Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. DEFINISI HIDROSEFALUS
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada
system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama
produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid.
Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial
menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor (Mualim,
2010)
1. Waktu Pembentukan
4. Proses Penyakit
a. Acquired, yaitu Hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi yangmengenai otak dan
jaringan sekitarnya termasuk selaput pembungkusotak (meninges).
b. Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau cederatraumatis
yang mungkin menyebabkan penyempitan jaringan otak atauathrophy (Anonim,
2003).
B. ETIOLOGI
1. Sebab-sebab Prenatal
Sebab prenatal merupakan faktor yang bertanggung jawab atas terjadinya hidrosefalus kongenital
yang timbul in- utero ataupun setelah lahir. Seabb-sebab ini mencakup malformasi ( anomali
perkembangan sporadis ), infeksi atau kelainan vaskuler. Pada sebagian besar pasien banyak
yang etiologi tidak dapat diketahui dan untuk ini diistilahkan sebagai hidrosefalus idiopatik
2. Sebab-sebab Postnatal
1. Kelainan bawaan
Merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-90%) Aquaductus dapat
berubah saluran yang buntu sama sekali atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya.
Umumnya gejala Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat pada bulan-
bulan pertama setelah lahir.
c. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan akibat Hidrocefalus
obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama ventrikel IV sehingga merupakan
krista yang besar di daerah losa posterior.
d. Kista Arachnoid
2. Infeksi
Infeksi mengakibatkan perlekatan meningen (selaput otak) sehingga terjadi obliterasi ruang
subarakhnoid,misalnya meningitis.
3. Perdarahan
4. Neoplasma
Terjadinya hidrosefalus disini oleh karena obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap aliran
CSS. Neoplasma tersebut antara lain:
5. Degeneratif.
6. Gangguan Vaskuler
1. Pembentukan CSF
Normal CSF diproduksi + 0,35 ml / menit atau 500 ml / hari dengan demikian CSF di
perbaharui setiap 8 jam. Pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSF ternyata
berkurang + 0, 30 / menit. CSF di bentuk oleh PPA;
2. Sirkulasi CSF
Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari tempat pembentuknya ke
tempat ke tempat absorpsinya. CSF mengalir dari II ventrikel lateralis melalui sepasang
foramen Monro ke dalam ventrikel III, dari sini melalui aquaductus Sylvius menuju
ventrikel IV. Melalui satu pasang foramen Lusckha CSF mengalir cerebello pontine dan
cisterna prepontis. Cairan yang keluar dari foramen Magindie menuju cisterna magna.
Dari sini mengalir kesuperior dalam rongga subarachnoid spinalis dan ke cranial menuju
cisterna infra tentorial.Melalui cisterna di supratentorial dan kedua hemisfere cortex
cerebri. Sirkulasi berakhir di sinus Doramatis di mana terjadi absorbsi melalui villi
arachnoid.
Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid, ventrikel
serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis
ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang
tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel
telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat
merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan
penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura
kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela
anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis
aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada
ventrikel lateral dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu
penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy
walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke
IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium.
Klein dengan type hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara
simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi masa otak,
sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral menjadi
sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak
komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi
total akan menyebabkankematian.
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada didning
rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi
ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.
E. MANIFESTASI KLINIS HIDROSEFALUS
Manifestasi klinis Hidrosefalus dibagi menjadi 2 yaitu : anak dibawah usia 2 tahun, dan anak
diatas usia 2 tahun.
a. Yang lebih menonjol disini ialah gejala-gejala peninggian tekanan intra kranial oleh
karena pada usia ini ubun-ubun sudah tertutup
F. KLASIFIKASI
F. KOMPLIKASI HIDROSEFALUS
1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran Kepala
3. Kerusakan Ota
4. Meningitis, Ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu
8. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
9. Infeksi; septicemia, endokarditi, infeksi luka, nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak
1. Pemeriksaan fisik:
a. Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk melihat
pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal.
2. Transiluminasi
a. Pemeriksaan darah: Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus
b. Pemeriksaan cairan serebrospinal: Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus
akibat perdarahan atau meningitis untuk mengetahui kadar protein dan
menyingkirkan kemungkinan ada infeksi sisa
c. Pemeriksaan radiologi: X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura
yang melebar.
d. USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.
e. CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan sekaligus
mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya
1. Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan penyuluhan genetic, penerangan
keluarga berencana serta menghindari perkawinan antar keluarga dekat. Proses
persalinan/kelahirandiusahakan dalam batas-batas fisiologik untuk menghindari trauma kepala
bayi. Tindakan pembedahan Caesar suatu saat lebih dipilih dari pada menanggung resiko
cedera kepala bayi sewaktu lahir.
Hidrosefalus dewngan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya tidak
memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25 – 50 mg/kg BB.
Pada keadaan akut dapat diberikan menitol. Diuretika dan kortikosteroid dapat diberikan
meskipun hasilnya kurang memuaskan. Pembarian diamox atau furocemide juga dapat
diberikan. Tanpa pengobatan “pada kasus didapat” dapat sembuh spontan ± 40 – 50 % kasus.
3. Pembedahan :
Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi. Misalnya
Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan pembedahan juga dapat mengeluarkan LCS
kedalam rongga cranial yang disebut :
Untuk pemasangan shunt yang penting adalajh memberikan pengertian pada keluarga
mengenai penyakit dan alat-alat yang harus disiapkan (misalnya : kateter “shunt” obat-
obatan darah) yang biasanya membutuhkan biaya besar.
Pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan serebrospinal dari ventrikel otak
ke atrium kanan atau ke rongga peritoneum yaitu pi8ntasan ventrikuloatrial atau
ventrikuloperitonial.
Pintasan terbuat dari bahan bahansilikon khusus, yang tidak menimbulkan raksi radang
atau penolakan, sehingga dapat ditinggalkan di dalam yubuh untuk selamanya. Penyulit
terjadi pada 40-50%, terutama berupa infeksi, obstruksi, atau dislokasi.
4. Terapi
1. Penanganan sementara
Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi radikal lesi massa
yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu malformasi. saat ini cara terbaik untuk
malakukan perforasi dasar ventrikel dasar ventrikel III adalah dengan teknik bedah endoskopik.
3. Operasi pemasangan “ pintas “ ( shunting )
Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor dengan kavitas drainase. pada
anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga peritoneum. baisanya cairan
ceebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun kadang ada hidrosefalus komunikans ada yang
didrain rongga subarakhnoid lumbar. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan pada periode pasca
operasi, yaitu pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan. kelancaran
dan fungsi alat shunt yang dipasang. infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan
intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan kematian.
Gambar 2. Hipotalamus
LPORH IDR
OSEFALUSG
ASUHAN KEPERAWATAN HIDROSEFALUS
1. Anamnesa
a. Inspeksi :
-Anak dapat melihat keatas atau tidak.
-Pembesaran kepala.
-Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.
b. Palpasi
-Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
- Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela tegang, keras
dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari pengumpulan
cairan banormal. ( Transsimulasi terang )
· Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “ Crakedpot “ (Mercewen’s Sign
· CT Scan Memperlihatkan (non – invasive) type hidrocephalus dengan nalisisi komputer.-
2. Resiko gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan b.d ketidakmampuan
melakukan perawatan sederhana
3. Deficit self care b.d ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif
4. Perubahan fungsi keluarga mengalami situasi krisis ( anak dalam catat fisik ) b.d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
C Asuhan Keperawatan
1. RResiko cidera berhubungan Setelah dilakukan kunjungan 1. - Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan
dengan ketidakmampuan selama 3x diharapkan keluarga bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial
menciptakan lingkungan mampu menciptakan lingkungan cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan
kondusif kondusif dengan kriteria hasil: penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur
rendah, gunakan pencahayaan malam hari siapkan
Keselamatan fisik dapat
lampu panggil
dipertahankan
2. - Jelaskan pada keluarga pentingnya keselamatan
Adanya pelindung dan alat bantu
pada anak dan cara pencegahan untuk cidera.
untuk klien
3. - Anjurkan pada keluarga untuk mengawasi segala
aktifitas klien yang membahayakan keselamatan.
2. Resiko gangguan nutrisi : Setelah dilakukan kunjungan 1. - Berikan makanan lunak tinggi kalori tinggi
kurang dari kebutuhan tubuh selama 3x diharapkan keluarga protein.
berhubungan denga mampu melakukan perawatan
2. - Berikan klien makan dengan posisi semi fowler
ketidakmampuan melakukan sederhana dirumah dengan kriteria
dan berikan waktu yang cukup untuk menelan.
perawatan sederhana hasil:
3. - Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan
· Berat badan ideal terhindar dari bau – bauan yang tidak enak..
· Tidak terjadi malnutrisi 5. - Jagalah kebersihan mulut ( Oral hygiene)
3. Deficit self care ketidak Setelah dilakukan kunjungan 1. - Kaji ketidakmampuan klien dalam perawatan diri
mampuan menciptakan selama 3x diharapkan keluarga
2. - Kaji tingkat fungsi fisik
lingkungan kondusif dapat menciptakan lingkungan
kondusif dengan kriteria hasil: 3. - Kaji hambatan dalam berpartisipasi dalam
perawatan diri, identifikasi untuk modifikasi
Klien dapat melakukan perawatan
lingkungan
diri dengan mandiri atau dibantu
4. - Jelaskan pada keluarga pentingnya kebersihan diri
Klien bersih dan tidak bau
5. - Jelaskan dan ajarkan cara perawatan diri
meliputi:mandi, toileting , berpakaian.
4. Perubahan fungsi keluarga b.d Setelah dilakukan kunjungan 1. - Jelaskan secara rinci tentang kondisi penderita,
situasi krisis ( anak dalam catat selama 3x diharapkan Keluarga prosedur, terapi dan prognosanya.
fisik ) menerima keadaan anaknya,
2. - Ulangi penjelasan tersebut bila perlu dengan
mampu menjelaskan keadaan
penderita dengan kriteria hasil: contoh bila keluarga belum mengerti
Mc Closky & Bulechek. (2002). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America:Mosby.
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta:
Salemba Medika.