TERKAIT AMDAL
Kelompok 1
Bimantara 1806541056
Jencristy Gilberd Sitanggang 1806541063
Michael Haganta Ginting 1806541076
PRODI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
Peraturan Pemerintah (“PP”) adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Presiden untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. Materi muatan PP
adalah materi untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya.
Dalam kegiatan berusaha kita perlu mengetahui terlebih dahulu ketentuan-ketentuan
yang berlaku seperti Peraturan Pemerintah dan Peraturan Kementerian agar usaha kita dapat
berjalan lancar tanpa menyebabkan pelanggaran hukum.
Dalam melakukan kegiatan berushaa tersebut kita juga perlu mengatui dampak yang
dihasilkan oleh usaha yang kita punya, maka dari itu kita perlu memiliki Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup agar selama kita berusaha kita juga dapat menjaga lingkungan
hidup kita.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut Amdal,
adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
BAB 2
ISI
UU No. 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menurut UU No. 32 Tahun 2009
pasal 1 ayat (2) adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/ atau kerusakan
lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan penegakan
hukum. Undang-undang ini berusaha menjawab tantangan pemanasan global yang terus
meningkat dan mengakibatkan perubahan ikim yang membuat semakin parahnya penurunan
kualitas lingkungan hidup dunia.
Dalam UU ini tercantum jelas dalam Bab X bagian 3 pasal 69 mengenai larangan
dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang meliputi larangan melakukan
pencemaran, memasukkan limbah ke media lingkungan hidup, melakukan pembukaan lahan
dengan cara membakar, dan lain sebagainya. Larangan-larangan tersebut diikuti dengan
sanksi yang tegas dan jelas tercantum pada Bab XV tentang ketentuan pidana pasal 97-123.
Salah satunya adalah dalam pasal 103 yang berbunya: Setiap orang yang menghasilkan
limbah B3 dan tidak melakukan pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 59, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu milliar rupiah) dan paling banyak Rp
3.000.000.000,00 (tiga milliar rupiah). Undang-undang ini mulai disahkan pada tanggal 03
Oktober 2009.
PP No.12 Tahun 2012
Tentang Insentif Perrlindungan Lahan Pertanian Pangan Berrkelanjutan.
Pemberian Insentif terhadap Petani adalah suatu upaya untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia pertanian. Sumber daya manusia pertanian sangat diperlukan guna
meningkatkan hasil dan mutu produksi pertanian. Dengan adanya sumber daya manusia
pertanian maka Petani mampu berinovasi menciptakan teknologi pertanian yang mampu
menghasilkan produk pertanian yang berkualitas juga dalam kuantitas yang tinggi sehingga
mampu memenuhi kebutuhan akan pangan secara nasional bahkan internasional. Bertujuan
untuk mendorong perwujudan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang telah ditetapkan;
meningkatkan upaya pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan;
meningkatkan pemberdayaan, pendapatan, dan kesejahteraan bagi petani; memberikan
kepastian hak atas tanah bagi petani; meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan
dalam rangka pemanfaatan, pengembangan, dan perlindungan lahan pertanian pangan
berkelanjutan sesuai dengan tata ruang. Seperti yang terdapat pada Bab I Pasal 4: Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya
memberikan Insentif perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan kepada petani.
Adapun jenis-jenis insentif yaitu pengembangan infrastruktur pertanian, pembiayaan
penelitian dan pengembangan benih dan varietas unggul, kemudahan dalam mengakses
informasi dan teknologi, penyediaan sarana produksi pertanian, penerbitan sertifikat hak atas
tanah pada lahan pertanian pangan berkelanjutan, penghargaan bagi petani berprestasi tinggi,
bantuan keringanan pajak bumi dan bangunan. Tata cara pemberian insentif oleh pemerintah
meliputi perencanaan, pengusulan, dan penetapan. Dalam Bab IV pasal 44 Insentif yang
diberikan pemerintah dapat dicabut apabila petani tidak memenuhi kewajiban perlindungan
lahan pertanian pangan berkelanjutan; petani tidak mentaati norma, standar, prosedur, dan
kriteria pemberian insentiif; dan/ atau lahan pertanian pangan berkelanjutan telah
dialihfungsikan. Petani penerima insentif memiliki kewajiban diantaranya untuk
memanfaatkan tanah sesuai dengan peruntukannya sebagai Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan, mencegah kerusakan irigasi, menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah,
mencegah kerusakan lahan, serta memelihara lingkungan.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018
Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
Dalam PP ini penerbitan penanaman modal oleh Kementeian / Lembaga dan
Pemerintha daerah diharapkan menjadi pendukung dan bukan sebaliknya menjadi hambatan
perkembangan ushaa dan/atau kegiatan. Penyediaan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik (Online Single Submission – OSS) yang digunakan oleh pelaku usaha untuk
pendaftaran izin usaha dan penerbitan perizinan berusaha oleh Pemerintah Daerah.
Penataan kembali regulasi penanaman modal dan berusaha perlu dilakukan dalam
rangka memberikan dasar hukum bagr penerbitan Perizinan Berusaha yang ditakukan secara
terintegrasi dan elektronik, serta penataan kembali perizinan dan / atau persyaratan lainnya
bagi Pelaku Usaha yang tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan.
Penyempurnaan regulasi ini berdasarkan Pasal 4 ayat (1), Pasal 18 ayat (1), Pasal 18A ayat
(1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang nomor 23
tahun 2014 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor
9 tahun 2015.
Penyempurnaan regulasi dituangan dalam bentuk penyusunanpenyusunan Peraturan
Pemerintah tentang Pelayanan Perizinan Berusaha TerintegrasiTerintegrasi Secara Elektronik
yang mengatur ketentuan mengenai:
1. jenis, pemohon, dan penerbit Perizinan Berusaha;
2. pelaksanaan Perizinan Berusaha;
3. reformasi Perizinan Berusaha sektor;
4. sistem OSS;
5. Lembaga OSS;
6. pendanaan OSS;
7. insentif atau disinsentif pelaksanaan perizinan Berusaha melalui OSS;
8. penyelesaian permasalahan dan hambatan perizinan Berusaha melalui OSS; dan
9. sanksi.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun
2012
Tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut Amdal,
adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup, yang
selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha dan/atau
Kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.
Pada Peraturan Menteri ini setiap usaha dan kegiatan yang berdampak penting
terhadap lingkungan hidup wajib memiliki amdal, pada PerMen ini juga membahas jenis
rencana usaha dan/atau kegiatan di berbagai bidang serta tata cara penapisan. instansi
lingkungan hidup Pusat, provinsi, atau kabupaten/kota menelaah dan menentukan wajib
tidaknya rencana Usaha dan/atau Kegiatan memiliki Amdal.
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang dilakukan: a. di dalam kawasan lindung;
dan/atau b. berbatasan langsung dengan kawasan lindung, wajib memiliki Amdal. Batas tapak
proyek bersinggungan dengan batas kawasan lindung; dan/atau dampak potensial dari
rencana Usaha dan/atau Kegiatan diperkirakan mempengaruhi kawasan lindung terdekat juga
wajib memiliki amdal.
Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan diusulkan secara tertulis kepada Menteri, oleh:
a. kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian;
b. gubernur;
c. bupati/walikota; dan/atau
d. masyarakat.
Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan diusulkan setelah dilakukan telaahan sesuai kriteria.
Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang termasuk dalam jenis yang wjaib
memiliki amdal dapat dikelompokkan menjadi rencana usaha dan/atau kegiatan yang tidak
wajib memiliki amdal apabila dampaknya terhadap lingkungan hidup dapat diatasi dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi atau tidak menimbulkan dampak penting
terhadap lingkungan hidup.
Tetapi, jenis rencana usaha dan /atau kegiatan tersebut wajib memiliki UKL-UPL atau
surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup sesuai dengan
peraturan perundang-undangan mengenai jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib
memiliki UKL-UPL atau surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
NOMOR: P.38/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2019
Tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Peraturan Menteri ini mengatur:
a. jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal;
b. kategori Amdal untuk rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang tercantum dalam
Peraturan Perundang-undangan di bidang perizinan berusaha terintegrasi secara
elektronik;
c. jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang dikecualikan dari kewajiban memiliki
Amdal;
d. proses penapisan jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal;
dan
e. penambahan dan pengurangan jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan wajib memiliki
Amdal.
A. JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB MEMILIKI
AMDAL
Setiap rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak penting terhadap
lingkungan hidup wajib memiliki Amdal. Kriteria Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak
penting terhadap lingkungan hidup yang wajib memiliki Amdal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas:
a. pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
b. eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan;
c. proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan sumber daya alam
dalam pemanfaatannya;
d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan
buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;
e. proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan
konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya;
f. introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik;
g. pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati;
h. kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi pertahanan negara;
dan/atau
i. penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup.
B. JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG DIKECUALIKAN
WAJIB MEMILIKI AMDAL
1. Kewajiban memiliki Amdal dikecualikan bagi rencana Usaha dan/atau Kegiatan penelitian
dan pengembangan teknologi yang memenuhi kriteria:
a. dilakukan oleh lembaga penelitian pemerintah; dan
b. dilakukan bukan untuk tujuan komersial.
2. Kewajiban memiliki Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf b
dikecualikan bagi rencana Usaha dan/atau Kegiatan:
a. eksplorasi pertambangan, minyak dan gas bumi, dan panas bumi yang tidak diikuti
dengan aktivitas perubahan bentang alam yang menimbulkan dampak penting;
b. penelitian dan pengembangan non komersial di bidang ilmu pengetahuan yang tidak
mengganggu fungsi kawasan lindung;
c. yang menunjang/mendukung pelestarian kawasan lindung;
d. yang terkait kepentingan pertahanan dan keamanan negara yang tidak berdampak
penting terhadap lingkungan hidup;
e. yang secara nyata tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup; dan/atau
f. budidaya yang diizinkan bagi penduduk asli dengan luasan tetap dan tidak
mempengaruhi fungsi lindung kawasan dan di bawah pengawasan ketat.
3. Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dikecualikan dari kewajiban menyusun Amdal
jika:
a. lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatannya berada pada kabupaten/kota yang
memiliki Rencana Detail Tata Ruang yang telah dilengkapi dengan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis yang dibuat dan dilaksanakan secara komprehensif dan
rinci sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
b. lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatannya berada pada Kawasan Lindung yang
memiliki perencanaan pengelolaan dan/atau penataan ruang kawasan lindung detail
yang dilengkapi dengan Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang dibuat dan
dilaksanakan secara komprehensif dan rinci sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan;
c. rencana Usaha dan/atau Kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman
industri
a. dalam rangka perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut (land swap); atau
d. rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang dilakukan dalam kondisi tanggap darurat
bencana.
4. Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang berada di dalam Kawasan Industri, Kawasan
Ekonomi Khusus, Kawasan Pelabuhan dan Perdagangan Bebas dikecualikan dari kewajiban
memiliki Amdal dan UKL-UPL.
5. Rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud nomor 1 sampai 4 wajib
memiliki UKL-UPL atau SPPL sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
C. PROSES PENAPISAN JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG
WAJIB MEMILIKI AMDAL
1. Untuk menentukan rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pemrakarsa melakukan proses penapisan secara
mandiri dan/atau berdasarkan arahan dari instansi lingkungan hidup sesuai kewenangannya.
2. Proses penapisan mandiri sebagaimana dimaksud diatas dilakukan dengan tahapan:
a. pemrakarsa mengisi informasi awal atas rencana Usaha dan/atau Kegiatan sesuai
dengan format ringkasan informasi awal yang tercantum dalam Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
b. berdasarkan informasi awal sebagaimana dimaksud dalam huruf a, pemrakarsa
menentukan kesesuaian lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan dengan rencana tata
ruang dan peraturan perundang-undangan;
c. dalam hal lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan sesuai dengan rencana tata ruang
dan peraturan perundang-undangan, pemrakarsa menentukan:
1. rencana Usaha dan/atau Kegiatan memiliki Amdal, UKL-UPL atau SPPL;
2. pendekatan studi Amdal untuk rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
Amdal, dan
3. kewenangan penilaian Amdal, pemeriksaan UKL-UPL atau SPPL.
d. penentuan rencana Usaha dan/atau Kegiatan wajib memiliki Amdal sebagaimana
dimaksud dalam huruf c angka 1, mengacu pada Lampiran I yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini; dan
e. penentuan rencana Usaha dan/atau Kegiatan wajib memiliki UKL-UPL atau SPPL
sebagaimana dimaksud dalam huruf c angka 1, mengacu pada daftar jenis rencana
Usaha dan/atau Kegiatan wajib memiliki UKLUPL atau SPPL yang ditetapkan oleh
gubernur atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya.
D. PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU
KEGIATAN YANG WAJIB MEMILIKI AMDAL
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang:
a. memiliki skala/besaran lebih kecil daripada yang tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini; dan/atau
b. tidak tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini, tetapi mempunyai dampak penting terhadap lingkungan, dapat
ditetapkan menjadi jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki
Amdal oleh Menteri