Anda di halaman 1dari 127

PERENCANAAN EKOWISATA DESA

DI KECAMATAN NANGGUNG BAGIAN TIMUR


KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT

NADIA PUTRI ENDRIESTA

PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN TUGAS AKHIR DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan laporan tugas akhir Perencanaan Ekowisata


Desa di Kecamatan Nanggung Bagian Timur Kabupaten Bogor Provinsi Jawa
Barat adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk laporan apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
laporan ini.

Bogor, Agustus 2016

Nadia Putri Endriesta


NIM J3B113042
ABSTRAK

NADIA PUTRI ENDRIESTA. J3B113042. Perencanaan Ekowisata Desa di


Kecamatan Nanggung Bagian Timur Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.
Dibimbing oleh INSAN KURNIA dan DYAH PRABANDARI.

Kecamatan Nanggung bagian Timur Kabupaten Bogor Jawa Barat memiliki


potensi sumberdaya alam dan budaya yang dapat dijadikan sebagai atraksi wisata.
Potensi wisata yang ada di Kecamatan Nanggung bagian Timur terdiri dari wisata
alam dan wisata budaya. Potensi wisata alam berupa flora (padi, pisang, singkong,
bambu dan jati), fauna (ayam broiler, kerbau, sapi dan babi hutan), gejala alam
(Sungai Cikaniki, Curug Cikawung, Curug Cisaweung dan Situ Cekdam). Potensi
wisata budaya berupa sistem perlengkapan hidup dan teknologi (arit, cangkul,
penggiling padi, garuk, penggebot, tungku, traktor, seeng, boboko, nyiru,
tempayan dan keranjang bambu, rumah bilik dan rumah modern), bahasa (bahasa
Sunda kasar), sistem religi (pengajian dan majelis ta‘lim), sistem pengetahuan
(sistem tanam padi acak dan pemanfaatan tanaman obat), kesenian (pencak silat
dan qasidah). Potensi wisata peninggalan sejarah berupa Prasasti Pasir Jambu dan
potensi wisata agro yaitu agromedika (budidaya tanaman obat). Hasil data dari
penilaian potensi dan penyebaran kuesioner digunakan untuk merancang program
ekowisata desa yang terdiri dari program wisata harian dengan judul ―Buyung
Upik‖, program wisata bermalam dengan judul ―Nanggung Runaway‖ dan
program wisata tahunan dengan judul ―Hello Nanggung!‖. Output yang dirancang
berupa media visual yaitu poster.

Kata Kunci : Sumberdaya Wisata, Ekowisata Desa, Perencanaan Ekowisata


Desa, Program Wisata
ABSTRACT

NADIA PUTRI ENDRIESTA. J3B113042. Rural Ecotourism Planning in East


of Nanggung District of Bogor Regency of West Java Province. Supervised by
INSAN KURNIA and DYAH PRABANDARI.

East of Nanggung District of Bogor Regency of West Java Province has the
potential of nature and cultural resources who can be used as a tourist attraction.
The potential of tourism in the Eastern part Nanggung consists of nature and
cultural tourism. The potential of nature tourism in the form of flora (rice,
banana, cassava, bamboo and teak), fauna (broiler chickens, buffalo, cow and
wild boar), natural phenomena (Cikaniki river, Cikawung waterfall, Cisaweung
waterfall and Cekdam Lake). Cultural tourism potential in the form of system
equipment life and technology (sickles, hoes, rice milling, scratching, penggebot,
furnaces, tractors, seeng, boboko, nyiru, jars and bamboo baskets, house booths
and modern home), language (Sundanese rough), religious system (lectures and
informal gatherings), the knowledge system (a system of random cropping and
utilization of medicinal plants), art (pencak silat and qasidah). Tourism potential
of heritage inscriptions form Pasir Jambu and agro tourism potential that is
agromedika (cultivation of medicinal plants). Results of data from the assessment
of potential and questionnaires are used to design the village ecotourism program
consisting of daily travel program with the title "Buyung Upik", overnight travel
program with the title "Nanggung Runaway" and the annual travel program with
the title "Hello Nanggung!". Output is designed in the form of visual media that
poster.

Keywords: Tourism Resources, Rural Ecotourism, Rural Ecotourism Planning,


Tourism Program
RINGKASAN

NADIA PUTRI ENDRIESTA. J3B113042. Perencanaan Ekowisata Desa di


Kecamatan Nanggung Bagian Timur Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.
Dibimbing oleh INSAN KURNIA dan DYAH PRABANDARI.
Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat merupakan
sebuah kecamatan yang memiliki potensi sumberdaya alam dan budaya yang
dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata. Perencanaan Ekowisata Desa di
Kecamatan Nanggung Bagian memiliki beberapa tujuan yaitu, (1)
mengidentifikasi sumberdaya ekowisata desa; (2) melakukan penilaian potensi
ekowisata desa; (3) mengidentifikasi karakteristik, presepsi, dan motivasi
pengunjung desa; (4) mengidentifikasi karakteristik, presepsi, keinginan, dan
kesiapan masyarakat terhadap program ekowisata yang akan direncanakan; (5)
mengidentifikasi presepsi, keinginan, dan kesiapan pengelola; (6) membuat
rekomendasi perencanaan program ekowisata desa; (7) memetakan program
ekowisata desa dan merancang media promosi ekowisata desa.
Kegiatan Tugas Akhir (TA) Perencanaan Ekowisata Desa di Kecamatan
Nanggung Bagian Timur Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat dilaksanakan
pada bulan Maret higga bulan Juni 2016 dengan metode observasi dan
wawancara. Observasi lapang dilakukan untuk mengidentifikasi (1) sumberdaya
alam (flora, fauna dan gejala alam), (2) sumberdaya budaya (perlengkapan,
kerajinan tangan, kuliner, bahasa, sistem religi, mata pencaharian, sistem
pengetahuan, sistem kekerabatan, kesenian, permainan tradisional dan adat
istiadat atau tradisi). Sumberdaya ekowisata yang dinilai dengan menggunakan
indikator potensi sumberdaya wisata yaitu keunikan, kelangkaan, keindahan,
seasonalitas, sensitifitas, aksesibilitas, dan fungsi sosial.
Potensi wisata yang ada di Kecamatan Nanggung bagian timur terdiri dari
wisata alam dan wisata budaya. Potensi wisata alam berupa flora (padi, pisang,
singkong, bambu dan jati), fauna (ayam broiler, kerbau, sapi dan babi hutan),
gejala alam (Sungai Cikaniki, Curug Cikawung, Curug Cisaweung dan Situ
Cekdam). Potensi wisata budaya berupa sistem perlengkapan hidup dan teknologi,
bahasa (bahasa Sunda kasar), sistem religi (pengajian dan majelis ta‘lim), sistem
pengetahuan (pemanfaatan tanaman obat), kesenian (pencak silat dan qasidah).
Potensi wisata peninggalan sejarah berupa Prasasti Pasir Jambu dan potensi wisata
agro yaitu agromedika (budidaya tanaman obat).
Hasil yang diperoleh dari kuesioner menunjukan bahwa karakteristik
masyarakat di Kecamatan Nanggung bagian timur didominasi perempuan dengan
status pernikahan dengan usia 20-30 tahun, pendidikan terakhir adalah SMA dan
pekerjaan adalah petani dengan pendapatan 1.000.000-3.000.000. Persepsi
masyarakat terhadap kegiatan perencanaan ekowisata desa adalah setuju dan
bentuk kesiapan adalah siap. Karakteristik pengunjung didominasi laki-laki
dengan status pernikahan adalah belum menikah, usia 10-20 tahun, pendidikan
terakhir dominan adalah SMA, pekerjaan adalah pelajar/mahasiswa dengan
pendapatan adalah 500.000–1.000.000 dan asal kedatangan adalah Bogor.
Pengelola di Kecamatan Nanggung bagian timur didominasi laki-laki dengan
status pernikahan adalah menikah, usia dominan >30 tahun pendidikan terakhir
dominan SMA , pekerjaan dominan adalah PNS dengan pendapatan dominan
adalah 1.000.000- 3.000.000. Persepsii pengelola terhadap kegiatan perencanaan
ekowisata adalah setuju dan bentuk kesiapan adalah siap
Penilaian asesor terhadap potensi wisata menghasilkan 5 obyek wisata
unggulan yaitu Kebun Agromedika, Curug Cisaweung, Situ Cekdam, Pencak Silat
dan Prasasti Pasir Jambu. Potensi unggulan yang ada dijadikan acuan untuk
menyusun suatu program.
Program ekowisata desa di Kecamatan Nanggung bagian timur dirancang
berdasarkan penilaian potensi—potensi wisata oleh asesor serta
mempertimbangkan hasil dari karakteristik, persepsi dan motivasi pengunjung
yang berkunjung di Kecamatan Nanggung bagian Timur. Program ekowisata yang
dirancang berupa program wisata harian dengan judul ―Buyung Upik‖, program
wisata bermalam dengan judul ―Nanggung Runaway‖ dan program wisata tahunan
dengan judul ―Hello Nanggung!‖
Rancangan output pada Perencanaan Ekowisata Desa di Kecamatan
Nanggung Bagian Timur berupa media promosi visual yaitu poster. Poster yang
telah dirancang memiliki tagline ―Hello Nanggung!‖ yang berisikan beberapa
konten gambar yang mencerminkan keramahan dan potensi wisata yang ada di
Kecamatan Nanggung bagian Timur.
PERENCANAAN EKOWISATA DESA
DI KECAMATAN NANGGUNG BAGIAN TIMUR
KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT

NADIA PUTRI ENDRIESTA

Laporan Kegiatan Tugas Akhir


sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada
Program Keahlian Ekowisata
Program Diploma Institut Pertanian Bogor

PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Dosen Penguji:
Helianthi Dewi, SHut, MSi
Judul : Perencanaan Ekowisata Desa di Kecamatan Nanggung
Bagian Timur Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat
Nama : Nadia Putri Endriesta
NIM : J3B113042
Program : Ekowisata
Keahlian

Disetujui Oleh,

Insan Kurnia, S. Hut, M. Si Dyah Prabandari, SP


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui Oleh,

Dr Ir Bagus Priyo Purwanto, MAgr Bedi Mulyana, SHut, MPar, MoT


Direktur Program Diploma Koordinator Program Keahlian

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta‘ala atas segala limpahan


rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
tugas akhir yang berjudul “Perencanaan Ekowisata Desa di Kecamatan
Nanggung Bagian Timur Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat”. Penulis
menyusun laporan tugas akhir ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar diploma (A.Md) pada Program Keahlian Ekowisata Program
Diploma Institut Pertanian Bogor.
Laporan tugas akhir ini berisi tentang potensi wisata desa yang terdiri dari
wisata alam dan budaya. Potensi wisata yang ada di Kecamatan Nanggung bagian
timur terdiri dari wisata alam dan wisata budaya. Potensi wisata alam berupa flora
(padi, pisang, singkong, bambu dan jati), fauna (ayam broiler, kerbau, sapi dan
babi hutan), gejala alam (Sungai Cikaniki, Curug Cikawung, Curug Cisaweung
dan Situ Cekdam). Potensi wisata budaya berupa sistem perlengkapan hidup dan
teknologi, bahasa (bahasa Sunda kasar), sistem religi (pengajian dan majelis
ta‘lim), sistem pengetahuan (pemanfaatan tanaman obat), kesenian (pencak silat
dan qasidah). Potensi wisata peninggalan sejarah berupa Prasasti Pasir Jambu dan
potensi wisata agro yaitu agromedika (budidaya tanaman obat). Potensi yang
sudah diidentifikasi tersebut digunakan sebagai panduan dalam pembuatan
program wisata.
Laporan tugas akhir ini ditulis berdasarkan data aktual yang diperoleh
langsung dari narasumber terkait dan studi literatur yang sudah ada. Harapan
penulis semoga laporan tugas akhir ini dapat memberi manfaat bagi pembaca
dalam mengetahui informasi potensi wisata yang ada di Kecamatan Nanggung
bagian Timur.

Bogor, Agustus 2016

Nadia Putri Endriesta


UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta‘ala yang telah


mengkaruniakan berkah dan kasih sayang-Nya sehingga atas izin-Nya penulis
akhirnya dapat menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul “Perencanaan
Ekowisata Desa di Kecamatan Nanggung Bagian Timur Kabupaten Bogor
Provinsi Jawa Barat” dengan baik dan sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya laporan tugas akhir ini tidak terlepas
dari campur tangan berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pihak-pihak terkait.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Insan Kurnia,
S.Hut, M.Si dan Ibu Dyah Prabandari, SP selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan nasehat kepada penulis. Berkat bimbingan, arahan dan
nasehat yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan laporan tugas akhir dengan baik. Ucapan terima kasih penulis ucapkan
kepada Ketua Program Keahlian Ekowisata Bapak Bedi Mulyana, S.Hut, M.Par,
M.oT atas kesempatan dan dorongan yang telah diberikan kepada penulis selama
proses perkuliahan hingga proses penulisan laporan tugas akhir. Ucapan terima
kasih penulis ucapkan kepada para staf dosen yang telah memberikan ilmu,
pengajaran, dan pengalaman yang tidak terlupakan kepada penulis selama menjadi
mahasiswa di Program Keahlian Ekowisata.
Ucapan terima kasih penulis tujukan sedalam-dalamnya kepada Bapak
Mulyadi, S. Sos selaku Kepala Kecamatan Nanggung dan Bapak Drs. Tirta
Juwarta, S.Sos selaku Sekretaris Kecamatan Nanggung yang telah memberikan
izin penulis untuk melakukan penelitian Perencanaan Ekowisata Desa di
Kecamatan Nanggung Bagian Timur Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat serta
Bapak Ucup Maulana, S. Sos selaku pembimbing lapang yang telah membantu
selama proses pengambilan data yang diperlukan hingga proses pembimbingan di
lapangan. Penulis ucapkan terima kasih kepada keluarga besar Bapak Juansah
yang telah memberikan tempat tinggal dan membantu memberikan informasi
tugas akhir di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor.
Terima kasih penulis tujukan kepada Robitah Eldaroini dan Inggit
Warahapsari yang senantiasa setia menemani dalam segala kondisi, memberikan
motivasi dan semangat dalam berkarya. Ucapan terima kasih penulis ucapkan
kepada Jowo Metal yaitu Puguh Andhi Setiawan dan Ibramsyah Widyanata serta
Mega Nahdawati yang bersedia berbagi suka, duka, ego dan semangat dalam
penyelesaian laporan tugas akhir ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada
seluruh teman-teman seperjuangan Ekowisata 50 yang selalu bersama menjalin
kekeluargaan dan saling menyemangati satu sama lain serta saling membantu
dalam proses perkuliahan hingga proses penulisan laporan tugas akhir sampai
penyelesaian studi di Program Keahlian Ekowisata Program Diploma Institut
Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang
namanya tidak dapat disebutkan satu persatu atas semua dukungan dan bantuan
yang telah diberikan kepada penulis.
Akhirnya, sebagai ungkapan terima kasih, laporan akhir ini penulis
persembahkan untuk kedua orang tua tercinta, Ayahanda Suwandri, Mama Endah
Werdiastuti yang tidak pernah lelah mendoakan, memberikan semangat dan kasih
sayang serta memberikan bantuan moril dan finansial. Terima kasih kepada
Mbahti Siti Asmaul Husnah serta adik-adik Rezi Putra Driantama dan Niken
Pramesti Anindria atas ketulusan pengorbanan, doa dan kehangatan keluarga yang
telah diberikan. Uhibbukum

Bogor, Agustus 2016

Nadia Putri Endriesta


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Tujuan ....................................................................................................... 2
C. Manfaat ..................................................................................................... 2
D. Sasaran ...................................................................................................... 3
E. Luaran ....................................................................................................... 3
F. Tahapan Tugas Akhir ............................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5
A. Perencanaan .............................................................................................. 5
B. Wisata ....................................................................................................... 5
C. Pariwisata ................................................................................................. 6
D. Ekowisata ................................................................................................. 6
E. Desa .......................................................................................................... 7
F. Ekowisata Desa ........................................................................................ 7
G. Sumberdaya Wisata .................................................................................. 7
H. Wisatawan .............................................................................................. 12
I. Masyarakat ............................................................................................. 13
J. Masyarakat Desa .................................................................................... 14
K. Pengelola ................................................................................................ 14
L. Pengelola Wisata .................................................................................... 14
M. Pengelola Wisata Desa ........................................................................... 15
N. Promosi ................................................................................................... 16
O. Promosi Wisata....................................................................................... 17
P. Motivasi .................................................................................................. 17
Q. Persepsi ................................................................................................... 18
R. Preferensi ................................................................................................ 18
S. Perencanaan Ekowisata .......................................................................... 18
III. KONDISI UMUM ......................................................................................... 21
A. Letak dan Luas Kawasan ........................................................................ 21
B. Kondisi Fisik Kawasan ........................................................................... 21
C. Kondisi Biotik Kawasan ......................................................................... 22
D. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat ........................................................ 22
E. Destinasi dan Daya Tarik Wisata ........................................................... 24
F. Aksesibiltas ............................................................................................ 27
IV. METODE PELAKSANAAN TUGAS AKHIR ............................................ 27
A. Waktu dan Tempat ................................................................................. 28
B. Alat dan Bahan ....................................................................................... 28
C. Jenis Data ............................................................................................... 28
D. Metode Pengambilan Data ..................................................................... 32
E. Teknik Pengambilan Data ...................................................................... 37
F. Analisis Data ........................................................................................... 38
G. Penilaian Potensi Wisata ......................................................................... 38
H. Metode Pengerjaan Output ..................................................................... 39
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 40
A. Sumberdaya Alam Ekowisata Desa ........................................................ 40
B. Gejala Alam ............................................................................................ 50
C. Sumberdaya Budaya Ekowisata Desa ..................................................... 53
D. Kawasan Khusus ..................................................................................... 72
E. Penilaian Potensi Unggulan .................................................................... 75
F. Masyarakat .............................................................................................. 77
G. Pengelola ................................................................................................. 83
H. Pengunjung ............................................................................................. 85
I. Perencanaan Program Wisata ................................................................. 90
J. Output ..................................................................................................... 97
VI. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 98
A. Simpulan ................................................................................................. 98
B. Saran ....................................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 100
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 91
DAFTAR TABEL

1 Jumlah Penduduk di Kecamatan Nanggung Tahun 2015 .................................. 22


2 Jumlah Angkatan Kerja Produktif dan Tidak Produktif .................................... 23
3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan Nanggung .... 23
4 Penduduk Berdasarkan Agama dan di Kecamatan Nanggung Tahun 2015 ...... 24
5 Alat dan Bahan serta Fungsi .............................................................................. 28
6 Data dan Informasi ............................................................................................. 29
7 Indikator Penilaian Potensi Obyek Atau Sumberdaya Wisata ........................... 39
8. Keanekaragaman Flora di Kecamatan Nanggung Bagian Timur ..................... 40
9. Keanekaragaman Fauna di Kecamatan Nanggung Bagian Timur .................... 46
10 Bahasa Sunda di Kecamatan Nanggung Bagian Timur ................................... 64
11. Pengucapan dalam Bahasa Sunda ................................................................... 65
12 Tanaman Apotek Hidup ................................................................................... 69
13. Sebutan Keturunan Suku Sunda ...................................................................... 70
14 Penilaian Potensi Sumberdaya Ekowisata ....................................................... 75
15 Penilaian Potensi Sumberdaya Ekowisata Menurut Peringkat ........................ 76
17 Karakteristik Pengelola di Kecamatan Nanggung Bagian Timur .................... 83
18 Rekapitulasi Karakteristik Pengunjung ............................................................ 86
19 Ittinerary Program Wisata Harian "Buyung Upik" .......................................... 92
20 Ittinerary Program Wisata Bermalam "Nanggung Runaway‖ ......................... 93
21 Ittenerary Program Wisata Tahunan ‖Hello Nanggung!"................................ 96
DAFTAR GAMBAR

1 Tahapan Pelaksanaan Tugas Akhir ...................................................................... 4


2 Peta Administrasi Kecamatan Nanggung........................................................... 21
3. Sungai Cikaniki yang Melintasi Desa Batu Tulis ............................................. 25
4. Sungai Cikaniki yang Melintasi Desa Batu Tulis ............................................. 25
5 Curug Cisaweung di Persawahan Desa Cisarua................................................. 26
6 Situ Cekdam di Desa Cisarua ............................................................................. 27
7. Hamparan Padi di Sawah Desa Hambaro ......................................................... 41
8. Perkebunan Singkong di Desa Hambaro Kecamatan Nanggung ...................... 42
9. Tanaman Pisang di Sepanjang Jalan Desa Cisarua ........................................... 43
10. Bambu di Sepanjang Jalan Desa Hambaro Kecamatan Nanggung ................ 44
11. Pohon Jati di Kecamatan Nanggung Bagian Timur ........................................ 45
12. Peternakan Ayam di Kecamatan Nanggung Bagian Timur ............................ 47
13. Kerbau yang Sedang Merumput...................................................................... 48
14. Peternakan Sapi di Kecamatan Nanggung Bagian Timur ............................... 49
15. Babi Hutan di Pekarangan Rumah Warga di Kecamatan Nanggung .............. 50
16. Sungai Cikaniki yang Melintasi Desa Batu Tulis Kecamatan Nanggung....... 51
17. Curug Cikawung Kecil dengan Ketinggian 15 meter ..................................... 52
18. Curug Cisaweung ............................................................................................ 52
19. Situ Cekdam di Desa Cisarua .......................................................................... 53
20. Contoh Peralatan Hidup berupa Cangkul ........................................................ 54
21. Contoh Peralatan Hidup berupa Arit ............................................................... 55
22. Contoh Peralatan Hdup berupa Penggebot ..................................................... 56
23. Contoh Peralatan Hidup berupa Mesin Penggiling Padi ................................. 57
24. Contoh Peralatan Hidup berupa Mesin handtraktor ....................................... 58
25. Contoh Peralatan Hidup berupa Hawu ............................................................ 59
26. Alat Memasak Nasi Tradisional yang Biasa Disebut Seeng ........................... 60
27. Wadah Nasi Tradisional yang Biasa Disebut Boboko..................................... 61
28 Rumah Bilik yang Ada di Kecamatan Nanggung ........................................... 63
29 Pengajian Rutin di Desa Batu Tulis ................................................................. 66
30 Masyarakat Kecamatan Nanggung Bermatapencaharian sebagai Petani......... 67
31 Kebun Agromedika Hambaro .......................................................................... 68
32 Pertunjukan Pencak Silat Siliwangi ................................................................. 71
33 Kelompok Qasidah di Kecamatan Nanggung Bagian Timur........................... 72
34 Prasasti Pasir Jambu ......................................................................................... 73
35 Tanaman Obat di Kebun Agromedika Hambaro ............................................. 74
36 Persepsi Masyarakat terhadap Perencanaan Ekowisata Desa .......................... 79
37 Persepsi Masyarakat terhadap Dampak Lingkungan ....................................... 80
38 Persepsi Masyarakat Mengenai Dampak Ekonomi ......................................... 81
39 Persepsi Masyarakat Mengenai Dampak Sosial Budaya ................................. 82
40 Kesiapan Masyarakat terhadap Perencanaan Ekowisata Desa ......................... 83
41 Persepsi Pengelola terhadap Perencanaan Ekowisata Desa ............................. 84
42 Kesiapan Pengelolan Mengenai Bentuk Etika Pelayanan Pengunjung ............ 85
43 Motivasi Pengunjung terhadap Perencanaan Ekowisata Desa ....................... 87
44 Persepsi Aktivitas Pengunjung Terhadap Perencanan Ekowisata Desa ........... 88
45 Persepsi Pengunjung terhadap Fasilitas ............................................................ 88
46 Persepsi Pengunjung terhadap Aksesibilitas .................................................... 89
47 Persepsi Pengunjung terhadap Masyarakat ...................................................... 90
48 Output berupa Poster sebagai Media Promosi .................................................. 97
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
mendefinisikan wisata sebagai kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang yang dilakukan secara sukarela, bersifat sementara,
memiliki tujuan untuk menikmati objek dan daya tarik wisata dan bukan untuk
mencari nafkah. Wisata memiliki beberapa klasifikasi jenis seperti wisata alam,
wisata bahari, wisata sejarah, wisata religi, wisata budaya, wisata pendidikan dan
wisata desa.
Desa merupakan suatu tempat yang di dalamnya terdapat masyarakat yang
mendiami dengan populasi yang tidak banyak dan dapat saling mengenal.
Pekerjaan masyarakat pedesaan tidak jauh berbeda, biasanya seorang petani yang
memanfaatkan kondisi alam dalam mencari nafkah. Masyarakat desa masih
memegang nilai-nilai adat dan kebudayaannya. Luas wilayah desa biasanya tidak
terlalu luas dan dihuni oleh sejumlah keluarga. Mayoritas penduduknya bekerja di
bidang agraris dan tingkat pendidikannya cenderung rendah. Karena jumlah
penduduknya tidak begitu banyak, maka biasanya hubungan kekerabatan antar
masyarakatnya terjalin kuat. Masyarakatnya juga masih percaya dan memegang
teguh adat dan tradisi yang ditinggalkan para leluhur mereka. Kekhasan ini yang
membuat desa mampu menjadi potensi daya tarik wisata. juga memiliki manfaat
lain yaitu sebagai destinasi wisata bagi wisatawan. Potensi tersebut dapat berupa
atraksi yang berasal dari alam seperti flora, fauna, kuliner, ataupun dari adat dan
budaya pada masyarakatnya. Potensi-potensi tersebut dapat dimanfaatkan dengan
baik melalui ekowisata desa.
Chafid Fandeli (2002) mendefisikan ekowisata desa sebagai suatu wilayah
pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian
desa, baik dari segi kehidupan sosial budaya, adat istiadat, aktifitas keseharian,
arsitektur bangunan, dan struktur tata ruang desa, serta potensi yang mampu
dikembangkan sebagai daya tarik wisata, misalnya: atraksi, makanan dan
minuman, cinderamata, penginapan, dan kebutuhan wisata lainnya. Penawaran
tersebut dapat dijadikan landasan untuk merencanakan program-program
ekowisata desa yang diharapkan mampu meningkatkan minat wisatawan untuk
berkunjung.
Perencanaan dilakukan dengan mengkaji berbagai aspek terkait yaitu aspek
sumberdaya baik wisata maupun manusia, kesiapan masyarakat kesiapan
pengelola, motivasi pengunjung dan aspek lainnya. Hasil daripada kajian tersebut
selanjutnya akan dipakai sebagai acuan perencanaan program ekowisata
terintegrasi yang terdiri dari program harian, bermalam dan tahunan.
2

Kabupaten Bogor memiliki potensi wisata yang beraneka ragam mulai dari
wisata alam, budaya, spiritual dan lain-lain. Letaknya yang strategis menjadikan
obyek-obyek wisata yang berada di Kabupaten Bogor sering dikunjungi
wisatawan. Kehidupan masyarakat desa di Kabupaten Bogor yang berbeda dengan
kehidupan masyarakat kota yang kaya akan polusi terhadap lingkungan yang
dapat menjadi salah saktu faktor wisatawan lebih tertarik untuk mengunjungi
kawasan wisata yang masih dikelola secara alami dan masih terdapat banyak
potensi sumberdaya alam dan budaya.
Kecamatan Nanggung merupakan salah satu kecamatan yang berada di
Kabupaten Bogor. Potensi wisata yang tersedia di Kecamatan Nanggung terdiri
dari sumberdaya alam, budaya masyarakat serta sistem teknologi dan peralatan
hidup masyarakat desa yang masih tradisional.
Perencanaan terhadap suatu desa yang masih belum dikembangkan
potensinya untuk menjadi suatu destinasi bagi wisatawan dirasa sangat
diperlukan. Konsep ini memposisikan pariwisata secara terbatas pada aktivitas
masyarakat dan wisatawan di desa. Kemunculan wisata desa dipandang sebagai
respon terhadap permintaan wisatawan atas obyek dan atraksi wisata yang baru
dan berbeda dengan wisata lainnya.
B. Tujuan
Pelaksanaan kegiatan ini memiliki empat tujuan. Tujuan yang diharapkan
dari kegiatan yaitu;
1. Mengidentifikasi sumberdaya ekowisata desa yang ada di wilayah desa di
Kabupaten Bogor
2. Mengidentifikasi karakteristik, persepsi, dan kesiapan masyarakat terhadap
Perencanaan Ekowisata Desa di wilayah desa di Kabupaten Bogor
3. Mengidentifikasi karakteristik, persepsi, dan motivasi wisatawan di wilayah
desa di Kabupaten Bogor
4. Mengidentifikasi karakteristik, persepsi, dan kesiapan pengelola di wilayah
desa di Kabupaten Bogor, dan
5. Merancang program Ekowisata Desa dan luaran berupa media promosi
dalam bentuk produk visual tentang Ekowisata Desa di wilayah desa di
Kabupaten Bogor
C. Manfaat
Pelaksanaan kegiatan Tugas Akhir mengenai Perencanaan Ekowisata Desa
di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat ini memiliki beberapa manfaat bagi
wisatawan, masyarakat lokal, pengelola, pemerintah, dan masyarakat secara
umum. Manfaatnya sebagai berikut :
1. Menumbuhkan minat wisatawan untuk berpartisipasi dalam kegiatan
ekowisata desa
2. Masyarakat Lokal
3

a. memberikan pengalaman dan pengetahuan kepada masyarakat sekitar


tentang perencanaan ekowisata desa di Kabupaten Bogor, sehingga
mereka menyadari potensi wisata yang ada di daerahnya
b. mendapatkan kesempatan kerja berupa keikutsertaan masayarakat
dalam pengelolaan ekowisata desa
3. Membantu pengelola untuk mengusulkan alterfnatif potensi wisata di
daerah guna menyusun program perencanaan ekowisata desa di Kabupaten
Bogor.
D. Sasaran
Sasaran dari kegiatan Perencanaan Ekowisata Desa di Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat adalah semua kalangan terutama masyarakat lokal. Sasaran
yang dicapai adalah terwujudnya masyarakat yang sadar akan potensi
pengembangan desa wisata yang dapat dikembangkan sebagai produk wisata
sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta menjaga kelestarian
kebudayan khas.
E. Luaran
Luaran yang direncanakan dalam Perencanaan Program Ekowisata Desa ini
berupa media promosi dalam bentuk audio visual untuk program Ekowisata Desa
di Kabupaten Bogor. Media promosi ini berisi gambar, video dan informasi
mengenai Program Ekowisata Desa di Kabupaten Bogor.
F. Tahapan Tugas Akhir
Tahapan pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilakukan untuk mengetahui urutan
kegiatan selama proses TA hingga proses pembentukan pranata sosial pada
masyarakat di desa. Pelaksanaan TA diawali dengan melakukan studi literatur
mengenai desa. Studi literatur merupakan kegiatan mencari data melalui buku,
jurnal maupun media massa berupa bacaan lain. Data sekunder diperoleh dari
pemerintah daerah. Kegiatan studi literatur ini menelusuri informasi awal sebelum
masuk dalam pengambilan data secara langsung.
Tahapan selanjutnya adalah melakukan kegiatan partisipasi terhadap
masyarakat dan wawancara. Metode partisipasif merupakan kegiatan ikut serta
dalam melakukan pengelolaan secara rutin sekaligus melakukan pendekatan
dengan wawancara secara langsung melalui panduan kuesioner. Kuesioner dibuat
untuk mengarahkan pengelola dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan perencanaan ekowisata desa.
Tahapan selanjutnya dilakukan kegiatan terjun langsung ke masyarakat
untuk mengetahui karakteristik, persepsi dan motivasi masyarakat dalam upaya
melakukan perencanaan pengelolaan konsep ekowisata desa. Kegiatan tersebut
kemudian di analisis dan disimpulkan dengan kesediaan masyarakat untuk ikut
mengelola kawasan tersebut.
Tahapan terakhir adalah membentuk pranata sosial. Pranata sosial
merupakan suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada
4

aktivitas-aktivitas kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Wujud dari


pranata sosial berupa lembaga. Pranata dan lembaga memiliki makna yang
berbeda. Pranata merupakan sistem norma atau aturan mengenai suatu aktivitas
masyarakat, sedangkan lembaga adalah badan atau organisasi yang melaksanakan
aktivitas tersebut. Pranata sosial dibentuk untuk menghasilkan suatu output
perencanaan pengelolaan ekowisata desa. Tahapan pelaksanaan kegiatan TA dapat
di lihat pada Gambar 1

Perencanaan Ekowisata Desa di Kec. Nanggung

Tahap 1
Studi Literatur

Data Sekunder

Tahap 2

Partisipatif Wawancara

Analisis

Terjun Langsung ke Masyarakat Tahap 3

Pembentukan Pranata Sosial

Perencanaan Ekowisata Desa Tahap 4

Gambar 1 Tahapan Pelaksanaan Tugas Akhir


5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu proses mengubah kondisi saat ini menjadi
kondisi yang lebih baik dengan harapan segala sesuatunya dapat berjalan sesuai
dengan yang telah ditentukan dan dapat diartikan pula sebagai suatu proses
pemecahan masalah (Ridwan 2012). Perencanaan adalah proses penjelasan secara
rinci mengani kegiatan atau acara yang akan dilakukan sehingga dapat mencapai
kegiatan yang efektif dan efisien. Perencanaan memiliki peran penting dalam
dasar kegiatan, karena kegiatan perencanaan tersebut merumuskan visi, misi, dan
tujuan sehingga dapat menjamin setengah dari keberhasilan sudah tercapai
(Munandar et al. 2013).
Perencanaan memiliki peran penting yaitu sebagai meningkatkan dampak
positif terhadap suatu kegiatan yang akan dilakukan dan mampu meminimalisir
dampak negatif yang akan terjadi. Perencanaan memiliki prinsip-prinsip yang
harus digunakan. Prinsip tersebut berupa adanya koordinasi dengan berbagai
pihak yang terkait sehingga dapat mencapai kesatuan dan kesejahteraan terhadap
berbagai pihak terkait (Ridwan 2012).
Kegiatan yang dilakukan tanpa adanya perencanaan dapat mengakibatkan
penurunan terhadap daya tarik dan bahkan dapat mengakibatkan kerusakan
terhadap lingkungan. Perencanaan yang tidak dilakukan memiliki dampak yang
dapat mempengaruhi berbagai pihak (Marpaung & Bahar 2002). Hal yang akan
terpengaruh adalah.
Pengaruh fisik, yang dapat dilihat dari kerusakan pada lingkungan dan
kebudayaan. Pengaruh manusia, dapat dilihat dari tidak adanya penerimaan
terhadap orang asing dan tidak menyadari adanya berbagai macam keuntungan.
Pengaruh organisasi, dilihat dari lemahnya kerjasama tidak adanya keselarasan
dan keterkaitan dengan pihak lain.
B. Wisata
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang
kepariwisataan menjelaskan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat
tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan
daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Kegiatan wisata
biasanya dilakukan pada waktu luang sehingga kegiatan yang dilakukan tidak
terpaksa atau bersifat sukarela. Macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta pelayanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,
dan pemerintah daerah disebut dengan pariwisata. Wisata dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan sebagai suatu kegiatan bepergian
bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang dan
6

sebagainya), bertamasya dan piknik. Kemudian Suyitno berpendapat bahwa


wisata merupakan perjalanan yang dilakukan seseorang atau kelompok yang
bersifat sementara untuk menikmati obyek dan atraksi di tempat tujuan.
C. Pariwisata
Pariwisata adalah segala sesuatu dalam kegiatan wisata yang mendukung
kegiatan tersebut dengan berbagai macam fasilitas serta layanan yang telah
disediakan baik oleh masyarakat, pengusaha, maupun pemerintah (Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009). Kepariwisataan merupakan
sesuatu yang abstrak misalnya saja kepergian orang-orang di dalam negaranya
sendiri (pariwisata domestik) atau penyebrangan orang-orang pada luar negara
mereka (pariwisata internasional). Pariwisata adalah salah satu industri yang
mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan
kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di
dalam negara penerima wisatawan. Pariwisata mendatangkan dampak langsung
kepada daerah-daerah terpencil yang sedang berkembang dan belum
dikembangkan asal saja daerah-daerah itu memiliki daya tarik wisata berarti.
D. Ekowisata
Ekowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata khusus. Bentuknya
yang khusus itu menjadikan ekowisata sering diposisikan sebagai lawan dari
wisata massal. Sebenarnya yang lebih membedakannya dari wisata massal adalah
karakteristik produk dan pasar. Perbedaan ini tentu berimplikasi pada kebutuhan
perencanaan dan pengelolaan yang tipikal. Karakteristik pasar ekowisata perlu
dipahami secara jelas untuk membantu perencana dalam merespons permintaan
mereka dengan cara mengembangkan produk yang tepat (appropiate) (Damanik
& Weber 2006). Ekowisata dijelaskan oleh The International Ecotourism Society
atau TIES (dalam Nugroho 2011)adalah bagian dari wisata berkelanjutan. Wisata
berkelanjutan adalah sektor ekonomi yang lebih luas. Ekowisata mencakup
sektor-sektor pendukung kegiata wisata secara umum, meliputi wisata bahari
(beach and sun tourism), wisata pedesaan (rural and agro tourism), wisata alam
(natural tourism), wisata budaya (cultural tourism), atau perjalanan bisnis
(business travel).Ekowisata adalah sustainable tourism yang secara spesifik
memuat berbagai upaya. Upaya-upaya tersebut adalah kontribusi aktif dalam
konservasi alam dan budaya, partisipasi penduduk lokal dalam perencanaan,
pembangunan dan operasional kegiatan wisata serta menikmati kesejahteraan,
transfer pengetahuan tentang warisan budaya dan alam kepada pengunjung, dan
bentuk wisata independen atau kelompok wisata berukuran kecil (Quebec dalam
Nugroho 2011). Ekowisata merupakan konsep yang berorientasi terhadap tujuan,
sumber daya wisata, dan kegiatan wisata yang ditawarkan (Avenzora 2008).
Kegiatan ekowisata akan dikatakan sempurna apabila selalu berkaitan dengan
tahapan perjalanan wisata yaitu tahapan perencanaan, tahapan perjalanan menuju
destinasi, tahapan kegiatan di destinasi, tahapan perjalanan pulang dari destinasi,
7

dan tahapan rekoleksi. Seluruh tahapan yang berkaitan tersebut dapat memberikan
kepuasan terhadap seseorang yang melakukan perjalanan.
E. Desa
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2008)
memaparkan bahwa desa merupakan kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah
keluarga yang mempunyai sistem pemerintah sendiri.
F. Ekowisata Desa
Ekowisata desa adalah sebagai suatu wilayah pedesaan yang menawarkan
keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian desa, baik dari segi kehidupan
sosial budaya, adat istiadat, aktifitas keseharian, arsitektur bangunan, dan struktur
tata ruang desa, serta potensi yang mampu dikembangkan sebagai daya tarik
wisata, misalnya: atraksi, makanan dan minuman, cinderamata, penginapan, dan
kebutuhan wisata lainnya menurut Chafid Fandeli (2002). Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata (2011) menyatakan bahwa ekowisata desa adalah
suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang
disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata
cara dan tradisi yang berlaku. Suatu desa wisata memiliki daya tarik yang khas
(dapat berupa keunikan fisik lingkungan alam perdesaan, maupun kehidupan
sosial budaya masyarakatnya) yang dikemas secara alami dan menarik sehingga
daya tarik perdesaan dapat menggerakkan kunjungan wisatawan ke desa tersebut.
Definisi desa wisata beragam dipaparkan oleh beberapa ahli lain yaitu
Hasbullah Asyari (2010) masyarakat menjadikan rumah-rumah mereka atau
sebagian kamar-kamar mereka menjadi tempat tinggal tamu sementara (homestay)
alam suatu desa wisata akan menjadi komplit apabila tamu-tamu bisa menikmati
keseharian rakyat (live in) merasakan sajian makan dan jenis atraksi kebudayaan
desa. Desa wisata akan sukses kalau seluruh anggota masyarakat baik kepala
keluarga, ibu-ibu rumah tangga, pemuda, dan anak-anak ikut mendukung
keberadaan desa wisata tersebut.
Desa wisata dalam artian sederhana merupakan suatu obyek wisata yang
memiliki potensi seni dan budaya unggulan di suatu wilayah perdesaan yang
berada di pemerintah daerah. Desa wisata merupakan sebuah desa yang hidup
mandiri dengan potensi yang dimilikinya dan dapat menjual berbagai atraksi-
atraksinya sebagai daya tarik wisata tanpa melibatkan investor.
G. Sumberdaya Wisata
Sumberdaya wisata adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai
potensi wisata. Potensi tersebut meliputi potensi sumberdaya wisata alam,
sumberdaya wisata budaya, sumberdaya ekonomi.
8

1. Sumberdaya Wisata Alam


Sumberdaya wisata alam adalah sumberdaya yang berasal atau telah
disediakan oleh alam dan terdiri dari flora, fauna, gejala alam, dan bentang alam.
Penjelasan mengenai sumberdaya alam adalah sebagai berikut :
a. Flora
Widada, dkk (2006) menyatakan bahwa flora dibagi menjadi dua yaitu
tumbuhan dan tumbuhan liar. Tumbuhan adalah semua sumber daya alam nabati,
baik yang hidup di darat maupun di air dapat dikatakan sebagai tumbuhan
contohnya seperti pohon, bunga, rumput, semak dan sebagainya. Sedangkan
tanaman liar adalah tumbuhan yang hidup dialam bebas dan atau dipelihara yang
masih mempunyai kemurnian jenisnya contohnya yaitu rotan. Supriatna, dkk
(2006) menyebutkan bahwa persebaran flora di Indonesia dapat diklasifikasikan
kedalam tiga wilayah, yaitu flora Indonesia bagian barat, flora Indonesia bagian
tengah, flora Indonesia bagian timur. Flora Indonesia bagian barat sering
dinamakan flora Sumatera-Kalimantan. Flora Indonesia bagian barat terdiri atas
beberapa kelompok, yaitu hutan hujan tropik, hutan musim, hutan mangrove dan
sabana tropik. Hutan hujan tropik ditandai oleh rimba belantara dengan tumbuhan
yang beraneka ragam (heterogen). Ciri-cirinya berdaun lebar, pohon tinggi besar,
banyak ditemukan belukar tropik, serta banyak ditemukan cendawan. Hutan hujan
tropik terbesar terdapat di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Sedangkan
hutan musim adalah hutan yang selalu menggugurkan daunnya ketika musim
kemarau, misalnya pohon jati, pinus dan cemara. Hutan musim terbesar di
wilayah utara Jawa. Kemudian ada hutan mangrove yang merupakan kelompok
tumbuhan khas di daerah pantai, misalnya rumbia, nipah dan bakau dan yang
terakhir adalah hutan tropik yang merupakan kelompok tumbuhan didaerah tropik
yang merupakan padang rumput, namun masih diselingi oleh beberapa pohon
tegakan tinggi. Sabana tropik banyak dijumpai di Pulau Bali, Jawa Timur bagian
timur dan dataran tinggi Gayo (Aceh).
b. Fauna
Supriatna, dkk. (2006) menyebutkan bahwa fauna Indonesia secara umum
dapat dikelompokkan atas tiga wilayah yaitu fauna Indonesia bagian barat, fauna
Indonesia bagian tengah, fauna Indonesia bagian timur. Batas-batas persebaran
fauna tidak setegas persebaran flora. Keadaan ini disebabkan fauna merupakan
makhluk hidup yang memiliki kecenderungan melakukan perpindahan (migrasi)
lebih tinggi jika dibandingkan flora. Wilayah fauna Indonesia bagian barat
meliputi Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, serta pulau-pulau kecil disekitarnya.
Jenis-jenis fauna Indonesia bagian barat, antara lain: Mamalia (gajah, harimau
sumatera, badak bercula satu, tapir, rusa, beruang madu, banteng, kerbau, monyet,
orang utan, macan, tikus, bajing, kijang, kelelawar, landak, babi hutan, kancil dan
kukang). Jenis fauna lain yaitu reptil (buaya, kura-kura, ular, tokek, biawak,
trenggiling). Burung (burung hantu, jalak, merak, elang, kutilang) serta berbagai
9

macam jenis unggas, serangga, ikan tawar dan pesut yaitu sejenis lumba-lumba di
sungai.
c. Gejala Alam
Gejala alam terbagi menjadi biotik dan abiotik. Gejala alam biotik dapat
didefinisikan sebagai suatu keadaan lingkungan sekitar yang ditunjukkan oleh
keadaan makhluk hidup. Keadaan danau, kolam, waduk atau sungai yang
permukaan airnya tertutup oleh tumbuhan enceng gondok atau ganggang
merupakan salah satu contoh gejala alam biotik. Gejala alam berikutnya adalah
gejala alam abiotik yang merupakan suatu keadaan lingkungan di sekitar yang
ditunjukkan oleh keadaan benda yang tidak hidup. Gejala alam abiotik contohnya
adalah kebakaran hutan, lahan perikanan dan lahan pertanian akan menimbulkan
asap. Asap merupakan komponen abiotik (Saktiyono, 2004).
d. Bentang Alam
Bentang alam menurut adalah permukaan bumi tidak rata, ada yang
menjulang tinggi, ada yang landai, dan ada yang cekung dalam. Unsur-unsur
bentang alam adalah kemiringan medan, ketinggian puncak dan cara terdapatnya
bentuk muka daratan (Suryatin, 2006).
2. Sumberdaya Wisata Budaya
Antropolog Kluckhohn dalam Universal Categories of Culture telah
menguraikan ulasan para sarjana mengenai tujuh unsur kebudayaan yang
dianggap sebagai cultural universals, yaitu peralatan dan perlengkapan hidup
manusia, mata pencaharian hidup dan sistem perekonomian, sistem
kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, dan sistem religi.
a. Peralatan dan Perlengkapan Hidup Manusia
Maryati dan Suryawati (2001) mcngatakan peralatan dan perlengkapan
hidup manusia mcrupakan hasil karya manusia dalam melahirkan teknologi mau
kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama melindungi masyarakat
dari lingkungannya. Teknologi menyangkut cara-cara memproduksi, memakai,
dan memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul sebagai
cara-cara manusia untuk memenuhi kebutuhan.
Teknologi didefinisikan oleh Sutardi (2007) sebagai keseluruhan cara
manusia dalam bertindak dan berbuat dalam hubungannya dengan proses
pengumpulan bahan-bahan mentah dari lingkungannya, dan memproses bahan-
bahan tersebut menjadi peralatan dan perlengkapan hidup, Peralatan dan
perlengkapan hidup tersebut dapat berupa pakaian, tempat tinggal, peralatan
rumah tangga, senjata, peralatan produksi, dan transportasi.
b. Mata Pencaharian Hidup dan Sistem Perekonomian
Sebuah pendapat dikemukakan oleh Sri, dkk (2006) tcntang mata
pencaharian hidup dan sistem perekonomian, yaitu mencankup pertanian,
petemakan, sistem produksi, sistem distribusi. Kelompok masyarakat yang
berpindah-pindah, setiap rumah tangga menghasilkan makanan, pakaian, dan
tempat tinggal. Laki-laki dan perempuan umumnya berbagi pekerjaan. Para lelaki
10

berburu dan membangun rumah scbagai tempat tinggal, sedangkan para


perempuan berkebun, mcmasak, dan mengasuh anak namun, seiring
perkembangan zaman mata pencaharian para lelaki dan perempuan telah jauh
berkembang. Lelaki awalnya berperan sebagai seorang pemburu sekarang dapat
menjadi seorang montir, pilot, pekerja swasta, dan lain-lain. Begitu pula dengan
para perempuan.
c. Sistem Kemasyarakatan
Sistem kemasyarakatan berdasarkan pendapat Sri, dkk (2006), yaitu
mencankup sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, dan sistem
perkawinan. Masyarakat-masyarakat tertentu, orang-orang mengatur dirinya
terutama berdasarkan ikatan kekeluargaan atau hubungan darah dan scbuah
perkawinan. Orang-orang yang berada dalam ikatan darah dan perkawinan
umumnya hidup bersama dalam scbuah keluarga. Ikatan masyarakat saat ini tidak
hanya berdasarkan hubungan kekeluargaan. Banyak masyarakat berkumpul dan
hidup bersama bukan karena hal keluarga, melainkan karena profesi dan hobi
yang sama.
d. Bahasa
Sri, dkk (2006) berpendapat bahwa bahasa mempakan sistem perlambangan
dan sarana manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa umumnya
diungkapkan secara lisan maupun secara tulisan. Jika sarana komunikasi wicara
tidak dapat digunakan, sebagaimana terjadi di kalangan orang- orang bisu, sarana
visual sebagai bahasa isyarat dapat digunakan. Bahasa di dunia banyak yang
memiliki perbedaan penggunaan bahasa berkaitan dengan perbedaan tingkat sosial
pemakaiannya.
e. Kesenian
Kesenian merupakan kebudayaan yang selalu mengalami perubahan.
Kesenian antara lain, seni rupa, seni suara, seni gerak. Unsur-unsur umum
kesenian dapat berwujud gagasan, citaan, pikiran, cerita, dan syair yang indah.
Seni sendiri merupakan sebuah karya ciptaan manusia yang sebagian besar orang
lain melihatnya sebagai suatu bentuk kebudayaan tertinggi karcna mempunyai
kualitas ekspresi yang mumi dan secara menyeluruh terpisah dari kebutuhan-
kebutuhan dasar manusia.
f. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan biasanya berkaitan dengan teknologi. Suatu masyarakat
tidak mungkin dapat hidup tanpa pengetahuan tentang alam sekelilingnya dan
sifat-sifat peralatan hidup yang dipakai. Kebudayaan mempunyai himpunan
pengetahuan tetang alam sekitamya, zat-zat, bahan mentah, dan barang-barang di
lingkungan sckitarnya, tubuh manusia, sifat dan tingkah laku manusia, ruang, dan
waktu. Pengetahuan berasal dari pengalaman hidup dari setiap individu ataupun
dari sebuah kelompok.
11

g. Sistem Religi (kepercayaan)


Sistem religi atau sebuah kepercayaan antara lain berwujud sistem
keyakinan dan gagasan tentang sang pencipta, dewa-dewi, roh-roh halus, neraka
ataupun surga. Semua aktivitas manusia yang berkaitan dengan religi berdasarkan
pada getaran jiwa, yang biasanya disebut dengan emosi keagamaan. Emosi
keagamaan biasanya pemah dialami oleh setiap manusia, meskipun hanya
berlangsung dalam beberapa detik saja.
3. Sumberdaya Ekonomi
Sammeng (2001) menyatakan industri pariwisata berpengaruh terhadap
perekonomian daerah atau Negara tujuan wisata. Besar kecilnya pengaruh itu
berbeda antara satu daerah dan daerah lainnya atau antara Negara satu dengan
Negara lainnya. Pengaruh secara ekonomis dapat dibedakan menjadi empat
kelompok yaitu: (1) pendapatan, (2) lapangan pekerjaan, (3) neraca pembayaran
dan (4) investasi/pembangunan. Sumberdaya ekonomi adalah segala sesuatu yang
dapat dimanfaatkan untuk dijadikan sebagai sumber mata pencaharian atau
ekonomi yang meliputi pertanian, perikanan, perkebunan, perdagangan, dan
peternakan.
a. Pertanian
Pertanian merupakan kegiatan bercocok tanam dan beternak yang pada
awalnya hanya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari atau subsisten pada
perkembangan berikutnya sejalan dengan perubahan kehidupan masyarakat yang
bercorak perdagangan, berangsur-angsur berubah menjadi kegiatan yang
dijualbelikan. Corak kegiatan ini dianggap sebagai cikal-bakal usaha tani, yang
meskipun diusahakan dalam rumah tangga, tetapi hasil panenan dan ternak
ditujukan untuk dijualbelikan (Mangunwidjaja dan Sailah 2005).
b. Perikanan
Purwanto dalam Pahmi (2003) perikanan darat meliputi pencarian ikan di
sungai yang disebut nelayan sungai dan pertanian ikan darat yaitu pertanian ikan
keramba yang berada di desa pinggiran. Pencarian ikan sungai meliputi pencarian
ikan tradisional yaitu ikan untuk dikonsumsi atau dijual dan pencarian ikan hias.
Sistem ikan keramba, dalam istilah lain kurungan yaitu menempatkan sejumlah
ikan di dalam suatu tempat yang terbuat dari bahan kayu atau bambu, keramba
seperti sebuah sangkar besar yang menampung ikan yang sesuai dengan kondisi
air sungai setempat.
c. Perkebunan
Soemarwoto (2004) mengatakan bahwa Perkebunan adalah lahan yang
ditanami dengan tanaman tahunan di atas lahan yang tidak ada bangunan atau
tempat tinggal. Tanaman tahunan terdiri dari kopi, karet dan lada. Perkebunan
yang produksinya rendah dan tanahnya mengalami erosi karena tidak adanya
sengkedan penyiangan bersih dan pembersihan seresah. Pembuatan sengkedan
akan menghentikan penyiangan bersih dengan menanam tumbuhan kacang-
kacangan sebagai penutup tanah sehingga erosi dapat dikendalikan. Pengelolaan
12

yang baik perkebunan dapat menjadi salah satu alternatif untuk penanggulangan
lahan kritis.
d. Perdagangan
Poesponegoro dan notosusanto (2008) mendifinisikan perdagangan adalah
kegiatan ekonomi yang mengaitkan antara produsen dan konsumen. Kegiatan
distribusi merupakan perdagangan yang menjamin peredaran, penyebaran, dan
penyediaan barang melalui mekanisme pasar.
e. Peternakan
Rasyaf (2010) memaparkan bahwa tujuan peternakan adalah untuk mencari
keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor
produksi yang telah dikombinasikan secara optimal. Pahmi (2010) menjabarkan
tentang peternakan merupakan salah satu kegiatan penduduk desa, karena itu
peternakan juga alternatif kegiatan perekonomian yang dapat dikembangkan oleh
penduduk desa maupun oleh pihak-pihak pelaksana dari pembangunan. Usaha-
usaha peternakan tradisional yang dilakukan sebagian besar penduduk desa belum
memiliki pola yang baik, karena sebagian besar dari masyarakat atau penduduk
desa beternak hanya sekedar atau bagian dari usaha-usaha lain, seperti beternak
untuk membajak sawah.
H. Wisatawan
Pengertian wisatawan dijelaskan dalam Undang-undang No. 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan ialah orang-orang yang melakukan suatu perjalanan
wisata. Wisatawan menurut Suwantoro (2004) adalah sekelompok orang yang
melakukan perjalanan wisata dengan mengunjungi suatu daerah atau negara
dengan waktu kurang dari 24 jam. Syarat-syarat menjadi wisatawan tertutama
yang akan mengunjungi negara lain adalah sebagai berikut :
1. Memiliki passport sebagai tanda bukti diri yang dikeluarkan oleh pejabat
negara wisatawan itu tinggal
2. Memiliki surat izin untuk memasuki negara yang akan dikunjungi, seperti
visa yang dikeluarkan oleh pejabat kedutaan atau kantor perwakilan negara
yang akan dikunjungi
3. Memiliki izin untuk meninggalkan negara asalnya dan berpergian keluar
negeri (izin keluar)
4. Memiliki surat keterangan bebas dari penyakit biasanya dengan kartu
kuning. Persyaratan tersebut dilakukan dengan tujuan memberikan
perlindungan bagi pendudukan negara yang akan dikunjungi
5. Setibanya di wilayah lintas batas dua negara maka akan dilakukan
pemeriksaan oleh petugas bea cukai yang berada di pelabuhan udara,
pelabuhan laut, dan pos-pos penjaga.
Pacific Area Travel Association memberikan batasan mengenai pengertian
wisatawan yaitu orang-orang yang sedang melakukan perjalanan dengan waktu
lebih dari 24 jam dan maksimal tiga bulan. Batasan yang dijelaskan menyebutkan
bahwa wisatawan tersebut sedang melakukan kegiatan baik pribadi maupun
13

perusahaan atau dinas. Kegiatan yang dimaksud diantaranya bisnis, pertemuan,


konferensi dan musyawarah. Wisatawan dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1. Wisatawan mancanegara yaitu orang yang melakukan perjalanan wisata ke
luar Kabupatennya
2. Wisatawan domestik ada;ah penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan
di wialyah Indonesia diluar domisilinya dalam jangka waktu minimal 24 jam
atau menginap.
International Union of Official Travel Organization (IUOTO)
mendefinisikan pengunjung yaitu setiap orang yang datang ke suatu tempat
dengan tujuan tertentu kecuali untuk mencari nafkah. Pengunjung digolongkan
menjadi dua kategori:
1. Wisatawan (tourist) adalah pengunjung yang tinggal sementara waktu
minimal 24 jam di lokasi yang dikunjunginya dengan tujuan sebagai berikut
a) Pesiar (leisure) untuk keperluanrekreasi, liburan, kesehatan, studi
keagamaan dan olahraga, b) Hubungan dagang (business), seperti keluarga,
konferensi dan isi
2. Pelancong (exursionist) adalah pengunjung semnetara waktu yang tinggal di
suatu tempat yang dikunjunginya dengan waktu kurang dari 24 jam.
Pengunjung yang datang ke suatu daerah tujuan wisata memiliki
karakteristik dan pola kunjungan, kebutuhan ataupun alasan melakukan
kunjungan. Karakteristik yang dimiliki setiap pengunjung akan mempengaruhi
motifnya terutama pada permintaan wisata. Karakteristik pengunjung yang dapat
diperhatikan diantaranya sebagai berikut:
1. Jenis Kelamin
2. Usia
3. Daerah asal
4. Tingkat pendidikan
5. Status pekerjaan
6. Status pernikahan
7. Pendapatan.
I. Masyarakat
Masyarakat adalah sekumpulan orang yang didalamnya hidup bersama
dalam waktu yang cukup lama (Setiadi et al. 2007). Unsur-unsur dari masyarakat
adalah sebagai berikut :
1. Kumpulan orang
2. Sudah terbentuk dengan lama
3. Sudah memiliki sistem dan struktur sosial tersendiri
4. Memiliki kepercayaan (nilai), sikap, dan perilaku yang dimiliki bersama
5. Adanya kesinambungan dan pertahanan diri
6. Memiliki kebudayaan
Masyarakat yang terdapat di daerah tujuan wisata yang harus menyambut
wisatawan dan memberikan pelayanan terhadap wisatawan. Masyarakat yang
14

terdapat di sekitar daerah tujuan wisata harus mengetahui berbagai jenis dan
kualitas layanan yang dibutuhkan oleh wisatawan. Masyarakat tersebut memiliki
peran penting dalam memajukan daerah tujuan wisata (Suwantoro 2004).
J. Masyarakat Desa
Masyarakat desa menurut Prof. Abdulkadir Muhammad, S.H (2011)
termasuk kedalam kelompok sosial budaya tradisional. Buku ―Ilmu Sosial Budaya
Dasar‖ menjelaskan bahwa tipe kelompok sosial budaya tradisional alamiah
seperti desa, daerah aliran sungai, daerah pantai, daerah pegunungan, keluarga dan
keluarga besar tidak memerlukan Anggaran Dasar karena tipe kelompok sosial
budaya ini lebih mementingkan kehidupan atas dasar kesatuan tempat dan ikatan
alamiah. Tempat dan ikatan alamiah yang sama itulah yang menyatukan mereka.
K. Pengelola
Pengelola merupakan orang yang melakukan kegiatan pengelolaan.
Pengelola dapat terbagi menjadi beberapa diantaranya dalam bidang perusahaan
secara meluas, keuangan, tiket, parkir, kebersihan, keamanan, dan lain
sebagainya. Pengelola merupakan pihak yang dianggap penting dalam suatu
perusahaan dikarenakan pengelola bertanggungjawab penuh atas tugas yang telah
diberikan. Pengelola juga membawahi anggota dalam suatu bidang tertentu dalam
perusahaan.
L. Pengelola Wisata
Pengelola wisata merupakan sekelompok orang maupun organisasi yang
bertanggung jawab atas kegiatan pengelolaan wisata di suatu kawasan.
Kepariwisataan merupakan industri yang kompleks, maka organisasi-organisasi
pariwisata nasional, khususnya di negara-negara penerima wisatawan, harus
ditata, diorganisasi dan dijalankan menurut konsep-konsep manajemen dan
pemasaran ilmiah modern, seandainya tujuan-tujuan nasional untuk meningkatkan
pertumbuhan pariwisata ingin dicapai. Salah Wahab menyatakan dalam bukunya
Manajemen Kepariwisataan (1989), manajemen itu meliputi lima unsur pokok
baik dalam pemikiran dasarnya maupun dalam penerapannya, yaitu :
1. Pengorganisasian
2. Perencanaan
3. Motivasi
4. Penempatan Personal dan Penggerakannya
5. Koordinasi dan Pengawasan
Fungsi manajemen ini dapat diterapkan pada sektor yang dapat dikaji
disetiap jenis usaha dalam bidang perindustrian, pertanian, jasa-jasa atau
pariwisata. Ketiga alat utama manajemen adalah keuangan, produksi dan
pemasaran. Ketiganya ini tentu saja berkaitan dengan manajemen kepegawaian
dan lapisan perekatnya tentu saja administrasi sebagai konsekuensi wajar yang
diperlukan. Fungsi-fungsi manajemen ini tentu saja dikaji dan ditangani secara
berbeda pada berbagai sektor dan usaha, serta hal ini bergantung pada seni
15

pengelolaan manajer maupun hakikat sektor usaha yang ditekuninya serta


penekanan alat- alat manajemen yang didahulukan. Situasi lingkungan ekstern dan
intern badan usaha membawa tekanan yang dapat menjadi suatu unsur penting
untuk kesuksesan atau kegagalan. Bakat manajemen dari pimpinan tertinggi badan
usaha itu memainkan peranan utama dalam konteks ini. Pariwisata adalah
perpindahan sementara orang-orang dari berbagai macam tempat tinggal, iman
dan agama, dan yang mempunyai pola hidup yang berbeda, beragam harapan,
banyak jenis kesukaan dan hal – hal yang tidak disukai serta motivasi – motivasi
yang tidak dapat dibuat standarnya karena kesemuanya ini adalah ungkapan
pikiran dan endapan perasaan serta tingkah laku yang berubah dalam jangka
panjang menurut tempat dan waktu. Pariwisata adalah suatu gejala yang sangat
sensitif yang memerlukan cara penanganan yang berbeda. Penataan dan
penanganan organisasi pariwisata sebagai suatu sector ekonomis, dalam arti
pimpinan harus merumuskan sumber-sumber yang tersedia dan mengaturnya
secara berdaya guna dan tepat guna. Pengkajian yang terus – menerus mengenai
fungsi – fungsi dan penyesuaian organisasi pariwisata di negara itu ( organisasi
pariwisata nasional, berbagai asosiasi profesi pariwisata dan badan-badan usaha
pariwisata ) dengan teknik dan perilaku lembaga-lembaga yang begitu cepat
berkembang dan berubah akan sangat diperlukan serta akan lebih mengarah pada
suatu organisasi yang terpola menurut sistem berpikir manajemen. Uraian-uraian
tersebut, menyimpulkan bahwa pengelolaan obyek wisata adalah mengembangkan
pariwisata dengan melakukan inventarisasi semua sumber khasanah wisatanya
yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan wisata kemudian mencoba untuk
mengenali dan mengklasifikasikannya yang kemudian dilanjutkan dengan
membuat suatu evaluasi yang realistis. Sasaran utamanya yakni untuk meyakinkan
secara baik mengenai pemanfaatan sumber-sumber pariwisata dengan
mempertimbangkan nilai bobotnya pada jajaran persaingan yang dihadapi.
Kesimpulannya adalah hal ini tidak berarti hanya merupakan penilaian yang
abstrak tetapi suatu evaluasi yang dites kebenarannya dengan produk wisata
pesaing dengan memperhatikan kecenderungan dan ciri-ciri khas permintaan
pariwisata yang mempersyaratkan dan mengarahkan pembangunan prasarana dan
sarana wisata yang tidak dapat diciptakan terlepas dari kebutuhan – kebutuhan dan
selera-selera permintaan pariwisata.
M. Pengelola Wisata Desa
Pengelola wisata desa merupakan sekelompok orang maupun organisasi
yang bertanggung jawab atas kegiatan pengelolaan di suatu desa seperti
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan melalukukan pengawasan
terhadap kawasan desa tersebut. Pengelolaan tersebut juga terkait dengan sumber
daya manusia yang berperan penting dalam suatu kegiatan wisata.
Sumberdaya manusia merupakan faktor yang sangat penting untuk setiap
usaha, begitu pula untuk pemerintahan agar dapat menjalankan fungsinya sebenar-
benarnya. Banyak defenisi yang dapat digunakan untuk mendefenisikan sumber
16

daya manusia. Susilo (2002) mendefinisikan sumber daya manusia adalah pilar
penyangga utama sekaligus penggerak roda organisasi dalam usaha mewujudkan
visi dan misi dan tujuannya. Sumber daya manusia harus didefinisikan bukan
dengan apa yang sumber daya manusia lakukan, tetapi apa yang sumber daya
manusia hasilkan, sebagaimana yang dikemukakan oleh David Ulrich (Mathis dan
Jackson,2002). Sumberdaya manusia merupakan faktor yang penting bagi setiap
usaha. Sumber daya manusia yang berkualitas akan menentukan kejayaan atau
kegagalan dalam persaingan, Tambunan (2003).
Manajemen sumber daya manusia merupakan pengelolaan orang didalam
organisasi secara optimal agar kinerja organisasi pun seperti yang diharapkan.
Asumsi yang lahir dari manajemen sumber daya manusia adalah bahwa manusia
memiliki akal, perasaan, keinginan, kemampuan, ketrampilan, pengetahuan,
dorongan, daya dan karsa. Semua potensi ini mempengaruhi upaya organisasi
dalam pencapaian tujuannya. Manajemen sumberdaya manusia menurut Stoner
(2002) adalah suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok
suatu organisasi atau perusahaan dengan orang – orang yang tepat untuk
ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi
memerlukannya.
N. Promosi
Promosi merupakan proses pengenalan produk terhadap konsumen dengan
cara yang menarik. Promosi tersebut termasuk dalam pemasaran yang memiliki
prinsip komunikasi untuk menarik minat masyarakat terhadap obyek yang
ditawarkan. Tujuan dari promosi adalah untuk mempengaruhi dan
memberitahukan kepada masyarakat bahwa terdapat produk yang ditawarkan
(Marpaung & Bahar 2005).
Promosi termasuk ke dalam aspek bauran pemasaran yang merupakan dasar
dari komunikasi. Komunikas tersebut dilakukan dengan empat komponen yang
lebih dikenal dengan 4P, yaitu produk (product), harga (price), lokasi distribusi
(place), dan promosi (promotion). Keempat komponen tersebut haru saling terkait
agar terciptnya sebuah promosi yang baik dan menarik bagi calon konsumen.
Promosi ditujukan kepada konsumen potensial yang surah teridentifikasi
atau yang surah memang menginginkan produk yang ditawarkan. Pesan yang
disampaikan pada kegiatan promosi harus bersifat menyadarkan dan
mempengaruhi. Kegiatan promosi yang dilakukan memiliki tujuan yang
mendasar, yaitu ;
1. Memperkenalkan jasa dan produk yang dihasilkan,
2. Memberi kesan daya tarik sekuat mungkin dengan harapan agar orang akan
banyak membeli, dan
3. Menyampaikan pesan yang menarik.
17

O. Promosi Wisata
Promosi sangat membantu masyarakat untuk lebih mengenal suatu produk.
Kemampuan dalam bidang promosi membantu kelangsungan pemasaran.
Beberapa penulis mengemukakan pengertianpromosi sebagai berikut:
Menurut Terenca A Shimp (2003) dalam bukunya, Periklanan Promosi, Promosi
terdiri dari semua kegiatan yang mencoba merangsang terjadinya aksi pembelian
suatu produk yang cepa tatau dalam waktu singkat. Menurut Warren J Keegan
(2007) dalam bukunya Manajemen Pemasaran Global, promosi merupakan
perangkat penting dalam pemasaran global dimana harus dirancang untuk
membantu perkembangan perbuatan baik dan memberi informasi yang akurat dan
tepat waktu, khususnya dalam situasi krisis. Promosi yang dirancang buruk dapat
menimbulkan publisitas yang tidak diinginkan dan hilangnya pelanggan.
Promotion is a broad term that includes advertising ,personal selling,
publicrelations, publicity and sales promotion activities such as giveaways, trade
shows,point of purchase, and store displays. (Promosi adalah jalan yang
didalamnya termasuk iklan, kemampuan menjual, relasi umum, pengumuman dan
kegiatan promosi penjualan seperti pemberian ,pertunjukan pasar, nilai-nilai
pembelian ,dan mempertunjukan persediaan ) Tourism Principles, Practices,
Philosophies(1999)
P. Motivasi
Motivasi adalah pemberi daya penggerak yang menciptakan kegairahan
seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif danterintegrasi dengan
segala upaya untuk mencapai kepuasan (Setiadi 2003). Motivasi dibagi dalam
empat kelompok besar yang mempengaruhi seseorang melakukan perjalanan
diartikan oleh McIntosh dan Murphy (dalam Pitana & Gayatri 2005) yaitu
motivasi bersifat fisik, motivasi budaya, motivasi sosial, dan motivasi
fantasi.Motivasi fisik (physical motivations) berhubungan dengan hasrat untuk
mengembalikan kondisi fisik, beristirahat santai, berolahraga, atau pemeliharaan
kesehatan agar kegairahan bekerja timbul kembali. Motivasi budaya (Cultural
motivations) berhubungan dengan keinginan pribadi seseorang untuk melakukan
perjalan wisata agar dapat melihat dan mengetahui negara lain, penduduk, tata
cara serta adat istiadat yang berbeda.Motivasi sosial (Interpersonal motivations)
didorong oleh keinginan untuk mengunjungi sanak keluarga, teman atau ingin
menghindari dari lingkungan kerja, dan lainnya. Motivasi berkaitan dengan ingin
melarikan diri dari kesibukan rutin sehari-hari.Motivasi fantasi (Status and
prestige motivation) mengacu pada seseorang yang ingin memperlihatkan siapa
dia, kedudukan, status dalam masyarakat tertentu demi prestige pribadinya. Sifat
perjalanan ini sangat emosioanal dan adakalanya dihubungkan dengan bussines,
dinas, pendidikan, profesi, hobi, dan lainnya.
18

Q. Persepsi
Persepsi merupakan inti dari komunikasi, karena persepsi yang menentukan
cara pengambilan pesan dan mengabaikan pesan. Persepsi tersebut dimiliki setiap
manusia dengan berbagai macam pandangan yang berbeda (Mulyana 2007).
Persepsi tersebut dapat mempengaruhi kegiatan seseorang melakukan komunikasi
yang dilakukan.
Persepsi manusia terbagi dalam dua jenis yaitu persepsi terhadap objek
(lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia. Persepsi terhadap manusia lebih
sulit dan kompleks, karena manusia bersifat dinamis. Persepsi terhadap manusia
sering juga disebut persepsi sosial, meskipun kadang-kadang manusia disebut juga
objek. Persepsi terhadap lingkungan fisik berbeda dengan persepsi terhadap
lingkungan sosial. Perbedaaan tersebut mencakup hal-hal berikut :
1. Persepsi terhadap objek melalui lambang-lambang fisik, sedangkan persepsi
terhadap orang melalui lambang-lambang verbal dan nonverbal.
2. Persepsi terhadap objek menanggapi sifat-sifat luar, sedangkan persepsi
terhadap manusia menanggapi sifat-sifat luar dan dalam (perasaan, motif,
harapan, dan sebagainya).
R. Preferensi
Preferensi didefinisikan oleh Kotler (1997) sebagai pilihan suka atau tidak
suka oleh seseorang terhadap produk (barang atau jasa) yang dikonsumsi.
Preferensi pengunjung menunjukkan kesukaan pengunjung dari berbagai pilihan
produk yang ada. Analisis preferensi pengunjung adalah analisis yang bertujuan
untuk mengetahui apa yang disukai dan yang tidak disukai pengunjung dan untuk
menentukan urutan kepentingan dari suatu atribut produk maupun produk itu
sendiri. Analisis preferensi digunakan untuk memperoleh urutan kepentingan
karakteristik produk seperti apa yang paling penting atau yang paling disukai
(Oktaviani 1996).
S. Perencanaan Ekowisata
Perencanaan desa wisata merupakan proses mempersiapkan kegiatan-
kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Proses penyusunan keputusannya akan dilaksanakan pada masa yang akan datang
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dan dilaksanakan pada suatu bentuk
integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung. Bentuk pencapaian
tujuan tersebut disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang
menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku akomodasi dan atraksi.
21

III. KONDISI UMUM

A. Letak dan Luas Kawasan


Kecamatan Nanggung terletak di wilayah Pembangunan Kabupaten Bogor
yang memiliki luas 13.525,248 Ha. Kecamatan Nanggung berbatasan dengan
beberapa wilayah yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Leuwisadeng,
sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Leuwiliang, sebelah selatan
berbatasan dengan Sukabumi dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan
Sukajaya/Cigudeg.

Gambar 2 Peta Administrasi Kecamatan Nanggung

B. Kondisi Fisik Kawasan


Kecamatan Nanggung berada pada ketinggian 300 – 900 mdpl, memiliki
curah hujan 3.000 – 3.500 mm/tahun, kelembaban dengan suhu rata-rata 33°C dan
memiliki bentuk wilayah dataran rendah/berbukit/bergunung-gunung dengan
kemiringan 60 derajat. Kecamatan Nanggung secara administratif memiliki 11
desa yang terdiri dari Desa Malasari, Desa Bantarkaret, Desa Cisarua, Desa Curug
Bitung, Desa Nanggung, Desa Pangkal Jaya, Desa Sukaluyu, Desa Hambaro,
Desa Kalong Liud, Desa Parakan Muncang dan Desa Batu Tulis. Kecamatan
Nanggung memiliki 35 dusun dengan 117 RW dan 398 RT.
22

C. Kondisi Biotik Kawasan


Kecamatan Nanggung bagian Timur memiliki keanekaragaman biotik yang
cukup beragam. Kondisi biotik tersebut dapat berupa keanekaragaman flora dan
fauna. Jenis flora dan fauna yang terdapat di Kecamatan Nanggung bagian Barat
memiliki keunikan dan ciri khas yang berbeda-beda. Keanekaragaman flora dan
fauna yang terdapat di Kabupaten Nanggung bagian Timur dapat dilihat pada
uraian sebagai berikut.
1. Flora
Flora merupakan segala macam tumbuhan atau tanaman yang hidup dan
tumbuh di suatu wilayah. Flora dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
menunjang kehidupan sehari-hari. Jenis flora dapat menjadi suatu ciri khas, yang
melambangkan suatu wilayah atau daerah. Setiap jenis flora memiliki keunikan
dan ciri-ciri tersendiri. Tumbuhan yang terdapat di Kecamatan Nanggung bagian
Timur adalah Padi, Singkong, Pisang, Bambu dan Jati.
2. Fauna
Fauna merupakan semua binatang yang hidup di suatu daerah atau wilayah.
Fauna yang berada di dalam suatu kawasan wisata sering sekali dijadikan suatu
sumberdaya wisata yang dapat menarik pengunjung. Fauna juga menjadi suatu
ikon suatu daerah dan destinasi wisata. Setiap jenis fauna bisanya memiliki
kunikan dan keindahan yang berbeda. Jenis fauna terbagi atas beberapa katagori
seperti mamalia, ikan, burung dan reptil. Binatang yang mendominasi dan
menjadi ciri khas Kecamatan Nanggung bagian timur adalah Ayam broiler,
Kerbau, Sapi, dan Babi Hutan.
D. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat
Jumlah penduduk Kecamatan Nanggung pada tahun 2015 adalah 89.558
orang yang terdiri dari 46.292 jiwa laki-laki dan 43.266 jiwa perempuan serta
memiliki 23.216 kepala keluarga. Jumlah jiwa laki-laki lebih banyak
dibandingkan jumlah jiwa perempuan.
Tabel 1 Jumlah Penduduk di Kecamatan Nanggung Tahun 2015
Jumlah
No. Desa/Kelurahan
RT RW Penduduk (jiwa)
1. Cisarua 10 38 9.854
2. Curugbitung 14 45 10.796
3. Malasari 12 49 8.508
4. Bantarkaret 13 38 10.219
5. Hambaro 10 28 6.493
6. Kalongliud 11 46 8.738
7. Nanggung 9 29 8.171
8. Parakanmuncang 9 31 6.270
9. Pangkaljaya 13 27 7.529
10. Sukaluyu 9 35 5.980
11. Batu Tulis 7 32 7.000
Jumlah 117 398 89.558
23

Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Desa Curugbitung yaitu 10.796


jiwa dan Desa Bantarkaret yaitu 10.219 jiwa. Rata-rata kepadatan penduduk di
Kecamatan Nanggung yaitu 89.015/13.525 ha/hm orang dan rata-rata penyebaran
penduduknya yaitu 6,5 jiwa/km.
Jenis angkatan kerja di Kecamatan Nanggung terbagi menjadi dua yaitu
angkatan kerja produktif dan angkatan kerja tidak produktif. Jumlah penduduk
yang termasuk dalam angkatan kerja produktif dan tidak produktif dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2 Jumlah Angkatan Kerja Produktif dan Tidak Produktif
No. Angkatan Kerja Jumlah (jiwa)
1. Produktif 62.604
2. Tidak produktif 26.911

Angkatan kerja produktif adalah penduduk dengan usia 15-64 tahun yang
sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang
aktif mencari pekerjaan. Angkatan kerja tidak produktif adalah penduduk dengan
usia di bawah15 tahun dan di atas 64 tahun yang dianggap tidak mampu dan tidak
mau bekerja. Kecamatan Nanggung memiliki jumlah angkatan kerja produktif
yang lebih banyak dibandingkan angkatan kerja tidak produktif.
Mata pencaharian di Kecamatan Nanggung terdiri dari Pertanian,
Pengusaha, Pengrajin, Buruh Industri, Buruh Bangunan, Buruh Pertambangan,
Pegawai Negeri Sipil, TNI/Polri, Pensiunan dan Anggota DPRD Kabupaten. Mata
pencaharian yang mendominasi di Kecamatan Nanggung adalah petani
dikarenakan wilayah Kecamatan Nanggung sebagian besar merupakan areal
persawahan.
Tabel 3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan Nanggung Tahun
2015
No. Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)
1. Pertanian
- Pemilik Tanah 15.500
- Petani Penggarap 4.500
- Buruh Tani 3.800
2. Pengusaha
- Pengusaha Besar 2
- Pengusaha Menengah 4
- Pengusaha Kecil 423
3. Pengrajin 26
4. Buruh Industri 570
5. Buruh Bangunan 280
6. Buruh Pertambangan 979
7. Pegawai Negeri Sipil 210
8. TNI/Polri 35
9. Anggota DPRD Kabupaten 2
10. Pensiunan 35
24

Mata pencaharian petani di Kecamatan Nanggung bagian timur dibagi


menjadi tiga yaitu pemilik tanah, petani penggarap dan buruh tani. Pemilik tanah
persawahan di Kecamatan Nanggung bagian timur lebih mendominasi
dikarenakan sebagian masyarakat memiliki lahan persawahan sendiri di sekitar
area rumahnya.
Kehidupan beragama yang diatur dalam UUD 1945 Pasal 29 dan Sila
Pertama Falsafah Negara, yaitu kehidupan beragama dikembangkan dan
diarahkan untuk peningkatan akhlak demi kepentingan bersama untuk
membangun masyarakat adil dan makmur. Kehidupan beragama di Kecamatan
Nanggung dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Penduduk Berdasarkan Agama dan di Kecamatan Nanggung Tahun 2015
No. Agama Jumlah (jiwa)
1. Islam 89.062
2. Katolik 66
3. Protestan 20
4. Hindu 1

Jumlah penduduk agama Islam di Kecamatan Nanggung pada tahun 2015


sebanyak 89.062 jiwa, katolik sebanyak 66 jiwa, protestan sebanyak 20 jiwa,
hindu hanya 1 jiwa.
E. Destinasi dan Daya Tarik Wisata
Destinasi wisata merupakan suatu tempat yang dikunjungi dengan periode
waktu yang cukup signifikan selama masa perjalanan seseorang jika dibandingkan
dengan tempat lainnya yang dilalui selama perjalanan. Destinasi wisata erat
kaitannya dengan daya tarik wisata. Daya tarik wisata merupakan segala sesuatu
yang mempunyai keunikan, kemudahan dan nilai yang berwujud
keanekaragaman, kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi
sasaran atau kunjungan para wisatawan.
1. Wisata Alam
Wisata alam merupakan kegiatan rekreasi yang memanfaatkan potensi alam
untuk menikmati keindahannya. Kecamatan Nanggung bagian timur memiliki
sungai, situ dan dua objek air terjun yang dapat di dimanfaatkan sebagai objek
wisata alam. Objek tersebut terdapat di tiga desa yaitu Desa Batu Tulis, Desa
Bantar Karet dan Desa Cisarua. Penjelasan objek wisata alam adalah sebagai
berikut;
a. Sungai Cikaniki
Sungai Cikaniki merupakan anak sungai dari sungai Cisadane. Sungai
Cikaniki adalah satu-satunya sungai yang melintasi Kecamatan Nanggung bagian
timurt. Sungai Cikaniki juga termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional
Gunung Halimun Salak. Sungai ini melintasi beberapa desa di wilayah Kecamatan
Nanggung bagian timur seperti Desa Batu Tulis, Desa Bantar Karet dan Desa
Cisarua.
25

Gambar 3. Sungai Cikaniki yang melintasi Desa Batu Tulis


Sungai Cikaniki dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Nanggung
bagian timur sebagai pengairan sawah, mencuci dan mandi. Sungai Cikaniki
merupakan sumber mata air utama di Kecamatan Nanggung bagian timur.
b. Curug Cikawung
Curug Cikawung terletak di Desa Bantar Karet Kecamatan Nanggung.
Curug Cikawung terbagi menjadi 2 curug, yaitu Curug Cikawung Kecil dengan
ketinggian air terjun sekitar 15 meter dan Curug Cikawung Besar dengan
ketinggian air terjun sekitar 35 meter. Akses menuju Curug Cikawung ini
cenderung sangat mudah dan letaknya juga strategis yaitu di belakang rumah
warga. Curug Cikawung terletak tidak jauh dari jalan utama Desa Bantar Karet.

Gambar 4. Sungai Cikaniki yang melintasi Desa Batu Tulis


26

c. Curug Cisaweung
Curug Cisaweung merupakan curug yang terletak di Desa Cisarua
Kecamatan Nanggung bagian timur. Curug Cikaracak ini memiliki ketinggian air
terjun sekitar 25 meter. Akses menuju Curug Cisaweung ini cukup rumit, karena
letak daripada curug ini cenderung terpencil memasuki gang-gang sempit diantara
rumah-rumah warga di Desa Cisarua dan harus melewati pematang sawah sekitar
500 meter dari rumah warga.

Gambar 5 Curug Cisaweung di Persawahan Desa Cisarua


Curug Cisaweung memiliki keunikan diantara curug-curug lain yang berada
di Kecamatan nanggung bagian timur karena Curug ini berada di tengan-tengah
areal persawahan. Keindahan Curug Cisaweung dapat dinikmati dari dekat
ataupun dari kejauhan dengan menampilkan landscape persawahan hijau yang
luas dan dipermanis dengan keberadaan Curug Cisaweung. Masyarakat setempat
juga mengatakan bahwa ada mitos di Curug Cisaweung ini. Mitos tersebut adalah
adanya alunan degung pada malam-malam tertentu di Curug Cisaweung.

d. Situ Cekdam
Situ Cekdam adalah nama sebuah danau atau telaga yang terletak di Desa
Cisarua Kecamatan Nanggung bagian Barat. Situ Cekdam memiliki luas sekitar
4 hektar ini merupakan tempat memancing bagi warga Cisarua. Lokasi Situ
Cekdam ini berada kurang lebih 10 km dari pusat Desa Cisarua. Akses menuju
Situ Cekdam ini sangat buruk yaitu tanah lumpur dan batu-batuan.
27

Gambar 6 Situ Cekdam di Desa Cisarua


Situ Cekdam jarang dikunjungi oleh pengunjung karena aksesnya yang
buruk dan letaknya yang cukup jauh dari pusat pemerintahan Desa Cisarua.
Kekurangan tersebut tidak mengurangi keindahan pemandangan yang disuguhkan
oleh Situ Cekdam.
2. Wisata Budaya
Wisata Budaya di Kecamatan Nanggung bagian Timur adalah pencak silat
dan qasidah. Pencak silat terdapat di Desa Hambaro, sedangkan qasidah terdapat
di semua desa di Kecamatan nanggung bagian Timur, yaitu Desa Batu Tulis, Desa
Sukaluyu, Desa Hambaro, Desa Bantar Karet dan Desa Cisarua. Pencak Silat di
Desa Hambaro sudah sangat jarang dipertunjukkan. Latihan pencak silat Hambaro
ini dilakukan setiap malam minggu di halaman rumah pelatihnya dengan
mengenakan pakaian serba hitam. Qasidah di Kecamatan Nanggung bagian Timur
melakukan latihan apabila ada acara keagamaan saja.
F. Aksesibiltas
Akesibilitas menuju Kecamatan Nanggung yaitu terdapat sarana transportasi
berupa angkutan umum berwarna biru jurusan Nanggung dengan tarif Rp. 5000.
Jalur angkutan umum ini mulai dari Leuwiliang tepatnya di Pasar Leuwiliang
hingga Desa Curug Bitung Kecamatan Nanggung.
27
28

IV. METODE PELAKSANAAN TUGAS AKHIR

A. Waktu dan Tempat


Lokasi pelaksanaan Tugas Akhir mengenai Perencanaan Program Ekowisata
Desa adalah di Kecamatan Nanggung bagian Timur Kabupaten Bogor Provinsi
Jawa Barat. Lokasi tersebut dipilih berdasarkan atas pertimbangan potensi wisata
yang dimiliki oleh Kecamatan Nanggung bagian timur. Kegiatan pelaksanaan
Tugas Akhir dilaksanakan pada bulan Maret hingga bulan Juni 2016.
B. Alat dan Bahan
Kegiatan Praktik Tugas akhir ini menggunakan alat bantu yang berfungsi
untuk mempermudah dalam pengambilan data yang diperlukan di lokasi yang
telah ditentukan. Alat yang akan digunakan diantaranya adalah kamera, laptop,
alat tulis, literatur, alat rekam, papan dada, kuesioner dan peta kawasan. Bahan
yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini terbagi menjadi 3 yaitu bahan,
obyek dan responden. Bahan dari kegiatan ini adalah beberapa obyek ekowisata
desa. Obyek yang diteliti adalah pengelolaan di beberapa obyek ekowisata desa
yang telah ditentukan.
Tabel 5 Alat dan Bahan serta Fungsi
No Alat dan Bahan Fungsi
1. Alat
a. Kamera Sebagai alat dokumentasi.
b. Laptop Mengolah data.
c. Alat Tulis Mencatat data.
d. Literatur Sebagai panduan selama praktik.
e. Alat Rekam Sebagai media perekam saat wawancara.
f. Papan Dada Sebagai penopang saat mencatat data di lapang.
g. Kuesioner Sebagai penilaian suatu obyek.
h. Peta Kawasan Sebagai acuan untuk menentukan lokasi pengamatan.
2. Bahan
a. Sumberdaya Ekowisata Mengetahui sumberdaya ekowisata desa di Kecamatan
Nanggung.
b. Masyarakat Desa Mengetahui karakteristik, persepsi dan kesiapan
masyarakat.
c. Pengelola Mengetahui karakteristik, persepsi dan kesiapan
pengelola.
d. Pengunjung Mengetahui karakteristik, motivasi dan preferensi
pengunjung.

C. Jenis Data
Pengumpulan jenis data yang jenis data yaitu data primer dan data sekunder.
Data sekunder merupakan data yang telah ada, yang sebelumnya telah
dikumpulkan oleh pihak lain. sedangkan data primer merupakan data yang
diperoleh secara langsung melalui melalui observasi lapang serta kuesioner.
Pengumpulan data primer dilakukan untuk mengetahui berbagai potensi yang
29

terdapat di desa yang ada di Kecamatan Nanggung bagian timur yang dapat
dijadikan sebagai obyek perencanaan ekowisata desa. Data primer dan sekunder
yang akan dikumpulkan disajikan pada (Tabel 6).
Tabel 6 Data dan Informasi
No Jenis data Uraian Data yang diambil Metode Sumber
1. Data primer
a Sumber Material
daya  Sistem Jenis alat Observasi  Desa
budaya peralatan Bahan pembuatan dan  Pengelola
hidup Cara penggunaan Wawancara  Masyaraka
Manfaat  Dinas
Fungsi Pariwisata
 Asesor
 Lembaga
Swadaya
Masyarakat
Immaterial
 Bahasa Jenis bahasa/karakter
(sebutan
anak/kakek/nenek/aya
h/ibu, bilangan, kata
kerja)
Dialek
Intonasi
Ciri utama
Sejarah
Makna dan filosofi

 Sistem Nama sistem


pengetahuan pengetahuan
Tempat
Waktu
Pengetahuan alam
sekitar
Pengetahuan flora dan
fauna
Adat istiadat
Sejarah dan filosofi
Manfaat

 Sistem mata Jenis mata


pencaharian pencaharian
Alat yang digunakan
Lokasi
Waktu
Teknik/cara/tata cara
Pendapatan
30

Tabel lanjutan
No Jenis Data Uraian Data yang diambil Metode Sumber
 Religi dan Agama yang dianut Observasi  Desa
kepercayaan Lokasi pesebaran dan  Pengelola
agama Wawancara  Masyaraka
Adat istiadat  Dinas
Waktu pelaksanaan Pariwisata
Tempat pelaksanaan  Asesor
Manfaat Lembaga
Swadaya
Masyarakat
 Sistem Nama sistem
kekerabatan organisasi
dan Sejarah berdirinya
organisasi Tujuan didirikan
sosial Manfaat didirikan
 Kesenian Jenis kesenian
Waktu pelaksanaan
Lokasi pelaksanaan
Alat yang digunakan
Sejarah
Filosofi
Manfaat

b Sumber  Flora Nama Lokal Observasi  Desa


daya alam Nama Ilmiah dan  Pengelola
Jumlah Wawancara  Masyaraka
Lokasi (Penyebaran)  Dinas
Ciri khas Pariwisata
Nilai estetika : warna,  Asesor
bentuk, ukuran,  Lembaga
perilaku Swadaya
Manfaat : kesehatan, Masyarakat
makanan, bahan baku
(pakaian, bangunan)
Nilai kebudayaan dan
kepercayaan : bunga
untuk sesajen,
larangan, makna dan
filosofi masyarakat
Pola penanaman : jika
flora merupakan
tanaman
budidaya/tanaman
pangan bagaimana
cara menanamnya,
aturan dalam
penanaman
31

Tabel lanjutan
No Jenis Data Uraian Data yang diambil Metode Sumber
 Fauna Nama Lokal Observasi  Desa
Nama Ilmiah dan  Pengelola
Jumlah Wawancara  Masyaraka
Lokasi (Penyebaran)  Dinas
Ciri Khas Pariwisata
Nilai Estetika : warna,  Asesor
bentuk, ukuran,  Lembaga
perilaku Swadaya
Manfaat : kesehatan, Masyarakat
makanan, bahan baku
(pakaian, bangunan)
Nilai sosial : pekerjaan
(kerbau untuk
membajak sawah,
monyet untuk memtik
kelapa, kuda untuk
delman)
Nilai kebudayan dan
kepercayaan : sapi
dipercaya sebagai
titisan dewa, kepala
kerbau untuk sesajen,
larangan, makna dan
filosofi masyarakat
Pola ternak: jika fauna
merupakan hewan
ternak
(perawatan:memberi
makan)

c Bentang  Bentangan Nama bentang alam Observasi  Desa


alam pertanian dan Lokasi dan  Pengelola
perkebunan Waktu (seasonalitas) Wawancara  Masyaraka
Ciri khas  Dinas
Nilai estetika Pariwisata
Makna dan filosofi  Asesor
Manfaat  Lembaga
Swadaya
Masyarakat
 Bentangan Nama bentang alam
pemukiman Lokasi
Waktu (seasonalitas)
Ciri khas
Nilai estetika
Makna dan filosofi
Manfaat
32

Tabel lanjutan
No Jenis Data Uraian Data yang diambil Metode Sumber
 Bentangan Nama bentang alam
sungai dan Lokasi
air terjun Waktu (seasonalitas)
Ciri khas
Nilai estetika
Makna dan filosofi
Manfaat

d Masyarakat Karakteristik, Observasi Masyarakat


persepsi, kesiapan Wawancara
masyarakat Kuesioner
e Pengelola Karakteristik, Observasi  Pemerintah
persepsi, kesiapan Wawancara Daerah
masyarakat Kuesioner  Lembaga
Swadaya
Masyarakat

f Wisatawan Karakteristik, Observasi Pengunjung


persepsi, motivasi Wawancara
Kuesioner

2. Data Sekunder
Kondisi umum Letak dan luas, Studi Pemerintah
kawasan kondisi fisik, kondisi literatur Daerah
biotik,kondisi
masyarakat, sumber
daya wisata,
aksesibilitas, kondisi
sosial ekonomi,
kondisi sosial budaya
masyarakat.

D. Metode Pengambilan Data


Berbagai data yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut dapat
diperoleh dengan menggunakan metode pengambilan data primer dan metode
pengambilan data sekunder. Pengambilan data primer dapat diperoleh dengan
observasi langsung dan melalui kuesioner. Sedangkan pengambilan data sekunder
dapat diperoleh melalui studi literatur.
1. Pengambilan Data Primer
Data primer merupakan data yang diambil secara langsung di lapangan
melalui observasi atau penyebaran Kuesioner. Data primer yang diambil melalui
observasi merupakan berbagai data mengenai potensi wisata yang akan
direncanakan sebagai ekowisata desa. Data primer melalui Kuesioner merupakan
berbagai data yang berhubungan dengan masyarakat, wisatawan, dan pola
pengelolaan.
33

a. Observasi
Observasi merupakan kegiatan yang dilakukan dengan mengunjungi secara
langsung desa yang terdapat di Kecamatan Nanggung bagian timur serta beberapa
desa lainnya untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan potensi ekowisata desa.
Kegiatan observasi dimulai dengan melakukan studi literatur dan mendatangi
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta masyarakat sekitar untuk mencari
berbagai informasi mengenai desa. Observasi dilanjutkan dengan berkeliling desa
untuk mengidentifikasi berbagai potensi yang sebelumnya telah diketahui
berdasarkan hasil studi literatur.
b. Kuesioner
Kuesioner yang telah dibuat dengan menggunakan pola close ended akan
disebar kepada responden dengan menggunakan teknik random sampling. Hal
tersebut dilakukan sebagai sample penelitian di lokasi kegiatan. Dalam Kuesioner
menggunakan indikator potensi sumber daya ekowisata desa di desa yang terdapat
di Kecamatan Nanggung bagian timur. Kuesioner yang akan disebar sebanyak 30
Kuesioner. Indikator potensi sumber daya ekowisata desa di desa yang terdapat di
Kabupaten Bogor terdiri dari keunikan, kelangkaan, keindahan, seasonality,
sensitifitas, aksesibilitas, dan fungsi sosial (Avenzora, 2008).
c. Wawancara
Wawancara merupakan teknik mendapatkan data dengan melakukan
beberapa percakapan kepada pihak-pihak terkait seperti masyarakat, pengelola
dan wisatawan, yang nantinya akan memberikan informasi dan pengetahuan
mengenai data yang diperlukan dalam penelitian.
Metode pengambilan data yang dilakukan dengan cara observasi, kuesioner
dan wawancara, dalam metodenya dijelaskan secara detail mengenai data apa saja
yang akan dicari dari berbagai jenis data yang telah diklasifikasikan berdasarkan
jenisnya. Jenis data yang dikumpulkan adalah data sumber daya alam, sumber
daya budaya, masyarakat, wisatawan dan pengelola. Masing-masing jenis data
dideskripsikan secara detail berdasarkan data yang akan di cari di lapangan.
Berikut adalah penjelasan mengenai data yang dikumpulkan berdasarkan jenis
data yang akan diambil di lapangan.
1) Sumber Daya Wisata
Sumber daya wisata yang diidentifikasi di lapangan terdiri dari dua macam
yaitu sumber daya budaya dan sumber daya alam. Masing-masing sumber daya
data yang dicari berbeda-beda. Sumber daya budaya terdiri dari tujuh unsur
kebudayaan dan sumber daya alam terdiri dari flora, fauna dan gejala alam.
a) Sumber Daya Budaya
Metode pengambilan data sumber daya budaya pada identifikasi data untuk
menunjang kegiatan perencanaan ekowisata desa, data yang diambil merupakan
data primer. Data primer merupakan data yang diambil secara langsung di
lapangan melalui observasi, wawancara serta penyebaran kuesioner. Metode
observasi adalah cara mengumpulkan data dengan menggunakan jalan mengamati,
meneliti atau mengukur kejadian yang sedang berlangsung di lapangan. Metode
wawancara merupakan mengumpulkan data dengan bertanya langsung kepada
responden dan jawaban-jawaban dicatat di tallysheey yang telah disediakan atau
direkam dengan alat perekam. Dan metode penyebaran kuesioner untuk mengukur
34

nilai potensi sumber daya budaya yang telah didapatkan menggunakan tujuh
indikator potensi sumber daya ekowisata desa menurut Avenzora (2008) yang
terdiri dari keunikan, kelangkaan, keindahan, seasonality, sensitifitas, aksesibilitas
dan fungsi sosial. Pengambilan data primer bersumber pada aparat desa,
kelembagaan dalam desa, Dinas Pariwisata, Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah, kecamatan, masyarakat dan wisatawan.
Data yang diambil pada parameter sumber daya budaya terdiri dari tujuh
unsur kebudayaan yaitu bahasa, sistem kekerabatan, sistem pengetahuan, sistem
mata pencaharian, sistem perlengkapan hidup dan teknologi, kesenian dan religi.
Unsur bahasa data yang dicari terdiri dari jenis bahasa, dialek, intonasi, ciri utama,
sejarah, dan jenis kosa kata. Unsur sistem kekerabatan data yang dicari adalah
usia, jenis kelamin, nama perkumpulan, generasi, persebaran, adat dan sejarah
berdirinya. Unsur sistem pengetahuan data yang dicari berupa nama sistem
pengetahuan, pengetahuan alam sekitar, flora dan fauna, sifat dan tingkah laku
manusia, ruang dan waktu, adat, sejarah dan persebaran. Unsur sistem mata
pencaharian data yang dicari adalah jenis mata pencaharian, alat yang digunakan,
waktu, lokasi, cara dan pendapatan. Unsur sistem perlengkapan hidup dan
teknologi data yang dicari adalah jenis alat, bahan pembuatan, cara penggunaan
dan fungsi. Unsur kesenian data yang dicari adalah jenis kesenian, waktu
pelaksanaan, lokasi, alat yang digunakan, filosofi, maksud dan sejarah. Dan religi
data yang diambil adalah data agama, komunitas agama, lokasi pesebaran, adat,
sejarah, waktu pelaksanaan dan daya tarik.
Pengambilan data sumber daya budaya yang terdiri dari tujuh unsur
kebudayaan, dalam pengambilan data kebudayaan digolongkan menjadi dua
komponen yaitu data material dan immaterial. Data material merupakan unsur
kebudayaan yang mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata dan
konkret, seperti situs situs dan benda-benda peninggalan purbakala, situs sejarah
serta arsitektur bangunan. Sedangkan data immaterial merupakan ciptaan –
ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, seperti mitos dan
kepercayaan, falsafah hidup, tarian, pantun, syair serta sejarah kawasan.
b) Sumber Daya Alam
Pengambilan data sumber daya alam merupakan data primer. Data primer
dalam pengambilan data sumber daya alam menggunakan metode studi literatur,
observasi dan wawancara. Awal informasi mengenai data sumber daya alam yang
akan diambil dengan cara studi literatur tentang flora, fauna dan gejala alam yang
terdapat di desa. Setelah didapatkan data melalui studi literatur, dilakukan
observasi langsung ke lokasi sumber daya alam ditemukan. Pada observasi
langsung untuk mengetahui letak kawasan, sumber daya kawasan dan kondisi
fisik kawasan yang didampingi oleh asesor atau seseorang yang menguasai secara
keseluruhan potensi sumber daya alam yang terdapat di desa. Observasi
berlangsung tidak hanya di desa, namun berkeliling ke desa lainnya untuk
membandingkan potensi yang terdapat di desa berbeda dengan potensi di desa
lainnya. Metode selanjutnya yaitu wawancara menggunakan tallysheet yang telah
disediakan atau dapat direkam dengan alat perekam. Wawancara dilakukan
kepada asesor serta dinas pariwisata daerah setempat untuk mengetahui dengan
jelas potensi sumber daya alam yang berpotensi untuk dikembangkan pada
perencanaan ekowisata desa.
35

Parameter sumber daya wisata alam yang akan diidentifikasi untuk


mendapatkan data terkait dengan ekologi mencangkup flora, fauna dan gejala
alam. Data flora yang dicari adalah nama jenis (nama lokal dan nama latin),
jumlah, lokasi, ciri utama, daya tarik dan nilai estetika. Data fauna yang dicari
adalah nama jenis (nama lokal dan nama latin), jumlah, lokasi, ciri utama,
aktivitas yang dilakukan, daya tarik dan nilai estetika. Serta data gejala alam yang
dicari adalah jenis potensi, lokasi, sumber daya, ciri utama, daya tarik dan kondisi
fisik.
c) Sumber Daya Sosial Ekonomi
Data sumber daya sosial ekonomi merupakan data primer. Data primer yang
diambil secara langsung melalui observasi lapang. Data sosial ekonomi yang akan
diidentifikasi terdiri dari lima komponen yaitu pertanian, perkebunan, peternakan,
perdagangan dan peikanan. Pengambilan data sosial ekonomi di desa bertujuan
untuk mengetahui perekonomian masyarakat sekitar yang memiliki potensi untuk
dijadikan mata pencaharian bagi masyarakat desa dan mengidentifikasi sumber
daya ekonomi yang terdapat di desa. Lima komponen sosial ekonomi merupakan
data primer yang akan dicari dengan metode studi literatur, observasi dan
wawancara. Metode studi literatur digunakan untuk mengetahui informasi awal
mengenai data-data sosial ekonomi yang terdapat di desa. Selanjutnya
menggunakan metode observasi langsung untuk mendapatkan informasi lebih
lanjut tentang sosial ekonomi secara aktual tentang lima komponen dari sosial
ekonomi di desa. Dan metode terakhir adalah wawancara yang dilakukan kepada
masyarakat atau pelaku dari sosial ekonomi dibidang pertanian, perkebunan,
peternakan, perdagangan dan perikanan.
Parameter sumber daya sosial ekonomi yang diambil datanya terdiri dari
pertanian, perkebunan, peternakan, perdagangan dan perikanan. Data pertanian
yang dicari adalah jenis pertanian, alat yang digunakan, lokasi bertani , waktu
bertani, panen dan menanam, teknik pengelolaan pertanian, pengolahan hasil tani
dan sistem pertanian. Data perkebunan yang dicari adalah jenis hasil perkebunan,
alat yang digunakan, lokasi perkebunan, waktu panen dan penanaman, teknik
pengelolaan perkebunan, pengolahan hasil kebun dan sistem perkebunan. Data
peternakan yang dicari adalah jenis hasil ternak, alat yang digunakan, lokasi
peternakan, waktu beternak, teknik pengelolaan peternakan, pengolahan hasil
ternak, dan sistem peternakan. Data perdagangan yang dicari adalah jenis
perdagangan, lokasi perdagangan, waktu perdagangan, teknik perdagangan, dan
komoditi hasil perdagangan. Dan data perikanan yang dicari adalah jenis
tangkapan, alat yang digunakan, lokasi penangkaran, waktu, teknik pengelolaan
perikanan, hasil pengolahan perikanan, dan sistem perikanan.
2) Masyarakat
Data masyarakat merupakan data primer. Data primer yang diambil secara
langsung melalui observasi lapang. Metode yang digunakan dalam pengambilan
data masyarakat menggunakan metode observasi dan kuesioner. Metode observasi
yamg dilakukan adalah menyebarkan kuesioner kepada masyarakat mengenai
kesiapan terhadap perencanaan ekowisata desa. Data kuesioner yang diambil
dalam penyebaran kepada masyarakat yaitu karakteristik masyarakat, persepsi
terhadap perencanaan ekowisata desa yang menimbulkan dampak ekonomi, sosial
dan budaya secara positif dan kesiapan masyarakat untuk diadakannya
perencanaan ekowisata desa. Kesiapan masyarakat baik dalam bentuk
36

ketersediaan menyediakan fasilitas wisata, kenyamanan dan keamanan wisatawan


serta promosi mengenai perencanaan ekowisata desa. Penilaian kesiapan
masyarakat menggunakan skala penilaian yaitu skala likert. Penilaian skala likert
merupakan alat mengukur sikap dari keadaan yang sangat positif ke jenjang yang
sangat negatif, untuk menunjukkan sejauh mana tingkat persetujuan atau
ketidaksetujuan terhadap suatu pernyataan yang diajukan (Kusmayadi & Sugiarto
2000:94). Penilaian skala likert menurut Avenzora (2008) dengan kriteria
penilaian 1 ‗sangat tidak setuju‘, 2 ‗tidak setuju‘, 3 ‗agak tidak setuju‘, 4 ‗ragu-
ragu‘, 5 ‗agak setuju‘, 6 ‗setuju‘ dan 7 ‗sangat setuju‘.
3) Wisatawan
Data wisatawan merupakan data primer. Data primer yang diambil secara
langsung melalui observasi lapang. Metode yang digunakan dalam pengambilan
data wisatawan menggunakan metode kuesioner. Pengambilan data menggunakan
kuesioner digunakan untuk mengambil data wisatawan yang parameternya
meliputi karakteristik wisatawan, motivasi, persepsi, preferensi dalam kegiatan
wisata. Kuesioner yang disebarkan kepada wisatawan terdapat pertanyaan
mengenai penilaian indikator potensi sumber daya ekowisata desa yang merujuk
kepada tujuh indikator penilaian yaitu keunikan, kelangkaan, keindahan,
seasonality, sensitifitas, aksesibilitas dan fungsi sosial (Avenzora 2008).
Kuesioner yang disebarkan kepada wisatawan yang disebut sebagai
responden terpilih sebagai sampel penelitian di lapangan. Menurut pendapat dari
Gay menyatakan jumlah sampel terkecil atau batas minimal jumlah sampel yang
didapat tergantung pada jenis penelitian. Batas minimal sampel pada penelitian
korelasi yaitu 30 subyek penelitian, sehingga pada setiap materi yang berbeda
pada kuesioner yang disebarkan minimal dibagikan kepada 30 responden.
Kuesioner dibentuk dengan pola close ended yaitu pola pertanyaan tertutup, pola
ini memberikan pilihan aspek jawaban kepada wisatawan yang telah disediakan
dalam kuesioner.
Teknik yang digunakan untuk menyebarkan kuesioner di lapangan yaitu
menggunakan teknik random sampling. Teknik random sampling merupakan cara
memilih sampel secara acak dari suatu populasi baik secara undian atau tabel acak
angka dan menyebarkan kuesioner kepada responden yang terpilih. Responden
memiliki hak tolak dalam teknik random sampling.
4) Pengelola
Data pengelola merupakan data primer. Data primer yang diambil secara
langsung melalui observasi lapang. Metode yang digunakan dalam mengambil
data pengelola adalah metode wawancara dan kuesioner. Data yang diambil yaitu
karakteristik, persepsi dan kesiapan pengelola serta penilaian sumber daya
ekowisata desa terhadap perencanaan ekowisata desa. Kuesioner dibentuk dengan
pola close ended yaitu pola pertanyaan tertutup, pola ini memberikan pilihan
aspek jawaban kepada wisatawan yang telah disediakan dalam kuesioner.
Penilaian terhadap persepsi dan kesiapan pengelola menggunakan skala likert
yang merupakan alat mengukur sikap dari keadaan yang sangat positif ke jenjang
yang sangat negatif, untuk menunjukkan sejauh mana tingkat persetujuan atau
ketidaksetujuan terhadap suatu pernyataan yang diajukan (Kusmayadi & Sugiarto
2000:94). Penilaian skala likert menurut Avenzora (2008) dengan kriteria
penilaian 1 ‗sangat tidak setuju‘, 2 ‗tidak setuju‘, 3 ‗agak tidak setuju‘, 4 ‗ragu-
ragu‘, 5 ‗agak setuju‘, 6 ‗setuju‘ dan 7 ‗sangat setuju‘. Sedangkan penilaian
37

terhadap sumber daya ekowisata desa menggunakan penilaian indikator potensi


sumber daya ekowisata desa yang merujuk kepada tujuh indikator penilaian yaitu
keunikan, kelangkaan, keindahan, seasonality, sensitifitas, aksesibilitas dan fungsi
sosial (Avenzora 2008).
2. Pengambilan Data Sekunder
Pengambilan data sekunder merupakan pengambilan data yang dilakukan
dengan metode studi literatur. Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan
berbagai data dan informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan
penyusunan laporan.
Studi literatur merupakan tahapan awal yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan berbagai data berupa arsip dan informasi lain yang berkaitan
dengan perencanaan ekowisata Kecamatan Gunung Sindurtau berbagai dokumen
yang memiliki kaitan dengan tujuan kegiatan yang akan dilakukan sehingga studi
literatur dapat menunjang penyusunan laporan yang dilakukan pada awal
kegiatan, pelaksanaan, serta penyusunan laporan.
Data kondisi umum kawasan penelitian merupakan data sekunder yang
didapatkan dari hasil studi literatur. Data yang diambil dari studi literatur kondisi
umum kawasan yaitu kondisi umum fisik, biotik, sumber daya wisata, potensi
wisata, sarana, prasarana, fasilitas dan manajemen pengelolaan. Studi literatur
dilakukan dalam rangka memperoleh seluruh informasi yang dinilai mampu
menunjang dalam penyusunan dan pelaksanaan Tugas Akhir. Langkah awal
dalam studi literatur dilakukan dengan mencari seluruh arsip, berkas dan
informasi yang berkaitan dengan perencanaan ekowisata desa. Kegiatan
pengumpulan data sekunder dilakukan pada awal kegiatan pelaksanaan dan
penyusunan Tugas Akhir.
E. Teknik Pengambilan Data
Selama proses pengambilan data perencanaan desa di desa yang ada di
Kecamatan Nanggung bagian timur dibutuhkan beberapa langkah. Langkah
tersebut meliputi pengambilan data, penyebaran kuesioner hingga dokumentasi.
Langkah-langkah yang dilakukan yaitu :
1. Pengambilan data sekunder berupa data mengenai potensi wisata dan
informasi lainnya yang berkaitan dengan desa yang ada di Kecamatan
Nanggung bagian timur
2. Pengambilan data primer yaitu mengidentifikasi desa yang ada di
Kecamatan Nanggung bagian timur yang telah ditentukan sebagai obyek
yang akan dirancang suatu perencanaan desa wisata dengan metode
observasi lapang. Observasi tidak hanya dilakukan di satu desa saja tetapi
dilakukan juga observasi langsung ke desa-desa lainnya untuk dijadikan
pertimbangan.
3. Penyebaran kuesioner kepada kepala desa, masyarakat dan pengunjung
mengenai potensi sumberdaya wisata desa dan perencanaan desa wisata.
Kuesioner tersebut meliputi motivasi, persepsi dan penilaian potensi
sumberdaya wisata desa. Kuesioner untuk institusi meliputi persepsi,
anggaran dan kebijakan.
4. Menganalisa kuesioner dengan mendeskripsikan data yang didapatkan dan
melakukan tabulasi dari hasil kuesioner sehingga dapat dipilih suatu
alternatif dalam pemilihan program desa wisata yang akan direncanakan.
38

5. Selain itu melakukan dokumentasi terhadap segala kegiatan, obyek dan


daya tarik wisata yang berkaitan dengan perencanaan ekowisata desa di
desa yang ada di Kecamatan Nanggung bagian timur. Dokumentasi
dibutuhkan sebagai data primer dalam bentuk gambar yang selanjutnya
dilakukan pembuatan desain poster sebagai media informasi mengenai
obyek, daya tarik, atraksi wisata dan program ekowisata desa di desa yang
ada di Kecamatan Nanggung bagian timur
F. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam pelaksanaan Tugas Akhir adalah
analisis deskriptif kualitatif. Analisis tersebut bertujuan untuk mendapatkan
informasi tentang berbagai kondisi lapang yang bersifat tanggapan dan pandangan
terhadap pelaksanaan perencanaan ekowisata desa.
Analisis deskriptif kualitatif digunakan dalam mendeskripsikan data yang
didapatkan secara jelas, dilihat dari segi kualitas masyarakat, obyek wisata, daya
tarik wisata dan karakteristik wisatawan di desa yang ada di Kecamatan
Nanggung bagian timur, sehingga dapat dipilih suatu alternatif dalam pemilihan
program ekowisata desa yang akan direncanakan. Hasil dari analisis data tersebut
akan diolah dalam bentuk grafik dan persentase.
G. Penilaian Potensi Wisata
Potensi wisata di desa yang ada di Kecamatan Nanggung bagian timur
diklasifikasikan menjadi beberapapotensi wisata. Penilaian dilakukan terhadap
potensi wisata budaya serta beberapa potensi wisata lainnya yang potensial untuk
dijadikan obyek atau daya tarik wisata. Potensi wisata yang ada dapat
diklasifikasikan menjadi potensi wisata alam, potensi wisata budaya dan potensi
wisata pedesaan.
Penilaian yang dilakukan terhadap masing-masing potensi sumberdaya
wisata yang ada setidaknya menggunakan 7 (tujuh) macam aspek penilaian yang
terkait dan berasosiasi dalam suatu obyek atau potensi sumberdaya wisata yaitu
(1) keunikan, (2) kelangkaan, (3) keindahan, (4) seasonalitas, (5) aksesibilitas, (6)
sensitifitas, (7) fungsi sosial (Tabel 7). Aspek yang disebutkan dalam lima hal
pertama merupakan aspek penting dalam kepariwisataan sedangkan dua aspek
terakhir merupakan aspek penting dalam pemerintahan yang berkelanjutan atau
sustainable development (Avenzora 2008).
39

Tabel 7 Indikator Penilaian Potensi Obyek Atau Sumberdaya Wisata


No Aspek Penjelasan
1. Keunikan Menggambarkan nilai eksistensi obyek atau event dalam konteks
kepariwisataan
2. Kelangkaan Representasi dari komparatif dan intangible value suatu obyek
wisata terhadap obyek sejenis lainnya
3. Keindahan Merupakan extrinsic value dan intrinsic value yang dimiliki suatu
obyek dalam mensuplay kepuasan wisatawan dalam melihat benda
4. Seasonalitas Menggambarkan waktu ketersediaan suatu obyek untuk bisa diakses
wisatawan dalam memenuhi kepuasan dari kegiatan wisata yang
dilakukan
5. Aksebilitas Menggambarkan rentang kondisi dan proses yang harus dilakukan
wisatawan untuk mendatangi obyek wisata yang ingin dikunjungi
6. Sensitifitas Representasi tata nilai sustainable tourism dalam menilai pengaruh
kegiatan wisata terhadap keberlanjutan obyek itu sendiri maupun
elemen lingkungan sekitarnya
7. Fungsi sosial Memberinya pemaparan tentang adanya potensi berbagai dampak
sosial yang terjadi dalam kegiatan wisata
Sumber: Avenzora, 2008
Keterangan nilai indikator: keunikan: 1. Sangat tidak unik, 2. Tidak unik, 3. Agak tidak
unik, 4. Biasa saja, 5. Agak unik, 6. Unik, 7. Sangat unik. Kelangkaan: 1. Sangat tidak langka, 2.
Tidak langka, 3. Agak tidak langka, 4. Biasa saja, 5. Agak langka, 6. Unik, 7. Sangat langka.
Keindahan: 1. Sangat tidak indah, 2. Tidak indah, 3. Agak tidak indah, 4. Biasa saja, 5. Agak
indah, 6. Indah, 7. Sangat indah. Seasonalitas: 1. Sangat tidak musim, 2. Tidak musim, 3. Agak
tidak musim, 4. Biasa saja, 5. Agak musim, 6. Musim, 7. Sangat musim. Aksebilitas: 1. Sangat
tidak terjangkau, 2. Tidak terjangkau, 3. Agak tidak terjangkau, 4. Biasa saja, 5. Agak terjangkau,
6. Terjangkau, 7. Sangat terjangkau. Sensitifitas: 1. Sangat tidak sensitif, 2. Tidak sensitif, 3.
Agak tidak sensitif, 4. Biasa saja, 5. Agak sensitif, 6. Sensitif, 7. Sangat sensitif. Fungsi sosial: 1.
Sangat tidak bermanfaat, 2. Tidak bermanfaat, 3. Agak tidak bermanfaat, 4. Biasa saja, 5. Agak
bermanfaat, 6. Bermanfaat, 7. Sangat bermanfaat.
H. Metode Pengerjaan Output
Output yang dihasilkan dari Perencanaan Ekowisata Desa di Kecamatan
Nanggung bagian timur adalah media promosi wisata berupa visual. Media visual
tersebut akan menampilkan dan menonjolkan keunikan dan kekhasan dari sumber
daya wisata yang terdapat di desa yang ada di Kecamatan Nanggung bagian timur.
Rancangan output tersebut dikerjakan dengan sebelumnya mengumpulkan data
berupa dokumentasi mengenai sumberdaya wisata yang meliputi aspek ekologi,
ekonomi dan sosial budaya. Hasil dokumentasi tersebut kemudian diolah agar
dapat disajikan dalam media visual yang dapat memberikan informasi dan daya
tarik bagi penontonnya.
Proses pengolahan data berupa beberapa foto yang diambil di desa tersebut
akan dilakukan dengan bantuan aplikasi program Adobe Ilustrator. Proses tersebut
akan menghasilkan beberapa opsi-opsi rancangan desain output yang dibuat.
40

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sumberdaya Alam Ekowisata Desa


Sumberdaya ekowisata desa merupakan segala potensi yang terdapat di
suatu desa dan dapat dikembangkan menjadi ekowisata desa. Sumberdaya alam
ekowisata desa terdiri dari keanekaragaman flora, fauna dangejala alam.
1. Flora
Flora merupakan unsur pembentuk lingkungan hidup. Flora yang terdapat di
Kecamatan Nanggung bagian timur pada umumnya tidak berbeda dengan flora
yang ada di kecamatan lainnya di Kabupaten Bogor. Keanekaragaman flora sudah
menjadi komponen yang sangat penting dalam perekonomian masyarakat.
Keanekaragaman flora di Kecamatan Nanggung bagian timur sangat bermanfaat
untuk pembentuk lingkungan hidup dan bermanfaat untuk konsumsi maupun
sosial ekonomi masyarakat. Tumbuhan yang terdapat di Kecamatan Nanggung
bagian timur dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Keanekaragaman Flora di Kecamatan Nanggung bagian Timur, Kabupaten Bogor
Nama Lokal Nama Ilmiah Ciri Khas
Padi Oryza sativa Biji/buah terbungkus sekam, berakar
serabut, tulang daun sejajar dan
memiliki batang beruas-ruas.
Singkong Manihotesculenta Perdu yang memiliki akar tunggang
dengan jumlah akar cabang yang
kemudian membesar menjadi umbi
akar yang dapat dimakan.
Pisang Musa Pisang memiliki daun berwarna hijau,
buahnya tersusun dalam tandan dengan
kelompok-kelompok tersusun menjari,
yang disebut sisir.
Bambu Bambusea Memiliki batang beruas-ruas, berakar
serabut, berkembang biak dengan
tunas, memiliki rongga di batangnya
dan tulang daun sejajar.
Jati Tectona grandis Kayunya kuat dan berat, warna kayu
jati adalah coklat muda dan kayunya
keras namun mudah dipotong.

Tumbuhan yang terdapat di Kecamatan Nanggung bagian timur tersebar luas


di seluruh wilayah desa diantaranya adalah Desa Batu Tulis, Desa Sukaluyu, Desa
Hambaro, Desa Bantar Karet dan Desa Cisarua dengan kondisi serta pola hidup
tertentu dilihat dari kondisi kawasan baik lahan, tanah dan kondisi cuaca sekitar
yang nantinya dapat dijadikan sebagai obyek dalam ekowisata desa. Tumbuhan
dominan di wilayah Kecamatan Nanggung bagian timur adalah padi, singkong
41

dan pisang yang ditanam untuk di manfaatkan sebagai bahan pangan pada
masyarakat desa untuk memenuhi kebutuhan hidup
a. Padi
Flora yang mendominasi di Kecamatan Nanggung bagian Timur adalah
padi. Padi yang mendominasi di Kecamatan bagian timur sangat bermanfaat bagi
masyarakat. Masyarakat banyak memanfaatkan padi sebagai penunjang kehidupan
maupun konsumsi sehari-hari. Pemanfaatan tersebut disebabkan sebagian besar
lahan yang ada di Kecamatan Nanggung bagian timur ditanami dengan padi.
Proses budidaya padi terdiri atas beberapa tahapan yaitu pengolahan lahan (bajak),
seleksi benih, persemaian (ngebabut), penanaman (nandur), pemumukan dan
panen. Proses pengolahan dilakukan dengan dua tahap bajak dan satu tahap garu.

Gambar 7. Hamparan padi di sawah Desa Hambaro

Bajak pertama bisa dilakukan secara tradisional dengan menggunakan


kerbau atau menggunakan mesin traktor untuk membalik tanah sedalam lapisan
olah. Proses bajak pertama ini bertujuan untuk membongkar endapan mineral
yang sulit diraih oleh akar padi, memperlancar sirkulasi udara, oksigen
dimasukkan dan gas-gas yang dapat meracuni tanaman melalui perakaran
dikeluarkan dan memperkaya bahan organik tanah karena rumput, benih, gulma
dan sisa-sisa tanaman lainnya telah dibenamkan. Bajak kedua dilakukan 1 atau 2
minggu berselang dari bajak pertam. Proses bajak kedua berfungsi untuk
membentuk lapisan kedap air di lapisan tanah, meratakan campuran antara unsur
liat, pasir, tanah dan bahan orgaik pada lapisan olah dan mematikan bibit-bibit
gulma yang baru tumbuh. proses yang selanjutnya adalah proses garu yang
memiliki tujuan yang hamper sama dengan proses bajak kedua yaitu membentuk
lapisan kedap air di lapisan tanah, meratakan lahan agar tinggi permukaan air
seragam di pertanaman dan membenamkan bagian-bagian tumbuhan yang masih
tersisa. Proses berikutnya setelah pengolahan lahan selesai adalah proses seleksi
42

benih. Cara melakukan seleksi benih pada proses ini adalah dengan memasukan
benih padi ke dalam air bergaram, kemudian akan diperoleh kondisi benih
tenggelam, melayang dan mengapung. Proses persemaian (ngebabut) dilakukan
setelah proses seleksi benih. Proses persemaian (ngebabut) adalah proses
penaburan bibit. Penaburan bibit ini biasanya dilakukan 20-25 hari sebelum
proses penanaman (nandur). Setelah proses persemaian (ngebabut), petani
menanam bibit tersebut ke lahan yang lelah di bajak dan sudah dibersihkan dari
hama. Penanaman padi di sawah umumnya ditanam dengan jarak teratur yaitu
berjarak 20 cm. Tanaman muda ditancapkan ke dalam tanah yang
digenangi air sedalam 10 sampai 15 cm hingga akarnya terbenam di bawah
permukaan tanah. Setelah proses penanaman selesai, proses selanjutnya adalah
pemupukan. Kemudian setelah semua proses telah selesai dilakukan maka padi
akan siap dipanen setelah tiga sampai enam bulan.
b. Singkong
Tanaman singkong merupakan tanaman yang mudah dijumpai di Kecamatan
Nanggung bagian timur. Singkong atau Manihot utilissima adalah tanaman perdu
yang memiliki bentuk akar tunggang dengan sejumlah akar cabang yang
kemudian dapat membesar menjadi umbi akar yang dapat dimakan. Nilai estetika
yang dimiliki dari singkong adalah bentuk daunnya yang menjari dan berwarna
hijau dengan batang berukuran kecil yaitu 4-5 cm dan tidak berkayu. Estetika lain
adalah bentuk umbi akarnya yang khas yaitu berwarna cokelat tanah, berukuran
sedang dan besar serta jika dikupas maka akan terlihat daging berwarna putih.

Gambar 8. Perkebunan Singkong yang ada di desa Hambaro Kecamatan Nanggung


43

Manfaat yang dimiliki dari singkong adalah dapat dimakan menjadi berbagai
olahan makanan diantaranya adalah daun singkong dapat diolah menjadi sayur
daun singkong dan umbi dapat dijadikan sebagai gorengan atau jika di lakukan
penggilingan singkong dapat menghasilkan tepung singkong. Bibit tanaman
singkong berupa stek batang yang berasal dari tanaman induk yang berusia 10-12
bulan. Cara menanamnya dilakukan dengan cara stek yaitu dengan meruncingkan
ujung bawah batang. Stekan tersebut dibenamkan ke dalam tanah dengan
kedalaman 5-10 cm atau kurang lebih sekitar sepertiga bagian stek tertimbun
tanah. Waktu tanam singkong yang paling baik adalah saat musim hujan.
Penanaman tanaman singkong cukup mudah dan untuk perawatannya pun tidak
banyak hanya cukup dengan disiram beberapa kali sehari jika pada saat musim
kemarau, namun jika musim hujan tanaman singkong dapat tumbuh dengan
sendirinya. Tanaman singkong biasanya ditanam di pekarangan rumah dan di
lahan yang cukup luas diperuntukkan untuk budidaya singkong.
c. Pisang
Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa
berdaun besar memanjang dan dapat menghasilkan buah konsumsi yang
dinamakan sama. Buah ini tersusun dalam tandan dengan kelompok-kelompok
tersusun menjari, yang disebut sisir. Buah pisang pisang memiliki kulit
berwarna kuning ketika matang.

Gambar 9. Tanaman Pisang yang ditanam di sepanjang jalan Desa Cisarua Kecamatan
Nanggung

Buah pisang sebagai bahan pangan merupakan sumber energi (karbohidrat)


dan mineral, terutama kalium. Pisang merupakan salah satu flora yang sangat
44

sering dijumpai di Kecamatan Nanggung bagian timur. Pisang difungsikan


sebagai tanaman konsumsi serta objek bagi mata pencaharian masayarakat di
Kecamatan Nanggung bagian timur. Pisang banyak ditanam di pekarangan rumah
masyarakat setempat dan kebun khusus. Pisang hanya bisa berbuah sekali, setelah
itu biasanya masyarakat menebang batangnya dan membiarkannya tetap tumbuh
di tempatnya sebagai tunas baru. Nilai estetika yang dimiliki dari buah pisang
adalah buah ini tersusun dalam tandan dengan kelompok-kelompok tersusun
menjari yang disebut dengan sisir. Manfaat yang dihasilkan adalah masyarakat di
Kecamatan Nanggung bagian timur mengolah pisang menjadi berbagai produk
seperti gorengan pisang, pisang molen, kripik pisang dan campuran bahan
makanan lain seperti kue
d. Bambu
Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di
batangnya. Bambu memiliki banyak tipe. Nama lain dari bambu adalah buluh, aur,
dan eru. Bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat.
Bambu memiliki sistem rhizoma-dependen unik, dalam sehari bambu dapat
tumbuh sepanjang 60 cm bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah
dan klimatologi tempat ia ditanam. Batang bambu yang lebih tua berada di tengah
rumpun, sehingga kurang menguntungkan dalam proses penebangannya. Arah
pertumbuhan biasanya tegak, kadang-kadang memanjat dan batangnya mengayu.
Batang bambu yang sudah tinggi ujungnya agak menjuntai dan daun-daunnya
seakan melambai.

Gambar 10. Bambu di sepanjang jalan Desa Hambaro Kecamatan Nanggung


45

Bambu merupakan salah satu jenis flora yang mudah ditemui di Kecamatan
Nanggung bagian timur. Bambu difungsikan sebagai tanaman produksi serta
objek bagi mata pencaharian masyarakat yang ada di Kecamatan Nanggung
bagian timur. Bambu tumbuh dengan sendirinya atau bisa dikatakan tumbuh
dengan liar di daerah sekitar sungai Cikaniki, di sepanjang jalan kabupaten dan
jalan desa serta tempat pemakaman umum yang ada di Kecamatan Nanggung
bagian timur. Bambu biasanya tumbuh sendiri di tempat-tempat yang
tersembunyi. Tanaman ini biasanya dibiarkan tumbuh begitu saja di lahan kosong
yang tidak dimanfaatkan. Masyarakat Kecamatan Nanggung bagian timur sering
memanfaatkan tanaman bambu ini sebagai bahan dasar dari pembuatan anyaman
yang ada di beberapa desa di Kecamatan Nanggung bagian timur. Pemanfaatan
bambu oleh masyarakat Kecamatan Nanggung bagian timur biasanya untuk
penopang antena televisi, selain itu sering kali digunakan untuk membuat tempat
menjemur pakaian
e. Jati
Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar,
berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Jati mempunyai daun y
besar, yang meranggas di musim kemarau. Jati dapat tumbuh di daerah
dengan curah hujan 1 500 – 2 000 mm/tahun dan suhu 27 – 36 °C baik di dataran
rendah maupun dataran tinggi. Tempat yang paling baik untuk pertumbuhan jati
adalah tanah dengan pH 4.5 – 7 dan tidak dibanjiri dengan air. Jati memiliki daun
berbentuk elips yang lebar dan dapat mencapai 30 – 60 cm saat dewasa.

Gambar 11. Pohon Jati di Kecamatan Nanggung bagian timur


46

Jati merupakan salah satu jenis flora yang mudah dijumpai di Kecamatan
Nanggung bagian Timur, meski jumlahnya tidak terlalu mendominasi, namun di
beberapa desa di Kecamatan Nanggung masayarakat masih menanamnya di
pekarangan rumah maupun membuatkan kebun khusus untuk menanam pohon jati
ini. Pohon jati dimanfaatkan masyakat sebagai objek mata pencaharian yang
nantinya akan dijual kayu kayunya kepada perusahaan atau industri rumah tangga
berupa meubel. Jati memiliki pertumbuhan yang lambat dengan germinasi rendah
(biasanya kurang dari 50%) yang membuat proses propagasi secara alami menjadi
sulit sehingga tidak cukup untuk menutupi permintaan atas kayu jati. Jati biasanya
diproduksi secara konvensional dengan menggunakan biji.
2. Fauna
Beragam jenis fauna yang terdapat di Kecamatan Nanggung bagian timur
dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu hewan ternak dan satwa liar.
Hewan ternak yang terdapat di Kecamatan Nanggung bagian timur dapat dilihat
pada Tabel 9
Tabel 9. Keanekaragaman Fauna di Kecamatan Nanggung bagian timur, Kabupaten Bogor
Nama Lokal Nama Ilmiah Ciri Khas
Ayam boiler Gallus domesticus Memiliki tubuh kecil, berkaki
dua, tubunya berbulu dan
berwarna putih.
Kerbau Bubalus bubalis Memiliki kulit hitam pekat,
memiliki sepasang tanduk,
tubuhnya keras dan memiliki
perut yang bulat
Sapi Bos Taurus Berkembang biak dengan cara
beranak, dapat menghasilkan
susu dan daging serta
merupakan herbivora
Babi Hutan Sus scrofa Memiliki badan besar, kaki
pendek dan relatif tipis, tulang
pendek dan besar, sementara
bagian belakangnya relatif
panjang

Hewan tersebut memiliki fungsi dan pemanfaatan yang berbeda antara satu
dan lainnya yaitu sebagai sumber mata pencaharian dan sebagai konsumsi secara
pribadi. Hewan yang menjadi sumber mata pencaharian adalah ayam broiler, sapi
dan kerbau. Ayam broiler dan sapi diternakkan oleh masyarakat Kecamatan
Nanggung bagian timur untuk diperjual belikan, sedangkan kerbau dimanfaatkan
untuk membantu proses pembajakan sawah secara tradisional.
a. Ayam
Peternakan ayam di Kecamatan Nanggung bagian timur hanya ada satu yaitu
di Desa Bantar Karet. Ayam yang diternakkan adalah jenis ayam broiler. Ayam
broiler memiliki waktu produksi yang cukup cepat. Para peternak biasanya
47

mendapatkan bibit dari daerah Sukabumi. Bibit masuk setelah kandang disterilkan
terlebih dahulu. Selain suhu dalam kandang harus tetap dijaga agar nantinya bibit
ayam yang sudah masuk tidak kedinginan. Peternak ayam biasanya menggunakan
gas dan juga batu bara untuk menjaga suhu dalam kandang tetap hangat.
Pemberian vaksin juga harus selalu dijaga agar daya tahan ayam terhadap
penyakit lebih tinggi.

Gambar 12. Peternakan ayam di Kecamatan Nanggung bagian timur

Nilai estetika yang terdapat pada ayam kampung adalah bentuk tubuhnya
yang tidak terlalu tinggi serta memiliki warna putih bersih pada bulu tubuhnya.
Manfaat yang dimiliki oleh ayam broiler adalah dapat dikonsumsi dagingnya dan
telurnya jika ayam tersebut bertelur. Ayam broiler tidak memiliki nilai sosial atau
nilai kebudayaan dan kepercayaan karena hewan tersebut hanya diternak, dijual
dan dikonsumsi. Pola ternak dari ayam broiler adalah diberi pakan dedak
b. Kerbau
Kerbau merupakan fauna yang sangat mudah ditemui di kawasan
Kecamatan Nanggung bagian Timur. Kerbau di Kecamatan Nanggung bagian
timur ini difungsikan sebagai pembajak sawah karena di daerah ini sitem
pertanian masyarakatnya sebagian menggunakan sistem pertanian modern dan
sebagian masih sistem tradisional dan biasanya perpaduan antara keduanya.
Kerbau di Kecamatan Nanggung bagian timur ini tidak dipelihara dengan sistem
peternakan, namun hanya beberapa warga saja yang memiliki beberapa ekor
kerbau.
48

Gambar 13. Kerbau yang sedang merumput

Jumlah kerbau kepemilikan perorangan biasanya tidak lebih dari 5 ekor.


Pada sore hari, para pemilik kerbau biasanya membawa kerbau ke lapangan untuk
memberinya makan berupa rumput yang ada di lapangan. Kerbau hanya
dimandikan ketika selessai membajak sawah. Cara memandikan kerbau ini pun
cukup sederhana, karena biasanya pemiliknya akan menggiring kerbau-kerbau
mereka ke sungai dan kemudian membersihkan badan kerbau dengan air sungai
yang mengalir sembari menggosok-gosok seluruh bagian tubuh kerbau.
c. Sapi
Peternakan sapi di Kecamatan Nanggung bagian timur dapat dijumpai di
Desa Hambaro. Jumlah sapi yang berada di Kecamatan Nanggung bagian Timur
berjumlah sekitar 500 ekor sapi. Perkembangan reproduksi sapi juga dibantu
dengan pemberian vitamin secara rutin. Pemberian vitamin tersebut berguna untuk
menghasilkan sapi yang berkualitas. Sapi juga menghasilkan susu yang sangat
bergizi dan juga menyehatkan. Susu bukan satu-satu hal yang bisa dimanfaatkan
dari sapi, ada pula bagian tubuh lainnya yaitu daging, kulit dan tenaga nya pun
bisa di manfaatkan. Daging sapi dapat dijadikan sebagai lauk pauk sehari-hari
oleh masyarakat, sedangkan kulitnya dapat dijadikan untuk bedug ataupun
keperluan lainnya. Sapi yang ada di Kecamatan Nanggung bagian timur
merupakan sapi tipe campuran atau persilangan antara sapi lokal dan sapi dari luar
49

Gambar 14. Peternakan Sapi di Kecamatan Nanggung bagian Timur

. Sapi-sapi tersebut diberi makan rumput tiga kali sehari yaitu pagi, siang
dan sore. Sapi juga diberi vitamin supaya tidak terkena penyakit. Kandang dari
sapi pun selalu dibersihkan setiap hari untuk menjaga kebersihan dan kesehatan
sapi. Sapi yang ada di Kecamatan Nanggung bagian timur ada yang milik
perorangan maupun kelompok.
d. Babi Hutan
Babi hutan (Sus scrofa) juga dikenal sebagai babi liar adalah babi yang
banyak hidup di Eurasia, Afrika Utara dan Kepulauan Sunda Besar. Babi hutan ini
juga sangat mudah ditemui di Kecamatan Nanggung bagian timur karena sebagian
besar wilayah Kecamatan Nanggung bagian timur masih berupa hutan. Babi hutan
biasa di temui di dini hari atau pagi hari di belakang rumah warga yang biasanya
merupakan pepohonan yang masih lebat. Babi hutan ini juga sering merusak
kebun talas milik warga. Ciri-ciri khusus babi hutan adalah besar, kaki babi ini
juga pendek dan relatif tipis, tulang pendek dan besar, sementara bagian
belakangnya relatif panjang. Wilayah di belakang tulang belikat naik ke punuk,
leher pendek dan tebal, untuk titik yang hampir tidak bergerak. Kepala hewan
sangat besar, mengambil sepertiga dari seluruh panjang tubuh. Struktur kepalanya
cocok untuk menggali tanah, kepalanya bertindak sebagai bajak, sedangkan otot
leher yang kuat memungkinkan hewan mengangkat jumlah tanah yang banyak,
babi ini mampu menggali 8-10 cm ke dalam tanah yang padat dan dapat
mengangkat batu seberat 40- 50 kg. Hewan ini juga memiliki mata kecil
dan cekung, dan telinga panjang dan luas.
50

Gambar 15. Babi Hutan di pekarangan rumah warga di Kecamatan Nanggung bagian
Timur
Spesies ini telah memiliki gigi taring, yang menonjol dari mulut
babi jantan dewasa. Kuku tengah lebih besar dan lebih memanjang dan mampu
bergerak dengan cepat. Hewan ini dapat berjalan pada kecepatan maksimum
40 km/jam dan melompat pada ketinggian 140-150 cm. Ukuran dewasa dan berat
sangat ditentukan oleh faktor lingkungan; babi yang tinggal di daerah kering
dengan sedikit produktivitas cenderung untuk mempunyai ukuran yang lebih kecil
daripada rekan-rekan mereka yang mendiami daerah dengan makanan berlimpah
dan air. Warna bulu juga bervariasi dengan usia, dengan babi memiliki cokelat
muda atau bulu berkarat-coklat dengan badan pucat memanjang dari sisi-sisi dan
belakang.
B. Gejala Alam
Gejala alam merupakan suatu fenomena alam yang disebabkan oleh alam,
seperti air terjun, pelangi, dan goa. Kecamatan Nanggung bagian Timur memiliki
potensi gejala alam yang dapat dimanfaat sebagai daya tarik wisata. Daya tarik
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai salah satu keindahan yang dimiliki
Kecamatan nanggung bagian Barat. Gejala alam yang terdapat di Kecamatan
Nanggung Bagian Timur terdiri dari
1. Sungai Cikaniki
Sungai Cikaniki merupakan anak sungai dari sungai Cisadane. Sungai
Cikaniki adalah satu-satunya sungai yang melintasi Kecamatan Nanggung bagian
Timur. Sungai Cikaniki juga masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung
Halimun Salak. Sungai ini melintasi beberapa desa di wilayah Kecamatan
Nanggung bagian Timur seperti Desa Batu Tulis, Desa Bantar Karet dan Desa
51

Cisarua. Sungai Cikaniki memiliki badan sungai yang lebar dan berukuran sekitar
30 m lengkap dengan batuan-batuan besar yang terletak di dalam sungainya.
Sungai ini memiliki arus yang cukup deras.

Gambar 16. Sungai Cikaniki yang melintasi Desa Batu Tulis Kecamatan Nanggung bagian
Timur

Sungai Cikaniki merupakan sungai yang juga digunakan masyarakat


setempat sebagai lokasi penambangan pasir. Namun di beberapa wilayah sungai,
digunakan juga sebagai tempat wisata dengan wahana wisata berupa arung jeram.
Program arung jeram ini sendiri di prakarsai oleh PT. Antam dan Pemerintah
Kabupaten Bogor. Program ini menjadi daya tarik utama bagi sungai Cikaniki
adalah airnya yang segar, arusnya yang tidak terlalu deras, batuan-batuan
besarnya yang semakin menambah estetika daripada sungai ini.

2. Curug Cikawung
Curug Cikawung terletak di Desa Bantar Karet Kecamatan Nanggung.
Curug Cikawung terbagi menjadi 2 curug yaitu Curug Cikawung Kecil dengan
ketinggian air terjun sekitar 15 meter dan Curug Cikawung Besar dengan
ketinggian air terjun sekitar 35 meter. Akses menuju Curug Cikawung ini
cenderung sangat mudah dan letaknya juga strategis yaitu dibelakang rumah
warga. Curug Cikawung terletak tidak jauh dari jalan utama Desa Bantar Karet.
Kunjungan daripada wisatawan ke Curug Cikawung ini masih dikatakan sangat
jarang. Pengunjung biasanya ramai pada hari Sabtu dan Minggu saja. Asal
pengunjung juga hanya dari masyarakat sekitar Kecamatan Nanggung. Hal ini
dikarenakan kurangnya promosi daripada adanya tempat wisata Curug Cikawung
ini.
52

Gambar 17. Curug Cikawung Kecil dengan ketinggian 15 meter

Pengujung yang ingin berkunjung ke Curug Cikawung bisa menempuh


jalan utama Kabupaten yang ada di Kecamatan Nanggung kemudian masuk
sekitar 2 km ke jalan utama Desa Bantar Karet. Kawasan Curug Cikawung ini
belum terkelola dengan baik, curug ini hanya dijaga oleh warga yang rumahnya
tepat di depan Curug Cikawung.
3. Curug Cisaweung
Curug Cisaweung merupakan curug yang terletak di Desa Cisarua
Kecamatan Nanggung bagian Timur. Curug Cikaracak ini memiliki ketinggian air
terjun sekitar 25 meter. Akses menuju Curug Cisaweung ini cukup rumit yaitu
terletak diantara rumah-rumah warga di Desa Cisarua dan harus melewati
pematang sawah.

Gambar 18. Curug Cisaweung


53

Curug ini memiliki nilai mistis tersendiri bagi warga desa Cisarua. Suara
degung atau gamelan sering terdengar pada malam-malam tertentu. Curug ini juga
tidak pernah dikunjungi oleh wisatawan karena akses dan ketidak tahuan
masyarakat mengenai keberadaan curug ini sendiri. Curug ini biasanya dikunjungi
oleh petani yang beristirahat dan membersihkan diri dan alat-alat bertani mereka.
4. Situ Cekdam
Situ Cekdam adalah nama sebuah danau atau telaga yang terletak di Desa
Cisarua Kecamatan Nanggung bagian Timur. Situ Cekdam memiliki luas sekitar
4 hektar ini merupakan tempat memancing bagi warga Cisarua. Lokasi Situ
Cekdam ini berada kurang lebih 10 km dari pusat Desa Cisarua.

Gambar 19. Situ Cekdam di Desa Cisarua

Akses menuju Situ Cekdam ini sangatlah buruk yaitu tanah lumpur dan batu-
batuan, sehingga jarang sekali warga mengunjungi situ ini. Suasana di sekitar
jalan menuju dan di lokasi situ ini sendiri juga sangat sepi, jarang ada orang yang
melintas sehingga tak banyak juga warga yang mengunjungi situ ini.
C. Sumberdaya Budaya Ekowisata Desa
Sumberdaya ekowisata desa merupakan segala potensi yang terdapat di
suatu desa dan dapat dikembangkan menjadi ekowisata desa. Sumberdaya
ekowisata desa budaya yang terdiri dari 7 unsur budaya yaitu bahasa, sistem
pengetahuan, sistem teknologi, sistem kekerabatan, sistem religi, sistem mata
pencaharian dan kesenian yang tersebar di desa
1. Material
Sumberdaya budaya berwujud material adalah karya masyarakat
menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah
54

yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan
serta hasilnya dapat di abadikan untuk keperluan masyarakat.
a. Sistem Perlengkapan Hidup dan Teknologi
Sistem Perlengkapan Hidup adalah sistem manusia untuk membuat,
memakai dan memelihara seluruh peralatannya. Kecamatan Nanggung bagian
timur memiliki berbagai macam sistem perlengkapan hidup yang sering
digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Perlengkapan hidup yang mendominasi di
Kecamatan Nanggung bagian Barat tergolong modern, namun masih ada beberapa
warga yang menggunakan alat perlengkapan hidup yang tradisional seperti
berikut;
1) Alat-alat Produksi
Alat-alat produksi dibagi menjadi dua bagian terdiri dari alat-alat yang
sederhana serta kompleks, kedua jenis ini diciptakan untuk melaksanakan
berbagai kegiatan. Alat-alat produksi dikelompok-kelompokan berdasarkan bahan
mentahnya adalah batu, tulang, kayu, bambu dan logam. Alat-alat produksi
berdasarkan kebudayaan dibedakan dalam fungsi yaitu alat potong, alat tusuk, alat
untuk melubangi, alat pukul, alat giling, alat peraga, alat untuk membuat api, alat
untuk meniup api, alat pertanian dan alat penangkap ikan.
Cangkul. Alat pertanian ini digunakan untuk menggali dan membersihkan
tanah ataupun untuk meratakan tanah. Cangkul yang digunakan oleh para petani
di Kecamatan Nanggung bagian timur adalah cangkul tradisional yang masih
menggunakan kayu sebagai pegangannya dan baja pada daun cangkul. Ukuran
cangkul yang digunakan beragam dilihat dari segi kegunaannya pada saat di
ladang pertanian.

Gambar 20. Contoh peralatan hidup berupa cangkul


55

Manfaat yang dihasilkan dari cangkul dalam masyarakat desa adalah pada
umumnya digunakan sebagai menggali tanah atau menggemburkan tanah dan
memindahkan tanah dari satu tempat ke tempat lain. Cangkul memiliki dua bagian
yaitu terdiri dari pegangan cangkul dan daun cangkul yang ujungnya dibuat halus
agar tajam. Perawatan yang dilakukan dalam penggunaannya adalah
membersihkan cangkul dengan air dari sisa kotoran setelah digunakan dan
mengganti bagian pada cangkul apabila terdapat bagian yang sudah rusak atau
sudah tidak layak digunakan.
Arit. Alat pertanian ini berupa pisau yang melengkung menyerupai sabit.
Arit merupakan alat perkakas yang digunakan oleh masyarakat di Kecamatan
Kecamatan Nanggung bagian timur. Arit digunakan untuk membantu dalam
pekerjaan seperti bertani, mencari rumput untuk pakan dan membantu dalam
membersihkan lahan ladang atau perkarangan rumah. Arit terbuat dari baja keras
dan memiliki tingkat ketajaman yang beragam. Bentuk arit adalah melengkung
dan lancip pada bagian ujungnya. Arit memiliki dua bagian yaitu bagian mata
pisau dan bagian pegangan yang terbuat dari kayu.

Gambar 21. Contoh peralatan hidup berupa arit

Garokan. Pengaris sawah atau biasa disebut garuk merupakan alat


tradisional yang terbuat dari kayu. Garokan mempermudah pada saat menanam
benih padi. Garokan merupakan peralatan hidup yang termasuk peralatan
pertanian tradisional. Garokan digunakan untuk meratakan gabah yang hendak
dijemur. Garokan ini memiliki keunikan pada bagian bawahnya yang berguna
untuk meratakan gabah berbentuk persegi panjang dan bergerigi. Alat ini
berfungsi untuk meratakan tanah pesawahan sebelum ditanam oleh padi, kadang
juga digunakan dalam proses pengeringan padi. Garokan ini biasanya terbuat dari
56

papan, dan diberi gagang, bentuknya menyerupai huruf T. Cara penggunaan dari
garokan yaitu karung berisikan gabah yang hendak dijemur kemudian gabahnya
dituangkan seluruhnya di atas terpal sehingga membentuk gundukan. Setelah itu,
ratakan gabah-gabah tersebut dengan menggunakan garokan. Hal ini dilakukan
agar gabah-gabah tersebut tidak menumpuk dan cahaya matahari dapat
mengeringkan gabah-gabah tersebut secara merata.
Penggebot. Alat yang berfungsi untuk melepas biji padi dari tangkainya.
Cara kerja dari alat ini adalah dengan mengayunkan tangkai padi pada penggebot.
Penggebot merupakan sistem peralatan hidup yang masih tradisional di
Kecamatan Nanggung. Para petani menggunakan penggebot ini untuk memanen,
setelah padi disiangi menggunakan parit, selanjutnya para petani akan
memisahkan butir-butir padi dari daunnya. Para petani lebih banyak menggunakan
alat ini daripada menggunakan mesin pemisah padi dengan alasan untuk
menghemat biaya.

Gambar 22. Contoh peralatan hidup berupa penggebot

Pekerjaan menggebot ini merupakan cara sederhana yang populer yang


dilakukan oleh petani dan sangat kental dengan kandungan aspek sosial budaya di
tingkat petani di perdesaan dan merupakan salah satu proses dalam sistim
kelembagaan upah kerja di perdesaan. Kegiatan dengan pengebotan dilakukan
secara sederhana sehingga terjadi susut yang tercecer lebih besar, mutu gabah
kurang baik akibat busuk dari yang tidak rontok dan membutuhkan tenaga yang
cukup besar. Bagian komponen alat gebotan terdiri dari:
1. Rak perontok yang terbuat dari bambu/kayu dengan 4 kaki berdiri diatas
tanah, sehingga dapat dipindah-pindahkan.
57

2. Meja rak perontok terbuat dari belahan bambu/kayumembujur atau


melintang dengan jarak renggang 1-2 cm.
3. Dibagian belakang, samping kanan dan kiri diberi dinding penutup dari tikar
bambu, plastik lembaran atau plasti terpal, sedangkan bagian depan terbuka.
Perontokan padi dengan menggunakan alat penggebot dilakukan dengan
beberapa tahapan kegiatan yaitu mengambil malai padi secukupnya lalu mulai
dilkakukan pemukulan dengan membanting malai padi ke meja perontok sehingga
gabah terlepas dari malai, yang dilakukan sampai 5 kali dan hasil rontokan akan
jatuh di terpal yang ada dibawah meja perontok. Selanjutnya, mengumpulkan
gabah di tempat pengumpulan sementara, lalu dimasukkan ke dalam karung atau
wadah.
Penggiling padi. Penggiling padi merupakan peralatan pertanian yang
termasuk dalam peralatan yang modern karena menggunakan mesin. Masyarakat
Kecamatan Nanggung sudah banyak yang menggunakan alat penggiling ini untuk
menjadikan padi menjadi beras. Alat penggiling padi ini dapat digunakan oleh
masyarakat dengan membayarkan sejumlah uang atau dapat membayar dengan
menggunakan beras. Mesin penggilingan padi ini diperuntukan untuk
mempermudah proses pemisahan bulir beras dari kulitnya dengan tetap
mempertahankan rendemen dan mutu beras dan meminamalisir kehilangan hasil
yang sering terjadi pada penggilingan atau pemisahan bulir beras dari kulitnya
yang dilakukan secara manual, untuk itu mesin penggilingan padi sangat penting
untuk proses pembentukan beras yang berkualitas.

Gambar 23. Contoh peralatan hidup berupa mesin penggiling padi

Mesin penggilingan padi di Kecamatan Nanggung yaitu menggunakan


sistem mesin dua step yaitu dengan sistem pengupas dan pemoles terpisah atau
dengan dua mesin, satu mesin untuk pengupas dan mesin yang lainnya digunakan
58

sebagai pemoles. Rendemen dari mesin ini bisa mencapai hingga 60-65 %. Mesin
penggiling padi terdiri dari motor penggerak yaitu bagian mesin yang melakukan
gaya gerak memutar sehingga mendorong bagian-bagian lainnya untuk bergerak
dan bekerja sesuai yang diinginkan, motor penggerak merupakan bagian inti dari
mesin penggilingan padi ini. Selanjutnya, ada mesin pengupas/pemecah kulit
gabah, bagian ini merupakan bagian pengupas kulit gabah yang memisahkan bulir
beras dari kulitnya, bentuknya bermacam-macam, diantaranya adalah Engelberg,
Rol Karet, Under Runner, Runner stone Disc dan ada juga jenis sentrifucal dan
yang paling banyak digunakan pada saat ini adalah jenis rol karet dengan manfaat
cukup efisien, mudah penggunaan dan perawatannya. Mesin pemisah gabah
digunakan sebagai pemisah bulir beras dari kulit pecah, sehingga menjadi bulir
padi, namun tahapan ini masih belum sempurna karena masih ada tahapan
pemolesan/penyosohan. Mesin pemoles digunakan sebagai pemoles, atau pemutih
beras, sehingga beras bersih namun dengan tingkat rendemen yang tetap terjaga.
Handtraktor. Alat ini merupakan alat untuk membajak sawah, pada zaman
sekarang ini sebagian masyarakat Kecamatan Nanggung tidak menggunakan sapi
untuk membajak sawah akan tetapi menggunakan alat ini karena dapat
menghemat waktu.

Gambar 24. Contoh peralatan hidup berupa mesin handtraktor

Alat ini terdiri dari beberapa alat untuk digunakan sesuai dengan keperluan
pada saat membajak dan alat ini bisa dibongkar pasang. Alat bajak terdiri 3 alat
yang mempunyai fungsi masing – masing dalam penggunaanya yaitu rotari untuk
menggempur tanah, piringan basel untuk memotong rumput disawah, dan
penghalas untuk meratakan struktur tanah sawah.
59

Tungku. Hawu atau tungku adalah perapian yang digunakan untuk


memasak. Tungku terbuat dari lumpur ataupun semen yang dibentuk dan
memiliki lubang untuk peralatan masak dan menaruh bahan bakar. Bahan bakar
yang digunakan biasanya berupa kayu ataupun suluh. Tungku merupakan perlatan
rumah tangga yang digunakan oleh masyarakat desa di Kecamatan Nanggung
bagian timur namun saat ini keberadaannya yang sudah tidak banyak ditemukan di
lingkungan pemukiman desa karena masyarakat sudah beralih ke peralatan
modern seperti kompor minyak atau kompor gas.

Gambar 25. Contoh peralatan hidup berupa tungku

Fungsi yang dihasilkan dari tungku adalah untuk memasak secara tradisional
seperti memasak air atau sayur. Tungku tersebut terbuat dari tanah liat yang
dibentuk seperti tabung dengan melalui proses pemanasan dengan menggunakan
oven agar tungku tersebut mengeras dan dapat digunakan untuk memasak. Cara
kerja dari tungku tersebut adalah menghidupkan api tungku dengan kayu kering
yang disiram dengan minyak tanah hingga tungku siap digunakan untuk
memasak. Perawatan yang dilakukan terhadap tungku adalah dengan
membersihkan sisa proses pemasakan dan meletakannya pada tempat yang kering
sehingga tidak terkena air yang dapat mengakibatkan kerusakan pada tungku.
2) Wadah
Wadah digunakan untuk menimbun, menaruh dan menyimpan. Wadah
dikelaskan berdasarkan bahan mentah dan teknik pembuatannya. Bahan
mentahnya terdiri dari kayu, tempurung kepala, kulit sejenis labu, tumbuh-
tumbuhan, dan tanah.
Seeng. Peralatan tradisional ini yang terbuat dari kuningan, alumunium,
atau seng. Peralatan ini digunakan untuk memasak nasi dengan cara dikukus di
60

dalam aseupan.. Seeng berbentuk tinggi ramping, bagian dalam berongga seperti
silinder, bagian bawah membesar, bagian atas membesar, menyempit di tengah
dan alasnya bundar agak cembung. Seeng ini merupakan alat memasak makanan
yang paling penting, terutama untuk memenuhi makanan pokok yaitu nasi.

Gambar 26. Wadah nasi tradisional yang biasa disebut seeng

Masyarakat Kecamatan Nanggung hampir semuanya memiliki seeng yang


digunakan untuk memasak nasi, sekalipun dengan ukuran yang berbeda misalnya
ada yang kecil, sedang atau besar. Seeng memiliki kelebihan yang cukup banyak
ketimbang rice cooker, selain lebih aman dan nasi lebih mengembang,
pembuangan uap dalam seeng lebih bagus ketimbang rice cooker. Masyarakat
percaya, memasak nasi menggunakan seeng dapat membuang banyak kadar gula
dalam nasi, namun bila memasak dengan rice cooker, pembuangan uapnya kurang
maksimal jadi kadar gula dalam nasinya masih banyak.
Aseupan. Aseupan merupakan alat untuk memasak nasi berbentuk kerucut
yang terbuat dari anyaman bambu. Aseupan ini merupakan peralatan masak
tradisional yang masih digunakan sebagian masyarakat Kecamatan Nanggung.
Cara penggunaaan aseupan ini yaitu diletakkan di atas langseng dengan posisi
bagian yang runcing berada di bawah. Beras yang telah dicuci akan dimasukkan
ke dalam aseupan ini. Hasil masakan dari proses pengukusan menggunakan
aseupan dianggap warga sangat baik dibandingkan dengan menggunakan alat
kukus yang modern.
Boboko. Perlengkapan hidup ini merupakan tempat menyimpan nasi atau
tempat mencuci beras sebelum dimasak. Peralatan ini terbuat dari anyaman
bambu, dengan bagian atas yang berbentuk bulat dan bagain bawah berbentuk
61

bulat. Bakul nasi atau boboko merupakan kerajinan yang terbuat dari bambu yang
dibelah – belah kemudian dianyam sehingga terbentuklah bakul yang dapat
digunakan sebagai tempat menyimpan nasi. Banyak sekali kegunaan dari
kerajinan bambu berupa bakul nasi, yaitu sebagai perabot rumah tangga untuk
menyimpan nasi, yang kedua bisa digunakan sebagai tempat mencuci beras
sebelum dimasak, ketiga bisa digunakan untuk tempat menyimpan aneka
makanan.

Gambar 27. Wadah nasi tradisional yang biasa disebut boboko

Proses pembuatan bakul nasi dari bambu sangat panjang yaitu melalui
beberapa tahap. Secara umum proses yang dilakukan yaitu, bambu dipotong-
potong per ruas lalu dibuang buku-bukunya, kemudian dibelah-belah menjadi
bentuk lembaran, bagian paling dalam digunakan untuk kaki bakul nanti.
Lembaran bambu dijemur sampai kering, kemudian dibelah lagi dengan ukuran
kurang lebih 0,5 cm, lalu dianyam, bagian atasnya diberi bambu yang melingkar
dan bagian bawahnya diberi kaki dari bambu bagian dalam tadi.
Nyiru. Tampah atau nyiru merupakan alat dapur tradisional yang terbuat
dari anyaman bambu. Bentuknya bundar dengan diameter antara 36 hingga 70 cm.
Pada bagian tepi diberi lapisan irisan bambu melingkar atau di daerah Sunda
dikenal dengan nama wengku / penguat, lebar dari wengku sekitar 3-5 cm, Nama
nyiru atau tampah di masyarakat lain di nusantara mempunyai istilah berbeda.
Nyiru dikatakan tradisional karena dibuat secara manual menggunakan
keterampilan tangan tanpa bantuan mesin. Nyiru memiliki ukuran yang beragam
yaitu ada yang berukuran kecil, sedang, dan besar. Pasar tradisional banyak yang
masih menjual alat ini. Demikian pula sentra produk anyaman bambu juga masih
banyak membuat tampah. Walaupun dalam perkembangannya, ditemukan alat
62

serupa berbahan plastik, tetapi keberadaan tampah masih tetap eksis dan banyak
diminati oleh ibu rumah tangga khususnya masyarakat Kecamatan Nanggung.
Salah satu jenis bambu yang dipakai sebagai bahan membuat tampah, adalah
bambu apus atau bambu tali. Jenis bambu ini sangat lentur dan mudah dibelah.
Tampah paling sering digunakan untuk menampi beras yang hendak dimasak atau
gabah yang akan ditumbuk karena beras tersebut terkadang masih bercampur
dengan kotoran, dedak ataupun berupa kerikil maupun gabah, untuk memisahkan
secara manual dengan tangan, maka alat yang digunakan adalah nyiru/tampah.
Nyiru digunakan untuk membersihkan kotoran atau benda yang tidak diperlukan
pada beras atau kacang-kacangan yang ditapinya sebelum dimasak. Cara untuk
menampi beras menggunakan nyiru yang pertama adalah beras ditaruh di tampah,
lalu kedua jari tangan memegang tepian nyiru. Tampah diputar-putar dengan
tangan, otomatis kotoran akan mengumpul dan selanjutnya bisa dipisahkan dari
beras. Cara ini dilakukan berulangkali hingga gabah atau kotoran lain habis.
Kemudian, tampah digerak-gerakkan ke atas ke bawah pada sisi depan. Maka
otomatis, kulit gabah atau dedak akan terbang, sementara berasnya akan tetap
jatuh ke tampah.
Tempayan. Alat atau wadah ini digunakan untuk menyimpan air bersih
yang dapat digunakan sebagai bahan mengolah masakan atau air untuk di minum.
Tempayan tersebut terbuat dari tanah liat dengan diameter 50 cm dan dapat
menampung air cukup banyak. Tempayan yang terbuat dari tanah liat jumlahnya
sudah sangat sedikit karena sudah digantikan oleh wadah penampungan air lain
yang lebih modern dan terbuat dari plastik. Tempayan sangat membantu dalam
pekerjaan dan menjadi alat yang dibutuhkan oleh masyarakat desa di Kecamatan
Nanggung bagian timur.
Keranjang Bambu. Alat ini terbuat dari bambu yang telah dianyam halus
dan membentuk wadah yang dapat menampung barang-barang atau bahan olahan
dalam kehidupan. Cara penggunaan dari keranjang bambu adalah dapat dipikul
pada pundak atau diletakan pada bagian belakang sepedah. Keranjang bambu
memiliki banyak manfaat dan dapat membantu dalam memudahkan dan
mempercepat pekerjaan. Perawatan yang dilakukan pada keranjang bambu adalah
dengan membersihkan bagian dalam yang dijadikan sebagai wadah setelah
digunakan, kemudian mencuci bagian dalam dan luar keranjang dengan air bersih
dan sabun agar tidak terdapat aroma atau menimbulkan bau selanjutnya adalah
menjemurnya di bawah sinar matahari agar kering dan bersih sehingga siap
digunakan kembali.
3) Tempat berlindung dan perumahan
Beragam jenis dan bentuk tempat berlindung yaitu tenda dan rumah.
Tempat berlindung dapat digolongkan dalam tiga golongan berdasarkan segi
pemakaiannya yaitu tandah angin, tenda atau gubuk yang mudah dipasang dan
dibongkar, serta rumah tinggal tetap. Tempat berlindung di Kecamatan Nanggung
bagian timur termasuk golongan rumah tinggal tetap. Rumah tinggal tetap yang
63

terdapat di Kecamatan Nanggung bagian timur terdapat dua golongan yaitu rumah
modern dan rumah tradisional. Rumah modern yang terdapat di Kecamatan
Nanggung bagian timur merupakan rumah yang telah menggunakan semen dan
keramik sedangkan, rumah tradisional di Kecamatan Nanggung bagian timur
merupakan rumah yang terbuat dari bilik bambu.
Rumah Modern. Rumah masyarakat di Kecamatan Nanggung bagian timur
sebagian besar materialnya terdiri dari batu bata, besi, keramik dan seng, bahan
pendukung yang digunakan juga sudah cukup baik yaitu terdiri dari semen, paku,
cat, kaca dan bahan lainnya. Manfaat yang dimiliki dari rumah modern tersebut
adalah sebagai tempat tinggal yang nyaman dan aman serta dalam kehidupan
sosial juga sebagai prestise atau tingkatan sosial pada masyarakat dilihat dari
bentuk bangunannya dan fasilitas rumah modern yang digunakan, rumah modern
sendiri dibagi menjadi rumah sederhana dan rumah mewah. Tingkatan sosial
tersebut pada dasarnya menunjukan kesejahteraan yang dimiliki oleh pemilik
rumah dari segi ekonomi dan status sosial dalam masyarakat.
Rumah Bilik. Bangunan rumah bilik ini merupakan tempat tinggal
masyarakat yang memiliki keunikan dari segi bangunannya seperti dinding utama
rumah yang terbuat dari anyaman bambu yang disusun, terdapat tiang kayu pada
sisi depan rumah sebagai penyanggah serta menggunakan atap yang terbuat dari
genteng tanah liat dengan bilik bambu sebagai penopang pada bagian depan atap
dengan susunan bambu melintang pada bagian bawah genteng yang berfungsi
sebagai penopang dari genteng itu sendiri agar atap menjadi kuat atau kokoh dan
terhindar dari kebocoran ketika hujan.

Gambar 28 Rumah bilik yang ada di Kecamatan Nanggung


64

Rumah bilik ini memiliki kekuatan pada segi bangunannya sehingga dapat
terlindungi ketika berada di dalam rumah tersebut, selain kuat rumah tersebut juga
sangat sejuk yang dihasilkan dari kayu pada bahan bangunan rumah. Perawatan
yang dilakukan pada rumah kayu adalah membersihkan ruangan dalam pada
rumah, memperbaiki atap rumah apabila terdapat kebocoran sehingga air tidak
akan menetes dan merusak area dalam rumah, membersihkan rayap yang terdapat
pada kayu karena rayap tersebut dapat membuat kayu menjadi rapuh dan
mengganti bahan bangunan pada rumah seperti tiang kayu apabila sudah tidak
layak digunakan karena apabila tidak diganti akan menimbulkan bahaya berupa
ancurnya rumah kayu tersebut.
2. Immaterial
Sumberdaya budaya berwujud immaterial adalah cipta atau wujud dari teori
murni, maupun yang telah disusun untuk dapat diamalkan dalam kehidupan
masyarakat. Sumberdaya budaya berwujud immaterial terdiri dari bahasa, religi,
sistem mata pencaharian, sistem pengetahuan, sistem kekerabatan, permainan
tradisional dan upacara adat.
a. Bahasa
Bahasa merupakan alat perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk
berkomunikasi baik lisan, tulisan, maupun gerakan. Bahasa yang digunakan
masyarakat Kecamatan Nanggung bagian timur adalah Bahasa Sunda (Tabel 10).
Masyarakat Kecamatan Nanggung bagian timur masih menggunakan Bahasa
daerah sebagai bahasa sehari-hari.
Tabel 10 Bahasa Sunda di Kecamatan Nanggung bagian timur
No Jenis Kosa Kata Kosa Kata Bahasa Sunda
1 Panggilan Kakek Aki
Nenek Nini
Ayah Abah
Ibu Ema
Kakak Laki-laki Aa’
Kakak Perempuan Teteh
Anak Laki-laki Ujang
Anak Perempuan Eneng/neng
Cucu Tuah
2 Anggota Tubuh Kepala Sirah
Mata Panon
Hidung Irung
Telinga Celi
Mulut Baham
Tangan Leungeun
Kaki Suku

Bahasa Sunda merupakan bahasa dari Melayu-Polinesia dalam rumpun


bahasa Austronesia. Bahasa sunda digunakan hampir di seluruh provinsi Jawa
Barat dan Banten. Bahasa Sunda dengan dialek khasnya menambah bahan kajian
65

para peneliti bahasa karena bahasa Sunda dianggap sebagai bahasa daerah yang
sulit. Berbeda dengan bahasa Indonesia, bahasa Sunda memiliki beberapa
tingkatan berdasarkan tingkat kesopanannya, di antaranya sebagai berikut.
1. Bahasa Sunda lemes, yaitu bahasa Sunda halus yang digunakan untuk orang
yang usianya di atas kita. Bahasa Sunda halus ini memiliki nilai kesopanan
yang sangat tinggi. Biasanya digunakan untuk berbicara dengan orang tua,
guru, dan orang yang kita hormati. Contoh: "tuang" yang berarti makan.
2. Bahasa Sunda loma, yaitu bahasa Sunda setengah halus atau sedang-sedang
saja. Bahasa Sunda loma ini biasanya digunakan pada orang yang usianya
sepantaran. Misal untuk mengobrol dengan teman biasanya menggunakan
bahasa Sunda loma. Contoh: "dahar" yang berarti makan.
3. Bahasa Sunda kasar, yaitu bahasa Sunda yang paling kasar. Bahasa Sunda
kasar ini sering digunakan seseorang ketika seseorang berbicara dengan
teman sebayanya.. Contoh: "madang, lalatuk, jajablog, lolodok," yang
berarti makan.
Bahasa Sunda ditulis dengan menggunakan abjad latin. Bahasa Sunda
memiliki lima huruf vokal murni, yaitu a, i, u, é, o, serta dua vokal netral yaitu, e
pepet dan eu. Konsonan bahasa Sunda terdiri dari 18 fonem, yaitu p, b, t, d, k, g,
c, j, h, ng, ny, m, n, s, w, l, r, dan y. Kesulitan para pendatang berbicara bahasa
Sunda adalah ketika melafalkan suara eu. Pengucapan "Cicaheum", para
pendatang sering mengucapkan eu dengan e pepet sehingga bunyinya menjadi
"Cicahem", tanpa "u". Bahasa Sunda merupakan bahasa yang unik dengan
tingkatan-tingkatan berbahasa, atau lebih dikenal dengan istilah undak-usuk yang
nyaris tidak dimiliki oleh bahasa lain. Keunikan lain dalam bahasa Sunda adalah
tidak dikenalnya konsonan f. Orang sunda cenderung tidak bisa melafalkan f.
Orang sunda melafalkan maaf dan fitnah (bahasa Indonesia) menjadi maap dan
pitnah. Orang Sunda hanya mengenal satu p, yaitu p peuyeum. Tidak ada f
maupun v. Contoh beberapa penyebutan kata dalam bahasa Sunda dapat dilihat
pada Tabel 11.
Tabel 11. Pengucapan dalam Bahasa Sunda
Bahasa Bahasa Bahasa Sunda Bahasa Bahasa Bahasa Sunda
Indonesia Sunda (Sopan/Lemes) Indonesia Sunda (Sopan/Lemes)
(Normal) (Normal)
Rumah Imah Bumi Besok Isuk Enjing
Belakang Tukang Pengker Makan Nyatu/ Tuang
Hakan
Depan Hareup Payun Ada Haya/ Nyondong
Hana
Dahulu Baheula/Baret Kapungkur Bukan Lain Sanes
o
Lama Heubeul Lami Saya Aing Abdi/
Kuring/
Ptibasos
Nanti Mangke Ngke
66

b. Sistem Religi
Sistem religi merupakan semua aktivitas manusia yang bersangkutan dengan
kepercayaan. Kepercayaan dapat dilihat seperti sistem keyakinan, sistem upacara
keagamaan dan suatu umat yang menganut religi tersebut. Sistem religi yang
terdapat di Kecamatan Nanggung bagian timur, mayoritas dipengsruhi oleh agama
Islam. Hal ini dikarenakan, agama Islam merupakan agama yang dianut oleh
sebagian besar masyarakat di Kecamatan Nanggung bagian timur. Sistem religi
yang terdapat di Kecamatan Nanggung bagian timur sebagai berikut :
Pengajian dan Majelis Ta’lim. Pengajian merupakan suatu perkumpulan
informal bidang keagamaan (agama Islam) yang bertujuan untuk mengajarkan
dasar-dasar agama pada masyarakat umum. Masyarakat yang melaksanakan
kegiatan pengajian biasanya membentuk beberapa kelompok yang biasa disebut
dengan majelis ta‘lim. Majelis ta‘lim adalah salah satu lembaga pendidikan
diniyah non formal yang bertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan
kepada Allah SWT dan akhlak mulia bagi jamaahnya, serta mewujudkan rahmat
bagi alam semesta. Majelis ta‘lim merupakan tempat pangajaran atau pendidikan
agama islam yang paling fleksibal dan tidak terikat oleh waktu. Majelis ta‘llim
bersifat terbuka terhadap segla usia, lapisan atau strata social, dan jenis kelamin.
Waktu penyelenggaraannya pun tidak terikat, bisa pagi, siang, sore, atau malam .

Gambar 29 Pengajian rutin di Desa Batu Tulis

Tempat pengajarannya pun bisa dilakukan di rumah, masjid, mushalla,


gedung, aula, halaman, dan sebagainya. Mayoritas penduduk Kecamatan
Nanggung bagian Timur adalah beragama Islam hal ini dapat dilihat dari
banyaknya pelasanaan kegiatan pengajian. Pengajian dilaksanakan di mushola,
67

masjid, dan majelis ta‘lim, dan lain-lain termasuk rumah tinggal dengan jadwal
yang telah ditetapkan masing-masing pihak penyelenggara kegiatan pengajian.
Pengajian di Kecamatan Nanggung bagian Timur terdapat di semua desa yaitu
Desa Batu Tulis, Desa Sukaluyu, Desa Hambaro, Desa Bantar Karet dan Desa
Cisarua. Pelaksanaan pengajian ini berbeda waktu antara satu desa dengan desa
lainnya, namun setiap akhir tahun semua desa mengadakan pengajian akbar yang
akan dilaksanakan di desa yang sudah ditentukan jadwalnya secara bergilir.
Pengajian mingguan setiap desa terbagi menjadi dua golongan yaitu golongan
wanita dan golongan pria. Pengajian golongan wanita biasanya dilaksanakan pada
pagi hari setiap seminggu sekali, sedangkan golongan pria biasanya dilaksanakan
sebulan seklai pada malam hari. Evaluasi kegiatan biasa dilaksanakan ketika
penyelenggaraan pengajian telah selesai, berupa pembahasan kegiatan dan
pembahasan persiapan pengajian selanjutnya.
c. Mata Pencaharian
Sistem mata pencaharian merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
menunjang kebutuhan hidup sehari-hari. Sitem mata pencaharian yang ada di
Kecamatan Nanggung bagian Timur adalah petani, pengusaha, pengrajin, buruh
industri, buruh bangunan, buruh pertambangan, PNS, TNI/POLRI, anggota DPRD
dan pensiunan. Mata pencaharian yang menjadi mayoritas di Kecamatan
Nanggung bagian timur adalah petani dengan jumlah sekitar 11.900 jiwa.
dikarenakan sebagian besar lahan yang berada di Kecamatan Nanggung bagian
timur difungsikan sebagai persawahan dan perkebunan.

Gambar 30 Masyarakat Kecamatan Nanggung bermatapencaharian sebagai petani


68

Petani ini kebanyakan adalah para buruh tani yang menggarap tahan milik
orang lain. Buruh tani ini dibayar sesuai dengan hasil panen yang diperoleh.
Biasanya buruh tani memperoleh bayaran sebesar Rp 40.000 per satu kwintal.
Pekerjaan yang dilakukan mulai dari menggarap tanah, menanam benih,
pemeliharaan, membuang hama sampai dengan pengontrolan keseluruhan
penanaman dan hasil yang diperoleh ketika panen. Sumber mata pencaharian
yang mendominasi lainnya adalah buruh pertambangan yang disebabkan karena di
Desa Bantar Karet Kecamatan Nanggung bagian Timur terdapat pertambangan
emas yang dikelola oleh PT. Antam.
d. Sistem Pengetahuan
Sistem Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia baik
berupa benda, sifat, keadaan dan harapan-harapan. Manusia memperoleh
pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu dan berpikir menurut logika atau
percobaan-percobaan yang bersifat empiris. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian
tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Sistem
pengetahuan dapat berupa pengetahuan tentang alam, benda-benda dalam
lingkungan, tubuh manusia, ruang dan waktu, bangunan, sistem pemerintahan dan
pengetahuan lainnya.
Pengetahuan tentang Alam. Pemanfaatan alam di Kecamatan Nanggung
bagian timur banyak memanfaatkan tumbuhan obat sebagai pengobatan
tradisional herbalis. Tanaman obat juga dikatakan sebagai tanaman apotek hidup
yang ditanam oleh masyarakat sebagai obat alami atau obat herbal. Obat herbal
tersebut mempunyai khasiat baik selain untuk mengobati penyakit juga dapat
menjaga daya tahan tubuh atau kesehatan tubuh

Gambar 31 Kebun Agromedika Hambaro


69

Obat tradisional dibudidayakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas


Pertanian Kabupaten Bogor dan masyarakat di Kebun Agromedika dengan sistem
penanaman menggunakan media pot dan polybag, tujuannya adalah agar tanaman
dapat terjaga pertumbuhannya. Perawatan yang dilakukan pada tanaman apotek
hidup tersebut adalah dengan menyiram setiap pagi dan sore hari ketika musim
kering atau panas dan tidak dilakukan penyiraman pada musim penghujan.
Perawatan yang dilakukan adalah dengan memberikan pupuk pada tanaman
berupa pupuk organik yaitu dari kotoran hewan. Keberadaan tanaman apotek
hidup dapat ditemukan di Kebun Agromedika di Desa Hambaro Kecamatan
Nanggung bagian timur.
Tabel 12 Tanaman Apotek Hidup
No Jenis Tanaman Khasiat Hasil Pemanfaatan Pola Penanaman
1. Lidah Buaya Memberikan Dapat dioleskan Ditanam pada
kesuburan pada secara langsung pada pekarangan rumah
rambut, batuk rambut dan kulit, serta dengan media pot.
berdarah dan di ambil daging
menghaluskan dalamnya dan
kulit. dikonsumsi.
2. Kumis Kucing Mengobati pegal- Direbus diambil sari Ditanam pada
pegal, sembelit, airnya dan dijadikan pekarangan rumah
radang ginjal, batu jamu dengan takaran dengan media pot.
ginjal dan kencing sesuai kebutuhan.
manis, menaikan
trombosit.
3. Kencur Mengobati batuk Direbus diambil sari Ditanam pada
dan penambah airnya dan dijadikan pekarangan rumah
nafsu makan. jamu dengan takaran dengan media pot.
sesuai kebutuhan.
4. Jahe Mengobati masuk Direbus diambil sari Ditanam pada
angin, asma dan airnya dan dijadikan pekarangan rumah
sakit tenggorokan jamu dengan takaran dengan media pot.
sesuai kebutuhan.
5. Kunyit Penawar racun, Direbus diambil sari Ditanam pada
mengobati airnya dan dijadikan pekarangan rumah
leukimia dan sakit jamu dengan takaran dengan media pot.
maag. sesuai kebutuhan.

Tanaman obat yang sering digunakan dan mudah dijumpai di Kecamatan


Nanggung bagian timur adalah lidah buaya, kumis kucing, kencur, jahe dan
kunyit. Tanaman apotek hidup yang dikembangkan oleh masyarakat jumlahnya
cukup banyak dan jenisnya beragam yaitu terdiri dari lidah buaya, kumis kucing,
kencur, jahe dan kunyit. Pengetahuan mengenai obat tradisional dari tanaman
apotek hidup berawal dari nenek moyang yang mewariskan pengetahuan tersebut
kepada anak dan cucunya hingga akhirnya sampai saat ini pengetahuan obat
tradisional berkembang di Kecamatan Nanggung bagian timur dan menjadi obat
70

alternatif yang dapat memberikan kesembuhan selain obat generik yang berbahan
kimia seperti kencur sebagai obat batuk.
e. Sistem Kekerabatan
Masyarakat Kecamatan Nanggung bagian timur sebagaian besar merupakan
keturunan etnis suku Sunda. Sistem Kekerabatan suku Sunda bersifat parental atau
bilateral. Kekerabatan bilateral ini merupakan perhitungan garis keturunan dari
pihak bapak dan ibu. Masyarakat tidak membedakan kerabat pihak ayah dengan
pihak ibu, sehingga keduanya memiliki kedudukan yang sama. Ikatan
kekeluargaan yang kuat dan peranan agama Islam yang sangat mempengaruhi
adat istiadat mewarnai seluruh sendi kehidupan suku Sunda. Pengertian keluarga
dalam masyarakat sunda sangat luas, selama ada ikatan perkawinan (afinity) dan
pertalian ikatan darah (consanguinity) baik dari pihak ayah maupun ibu disebut
dulur urang atau wargi/ keluarga. Orang Sunda mengenal istilah tujuh generasi ke
atas dan tujuh generasi ke bawah dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Sebutan Keturunan Suku Sunda
Keturunan Kebawah Keturunan Keatas
anak turunan pertama bapa/ema ayah/ibu
cucu; turunan kedua;
incu aki/nini kakek/nenek
anaknya anak
orang tuanya
buyut cicit; anaknya cucu uyut/buyut
kakek/nenek
anaknya buyut/anaknya orang tuanya
bao bao
cicit uyut/buyut
janggawaréng anaknya bao janggawaréng orang tuanya bao
orang tuanya
udeg-udeg anaknya janggawaréng udeg-udeg
janggawaréng
orang tuanya udeg-
kaitsiwur anaknya udeg-udeg kaitsiwur
udeg

Bentuk keluarga yang terpenting di tanah Sunda ialah keluarga batih


(nuclear family) yang terdiri dari : suami, isteri dan anak-anak. Keluarga batih
merupakan tempat yang paling aman bagi anggotanya di tengah-tengah hubungan
kerabatnya yang lebih besar dan di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat Sunda
mempunyai kebebasan untuk memilih jodohnya, namun terdapat larangan
menikah dengan sesama keluarga batih, selain itu dianjurkan untuk tidak menikah
dengan saudara dekat, agar persaudaraan makin luas dan kalau ada penyakit tidak
ditunkan. Pepatah sunda mengatakan ―lamun nyiar jodo kudu sawaja sabeusi‖
artinya dalam mencari jodoh harus sesuai dan cocok.
f. Kesenian
Kesenian merupakan ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang
fungsional, estetis dan indah sehingga dapat dinikmati oleh panca indera.
Kesenian juga merupakan bagian dari budaya dan merupakan sarana yang
digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia.
Kesenian juga mempunyai fungsi lain. Mitos berfungsi menentukan norma untuk
71

perilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nilai kebudayaan. Kesenian
dapat mempererat ikatan solidaritas suatu masyarakat.
Pencak Silat Siliwangi. Pencak silat merupakan gabungan antara gerakan
yang terlihat seperti tendangan serta pukulan dan gerakan yang tidak terlihat
seperti menjaga kesabaran dan menjauhkan diri dari sifat yang buruk. Pencak Silat
Partisan Siliwangi didirikan pada 2 Juli 1922 oleh Ama Raden Puradireja yang
merupakan keturunan dari Prabu Siliwangi. Pencak silat ini didirikan dengan
tujuan untuk membangun nasionalisme tinggi untuk membebaskan diri dari
penjajah disertai dengan pembentukan akhlak yang dicerminkan dalam kehidupan
sehari-hari tanpa berharap balas budi. Seseorang yang mengikuti pencak silat ini
harus memahami azas dan tujuan pencak silat dan mengamalkan doa-doa yang
diajarkan oleh pendiri. Pencak silat ini berbeda dengan pencak silat yang lain
karena memiliki peraturan harus menjauhi larangan yang telah ditetapkan oleh
pendirinya terdahulu. Pantangan atau larangan tersebut adalah 5M yaitu Maling
(mencuri), Madat (narkoba), Madon (bermain wanita), Minum (mabuk-mabukan)
dan Maen (berjudi). Pencak Silat Siliwangi terdapat di Desa Hambaro. Atribut dan
pakaian yang digunakan oleh anggota Pencak Silat Siliwangi adalah baju hitam
dan menggunakan sarung atau kain dipinggang. Penggunaan atribut secara
lengkap hanya digunakan untuk pertunjukan. Penggunaan atribut pada saat latihan
hanya menggukan baju tangan panjang dan celana panjang berwarna hitam.

Gambar 32 Pertunjukan Pencak Silat Siliwangi

Pencak Silat Siliwangi lebih mengutamakan kebersamaan dan kekeluargaan,


seperti apabila ada murid tidak mempunyai pakaian seragam mereka akan
membantu untuk membelikannya. Pencak Silat Siliwangi sampai saat masih terus
72

diajarkan kepada para penerus desa. Anak-anak di Desa Hambaro belajar dan
berlatih pencak silat ini. Latihan kesenian ini dilakukan setiap malam minggu di
halaman rumah pelatihnya.
Qasidah. Seni suara bernapaskan Islam atau qasidah ini terdapat di desa
Sukaluyu. Qasidah memiliki lagu-lagu yang mengandung unsur dakwah dan
nasihat baik sesuai ajaran agama Islam. Alat musik yang biasa dipakai untuk
mengiringi qasidah ini adalah rebana. Rebana adalah alat music tradisional yang
terbuat dari kayu berbentuk lingkaran yang diatasnya ditutupi oleh kulit hewan.
Rebana yang dipakai oleh qasidah di desa Sukaluyu ini memiliki empat jenis
ukuran yang berbeda, dan tentunya suara yang dihasilkan pun berbeda. Selain
rebana, alat musik lain yang dipakai untuk mengiringi kesenian ini adalah
kecrekan.

Gambar 33 Kelompok Qasidah di Kecamatan Nanggung bagian Timur

Kecrekan terbuat dari kepingan logam yang berbentuk lingkaran dan disusun
secara melingkar. Alat musik ini menghasilkan suara yang nyaring. Qasidah di
Kecamatan Nanggung bagian Timur dipentaskan pada saat memperingati hari-hari
besar agama Islam , seperti rajaban.
D. Kawasan Khusus
Kawasan khusus merupakan suatu obyek atau kawasan di suatu wilayah
yang sudah terkelola dengan baik. Pengelolaan kawasan khusus bisa berada di
bawah pengawasan pemerintah, masyarakat sekitar kawasan maupun individu.
Kawasan khusus yang ada di Kecamatan Nanggung bagian timur adalah Prasasti
Pasir Jambu yang ada di Desa Batu Tulis dan Kebun Agromedika yang ada di
73

Desa Hambaro. Penjelasan lebih rinci mengenai masing-masing kawasan dapat


diketahui melalui uraian berikut.

1. Prasasti Pasir Jambu


Prasasti Pasir Jambu ini berada dibawah pengelolaan Balai Pelestarian
Peninggalan Purbakala Serang dengan wilayah kerja meliputi Provinsi Banten,
Jawa Barat, DKI Jakarta dan Lampung. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala
adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata
Indonesia yang berada di daerah. Balai ini berada di bawah koordinasi Direktorat
Jenderal Sejarah dan Purbakala.
Prasasti Pasir Jambu adalah prasasti yang berasal dari kerajaan
Tarumanegara. Prasasti Pasir Jambu terletak di wilayah kampong Pasir Gintung,
Desa Batu Tulis, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Prasati Pasir Jambu
ditemukan pertama kali tahun 1854 oleh Jonathan Rigg dan dilaporkan kepada
Dinas Purbakala tahun 1947. Prasasti Pasir Jambu pertama kali diteliti pada tahun
1954.

Gambar 34 Prasasti Pasir Jambu

Prasasti Pasir Jambu dipahatkan pada batu dengan bentuk alami dengan sisi
yang berukuran 2-3 meter. Prasasti Pasir Jambu terdiri dari dua baris aksara
pallawa yang disusun dalam bentuk seloka bahasa Sansekerta dengan metrum
Sragdhara. Pada batu prasasti ini juga terdapat pahatan gambar sepasang telapak
kaki yang digoreskan pada bagian atas tulisan tetapi sebagian gambar telapak kaki
kiri telah hilang karena batu bagian ini pecah. Prasasti ini menyebut nama raja
Purnawarman yang memerintah di kerajaan Tarumanegara. Prasasti ini tanpa
angka dan tahun, namun berdasarkan bentuk aksara pallawa yang dipahatnya
74

diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke-5 Masehi. Bunyi terjemahan teks
yang ada di prasasti tersebut adalah ―Gagah, mengagumkan dan jujur terhadap
tugasnya adalah pemimpin manusia yang tiada taranya yang termahsyur Sri
Purnawarman yang sekali waktu (memerintah) di Taruma dan yang baju zirahnya
yang terkenal tidak dapat ditembus senjata musuh. Ini adalah sepasang telapan
kakinya yang senantiasa menggempur kota-kota musuh, hormat kepada para
pangeran, tapi merupakan duri dalam daging bagi musuh-musuhnya‖.
2. Kebun Agromedika
Agromedika merupakan kebun tanaman obat. Agromedika dibentuk oleh
UPT Tanaman Obat pada tahun 2008. Kebun Agromedika Hambaro memiliki luas
5.9 ha. Agromedika memiliki kerjasama dengan PT. Antam dan BPPT. Dinas
Pertanian mengambil alih pengelolaan Agromedika pada tahun 2010 dan pada
tahun yang bersamaan BPPT mengakhiri kerjasamanya dengan Agromedika. PT
Antam masih memiliki kerjasama dengan Agromedika hingga tahun 2015.
Pengelolaan Agromedika pada tahun 2016 murni dikelola oleh Dinas Pertanian
dengan wilayah kerja satu kabupaten yaitu Kabupaten Bogor dengan jumlah
kecamatan yaitu 40. Tenaga kerja yang dimiliki oleh Agromedika Hambaro
berjumlah 8 orang, 2 orang PNS yang berperan sebagai kepala dan wakil UPT.
Enam orang lainnya berperqan sebagai tenaga teknis, tenaga kontrak, dan tenaga
lapang. Kegiatan pengelolaan rutin yang dilakukan di Agromedika adalah
merawat kebun, yaitu dimulai dengan pembibitan, penanaman, panen dan pasca
panen (membuat olahan obat). Temu koordinasi dan temu teknis diadakan setiap
tahun. Temu koordinasi dihadiri oleh kelompok tani, pengurus UPT, pegawai
Kecamatan Nanggung.

Gambar 35 Tanaman Obat di Kebun Agromedika Hambaro


75

Agenda rutin temu teknis mendatangkan narasumber dari Balitro,


Biofarmaka atau dari IPB untuk mengarahkan kepada budidaya, pengolahan dan
pemasaran tanaman serta olahan tanaman obat.Bibit tanaman didapat dengan cara
mengajukan permintaan kepada Dinas Pertanian dan membeli di kelompok tani
yang membudidayakan tanaman obat serupa. Agromedika Hambaro memiliki 200
koleksi jenis tanaman obat. Perawatan dan waktu setiap jenis tanaman obat
berbeda-beda. Tanaman rimpang seperti jahe bisa menghabiskan 12 bulan untuk
proses pembibitan saja, namun jika ada permintaan dari konsumen dapat juga
dipanen muda. Agromedika Hambaro hanya membuat olahan obat dari tanaman
liadh buaya, kunyit dan temulawak. Olahan tersebut berupa serbuk obat yang
nantinya bisa diseduh dengan air sebagai minuman. Pengolahan tanaman obat
dilakukan secara manual oleh tenaga kerja di Agromedika Hambaro menggunakan
alat sederhana, tidak menggunkan mesin. Fasilitas yang terdapat di Agromedika
adalah gedung, alat untuk menunjang proses budidaya tanaman obat seperti proses
penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen, pupuk dan obat-obatan.
Agromedika Hambaro sering dikunjungi oleh anak-anak usia sekolah TK dan SD
beserta para guru untuk mengenalkan dan belajar menanam tanaman obat.
Kegiatan kunjungan tersebut biasa dimulai pukul 08.00 WIB pada hari Sabtu atau
Minggu

E. Penilaian Potensi Unggulan


Potensi wisata dapat dilakukan dengan menilai potensi sumberdaya
berdasarkan keunikan, kelangkaan, keindahan, seasonality, sensitifitas,
aksesibilitas dan fungsi sosial (Avenzora, 2008). Penilaian potensi ekowisata
desa Kecamatan Nanggung bagian timur ditentukan berdasarkan kuesioner
penilaian asessor. Potensi unggulan tersebut memiliki nilai lebih dari potensi-
potensi lainnya. Penilaian potensi unggulan berdasarkan penilaian asesor
dibedakan berdasarkan beberapa kategori. Kategori tersebut, yaitu flora, fauna,
gejala alam, dan budaya.
Tabel 14 Penilaian Potensi Sumberdaya Ekowisata di Kecamatan Nanggung bagian timur
Obyek Fungsi
No Unik Langka Indah Seasonality Sensitifitas Aksesibilitas Rata
Penilaian Sosial

1. Padi 3.7 2,0 4.0 3.3 4.0 5.7 6.7 4.2


2. Singkong 3.3 2,0 4.0 3.3 4.0 5.7 6.7 4.3
3. Pisang 4.0 3.0 4.0 4.0 3.7 5.3 6.3 4.3
4. Bambu 4.3 4.3 4.3 3.3 4.0 5.3 6.3 4.5
5. Jati 4.7 5.7 4.3 6.7 5.0 5.7 6.7 5.5
6. Ayam
Broiler 4.0 2,0 3.3 2.0 4.0 6.0 7.0 4.0
7. Kerbau 3.3 2,0 4.0 3.3 4.0 5.7 6.7 4.3
8. Sapi 4.0 3.0 4.0 4.0 3.7 5.3 6.3 4.3
Babi
9. Hutan 4.3 4.3 4.3 3.3 4.0 5.3 6.3 4.5
76

Tabel lanjutan
Obyek Fungsi
No Unik Langka Indah Seasonality Sensitifitas Aksesibilitas Rata
Penilaian Sosial

10. Sungai
Cikaniki 5.0 5.0 5.7 4.3 4.3 6.3 6.7 5.3
11. Curug
Cikawung 5.0 5.0 6.3 5.3 4.0 6.0 6.3 5.7
12. Curug
Cisaweung 6.7 6.3 6.3 5.7 6.7 5.7 6.7 6.3
13. Situ Cekdam 6.7 6.0 6.7 6.3 5.0 5.3 6.3 6.0
14. Pencak Silat 6.3 7.0 5.3 5.0 6.3 6.3 6.7 6.1
15. Qasidah 4.3 4.0 4.3 4.7 4.0 6.7 6.0 4.9
16. Prasasti
Pasir Jambu 6.7 6.7 4.7 5.3 4.7 6.3 5.3 5.7
17. Kebun
Agromedika 6.7 6.3 5.7 6.7 6.3 7.0 7.0 6.5
Keterangan nilai indikator:
Keunikan: 1. Sangat tidak unik, 2. Tidak unik, 3. Agak tidak unik, 4. Biasa saja, 5. Agak unik, 6. Unik, 7.
Sangat unik. Kelangkaan: 1. Sangat tidak langka, 2. Tidak langka, 3. Agak tidak langka, 4. Biasa saja, 5.
Agak langka, 6. langka, 7. Sangat langka. Keindahan: 1. Sangat tidak indah, 2. Tidak indah, 3. Agak tidak
indah, 4. Biasa saja, 5. Agak indah, 6. Indah, 7. Sangat indah. Seasonality:1. Sangat tidak musiman, 2. Tidak
musiman, 3. Agak tidak musiman, 4. Biasa saja, 5. Agak musiman, 6. Musiman, 7. Sangat musiman.
Sensitivitas: 1. Sangat tidak sensitif, 2. Tidak sensitif, 3. Agak tidak sensitif, 4. Biasa saja, 5. Agak sensitif, 6.
Sensitif, 7. Sangat sensitif. Aksesibilitas 1.sangat tidak terjangkau, 2. Tidak terjangkau, 3. Agak tidak
terjangkau, 4. Biasa saja, 5. Agak terjangkau, 6. Terjangkau, 7. Sangat terjangkau. Fungsi Sosial:1. Sangat
tidak bermanfaat, 2. Tidak bermanfaat, 3. Agak tidak bermanfaat, 4. Biasa saja, 5. Agak bermanfaat, 6.
Bermanfaat, 7. Sangat bermanfaat.

Penilaian terhadap potensi obyek unggulan telah dilakukan untuk


selanjutnya diperoleh lima peringkat teratas dari potensi obyek unggulan yang
dinilai oleh asessor. Potensi obyek unggulan tersebut mendapatkan nilai tertinggi
dari asessor yang dapat dilihat pada penilaian dari tujuh aspek yaitu keunikan,
kelangkaan, keindahan, musim, sensitifitas, aksesibilitas dan fungsi sosial.
Kemudian penilaian terhadap ketujuh aspek tersebut di rata-rata hingga
mendapatkan hasil sebagai berikut
Tabel 15 Penilaian Potensi Sumberdaya Ekowisata di Kecamatan Nanggung bagian Timur
Menurut Peringkat
Obyek Fungsi
No Unik Langka Indah Seasonality Sensitifitas Aksesibilitas Rata
Penilaian Sosial

1. Kebun
Agromedika 6.7 6.3 5.7 6.7 6.3 7.0 7.0 6.5
2. Curug
Cisaweung 6.7 6.3 6.3 5.7 6.7 5.7 6.7 6.3
3. Situ Cekdam 6.7 6.0 6.7 6.3 5.0 5.3 6.3 6.1
4.Pencak Silat 6.3 7.0 5.3 5.0 6.3 6.3 6.7 6.0
5.Prasasti
Pasir Jambu 6.7 6.7 4.7 5.3 4.7 6.3 5.3 5.7
Keterangan nilai indikator:
Keunikan: 1. Sangat tidak unik, 2. Tidak unik, 3. Agak tidak unik, 4. Biasa saja, 5. Agak unik, 6. Unik, 7.
Sangat unik. Kelangkaan: 1. Sangat tidak langka, 2. Tidak langka, 3. Agak tidak langka, 4. Biasa saja, 5.
77

Agak langka, 6. langka, 7. Sangat langka. Keindahan: 1. Sangat tidak indah, 2. Tidak indah, 3. Agak tidak
indah, 4. Biasa saja, 5. Agak indah, 6. Indah, 7. Sangat indah. Seasonality:1. Sangat tidak musiman, 2. Tidak
musiman, 3. Agak tidak musiman, 4. Biasa saja, 5. Agak musiman, 6. Musiman, 7. Sangat musiman.
Sensitivitas: 1. Sangat tidak sensitif, 2. Tidak sensitif, 3. Agak tidak sensitif, 4. Biasa saja, 5. Agak sensitif, 6.
Sensitif, 7. Sangat sensitif. Aksesibilitas 1.sangat tidak terjangkau, 2. Tidak terjangkau, 3. Agak tidak
terjangkau, 4. Biasa saja, 5. Agak terjangkau, 6. Terjangkau, 7. Sangat terjangkau. Fungsi Sosial:1. Sangat
tidak bermanfaat, 2. Tidak bermanfaat, 3. Agak tidak bermanfaat, 4. Biasa saja, 5. Agak bermanfaat, 6.
Bermanfaat, 7. Sangat bermanfaat.

Hasil yang didapatkan dari penilaian potensi unggulan di Kecamatan


Nanggung bagian timur adalah lima potensi unggulan dari kategori kawasan
khusus, gejala alam dan budaya. Kelima potensi unggulan tersebut adalah Kabun
Agromedika, Curug Cisaweung, Situ Cekdam, Pencak Silat Siliwangi dan Prasasti
Pasir Jambu. Kebun Agromedika mendapat penilaian potensi unggulan tertinggi
di Kecamatan Nanggung bagian timur dikarenakan keberadaannya yang
merupakan satu-satunya kebun tanaman obat yang dikelola oleh UPT di wilayah
Kabupaten Bogor, selain itu kebun Agromedika memiliki fungsi sosial yang
tinggi yaitu sebagai obat tradisional dari berbagai penyakit. Penilaian tertinggi
kedua adalah Curug Cisaweung. Curug Cisaweung mendapatkan penilaian
tertinggi kedua pada penilaian potensi unggulan dikarenakan keunikan,
kelangkaan dan keindahannya. Curug cisaweung unik karena berada di tengah arel
persawahan yang menambah keindahan dari curug tersebut. Situ Cekdam
menempati urutan penilaian tertinggi ketiga dalam penilaian potensi unggulan di
Kecamatan Nanggung bagian timur dikarenakan keberadaaanya yang langka
karena hanya ada satu situ di Kecamatan Nanggung bagian timur, kemudian
didukung juga dengan keindahan dan ketenangan dari suasana di sekitar situ. Situ
Cekdam juga memiliki fungsi sosial sebagai tempat memancing. Penilaian potensi
unggulan selanjutnya adalah Pencak Silat Siliwangi. Pencak Silat Siliwangi
menjadi potensi unggulan keempat di Kecamatan Nanggung bagian timur
dikarenakan keberadaanya yang langka yaitu hanya ada satu di Kecamatan
Nanggung bagian timur yaitu di Desa Hambaro. Keindahan dari Pencak Silat
Siliwangi juga dilihat dari iringan musik yang mendukung pada saat pelaksanaan
latihan ataupun pementasannya. Potensi unggulan kelima yang ada di Kecamatan
Nanggung bagian timur adalah Prasasti Pasir Jambu yang sudah terkenal baik di
kalangan masyarakat Kecamatan Nanggung maupun luar Kecamatan Nanggung.
Keunikan Prasasti Pasir Jambu erat keitannya dengan sejarah yang ada di
dalamnya yaitu sebagai penghormatan bagi Raja Purnawarna dari kerajaan
Tarumanegara. Prasasti Pasir Jambu juga memiliki sisi keindahan karena letaknya
ytang berada di atas bukit sehingga ketika berada di lokasi Prasasti Pasir Jambu
maka dapat meilhat pemandangan bentang alam yang indah.
F. Masyarakat
Masyarakat yang terdapat di daerah tujuan wisata yang harus menyambut
wisatawan dan memberikan pelayanan terhadap wisatawan. Masyarakat yang
terdapat di sekitar daerah tujuan wisata harus mengetahui berbagai jenis dan
78

kualitas layanan yang dibutuhkan oleh wisatawan. Masyarakat tersebut memiliki


peran penting dalam memajukan daerah tujuan wisata Masyarakat Kecamatan
Nanggung bagian Timur dinilai dari karakteristik, persepsi dan kesiapannya
terhadap perencanaan ekowisata.
1. Karakteristik Masyarakat
Karakteristik masyarakat di satu daerah berbeda dengan daerah lainnya.
Begitu juga masyarakat yang ada di Kecamatan Nanggung bagian Timur.
Karakteristik masyarakat perlu diketahui dalam perencanaan ekowisata desa agar
perencanaan sesuai dengan karakteristik masyarakat setempat. Karakteristik yang
dimaksud yaitu jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan terakhir,
pekerjaan dan pendapatan.
Tabel 16 Karakteristik Masyarakat Kecamatan Nanggung bagian Timur
Karakteristik Jumlah Responden Persentase (%)
Jenis Kelamin Laki-Laki 10 33
Perempuan 20 67
Usia 10-20 tahun 6 20
20-30 tahun 17 57
>30 tahun 7 23
Status Pernikahan Belum Menikah 6 20
Menikah 24 80
Pendidikan Terakhir SD 3 10
SMP 6 20
SMA 18 60
Sarjana 3 10
Pekerjaan Pelajar/ Mahasiswa 2 7
Petani 12 40
Pedagang/ Pengusaha 1 3
PNS 6 20
Pegawai Swasta 9 30
Pendapatan < 500.000 9 30
500.000 – 1.000.000 6 20
1.000.000 – 3.000.000 12 40
3.000.000 – 5.000.000 3 10

Karakteristik masyarakat di Kecamatan Nanggung bagian timur didominasi


oleh jenis kelamin dominan perempuan dengan usia 20-30 tahun dan berstatus
menikah. Dominansi masyarakat berjenis kelamin di Kecamatan Nanggung
dikarenakan angka kelahiran jenis kelamin perempuan di Kecamatan nanggung
bagian timur terus meningkat. Status menikah yang dimiliki pada usia 20-30 tahun
juga dipengaruhi oleh pendidikan terakhir mereka yaitu SMA. Masyarakat pada
umumnya tidak meneruskan studi mereka ke perguruan tinggi karena
permasalahan ekonomi. Permasalahan ekonomi ini disebabkan oleh pendapatan
mereka yang cukup rendah yaitu 1.000.000-3.000.000 pada setiap bulannya.
Pendapatan tersebut tidak menentu karena pekerjaan masyarakat Nanggung
bagian timur sebagian besar adalah petani dan buruh tani.
79

2. Persepsi Masyarakat
Persepsi adalah penilaian terhadap suatu aspek yang telah ditentukan dengan
hasil penilaian yang diperoleh berbeda pada setiap individu. Persepsi memiliki
pengaruh besar dan sangat penting bagi perencanaan ekowisata desa. Persepsi
mengenai perencanaan ekowisata desa terdiri dari beberapa indikator yaitu
kegiatan perencanaan ekowisata desa, wisatawan datang berkunjung ke
Kecamatan Nanggung bagian timur dan promosi ekowisata desa. Persepsi
masyarakat dibagi menjadi empat yaitu terhadap perencanaan ekowisata desa,
dampak lingkungan, dampak ekonomi dan dampak sosial budaya.
Persepsi masyarakat terhadap perencanaan desa memuat beberapa hal seperti
perencanaan ekowisata desa jangka panjang, adanya promosi ekowisata desa,
kedatangan wisatawan dan adanya perencanaan ekowisata desa. Persepsi tersebut
memiliki penilaian yang berbeda pada setiap halnya. Persepsi masyarakat
terhadap perencanaan ekowisata desa di Kecamatan Nanggung bagian timur dapat
dilihat pada Gambar 36.

Perencanaan ekowisata desa jangka 5.5


panjang
6.5
Adanya promosi ekowisata desa
6.0
Kedatangan wisatawan
6.5
Adanya perencanaan ekowisata desa
1 2 3 4 5 6 7
Skala Penilaian

Keterangan:
1. Sangat tidak setuju, 2. Tidak setuju, 3. Agak tidak setuju, 4. Biasa saja, 5. Agak setuju, 6. Setuju, 7. Sangat
setuju
Gambar 36 Persepsi Masyarakat Terhadap Perencanaan Ekowisata Desa di Kecamatan
Nanggung bagian Timur
Persepsi masyarakat terhadap perencanaan ekowisata desa rata-rata 6.5 yaitu
setuju hingga sangat setuju. Masyarakat menyatakan setuju terhadap perencanaan
ekowisata desa karena masyarakat berharap dengan adanya perencanaan tersebut
akan membawa dampak positif kepada masyarakat. Perencanaan ekowisata desa
yang ada juga perlu didukung dengan adanya promosi wisata desa agar ekowisata
desa tersebut dapat dikenal lebih luas. Promosi wisata tentunya akan
menimbulkan dampak yaitu kedatangan wisatawan dan masyarakat di Kecamatan
Nanggung bagian Timur menyetujui adanya hal tersebut. Masyarakat juga
berharap bahwa perencanaan ekowisata desa tidak hanya menjadi suatu
perencanaan yang hanya bersifat sementara, namun berkelanjutan dalam jangka
panjang.
Persepsi masyarakat terhadap dampak lingkungan dalam perencanaan
ekowisata desa memuat beberapa hal yang bersifat positif dan negatif. Persepsi
80

tersebut memiliki penilaian yang berbeda pada setiap halnya. Persepsi masyarakat
terhadap dampak lingkungan dalam perencanaan ekowisata desa di Kecamatan
Nanggung bagian timur dapat dilihat pada Gambar 37.

Pencemaran lingkungan 7.0


Perilaku wisatawan mengancam… 2.3
Berkurangnya lahan hijau 2.0
Obyek wisata tertata 6.9
Meningkatkan kepedulian lingkungan 6.7
Kelestarian alam terjaga 6.7
1 2 3 4 5 6 7
Skala Penilaian

Keterangan:
1. Sangat tidak setuju, 2. Tidak setuju, 3. Agak tidak setuju, 4. Biasa saja, 5. Agak setuju, 6. Setuju, 7. Sangat
setuju
Gambar 37 Persepsi Masyarakat Terhadap Dampak Lingkungan dalam Perencanaan
Ekowisata Desa di Kecamatan Nanggung bagian Timur
Persepsi masyarakat terhadap dampak lingkungan yang ada di dalam
perencanaan ekowisata desa adalah beragam. Dampak lingkungan terbagi menjadi
dua yaitu dampak positif dan dampak negatif. Masyarakat menyetujui dampak-
dampak positif yang terjadi akibat perencanaan ekowisata desa seperti menjaga
kelestarian alam dengan meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sehingga
obyek wisata menjadi lebih tertata. Masyarakat juga sangat tidak setuju apabila
perencanaan ekowisata menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan seperti
pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas pengunjung di dalam
suatu kegiatan perencanaan ekowisata desa. Lingkungan yang berada di sekitar
obyek juga pasti akan berkurang lahan hijaunya. Masyarakat juga
mengkhawatirkan tentang perilaku wisatawan yang mengancam apabila jumlah
kunjungan membludak.
Persepsi masyarakat terhadap dampak ekonomi dalam perencanaan
ekowisata desa memuat beberapa hal yang bersifat positif dan negatif. Persepsi
tersebut memiliki penilaian yang berbeda pada setiap halnya. Persepsi masyarakat
terhadap dampak ekonomi dalam perencanaan ekowisata desa di Kecamatan
Nanggung bagian timur dapat dilihat pada Gambar 38.
81

Menimbulkan biaya tambahan anggaran… 2.3

Pendapatan masyarakat tidak pasti 2.3

Naiknya harga barang dan jasa di… 3.5

Mendorong pengembangan ekonomi baru 6.5

Membuka peluang tenaga kerja 7.0

Menambah pendapatan masyarakat 7.0

1 2 3 4 5 6 7
Skala Penilaian

Keterangan:
1. Sangat tidak setuju, 2. Tidak setuju, 3. Agak tidak setuju, 4. Biasa saja, 5. Agak setuju, 6. Setuju, 7. Sangat
setuju
Gambar 38 Persepsi Masyarakat Mengenai Dampak Ekonomi Terhadap Perencanaan
Ekowisata Desa di Kecamatan Nanggung bagian Timur
Perencanaan ekowisata desa tentunya berdampak pada ekonomi
masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak ekonomi
tersebut tidak selamanya menjadi hal yang positif bagi masyarakat, ada pula
dampak ekonomi yang tidak disetujui oleh masyarakat. Dampak ekonomi negatif
dari kegiatan perencanaan ekowisata desa seperti naiknya harga barang dan jasa di
kawasan desa yang menjadi obyek wisata yang dipengaruhi oleh keberadaan
wisatawan tidak disetujui oleh masyarakat karena masyarakat menginginkan
harga barang dan jasa tetap stabil sehingga masyarakat mendapatkan keuntungan
yang besar. Pendapatan masyarakat juga menjadi tidak stabil dikarenakan
pengunjung yang akan berkunjung ke desa jumlahnya tidak menentu dan tidak
dapat diprediksi. Pengunjung biasa ramai di hari-hari libur dan weekend, namun
sepi pada weekday, hal ini yang membuat ketidakstabilan pendapatan di dalam
masyarakat. Perencanaan ekowisata secara tidak langsung juga memberikan
dampak negatif pada anggaran desa karena pembangunan atau perbaikan sarana
prasarana dan fasilitas yang menunjang kegiatan perencanaan ekowisata desa.
Selain dampak ekonomi negatif, kegiatan perencanaan ekowisata desa juga
membawa dampak positif bagi masyarakat. Dampak positif yang diperoleh
masyarakat dari perencanaan ekowisata desa adalah seperti menambah
pendapatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat dalam sistem ticketing,
pengelolaan lahan parkir, menjual merchandise, membuka usaha berupa warung
makan atau kantin dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat mendorong
pengembangan ekonomi baru dan menjadi lahan pekerjaan bagi masyarakat desa
di Kecamatan Nanggung bagian Timur, sehingga dapat menekan angka
pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Persepsi masyarakat terhadap dampak sosial budaya dalam perencanaan
ekowisata desa memuat beberapa hal yang bersifat positif dan negatif. Persepsi
tersebut memiliki penilaian yang berbeda pada setiap halnya. Persepsi masyarakat
82

terhadap dampak sosial budaya dalam perencanaan ekowisata desa di Kecamatan


Nanggung bagian timur dapat dilihat pada Gambar 39.

Timbul kriminalitas 2.3


Mengikuti kebiasaan wisatawan yang… 2.3
Komersial budaya 3.5
Menambah pengetahuan 6.5
Semakin kuatnya kearifan lokal 7.0
Turut melestarikan budya setempat 7.0
1 2 3 4 5 6 7
Skala Penilaian

Keterangan:
1. Sangat tidak setuju, 2. Tidak setuju, 3. Agak tidak setuju, 4. Biasa saja, 5. Agak setuju, 6. Setuju, 7. Sangat
setuju
Gambar 39 Persepsi Masyarakat Mengenai Dampak Sosial Budaya Terhadap Perencanaan
Ekowisata Desa di Kecamatan Nanggung bagian Timur
Persepsi terhadap sosisal budaya masyarakat juga sama halnya dengan
persepsi sebelumnya, yaitu memiliki dampak positif dan negatif. Masyarakat
sangat menyetujui dampak positif dari perencanaan ekowisata desa berupa turut
serta melestarikan budaya dan semakin kuatnya kearifan lokal. Masyarakat juga
setuju apabila dalam proses dan pelaksaan perencaaan ekowisata desa, masyarakat
bisa mendapatkan pengetahuan tambahan baik secara langsung maupun tidak
langsung dari wisatawan, pengelola dan pihak lain yang terkait. Namun,
masyarakat mengkhawatirkan adanya komersialisasi budaya yang menjadi ciri
khas dari Nanggung bagian timur. Dampak negatif yang timbul seperti
kriminalitas dan mengikuti kebiasaan wisatawan juga dikhawatirkan dan tidak
disetujui oleh masyarakat, sehingga masyarakat menginginkan tindakan antisipasi
agar dampak negatif yang ditakutkan oleh masyarakat tidak terjadi ketika ada
suatu perencanaan ekowisata desa.
3. Kesiapan Masyarakat
Kesiapan masyarakat terhadap perencanaan ekowisata desa merupakan hal
penting untuk mendukung berlangsungnya suatu kegiatan perencanaan selain itu
kesiapan masyarakat juga merupakan tolak ukur masyarakat mengenai siap atau
tidaknya dalam melaksanakan pengelolaan ekowisata desa di desa tersebut,
sehingga kedepannya diharapkan masyarakat mampu melaksanakannya dengan
baik mengenai bentuk perencanaan ekowisata desa di Kecamatan Nanggung
bagian timur. Dari tujuh aspek dominan kesiapan masyarakat desa terlihat pada
kesiapan keamanan dan keselamatan pengunjung, hal tersebut merupakan faktor
penting dan wajib untuk memberikan rasa aman dan keselamatan ketika
wisatawan datang dan melakukan kegiatan di desa. Bentuk keamanan dan
keselamatan yang akan dilakukan adalah hansip keliling, pos penjagaan dan
masyarakat sekitar yang secara sukarela siap dan bersedia dalam memberikan
keamanan dan keselamatan terhadap wisatawan. Keamanan dan keselamatan
dilakukan tidak hanya pada wisatawan saja akan tetapi juga bagi lingkungan desa
83

yang nantinya akan menimbulkan rasa aman dan terhindar dari berbagai tindakan
kriminal di lingkungan desa.

Persaingan usaha 3.0


Kerjasama dengan berbagai pihak 6.0
Melestarikan dan menjaga potensi wisata 6.5
Penyedia barang dan jasa 6.0
Pengetahuan dan keterampilan 6.5
Keamanan dan keselamatan pengunjung 7.0
Etika dan pelayanan 7.0
1 2 3 4 5 6 7
Skala Penilaian

Keterangan:
1. Sangat tidak siap, 2. Tidak siap, 3. Agak tidak siap, 4. Biasa saja, 5. Agak siap, 6. Siap, 7. Sangat siap
Gambar 40 Kesiapan Masyarakat Kecamatan Nanggung bagian Timur Terhadap
Perencanaan Ekowisata Desa
Masyarakat Kecamatan Nanggung bagian Timur mengaku sangat siap
memberikan etika dan pelayanan yang baik apabila ada pengunjung yang datang.
Pelayanan yang baik ini diwujudkan masyarakat dalam bentuk menjaga keamanan
dan keselamatan pengunjung sehingga pengunjung merasa nyaman selama berada
di desa tersebut. Masyarakat siap menyediakan barang dan jasa yang nantinya
akan dibutuhkan oleh pengunjung. Namun, masyarakat mengaku tidak cukup siap
jika ada persaingan usaha antara satu individu dengan individu lainnya.

G. Pengelola
Pengelola merupakan sekelompok orang maupun organisasi yang
bertanggung jawab atas kegiatan pengelolaan di suatu desa seperti merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan dan melalukukan pengawasan terhadap
kawasan desa tersebut. Pengelolaan tersebut juga terkait dengan sumber daya
manusia yang berperan penting dalam suatu kegiatan wisata. Penilaian terhadap
pengelola sangat berpengaruh dalam perencanaan ekowisata desa. Penilaian yang
dilakukan terhadap pengelola mencakup aspek karakteristik, persepsi dan
kesiapan.
1. Karakteristik Pengelola
Pengelola merupakan aspek penting yang mendukung dalam kegiatan
perencanaan ekowisata desa. Karakteristik pengelola terdiri dari jenis kelamin,
usia, status pernikahan, pendidikan terakhir, pekerjaan dan pendapatan. Kuesioner
disebar kepada pengelola objek yaitu Prasarti Pasir Jambu, Kebun Agromedika,
Curug Cikawung, Curug Cisaweung serta Situ Cekdam dan perangkat desa
masing-masing satu orang.
Tabel 17 Karakteristik Pengelola di Kecamatan Nanggung bagian Timur
Karakteristik Jumlah Responden Persentase (%)
Jenis Kelamin Laki-Laki 21 70
84

Karakteristik Jumlah Responden Persentase (%)


Perempuan 9 30
Usia 10-20 tahun 3 10
20-30 tahun 11 37
> 30 tahun 16 53
Status Pernikahan Belum Menikah 4 13
Menikah 26 87
Pendidikan Terakhir SD 1 3
SMP 5 17
SMA 16 53
Sarjana 8 27
Pekerjaan Petani 9 30
Pedagang/ Pengusaha 3 10
PNS 12 40
Pegawai Swasta 6 20
Pendapatan 500.000 – 1.000.000 9 30
1.000.000 – 3.000.000 6 20
3.000.000 – 5.000.000 12 40

Pengelola di Kecamatan Nanggung bagian Timur didominasi oleh pengelola


dengan jenis kelamin laki-laki, berusia diatas 30 tahun dan sudah menikah.
Sebagai pengelola, tentunya pendidikan terakhir juga diperhartikan dalam
pelaksanaanya, namun dikarenakan sumberdaya manusia di Kecamatan Nanggung
bagian timur cukup rendah, maka kebanyakan pengelola memiliki tingkat
pendidikan terakhir yaitu SMA. Pendapatan pengelola setiap bulannya yaitu
3.000.000 hingga 5.000.000.
2. Persepsi Pengelola
Persepsi merupakan proses yang kompleks yang dilakukan orang untuk
memilih, mengatur dan memberi makna pada kenyataan yang dijumpai di
sekelilingnya. Pengelola yang terlibat dalam kegiatan bertujuan mengembangkan
kemajuan desa. Persepsi pengelola terhadap suatu perencanaan ekowisata desa
sangat di perlukan sebagai acuan dalam membuat perencanaan.

Memberikan layanan pendidikan 5.5


Keberlanjutan ekonomi jangka panjang 6.0
Kontribusi perlindungan lingkungan 6.0
Adanya promosi ekowisata desa 6.5
Kedatangan wisatawan 6.5
Adanya perencanaan ekowisata desa 6.3
1 2 3 4 5 6 7
Skala Penilaian

Keterangan:
1. Sangat tidak setuju, 2. Tidak setuju, 3. Agak tidak setuju, 4. Biasa saja, 5. Agak setuju, 6. Setuju, 7. Sangat
setuju
Gambar 41 Persepsi Pengelola Terhadap Perencanaan Ekowisata Desa di Kecamatan
Nanggung bagian Timur
85

Pengelola menyetujui adanya perencanaan ekowisata desa dan kegiatan


promosi wisata di dalamnya. Kegiatan tersebut tentunya akan membawa dampak
berupa kedatangan wisatawan ke Kecamatan Nanggung bagian timur. Kedatangan
wisatawan di Kecamatan Nanggung bagian timur disetujui juga oleh pengelola.
Keberadaan perencanaan ekowisata dan segala kegiatan serta dampak di
dalamnya, baik dalam aspek ekonomi, sosial budya dan ekologi. Pengelola
menyanggupi kontribusi mereka terhadap perlindungan lingkungan di kawasan
yang digunakan sebagai obyek dan daya tarik dalam perencanaan ekowisata desa.
3. Kesiapan Pengelola
Kesiapan pengelola sangat penting dalam kegiatan perencanaan ekowisata
desa di Kecamatan Nanggung bagian Timur karena dapat menjadi penentu atas
sukses atau tidaknya suatu perencanaan ekowisata desa. Kesiapan pengelola
dilihat dari beberapa aspek yaitu kesiapan dalam bentuk etika pelayanan, kesiapan
mengenai keamanan dan keselamatan, kesiapan mengenai kenyamanan dan
kebersihan serta kesiapan dalam pembinaan masyarakat sekitar.

Memberikan kemudahan aksesibilitas 6.0


Memberikan informasi dan pengetahuan 6.3
Menyediakan infrastruktur yang memadai 6.3
Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak 6.0
Mempromosikan ekowisata desa 6.0
Menjamin keamanan dan keselamatan 6.5
Turut melestarikan dan menjaga potensi… 6.3
Menjaga kebersihan dan keindahan… 6.5
1 2 3 4 5 6 7
Skala Penilaian

Keterangan:
1. Sangat tidak siap, 2. Tidak siap, 3. Agak tidak siap, 4. Biasa saja, 5. Agak siap, 6. Siap, 7. Sangat siap
Gambar 42 Kesiapan Pengelolan Mengenai Bentuk Etika Pelayanan Pengunjung Terhadap
Perencanaan Ekowisata Desa di Kecamatan Nanggung bagian Timur
Pengelola mengaku sangat siap dalam menyediakan infrastuktur yang
memadai untuk menunjang kegiatan perenanaan ekowisata desa. Aksesibiltas
menuju obyek atau daya tarik yang ada di dalam perencaaan juga siap diperbaiki
agar mempermudah wisatawan yang akan berkunjung. Kegiatan promosi
ekowisata desa juga siap dilakukan oleh pengelola, baik secara berdikari maupun
menjalin kerjasama dengan pihak lain. Pengelola juga mengaku memiliki
kesiapan untuk menjaga kebersihan dan keamanan agar potensi yang ada tetap
lestari.
H. Pengunjung
Pengunjung merupakan pelaku utama dalam kegiatan wisata. Penilaian
pengunjung diperlukan karena untuk mengetahui apa saja yang dibutuhkan oleh
pengunjung pada tempat tersebut. Penilaian yang dilakukan berupa karakteristik,
86

persepsi dan motivasi yang dilakukan dengan cara wawancara terbuka maupun
tertutup (kuesioner).
1. Karakteristik Pengunjung
Pengunjung yang datang ke suatu tempat pastinya memiliki karakteristik
yang berbeda-beda. Karakteristik pengunjung berupa jenis kelamin, usia, status
pernikahan, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan dan asal kedatangan.
Tabel 18 Rekapitulasi Karakteristik Pengunjung
Karakteristik Jumlah Persentase (%)
Responden
Jenis Kelamin Laki-Laki 17 57
Perempuan 13 43
Usia 10-20 tahun 20 67
20-30 tahun 9 30
> 30 tahun 1 3
Status Pernikahan Belum Menikah 22 73
Menikah 8 27
Pendidikan Terakhir SD 3 10
SMP 3 10
SMA 23 77
Sarjana 1 3
Pekerjaan Pelajar/ Mahasiswa 23 77
Pedagang/ Pengusaha 3 10
PNS 1 3
Pegawai Swasta 3 10
Pendapatan < 500.000 11 37
500.000 – 1.000.000 15 50
1.000.000 – 3.000.000 4 13
Asal Kedatangan Bogor 26 87
Luar Bogor 4 13

Pengunjung yang datang ke Kecamatan Nanggung bagian timur didominasi


oleh laki-laki yang berusia 10 sampai 20 tahun, yang artinya mereka masih
berstatus sebagai pelajar ataupun mahasiswa dan masih belum menikah.
Karakteristik tersebut juga mempengaruhi pendapatan mereka, yaitu 500.000
sampai 1.000.000 karena uang yang mereka dapatkan masih bersumber dari orang
tua mereka masing-masing. Pengunjung yang berkunjung ke obyek obyek wisata
yang ada di Kecamatan Nanggung bagian timur berasal dari Bogor, dikarenakan
belum adanya promosi dari obyek-obyek tersebut dan kebanyakan pengunjung
mengetahui keberadaan obyek tersebut dari kerabatnya yang sudah berkunjung.
2. Motivasi Pengunjung
Motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang
melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi berasal dari
dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang. Motivasi pengunjung yang
datang di Kecamatan Nanggung bagian timur sangat beragam. Motivasi tersebut
dapat dilihat pada gambar berikut
87

Menikmati suasana desa 4.3


Menikmati kuliner 3.0
Menikmati kebudayaan 5.0
Melihat flora 4.0
Melihat fauna 3.3
Merasakan keindahan bentang alam 6.7
Pekerjaan 3.0
Penelitian 3.3
Pendidikan 4.3
Rekreasi 6.7
1 2 3 4 5 6 7

Skala Penilaian

Keterangan:
1. Sangat tidak setuju, 2. Tidak setuju, 3. Agak tidak setuju, 4. Biasa saja, 5. Agak setuju, 6. Setuju, 7. Sangat
setuju
Gambar 43 Motivasi Pengunjung terhadap Perencanaan Ekowisata Desa di Kecamatan
Nanggung bagian Timur

Motivasi pengunjung yang datang ke Kecamatan Nanggung bagian Timur


terdiri rekreasi, merasakan keindahan bentang alam, menikmati suasana desa,
menikmati kuliner, menikmati kebudayaan, melihat flora dan fauna, pekerjaan,
penelitian dan pendidikan. Rekreasi dan merasakan keindahan bentang alam
merupakan motivasi utama dari pengunjung yang datang ke Kecamatan Nanggung
bagian timur. Hal ini terjadi pengunjung merasakan kejenuhan selama hari kerja
dan ingin menyegarkan kembali pikiran mereka dengan kegiatan rekreasi yang
mudah dan murah. Kemudahan dan kemurahan ini bisa didapatkan pengunjung
dengan cara menikmati keindahan bentang alam yang ada di Kecamatan
Nanggung seperti Curug Cikawung, Curug Cisaweung dan Situ Cekdam.
3. Persepsi Pengunjung
Persepsi pengunjung terbagi menjadi empat yaitu terhadap aktivitas,
fasilitas, aksesibilitas dan masyarakat. Pada persepsi aktivitas pengunjung yang
datang ingin menikmati suasana alami, berfoto, bersantai, bermain dan
mengerjakan tugas (pendidikan).
Persepsi pengunjung terhadap aktivitas dalam perencanaan ekowisata desa
memuat beberapa hal yang bersifat positif dan negatif. Persepsi tersebut memiliki
penilaian yang berbeda pada setiap halnya. Persepsi pengunjung terhadap aktivitas
dalam perencanaan ekowisata desa di Kecamatan Nanggung bagian timur dapat
dilihat pada Gambar 44.
88

Menikmati suasana alam 6.0

Berfoto 6.3

Bersantai 5.7

Bermain 5.5

Pendidikan 3.3

1 2 3 4 5 6 7
Skala Penilaian

Keterangan:
1. Sangat tidak setuju, 2. Tidak setuju, 3. Agak tidak setuju, 4. Biasa saja, 5. Agak setuju, 6. Setuju, 7. Sangat
setuju
Gambar 44 Persepsi Aktivitas Pengunjung Terhadap Perencanan Ekowisata Desa di
Kecamatan Nanggung bagian Timur
Pengunjung yang sengaja datang untuk berekreasi di obyek-obyek wisata
alam yang ada di Kecamatan Nanggung bagian timur mengaku lebih menyukai
aktivitas berfoto sembari menikmati pemandangan alam yang ada. Berfoto
menjadi kegiatan utama pengunjung karena pengunjung berharap hasil foto yang
berlatar belakang pemandangan alam di Kecamatan Nanggung dapat mereka
unggah di akun media sosial mereka dan mendapat banyak pujian dari orang yang
melihatnya, sehingga mereka memiliki kebanggaan tersendiri atas hal tersebut.
Persepsi pengunjung terhadap fasilitas dalam perencanaan ekowisata desa
memuat beberapa hal yang bersifat positif dan negatif. Persepsi tersebut memiliki
penilaian yang berbeda pada setiap halnya. Persepsi pengunjung terhadap fasilitas
dalam perencanaan ekowisata desa di Kecamatan Nanggung bagian timur dapat
dilihat pada Gambar 45.

Jembatan 3.3
Tempat ibadah 6.7
Tempat parkir 2.7
Tempat makan 6.0
Tempat istirahat 4.3
Petunjuk arah 3.0
Jalan 3.0
1 2 3 4 5 6 7
Skala Penilaian

Keterangan:
1. Sangat tidak baik, 2. Tidak baik, 3. Agak tidak baik, 4. Biasa saja, 5. Agak baik, 6. Baik, 7. Sangat baik
Gambar 45 Persepsi Pengunjung Terhadap Fasilitas dalam Perencanaan Ekowisata Desa di
Kecamatan Nanggung bagian Timur
Persepsi pengunjung terhadap fasilitas penunjang perencanaan ekowisata
desa di Kecamatan nanggung bagian timur adalah baik pada tempat ibadah dan
tempat makan. Kecamatan Nanggung bagian Timur sudah memiliki mushalla dan
89

masjid di setiap desa yang tidak jarang letaknya berada di pinggir jalan sehingga
cukup strategis, begitu pula dengan tempat makan yang ada hampir di setiap desa
dan pinggir jalan. Namun pengunjung menilai bahwa fasilitas berupa tempat
parkir, petunjuk arah dan jalan masih kurang baik. Tempat parkir tidak ada di
obyek-obyek wisata alam, sehingga pengunjung sering memarkirkan
kendaraannya di pinggir jalan atau dititipkan di rumah masyarakat sekitar.
Petunjuk jalan juga tidak ada, sehingga pengunjung yang melakukan kunjungan
pertama kali harus bertanya berkali-kali kepada masyarakat sekitar. Hal ini
diperparah juga dengan kondisi akses jalan menuju lokasi obyek wisata alam
sangat tidak mendukung.
Persepsi pengunjung terhadap aksesibilitas dalam perencanaan ekowisata
desa memuat beberapa hal yang bersifat positif dan negatif. Persepsi tersebut
memiliki penilaian yang berbeda pada setiap halnya. Persepsi pengunjung
terhadap aksesibilitas dalam perencanaan ekowisata desa di Kecamatan Nanggung
bagian timur dapat dilihat pada Gambar 46.

5.5
Transportasi menuju lokasi

6.3
Jarak tempuh dari asal pengunjung

5.5
Lokasi strategis
1 2 3 4 5 6 7
Skala Penilaian

Keterangan:
1. Sangat tidak baik, 2. Tidak baik, 3. Agak tidak baik, 4. Biasa saja, 5. Agak baik, 6. baik, 7. Sangat baik
Gambar 46 Persepsi Pengunjung Terhadap Aksesibilitas dalam Perencanaan Ekowisata
Desa di Kecamatan Nanggung bagian Timur
Persepsi yang ketiga yaitu mengenai aksesibiltas. Aksesibiltas yang
dimaksud seperti strategis atau tidaknya suatu lokasi, transportasi menuju lokasi
dan jarak tempuh dari daerah asal pengunjung. Seluruh aspek tersebut merupakan
aspek penting yang harus ada karena diperlukan sebagai bahan pertimbangan
pengunjung. Persepsi pengunjung terhadap jarak tempuh dari asal mereka adalah
baik dikarenakan pengunjung memang berasal dari Bogor, sehingga tidak
memerlukan waktu yang lama untuk tiba di Kecamatan Nanggung bagian timur.
Transportasi juga sudah cukup baik karena di Kecamatan Nanggung bagian timur
terdapat banyak angkutan umum dan ojek yang melintas. Lokasi dari Kecamatan
Nanggung bagian timur juga cukup strategis, karena sebagian besar desa berada di
jalan kabupaten dan jalan desa.
Persepsi pengunjung terhadap masyarakat dalam perencanaan ekowisata
desa memuat beberapa hal yang bersifat positif dan negatif. Persepsi tersebut
memiliki penilaian yang berbeda pada setiap halnya. Persepsi pengunjung
90

terhadap masyarakat dalam perencanaan ekowisata desa di Kecamatan Nanggung


bagian timur dapat dilihat pada Gambar 47.

6.0
Keterbukaan

5.5
Kekeluargaan kekerabatan

6.3
Keramahtamahan
1 2 3 4 5 6 7
Skala Penilaian

Keterangan:
1. Sangat tidak baik, 2. Tidak baik, 3. Agak tidak baik, 4. Biasa saja, 5. Agak baik, 6. Baik, 7. Sangat baik
Gambar 47 Persepsi Pengunjung Terhadap Masyarakat dalam Perencanaan Ekowisata
Desa di Kecamatan Nanggung bagian Timur
Persepsi yang keempat yaitu mengenai masyarakat. Masyarakat yang
dimaksud adalah sikap daripada masyarakat dalam penerimaan pengunjung
seperti keramahtamahan, keterbukaan dan kekeluargaan. Seluruh aspek tersebut
merupakan aspek penting yang harus ada karena dapat mempengaruhi pandangan
pengunjung terhadap masyarakat di Kecamatan Nanggung bagian Timur.
Pengunjung menilai bahwa masyarakat Nanggung bagian timur sudah cukup baik.
Penilaian tersebut dapat dilihat dari keramahtamahan masyarakat ketika ada
pengunjung yang datang ke untuk mengunjungi obyek-obyek wisata yang ada di
Kecamatan Nanggung. Masyarakat sering memberi tahu kepada pengunjung yang
tidak mengetahui arah menuju suatu lokasi tertentu. Masyarakat juga tak jarang
mau mengantar pengunjung yang terlihat kebingungan untuk menuju lokasi.
Kepedulian masyarakat kepada pengunjung juga nampak ketika ada pengunjung
yang masih berada di obyek wisata pada waktu menjelang malam, maka
masyarakat sekitar obyek mengingatkan untuk segera meninggalkan lokasi untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkaan.
I. Perencanaan Program Wisata
Program wisata dirancang dengan berbagai waktu dan kegiatan yang
berbeda diantaranya program wisata harian, menginap dan tahunan.Perencanaan
program ekowisata desa di Kecamatan Nanggung bagian Timur dilakukan
berdasarkan hasil kuesioner yang disebar pada masyarakat, pengunjung, dan
pengelola serta penilaian asesor terhadap sumberdaya unggulan yang ada.
Aktivitas yang dirancang mengacu pada beberapa kegiatan yang sudah ada dan
berdasar penilaian masyarakat, pengelola serta pengunjung.
1. Program Wisata Harian “Buyung Upik”
Program Wisata Harian ―Buyung Upik‖ dibuat berdasarkan penilaian
potensi unggulan tertinggi yaitu Kebun Agromedika. Penamaan program wisata
91

harian ―Buyung Upik‖ terispirasi dari brand jamu untuk anak-anak yang sudah
terkenal yaitu ―Jamu Buyung Upik‖. Penamaan tersebut bermaksud agar menarik.
Tema yang diangkat pada program ini adalah untuk mengenal tanaman obat
beserta cara penanaman dan pengolahannya. Sasaran yang diambil pada program
ini adalah anak-anak pada usia 7 sampai 9 tahun. Sasaran ini dibuat berdasarkan
karakteristik anak pada usia tersebut adalah anak yang memiliki rasa keingin
tahuan yang tinggi. Sementara itu, anak-anak di era ini mungkin sudah tidak
mengenal apa tanaman obat dan fungsinya, padahal pengetahuan tersebut sangat
penting. Pada program ini, jumlah anak yang dapat mengikuti kegiatan adalah
dalam kelompok besar yaitu 20 anak dengan pendampingan dari guru atau orang
tua. Waktu pelaksanaan program ini adalah 9 jam, dimulai dari pukul 06.00 yaitu
keberangkatan dan pukul 15.00 untuk kepulangan. Kegiatan yang dilakukan pada
program wisata harian ―Buyung Upik‖ ini adalah segala kegiatan yang berkaitan
dengan tanaman obat. Kegiatan pada program ini dipandu oleh staf dari Kebun
Agromedika yang sudah sangat mengetahui mengenai seluk-beluk tanaman obat
mulai dari jenis, penanaman, perawaatan, pemanenan dan pengolahannya.
Kegiatan pertama yang ada di dalam program wisata harian ―Buyung Upik‖
adalah pengenalan tanaman obat. Anak-anak akan dikumpulkan di salah satu
saung yang ada di dalam Kebun Agromedika untuk diberi penjelasan mengenai
jenis-jenis dan fungsi dari tanaman obat dan cara penanamannya. Penjelasan
mengenai jenis-jenis tanaman obat dibuat semenarik mungkin dengan bahasa
menarik beserta contoh agar mudah diterima oleh anak-anak. Setelah anak-anak
memahami jenis, fungsi dan cara menanam, panitia mengajak anak-anak untuk
keluar dari saung dan menuju kebun untuk mempraktikkan langsung cara
penanamannya. Penanaman tanaman obat dipraktikkan dengan cara menyediakan
polybag berukuran sedang. Masing-masing anak mendapatkan satu buah polybag,
skop dan bibit tanaman obat. Setelah masing-masing anak mendapatkan alat untuk
menanam, panitia memberikan arahan untuk ditirukan oleh anak-anak. Proses
tanam yang akan dilakukan oleh anak-anak adalah proses tanam yang sederhana,
yaitu dengan memasukkan tanah dan pupuk ke dalam polybag lalu memasukkan
bibit tanaman obat, kemudian menutupnya dengan tanah sebelum diberi air. Hasil
bibit tanaman obat yang telah mereka buat bisa dibawa pulang sebagai buah
tangan.
Kegiatan kedua yang dilakukan anak-anak setelah penanaman dalam
program ini adalah kegiatan melihat proses pengolahan tanaman obat menjadi
minuman dan mencicipinya. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar anak-anak
mengenal jamu sebagai pengobatan tradisional. Pada kegiatan ini anak-anak akan
duduk kembali di saung dan melihat panitia mengolah tanaman obat menjadi
serbuk yang kemudian akan dibuat menjadi minuman. Setelah proses pengolahan
selesai, anak-anak dipersilahkan untuk memilih olahan tanaman obat yang sudah
dijadikan minuman seperti beras kencur, kunyit asam dan teh rasamala. Olahan
92

tanaman obat ini juga bisa dibawa pulang oleh anak-anak. Ittinerary dari program
wisata harian ―Buyung Upik‖ adalah sebagai berikut;
Tabel 19 Ittinerary Program Wisata Harian "Buyung Upik"
No Kegiatan Waktu Keterangan
1. Berkumpul dan persiapan peserta 06.00 – 06.30 Berlokasi di Terminal
menuju Agromedika Leuwiliang
2. Perjalanan menuju Agomedika 06.30 – 07.30 Perjalanan dengan menggunakan
kendaraan
3. Sarapan pengunjung, perkenalan 07.30 – 08.00 Tiba dilokasi dan berkumpul di
kawasan dan panitia atau pemandu halaman kantor Agromedika
serta penjelasan aturan kegiatan
4. Berkeliling kebun Agromedika 08.00 – 09.30 Kegiatan ini dilakukan di kebun
Agromedika sembari
memperkenalkan jenis tanaman
obat dan manfaatnya
5. Belajar menanam tanaman obat 09.30 – 11.00 Pengunjung akan melakukan
kegiatan penanaman tanaman
obat
6. ISHOMA 11.00 – 12.15 Berlokasi di saung yang ada di
tengah kebun Agromedika
7. Melihat proses pengolahan tanaman 12.15 – 14.00 Pengunjung akan melihat dan
obat dan mencicipi berbagai olahan belajar mempraktikan cara
tanaman obat pembuatan olahan tanaman obat
serta mencoba hasil
pembuatannya di dapur
Agromedika
8. Mini quiz 14.00 – 15.00 Pengunjung akan melakukan
beberapa permainan mengenai
tanaman obat, serta pembagian
doorprize
9. Persiapan pulang 15.00 –15.30 Berlokasi di halaman kantor
Agromedika

Program wisata harian ―Buyung Upik‖ ini diakhiri dengan kegiatan mini
quiz. Kegiatan mini quiz berisi pertanyaan tentang kegiatan yang sudah dilakukan
dan tentunya juga berkaitan dengan pengetahuan mengenai tanaman obat.
Pemenang dari mini quiz ini akan mendapatkan hadiah.
2. Program Wisata Bermalam “Nanggung Runaway”
Program wisata bermalam ―Nanggung Runaway‖ merupakan suatu program
yang bertemakan kebudayaan, kehidupan sosial dan alam yang ada di desa.
Penamaan runaway berasal dari bahasa Inggris yang memiliki arti berlari. Nanum
penamaan runaway ini bukan memiliki makna berlari ke Nanggung, tetapi hidup
di Nanggung dalam waktu yang singkat. Sasaran program wisata bermalam ini
adalah keluarga yang dapat dimasuki oleh tiga kategori umur sekaligus, yaitu
anak-anak (7-11 tahun), remaja (11-17 tahun) dan dewasa (17-35 tahun). Keluarga
dipilih sebagai sasaran karena dirasa tepat dengan aktivitas-aktivitas yang ada di
93

dalam program wisata bermalam tahunan ―Nanggung Runaway‖ ini. Durasi


pelaksanaan program wisata bermalam ini adalah 2 hari 1 malam dan dilakukan
oleh kelompok dalam jumlah sedang yaitu 5-15 orang.
Lokasi utama yang digunakan untuk program wisata bermalam ini adalah
Curug Cikawung, karena selain lokasinya yang strategis yaitu dekat dengan jalan
utama, Curug Cikawung juga memiliki lahan yang cukup luas untuk didirikan
tenda. Selain itu, Curug Cikawung dipilih sebagai lokasi utama untuk menginap
dikarenakan agar tercipta suasana malam yang unik dan berbeda dengan kegiatan
berkemah lainnya.
Kegiatan pertama dilakukan pada program ini adalah mendirikan tenda di
Curug Cikawung. Tujuan pendirian tenda bersama keluarga adalah untuk
membangun kerjasama dan meningkatkan suasana yang hangat dalam keluarga
serta didukung oleh suasana alam Curug Cikawung yang menyegarkan. Setelah
tenda selesai didirikan, keluarga dipandu menuju sawah untuk selanjutnya
melakukan kegiatan belajar menanam padi. Kegiatan menanam padi ini dilakukan
di persawahan yang lahannya khusus disiapkan untuk penanaman padi. Panitia
sudah menyiapkan bibit tanaman padi dan arahan sebelum kegiatan ini
dilaksanakan. Kegiatan berikutnya adalah bersama-sama menuju saung dan
menikmati santapan sederhana berupa singkong dan pisang rebus serta minuman
berupa jamu. Setelah kegiatan tersebut selesai, peserta diarahkan menuju sungai
Cikaniki yang berada tidak jauh dari areal persawahan. Pengunjung akan
melakukan kegiatan memandikan kerbau di sungai sambil membersihkan diri
setelah proses belajar menanam padi. Kegiatan ini berlangsung selama setengah
jam sebelum ishoma dan melanjutkan kegiatan berikutnya. Setelah ishoma,
pengunjung diarahkan menuju lokasi pembuatan gula aren yang berlokasi di
pinggir sawah. Pengunjung akan menyaksikan proses pembuatan gula aren dan
dapat mencoba untuk mempraktikkan serta mencicipinya. Kegiatan ini
berlangsung dua jam, sebelum pengunjung diarahkan ke lokasi selanjutnya yaitu
Curug Cisaweung. Pengunjung dapat melakukan aktifitas ringan di Curug
Cisaweung seperti berfoto, bermain air, berenang ataupun aktivitas yang lainnya.
Selanjutnya pengunjung diarahkan untuk kembali ke tenda dan beristirahat untuk
melanjutkan kegiatan pada malam hari dan keesokan harinya. Pada malam hari
setelah makan malam, peserta dapat melihat dan ikut serta dalam latihan pencak
silat. Apabila ada peserta yang sudah merasa lelah boleh meminum jamu yang
sudah disediakan dan pergi beristirahat. Itinerary dari program wisata bermalam
―Nanggung Runaway‖ adalah sebagai berikut;
Tabel 20 Ittinerary Program Wisata Bermalam "Nanggung Runaway”
No Waktu Kegiatan Keterangan
Hari
Pertama
1. 06.00 – 06.30 Berkumpul dan persiapan peserta Berlokasi di Terminal
menuju Kecamatan Nanggung Leuwiliang Bogor
94

Tabel lanjutan
No Waktu Kegiatan Keterangan
2. 06.30 – 07.30 Perjalanan menuju Kecamatan Perjalanan dengan menggunakan
Nanggung kendaraan
3. 07.30 – 08.00 Sarapan, sambutan pengenalan dan Tiba dilokasi dan berkumpul di
penjelasan aturan kegiatan serta halaman Kantor Kecamatan
penjelasan singkat Nanggung
4. 08.00 – 09.00 Mendirikan tenda Berlokasi di kawasan Curug
Cikawung
5. 09.00 – 10.00 Belajar menanam padi Pengunjung akan mempraktikkan
cara menanam padi di lahan
sawah yang sesungguhnya
6. 10.00 – 10.30 Santap singkong dan minum jamu Pengunjung akan beristirahat di
saung yang ada di tengah sawah
sambil menikmati singkong dan
pisang rebus serta jamu
tradisional
7. 10.30 – 12.00 Memandikan kerbau di sungai dan Pengunjung akan memandikan
membersihkan diri kerbau yang kotor karena
bermain pacu kerbau.
Pengunjung juga dapat
membersihkan diri bersama
kerbau

8. 12.00 – 12.30 ISHOMA Berlokasi di Curug Cikawung


9. 12.30 – 14.30 Melihat dan mempraktekkan proses Pengunjung akan melihat dan
pembuatan gula aren belajar mengenai proses
pembuatan gula aren di Desa
Cisarua
10. 14.30 – 15.30 Mengunjungi Curug Cisaweung Pengunjung akan melihat pesona
keindahan Curug Cisaweung
yang ada di Desa Cisarua
11. 15.30 – 16.30 ISOMA Pembagian snack dan istirahat di
Kantor Desa Cisarua
12. 16.30 – 17.00 Kembali ke tenda Pengunjung berpindah dari Desa
Cisarua ke Desa Bantar Karet
13. 17.00 – 18.30 Pulang ke tenda dan ISOMA Berlokasi di tenda yang ada di
Curug Cikawung Desa Bantar
Karet
14. 18.30 – 19.30 Kumpul kembali untuk acara malam Berlokasi di tenda yang ada di
dan makan bersama Curug Cikawung Desa Bantar
Karet
15. 19.30 – 20.30 Makan malam bersama Lokasi di kawasan Curug
Cikawung
16. 20.30 – 21.30 Melihat dan belajar pencak silat Lokasi di kawasan Curug
Cikawung
17. 21.30 – 22.30 Meminum jamu bersama Lokasi di kawasan Curug
Cikawung
18. 22.30 Pulang ke tenda dan istirahat Berlokasi di tenda masing-
masing
95

Tabel lanjutan
No Waktu Kegiatan Keterangan
Hari
Kedua
19. 06.30 – 07.30 Berkumpul dan melakukan senam Belokasi di kawasan Curug
pagi Cikawung
20. 07.30 – 08.30 Sarapan pagi Berlokasi di kawasan Curug
Cikawung
21. 08.30 – 10.30 Mengunjungi Prasasti Pasir Jambu Pengunjung akan menaiki
kendaraan menuju Prasasti Pasir
Jambu di Desa Batu Tulis dan
kemudian trekking ke lokasi
tersebut
22. 10.30 – 11.30 Memancing di pemancingan Pengunjung akan melakukan
kegiatan mancing di
pemancingan yang ada di Desa
Batu Tulis
23. 11.30 – 12.30 ISHOMA Berlokasi di Kantor Desa Batu
Tulis

24. 12.30 – 14.30 River Tubbing Pengunjung akan melakukan


river tubbing di Sungai Cikaniki
25. 14.30 – 15.30 Mengunjungi Agromedika Pengunjung dapat membeli
olahan tanaman obat sebagai
oleh-oleh
26. 15.30 – 16.30 Penutupan dan persiapan pulang Berlokasi di halaman Kantor
Kecamatan Nanggung

Kegiatan yang dilakukan peserta pada program wisata bermalam ―Nanggung


Runaway‖ di hari kedua merupakan rangkaian kegiatan yang cukup ringan, yaitu
diawali dengan melakukan senam pagi bersama di halaman Curug Cikawung.
Setelah senam dan sarapan pengunjung diarahkan menuju Prasasti Pasir Jambu
dengan trekking. Pengunjung dapat melakukan aktivitas berfoto di kawasan
Prasasti Pasir Jambu sambil dijelaskan mengenai sejarah terbentuknya prasati
tersebut yang terkait dengan Raja Purnawarman dari kerajaan Tarumanegara.
Setelah kegiatan di Prasasti Pasir jambu selesai peserta kemudian diarahkan ke
pemancingan yang ada di Desa Batu Tulis. Kegiatan meamncing ini berlangsung
selama satu jam. Hasil tangkapan ikan yang didapat oleh peserta boleh dibawa
pulang. Kegiatan selanjutnya adalah river tubbing yang dilakukan di Sungai
Cikaniki. River tubbing merupakan kegiatan susur sungai menggunakan ban,
peserta dilengkapi dengan alat keselamatan seperti helm dan pelampung. Setelah
puas bermain river tubbing dengan durasi waktu 2 jam, pengunjung diarahkan
untuk menuju ke Kebun Agromedika untuk melihat tanaman obat dan membeli
souvenir sebelum program berakhir dan kembali ke rumah masing-masing.
96

3. Program Wisata Tahunan “Hello Nanggung!”


Program wisata tahunan ―Hello Nanggung!‖ merupakan media pengenalan
Kecamatan Nanggung kepada masyarakat luas. Tema dari program wisata
tahunan ini adalah mengangkat kembali dan memperkenalkan budaya kesenian
masyarakat desa yang ada di Kecamatan Nanggung. Sasaran dari program ini
adalah semua golongan dalam kelompok besar, karena program ini berbentuk
seperti festival dan bazaar. Durasi pelaksanaan program wisata tahunan ―Hello
Nanggung!‖ adalah dua hari. Itinerary dari program ekowisata tahunan yang
berjudul ―Hello Nanggung!‖ adalah sebagai berikut;
Tabel 21 Ittenerary Program Wisata Tahunan ”Hello Nanggung!"
Hari Waktu Kegiatan Aktivitas
Hari 1 09.00 – 17.00 Bazaar dan Pameran Pembukaan bazaar dan pameran
budaya kesenian Memamerkan segala produk unggulan
masyarakat desa yang ada di Kecamatan Nanggung bagian
Timur
Hari 2 09.00 – 17.00 Atraksi seni dan parade Parade budaya dengan berkeliling desa
budaya sambil memainkan degung, penampilan
tari Merak, qasidah dan pencak silat
Penampilan akulturasi musik tradisional
dan modern serta perkusi
Penampilan wayang golek serta penutupan
acara

Pelaksanaan program tahunan di hari pertama diisi dengan kegiatan bazaar


dan pameran yang memamerkan segala hasil produk unggulan di Kecamatan
Nanggung, seperti contohnya berbagai olahan singkong, pisang dan tanaman obat.
Pada hari kedua pelaksanaan program diadakan atraksi seni dan parade budaya
yang diarak keliling desa sambil memainkan degung, menampilkan tari merak,
pencak silat dan qasidah yang sebagian merupakan kesenian yang sudah jarang
atau bahkan tidak pernah ditampilkan lagi di Kecamatan Nanggung. Penampilan
akulturasi musik tradisional dan modern serta perkusi juga turut meramaikan
program tahunan ini di malam hari, sebelum akhirnya ditutup dengan pertunjukan
wayang golek.
97

J. Output
Rancangan media promosi atau keluaran yaitu berupa visual dalam bentuk
poster dibuat dengan menggunakan bantuan aplikasi software Adobe Ilustrator.
Poster tersebut berukuran A0 dengan posisi portrait. Poster tersebut berisikan
beberapa foto sumberdaya yang ada di Kecamatan Nanggung bagian timur, seperti
curug, kerbau dan aktivitas sosial budaya masyarakat serta menggambarkan
keramahan dan kebahagiaan anak desa. Foto-foto tersebut adalah campuran dari
sumberdaya alam dan sumberdaya budaya.

Gambar 48 Output berupa Poster sebagai Media Promosi


98

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
1. Potensi wisata alam yang diunggulkan terdiri dari 4 obyek yaitu
agromedika, curug cisaweung, situ cekdam dan curug cikawung serta satu
obyek budaya yaitu pencak silat.
2. Karakteristik masyarakat didominasi perempuan dengan status pernikahan
menikah , asal daerah dari Kecamatan Nanggung bagian Barat, dengan usia
>35 tahun, pendidikan terakhir adalah SMA dan pekerjaan adalah petani
dengan pendapatan 1.000.000 - 3.000.000 dan beragama islam 97%.
Presepsi masyarakat terhadap kegiatan perencanaan ekowisata desa adalah
setuju dan bentuk kesiapan adalah siap
3. Karakteristik wisatawan didominasi laki-laki dengan status pernikahan
adalah belum menikah, asal daerah dominan adalah dari luar wilayah
Kecamatan Nanggung bagian Barat dengan usia >17 tahun, pendidikan
terakhir dominan adalah SMA, pekerjaan adalah pelajar/mahasiswa dengan
pendapatan adalah 500.000 – 1.000.000, mendapatkan sumber informasi
desa berasal dari teman, keluarga atau saudara dengan jumlah kunjungan
dominan adalah 3-5 kali dan berkunjung bersama teman .
4. Karakteristik respoden pengelola didominasi laki-laki dengan status
pernikahan adalah menikah, asal daerah dari Kecamatan Nanggung bagian
Barat, usia dominan >35 tahun pendidikan terakhir dominan SMA ,
pekerjaan dominan adalah PNS dengan pendapatan dominan adalah
1.000.000 - 3.000.000 dan agama dominan adalah islam. Presepsi pengelola
terhadap kegiatan perencanaan ekowisata adalah setuju dan bentuk kesiapan
adalah siap
5. Hasil data dari penilaian potensi dan penyebaran kuesioner digunakan untuk
merancang program ekowisata desa yang terdiri dari program wisata harian
dengan judul ―Buyung Upik‖, program wisata bermalam dengan judul
―Nanggung Runaway‖ dan program wisata tahunan dengan judul ―Hello
Nanggung!‖. Output yang dirancang berupa media visual yaitu poster.
B. Saran
1. Peningkatan potensi obyek wisata melalui perawatan dan pemeliharaan
keberadaannya dengan melibatkan peran serta dari masyarakat desa dan
pemerintah daerah agar dapat dikembangkan dengan baik dan tetap terjaga
kelestariannya.
2. Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya wisata yang dapat
berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat pada sektor pariwisata
99

dengan memberikan kualitas sumberdaya manusia yang baik pada kegiatan


wisata.
3. Kesiapan pengelola harus terus dijaga melalui kualitas pelayanan kepada
pengunjung dan masyarakat serta memperhatikan aksesibilitas serta
infrastruktur jalan yang baik dilengkapi dengan pembangunan sarana dan
prasarana wisata yang mendukung.
100

DAFTAR PUSTAKA

Avenzora R. 2008. Ekoturisme: Teori dan Praktek. NAD-Nias. Banda Aceh


Bahar H, Marpaung, H. Pengantar Pariwisata. Bandung : Alfabeta. [ID]
Clark R N dan Stanley G.H. 1979. The Resource Opportunity Spectrum (ROS): A
Framework for Planning, management and research. Washington
DCDepartement of Agriculture. Washington DC [EN]
Damanik J, Weber HF. 2006c. Perencanaan Ekowisata: Dari Teori Ke Aplikasi.
Yogyakarta: Pusat Studi Pariwisata UGM & Penerbit Andi Yogyakarta
Damardjati RS. 2006. Istilah-istilah Pariwisata. Jakarta : PT Pradnya Paramita
[ID]
Handoko. 2003. Manajemen Edisi 2. BPFE-Yogyakarta
Herujito,YM. 2001. Dasar-dasar Manajemen. GRASINDO: Jakarta
Hidayati, dkk. 2003. Ekowisata Pembelajaran Dari Kalimantan Timur.
Jakarta:Pustaka Sinar Harapan
Mill RC. 2000. Tourism the International Busness. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Muhammad, A. 2011. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Bandung: Citra Aditya Bakti
Muljadi AJ. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta : PT Rajagrafindo
Persada. [IN]
Mulyana D. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. [IN]
Nugraha, I. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta
[PEMKAB BOGOR] Pemerintah Kabupaten Bogor.2015. Profil Daerah
Kabupaten Bogor http://www.jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1041
[Diakses 24 November 2015]
Pitana I G, Diarta I K S. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta : ANDI
Rahmat J 2005. Psikologi Komunikasi. Rineka Cipta. Jakarta.
Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku organisasi. Gramedia, Jakarta
Rose GF. 1998. Psikologi Pariwisata. Jakarta: Buku Obor. [IN]
Setiadi. E. M, et all. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Kencana Prenada
Media Group. Jakarta
Sunaryo.2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC. 2004.
Suwantoro, G. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Andi. Yogyakarta
Suyitno. 2001. Perencanaan Wisata. Yogyakarta : Kanisius. [ID]
The International Ecotourism Society. 2000. Ecotourism Statistical Fact Sheet.
www.ecotourism.org [EN]
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
89
91

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 22 April 1995 di


Madiun, Provinsi Jawa Timur dengan nama lengkap
Nadia Putri Endriesta. Penulis merupakan anak pertama
dari tiga bersaudara pasangan Suwandri dan Endah
Werdiastuti, SPd. Pada tahun 2001 hingga tahun 2003
penulis memulai pedidikan Sekolah Dasar di SDN
Kedungrejo 01 Madiun. Pada tahun 2003 hingga tahun
2004 penulis berpindah sekolah di SDN Kedurus 02
Surabaya. Pada tahun 2004 hingga 2005 penulis
berpindah sekolah lagi di MI Hidayatullah Denpasar. Pada tahun 2005 hingga
2006 penulis kembali lagi bersekolah dan lulus di SDN Kedungrejo 01 Madiun.
Penulis kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMPN
02 Pilangkenceng Madiun pada tahun 2007 dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun
yang sama penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 2
Mejayan Madiun dan lulus pada tahun 2013.
Pendidikan Perguruan Tinggi dilanjutkan di Program Diploma IPB melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Keahlian Ekowisata.
Selama menjalani kuliah di Program Diploma IPB, penulis mengikuti berbagai
kegiatan kemahasiswaan. Pada tahun 2013 penulis mengikuti Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) yaitu Paduan Suara Mahasiswa D’Voice hingga tahun 2014.
Selain mengikuti kegiatan organisasi, penulis juga mengikut berbagai kegiatan
praktik pada Program Keahlian Ekowisata. Praktek Umum Ekowisata
dilaksanakan pada tahun 2014 di Kawasan Kebun Raya Cibodas dan Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat.
Kegiatan Praktek Pengelolaan dilanjutkan di Bumi Perkemahan Sukamantri
Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak pada tahun 2015 dan kegiatan
Praktek Kerja Lapang dilaksanakan di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat. Sebagai syarat kelulusan, penulis melaksanakan Tugas Akhir
dengan judul Perencanaan Ekowisata Desa di Kecamatan Nanggung Bagian
Timur Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat di bawah bimbingan Insan
Kurnia, S.Hut, M.Si dan Dyah Prabandari, SP

Anda mungkin juga menyukai