PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Material Perkerasan Jalan merupakan salah satu mata kuliah yang ada di
Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Nasional, Bandung. Mata kuliah ini
menyangkut praktikum untuk mengetahui beberapa sifat-sifat aspal dan sifat
gradasi agregat untuk digunakan sebagai bahan perkerasan jalan. Selanjutnya dari
hasil pengujian di praktikum mendapatkan data untuk mengetahui sifat-sifat aspal
dan agregat tersebut, dan sangat menyangkut baik dalam segi keselamatan, dan
dalam segi ekonomis.
1
9. Indeks Penetrasi
10. Kehilangan Berat Akibat Pemanasan Dengan Thin Film Oven Test
11. Penetrasi Bahan Aspal Setelah TFOT
12. Daktilitas Aspal Setelah TFOT
13. Kelarutan Aspal
14. Analisa Saringan Agregat Kasar & Halus
15. Soundness (Pelapukan)
16. Sand Equivalent
17. Kelekatan
18. Kepipihan dan Kelonjongan
2
BAB II
PENGUJIAN MATERIAL ASPAL
1. Aspal Alam
Deposit alam adalah aspal yang ditemui di alam, dapat berbentuk
batuan ataupun aspal alam. Batuan aspal adalah batuan yang mengandung
aspal di dalamnya, dapat digunakan sebagaimana adanya ataupun diolah
terlebih dahulu. Indonesia memiliki batuan aspal (natural rock asphalts) di
Pulau Buton, terkenal dengan nama Asbuton (Aspal Batu Buton).
Deposit asbuton membentang dari Kecamatan Lawele sampai
Sampolawa. Asbuton merupakan campuran antara bitumen dengan bahan
mineral lainnya dalam bentuk batuan. Karena asbuton merupakan material
yang ditemukan begitu saja di alam, maka kadar bitumen yang
dikandungnya sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi. Untuk
mengatasi hal ini, maka asbuton mulai diproduksi dalam berbagai bentuk
di pabrik pengolahan asbuton. Produk asbuton dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu:
a. Produk asbuton yang masih mengandung material filler, seperti
asbuton kasar, asbuton halus, asbuton mikro, dan butonite mastic
asphalt.
b. Produk asbuton yang telah dimurnikan menjadi aspal murni
melalui proses ekstraksi atau proses kimiawi.
Aspal alam adalah aspal yang ditemui di alam, dalam jumlah besar di
dunia terdapat di Trinidad, berupa aspal danau (Trinidad Lake Asphalt).
3
2. Aspal Minyak
Aspal minyak adalah aspal yang merupakan residu destilasi
minyak bumi. Setiap minyak bumi dapat menghasilkan residu jenis
asphaltic base crude oil yang banyak mengandung aspal, parafin base
crude oil yang banyak mengandung parafin, atau mixed base crude oil
yang mengandung campuran antara parafin dan aspal.
1. Aspal padat
Aspal yang berbentuk padat atau semi padat pada suhu ruang,
dikenal dengan nama semen aspal (asphalt cement). Di Eropa disebut
bitumen, sedangkan di Amerika dikenal dengan nama asphalt cement.
Semen aspal harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai
bahan pengikat agregat. Aspal padat merupakan bagian utama dari residu
minyak bumi, dan melalui proses lanjutan dapat diperoleh jenis aspal
minyak yang lain.
2. Aspal cair (cutback asphalt)
Aspal yang berbentuk cair pada suhu ruang. Aspal cair merupakan
semen aspal yang dicairkan dengan bahan pencair dari hasil penyulingan
minyak bumi seperti minyak tanah, bensin, atau solar. Bahan pencair
membedakan aspal cair menjadi:
4
a. Rapid curing cut back asphalt (RC), yaitu aspal cair dengan
bahan pencair bensin. RC merupakan aspal cair yang paling
cepat menguap.
b. Medium curing cut back asphalt (MC), yaitu aspal cair dengan
bahan pencair minyak tanah (kerosene).
c. Slow curing cut back asphalt (SC), yaitu aspal cair dengan
bahan pencair solar (minyak diesel). SC merupakan aspal cair
yang paling lambat menguap.
3. Aspal emulsi (emulsified asphalt)
Suatu campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi, yang
dilakukan di pabrik pencampur. Aspal emulsi ini lebih cair dari pada aspal
cair. Di dalam aspal emulsi, butir- butir aspal larut dalam air. Untuk
menghindari butiran aspal saling menarik membentuk butir-butir yang
lebih besar, maka butiran tersebut diberi muatan listrik. Berdasarkan
muatan listrik yang dikandungnya, aspal emulsi dapat dibedakan atas:
a. Aspal kationik disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal
emulsi yang butiran aspalnya bermuatan arus listrik positip.
b. Aspal anionik disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal
emulsi yang butiran aspalnya bermuatan negatip.
c. Nonionik merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi,
bearti tidak nengantarkan listrik.
Berdasarkan kecepatan mengerasnya, aspal emulsi dapat dibedakan
atas:
a. Rapid Setting (RS), aspal yang mengandung sedikit bahan
pengemulsi sehingga pengikatan yang terjadi cepat, sehingga aspal
cepat menjadi padat atau keras kembali.
b. Medium Setting (MS)
c. Slow Setting (SS), jenis aspal emulsi yang paling lambat mengeras.
Dari ketiga bentuk aspal, maka semen aspal adalah bentuk yang
paling banyak digunakan.
5
2.2 Ketentuan dan Spesifikasi Uji Aspal
Berikutlah ketentuan dan spesifikasi umum uji aspal menurut SNI,
AASHTO, dan ASTM.
a) Bahan aspal berikut yang sesuai dengan Tabel 1.1 dapat digunakan. Bahan
pengikat ini dicampur dengan agregat sehingga menghasilkan campuran
beraspal. Pengambilan contoh bahan aspal harus dilaksanakan sesuai
dengan SNI 06-6399-2000 dan pengujian semua sifat – sifat (properties)
yang disyaratkan dalam Tabel 1.1 harus dilakukan. Bilamana jenis aspal
modifikasi tidak disebutkan dalam gambar maka penyedia jasa dapat
memilih Aspal Tipe II jenis PG 70 dalam tabel 1.1 dibawah ini.
b) Contoh bahan aspal harus diekstrasi dari benda uji sesuai dengan cara SNI
03-3640-1994 (metode soklet) atau SNI 03-6894-2002 (metode sentrifus)
atau AASHTO T164-14 (metode tungku pengapian). Jika metoda
sentrifitus digunakan. Setelah konsentrasi larutan aspal yang terekstrasi
mencapai 200 mm, partikel mineral yang terkandung harus dipindahkan ke
dalam suatu alat sentrifugal. Pemindahan ini dianggap memenuhi
bilamana kadar abu dalam bahan aspal yang diperoleh kembali tidak
melebihi 1% (dengan pengapian). Jika bahan aspal diperlukan untuk
pengujian lebih lanjut maka bahan aspal itu haris diperoleh kembali dan
larutan sesuai dengan prosedur SNI 03-6894-2002
c) Aspal Tipe I harus diuji pada setiap kedatangan dan sebelum dituangkan
ke tangka penyimpan AMP untuk penetrasi pada 25 ̊C (SNI 2456:2011)
Tipe II harus diuji untuk stabilitas penyimpan sesuai dengan ASTM
D5967-00. Semua Tipe aspal yang baru datang harus ditempatkan dalam
tangka sementara sampai hasil pengujian tersebut diketahui. Tidak ada
aspal yang boleh digunakan sampai aspal tersebut telah diuji dan disetujui.
6
Tabel 2.1 Spesifikasi Pengujian Aspal Sesuai SNI
7
Catatan :
8
BAB III
PENGUJIAN MATERIAL AGREGAT
9
3. Batuan sedimen yang dibentuk dengan proses kimiawi seperti batu
gamping, garam, gips, flint.
10
Berdasarkan ukuran butir agregat yang dominan menyusun campuran
agregat, maka agregat bergradasi baik dapat dibedakan atas:
1. Agregat Umum
a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa
agar campuran beraspal, yang proporsinya dibuat sesuai dengan
rumusan campuran kerja, memenuhi semua ketentuan yang
disyaratkan dalam tabel 1.3, tergantung campuran mana yang dipilih.
b) Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh
pengawas pekerjaan. Bahan harus ditumpuk sesuai dengan ketentuan.
c) Sebelum memulai pekerjaan Penyedia Jasa harus sudah menunjuk
setiap fraksi agregat pecah dan pasir untuk campuran beraspal, paling
sedikit untuk kebutuhan satu bulan dan selanjutnya tumpukan
persediaan satu bulan berikutnya.
d) Dalam pemilihan sumber agregat, Penyedia Jasa dianggap sidaj
memperhitungkan penyerapan aspal oleh agregat Variasi kadar aspal
akibat tingkan penyerapan aspal yang berbeda, tidak dapat diterima
sebagai alasan untuk negosiasi kembali harga satuan dari Campuran
beraspal.
11
e) Penyerapan air oleh agregat maksimum 2% untuk SMA dan3% untuk
yang lain.
f) Berat Jenis (spesifi gravity) agregat kasar dan halus tidak boleh
berbeda lebih dari 0,2.
2. Agregat Kasar
a) Fakta agregar kasar untuk rancangan campuran adalah yang tertahan
ayakan No. 4 (4,75 mm) yang dilakukan secara basah dan harus
bersih, keras, awet dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak
dikehendaki lainnya dan memenuhi ketentuan yang diberikan dalam
Tabel 1.2
b) Fraksi agregat kasar harus dari batu pecah mesin dan disiapkan dalam
ukuran nominal sesuai dengan jenis campuran yang direncanakan
seperti ditunjukan pada Tabel 1.3.
c) Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti disyaratkan dalam
Tabel 1.2. Angularitas agregat kasar didefinisikan sebagai persen
terhadap berat agregat yang lebih besar dari 4.75 mm dengan muka
bidang pecah satu atau lebih berdasarkan uji menurut SNI 7629:2012.
d) Fraksi agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke
instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung
dingin (cold binfeeds) sedemikian rupa sehingga gradasi gabungan
agregat dapat dikendalikan dengan baik.
12
Catatan :
Sand Equivalent
Kelekatan Agregat Min 95%
Kepipihan dan Kelonjongan Maks 10%
13
LAMPIRAN
INSTRUKSI KERJA
14
7. Lakukan pengujian 5x dengan instruksi yang sama di atas tapi dengan
letak yang berbeda sejauh 1 cm dari titik yang terakhir dipakai untuk
pengujian.
BAGAN ALIR
PENETRASI ASPAL/BITUMEN
15
FORM PENGUJIAN PENETRASI ASPAL/BITUMEN
Diterima Tanggal : 04/02/2020 Nama Penguji :
Dikerjakan Tanggal : 04/02/2020 1. M. Gibran Rizki
2. Melvi Zulherfina
3. Helmalia Akma D.
NO Kegiatan Uraian
1 Contoh Dipanaskan
Pembukaan Contoh Mulai Jam = 15:00 Pembacaan Suhu/oven
Selesai Jam = 15:05 = 125°C
2 Didiamkan Di Suhu Ruang
Mendinginkan Contoh Mulai Jam = 15:05
Selesai Jam = 15:20
3 Direndam Pada Suhu 25°C Pembukaan Suhu Air Perendam
Mencapai Suhu
Mulai Jam = 15:20 = 25°C
Pemeriksaan
Selesai Jam = 15:40
4 Penetrasi Pada Suhu 25°C
Pemeriksaan Mulai Jam = 15:40
Selesai Jam = 15:55
Kelompok 13 Kelompok
Penetrasi
(mm) (mm)
Pengamatan 1 64 70
Pengamatan 2 67 66,7
Pengamatan 3 68 63
Pengamatan 4 66 67
Pengamatan 5 65 60
Analisis :
16
Sesuai dengan pengujian yang telah dilakukan didapatkan nilai penetrasi
sebesar 65 pada pengamatan pertama dan sebesar 65,34 pada pengamatan kedua.
Kesimpulan :
INSTRUKSI KERJA
Prosedur Pengujian :
1. Siapkan aspal dalam cincin kuningan dalam
keadaan dingin;
2. Pasang cincin kuningan lalu letakkan pengarah
bola di atasnya;
3. Masukkan semua alat yang telah disiapkan ke dalam bejana gelas yang
berisi air;
4. Letakkan termometer ke dalam benda uji agar mengetahui suhu awal
sebelum pengujian;
5. Panaskan bejana sampai bola baja menembus bahan aspal dan menyentuh
pelat dasar;
6. Lalu hitung suhu dan waktu saat bola baja menyentuh pelat dasar.
17
Tim Penyusun : Disahkan :
1. M.Gibran Rizki P (22-2018-073)
2. Melvi Zulherfina (22-2018-147)
3. Helmalia Akma Dini (22-2018-148)
BAGAN ALIR
18
FORM PENGUJIAN TITIK LEMBEK BAHAN ASPAL/BITUMEN
Diterima Tanggal : 04/02/2020 Nama Penguji :
Dikerjakan Tanggal : 04/02/2020 1. M. Gibran Rizki
2. Melvi Zulherfina
3. Helmalia Akma D.
Mulai jam: 15:00
Contoh dipanaskan
Selesai jam: 15:20 Pembacaan
51°C
Didiamkan pada Mulai jam: 15:20 Suhu (ᵒC)
suhu ruang Selesai jam: 15:30
Direndam vada suhu Mulai jam: 15:30
25ᵒC Selesai jam: 15:40 Pembacaan
50°C
Pemeriksaan Ttitik Mulai jam: 15:40 Suhu (ᵒC)
Lembek Selesai jam: 15:55
TITIK
SUHU YANG DIAMATI WAKTU (DETIK)
NO LEMBEK ᵒC
ᵒC ᵒC I II I II
1 5
2 10
3 15
4 20
5 25 26 00:00 00:00
6 30 31 02:21 01:18
7 35 36 04:26 02:59
8 40 41 06:09 04:38
9 45 46 08:06 06:04
10 50 51 09:53 07:13 51 50
11 55 56
19
Analisis :
Setelah melakukan pengujian didapatkan titik lembek 51°C pada waktu 09:53
detik untuk pengamatan pertama, sedangkan pada pengamatan kedua didapatkan titik
lembek 50°C pada waktu 07:13 detik.
Kesimpulan :
20
INSTRUKSI KERJA
21
6. Lanjutkan poin 5 dan sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik di atas
permukaan benda uji; bacalah suhu pada termometer dan catat;
BAGAN ALIR
22
FORM PENGUJIAN TITIK NYALA DAN BAKAR ASPAL/BITUMEN
Diterima Tanggal : 11/02/2020 Nama Penguji :
Dikerjakan Tanggal : 11/02/2020 1. M. Gibran Rizki
2. Melvi Zulherfina
3. Helmalia Akma D.
Mulai jam : 15:00
Contoh dipanaskan Suhu Oven (ᵒC) 125
Selesai jam : 15:15
Suhu penuangan
Penuangan Jam : 15:15 137
(ᵒC)
Suhu nitik nyala 300
Pemeriksaan Mulai Jam : 15:20
perkiraan (ᵒC)
Sampai 56ᵒC di bawah
Jam : 16:50 ᵒC/Menit 15
titik nyala
Sampai 28ᵒC di bawah
Jam : 17:00 ᵒC/Menit 5-6
titik nyala
23
11. 6 18:53 18:57 301 300
12. 1 19:25 19:16 307 306
310ᵒC (titik
20:12 19:47 313 313
nyala)
318ᵒC (titik 322ᵒC (titik
21:57 20:36 319 328
bakar) nyala)
330ᵒC (titik
21:06 334
bakar)
Analisis :
Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai titik nyala sebesar 310ᵒC dan titik
bakar sebesar 318ᵒC.
Kesimpulan :
Setelah melakukan pengujian dinyatakan bahwa hasil pengujian tersebut
telah memenuhi spesifikasi Bina Marga 2010 dimana pada nilai Pen 60/70
≥ 232°C untuk titik nyala dan pada nilai Pen 60/70 ≥ 225°C dan aspal
modifikasi ≥ 225°C untuk titik bakar.
24
INSTRUKSI KERJA
Prosedur Pengujian :
25
BAGAN ALIR
Daktilitas Aspal
26
FORM PENGUJIAN DAKTILITAS ASPAL/BITUMEN
Diterima Tanggal : 04/02/2020 Nama Penguji :
Dikerjakan Tanggal : 04/02/2020 1. M. Gibran Rizki
2. Melvi Zulherfina
3. Helmalia Akma D.
Mulai Jam : 15:00
Contoh dipanaskan
Selesai Jam : 15:20 Suhu Alat
: 125°C
Didiamkan pada suhu Mulai Jam : 15:20 (°)
ruang Selesai Jam :15:30
Direndam pada suhu Mulai Jam :15:30
25° C Selesai Jam :15:40 Suhu Alat
: 25°C
Mulai Jam :15:40 (°)
Pemeriksaan Daktilitas
Selesai Jam :16:00
Analisis :
Setelah melakukan pengujian didapatkan hasil pengamatan pertama pada
suhu 25°C pembacaan pengukuran pada alat adalah >104 cm, dan pada
pengamatan kedua juga mendapatkan hasil yang sama yaitu >104 cm.
Kesimpulan :
27
INSTRUKSI KERJA
Prosedur Pengujian :
1. Masukkan bahan aspal ke dalam tabung
viskometer secara perlahan agar bahan aspal
tidak menempel di dinding tabung;
2. Aduk bahan aspal di dalam tabung viskometer;
3. Masukkan termometer ke dalam lubang tabung
di tengah penyangga untuk termometer;
4. Masukkan penyumbat gabus yang dilengkapi tali
agar mudah dilepas ke dalam lubang tabung viskometer pada bagian dasar
tabung viskometer;
5. Tempatkan labu penampung di bawah viscometer lalu cabut gabus
viskometer dan jalankan pencatat waktu bersamaan saat bahan aspal
menyentuh dasar labu;
6. Hentikan pencatat waktu pada saat bahan aspal telah mencapai 60 ml labu
viskometer;
7. Catat waktu alir (t) dalam detik ± 0,1 detik;
8. Tutup lubang viskometer dengan alat penyumbat.
28
Tim Penyusun : Disahkan :
1. M.Gibran Rizki P (22-2018-073)
2. Melvi Zulherfina (22-2018-147)
3. Helmalia Akma Dini (22-2018-148)
BAGAN ALIR
Contoh
Viskositas s. F 60ᵒC
Waktu (detik) cst
Pengamatan I 591 135,75
Pengamatan II 671 144,75
Rata -rata 631 140,25
Analisis :
Setelah melakukan pengujian didapatkan hasil rata-rata cst yaitu 140,25, dan
rata-rata waktu 631 detik.
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai cst 140,25, cst yang
didapatkan adalah untuk suhu 60ᵒC, dimana pengujian ini kita menggunakan
pengujian universal dengan waktu 631 detik.
30
INSTRUKSI KERJA
31
1. M.Gibran Rizki P (22-2018-073)
2. Melvi Zulherfina (22-2018-147)
3. Helmalia Akma Dini (22-2018-148)
BAGAN ALIR
32
Pastikan bahwa labu penampung pada posisi yang tepat,
lalu cabut gabus penyumbat dengan menyentakkan tali
gabus dan hidupkan pengukur waktu.
33
700
600
500
400
300
200
100
0
100 110 120 130 140 150 160 170 180 190
Analisis :
Setelah melakukan pengujian didapatkan Viskositas Kinetik sebesar 350
cst, serta suhu pemadatan dengan 280 cst didapatkan suhu sebesar 148°C, dan
suhu pencampuran 170 cst adalah sebesar 168°C.
Kesimpulan :
34
INSTRUKSI KERJA
Standar Pengujian : ASTM D 1298-85 Cara uji berat jenis aspal cair
Prinsip Alat Kerja : Berat volume aspal cair pada suhu tertentu, dengan satuan
umum yang digunakan adalah kg/lt/25°C
Prosedur Pengujian :
35
BAGAN ALIR
36
FORM PENGUJIAN BERAT JENIS ASPAL CAIR
2. Melvi Zulherfina
Pengamatan I 0,952
Pengamatan II 0,964
Rata - rata 0,958
Analisis :
Hasil pengujian didapatkan nilai Berat Jenis aspal cair sebesar 0,952 pada
pengamatan I dan mendapatkan nilaiBerat Jenis aspal cari sebesr 0,964 pada
pengamatan II.
Kesimpulan :
Kesimpulan hasil dari pengujian Berat Jenis Aspal cair memenuhi
spesifikasi yaitu Berat Jenis Aspal cair < 1 karena mendapatkan hasil rata-rata
pengujian sebesar 0,958.
37
INSTRUKSI KERJA
PrinsipAlatKerja : Perbandingan antara berat bahan aspal dan berat isi aspal
dengan piknometer.
ProsedurPengujian :
38
BAGAN ALIR
39
FORM PENGUJIAN BERAT JENIS ASPAL KERAS
2. Melvi Zulherfina
Pembacaan
Contoh di panaskan
Pembukaan waktu Pembacaan suhu
contoh Mulai jam : 13.00 Temp 125°C
Selesaijam : 13.30
Di diam kan pada suhu
Mendinginka ruang
n contoh Mulai jam : 17.10
Selesai jam : 17.40
Mencapai Direndan pada suhu 25ᵒC
Pembacaan suhu
suhu Mulai jam : 18.20
Temp 25°C
pemeriksaan Selesai jam : 18.40
Beratjenis :
Pemeriksaan Mulai jam : 18.40
Selesaijam : 19.00
I II
Berat Piknometer kosong + contoh 59,0 (gr) 63,6 (gr)
Berat Pikometer kosong 40,6 (gr) 46,3 (gr)
40
1. Berat contoh 18,4 (gr) 17,3 (gr)
Berat Piknometer + air 141,0 (gr) 146,1 (gr)
Berat Piknometer 40,6 (gr) 46,3 (gr)
2. Berat air 100,4 (gr) 99,8 (gr)
Berat Piknometer + contoh + air 140,7 (gr) 146,6 (gr)
Berat Piknometer + contoh 59,0 (gr) 63,6 (gr)
3. Isi air 81,7 (gr) 83 (gr)
Isi contoh = (2-3) 18,7 (gr) 16,8 (gr)
Analisis:
Nilai berat jenis aspal keras yang didapat tidak sesuai yang diisyaratkan.
Hal ini disebabkan oleh kurang baik nya dalam menjalan kan praktikum.
Kesimpulan :
INSTRUKSI KERJA
Prosedur Pengujian :
41
aspal akibat perubahan suhu dimana sifat ini dinyatakan indeks penetrasi aspal
(IP).
Nilai penetrasi dapat dinyatakan bersama dengan nilai titik lembek dalam
bentuk PI (Penetration Indeks). Semakin tinggi nilai titik lembek maka IP akan
semakin tinggi pada nilai penetrasi yang sama, dengan tinggi nilai IP dapat
mengurangi deformasi.
Pada perhitungan yang dibuat, ketentuan yang harus didapat dalam nilai IP
adalah berkisar antara 0-1.
2. Melvi Zulherfina
42
3. Helmalia Akma Dini
20(1−25 A) 20(1−25.0,0432)
PI = = =−0,516
1+50 A 1+50.0,0432
= 0,0432
Analisis :
Dari praktikum di dapatkan nilai penetrasi (0,1mm) = 0,65mm, nilai titik
lembek 51°, nilai A = 0,0432, serta nilai Indeks Penetrasi sebesar -0,516.
Kesimpulan :
Berdasarkan data yang di proleh dari pengujian yang di lakukan di
dapatkan indeks penetrasi aspal sebesar -0,516, nilai indeks penetrasi masuk
dalam spesifikasi yang ada berdasarkan buku campuran beton aspal panas
tercantum range indeks penetrasi antara -1 sampai dengan 1.
INSTRUKSI KERJA
43
Standar Pengujian : SNI 06-2440-1991 Cara uji berat akibat pemanasan Thin-
Film Oven Test
Prosedur Pengujian :
44
Dikerjakan Tanggal : 04/02/2020 1. M Gibran Rizki P
2. Melvi Zulherfina
Sampel1 Sampel 2
Berat Cawan + Aspal Keras = 64,30 gr = 61,70 gr
Berat Cawan Kosong = 8,7 gr = 9,35 gr
Berat Aspal Keras = 55,6 gr = 52,35 gr
Berat Sebelum Pemanasan = 52,95 gr = 53,65 gr
Berat Sesudah Pemanasan = 52,85 gr = 53,55 gr
Berat Endapan = 0,1 gr = 0,1 gr
Analisis:
Kesimpulan:
45
Dari hasil pengujian yang telah di lakukan di dapatkan hasil tfot 0,19%
dan hasil tersebut menunjukan kualitas aspal yang baik karena memenuhi syarat
spesifikasi umum yaitu <0,8%
INSTRUKSI KERJA
Standar Pengujian : SNI 2456:2011 Cara uji penetrasi bahan aspal dengan
menggunakan penetrometer.
Prinsip Alat Kerja : Mengukur kedalaman masuknya jarum penetrometer pada
bahan aspal
Prosedur Pengujian :
46
1. Periksa jarum penetrasi dengan baik dan oleskan vaseline hingga jarum
tersebut benar-benar bersih lalu keringkan dengan lap bersih dan
pasangkan pada pemegangjarum;
2. Letakkan beban sebesar 50 gr pada penetrometer sehingga mendapatkan
berat total sebsar 100 gr dan Siapkan cawan yang berisiaspal dan rendam
pada air bersih yang bersuhu 25°C (suhu ruang);
3. Turunkan jarum penetrasi secara perlahan sampai menyentuh permukaan
aspal.Gunakan senter agar dapat mengetahui
apakah jarum sudah menyentuh permukaan
aspal danAtur angka 0 pada arloji penetrometer;
4. Tahan beban jarum dengan cara dipegang lalu
lepaskan pemegang jarum selama 5 detik;
5. Angkat beban secara perlahan sampai menyentuh
jarum dan putar arloji penetrometer untuk
mengukur nilai penetrasi, baca nilai penetrasi
yang ditunjukkan pada jarum penunjuk;
Tim Penyusun : Disahkan :
1. M.Gibran Rizki P (22-2018-073)
2. Melvi Zulherfina (22-2018-147)
3. Helmalia Akma Dini (22-2018-148)
BAGAN ALIR
47
Siapkan cawan yang berisi aspal dan rendam pada air
bersih yang bersuhu 25°C (suhu ruang)
2. Melvi Zulherfina
No Kegiatan Uraian
1. Pembukaan Contoh Contoh Dipanaskan PembacaanSuhu Oven
Mulai jam : 08.30
48
Selesai jam : 08.50
125°C
Di diamkan Disuhu
Mendinginkan Ruang
2.
Contoh Mulai jam : 08.50
Selesai jam : 09.30
Direndam Pada
Mencapai Suhu Suhu 25ᵒC Pembukaan Suhu Air
3.
Pemeriksaan Mulai jam : 09.30 Perendam 25°c
Selesai jam :10.05
Penetrasi Pada Suhu
25ᵒC
4. Pemeriksaan
Mulai jam : 10.05
Selesai jam : 10.15
Analisis:
Kesimpulan:
49
Hasil praktikum ini di dapatkan nilai penetrasi sebesar 56 yang artinya
memenuhi spesifikasi yaitu ≥ 54.
INSTRUKSI KERJA
Prinsip Alat Kerja : Mengukur jarak terpanjang yang dapat terbentuk dari
bahan aspal pada 2 cetakan kuningan akibat penarikan
dengan mesin Daktilitas sebelum bahan aspal tersebut
terputus.
Prosedur Pengujian :
50
3. Jalankan mesin daktilita ssehingga
menarik bahan aspal tersebut;
4. Baca jarak penarikan bahan aspals
ekurang-kurangnya 100 cm dan dapat
dikatakan bahan tersebut baik.
BAGAN ALIR
Daktilitas Setelah TFOT
51
FORM DAKTILITAS ASPAL / BITUMEN SETELAH TFOT
2. Melvi Zulherfina
52
Pembacaan Pengukuran Pada
Daktilitas Pada Suhu 25°C 5cm/menit Alat
Pengamatan I 104 cm
Pengamatan II 104 cm
Rata-Rata 104 cm
Analisis dan Kesimpulan :
INSTRUKSI KERJA
53
dan cuci bagian bawah cawan Gooch
hingga bebas dari bahan yang larut;
8. Keringkan cawan Gooch dan isinya pada
temperatur 110°C ± 5 °C min selama 20 menit;
9. Dinginkan cawan Gooch dan isinya di dalam
desikator paling sedikit 20 menit dan tentukan beratnya;
10. Ulangi pekerjaan sampai diperoleh berat konstan (tidak berbeda lebih dari
0,00037). Catat sebagai berat cawan Gooch dengan bagian taklarut (C).
BAGAN ALIR
KELARUTAN ASPAL
Masukkan kira-kira 2 gram benda uji kedalam labu Erlenmeyer 125 mL yang
sudah ditimbang dengan ketelitian 0,001 gram ,biarkan sampai mencapai
temperatur ruang
Timbang dengan ketelitian 0,001 gram dan catat berat benda uji
(B),Tambahkan 100 ml trichloroethylene kelabu Erlenmeyer
Goyangkan secara berputar sampai benda uji larut dan tidak ada bagian yang
tidak larut menempel pada labu Erlenmeyer. Diamkan selama min15 menit.
Siapkan cawan Gooch di atas tabung penyaring lalu basahi saringan fiber glas
dengan sedikit pelarut.Saring larutan secara dekantasi melaluis aringan fiber
gelas dalam cawan Gooch dengan disertai vacuum dari pompa aspirator;
54
Cuci bahan yang tidak larut dalam cawan Gooch dengan pelarut sampai bersih
atau sampai larutan tidak berwarna.
Lepaskan cawan Gooch dari tabung penyaring dan cuci bagian bawah cawan
Gooch hingga bebas dari bahan yang larut
Keringkan cawan Gooch dan isinya pada temperatur 110°C ± 5 °C min selama
20 menit dan dinginkan cawan Gooch dan isinya di dalam desikator paling
sedikit 20 menit dan tentukan beratnya
Ulangi pekerjaan sampai diperoleh berat konstan (tidak berbeda lebih dari
0,00037). Catat sebagai berat cawan Gooch dengan bagian taklarut (C).
FORM PENGUJIAN KELARUTAN ASPAL
2. Melvi Zulherfina
Sampel 1 Sampel 2
55
Berat Erlenmeyer +
Bitumen = 157,2 gr = 161,2 gr
Berat Erlenmeyer Kosong = 129,7 gr = 129,9 gr
Berat Bitumen = 27,5 gr = 32,00 gr
Gooch Cruible + Endapan
(oven) = 19,8 gr = 19,9 gr
Gooch CruibleKosong = 19,6 gr = 19,7 gr
BeratEndapan = 0,20 gr = 0,20 gr
PersenEndapan = 0,01 % = 0,01 %
Rata-Rata Endapan = 0,2 % = 0,2
Kelarutan (rata-rata) = 0,8 % = 0,8 %
Analisis :
Kesimpulan:
Analisis dari pengujian ini di dapat Berat rata-rata Bitumen = 29,579 gr.
Berat endapan rata-rata = 0,2 gram. Dan kelarutan rata-rata sebesar 0,8%.
56
INSTRUKSI KERJA
Standar Pengujian : SNI 03-1968-1990 Cara uji Analisa saringan agregat kasar
dan halus
Prosedur Pengujian :
57
3. Helmalia Akma Dini (22-2018-148)
BAGAN ALIR
58
FORM PENGUJIAN ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR
2. Melvi Zulherfina
59
Nilai berat agregat kasar yang hilang adalah 0,06% dan memenuhi
spesifikasi yaitu ≤ 2%.
INSTRUKSI KERJA
Standar Pengujian : SNI 03-1968-1990 Cara uji Analisa saringan agregat kasar
dan halus
Prosedur Pengujian :
60
BAGAN ALIR
61
FORM PENGUJIAN ANALISA SARINGAN AGREGAT SEDANG
Diterima Tanggal : 04/02/2020 Nama Penguji :
Dikerjakan Tanggal : 04/02/2020 1. M Gibran Rizki P
2. Melvi Zulherfina
3. Helmalia Akma Dini
37,5 mm / 1,5"
25 mm / 1"
19 mm / 3/4" 0 0 0 0
62
Dapat disimpulkan dari hasil praktikum berat agregat yangn terbuang saat
mengoyak adalah 0,367% dan memenuhi spesifikasi yaitu ≤ 2%.
INSTRUKSI KERJA
Standar Pengujian : SNI 03-1968-1990 Cara uji Analisa saringan agregat kasar
dan halus
Prosedur Pengujian :
63
BAGAN ALIR
64
FORM PENGUJIAN ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS
Diterima Tanggal : 04/02/2020 Nama Penguji :
Di kerjakan Tanggal : 04/02/2020 1. M Gibran Rizki P
2. Melvi Zulherfina
3. Helmalia Akma Dini
37,5 mm / 1,5"
25 mm / 1"
19 mm / 3/4"
12,5 mm / 1/2"
9,5 mm / 3/8"
65
Dapat disimpulkan dari hasil praktikum berat agregat yang terbuang saat
mengayak adalah 0,19% dan memenuhi spesifikasi yaitu ≤ 2%.
INSTRUKSI KERJA
Standar Pengujian : SNI 3407 : 2008 Cara uji Pelapukan agregat (Soundness)
Prinsip Alat Kerja : Mencampurkan agregat dengan zat kimia agar mengetahui
agregat tersebut kuat terhadap proses kimia saat dilapangan.
Prosedur Pengujian :
66
8. Mengambil benda uji dan kemudian saring dengan sieve No. 30 lalu
ditimbang;
BAGAN ALIR
Soundness (Pelapukan)
Mengambil contoh agregat yang akan di uji, keringkan dalam oven selama ± 24
jam kemudian disaring dengan saringan no.200 lalu timbang wadah/cawan
Memasukan beaker glass tadi kedalam desikator dan diamkan selama 16 jam
dan Memasang saringan No. 30 diatas wadah /pan.
Memasukan agregat benda uji tadi kedalam saringan No. 30 dan biarkan
selama 10 menit kemudian cuci dengan air hangat ( 40˚ C)
Membuang air cucian tadi dan kemudian memasukan benda uji kedalam oven
selama ± 24 jam.
Mengambil benda uji dan kemudian saring dengan sieve No. 30 lalu
ditimbang.
67
FORM PENGUJIAN SOUNDNESS
2. Melvi Zulherfina
A. BeratTempat 131,4
B. BeratTempat + Benda Uji 431,4
C. Berat Benda Uji Kering Setelah Dicuci (B-A) 300
C−D
SOUNDNESS = x 100 %
C
4,23
A. BeratTempat 132,5
B. BeratTempat + Benda Uji 432,5
C. Berat Benda Uji KeringSetalahDicuci (B-A) 300
3,53
C−D
SOUNDNESS = x 100 %
C
68
INSTRUKSI KERJA
StandarPengujian :
PrinsipAlatKerja :
Menganalisa agregat dengan alat uji apakah agregat pipih atau lonjong.
ProsedurPengujian :
69
BAGAN ALIR
Uji kelonjongan menggunakan alat uji kelonjongan per-
saringan dari yangterbesar ke yang terkecil
Menimbang sampel yang lolos Uji Kepipihan
Menimbang sampel yang tidak lolos Uji Kelonjongan.
70
FORM INDEKS KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN
2. Melvi Zulherfina
63,0
50,0
37,5
28,0
20,0 997,8 51,9 35,4
14,0 2513,7 108,3 172,2
10,0 988,8 104,3 95,1
6,3
M1 =4500,3 M2 =4500,3
M3F =264,9
M3E=302,7
M3F/M2 =5,884%
M3E/M2 =6,73%
M2 = M1 – Y
Y adalah sampel dengan % tertahan lebih besar atau sama dengan 5%
Analisis dan Kesimpulan :
71
INSTRUKSI KERJA
Nama Alat :
StandarPengujian :
PrinsipAlatKerja :
ProsedurPengujian :
72
FORM PENGUJIAN KELEKATAN AGREGAT TERHADAP ASPAL
2. Melvi Zulherfina
NomorContoh I II III
99% 99%
73
INSTRUKSI KERJA
Nama Alat :
StandarPengujian :
PrinsipAlatKerja :
ProsedurPengujian :
74
2. Melvi Zulherfina
75
FORM PENGUJIAN AGREGAT HALUS ATAU PASIR YANG
MENGANDUNG BAHAN PLASTIS DENGAN CARA SETARA PASIR
2. Melvi Zulherfina
Percobaanke
No UraianKerja keterangan
A B
76
Tera
tinggitangkaiPenunjukbebankedala
1 m 8 8
gelasukur
(gelasdalamkeadaankering)
Baca skalalumpur
2 (Pembacaanskalapermukaan 5 4,8
lumpurlihat pada dindinggelasukur
Masukanbeban, bacaskalabeban
3 pada 11,5 11,2
tangkaipenunjuk
Baca skalaPasir
4 3,5 3,2
(Pembacaan 3 - Pembacaan 1)
Nilai setaraPasir
5 Skala Pasir (4) x 100% 70 66
Skala Lumpur (2)
6 Rata-rata nilaiskalaPasir
77