Glo Me Rulo Nefritis
Glo Me Rulo Nefritis
GLOMERULONEFRITIS KRONIS
1. Definisi
2. Etiologi
a. Lanjutan GNA, seringkali tanpa riwayat infeksi (Streptococcus beta hemoliticus group
A).
b. Keracunan.
c. Diabetes Melitus
d. Trombosis vena renalis.
e. Hipertensi Kronis
f. Penyakit kolagen
g. Penyebab lain yang tidak diketahui yang ditemukan pada stadium lanjut.
3. Manifestasi Klinis
Dapat tanpa keluhan sampai terjadi gagal ginjal. Anaka lemah, lesu, nyeri kepala,
gelisah, mual, koma, dan kejang pada stadium akhir. Edema seddikit, suhu subfebril. Bila
pasien memasukin fase nefrotik dari glomerulonefritis kronis, maka edema bertambah
jelas, perbandingan albumin-globulin terbalik, kolestrol darah meninggi. Fungsi ginjal
menurun, ureum dan kreatinin meningkat, dan anemia bertambah berat, diikuti tekanan
darah yang mendadak meningi. Kadang-kadang terjadi ensefalopati hipertensif dan gagal
jantung yang berakhir dengan kematian.
Klasifikasi
a.Congenital (herediter)
1. Sindrom Alport
Sinroma nefrotik yang telah terlihat sejak atau bahkan sebelum lahir. Gejala
proteinuria massif, sembab dan hipoalbuminemia kadang kala baru terdeteksi beberapa
minggu sampai beberapa bulan kemudian. Proteinuria terdapat pada hamper semua bayi
pada saat lahir, juga sering dijumpai hematuria mikroskopis. Beberapa kelainan
laboratories sindrom nefrotik (hipoproteinemia, hiperlipidemia) tampak sesuai dengan
sembab dan tidak berbeda dengan sindrom nefrotik jenis lainnya.
b.Glomerulonefritis Primer
1. Glomerulonefritis membranoproliferasif
2. Glomerulonefritis membranosa
c.Glomerulonefritis sekunder
4. Patofisiologi
Penderita biasanya mengeluh tentang rasa dingin, demam, sakit kepala, sakit
punggung, dan udema (bengkak) pada bagian muka biasanya sekitar mata (kelopak),
mual dan muntah-muntah. Pada keadaan ini proses kerusakan ginjal terjadi menahun dan
selama itu gejalanya tidak tampak. Akan tetapi pada akhirnya orang-orang tersebut dapat
menderita uremia (darah dalam air seni) dan gagal ginjal.
Ginjal merupakan salah satu organ paling vital dimana fungsi ginjal sebagai
tempat membersihkan darah dari berbagai zat hasil metabolisme tubuh dan berbagai
racun yang tidak diperlukan tubuh serta dikeluarkan sebagai urine dengan jumlah setiap
hari berkisar antara 1-2 liter. Selain fungsi tersebut, ginjal berfungsi antara lain
mempertahankan kadar cairan tubuh dan elektrolit (ion-ion), mengatur produksi sel-darah
merah. Begitu banyak fungsi ginjal sehingga bila ada kelainan yang mengganggu ginjal,
berbagai penyakit dapat ditimbulkan.
5. Komplikasi
a. Oliguri sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai
akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi
ginjal akut dengan uremia, hiperfosfatemia, hiperkalemia dan hidremia.
Walaupun oliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, jika
hal ini terjadi diperlukan peritoneum dialisis (bila perlu).
b. Ensefalopati hipertensi, merupakan gejala serebrum karena hipertensi.
Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-
kejang. Hal ini disebabkan karena spasme pembuluh darah lokal dengan
anoksia dan edema otak.
c. Gangguan sirkulasi berupa dipsneu, ortopneu, terdapat ronki basah,
pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja
disebabkan spasme pembuluh darah tetapi juga disebabkan oleh
bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesardan terjadi gagal
jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.
d. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia disamping sintesis
eritropoietik yang menurun.
e. Gagal Ginjal Akut (GGA)
6. Penatalaksanaan
7. Pemeriksaan Penunjang
Pada urin ditemukan albumin (+), silinder, eritrosit, leukosit hilang timbul, berat
jenis urin menetap pada 1008-1012. Pada darah ditemukan LED, ureum, kreatinin dan
fosfor serum yang meninggi serta kalsium serum yang menurun, sedangkan kalium
meningkat. Anemia tetap ada. Uji fungsi ginjal menunjukkan fungsi ginjal menurun.
ASUHAN KEPERAWATAN GLOMERULONEFRITIS
A. Pengkajian
1. Keadaan umum
2. Riwayat :
a. Keluhan utama
c. Faktor pencetus
d. Lamanya sakit
4. Pengkajian sistem
a. Pengkajian umum : TTV, BB, TB, lingkar kepala, lingkar dada (adanya edema ).
b. Sistem kardiovaskuler : irama dan kualitas nadi, bunyi jantung, ada tidaknya
cyanosis, diaphoresis.
c. Sistem pernafasan : kaji pola bernafas, adakah wheezing atau ronki, retraksi
dada, cuping hidung.
d. Sistem persarafan : tingkat kesadaran, tingkah laku ( mood, kemampuan
intelektual,proses pikir ), sesuaikah dgn tumbang? Kaji pula fungsi sensori, fungsi
pergerakan dan fungsi pupil.
e. Sistem gastrointestinal : auskultasi bising usus, palpasi adanya hepatomegali /
splenomegali, adakah mual, muntah. Kaji kebiasaan buang air besar.
f. Sistem perkemihan : kaji frekuensi buang air kecil, warna dan jumlahnya.
5. Pengkajian keluarga
a. Anggota keluarga
b. Pola komunikasi
c. Pola interaksi
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi
Intervensi :
a. Monitor dan catat Tekanan Darah setiap 1 – 2 jam perhari selama fase akut.
Rasional: untuk mendeteksi gejala dini perubahan Tekanan Darah dan menentukan
intervensi selanjutnya.
b. Jaga kebersihan jalan nafas, siapkan suction.
Rasional: serangan dapat terjadi karena kurangnya perfusi oksigen ke otak
c. Atur pemberian anti Hipertensi, monitor reaksi klien.
a. Rasional: Anti Hipertensi dapat diberikan karena tidak terkontrolnya Hipertensi
yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal
d. Monitor status volume cairan setiap 1 – 2 jam, monitor urine output (N : 1 – 2
ml/kgBB/jam).
Rasional: Monitor sangat perlu karena perluasan volume cairan dapat menyebabkan
tekanan darah meningkat.
e. Kaji status neurologis (tingkat kesadaran, refleks, respon pupil) setiap 8 jam.
Rasional: Untuk mendeteksi secara dini perubahan yang terjadi pada status neurologis,
memudahkan intervensi selanjutnya.
f. Atur pemberian diuretic : Esidriks, lasix sesuai order.
2. Resiko kelebihan volume cairan b/d penurunan volume urine, retensi cairan dan natrium
Intervensi:
Intervensi :
3. Mansjoer, arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 3. Jakarta: Media Aesculapius.