Tanggal : 04/02/2020 Nama Penguji :

Dikerjakan Tanggal : 04/02/2020 1. M Gibran Rizki P

2. Melvi Zulherfina

3. Helmalia Akma Dini

Berat jenis Aspal


Pembacaan Pembacaan
Pemeriksaan Cair Dengan
Waktu Suhu Ruangan
Aerometer
Mulai Jam: 15.50 Temp
SelesaiJam: 16.10 25°C

Beratjenisaspalcair pada Pengamatan pada Aerometer

Pengamatan I 0,952
Pengamatan II 0,964
Rata - rata 0,958

Analisis :
Hasil pengujian didapatkan nilai Berat Jenis aspal cair sebesar 0,952 pada
pengamatan I dan mendapatkan nilaiBerat Jenis aspal cari sebesr 0,964 pada
pengamatan II.
Kesimpulan :
Kesimpulan hasil dari pengujian Berat Jenis Aspal cair memenuhi
spesifikasi yaitu Berat Jenis Aspal cair < 1 karena mendapatkan hasil rata-rata
pengujian sebesar 0,958.

37
INSTRUKSI KERJA

Pengujian : Berat Jenis Aspal/Bitumen Keras

Nama Alat : Piknometer

StandarPengujian : SNI 2441-2011 Cara uji berat jenis aspal/bitumen keras

PrinsipAlatKerja : Perbandingan antara berat bahan aspal dan berat isi aspal
dengan piknometer.

ProsedurPengujian :

1. Bersihkan piknometer, keringkan lalu timbang piknometer;


2. Isi air kedalam piknometer lalu tutup dengan rapat dan timbang untuk
mengetahui berat piknometer + air;
3. Lalu buang air dan keringkan piknometer,kemudian isi aspal cair kedalam
piknometer lalu diamkan selama 40 menit sampai
aspal tersebut menjadi keras;
4. Kemudian timbang piknometer yang berisi aspal tersebut;
5. Lalu isi air kedalam piknometer,
lalu tutup tanpaditekan;
6. Diamkan atau goyangkan piknometer
sampai gelembung udara keluar;
7. Lalu setelah gelembung udara sudah keluar
timbang piknometer yang berisi aspal dan air tersebut.

Tim Penyusun : Disahkan :


1. M.Gibran Rizki P (22-2018-073)
2. Melvi Zulherfina (22-2018-147)
3. Helmalia Akma Dini (22-2018-148)

38
BAGAN ALIR

Berat Jenis Aspal/Bitumen Keras

Bersihkan piknometer, keringkan lalu timbang


piknometer

Isi air kedalam piknometer lalu tutup dengan rapat dan


timbang untuk mengetahui berat piknometer + air

Lalu buang air dan keringkan piknometer, kemudian isi


aspal cair kedalam piknometer lalu diamkan selama 40
menit sampai aspal tersebut menjadi keras

Kemudian timbang piknometer yang berisi aspal


tersebut

Lalu isi air kedalam piknometer, lalu tutup tanpa


ditekan

Diamkan atau goyangkan piknometer sampai


gelembung udara keluar

39
FORM PENGUJIAN BERAT JENIS ASPAL KERAS

Diterima Tanggal : 04/02/2020 Nama Penguji :

Dikerjakan Tanggal : 04/02/2020 1. M.Gibran Rizki P

2. Melvi Zulherfina

3. Helmalia Akma Dini

Pembacaan
Contoh di panaskan
Pembukaan waktu Pembacaan suhu
contoh Mulai jam : 13.00 Temp 125°C
Selesaijam : 13.30
Di diam kan pada suhu
Mendinginka ruang
n contoh Mulai jam : 17.10
Selesai jam : 17.40
Mencapai Direndan pada suhu 25ᵒC
Pembacaan suhu
suhu Mulai jam : 18.20
Temp 25°C
pemeriksaan Selesai jam : 18.40
Beratjenis :
Pemeriksaan Mulai jam : 18.40
Selesaijam : 19.00

I II
Berat Piknometer kosong + contoh 59,0 (gr) 63,6 (gr)
Berat Pikometer kosong 40,6 (gr) 46,3 (gr)

40
1. Berat contoh 18,4 (gr) 17,3 (gr)
Berat Piknometer + air 141,0 (gr) 146,1 (gr)
Berat Piknometer 40,6 (gr) 46,3 (gr)
2. Berat air 100,4 (gr) 99,8 (gr)
Berat Piknometer + contoh + air 140,7 (gr) 146,6 (gr)
Berat Piknometer + contoh 59,0 (gr) 63,6 (gr)
3. Isi air 81,7 (gr) 83 (gr)
Isi contoh = (2-3) 18,7 (gr) 16,8 (gr)

Berat Jenis 1 = 18,4


¿ =0,984
Berat contoh 18,7
isi contoh
Berat Jenis 2 = 17,3
¿ =1,0298
Berat contoh 16,8
isi contoh

Analisis:

Nilai berat jenis aspal keras yang didapat tidak sesuai yang diisyaratkan.
Hal ini disebabkan oleh kurang baik nya dalam menjalan kan praktikum.

Kesimpulan :

Hasil pengamatan dalam praktikum Berat Jesis Aspal Keras pengamatan I


mendapatkan hasil 0,984 dan tidak memenuhi standar spesifikasi.Pada
pengamatan II mendapatkan hasil 1,0298 dimana memenuhi standar spesifikasi
yaitu harus ≥ 1,0.

INSTRUKSI KERJA

Pengujian : Indeks Penetrasi

Prosedur Pengujian :

Menghitung Indeks Penetrasi untuk menentukan kekerasan suatu


aspal.Kepekaan terhadap suhu adalah sensitifitas perubahan sifat viskoelastisitas

41
aspal akibat perubahan suhu dimana sifat ini dinyatakan indeks penetrasi aspal
(IP).

Nilai penetrasi dapat dinyatakan bersama dengan nilai titik lembek dalam
bentuk PI (Penetration Indeks). Semakin tinggi nilai titik lembek maka IP akan
semakin tinggi pada nilai penetrasi yang sama, dengan tinggi nilai IP dapat
mengurangi deformasi.

Pada perhitungan yang dibuat, ketentuan yang harus didapat dalam nilai IP
adalah berkisar antara 0-1.

Tim Penyusun : Disahkan :


1. M.Gibran Rizki P (22-2018-073)
2. Melvi Zulherfina (22-2018-147)
3. Helmalia Akma Dini (22-2018-148)

FORM INDEKS PENETRASI

Diterima Tanggal : 04/02/2020 Nama Penguji :

Dikerjakan Tanggal : 04/02/2020 1. M Gibran Rizki P

2. Melvi Zulherfina

42
3. Helmalia Akma Dini

Nilai Penetrasi (0.1mm) 0,65 mm


Nilai TitikLembek (°C) 51°C
Nilai A 0,0432
Nilai IndeksPenetrasi (IP) -0,516
Catatan :

20(1−25 A) 20(1−25.0,0432)
PI = = =−0,516
1+50 A 1+50.0,0432

log . pen .T 1−log . penT 2


A¿
T 1−T 2

log . pen .T 1−log .800


A¿
T 1−SP

log .60.25−log .800


=
25.51

= 0,0432

Analisis :
Dari praktikum di dapatkan nilai penetrasi (0,1mm) = 0,65mm, nilai titik
lembek 51°, nilai A = 0,0432, serta nilai Indeks Penetrasi sebesar -0,516.
Kesimpulan :
Berdasarkan data yang di proleh dari pengujian yang di lakukan di
dapatkan indeks penetrasi aspal sebesar -0,516, nilai indeks penetrasi masuk
dalam spesifikasi yang ada berdasarkan buku campuran beton aspal panas
tercantum range indeks penetrasi antara -1 sampai dengan 1.

INSTRUKSI KERJA

Pengujian : Kehilangan Berat Akibat Pemanasan Thin-Film Oven Test

Nama Alat : Oven penguji Thin-Film Oven Test

43
Standar Pengujian : SNI 06-2440-1991 Cara uji berat akibat pemanasan Thin-
Film Oven Test

Prinsip Alat Kerja :

Melakukan pembatasan evaluasi hanya pada beberapa karakteristik aspal.

Prosedur Pengujian :

1. Letakkan sampel di atas pinggan setelah oven mencapai suhu (163 ± 1)


°C;
2. Pasanglah termometer pada dudukan nya
sehingga terletak pada 1,9 cm dari pinggir pinggan
dengan ujung 6 mm di atas pinggan;
3. Ambil lah sampeldari oven setelah 5 jam
sampai 5 jam 15 menit;
4. Dinginkan sampel pada suhu ruangan,
kemudian timbang;
5. Panaskan kembali sampel dan lakukan pengujian
Penetrasi, Titik Lembek dan Daktilitas;

Tim Penyusun : Disahkan :


1. M Gibran Rizki P (22-2018-073)
2. Melvi Zulherfina (22-2018-147)
3. Helmalia Akma Dini (22-2018-148)

FORM KEHILANGAN BERAT AKIBAT PEMANASAN DENGAN THIN


FILM OVEN TEST

Diterima Tanggal : 04/02/2020 Nama Penguji :

44
Dikerjakan Tanggal : 04/02/2020 1. M Gibran Rizki P

2. Melvi Zulherfina

3. Helmalia Akma Dini

Mulai jam: 08.30


Contoh Dipanaskan
Selesai jam: 08.50
Suhu Oven (°C) 165°C
Di diamkan Pada Mulai jam: 09.00
SuhuRuang Selesai jam: 10.00
Mulai jam: 10.00 Pembacaan
Pemeriksaan: 125°C
Selesai jam: 10.35 Termometer(°C)

  Sampel1   Sampel 2  
Berat Cawan + Aspal Keras =  64,30 gr =  61,70 gr
Berat Cawan Kosong =  8,7 gr =  9,35 gr
Berat Aspal Keras =  55,6 gr =  52,35 gr
   
Berat Sebelum Pemanasan =  52,95 gr =  53,65 gr
Berat Sesudah Pemanasan =  52,85 gr =  53,55 gr
 
Berat Endapan =  0,1 gr =  0,1 gr

Kehilangan Berat (%) =  0,19 % =  0,19 %


Rata-Rata =  0,19 %      

Analisis:

Dari hasil pengujian yang di lakukan di dapatkan rata-rata kehilangan


berat dengan berat aspal keras rata-rata 53,975, dan berat endapan rata-rata 0,1 gr.

Kesimpulan:

45
Dari hasil pengujian yang telah di lakukan di dapatkan hasil tfot 0,19%
dan hasil tersebut menunjukan kualitas aspal yang baik karena memenuhi syarat
spesifikasi umum yaitu <0,8%

INSTRUKSI KERJA

Pengujian : Penetrasi Bahan Aspal Setelah TFOT

Nama Alat : Penetrometer

Standar Pengujian : SNI 2456:2011 Cara uji penetrasi bahan aspal dengan
menggunakan penetrometer.
Prinsip Alat Kerja : Mengukur kedalaman masuknya jarum penetrometer pada
bahan aspal

Prosedur Pengujian :

46
1. Periksa jarum penetrasi dengan baik dan oleskan vaseline hingga jarum
tersebut benar-benar bersih lalu keringkan dengan lap bersih dan
pasangkan pada pemegangjarum;
2. Letakkan beban sebesar 50 gr pada penetrometer sehingga mendapatkan
berat total sebsar 100 gr dan Siapkan cawan yang berisiaspal dan rendam
pada air bersih yang bersuhu 25°C (suhu ruang);
3. Turunkan jarum penetrasi secara perlahan sampai menyentuh permukaan
aspal.Gunakan senter agar dapat mengetahui
apakah jarum sudah menyentuh permukaan
aspal danAtur angka 0 pada arloji penetrometer;
4. Tahan beban jarum dengan cara dipegang lalu
lepaskan pemegang jarum selama 5 detik;
5. Angkat beban secara perlahan sampai menyentuh
jarum dan putar arloji penetrometer untuk
mengukur nilai penetrasi, baca nilai penetrasi
yang ditunjukkan pada jarum penunjuk;
Tim Penyusun : Disahkan :
1. M.Gibran Rizki P (22-2018-073)
2. Melvi Zulherfina (22-2018-147)
3. Helmalia Akma Dini (22-2018-148)

6. Lakukan pengujian 5x dengan instruksi yang sama di atas.

BAGAN ALIR

Penetrasi Bahan Aspal Setelah TFOT

Periksa jarum penetrasi dengan baik dan oleskan


vaseline hingga jarum tersebut benar-benar bersih lalu

Letakkan beban sebesar 50 gr pada penetrometer


sehingga mendapatkan berat total sebsar 100 gr

47
Siapkan cawan yang berisi aspal dan rendam pada air
bersih yang bersuhu 25°C (suhu ruang)

Turunkan jarum penetrasi secara perlahan sampai


menyentuh permukaan aspal. Gunakan senter agar dapat
mengetahui apakah jarum sudah menyentuh permukaan
aspal

Atur angka 0 pada arloji penetrometer

Tahan beban jarum dengan cara dipegang lalu


lepaskan pemegang jarum selama 5 detik
Catat temperatur ketika benda uji jatuh menyentuh
dasar Catat temperatur ketika benda uji jatuh
menyentuh dasar

Angkat beban secara perlahan sampai menyentuh


jarum dan putar arloji penetrometer untuk mengukur
nilai penetrasi, baca nilai penetrasi yang ditunjukkan
pada jarum penunjuk

FORM PENETRASI BAHAN ASPAL / BITUMEN SETELAH TFOT

Diterima Tanggal : 04/02/2020 Nama Penguji :

Dikerjakan Tanggal : 04/02/2020 1. M Gibran Rizki P

2. Melvi Zulherfina

3. Helmalia Akma Dini

No Kegiatan Uraian
1. Pembukaan Contoh Contoh Dipanaskan PembacaanSuhu Oven
Mulai jam : 08.30

48
Selesai jam : 08.50
125°C
Di diamkan Disuhu
Mendinginkan Ruang
2.
Contoh Mulai jam : 08.50
Selesai jam : 09.30
Direndam Pada
Mencapai Suhu Suhu 25ᵒC Pembukaan Suhu Air
3.
Pemeriksaan Mulai jam : 09.30 Perendam 25°c
Selesai jam :10.05
Penetrasi Pada Suhu
25ᵒC
4. Pemeriksaan
Mulai jam : 10.05
Selesai jam : 10.15

Penetrasi Pada 25ᵒC, 100gr, 5detik I


Pengamatan 1 0,01mm 58 55
Pengamatan 2 0,01mm 56 54
Pengamatan 3 0,01mm 56 56
Pengamatan 4 0,01mm 58 57
Pengamatan 5 0,01mm 57 55
Rata-rata 57 55

Analisis:

Hasil pengujian ini di dapat hasil penetrasi rata-rata sebesar 56 dan


presentase dari berat awal sebesar 87,69%.

Kesimpulan:

49
Hasil praktikum ini di dapatkan nilai penetrasi sebesar 56 yang artinya
memenuhi spesifikasi yaitu ≥ 54.

INSTRUKSI KERJA

Pengujian : Daktilitas Setelah TFOT

Nama Alat : Mesin Daktilitas

Standar Pengujian : SNI 2432:2011 Cara uji Daktilitas bahan aspal/bitumen

Prinsip Alat Kerja : Mengukur jarak terpanjang yang dapat terbentuk dari
bahan aspal pada 2 cetakan kuningan akibat penarikan
dengan mesin Daktilitas sebelum bahan aspal tersebut
terputus.

Prosedur Pengujian :

1. Siapkan bahan aspal/bitumen yang sudah ada dalam cetakan daktilitas;


2. Masukkan cetakan kedalam bak perendam berisi air dan gliserine agar
bahan aspa ltidak jatuh kepelat dasar mesin
daktilitas dengan suhu air 25ᵒC (suhu ruangan);

50
3. Jalankan mesin daktilita ssehingga
menarik bahan aspal tersebut;
4. Baca jarak penarikan bahan aspals
ekurang-kurangnya 100 cm dan dapat
dikatakan bahan tersebut baik.

Tim Penyusun : Disahkan :


1. M.Gibran Rizki P (22-2018-073)
2. Melvi Zulherfina (22-2018-147)
3. Helmalia Akma Dini (22-2018-148)

BAGAN ALIR
Daktilitas Setelah TFOT

Siapkan bahan aspal/bitumen yang sudah ada


dalam cetakan daktilitas

Masukkan cetakan ke dalam bak perendam berisi


air dan gliserine agar bahan aspal tidak jatuh ke
pelat dasar mesin daktilitas dengan suhu air 25ᵒC
(suhu ruangan)

Jalankan mesin daktilitas sehingga menarik bahan


aspal tersebut

Baca jarak penarikan bahan aspal sekurang-


kurangnya 100 cm dan dapat dikatakan bahan
tersebut baik

51
FORM DAKTILITAS ASPAL / BITUMEN SETELAH TFOT

Diterima Tanggal : 03/02/2020 Nama Penguji :

Dikerjakan Tanggal : 03/02/2020 1. M Gibran Rizki P.

2. Melvi Zulherfina

3. Helmalia Akma Dini

Mulai jam:  08:50


Contoh Dipanaskan
Selesai jam:  09:05 Pembacaan Suhu
125°C
Di diamkan Pada Mulai jam:  09:05 Oven (°C)
Suhu Ruang Selesai jam:  10:15
Direndam Pada Suhu Mulai jam:  10:15
25°C Selesai jam:  11:00 Pembacaan Suhu
25°C
Pemeriksaan Mulai jam:  11:00 Alat (°C)
Daktilitas Selesai jam:  11:20

52
Pembacaan Pengukuran Pada
Daktilitas Pada Suhu 25°C 5cm/menit Alat
Pengamatan I 104 cm
Pengamatan II 104 cm
Rata-Rata 104 cm
Analisis dan Kesimpulan :

Setelah dilakukan pengujian daktilitas setelah TFOT, didapat hasil nilai


daktilitas aspal sebesar 104 cm, yang dimana telah memenuhi spesifikasi Bina
Marga 2010 yaitu Pen 60/70 ≥ 100 cm.

INSTRUKSI KERJA

Pengujian : Kelarutan Aspal

Nama Alat : Labu Erlenmeyer

Standar Pengujian : SNI 2438:2015 Cara uji Kelarutan bahan aspal.


Prosedur Pengujian :
1. Masukkan kira-kira 2 gram benda uji kedalam labu Erlenmeyer 125 mL
yang sudah ditimbang dengan ketelitian 0,001 gram ,biarkan sampai
mencapai temperatur ruang;
2. Timbang dengan ketelitian 0,001 gram dan catat berat benda uji
(B),Tambahkan 100 ml trichloroethylene kelabu Erlenmeyer
3. Goyangkan secara berputar sampai benda uji larut dan tidak ada bagian
yang tidak larut menempel pada labu Erlenmeyer. Diamkan selama min15
menit.
4. Siapkan cawan Gooch di atas tabung penyaring lalu basahi saringan fiber
glas dengan sedikit pelarut.Saring larutan secara dekantasi melaluis
aringan fiber gelas dalam cawan Gooch dengan disertai vacuum dari
pompa aspirator;
5. Gunakan batang pengaduk berujung karet jika dibutuhkan untuk
memindahkan bahan yang tidak larut dan
menempel pada labu Erlenmeyer kedalam cawan Gooch, serta cuci batang
pengaduk dan labu Erlenmeyer;
6. Cuci bahan yang tidak larut dalam cawan
Gooch dengan pelarut sampai bersih atau
sampai larutan tidak berwarna.
7. Lepaskan cawan Gooch dari tabung penyaring

53
dan cuci bagian bawah cawan Gooch
hingga bebas dari bahan yang larut;
8. Keringkan cawan Gooch dan isinya pada
temperatur 110°C ± 5 °C min selama 20 menit;
9. Dinginkan cawan Gooch dan isinya di dalam
desikator paling sedikit 20 menit dan tentukan beratnya;
10. Ulangi pekerjaan sampai diperoleh berat konstan (tidak berbeda lebih dari
0,00037). Catat sebagai berat cawan Gooch dengan bagian taklarut (C).

Tim Penyusun : Disahkan :


1. M.Gibran Rizki P (22-2018-073)
2. Melvi Zulherfina (22-2018-147)
3. Helmalia Akma Dini (22-2018-148)

BAGAN ALIR
KELARUTAN ASPAL

Masukkan kira-kira 2 gram benda uji kedalam labu Erlenmeyer 125 mL yang
sudah ditimbang dengan ketelitian 0,001 gram ,biarkan sampai mencapai
temperatur ruang

Timbang dengan ketelitian 0,001 gram dan catat berat benda uji
(B),Tambahkan 100 ml trichloroethylene kelabu Erlenmeyer

Goyangkan secara berputar sampai benda uji larut dan tidak ada bagian yang
tidak larut menempel pada labu Erlenmeyer. Diamkan selama min15 menit.

Siapkan cawan Gooch di atas tabung penyaring lalu basahi saringan fiber glas
dengan sedikit pelarut.Saring larutan secara dekantasi melaluis aringan fiber
gelas dalam cawan Gooch dengan disertai vacuum dari pompa aspirator;

Gunakan batang pengaduk berujung karet jika dibutuhkan untuk memindahkan


bahan yang tidak larut dan menempel pada labu Erlenmeyer kedalam cawan
Gooch, serta cuci batang pengaduk dan labu Erlenmeyer

54
Cuci bahan yang tidak larut dalam cawan Gooch dengan pelarut sampai bersih
atau sampai larutan tidak berwarna.

Lepaskan cawan Gooch dari tabung penyaring dan cuci bagian bawah cawan
Gooch hingga bebas dari bahan yang larut

Keringkan cawan Gooch dan isinya pada temperatur 110°C ± 5 °C min selama
20 menit dan dinginkan cawan Gooch dan isinya di dalam desikator paling
sedikit 20 menit dan tentukan beratnya

Ulangi pekerjaan sampai diperoleh berat konstan (tidak berbeda lebih dari
0,00037). Catat sebagai berat cawan Gooch dengan bagian taklarut (C).
FORM PENGUJIAN KELARUTAN ASPAL

DiterimaTanggal : 04/02/2020 Nama Penguji :

DikerjakanTanggal : 04/02/2020 1. M Gibran Rizki P.

2. Melvi Zulherfina

3. Helmalia Akma Dini

Pemeriksaan Penimbangan dan Pelarutan


Mulai jam = 13.10 
Selesai jam = 13.45
Menyaring
Mulai jam = 13.45 Pembacaan

Selesai jam =14.25 Suhu


Pengeringan dan penimbangan
Oven
Mulai jam =14.25
115°C
Selesai jam =14.55

Sampel 1 Sampel 2

55
 
Berat Erlenmeyer +
Bitumen = 157,2   gr = 161,2   gr
Berat Erlenmeyer Kosong = 129,7   gr = 129,9   gr
Berat Bitumen = 27,5   gr = 32,00   gr
       
Gooch Cruible + Endapan
(oven) = 19,8   gr = 19,9   gr
Gooch CruibleKosong = 19,6   gr = 19,7   gr
BeratEndapan = 0,20   gr = 0,20   gr
             
PersenEndapan = 0,01   % = 0,01   %
Rata-Rata Endapan = 0,2   % = 0,2    
Kelarutan (rata-rata) = 0,8   %   = 0,8   %

Analisis :

Berdasarkan praktikum yang dilakukan kelarutan rata-rata sebesar 0,8.


Berdasarkan SNI 2438 – 2015 spesifikasi divisi 6 tahun 2018, hasil pengujian
tersebut memenuhi syarat ≤ 0,8%.

Kesimpulan:

Analisis dari pengujian ini di dapat Berat rata-rata Bitumen = 29,579 gr.
Berat endapan rata-rata = 0,2 gram. Dan kelarutan rata-rata sebesar 0,8%.

56
INSTRUKSI KERJA

Pengujian : Analisa Saringan Agregat Kasar

Nama Alat : Mesin Pengguncang Saringan

Standar Pengujian : SNI 03-1968-1990 Cara uji Analisa saringan agregat kasar
dan halus

Prinsip Alat Kerja :

Menyaring dengan menggunakan mesin pengguncang dengan satu set saringan


dengan ukuran 37,5 mm ; 25 mm ; 19 mm ; 12,5 mm ; 9,5 mm ; 4,75 mm (No.4) ;
2,36 mm (No.8) ; 1,18 mm (No.16) ; 0,6 mm (No.30) ; 0,3 mm (No. 50) ; 0,15
mm (aaNo.100) ; 0,075 mm (No.200) dan Pan/Filler.

Prosedur Pengujian :

1. Siapkan agregat kasar sebanyak 2000 gr yang akan diuji;


2. Susun satu set saringan dan letakkan kemesin pengguncang;
3. Masukkan benda uji kedalam saringan teratas;
4. Nyalakan mesin pengguncang dan dengan
bersamaan nyalakan pengukur waktu (stop watch)
selama 15 menit;
5. Timbang agregat kasar yang tertahan di
masing-masing saringan;

Tim Penyusun : Disahkan :


1. M.Gibran Rizki P (22-2018-073)
2. Melvi Zulherfina (22-2018-147)

57
3. Helmalia Akma Dini (22-2018-148)

BAGAN ALIR

Analisa Saringan Agregat Kasar

Siapkan agregat kasar sebanyak 2000 gr yang akan diuji

Susun satu set saringan dan letakkan kemesin


pengguncang

Masukkan benda uji kedalam saringan teratas

Nyalakan mesin pengguncang dan dengan bersamaan


nyalakan pengukur waktu (stop watch) selama 15 menit

Timbang agregat kasar yang tertahan di masing-masing


saringan

58
FORM PENGUJIAN ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR

Diterima Tanggal : 04/02/2020 Nama Penguji :

Dikerjakan Tanggal : 04/02/2020 1. M Gibran Rizki P

2. Melvi Zulherfina

3. Helmalia Akma Dini

Jumlah Berat JumlahPersen


Ukuran Saringan Berat Tertahan
Tertahan Tertahan Lewat
37,5 mm / 1,5"
25 mm / 1" 0 0 0 100%
19 mm / 3/4" 144,8 gr 144,8 gr 7,24% 92,76%
12,5 mm / ½' 823,9 gr 968,7 gr 48,46% 51,54%
9,5 mm / 3/8" 549,8 gr 1518,5 gr 75,97% 24,03%
4,75 mm / No.4 244,1 gr 1762,6 gr 88,18% 11,82%
2,36 mm / No.8 236,2 gr 1998,8 gr 100% 0%
1,18 mm / No.16
0,6 mm / No.30
0,3 mm / N0.50
0,15 mm / No.100
0,075 mm / No.200
Pan / Filter
Analisis:
Hasil dari praktikum ini di dapatkan bahwa agregat kasar tertahan pada
saringan 3/4", 1/2", 3/8", NO.4 dan NO.8.
Kesimpulan:

59
Nilai berat agregat kasar yang hilang adalah 0,06% dan memenuhi
spesifikasi yaitu ≤ 2%.

INSTRUKSI KERJA

Pengujian : Analisa Saringan Agregat Sedang

Nama Alat : Mesin Pengguncang Saringan

Standar Pengujian : SNI 03-1968-1990 Cara uji Analisa saringan agregat kasar
dan halus

Prinsip Alat Kerja :

Menyaring dengan menggunakan mesin pengguncang dengan satu set


saringan dengan ukuran 37,5 mm ; 25 mm ; 19 mm ; 12,5 mm ; 9,5 mm ; 4,75 mm
(No.4) ; 2,36 mm (No.8) ; 1,18 mm (No.16) ; 0,6 mm (No.30) ; 0,3 mm (No. 50) ;
0,15 mm (No.100) ; 0,075 mm (No.200) dan Pan/Filler.

Prosedur Pengujian :

1. Siapkan agregat kasar sebanyak 1500 gr yang akan diuji ;


2. Susun satu set saringan dan letakkan kemesin pengguncang;
3. Masukkan benda uji kedalam saringan teratas;
4. Nyalakan mesin pengguncang dan dengan
bersamaan nyalakan pengukur waktu
(stop watch) selama 15 menit;
5. Timbang agregat sedang yang tertahan
di masing-masing saringan;

Tim Penyusun : Disahkan :


1. M.Gibran Rizki P (22-2018-073)
2. Melvi Zulherfina (22-2018-147)
3. Helmalia Akma Dini (22-2018-148)

60
BAGAN ALIR

Analisa Saringan Agregat Sedang

Siapkan agregat kasar sebanyak 2000 gr yang akan diuji

Susun satu set saringan dan letakkan kemesin


pengguncang

Masukkan benda uji kedalam saringan teratas

Nyalakan mesin pengguncang dan dengan bersamaan


nyalakan pengukur waktu (stop watch) selama 15 menit

Timbang agregat kasar yang tertahan di masing-masing


saringan

61
FORM PENGUJIAN ANALISA SARINGAN AGREGAT SEDANG
Diterima Tanggal : 04/02/2020 Nama Penguji :
Dikerjakan Tanggal : 04/02/2020 1. M Gibran Rizki P
2. Melvi Zulherfina
3. Helmalia Akma Dini

Berat Jumlah Berat Jumlah Persen


Ukuran Saringan
Tertahan Tertahan Tertahan Lewat

37,5 mm / 1,5"

25 mm / 1"

19 mm / 3/4" 0 0 0 0

12,5 mm / 1/2" 46,3 46,3 3,098 96,902

9,5 mm / 3/8" 108,5 154,8 10,357 89,643

4,75 mm / No.4 774,0 928,8 62,147 37,853

2,36 mm / No.8 437,3 1366,1 91,408 8,592

1,18 mm / No.16 85,6 1451,7 97,136 2,864

0,6 mm / No.30 11,6 1463,3 97,912 2,088

0,3 mm / N0.50 2,5 1465,8 98,079 1,921

0,15 mm / No.100 5,1 1470,9 98,420 1,58

0,075 mm / No.200 5,0 1475,9 98,755 1,245

Pan / Filter 18,6 1494,5 100 0


Analisis:
Praktikum analisa saringan agregat kasar didapat hasil bahwa agregat
kasar tertahan di saringan 3/4", 1/2" NO 4, NO 8, NO 16, NO 30, NO 50, NO 180,
NO200, dan Pan/Filter
Kesimpulan:

62
Dapat disimpulkan dari hasil praktikum berat agregat yangn terbuang saat
mengoyak adalah 0,367% dan memenuhi spesifikasi yaitu ≤ 2%.

INSTRUKSI KERJA

Pengujian : Analisa Saringan Agregat Halus

Nama Alat : Mesin Pengguncang Saringan

Standar Pengujian : SNI 03-1968-1990 Cara uji Analisa saringan agregat kasar
dan halus

Prinsip Alat Kerja :

Menyaring dengan menggunakan mesin pengguncang dengan satu set


saringan dengan ukuran 37,5 mm ; 25 mm ; 19 mm ; 12,5 mm ; 9,5 mm ; 4,75 mm
(No.4) ; 2,36 mm (No.8) ; 1,18 mm (No.16) ; 0,6 mm (No.30) ; 0,3 mm (No. 50) ;
0,15 mm (No.100) ; 0,075 mm (No.200) dan Pan/Filler.

Prosedur Pengujian :

1. Siapkan agregat kasar sebanyak 1000 gr yang akan diuji;


2. Susun satu set saringan dan letak kan ke mesin pengguncang;
3. Masukkan benda uji kedalam saringan teratas;
4. Nyalakan mesin pengguncang dan dengan
bersamaan nyalakan pengukur waktu
(stop watch) selama 15 menit;
5. Timbang agregat halus yang tertahan
di masing-masing saringan;

Tim Penyusun : Disahkan :


1. M.Gibran Rizki P (22-2018-073)
2. Melvi Zulherfina (22-2018-147)
3. Helmalia Akma Dini (22-2018-148)

63
BAGAN ALIR

Analisa Saringan Agregat Halus

Siapkan agregat kasar sebanyak 2000 gr yang akan diuji

Susun satu set saringan dan letakkan kemesin


pengguncang

Masukkan benda uji kedalam saringan teratas

Nyalakan mesin pengguncang dan dengan bersamaan


nyalakan pengukur waktu (stop watch) selama 15 menit

Timbang agregat kasar yang tertahan di masing-masing


saringan

64
FORM PENGUJIAN ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS
Diterima Tanggal : 04/02/2020 Nama Penguji :
Di kerjakan Tanggal : 04/02/2020 1. M Gibran Rizki P
2. Melvi Zulherfina
3. Helmalia Akma Dini

Berat Jumlah Berat Jumlah Persen


Ukuran Saringan
Tertahan Tertahan Tertahan Lewat

37,5 mm / 1,5"

25 mm / 1"

19 mm / 3/4"

12,5 mm / 1/2"

9,5 mm / 3/8"

4,75 mm / No.4 13,7 13,7 1,372% 98,682%

2,36 mm / No.8 384,1 397,8 39,855% 60,145%

1,18 mm / No.16 115,2 513 51,398% 48,602%

0,6 mm / No.30 238,3 751,3 75,273% 24,727%

0,3 mm / N0.50 45,4 796,8 79,831% 20,169%

0,15 mm / No.100 79,9 876,7 87,836% 12,164%

0,075 mm / No.200 5,2 881,9 88,357% 11,643%

Pan / Filter 116,2 998,1 100% 0


Analisis:
Praktikum analisa saringan agregat halus di dapatkan hasil bahwa agregat
tertahan di saringan NO 4, NO 8, NO 16, NO 30, NO 50, NO 100, NO 200, dan
Pan/Filter.
Kesimpulan:

65
Dapat disimpulkan dari hasil praktikum berat agregat yang terbuang saat
mengayak adalah 0,19% dan memenuhi spesifikasi yaitu ≤ 2%.

INSTRUKSI KERJA

Pengujian : Soundness (Pelapukan)

Nama Alat : Bahan kimia Sodium sulfat dan Magnesium sulfat

Standar Pengujian : SNI 3407 : 2008 Cara uji Pelapukan agregat (Soundness)

Prinsip Alat Kerja : Mencampurkan agregat dengan zat kimia agar mengetahui
agregat tersebut kuat terhadap proses kimia saat dilapangan.

Prosedur Pengujian :

1. Membuat Larutan Garam Sulfat :


a. Menyiapkan larutan jenuh garam magnesium sulfat dengan cara
melarutkannya dengan air bersih;
b. Mengaduk perlahan - lahan kemudian simpan dalam desikator
selama ± 24 jam sebelum digunakan;
(Magnesium Sulfat, berat jenisnya antara 1.295 – 1.308)
2. Mengambil contoh agregat yang akan di uji, keringkan dalam oven selama
± 24 jam kemudian disaring dengan saringan no.200 lalu timbang
wadah/cawan;
3. Memasukan benda uji ke dalam cawan, lalu ditimbang beratnya kemudian
memasukan kedalam beaker glass dan selanjutnya tuangkan larutan garam
Magnesium Sulfat yang telah memenuhi syarat setinggi 1 cm diatas
permukaan agregat;
4. Memasukan beaker glass tadi kedalam desikator dan diamkan selama 16
jam;
5. Memasang saringan No. 30 diatas wadah /pan;
6. Memasukan agregat benda uji tadi kedalam saringan No. 30 dan biarkan
selama 10 menit kemudian cuci dengan air hangat ( 40˚ C);
7. Membuang air cucian tadi dan kemudian memasukan benda uji kedalam
oven selama ± 24 jam;

66
8. Mengambil benda uji dan kemudian saring dengan sieve No. 30 lalu
ditimbang;

BAGAN ALIR
Soundness (Pelapukan)

Membuat Larutan Garam Sulfat :


a. Menyiapkan larutan jenuh garam magnesium sulfat dengan cara
melarutkannya dengan air bersih;
b. Mengaduk perlahan - lahan kemudian simpan dalam desikator selama ± 24
jam sebelum digunakan; (Magnesium Sulfat, berat jenisnya antara 1.295 –
1.308)

Mengambil contoh agregat yang akan di uji, keringkan dalam oven selama ± 24
jam kemudian disaring dengan saringan no.200 lalu timbang wadah/cawan

Memasukan benda uji ke dalam cawan, lalu ditimbang beratnya kemudian


memasukan kedalam beaker glass dan selanjutnya tuangkan larutan garam
Magnesium Sulfat yang telah memenuhi syarat setinggi 1 cm diatas permukaan
agregat

Memasukan beaker glass tadi kedalam desikator dan diamkan selama 16 jam
dan Memasang saringan No. 30 diatas wadah /pan.

Memasukan agregat benda uji tadi kedalam saringan No. 30 dan biarkan
selama 10 menit kemudian cuci dengan air hangat ( 40˚ C)

Membuang air cucian tadi dan kemudian memasukan benda uji kedalam oven
selama ± 24 jam.

Mengambil benda uji dan kemudian saring dengan sieve No. 30 lalu
ditimbang.
67
FORM PENGUJIAN SOUNDNESS

Diterima Tanggal : 04/02/2020 Nama Penguji :

Dikerjakan Tanggal : 04/02/2020 1. M Gibran Rizki P

2. Melvi Zulherfina

3. Helmalia Akma Dini

A. BeratTempat 131,4
B. BeratTempat + Benda Uji 431,4
C. Berat Benda Uji Kering Setelah Dicuci (B-A) 300

1 D. Berat Benda Uji Kering Setelah Perendaman 287,3

C−D
SOUNDNESS = x 100 %
C
4,23

A. BeratTempat 132,5
B. BeratTempat + Benda Uji 432,5
C. Berat Benda Uji KeringSetalahDicuci (B-A) 300

2 D. Berat Benda Uji Kering Setelah Perendaman 289,4

3,53
C−D
SOUNDNESS = x 100 %
C

SOUNDNESS TEST RATA-RATA = 3,88

Analisis dan Kesimpulan :

68
INSTRUKSI KERJA

Pengujian : Kepipihan dan Kelonjongan

Nama Alat : Alat pengujian Kepipihan dan Alat pengujian kelonjongan

StandarPengujian :

BS 812:Part 3:1975 Cara uji kepipihan dan kelonjongan agregat

PrinsipAlatKerja :

Menganalisa agregat dengan alat uji apakah agregat pipih atau lonjong.

ProsedurPengujian :

1. Menyaring agregat kasar menggunakan saringan nomor 50.8, 33, 25.4,


19,12.7, 9.5, dan 4.75 mm;
2. Menimbang sampel yang lolos dan tertahan di masing-masing saringan;
3. Uji kepipihan menggunakan alat uji kepipihan per-saringan dari
yangterbesar ke yang terkecil;
4. Uji kelonjongan menggunakan alat uji kelonjongan per-saringan dari yan
gterbesar ke yang terkecil;
5. Menimbang sampel yang lolos Uji Kepipihan;
6. Menimbang sampel yang tidak lolos Uji Kelonjongan.

Tim Penyusun : Disahkan :


1. M.Gibran Rizki P (22-2018-073)
2. Melvi Zulherfina (22-2018-147)
3. Helmalia Akma Dini (22-2018-148)

69
BAGAN ALIR

Kepipihan dan Kelonjongan

Menyaring agregat kasar menggunakan saringan nomor


50.8, 33, 25.4, 19,12.7, 9.5, dan 4.75 mm

Menimbang sampel yang lolos dan tertahan di masing-


masing saringan

Uji kepipihan menggunakan alat uji kepipihan per-


saringan dari yangterbesar ke yang terkecil

Uji kelonjongan menggunakan alat uji kelonjongan per-
saringan dari yangterbesar ke yang terkecil

Menimbang sampel yang lolos Uji Kepipihan

Menimbang sampel yang tidak lolos Uji Kelonjongan.

70
FORM INDEKS KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN

Diterima Tanggal : 04/02/2020 Nama Penguji :

Dikerjakan Tanggal : 04/02/2020 1. M Gibran Rizki P

2. Melvi Zulherfina

3. Helmalia Akma Dini

Ukuran Berat Persentase Lolos Uji Tertahan Uji


Saringan Tertahan tertahan Kepipihan Kelonjongan

63,0
50,0
37,5
28,0
20,0 997,8 51,9 35,4
14,0 2513,7 108,3 172,2
10,0 988,8 104,3 95,1
6,3
M1 =4500,3 M2 =4500,3
M3F =264,9
M3E=302,7
M3F/M2 =5,884%
M3E/M2 =6,73%
M2 = M1 – Y
Y adalah sampel dengan % tertahan lebih besar atau sama dengan 5%
Analisis dan Kesimpulan :

71
INSTRUKSI KERJA

Pengujian : Kelekatan Agregat TerhadapAspal

Nama Alat :

StandarPengujian :

PrinsipAlatKerja :

ProsedurPengujian :

72
FORM PENGUJIAN KELEKATAN AGREGAT TERHADAP ASPAL

DiterimaTanggal : 04/02/2020 Nama Penguji :

DikerjakanTanggal : 04/02/2020 1. M Gibran Rizki P

2. Melvi Zulherfina

3. Helmalia Akma Dini

Mulai jam : 09.00


Contohdipanaskan
Selesaijam : 09.20
Suhu Oven (°C) 130
Mulai jam : 09.25
Didiamkan pada suhuruang
Selesaijam : 10.00
Mulai jam : 15.00
Direndam pada suhu (°C)
Selesaijam : 09.00
Suhu (°C) 25
PemeriksaanKelekatan Mulai jam : 09.00
Aspal pada Batuan Selesaijam : 09.15

NomorContoh I II III

99% 99%

Rata rata (%)

Analisis dan Kesimpulan

73
INSTRUKSI KERJA

Pengujian : Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles

Nama Alat :

StandarPengujian :

PrinsipAlatKerja :

ProsedurPengujian :

FORM PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN LOS


ANGELES

DiterimaTanggal : 04/02/2020 Nama Penguji :

DikerjakanTanggal : 04/02/2020 1. M Gibran Rizki P

74
2. Melvi Zulherfina

3. Helmalia Akma Dini

PEMERIKSAAN SARINGAN BERAT (gram)


LEWAT mm(") TERTAHAN mm(") I II
75 (3) 63 (2,5)
63 (2,5) 50 (2)
50 (2) 37.5 (1,5)
37.5 (1,5) 25 (1)
25 (1) 19 (3/4)
19 (3/4) 12.5 (1/2) 2500 2500
12.5 (1/2) 9.5 (3/8) 2500 2500
9.5 (3/8) 6.3 (1/4)
6.3 (1/4) 4.75 (no.4)
4.75 (no.4) 2.36 (no.8)
JumlahBerat (a) 5000 5000
Berattertahansaringan no.12 sesudahPercobaan (b) 4095,7 4015,3
(a)-(b) 904,3 984,7
Keausan = (a)-(b) x 100% 18,08 19,694
(a)
Keausan Rata-rata

Analisis dan Kesimpulan

75
FORM PENGUJIAN AGREGAT HALUS ATAU PASIR YANG
MENGANDUNG BAHAN PLASTIS DENGAN CARA SETARA PASIR

Diterima Tanggal : 04/02/2020 Nama Penguji :

Dikerjakan Tanggal : 04/02/2020 1. M Gibran Rizki P

2. Melvi Zulherfina

3. Helmalia Akma Dini

Percobaanke
No UraianKerja keterangan
A B

76
Tera
tinggitangkaiPenunjukbebankedala
1 m 8 8
gelasukur
(gelasdalamkeadaankering)
Baca skalalumpur
2 (Pembacaanskalapermukaan 5 4,8
lumpurlihat pada dindinggelasukur
Masukanbeban, bacaskalabeban
3 pada 11,5 11,2
tangkaipenunjuk
Baca skalaPasir
4 3,5 3,2
(Pembacaan 3 - Pembacaan 1)
Nilai setaraPasir
5 Skala Pasir (4) x 100% 70 66
Skala Lumpur (2)

6 Rata-rata nilaiskalaPasir

77

Anda mungkin juga menyukai