Anda di halaman 1dari 9

lesson plan is a teacher's daily guide for what students need to learn, how it will be
taught, and how learning will be measured. Lesson plans help teachers be more
effective in the classroom by providing a detailed outline to follow each class period.
Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk
mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Content Standards are criteria regarding the scope of material and the level of
competence to achieve the competence of graduates at a certain level and type of
education.
Kompetensi Dasar adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang harus
dicapai oleh siswa untuk menunjukkan bahwa siswa telah menguasai standar
kompetensi yang telah ditetapkan, oleh karena itulah maka kompetensi dasar
merupakan penjabaran dari standar kompetensi.
Basic Competence is the minimum knowledge, skills and attitudes that must be
achieved by students to show that students have mastered the predetermined
competency standards, therefore basic competencies are the translation of competency
standards.
Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi yang
harus dimiliki oleh peserta didik pada setiap tingkat kelas tertentu yang dikelompokkan
ke dalam aspek sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampian.
Core Competence is the level of ability to achieve competency standards that must be
possessed by students at each particular class level which are grouped into aspects of
spiritual attitudes, social attitudes, knowledge and skills.
Indikator adalah wujud dari kompetensi dasar yang lebih spesifik/ penjabaran dari
kompetensi dasar yang menunjukan tanda-tanda perbuatan dan respon yang dilakukan
atau ditampilkan oleh peserta didik yang mana dapat digunakan sebagai dasar dalam
penyusunan alat penilaian.
Indicators are a form of more specific basic competencies / descriptions of basic
competencies that show signs of actions and responses carried out or displayed by
students which can be used as a basis for preparing assessment tools.
Learning aims is a statement about goals of learning process containing behavior
changes (cognitive, affective, psychomotoric) that are expected occur in students after
participating in learning activities.
Learning sources is all information in the form of facts, principles, theories, and concept
that are needed to achieve learning goals.
Method is systematical and structured ways to teach and deliver learning material.
Media is equipments and tols used to support presenting information and explanation.
Learning outcomes is achievement obtained by students based on planned goals.
Evaluation is certain ways used to assess the process and result of learning.
National Education Standards are the minimum criteria for the education system in all
jurisdictions of the Republic of Indonesia.
The curriculum is a set of plans and arrangements regarding the objectives, content,
and learning materials and methods used as guidelines for implementing learning
activities to achieve certain educational goals.
Educational Assessment Standards are criteria regarding mechanisms, procedures, and
instruments for assessing student learning outcomes.
Process Standards are criteria regarding the implementation of learning in one
education unit to achieve Graduate Competency Standards.
Perbedaan RPP K-13 dan KTSP terdapat pada sistematika penyusunannya:
1. KTSP menggunakan standart isi sedangkan k13 menggunakan kompetensi inti
2. KTSP lebih menekankan pada aspek pengetahuan sedangkan k13 lebih detail, yakni
pada aspek sikap spiritual, pengetahuan, dan keterampilan
3. Jam mata pelajaran pada K13 lebih banyak dibandingkan dengan KTSP
4. Pada KTSP standart proses pembelajaran (langkah-langkah pembelajaran) terdiri dari
eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Sedangkan pada k13 terdiri dari 5 proses yakni;
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan dan
mengkomunikasikan
5. Pada KTSP tidak terdapat penjabaran sumber belajar sedangkan pada k13
menjelaskan sumber belajar
6. Dan pada k13 menjelaskan beberapa poin secara rinci yakni; tujuan pembelajaran,
materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan
pembelajaran.
7. Pada KTSP penilaian dilakukan hanya pada aspek pengetahuan, sedangkan k13
penilaian dilakukan lebih detail dengan 3 penilaian yakni; sikap spiritual,
pengetahuan, dan keterampilan
Meskipun terdapat perbedaan dalam pembuatan rpp antara K-13 dan KTSP, tetapi hakikat
dari RPP itu sendiri tidak berubah, yakni sebagai rencana yang menggambarkan sebuah
langkah dan pengorganisasian pembelajaran guna mencapai kompetensi dasar yang
ditetapkan di dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus.

The difference between RPP K-13 and KTSP is in the systematics of their preparation:
1. KTSP uses standard content while K13 uses core competencies
2. KTSP emphasizes the aspects of knowledge, while K13 is more detailed, namely the
aspects of spiritual attitudes, knowledge, and skills
3. The hours of subjects in K13 are more than in KTSP
4. In the standard KTSP the learning process (learning steps) consists of exploration,
elaboration and confirmation. Whereas in K13 it consists of 5 processes namely;
observe, ask questions, gather information, associate and communicate
5. In KTSP there is no description of learning sources while in K13 it describes learning
sources
6. And in K13 explains some points in detail, namely; learning objectives, learning
materials, learning methods, steps for learning activities.
7. In KTSP the assessment was carried out only on the knowledge aspect, while the K13
assessment was carried out in more detail with 3 assessments namely; spiritual
attitudes, knowledge, and skills
Although there are differences in making rpp between K-13 and KTSP, the essence of the
lesson plan itself has not changed, namely as a plan that describes a step and organizing
learning in order to achieve the basic competencies specified in the content standards and
has been described in the syllabus.
PP No. 19 tahun 2005 dan PP No. 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun tentang Standar Nasional Pendidikan mungkin
belum banyak yang mengetahui tentang hal ini. Adapun pengganti PP 19 Tahun 2005
tersebut adalah PP Nomor 32 Tahun 2013 yang diterbitkan pada tanggal 7 Mei 2013.
Government Regulation Number 19 of Year concerning National Education Standards may
not be widely known about this. The replacement for PP 19 of 2005 is PP Number 32 of
2013 which was issued on May 7, 2013.
Standar Nasional Pendidikan, yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan perlu diselaraskan dengan dinamika
perkembangan masyarakat, lokal, nasional, dan global guna mewujudkan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional. Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar
Penilaian; yang bersama-sama membangun kurikulum pendidikan; penting dan mendesak
untuk disempurnakan.
National Education Standards, which are regulated in Government Regulation Number 19 of
2005 concerning National Education Standards, need to be aligned with the dynamics of
community, local, national and global development in order to realize the functions and
goals of national education. Graduate Competency Standards, Content Standards, Process
Standards, and Assessment Standards; which together build the educational curriculum;
important and urgent to be perfected.
Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013 mengatur kembali standar kompetensi lulusan,
standar isi, standar proses, dan standar penilaian, serta kurikulum.
Government Regulation number 32 of 2013 regulates graduate competency standards,
content standards, process standards, assessment standards, and curriculum.
Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013 menyatakan kompetensi adalah seperangkat
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh
peserta didik setelah membelajaran suatu muatan pembelajaran, menamatkan suatu
program atau menyelesaikan satuan pendidikan tertentu.  Istilah yang digunakan adalah
muatan pembelajaran bukan mata pembelajaran. Tiap muatan pembelajaran harus
berkontribusi terhadap tiga kompetensi (sikap, keterampilan, pengetahuan). Standar
kompetensi lulusan digunakan sebagai acuan utama. Bukan isi yang menentukan
kompetensi, tetapi kompetensi yang menentukan isi.
Government Regulation number 32 of 2013 states that competence is a set of attitudes,
knowledge and skills that students must possess, live and master after learning a learning
content, completing a program or completing a certain educational unit. The term used is
learning content, not learning subjects. Each learning content must contribute to three
competencies (attitudes, skills, knowledge). Graduate competency standards are used as the
main reference. It is not content that determines competence, but competence that
determines content.
Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013 tentang standar isi mencakup ruang lingkup
materi dan tingkat kompetensi. Ruang lingkup materi dirumuskan berdasarkan kriteria
muatan wajib yang ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan, konsep
keilmuan dan karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan. Tingkat Kompetensi
dirumuskan berdasarkan kriteria, tingkat perkembangan Peserta Didik, kualifikasi
Kompetensi Indonesia dan penguasaan Kompetensi yang berjenjang. Standar isi
dikembangkan oleh BNSP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Government Regulation Number 32 of 2013 concerning content standards includes the
scope of the material and the level of competence. The scope of the material is formulated
based on the mandatory content criteria stipulated in the provisions of laws and regulations,
scientific concepts and characteristics of educational units and educational programs.
Competency levels are formulated based on criteria, student development levels,
Indonesian competency qualifications and tiered competency mastery. The content
standard was developed by BNSP and stipulated by a Ministerial Regulation.
Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013, tentang standar proses, menekankan proses
pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat. Mengutamakan berfikir,
ilmiah, keterampilan proses dengan pendekatan sains dan menggunakan teori
konstruktivisme.
Government Regulation number 32 of 2013, concerning process standards, emphasizes the
learning process to be carried out in an interactive, inspirational, fun, challenging,
motivating students to actively participate, and providing sufficient space for initiative,
creativity, and independence according to their talents. Prioritizing thinking, scientific,
process skills with a scientific approach and using constructivist theory.
Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013 tentang standar penilaian, menyatakan bahwa
Penilaian hasil Pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menggunakan
berbagai teknik penilaian sesuai dengan Kompetensi Dasar yang harus dikuasai. Penilaian
dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan.
Government Regulation number 32 of 2013 concerning assessment standards, states that
the assessment of learning outcomes at the primary and secondary education levels uses
various assessment techniques in accordance with the basic competencies that must be
mastered. The assessment is carried out thoroughly and continuously.
Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013 mengatur kurikulum secara lebih terinci.
Kurikulum yang diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013 inilah yang
kemudian dikenal dengan Kurikulum 2013.
Government Regulation number 32 of 2013 regulates the curriculum in more detail. The
curriculum regulated in Government Regulation number 32 of 2013 has become known as
the 2013 Curriculum.

Persamaan dan Perbedaan Guru dan Dosen menurut PP No. 14 tahun 2005 dan PP No. 74
tahun 2008
Di dalam UU nomer 14  Tahun 2005 pasal 35 beban kerja guru antara lain:Beban kerja guru
mencakup kegiatan pokok yaitu (a) merencanakan pembelajaran,(b) melaksanakan
pembelajaran,(c) menilai hasil pembelajaran,(d) membimbing dan melatih peserta didik,(e)
serta melaksanakan tugas tambahan..
Kemudian aturan itu dipertegas lagi dalam PP nomor 74 tahun 2008 Tentang Guru, pasal 52
ayat (1) bahwa beban kerja guru mencakup kegiatan pokok; yaitu (a) merencanakan
pembelajaran, (b) melaksanakan pembelajaran, (c) menilai hasil
pembelajaran, (d) membimbing dan melatih peserta didik, dan (e) melaksanakan tugas
tambahan yang melekat pada kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. (Pasal 1 ayat 1).
Sedangkan Dosen adalah pendidikan profesional dan ilmuwandengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
dari segi definisi dapat di lihat bahwa terdapat kesamaan dan perbedaan yang menonjol dari
keduanya. Kesamaannya yaitu sama-sama seorang tenaga profesional yang
mentransformasikan pendidikan kepada masyarakat.
In Law number 14 of 2005 article 35, the workload of teachers includes: The teacher
workload includes main activities, namely (a) planning learning, (b) implementing learning,
(c) assessing learning outcomes, (d) guiding and training students, (e) as well as carrying out
additional tasks.
Then the rule was emphasized again in Government Regulation number 74 of 2008
concerning Teachers, article 52 paragraph (1) that the workload of teachers includes main
activities; namely (a) planning learning, (b) implementing learning, (c) assessing learning
outcomes, (d) guiding and training students, and (e) carrying out additional tasks attached
to main activities in accordance with the teacher's workload.
Teachers are professional educators with the main task of educating, teaching, guiding,
directing, training, assessing, and evaluating students in early childhood education through
formal education, basic education, and secondary education. (Article 1 paragraph 1).
Meanwhile, Lecturers are professional and scientific education with the main task of
transforming, developing and disseminating science, technology, and arts through
education, research, and community service.
In terms of definition, the similarity is that they are both professionals who transform
education to society.

Perbedaan:
Tingkat mengajar : Bahwasanya seorang guru mengajar pada jenjang Paud,sekolah dasar
(SD), pendidikan menengah (SMP), pendidikan menengah atas (SMA). Sedangkan dosen
mngajar pada jenjang perguruan tinggi saja.
Peran : Peran guru dalam pendidikan hanya mengajar dan membimbing peserta didik.
Sedangkan peran dosen dalam pendidikan yaitu mengajar dan melakukan penelitian.
Keorganisasiaan : Seorang guru harus terikat dengan organisasi keguruan atau yang sering di
sebut PGRI. Sedangkan dosen belum ada organisasian.
Tingkat penyebaran : Penyebaran guru bisa dikatakan merata di desa-desa karena
didesapun tetap ada sekolahan. Sedangkan dosen tingkat penyebaranya hanya dalam
lingkup kota dikarenakan kampus terletak di daerah perkotaan.
Kualifikasi pendidikan : Seorang guru, dipersiapkan cukup melalui jenjang sarjana (s1).
Dosen di persiapkan dari jenjang Magister dan Doktor (s2 dan s3). Kompetensi dasar
seorang guru harus berperan sebagai pendidik dan pengajar, dan dosen sebagai peneliti dan
pengajar
Differences:
Teaching level: That a teacher teaches at the level of Paud, elementary school (SD),
secondary education (SMP), senior secondary education (SMA). While lecturers teach only
at the tertiary level.
Role: The teacher's role in education is only to teach and guide students. Meanwhile, the
role of lecturers in education is teaching and conducting research.
Organization: A teacher must be tied to a teacher organization or what is often called PGRI.
Meanwhile, there is no organization yet for lecturers.
Level of distribution: The distribution of teachers can be said to be evenly distributed in the
villages because in the villages there are still schools. Meanwhile, the lecturers at the
dissemination level are only in the city scope because the campus is located in an urban
area.
Educational qualifications: A teacher, sufficiently prepared through the bachelor level (s1).
Lecturers are prepared from the Masters and Doctoral levels (s2 and s3). The basic
competencies of a teacher must act as educators and instructors, and lecturers as
researchers and teachers.
Kompetensi Guru PP No. 74 tahun 2008
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran
peserta didik. Kompetensi ini antara lain meliputi pemahaman terhadap peserta didik dan
pengembangan kurikulum atau silabus.
Pedagogic competence is the ability of teachers to manage student learning. These
competencies include understanding of students and developing a curriculum or
syllabus.
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan yang mencerminkan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, serta menjadi teladan bagi peserta didik dan
berakhlak mulia.
Personality competence is an ability that reflects a stable, stable, mature, wise and
dignified personality, as well as being a role model for students and having noble
character.
Kompetensi sosial guru berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam berkomunikasi
dengan masyarakat, baik yang ada di lingkungan sekolah maupun yang ada di
lingkungan tempat tinggal guru.Sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk
berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun; menggunakan teknologi
komunikasi dan informasi secara fungsional; serta menerapkan prinsip persaudaraan
sejati dan semangat kebersamaan.
Teacher social competence is closely related to the ability of teachers to communicate
with the community, both in the school environment and in the environment where the
teacher lives. At least includes the competence to communicate verbally, in writing, and
/ or signs politely; use communication and information technology functionally; and
apply the principles of true brotherhood and a spirit of togetherness.
Kompetensi profesional merupakan kemampuan seorang guru dalam memiliki
pengetahuan yang luas serta mendalam tentang mata pelajaran yang diampu dan yang
akan diajarkan, serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki pengetahuan konsep
teoritik, mampu memilih metode yang tepat, serta mampu menggunakannya dalam
proses belajar mengajar.
Professional competence is the ability of a teacher to have broad and deep knowledge
of the subjects being taught and to be taught, as well as methodological mastery in the
sense of having knowledge of theoretical concepts, being able to choose the right
method, and being able to use it in the teaching and learning process.
Tugas Pokok Guru PP No. 74 tahun 2008
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 52 ayat (1)
kewajiban guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta
didik, serta melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan tugas pokok.
Dalam penjelasan Pasal 52 ayat (1) huruf (e), yang dimaksud dengan “tugas tambahan”,
misalnya menjadi pembina pramuka, pembimbing kegiatan karya ilmiah remaja, dan guru
piket.Uraian jenis kerja guru tersebut di atas adalah sebagai berikut:
Merencanakan Pembelajaran : Guru wajib membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) pada awal tahun atau awal semester, sesuai dengan rencana kerja sekolah/madrasah.
Melaksanakan Pembelajaran : Melaksanakan pembelajaran merupakan kegiatan interaksi
edukatif antara peserta didik dengan guru. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan tatap
muka sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang
Guru. Sebelum pelaksanaan kegiatan tatap muka, guru diharapkan melakukan persiapan,
antara lain pengecekan dan/atau penyiapan fisik kelas/ruangan, bahan pelajaran, modul,
media, dan perangkat administrasi.
Menilai Hasil Pembelajaran : Menilai hasil pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan
untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar
peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Melalui penilaian
hasil pembelajaran diperoleh informasi yang bermakna untuk meningkatkan proses
pembelajaran berikutnya serta pengambilan keputusan lainnya. Menilai hasil pembelajaran
dilaksanakan secara terintegrasi dengan tatap muka seperti ulangan harian dan kegiatan
menilai hasil belajar dalam waktu tertentu seperti ujian tengah semester dan akhir
semester.
Pelaksanaan penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes. Penilaian nontes
dapat berupa pengamatan dan pengukuran sikap serta penilaian hasil karya dalam bentuk
tugas, proyek fisik atau produk jasa.
Membimbing dan Melatih Peserta Didik : Membimbing dan melatih peserta didik dibedakan
menjadi tiga kategori yaitu membimbing atau melatih peserta didik dalam proses tatap
muka, intrakurikuler, dan ekstrakurikuler.
Melaksanakan Tugas Tambahan : Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang
Guru Pasal 24 ayat (7) menyatakan bahwa guru dapat diberi tugas tambahan sebagai kepala
satuan pendidikan, wakil kepala satuan pendidikan, ketua program keahlian satuan
pendidikan, pengawas satuan pendidikan, kepala perpustakaan, kepala laboratorium,
bengkel, atau unit produksi. Selanjutnya, sesuai dengan isi Pasal 52 ayat (1) huruf e, guru
dapat diberi tugas tambahan yang melekat pada tugas pokok misalnya menjadi pembina
pramuka, pembimbing kegiatan karya ilmiah remaja, dan guru piket.

Anda mungkin juga menyukai