Anti Konvulsi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada kondisi normal sinyal-sinyal elektrik yang berjalan di sepanjang sel-sel syaraf di otak
secara normal terkoordinir dengan baik dalam menghasilkan gerakan-gerakan tertentu. Pada
keadaan tertentu sinyal-sinyal elektrik tersebut dapat secara tiba-tiba melonjak dan tak terkontrol
lagi sehingga muncul gerakan-gerakan ritmis yang tak terkendali bahkan hingga kejang
(konvulsi).Penyebab terbesar terjadinya kejang adalah suatu penyakit yang dinamakan EPILEPSI.
Dikatakan EPILEPSI bila kejang terjadi secara berkala dan dalam jangka waktu yang lama. Sekitar 20 –
40 juta orang menderita epilepsi, umumnya dialami oleh anak-anak sebelum masa pubertas Epilepsi
(Yunani = Serangan tiba-tiba),Hughlings Jackson, adalah penemu pertama yang mendefinisikan
konsep modern tentang epilepsi sejak lebih dari 100 tahun yang lalu. Ia mendefinisikan epilepsi
sebagai suatu gangguan sistem syaraf dimana terjadi kenaikan yang tiba-tiba pada potensial listrik di
sekelompok neuron di otak.
Definisi saat ini “Gangguan syaraf yang timbul secara tiba-tiba dan berkala akibat aksi serentak dan
mendadak dari sekelompok besar sel-sel syaraf di otak . Aksi ini disertai dengan pelepasan muatan
listrik yang berlebihan dari neuron”.Serangan kejang (konvulsi) pada penderita epilepsi dapat dipicu
oleh keadaan hipoglikemi, eclamsia, meningitis, encefalitis, trauma otak, atau adanya tumor di otak.
Beberapa obat seperti klorpromazin, alkohol, dan MAO inhibitor dilaporkan juga memiliki ESO
demikian. Obat-obat antikonvulsi bekerja menstabilkan.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Anti Konvulsi merupakan golongan obat yang identik dan sering hanya digunakan pada kasus-
kasus kejang karena Epileptik. Golongan obat ini lebih tepat dinamakan ANTI EPILEPSI, sebab obat ini
jarang digunakan untuk gejala konvulsi penyakit lain.
Epilepsi adalah nama umum untuk sekelompok gangguan atau penyakit susunan saraf pusat
yang timbul spontan dengan episode singkat (disebut Bangkitan atau Seizure), dengan gejala utama
kesadaran menurun sampai hilang. Bangkitan ini biasanya disertai kejang (Konvulsi), hiperaktifitas
otonomik, gangguan sensorik atau psikis dan selalu disertai gambaran letupan EEG obsormal dan
eksesif. Berdasarkan gambaran EEG, apilepsi dapat dinamakan disritmia serebral yang bersifat
paroksimal.=
2.2 Patofisiologi
Banyak neurotransmitter asam amino yang telah diyakini berimplikasi pada serangan
epilepsi ,diantaranya GABA dan Glutamat, keduanya menjadi fokus kerja obat-obat anti kejang atau
epilepsy.
a. Golongan Hidantoin
Pada golongan ini terdapat 3 senyawa yaitu Fenitoin, mefentoin dan etotoin, dari ketiga jenis
itu yang sering digunakan adalah Fenitoin dan digunakan untuk semua jenis bangkitan, kecuali
bangkitan Lena.
Fenitoin merupakan antikonvulsi tanpa efek depresi umum SSP, sifat antikonvulsinya
penghambatan penjalaran rangsang dari focus ke bagian lain di otak.
b. Golongan Barbiturat
Golongan obat ini sebagai hipnotik- sedative dan efektif sebagai antikonvulsi, yang sering
digunakan adalah barbiturate kerja lama ( Long Acting Barbiturates ).
Jenis obat golongan ini antara lain fenobarbital dan primidon, kedua obat ini dapat menekan
letupan di focus epilepsi
c. Golongan Oksazolidindion
Salah satu jenis obatnya adalah trimetadion yang mempunyai efek memperkuat depresi
pascatransmisi, sehingga transmisi impuls berurutan dihambat , trimetadion juga dalam sediaan oral
mudah diabsorpsi dari saluran cerna dan didistribusikan ke berbagai cairan tubuh.
d. Golongan Suksinimida
Yang sering digunakan di klinik adalah jenis etosuksimid dan fensuksimid yang mempunyai
efek sama dengan trimetadion. Etosuksimid diabsorpsi lengkap melalui saluran cerna, distribusi
lengkap keseluruh jaringan dan kadar cairan liquor sama dengan kadar plasma. Etosuksimid
merupakan obat pilihan untuk bangkitan lena.
e. Golongan Karbamazepin
Obat ini efektif terhadap bangkitan parsial kompleks dan bangkitan tonik klonik dan
merupakan obat pilihan pertama di Amerika Serikat untuk mengatasi semua bangkitan kecuali lena.
Karbamazepin merupakan efek analgesic selektif terutama pada kasus neuropati dan tabes
dorsalis, namun mempunyai efek samping bila digunakan dalam jangka lama, yaitu pusing, vertigo,
ataksia, dan diplopia.
f. Golongan Benzodiazepin
Salah satu jenisnya adalah diazepam, disamping sebagai anti konvulsi juga mempunyai efek
antiensietas dan merupakan obat pilihan untuk status epileptikus.
Clobazam Clonazepam
Depakene Depakote
Depakote ER Diastat
Dilantin Felbatol
Frisium Gabapentin
Gabitril Keppra
Klonopin Lamictal
Lyrica Mysoline
Neurontin Phenobarbital
Sabril Tegretol
Zarontin Zonegran
Zonisamide.
2.6 Efek Samping
1. Fenitoin (Ditalin,Dilantin)
Zat hipnotik ini terutama efektif pada grand mal dan seranga psikomotor, tidak untuk serangan-
serangan kecil karena dapat memprofokasi serangan.
DS : oral 1-2x sehari @ 100-300 mg.
Indikasi : semua jenis epilepsi,kecuali petit mal, status epileptikus
Kontra indikasi : gangguan hati, wanita hamil dan menyusui
Efek samping : gangguan saluran cerna, pusing nyeri kepala tremor, insomnia.
2. Penobarbital
Zat hipnotik ini terutama digunakan pada serangan epilepsi Grand mal / besar, biasanya dalam
kombinasi dengan kafein atau efedrin guna melawan efek hipnotisnya.
4. Klobazam
Indikasi : terapi tambahan pada epilepsy penggunaan jangka pendek ansietas.
Kontra indikasi : depresi pernafasan
5. Diazepam (valium)
Selain bersifat sebagai anksiolitika, relaksan otot, hipnotik, juga berkhasiat antikonvulsi.Maka
digunakan sbg obat status epileptikus dalam bentuk injeksi.
6. Primidon (Mysolin)
Strukturnya mirip dengan fenobarbital dan di dalam hati akan dibiotrasformasi menjado
fenobarbital, tetapi kurang sedatif dan sangat efektif terhadap serangan grand mal dan psikomotor.
DS : Dimulai 4 x sehari @ 500 mg, hari ke 4 250 mg dan hari ke 11 25 mg
7. Etosuksinimid (Zarontin)
Sangat efektif terhadap serangan ringan,kerjanya panjang karena praktis tidak terikat dengan
protein, ekskresinya melalui ginjal.
DS : 2 x sehari @ 250-500 mg,
8. Karbamazepin (Tegretol)
Senyawa trisiklik ini mirip imipramin, Digunakan pada epilepsi grand mal dan psikomotor dengan
efektifitasnya sama dengan fenitoin tetapi efek sampingnya lebih ringan.
DS : Dimimun dengan dosis rendah dan dinaikan berangsur-angsur sampai 2-3 x sehari @ 200-400
mg,
9. Asetazolamid (Diamox)
Senyawa sulfonamid ini bersifat merintangi enzim Carbonic Acid Dehidrase dan sering digunakan
sebagai diuretik. Khasiat anti konvulsinya diperkirakan berdasarkan meningkatnya ekskresi ion
natrium dan bikarbonat serta darah bias
,menjadi asam. Digunakan pada serangan karena kerja fisik (berat).
DS : 2-4 x sehari @ 250 mg. Asam Valproat, Depakene
Derivat asam asetat ini daya anti konvulsinya ditemukan secara kebetulan (Meunier-1963),
sebagai obat pilihan pertama pada serangan ringan, dalam kombinasi dengan obat lain dapat
digunakan untuk serangan grand mal.
DS : Dimulai 3-4 x sehari @ 100-150 mg, berangsur dinaikan sampai 2-3 x sehari @ 300-
500 mg.
2.5.3.7 Kejang Demam
Kejang demam adalah bangkitan kejang yg terjadi pd kenaikan suhu tubuh (suhu rectal > 38 0C)
yg disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam biasanya terjadi antara umur 3 bln
sampai 5 thn, kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi (kejang berulang).
Kejang demam dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
Anti konvulsi adalah obat yang di gunakan terutama untuk mencegah dan mengobati bangkitan
epilepsi<epilec seizure>.Bangkitan ini biasa di sertai kejang{konvulsi}. Hiperaktivitas
otonom,gangguan sensoris atau psikis.O bat anti konvulsi di sebut juga obat anti-
epilepsi.Epilepsi{berasal dari bahasa Yunani berarti Kejang}atau di indonesia di kenal dngan penyakit
ayan. Ayan adalah penyakit yang menyerang saraf sehinggaa fungsi saraf terganggu yang timbul
secara tiba-tiba dan berkala,biasa nya di sertai perubahan kesadaran. Penyebab utama dari epilepsi
adalah akibat adanya muatan listrik yang cepat.
3.2 Saran
Dari hasil kesimpulan yang telah dikemukakan maka dapat diberikan saran-saran sebagai bahan
masukan bagi pihak yang bersangkutan dalam rangka meningkatkan kualitas dalam pemberian obat
anti diuretik guna menunjang peningkatan kualitas kesehatan ibu sehingga dapat menjadi literature
guna mendukung peningkatan kualitas pelayanan kesehatan khususnya kesehatan ibu.
Laporkan Penyalahgunaan
Beranda
Cari Blog Ini
Tema Tanda Air. Gambar tema oleh molotovcoketail. Diberdayakan oleh Blogger.