Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM pada Ny F

DI DESA TANGGA Rt 004/Rw 002 KECEMATAN MONTA KABUPATEN


BIMA

Di Susun Oleh : ASIH TRIA WULANDARI S.KEP

PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES)


MATARAMPROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis telah diberikan kekuatan dan kemampuan untuk menyelsaikan
Laporan pendahuan dan Asuhan Keperawatan ini sesuai waktu yang telah ditentukan.
Asuhan Keperawatan ini berjudul : “Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Atas
Indikasi menyusui tidak efektif

Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih
kepada : Dosen Pembimbing ibu Ns Febriati, M.kep. yang telah memberikan
bimbingannya kepada penulis sehingga dapst menyelesaikan tugas ‘’Keperawatan
Maternitas’’ ini dengan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan dan penulisan Asuhan Keperawatan


ini ada kekurangan baik dari segi isi maupun bahasa. Untuk itu penulis mengharapakan
saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan selanjutnya. Semoga Asuhan
Keperawatan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umum nya dan
profesi keperawatan khususnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bima, 29 september 2020

Penulis

ii
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................i

KATA PENGANTAR .......................................................................................ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................2
C. Tujuan ....................................................................................................3
1. Tujuan Umum ....................................................................................3
2. Tujuan Khusus ...................................................................................3
3. Manfaat ............................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep dasar .....................................................................................5


2. Penyebab ............................................................................................5
3. Faktor yang mempengaruhi .................................................................9
4. Dampak tidak menyususi ....................................................................11
5. Penanganan .......................................................................................11
6. Konsep Asuhan Keperawatan .............................................................13

BAB III METODE PENELITIAN

1. Analisa Data .........................................................................................26


2. Diagnosa .............................................................................................26
3. Intervensi .............................................................................................28
4. Implementasi ........................................................................................29
5. Evaluasi ...............................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai
sampai 6 minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara
berlahan akan mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas
perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi
pada masa nifas. Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya
wanita meninggal dari suatu penyebab adalah kurangnya perhatian pada wanita
post partum (Maritalia, 2012).

Status kesehatan ibu dan anak di Indonesia merupakan suatu derajat


kesehatan yang perlu ditingkatkan. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan
guna menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta mengupayakan untuk
penyelamatan dari separuh ibu bersalin dengan infeksi serta perdarahan yang
disertai penyulit pada proses persalinan (Saleha, 2009).

Menurut Menteri Kesehatan (Menkes) pada tahun (2011), Angka


kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sangatlah
tinggi dibandingkan dengan negara tetangga. Hal ini dikarenakan persalinan
masih banyak yang dilakukan dirumah. Sementara itu, salah satu tujuan
Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2030 yaitu terjadi
penurunan angka kematian ibu dari 70 per 100.000 kelahiran hidup yang
menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi ( AKB) menjadi prioritas dalam
peningkatan status kesehatan ibu dan anak.

Oleh karna itu, sangatlah penting di tingkatkan untuk menunjang status


kesehatan pada ibu post partum. Terutama pada ibu post partum dengan anemia.
Angka kematian pada ibu post partum dengan anemia disebabkan karna infeksi
ataupun perdarahan sehingga dapat memicu terjadinya anemia, namun dapat
diatasi dengan menjaga nutrisi ibu post partum dengan resiko tinggi untuk
memberikan pertolongan pertama dalam pencegahan angka kematian ibu (AKI)
di Indonesia (Sukarni & wahyu, 2013).

Post partum adalah masa dimulainya setelah plasenta keluar dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan normal (sebelum hamil)
yang berlangsung dalam waktu enam minggu (Sulistyawati, 2009). Menurut
Hikmah & Yani, (2015), pada postpartum normal akan terjadi kehilangan darah
sebanyak kurang lebih 200 ml. Episiotomy meningkatkan angka ini sebesar 100
ml dan kadang lebih banyak lagi. Akan tetapi kehilangan darah sekalipun

1
dengan jumlah yang lebih kecil dapat menimbulkan akibat yang berbahaya pada
wanita yang anemis. Menurut Hasanah, ( 2014 )

Berbagai perubahan anatomi dan fisiologis yang nyata terjadi selama


masa pasca partum ini seiring dengan proses yang terjadi selama masa
kehamilan dikembalikan. Pengetahuan tentang proses reproduksi dalam
kehamilan dan persalinan merupakan suatu dasar untuk memahami adaptasi
organ generatif dan berbagai sistem tubuh manusia setelah pelahiran. (Martin,
Reeder, G., Koniak, 2014).

Istilah puerperium (puer, seorang anak, dtitambah kata parere, kembali


ke semula) merujuk pada masa enam minggu antara terminasi persalinan dan
kembalinya organ reproduksi ke kondisi sebelum hamil. Purperium meliputi
perubahan progresif payudara untuk laktasi, serviks yang mengeluarkan cairan
lokia yang normal terjadi dalam tiga tahap yaitu lokia rubra berwarna merah
terang, lokia serosa berwarna merah muda, lokia sanguilenta berwarna
kecoklatan, lokia alba berwarna coklat keputih-putihan dan lokia yang patologis
yaitu lokia purulenta yang berbau busuk disertai nanah. Perubahan yang
disebabkan involusi 4 adalah proses fisiologis normal. Meskipun begitu, involusi
yang mencolok cepat biasanya menandakan adanya penyakit. (Martin, Reeder,
G., Koniak, 2014).

Asuhan keperawatan pasca partum atau masa nifas untuk membantu ibu
baru dan keluarganya berhasil beradaptasi pada masa transisi setelah kelahiran
anak dan tuntutan menjadi orangtua. Penekanan asuhan keperawatan pada masa
ini adalah pada pengkajian dan modifikasi faktor faktor yang mempengaruhi
pemulihan ibu dari masa nifas untuk mengingat komponen yang diperlukan
dalam pengkajian post partum, banyak perawat menggunakan istilah BUBBLE-
LE yaitu termasuk Breast (payudara), Uterus (rahim),Bowel (fungsi usus),
Bladder (kandung kemih), Lochia (lokia),Episiotomy(episiotomi/perinium),
Lower Extremity (ekstremitas bawah), dan Emotion (emosi). Kemampuannya
untuk mengemban peran perawatan bayi baru lahir, dan transisi peran dan
kemampuan fungsional ibu serta keluarganya. Berdasarkan uraian diatas penulis
memutuskan untuk membuat karya tulis ilmiah dengan judul “ Asuhan
keperawatan pada pasien post partum.

2
B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada ibu post partum dengan menyusui


tidak efektif

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Mampu memberikan asuhan keperawatan pada ibu post partum dengan


menyususi tidak efetif
2. Tujuan khusus

Tujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk mendapatkan pengalaman nyata
dalam hal:

a. Mengkaji Ibu dengan post partum spontan

b. Merumuskan dan menetapkan diagnosa keperawatan pada Ibu post


partum spontan

c. Menyusun perencanaan keperawatan yang sesuai dengan Ibu post partum


spontan

d. Melakukan implementasi keperawatan pada ibu post partum spontan

e. Mengevaluasi Ibu post partum spontan

f. Mendokumentasikan tindakan keperawatan pada ibu post partum spontan

3. Manfaat penulisan

1) Teoritis

Sebagai penambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta pola pikir dan
pemahaman penulis dalam penelitian terhadap pemberian asuhan keperawatan
pada ibu postpartum spontan

2) Praktis

a. Bagi peneliti

Studi kasus ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu


pengetahuan serta kemampuan penulis dalam menerapkan asuhan keperawatan
pada ibu post partum

3
b. Bagi klien

Klien dapat menerima asuhan keperawatan secara kompherenshif mancakup bio


psikoso spiritual khususnya pada asuhan keperawatan ibu post partum spontan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Menyusui Tidak Efektif Pada Ibu Post Partum


1. Pengertian
1) Pengertian Post Parum
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum
adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi
sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,2010).
Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam masa
aterm, tidak terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak
kepala dan persalinana selesai dalam 24 jam (Bobak, 2005).
Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau obat
obatan (prawiroharjo, 2000).
Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu
persalinan (Mohtar, 1998).
2) Pengertian Menyusui Tidak Efektif
Menyusui tidak efektif merupakan suatu kondisi dimana ibu dan bayi
mengalami ketidakpuasan atau kesulitan pada saat menyusui (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2016). Kegagalan dalam proses menyusui sering
disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu
ataupun pada bayinya. Pada sebagian ibu yang tidak paham masalah ini,
kegagalan menyusui sering dianggap masalah yang diakibatkan oleh
anaknya saja. Masalah menyusui dapat juga diakibatkan karena keadaan
khusus, selain itu ibu sering mengeluh bayi menangis atau menolak
menyusu sehingga ibu beranggapan bahwa ASInya tidak cukup, atau
ASInya tidak enak, tidak baik, sehingga sering menyebabkan ibu
mengambil keputusan untuk menghentikan menyusui (Maryunani, 2015).

2. Penyebab Menyusui Tidak Efektif


Penyebab dari ibu mengalami menyusui tidak efektif yaitu :
a. Ketidakadekuatan suplai ASI
b. Hambatan pada neonatus (misalnya, prematuritas, sumbing)
c. Anomali payudara ibu (misalnya, putting masuk ke dalam)
d. Ketidakadekuatan refleks oksitosin
e. Ketidakadekuatan refleks menghisap bayi

5
f. Payudara ibu bengkak
g. Riwayat operasi payudara
h. Kelahiran kembar (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)

Menurut (Ambarwati & Wulandari, 2010) terdapat beberapa masalah


yangmenyebabkan ibu enggan untuk menyusui bayinya yaitu :

a) Masalah menyusui pada masa antenatal


1) Kurang atau salah informasi
Banyak ibu yang mengira bahwa susu formula sama baiknya atau
bahkan lebih baik dari ASI sehingga ibu lebih cepat untuk
memberikan susu formula kepada bayinya jika dianggap produksi
ASI yang dikeluarkan kurang. Petugas kesehatan masih banyak yang
kurang memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan
ataupun saat pasien pulang, seperti misalnya banyak ibu yang tidak
mengetahui bahwa :
 Bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya encer dan
sering sehingga dikatakan bayi menderita diare dan seringkali
petugas kesehatan menyuruh untuk
menghentikan menyusui.
 ASI tidak keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap
perlu untuk diberikan minuman lain, padahal jika kondisi bayi
yang lahir cukup bulan dan sehat mempunyai persediaan kalori
dan cairan yang dapat mempertahankannya tanpa minum
selama beberapa hari. Pemberian minuman sebelum ASI
keluar akan memperlambat pengeluaran ASI karena bayi
merasa kenyang sehingga malas untuk menyusu.
 Payudara yang berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan
ASI padahal ukuran payudara tidak menentukan banyak atau
sedikitnya ASI yang keluar, hal tersebut disebabkan kerena
banyaknya lemak pada payudara.
2) Puting susu datar atau terbenam
Jika puting susu ibu datar atau terbenam setelah bayi lahir maka
dapat dikeluarkan dengan cara sebagai berikut yaitu, susui bayi
segera setelah lahir saat bayi aktif dan ingin menyusu, susui bayi
sesering mungkin setiap dua sampai dua setengah jam hal ini dapat
menghindarkan payudara terisi penuh dan memudahkan bayi untuk
menyusu, massage payudara dan keluarkan ASI secara manual
sebelum menyusui dapat membantu bila terdapa bendungan
payudara dan putting susu masuk ke dalam
b) Masalah menyusui pada masa nifas dini
1) Puting susu nyeri

6
Pada umumnya ibu akan merasakan nyeri pada waktu awal
menyusui. Nyeri yang dirasakan ibu akan berlangsung setelah ASI
keluar, bila posisi mulut bayi dengan puting susu ibu benar maka
perasaan nyeri yang dirasakan akan segera hilang.

Cara menangani permasalaham tersebut yaitu, memastikan apakah


posisi ibu sudah benar, mulailah menyusui pada putting susu yang
tidak sakit guna membantu mengurangi rasa sakit pada putting susu
yang sakit, segera setelah bayi menyusu keluarkan sedikit ASI lalu
oleskan di putting susu dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa
waktu hingga putting susu kering.
2) Puting susu lecet
Puting susu yang lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui yang
salah tetapi dapat juga disebabkan oleh thrush (candidates) atau
dermatitis, sehingga harus ditangani dengan benar. Cara yang
dilakukan untuk menangani masalah tersebut yaitu, ibu dapat
memberikan ASInya pada keadaan luka yang tidak begitu sakit, olesi
putting susu dengan ASI akhir (hind milk) serta jangan sekali-sekali
memberikan obat lain (krim atau salep), puting susu yang sakit dapat
diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1x24 jam dan
biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24 jam, cuci
payudara sekali sehari tetapi tidak dianjurkan untuk menggunakan
sabun, keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan (jangan
dengan pompa ASI) untuk tetap mempertahankan kelancaran
pembentukan ASI, berikan ASI perah dengan sendok atau gelas
jangan menggunakan dot, setelah terasa membaik mulai menyusui
secara perlahan-lahan dengan waktu yang lebih singkat, dan bila lecet
tidak sembuh dalam satu minggu rujuk ke puskesmas.
3) Payudara bengkak
Pada hari pertama sekitar dua sampai empat jam, payudara sering
terasa penuh dan nyeri yang disebabkan karena bertambahnya aliran
darah ke payudara bersamaan dengan ASI mulai diproduksi dalam
jumlah yang cukup banyak. Penyebab dari payudara ibu menjadi
bengkak diantaranya, posisi mulut bayi dan putting susu ibu salah,
produksi ASI yang berlebihan, terlambat menyusui, pengeluaran ASI
yang jarang, serta waktu menyusui terbatas. Perbedaan antara
payudara penuh dengan payudara bengkak yaitu jika payudara penuh,
rasa berat pada payudara, panas dan keras serta bila diperiksa ASI
keluar dan tidak edema. Jika payudara bengkak, payudara oedema,
sakit putting susu serta terasa kencang, kulit mengkilat tetapi tidak
merah, dan bila diperiksa ASI tidak keluar, serta badan bisa terasa
demam setelah 24 jam.

7
4) Mastitis atau abses payudara
Mastitis yaitu peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah,
bengkak dapat pula di sertai rasa nyeri atau panas, suhu tubuh
meningkat, serta pada bagian dalam terasa ada masa padat (lump).
Hal ini terjadi pada masa nifas sekitar satu sampai tiga minggu
setelah persalinan yang diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang
berlanjut, kurangnya ASI yang dihisap atau dikeluarkan, serta
kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju
atau BH.
Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut yaitu,
lakukan kompres hangat atau dingin serta lakukan pemijatan,
rangsangan oksitosin dimulai pada payudara yang tidak sakit yaitu
dengan cara stimulasi putting susu, pijat pada bagian leher dan
punggung, bila perlu dapat dianjurkan untuk beristirahat total dan
obat untuk penghilang rasa nyeri, serta jika terjadi abses sebaiknya
tidak disusukan karena mungkin memerlukan tindakan pembedahan.
c) Masalah menyusui pada masa nifas lanjut
1) Sindrom ASI kurang
Tanda-tanda yang terjadi jika ASI kurang yaitu bayi tidak puas
selesai menyusu, seringkali menyusui dengan waktu yang sangat
lama, bayi sering menangis atau menolak menyusu, tinja bayi keras,
kering atau berwarna hijau, serta payudara tidak membesar selama
kehamilan (keadaan yang sangat jarang).
Cara yang dapat dilakukan yaitu, ibu dan bayi dapat saling membantu
agar produksi ASI meningkat dan bayi terus memberikan hisapan
efektifnya. Pada keadaan tertentu dimana produksi ASI memang
tidak memadai maka perlu upaya yang lebih seperti relaktasi, perlu
dilakukan pemberian ASI dengan suplementer yaitu dengan pipa
nasogastric yang ditempelkan pada putting untuk dihisap bayi dan
ujung lainnya dihubungkan dengan ASI.
2) Ibu yang bekerja
Pekerjaan merupakan alasan seorang ibu untuk berhenti menyusui
bayinya, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan bagi seorang
ibu yang bekerja untuk tetap dapat menyusui diantaranya, susuilah
bayi sebelum ibu bekerja, ASI dikeluarkan untuk persediaan dirumah
sebelum berangkat bekerja, pengosongan payudara ditempat kerja
setiap tiga sampai empat jam, ASI dapat disimpan dilemari pendingin
dan dapat diberikan pada saat ibu bekerja, pada saat ibu dirumah
sesering mungkin bayi untuk disusui serta ibu dapat mengganti
jadwal menyusuinya menjadi lebih banyak menyusui pada malam
hari, serta mengonsumsi makanan dan minuman yang bergizi cukup
selama bekerja dan selama menyusui bayinya.

8
d) Masalah menyusui pada keadaan khusus
1) Ibu melahirkan dengan bedah sesar Segeralah lakukan rawat gabung
antara ibu dengan bayi jika kondisi ibu dan bayinya sudah membaik
agar ibu dapat dengan segera menyusui bayinya.
2) Ibu sakit
 Ibu yang menderita penyakit hepatitis (HbsAg +) atau ADIS
(HIV +) Pada kedua penyakit ini ditemukan berbagai pendapat,
yang pertama bahwa ibu yang menderita Hepatitis atau AIDS
tidak diperkenakan menyusui bayinya,karena dapat menularkan
virus kepada bayinya melalui ASI. Pada kondisi negara
berkembang, dimana kondisi ekonomi masyarakat dan
lingkungan yang buruk, keadaan pemberian makanan pengganti
ASI akan lebih membahayakan kesehatan dan kehidupan bayi.
WHO tetap menganjurkan bagi kondisi masyarakat yang mungkin
tidak akan sangup memberikan pendamping ASI (PASI) yang
adekuat dalam jumlah dan kualitasnya, maka lebih dianjurkan
kepada ibu untuk meminta bantuan dari orang lain dengan cara
mencari pendonor ASI namun tetap harus diperhatikan kondisi
pendonor tersebut harus sehat.
 Ibu dengan TBC
Kuman TBC tidak menular melalui ASI, sehingga ibu dianjurkan
untuk menyusui bayinya. Ibu yang menderita TBC perlu diobati
secara adekuat dan diajarkan pencegahan penularan pada bayi
dengan menggunakan masker. Bayi tidak langsung diberikan
imunisasi BCG karena efek proteksinya tidak langsung terbentuk.
Walaupun sebagian obat antituberkulosis melalui bayi, bayi tetap
diberi INH dengan dosis penuh sebagai profilaksi. Setelah 3 bulan
pengobatan secara adekuat biasanya ibu sudah tidak menularkan
lagi virusnya dan setelah itu dapat dilakukan uji Mantoux pada
bayi, bila hasilnya negative terapi INH dihentikan dan bayi diberi
vaksinasi BCG.
 Ibu dengan Diabetes
Bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes sebaiknya diberikan
ASI, namun perlu dimonitor kadar gula darahnya.
3) Ibu yang memerlukan pengobatan
Biasanya ibu akan memilih untuk menghentikan pemberian ASI pada
bayinya bila meminum obat-obatan, karena takut jika obat tersebut
menganggu kesehatan bayinya. Kandungan obat dalam ASI
tergantung dari masa paruh obat dan rasio obat dalam plasma dan
ASI. Padahal kebanyakan obat hanya sebagian kecil yang dapat
melalui ASI dan jarang berakibat kepada bayinya, memang ada
beberapa obat yang sebaiknya tidak diberikan kepada ibu yang

9
sedang menyusui dan bila ibu memerlukan obat, pilihlah obat yang
mempunyai masa paruh obat pendek dan yang mempunyai rasio ASI
plasma kecil atau dicari obat alternatif yang tidak berakibat kepada
bayinya. Anjurkan kepada ibu, bila memerlukan obat maka sebaiknya
diminum segera setelah menyusui.
4) Ibu hamil
Biasanya ibu yang sudah hamil lagi tetapi masih memiliki bayi yang
harus disusui tidak memiliki bahaya baik bagi ibu ataupun janinnya
bila sang ibu masih tetap meneruskan menyusui bayinya, tetapi ibu
tetap dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi dan
dalam porsi yang lebih banyak.

3. Factor Yang Mempengaruhi


Menurut (Kusumaningrum, Maliya, & Hudiyawati, 2016) faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi ibu mengalami menyusui tidak efektif yaitu :

a. Faktor internal
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari pengamatan seseorang melalui panca
indera terhadap suatu objek tertentu meliputi pengelihatan, penciuman,
pendengaran, perabaan, dan perasa (Notoatmodjo, 2007). Ibu yang
memiliki tingkat pengetahuan kurang biasanya akan kurang mengetahui
tentang manfaat serta pentingnya pemberian ASI sejak dini, sehingga
menyebabkan ibu untuk enggan menyusui bayinya. Pengetahuan seorang
ibu mengenai pemberian ASI merupakan salah satu faktor terpenting
dalam kesuksesan proses menyusui.
2) Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu sangat mempengaruhi dalam pengambilan
keputusan untuk pemberian ASI kepada bayinya. Semakin tinggi
pendidikan seseorang maka akan semakin besar peluang ibu untuk
menerima informasi mengenai pentingnyan manfaat pemberian ASI
kepada bayinya, sebaliknya jika pendidikan yang kurang akan
menghambat perkembangan sikap ibu terhadap pemberian ASI kepada
bayinya.
3) Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu alasan yang sering diungkapkan pada ibu
yang tidak menyusui bayinya. Pada zaman sekarang ini, banyak wanita
yang lebih memilih mengembangkan karirnya dalam bidang ekonomi
daripada mengurus rumah tangganya atau bekerja dirumah. Adanya peran
ganda seorang ibu baik sebagai ibu rumah tangga atau pekerja, akan
menimbulkan ketidakseimbangan hubungan antara ibu dengan anaknya.

10
Seorang ibu yang mempunyai bayi baru lahir memiliki tanggung jawab
besar terhadap bayinya, dimana kebutuhan bayi baru lahir ini harus
mendapatkan ASI sampai berusia enam bulan yang artinya seorang ibu
harus siap setiap saat dalam menyusui bayinya.
4) Kondisi Kesehatan Ibu
Kesehatan ibu dapat mempengaruhi dalam proses menyusui. Seorang ibu
tidak dapat memberikan ASI kepada bayinya ketika ibu dalam keadaan
sakit, seperti misalnya ibu menderita penyakit hepatitis, AIDS, dan TBC,
maka ibu memerlukan bantuan dari orang lain untuk membantu mengurus
bayinya serta rumah tangganya, karena ibu harus memerlukan lebih
banyak waktu untuk beristirahat. Hal inilah yang dapat mempengaruhi ibu
tidak dapat menyusui secara efektif.

b. Faktor eksternal
1) Orang penting sebagai referensi keluarga
Orang penting seperti suami ataupun keluarga biasanya dapat
mempengaruhi perilaku ibu dalam menyusui. Bila orang tersebut sangat
dipercayai dalam kehidupannya maka apapun yang orang tersebut katakan
atau perbuat segera diikuti dan dicontoh, seperti misalnya dalam
pemberian ASI, maka dukungan dari keluarga sangat diperlukan dalam
proses kelancaran pemberian ASI pada bayi.
2) Sosial ekonomi
Sosial ekonomi dalam keluarga dapat memengaruhi kemampuan keluarga
untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Biasanya, keluarga yang
memiliki penghasilan kurang akan lebih memahami tentang pentingnya
menyusui dan memberikan ASI kepada bayinya dari baru lahir hingga
berusia enam bulan, sebaliknya jika keluarga tersebut berpenghasilan
yang lebih akan memiliki peningkatan daya tarik dalam pembelian
sesuatu yang dianggapnya lebih praktis, seperti misalnya pemberian susu
formula.
3) Pengaruh iklan susu formula
Semakin meningkatnya promosi terhadap susu formula atau yang biasa
disebut dengan pendamping ASI (PASI) maka ibu akan lebih banyak
mendapatkan informasi mengenai keunggulan produk susu tersebut yang
menyebabkan ibu berpikiran bahwa pemberian susu formula dianggap
sama bahkan lebih praktis dan dapat membantu ibu mempermudah proses
pemberian nutrisi kepada bayinya, sehingga tidak menutup kemungkinan
ibu enggan untuk menyusui bayinya.
4) Budaya
Nilai-nilai, kebiasaan, perilaku, serta penggunaan sumber-sumber dalam
masyarakat akan menghasilkan suatu kebudayaan pada daerah setempat.
Kebudayaan tersebut terbentuk dalam waktu yang cukup lama.

11
Kebudayaan tersebut selalu berubah baik cepat maupun lambat sesuai
dengan peradaban umat manusia (Notoatmodjo, 2007). Kebudayaan yang
berlaku pada suatu daerah akan mempengaruhi keberhasilan dalam proses
menyusui atau pemberian ASI. Adanya budaya yang memberikan
makanan atau minuman kepada bayi yang baru lahir dapat menggagalkan
keberhasilan dalam pemberian ASI secara eksklusif dan dapat menganggu
kesehatan bayi.

4. Dampak Tidak Menyusui


Dampak yang dapat ditimbukan bila tidak menyusui, diantaranya :
1) Bertambahnya kerentanan terhadap penyakit baik bagi ibu maupun bayi
Menyusui dapat mencegah sepertiga kejadian infeksi saluran pernapasan
atas (ISPA), kejadian diare dapat turun 50%, dan penyakit usus parah pada
bayi premature dapat berkurang kejadiannya sebanyak 58%. Pada ibu,
risiko kanker payudara juga dapat menurun 6-10% (Fadhila et al., 2016).
Jika air susu ibu tidak diberikan kepada bayi secara adekuat bersamaan
dengan bertambahnya sekresi air susu tersebut, maka akan terjadi
penumpukan air susu di dalam alveoli yang secara klinis tampak payudara
membesar. Payudara yang membesar dan berisi penumpukan air susu
tersebut dapat mengakibatkan abses, gagal menyusui dan rasa sakit. Jika
hal ini terjadi secara terus-menerus dengan tidak mengosongkan ASI
sebagai penatalaksanaan penyembuhan, maka akan terjadi keparahan dan
menyebabkan ibu mengalami penyakit kanker payudara (Mansjoer, A.,
Suprohaita, Wardhani, W.L., Setiowulan, 2005).
2) Biaya kesehatan untuk pengobatan
Pemberian ASI dapat mengurangi kejadian diare dan pneumonia sehingga
biaya kesehatan dapat dikurangi 256,4 juta USD atau 3 triliun tiap
tahunnya (Fadhila etal., 2016).
3) Kerugian kognitif seperti hilangnya pendapatan bagi individual
Pemberian ASI eksklusif dapat meningkatkan IQ anak, potensi untuk
mendapatkan pekerjaan kedepannya lebih baik, karena anak tersebut
memiliki fungsi kecerdasan tinggi. Tentunya hal ini akan meningkatkan
potensi mendapatkan penghasilan yang lebih optimal (Fadhila et al., 2016).
4) Biaya susu formula
Penghasilan seseorang hampir 14% habis digunakan untuk membeli susu
formula bayi berusia kurang dari 6 bulan. Jika dari mereka mampu
memberikan ASI eksklusif selama bayi baru lahir hingga berusia dua
tahun, penghasilan orangtua dapat dihemat sebesar 14% (Fadhila et al.,
2016).

12
5. Penanganan
Berdasarkan Keputusan Kementerian Kesehatan RI No.
450/Menkes/SK/IV/2014 mengenai pemberian ASI pada bayi di Indonesia,
maka
pemerintah menyelenggarakan upaya yang dapat mensukseskan keberhasilan
dalam
proses menyusui yaitu melalui program “Sepuluh Langkah Menuju
Keberhasilan
Menyusui” diantaranya :
1) Memilih kebijakan tertulis mengenai pemberian ASI dikomunikasikan
secara rutin dengan staf pelayanan kesehatan.
2) Melatih semua staf pelayanan kesehatan yang diperlukan untuk
menerapkan kebijakan tersebut.
3) Memberitahukan keuntungan dan penatalaksanaan pemberian ASI pada
semua ibu hamil.
4) Membantu ibu memulai pemberian ASI dalam wakttu setengah jam
setelah kelahiran.
5) Memperlihatkan kepada ibu yang belum berpengalaman bagaimana cara
meneteki dan tetap memberikan ASI meskipun ibu terpisah dari neonatus.
6) Tidak memberikan makanan atau minuman lain selain ASI kepada
neonatus kecuali diindikasikan secara medis.
7) Mempraktekkan rawat gabung, mengijinkan ibu dan neonatus untuk terus
bersama-sama 24 jam sehari.
8) Mendorong pemberian ASI setiap neonatus memintanya.
9) Tidak memberikan dot atau empeng pada neonatus yang diberi ASI.
10) Mendorong dibentuknya kelompok pendukung ASI dan merujuk para ibu
ke kelompok tersebut ketika mereka sudah keluar dari rumah sakit atau
klinik.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada ibu Post Partum Normal Dengan
Masalah Menyusui Tidak Efektif

1. Pengkajian
Pengkajian yaitu tahapan awal dari proses keperawatan, data dikumpulkan secara
sistematis yang digunakan untuk menentukan status kesehatan pasien saat ini.
Pengkajian harus dilaksanakan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis,
psikologis, sosial, dan spiritual (Kozier, B., Erb, G., Berman, 2010).
a. Identitas
Pada pengkajian identitas pasien berisi tentang: Nama, Umur, Pendidikan,
Suku, Agama, Alamat, No. Rekam Medis, Nama Suami, Umur, Pendidikan,
Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
b. Riwayat Kesehatan Pasien

13
1) Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa
nifas, seperti pasien tidak bisa menyusui bayinya, pasien merasa mules,
sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan perineum.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Untuk mengetahui tentang pengalaman perawatan kesehatan pasien
mencakup riwayat penyakit yang pernah dialami pasien, riwayat rawat
inap atau rawat jalan, riwayat alergi obat, kebiasaan, dan gaya pola
hidup.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat
penyakit akut atau kronis, seperti: penyakit jantung, DM, Hipertensi, dan
Asma yang dapat mempengaruhi masa nifas.

c. Riwayat perkawinan
Pada riwayat perkawinan yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah,
status menikah syah atau tidak karena bila melahirkan tanpa status akan
berkaitan dengan psikologis ibu sehingga dapat mempengaruhi proses
nifas.

d. Riwayat obstetrik
1) Riwayat menstruasi : umur menarche, siklus menstruasi, lamanya,
banyak ataupun karakteristik darah yang keluar, keluhan yang dirasakan
saat menstruasi, dan mengetahui Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT).
2) Riwayat pernikahan : jumlah pernikahan dan lamanya pernikahan.
3) Riwayat kelahiran, persalinan, dan nifas yang lalu : riwayat kehamilan
sebelumnya (umur kehamilan dan faktor penyulit), riwayat persalinan
sebelumnya (jenis, penolong, dan penyulit), komplikasi nifas (laserasi,
infeksi, dan perdarahan), serta jumlah anak yang dimiliki.
4) Riwayat keluarga berencana : jenis akseptor KB dan lamanya
menggunakan KB.

e. Pola kebutuhan dasar (Bio-Psiko-Sosial-Kultural-Spiritual)


1) Pola manajemen kesehatan dan persepsi : persepsi sehat dan sakit bagi
pasien, pengetahuan status kesehatan pasien saat ini, perlindungan
terhadap kesehatan (kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan,
manajemen stres), pemeriksaan diri sendiri (riwayat medis keluarga,
pengobatan yang sudah dilakukan), perilaku untuk mengatasi masalah
kesehatan.
2) Pola nutrisi-metabolik : menggambarkan tentang pola makan dan
minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, serta makanan pantangan.

14
Pola nutrisi metabolik juga dapat berpengaruh pada produksi ASI, jika
nutrisi Ibu kurang maka akan berpengaruh pada banyak sedikitnya ASI
yang akan keluar.
3) Pola eliminasi : menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar, meliputi frekuensi, konsistensi, dan bau, serta kebiasaan
buang air kecil meliputi, frekuensi, warna, dan jumlah.
4) Pola aktivitas-latihan : menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari.
Pada pola ini yang perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya.
Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat-
alat reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi seperti misalnya,
seberapa sering, apakah ada kesulitan, dengan bantuan atau sendiri.
5) Pola istirahat-tidur : menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien,
berapa jam pasien tidur, kebiasaan tidur siang, serta penggunaan waktu
luang seperti pada saat menidurkan bayi, ibu juga harus ikut tidur
sehingga istirahat-tidur terpenuhi. Istirahat yang cukup dapat
memperlancar pengeluaran ASI.
6) Pola persepsi-kognitif : menggambarkan tentang pengindraan
(pengelihatan,pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba). Biasanya
ibu yang tidak mampu untuk menyusui bayi akan menghadapi
kecemasan tingkat sedang-panik dan akan mengalami penyempitan
persepsi yang dapat mengurangi fungsi kerja dari indra. Begitupun
sebaliknya, jika ibu cemas tingkat sedang-panik juga dapat
mempengaruhi proses menyusui bayinya.
7) Pola konsep diri-persepsi diri : menggambarkan tentang keadaan sosial
(pekerjaan, situasi keluarga, kelompok sosial), identitas personal
(kelebihan dan kelemahan diri), keadaan fisik (bagian tubuh yang disukai
dan tidak), harga diri (perasaan mengenai diri sendiri), riwayat yang
berhubungan dengan masalah fisik atau psikologis pasien.
8) Pola hubungan-peran : menggambarkan peran pasien terhadap keluarga,
kepuasan atau ketidakpuasan menjalankan peran, struktur dan dukungan
keluarga, proses pengambilan keputusan, hubungan dengan orang lain.
9) Pola seksual-reproduksi : masalah pada seksual-reproduksi, menstruasi,
jumlah anak, pengetahuan yang berhubungan dengan kebersihan
reproduksi.
10) Pola toleransi stress-koping : menggambarkan tentang penyebab, tingkat,
respon stress, strategi koping yang biasa dilakukan untuk mengatasi
stress.
11) Pola keyakinan-nilai : menggambarjan tentang latar belakang budaya,
tujuan hidupp pasien, keyakinan yang dianut, serta adat budaya yang
berkaitan dengan kesehatan.

15
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : tingkat kesadaran, jumlah GCS, tanda-tanda vital
(tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernafasan, suhu tubuh), berat
badan, tinggi badan, dan lingkar lengan atas (LILA).
2) Pemeriksaan Head to Toe
 Kepala : amati wajah pasien (pucat atau tidak), adanya kloasma.
 Mata : sclera (putih atau kuning), konjungtiva (anemis atau tidak
anemis).
 Leher : adanya pembesaran kelenjar tiroid atau tidak, adanya
pembengkakan
 kelenjar limpha atau tidak.
 Dada : payudara (warna areola (menggelap atau tidak)), putting
(menonjol atau tidak), pengeluaran ASI (lancar atau tidak),
pergerakan dada (simetris atau asimetris), ada atau tidaknya
penggunaan otot bantu pernafasan, auskultasi bunyi pernafasan
(vesikuler atau adanya bunyi nafas abnormal).
 Abdomen : adanya linea atau striae, keadaan uterus (normal atau
abnormal), kandung kemih (bisa buang air kecil atau tidak).
 Genetalia : kaji kebersihan genetalia, lochea (normal atau abnormal),
adanya
hemoroid atau tidak.
 Ekstremitas : adanya oedema, varises, CRT, dan refleks patella.

g. Data penunjang
1) Darah : pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit 12-24 jam post
partum (jika Hb <10 g% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit,
trombosit.

2. Diagnose keperawatan
1) Menyususi tidak efektif berhubungan dengan ketidak adekuatan suplai
ASI
2) Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan
cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis,
proses persalinan dan proses melelahkan.

3. Intervensi Keperawatan

Dx Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


Kepreawatan
Menyusui Setelah dilakukan intervensi a. Edukasi Menyusui

16
tidak efektif selama 2x24 jam diharapkan 1. Identifikasi kesiapan
berhubungan status menyusui meningkat dan kemampuan
dengan dengan kriteria hasil: menerima informasi.
ketidakadeku 1. Perlekatan bayi pada 2. Identifikasi tujuan
atan suplai payudara ibu meningkat atau keinginan
ASI. 2. Tetesan/pancaran ASI menyusui.
meningkat 3. Dukung ibu
3. Suplai ASI adekuat meningkatkan
4. Kelelahan maternal kepercayaan diri
menurun dalam menyusui.
5. Kecemasan maternal 4. Libatkan sistem
menurun pendukung : suami,
6. Bayi tidak rewel keluarga, tenaga
kesehatan, dan
masyarakat.
5. Jelaskan manfaat
menyusui bagi ibu.
6. Ajarkan posisi
menyusui dan
perlekatan dengan
benar.

b. Konseling Nutrisi
1. Identifikasi kebiasaan
makanan dan perilaku
makan yang akan
diubah.
2. Gunakan standar
nutrisi sesuai
program diet dalam
mengevaluasi
kecukupan asupan
makanan.
3. Kolaborasi pada ahli
gizi, jika perlu
Resiko Tujuan : a. Kaji pengetahuan
menyusui pasien mengetahui cara paien mengenai
tidak efektif perawatan payudara bagi ibu laktasi dan
berhubungan menyusui perawatan payudara
dengan Kriteria hasil : b. Ajarkan cara
kurang a. Klien mengetahui cara merawat payudara
pengetahuan perawatan payudara bagi dan lakukan cara
cara ibu menyusui brest care
perawatan b. Asi keluar c. Jelaskan mengenai
payudara c. Payudara bersih manfaat menyusui
bagi ibu d. Payudara tidak bengkak dan mengenai gizi
menyusui dan tidak nyeri waktu menyusui
e. Bayi mau menetek d. Jelaskan cara

17
menyusui yang
benar
Gangguan Tujuan : istirahat tidur a. Kaji tingkat
pola tidur terpenuhi kelelahan dan
berhubungan Kriteria hasil : kebutuhan untuk
dengan a. Mengidentifikaasikan istirahat.
respon penilaian untuk b. Kaji faktor-faktor
hormonal mengakomodasi bila ada yang
psikologis, perubahanyang mempengaruhi
proses diperlukan dengan istirahat
melelahkan. kebutuhan terhadap c. berikan informasi
anggota keluargabaru. tentang kebutuhan
Melaporkan peningkatan untuk tidur / istirahat
rasa sejahtera istirahat

18
BAB II
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM pada Ny ‘’F’’


DI DESA TANGGA RT 04 RW 02 KEC.MONTA KAB BIMA

Nama Mahasiswa : Asih tria wulandari S,Kep

Tanggal Pengkajian : 29 September 2020

A. Biodata Klien
Nama : Ny F
Umur : 25 Tahun
Suku/bangsa : Bima
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Desa Tangga kec.monta kab.bima
Status Pernikahan : Kawin
Nama Suami : Tn M
Umur : 26 Tahun
Suku Bangsa : Bima
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Desa tangga ke. monta kab.bima

B. Riwayat Penyakit Sekarang


1. Keluhan Utama :
Klien mengatakan masih kurangnya produksi ASI
2. Perjalanan Penyakit sekarang :
Klien mengatakan masih kurang produksi ASI pasca melahirkan

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Klien mengatakan tidak memiliki penyakit serius sebelumnya

D. Riwayat Penyakit Keluarga


Klien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit srius sebelumya

19
E. Genogram

Ket :

F. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Menarche, umur : 11 tahun
Siklus : 28 hari
Jumlah (cc) : 3x ganti pembalut /hari
Lamanya : 5-6 hari
Keluhan : nyeri perut
HPHT : 25 noveber 2019
b. Pemeriksaan kehamilan
Berapa kali : 6 kali
Periksa ke : polindes dan dokter praktek

20
c. Riwayat kehamilan, Persalinan, dan Nifas

Anak Ke Kehamilan Persalinan Komplikasi Nifas Bayi


No Umur Umur Penyuli Jenis Penolong Penyuli Laseras Infeks Perdarah J BB PJG
kehamil t t a i an K
an
1 25 39 Tidak Spo Bidan Tidak (-) (-) (-) P 2,7 8 cm
Tahun minggu ada (-) ntan Desa ada gram
(-)

d. Pos partum sekarang


 Riwatar persalinan
 Tipe persalinan ( ✔ ) spontan ( ) bantuan
 Lama persalinan:

Kala I : Pada hari Selasa, Pukul 12:20 WITA klien mengeluh


sakit perut sampai ke pinggang, kemudian pada jam
14:40 WITA klien diantar oleh keluarga ke polindes
dengan keluhan nyeri disertai dengan keluarnya lendir
bercampur darah dan dilakukan VT oleh Bidan, ibu
sudah masuk pembukaan 3 cm, kemudian pada pukul
16:00 WITA, bidan kembali melakukan VT 6 cm.

Kala II : Pada pukul 17:00 WITA bidan melakukan VT dan


didapatkan hasil ibu sudah masuk pembukaan 8 cm.
Kala III : Berlangsung kurang lebih 20 menit dari pukul 17:00-
17:20 WITA ibu melahirkan secara spontan.
Kala IV : Observasi kala IV

Rencana perawatan bayi (✔) sendiri, ( )orang tua, ( ) lain-lain


Kesanggupan dan pengetahuan dalam merawat bayi.
Brest Care : Dibantu dan diajarkan oleh bidan
Perineal : Klien diajarkan oleh bidan cara merawat perineal
Nuttrisi : Klien mampu memberikan ASI
Senam Nifas : Tidak dilakukan
Menyusui : Ya
KB :
a. Riwayat KB : Tidak ada
b. Rencana KB : Ya. per 3 bulan

21
G. Pengkajian Data Dasar Klien

Pengkajian Sebelum Saat


o. pengkajian pengkajian

Aktifitas dan Istirahat


 7-8  4-5
 Tidur malam jam /hari jam/hari
 Tidur siang  1-3  1-2
jam/hari jam/hari

Integritas Ego
 Tidak  tidak
 Perencanaan Kehamilan
 Baik  baik
:
 menikah  menikah
 Peranan klien tentang
kehamilan :
 Terpenu  terpenuh
 Status hubungan dengan
hi i
pasangan
 baik  baik
:
 Masalah keuangan dalam
keluarga :
 Status emosional

Nutrisi
 3x/hari  3-
 Pola makan :
 5-6 4x/hari
 Pola minum : : gelas/hri  6-8 gelas
 Riwayat Mual Muntah  Ya  Tidak
:
 Baik  Baik
 Nafsu Makan :
 Tidak  Tidak
 Makan yang dipantang ada ada
:
 Tidak  Tidak
 Alergi pada makanan tertentu ada ada
:
 Tidak  Tidak
 Masalah mengunyah dan ada ada
menelan :
 65 kg  62 kg
 Berat badan :
 Normal  Normal
 Bentuk tubuh :
 Baik  Baik
 Turgor kulit :
 Bersih  Bersih
 Membran mukosa mulut

22
:  bersih  Bersih
 Kondisi gigi / gusi

Eliminasi
 1x/hari  Belum
 Frekuensi Defekasi
 4-5x/hari BAB
 Frekuensi Berkemih  3-
4x/hari

Sirkulasi dan Pernapasan


 120/70  100/70m
 Tekanan Darah : mmHg mHg
 Riwayat Peningkatan TD  Tidak  Tidak
: ada ada
 Riwayat Penyakit Jantung  Tidak  Tidak
: ada ada
 Edema / Varises :  Tidak  Tidak
 Pusing : ada ada
 Kesulitan bernafas selama  Tidak  Tidak
hamil : ada ada
 Tidak  Tidak
ada ada

Hygiene
 Bersih  Bersih
 Kebersihan tubuh :
 Bersih  Bersih
 Kebersihan gigi dan mulut
 Bersih  Bersih
:
 2x/hari  1x/hari
 Keadaan kulit :
 Rapi  Tidak
 Kebiasaan mandi :
 Bersih rapi
 Cara
 Bersih
berpakaian/Berpenampilan
 Vulva Hygiene

Keamanan dan Keselamatan


 Baik  baik
 Pergerakan :
 Baik  baik
 Penglihatan :
 baik  baik
 Pendengaran

Seksualitas :
 Ya  Ya
 Perubahan respon seksual

23
:  Ya  Ya
 Terjadi perubahan alat
reproduksi

Intoleransi Sosial
 Menikah  Menikah
 Status pernikahan :
 Suami  Suami
 Tinggal serumah dengan
 Baik  Baik
:
 Suami  Suami
 Komunikasi Verbal :
dan dan
 Orang terdekat orang tua orang
tua

H. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36©
Berat badan : 62 kg
Tinggi Badan : 158 cm
LILA :

HEAD TO TOE

1) Mata
 Kelopak mata : normal
 Gerakan mata : normal
 Konjungtiva : anemis
 Sclera : tidak ikterus
 Akomodasi : -
 Lainnya sebut
2) Hidung
 Reaksi alergi : tidak ada
 Sinus : tidak ada
 Lainnya sebut
3) Mulut dan tenggorokan
 Gigi geligi : tidak ada
 Kesulitan menelan : tidak ada
 Lainnya sebut

24
4) Pernafasan
 Jalan nafas : normal
 Suara nafas : normal
 Menggunakan otot bantu nafas : tidak ada
 Lainnya sebut
5) Sirkulasi jantung
 Kecepatan denyut apical : normal
 Irama : normal
 Kelainan bunyi jantung : tidak ada
 Sakit dada : tidak
 Lainnya sebut
6) Abdomen
 Inspeksi
 Striae livida    :    ada
Linea nigra      :    ada
 Palpasi
Tinggi fundus uteri  :    2 jari di bawah pusar
 Kontraksi uterus      :    baik (teraba bundar dan keras)

His
Kandung kemih : kosong
Genitourinary
 Perineum : terdapat jahitan perineum dengan D :4 jahitan L: 4
jahitan
 Lochea : rubra
 Vesica urinaria : kosong
 Lain sebutkan
Ekstemitas (integumen/muskuloskeletal)
 Turgor kulit : baik
 Warna kulit : kuning langsat
 Kontraktur ekstremitas : tidak ada
 Kesulitan pergerakan : tidak ada
Data penunjang
1. Laboratorium
2. USG
3. Rontgen
4. Terapi yang didapat
5. DLL

25
Data (SIGN/SYMTOM) Etiologi Masalah Paraf
o

Ds : Ketidak Menyusui
adekuatan tidak efektif
 Klien
1. suplai ASI Anal
mengatakan ASI isa
nya sedikit Data
 Klien
mengatakan ASI
nya tidak
menetes

Do :

 ASI ibu tampak


sedikit
 Tanpak bayi
tidak mampu
melekat pada
payudara ibu

Ds:

 Klien Kurang Resiko


mengatakan pengetahuan menyusui
belum tau cara cara tidak efektif
merawat perawatan
payudara nya payudara

Do :

 Klien tampak
kebingungan
 Payudara tampak
belum di
bersihkan

Ds :
26
 Klien Respon Gangguan pola
mengatakan hormonal tidur
kurang tidur psikologis
2. Diagnosa Keperawatan
1) Menyususi tidak efektif berhubungan dengan ketidak adekuatan suplai ASI
2) Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan cara
perawatan payudara
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormolah psikologis

3. Perencanaan Intervensi Keperawatan

27
no.
Tujuan Intervensi Rasional paraf
Dx

1 Setelah dilakukan Edukasi Menyusui 1. Mengetahui


intervensi selama kesiapan klien
2x24 jam 1. Identifikasi menerima
diharapkan status kesiapan dan informasi
menyusui kemampuan 2. Mengetahui
meningkat menerima keinginan
informasi. klien
2. Identifikasi
menyusui
tujuan atau 3. Memberi rasa
keinginan percaya diri
menyusui. pada klien
3. Dukung ibu 4. Orang terdekat
meningkatkan dapat
kepercayaan diri memberikan
dalam menyusui. dukungan
4. Libatkan sistem 5. Memberikan
pendukung : posisi
suami, keluarga, menyususi
tenaga kesehatan, yang benar.
dan masyarakat.
5. Ajarkan posisi
menyusui dan
perlekatan
dengan benar.

Konseling Nutrisi

1. Identifikasi
kebiasaan
makanan dan
perilaku makan
yang akan
diubah.
2. Berikan
informasi
makanan/sayuran
yang dapat
menambah
produksi ASI

2 Resiko menyusui a. Kaji a. mengetahui


tidak efektif pengetahuan tingkat
berhubungan paien mengenai pengetahuan
dengan kurang nya laktasi dan pasien dan
pengtahuan perawatan untukmenentukan
28 perawatan payudar intervensi
payudara b. Ajarkan cara selanjutnya.
merawat b. meningkatkan
payudara dan pengetahuan
4.Implementasi Keperawatan

29
no.Dx hari / Jam Implementasi Paraf
Tgl

1 Minggu, 09.00 1. Mengidentifikasi kesiapan


27- klien dan kemampuan
09,2020 menerima informasi.
2. Mengidentifikasi tujuan atau
keinginan menyusui.
3. Mendukungukung ibu
meningkatkan kepercayaan
diri dalam menyusui
bayinya.
4. Melibatkan sistem
pendukung : suami klien,
keluarga, dan masyarakat
sekitar
5. Mengajarkan posisi menyusui
dan perlekatan dengan benar.
6. Memberi informasi
makanan/sayuran yang dapat
menambah produksi ASI

2 27,09,2 10.30 a. mengaji pengetahuan paien


020 mengenai laktasi dan
perawatan payudar
b. mengajarkan cara merawat
payudara dan lakukan cara
brest cara
c. menjelaskan mengenai
manfaat menyusui dan
mengenai gizi waktu
menyusui
d. menjelaskan cara menyusui
yang benar

3 26,09,2 12.00 a. mengkaji tingkat kelelahan


020 dan kebutuhan untuk
istirahat.
b. mengkaji faktor-faktor bila
ada yang mempengaruhi
istirahat
c. memberikan informasi
30
tentang kebutuhan untuk
tidur / istirahat
5.Evaluasi

31
no.Dx hari/Tgl jam Evaluasi Paraf

1 28,09,2020 09.00  S:
a. Klien mengatakan
sudah tau cara
posisi yang benar
saat menyusui
b. Klien mengatakan
sudah tidak
merasak cemas
 O:
a. Perletakan bayi pada
payudara ibu tampak
meningkat
b. Tetesan ASI/pancaran
ASI meningkat
c. Suplai ASI tampak
adekuat
d. Bayi tampak tidak
rewel
 A: masakah teratasi
sebagaian
 P:lanjut intervensi

2 28,09,2020 10.30 S:

a. Klien mengatakan
sudah bisa
membersihkan
payudaranya

O:

 Payudara tampak
sudah di bersihkan

A : masalah teratasi sebagaian

P : lanjut intervensi

3 28,09,2020 11.30 S:

a. Tidak lagi
memikirkan tentang
bagaimana peran
barunya sebagai ibu
b. klien mulai membatasi
jumlah kunjungan
32 c. Pasien merasa segar
setelah bangun tidur
d. Tidur malam ±6 jam
DAFTAR PUSTAKA

33
Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4, Jakarta : EGC
Bobak .I.M dan Jansen M.D 2000, Keperawatan Maternitas dan ginekologi, jilid
I, yayasan IAPKP, bandung
Bagian Obstetri Dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran UNPAD, 1993, Obstetri
Fisiologi, Elemen, Bandung
Manuaba, LB.G 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan
Prawiroharjo S, 1999. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka. Jakarta

34

Anda mungkin juga menyukai