Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM pada Ny H

DI DESA SIE KECEMATAN MONTA KABUPATEN BIMA

Di Susun Oleh : Arfah S.KEP

PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES)


MATARAMPROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN2019/2020

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Laporan Pendahuluan
A. Pengertian Post Parum
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak
bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum
hamil (Bobak,2010).
Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam masa aterm, tidak
terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan persalinana
selesai dalam 24 jam (Bobak, 2005).
Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau obat obatan (prawiroharjo, 2000).
Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan
(Mohtar, 1998).

B. Etiologi
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan atau
dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan.
 Partus dibagi menjadi 4 kala :
a. kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan
lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida
berlangsung 12
jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
b. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2 sampai 3
menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I ketuban pecah
yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban pecah pada
pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan. Kedua kekuatan, His dan
mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka pintu. Kepala lahir
seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar. Setelah putar paksi luar berlangsung
kepala dipegang di bawah dagu di tarik ke bawah untuk melahirkan bahu belakang.
Setelah kedua bahu lahir ketiak di ikat untuk melahirkan sisa badan bayi yang diikuti
dengan sisa air ketuban.
c. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan lahirnya
bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta.Lepasnya plasenta dapat ditandai dengan

2
uterus menjadi bundar,uterus terdorong ke atas, tali pusat bertambah panjang dan
terjadi perdarahan.
d. Kla IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum
paling sering terjadi pada 2 jam pertama,observasi yang dilakukan yaitu tingkat
kesadaran penderita,pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, terjadinya
perdarahan. Perdarah dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400
sampai 500 cc (Manuaba, 1989).

1. Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, faktor janin, dan faktor
persalinan pervaginam.
a. Faktor Ibu
1) Paritas
Menurut panduan Pusdiknakes 2003, paritas adalah jumlah kehamilan yang mampu
menghasilkan janin hidup di luar rahim (lebih dari 28 minggu). Paritas menunjukkan
jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan,
tanpa mengingat jumlah anaknya (Oxorn,2003).Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia paritas adalah keadaan kelahiran atau partus. Pada primipara robekan
perineum hampir selalu terjadi dan tidak jarang berulang pada persalinan berikutnya
(Sarwono, 2005).
2) Meneran
Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bila pembukaan sudah
lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu harus didukung untuk meneran dengan
benar pada saat ia merasakan dorongan dan memang ingin mengejang (Jhonson,
2004). Ibu mungkin merasa dapat meneran secara lebih efektif pada posisi tertentu
(JHPIEGO, 2005).
b. Faktor Janin
1) Berat Badan Bayi Baru lahir
Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000 gram (Rayburn,
2001).Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko trauma persalinan melalui
vagina seperti distosia bahu, kerusakan fleksus brakialis, patah tulang klavikula, dan
kerusakan jaringan lunak pada ibu seperti laserasi jalan lahir dan robekan pada
perineum (Rayburn, 2001).
2) Presentasi
Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan sumbu memanjang
janin dengan sumbu memanjang panggul ibu (Dorland,1998).
a) Presentasi Muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang, sikap extensi sempurna
dengan diameter pada waktu masuk panggul atau diameter submentobregmatika
sebesar 9,5 cm. Bagian terendahnya adalah bagian antara glabella dan dagu, sedang
pada presentasi dahi bagian terendahnya antara glabella dan bregma (Oxorn, 2003).

3
b) Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian (pertengahan), hal ini berlawanan
dengan presentasi muka yang ekstensinya sempurna. Bagian terendahnya adalah
daerah diantara margo orbitalis dengan bregma dengan penunjukknya adalah dahi.
Diameter bagian terendah adalah diameter verticomentalis sebesar 13,5 cm,
merupakan diameter antero posterior kepala janin yang terpanjang (Oxorn, 2003).
c) Presentasi Bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan dalam polaritas.
Panggul janin merupakan kutub bawah dengan penunjuknya adalah sacrum.
Berdasarkan posisi janin, presentasi bokong dapat dibedakan menjadi empat macam
yaitu presentasi bokong sempurna,presentasi bokong murni, presentasi bokong kaki,
dan presentasi bokong lutut (Oxorn, 2003).

c. Faktor Persalinan Pervaginam


1) Vakum ekstrasi
Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan,anin dilahirkan dengan
ekstrasi menggunakan tekanan negatif dengan alat vacum yang dipasang di
kepalanya (Mansjoer,2002).
2) Ekstrasi Cunam/Forsep
Ekstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan
cunam yang dipasang di kepala janin (Mansjoer, 2002). Komplikasi yang dapat
terjadi pada ibu karena tindakan ekstrasi forsep antara lain ruptur uteri,robekan
portio, vagina, ruptur perineum, syok, perdarahan post partum, pecahnya varices
vagina (Oxorn, 2003).
3) Embriotomi adalah prosedur penyelesaian persalinan dengan jalan melakukan
pengurangan volume atau merubah struktur organ tertentu pada bayi dengan tujuan
untuk memberi peluang yang lebih besar untuk melahirkan keseluruhan tubuh bayi
tersebut (Syaifudin, 2002).
4) Persalinan Presipitatus
Persalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsung sangat cepat,
berlangsung kurang dari 3 jam, dapat disebabkan oleh abnormalitas kontraksi
uterus dan rahim yang terlau kuat,atau pada keadaan yang sangat jarang dijumpai,
tidak adanya rasa nyeri pada saat his sehingga ibu tidak menyadari adanya proses
persalinan yang sangat kuat (Cunningham, 2005).

4
C. Patofisiologi
1. Adaptasi Fisiologi
a. Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan, proses ini
dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada
akhir tahap ketiga persalinan,uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah
umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis.Dalam waktu
12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm diatas umbilikus. Fundus turun
kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam.Pada hari pasca partum keenam fundus normal
akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi
menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr 2 minggu setelah
lahir. Satu minggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu
keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen dan progesteron
bertabggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada masa pasca
partum penurunan kadar hormon menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara
langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama
masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi
intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat
besar. homeostasis pasca partum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah
intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon
oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi
uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam
pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak
teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena
atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan
menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir
karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.

c. Adaptasi psikologis
Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi menjadi 3 fase
yaitu :
a. Fase taking in / ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana ibu
membutuhkan perlindungandan pelayanan.
b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan
Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu
keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima peran barunya
dan belajar tentang semua hal-hal baru. Selama fase ini sistem pendukung menjadi
5
sangat bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi dan
penyembuhan fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik
c. Fase letting go / saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga
telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasian telah sembuh,
perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan
kembali.

D. Manifestasi klinik
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang
disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan (Bobak, 2004).
1. Sistem reproduksi
a. Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan, proses ini
dimulai segera setelah plasenta keluar kibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi
menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr dua minggu
setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada
minggu keenam, beratnya menjadi 50-60gr. Pada masa pasca partum penurunan
kadar hormon menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung
jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa
hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur
kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama
1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan
menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin
secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir.
c. Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular dan trombus
menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak
teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas menyebapkan pelepasan jaringan
nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik
penyembuha luka. Regenerasi endometrum, selesai pada akhir minggu ketiga masa
pasca partum, kecuali pada bekas tempat plasenta.
d. Lochea
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah, kemudian
menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra terutama mengandung darah
dan debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran menyembur menjadi merah
6
setelah 2-4 hari.Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan denrus
jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, cairan berwarna kuning atau putih.
Lochea alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mukus, serum dan bakteri.
Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu setelah bayi lahir.
e. Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca partum, serviks
memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula.
Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh selama
beberapa hari setelah ibu melahirkan.
f. Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran
sebelum hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada
sekitar minggu keempat,walaupun tidak akan semenonjol pada wanita nulipara.
2. Sistem endokrin
a. Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol, serta
placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan. Sehingga
kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada masa puerperium. Kadar
esterogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar,
penurunan kadar esterogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan
diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil.
b. Hormon hipofisis
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak
menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui
tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follikel-stimulating
hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan
ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin
meningkat (Bowes, 1991).
c. Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan,abdomenya akan
menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Diperlukan
sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hami.

d. Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan. Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya hipotonia pada
kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum
hamil (Cunningham, dkk ; 1993).
e. Sistem cerna

7
 Nafsu makanSetelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan
keletihan, ibu merasa sangat lapar.
 MortilitasSecara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selam waktu yang singkat setelah bayi lahir.
 DefekasiBuang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga
hari setelah ibu melahirkan.
f. Payu dara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara selama
wanita hamil (esterogen, progesteron, human chorionik gonadotropin, prolaktin,
krotison, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
 Ibu tidak menyusui
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak menyusui.
Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan pada hari
kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum bisa terjadi
pembengkakan. Payudara teregang keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika di
raba.
 Ibu yang menyusui
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan,
yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba hangat dan keras
ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih
kebiruan dapat dikeluarkan dari puting susu.
g. Sistem kardiovaskuler
 Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor misalnya kehilangan
darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan
ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah
total yang cepat tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan
tubuh yang menyebapkan volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu
ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai
mencapai volume sebelum lahir.
 Curah jantung
Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang masa
hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan
lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasanya melintasi
sirkuit utero plasenta tiba tiba kembali ke sirkulasi umum (Bowes, 1991).
 Tanda-tanda vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam keadaan
normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah sistol
maupun diastol dapat timbul dan berlangsung selama sekitar empat hari setelah
wanita melahirkan (Bowes, 1991).

8
h. Sistem neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi
neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebapkan trauma yang dialami
wanita saat bersalin dan melahirkan.
i. Sistem muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil
berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-
hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat
berat ibu akibat pemsaran rahim.
j. Sistem integumen
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan
berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut akan menutap.
Kulit kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul
mungkin memudar, tapi tidak hilang seluruhnya.

E. Klasifikasi Ruptur Perineum


Menurut buku Acuan Asuhan Persalinan Normal (2008), derajat ruptur perineum
dapat dibagi menjadi empat derajat, yaitu :
a. Ruptur perineum derajat satu, dengan jaringan yang mengalami robekan adalah :
1) Vagina
a) Komisura posterior
b) Kulit perineum
b. Ruptur perineum derajat dua, dengan jaringan yang mengalami robekan adalah :
1) Mukosa Vagina
 Komisura posterior
 Kulit perineum
 Otot perineum
c. Ruptur perineum derajat tiga, dengan jaringan yang mengalami robekan adalah :
1) Sebagaimana ruptur derajat dua
2) Otot sfingter ani
d. Ruptur perineum derajat empat, dengan jaringan yang mengalami robekan adalah :
1) Sebagaimana ruptur derajat tiga
2) Dinding depan rectum

F. Komplikasi
1. Perdarahan

9
Perdarahan adalah penyebap kematian terbanyak pada wanita selama nperiode post
partum.
Perdarahan post partum adalah : kehilangan darah lebih dari 500 cc setelah kelahiran
kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-tanda sebagai berikut:
 Kehilangan darah lebih dai 500 cc
 Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg
 Hb turun sampai 3 gram % (novak, 1998).
Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan terjadinya perdarahan dini
terjadi 24 jam setelah melahirkan. Perdarahan lanjut lebih dari 24 jam setelah
melahirkan, syok hemoragik dapat berkembang cepat dan menadi kasus lainnya, tiga
penyebap utama perdarahan antara lain :
a. Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksin dengan baik dan ini
merupakan sebap utama dari perdarahan post partum. Uterus yang sangat teregang
(hidramnion, kehamilan ganda, dengan kehamilan dengan janin besar), partus lama dan
pemberian narkosis merupakan predisposisi untuk terjadinya atonia uteri.
b. laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum dapat menimbulkan
perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan segera.
c. Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebapkan oleh
gangguan kontraksi uterus.retensio plasenta adalah : tertahannya atau belum lahirnya
plasenta atau 30 menit selelah bayi lahir.
d. Lain-lain
 Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus sehingga
masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka
 Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan parut pada
uterus setelah jalan lahir hidup.
 Inversio uteri (Wikenjosastro, 2000).
2. Infeksi puerperalis
Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa post partum. Insiden
infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya kenaikan suhu > 38 0 dalam 2 hari
selama 10 hari pertama post partum.
Penyebap klasik adalah : streptococus dan staphylococus aureus dan organisasi
lainnya.

3. Endometritis
Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi puerperalis.
Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membran memiliki resiko tinggi
terjadinya endometritis (Novak, 1999).

4. Mastitis

10
Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya puting susu
akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan pembengkakan, mastitis umumnya
di awali pada bulan pertamapost partum (Novak, 1999).
5. Infeksi saluran kemih
Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan meningkatkan resiko
infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah Entamoba coli dan bakterigram
negatif lainnya.
6. Tromboplebitis dan trombosis
Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan meningkatnya status
vena menyebapkan relaksasi sistem vaskuler, akibatnya terjadi tromboplebitis
(pembentukan trombus di pembuluh darah dihasilkan dari dinding pembuluh darah)
dan trombosis (pembentukan trombus) tromboplebitis superfisial terjadi 1 kasus dari
500 – 750 kelahiran pada 3 hari pertama post partum.
7. Emboli
Yaitu : partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil menyebapkan
kematian terbanyak di Amerika (Novak. 1999).
8. Post partum depresi
Kasus ini kejadinya berangsur-angsur, berkembang lambat sampai beberapa minggu,
terjadi pada tahun pertama. Ibu bingung dan merasa takut pada dirinya. Tandanya
antara lain, kurang konsentrasi, kesepian tidak aman, perasaan obsepsi cemas,
kehilangan kontrol, dan lainnya. Wanita juga mengeluh bingung, nyeri kepala,
ganguan makan,dysmenor, kesulitan menyusui, tidak tertarik pada sex, kehilanagan
semangat (Novak, 1999).
9. Tanda – Tanda Bahaya Post Partum
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi rahim
baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir
(Depkes RI, 2004).Tanda-tanda yang mengancam terjadinya robekan perineum antara
lain :
1. Kulit perineum mulai melebar dan tegang.
2. Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap.
3. Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi robekan pada mukosa
vagina.
10. Penatalaksanaan atau Perawatan Post Partum
Penanganan ruptur perineum diantaranya dapat dilakukan dengancara melakukan
penjahitan luka lapis demi lapis, dan memperhatikan jangan sampai terjadi ruang kosong
terbuka kearah vagina yang biasanya dapat dimasuki bekuan-bekuan darah yang akan
menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka. Selain itu dapat dilakukan dengan cara
memberikan antibiotik yang cukup (Moctar, 1998). Prinsip yang harus diperhatikan dalam
menangani ruptur perineum adalah:
1. Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak lahir, segera memeriksa
perdarahan tersebut berasal dari retensio plasenta atau plasenta lahir tidak lengkap.
11
2. Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik, dapat dipastikan bahwa
perdarahan tersebut berasal dari perlukaan pada jalan lahir, selanjutnya dilakukan
penjahitan. Prinsip melakukan jahitan pada robekan perineum :
a. Reparasi mula-mula dari titik pangkal robekan sebelah dalam/proksimal ke arah
luar/distal. Jahitan dilakukan lapis demi lapis, dari lapis dalam kemudian lapis luar.
b. Robekan perineum tingkat I : tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan
aposisi luka baik, namun jika terjadi perdarahan segera dijahit dengan
menggunakan benang catgut secara jelujur atau dengan cara angka delapan.
c. Robekan perineum tingkat II : untuk laserasi derajat I atau II jikaditemukan
robekan tidak rata atau bergerigi harus diratakan terlebih dahulu sebelum
dilakukan penjahitan. Pertama otot dijahit dengan catgut kemudian selaput lendir.
Vagina dijahit dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur. Penjahitan mukosa
vagina dimulai dari puncak robekan. Kulit perineum dijahit dengan benang catgut
secara jelujur.
d. Robekan perineum tingkat III : penjahitan yang pertama pada dinding depan
rektum yang robek, kemudian fasia perirektal dan fasia septum rektovaginal dijahit
dengan catgut kromik sehingga bertemu kembali.
e. Robekan perineum tingkat IV : ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah karena
robekan diklem dengan klem pean lurus, kemudian dijahit antara 2-3 jahitan catgut
kromik sehingga bertemu kembali.Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis
seperti menjahit robekan perineum tingkat I.
f. Meminimalkan Derajat Ruptur Perineum Menurut Mochtar (1998) persalinan yang
salah merupakan salah satu sebab terjadinya ruptur perineum.
Menurut Buku AcuanAsuhan Persalinan Normal (2008) kerjasama dengan ibu dan
penggunaan perasat manual yang tepat dapat mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan
seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau meminimalkan robekan pada
perineum. Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partumspontan,
dilakukan berbagai macam penatalaksanaan, diantaranya :
1. Monitor TTV
Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakan preeklamsi
suhu tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi,stress, atau dehidrasi.
2. Pemberian cairan intravena
Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan kemampuan perdarahan darah dan
menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan syok, maka cairan pengganti merupakan
tindakan yang vital, seperti Dextrose atau Ringer.
3. Pemberian oksitosinSegera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit)
ditambahkan dengan cairan infuse atau diberikan secara intramuskuler untuk
membantu kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan post partum.
4. Obat nyeri

12
Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative, alaraktik, narkotik dan
antagonis narkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat ini diberikan secara regional/
umum (Hamilton, 1995).
11. Pengkajian Fokus
Pengkajian pada ibu post partum menurut Doenges, 2001 adalah sebagai berikut :

1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan


a. Bagaimana keadaan ibu saat ini ?
b. Bagaimana perasaa ibu setelah melahirkan ?
2. Pola nutrisi dan metabolik
a. Apakah klien merasa kehausan setelah melahirkan ?
b. Apakah klien merasa lapar setelah melahirkan ?
c. Apakah klien kehilangan nafsu makan atau merasa mual ?
d. Apakah ibu mengalami penurunan BB setelah melahirkan ?
3. Pola aktivitas setelah melahirkan
a. Apakah ibu tampak kelelahan atau keletihan ?
b. Apakah ibu toleransi terhadap aktivitas sedang atau ringan ?
c. Apakah ibu tampak mengantuk ?
4. Pola eliminasi
a. Apakah ada diuresis setelah persalinan ?
b. Adakan nyeri dalam BAB pasca persalinan ?
5. Neuro sensori
a. Apakah ibu merasa tidak nyaman ?
b. Apakah ibu merasa nyeri di bagian tubuh tertentunya ?
c. Bagaimana nyeri yang ibu raskan ?
d. Kaji melalui pengkajian P, Q, R, S, T ?
e. Apakah nyerinya menggangu aktivitas dan istirahatnya ?
6. Pola persepsi dan konsep diri
a. Bagaimana pandangan ibu terhadap dirinya saat ini
b. Adakah permasalahan yang berhubungan dengan perubahan penampilan tubuhnya
saat ini ?
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Pemeriksaan TTV
2) Pengkajian tanda-tanda anemia
3) Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis
4) Pemeriksaan reflek
5) Kaji adanya varises
6) Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness )
b. Payudara
1) Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )
13
2) Kaji adanya abses
3) Kaji adanya nyeri tekan
4) Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti
5) Kaji pengeluaran ASI
c. Abdomen atau uterus
1) Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri
2) Kaji adnanya kontraksi uterus
3) Observasi ukuran kandung kemih
d. Vulva atau perineum
1) Observasi pengeluaran lokhea
2) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomi
3) Kaji adanya pembengkakan
4) Kaji adnya luka
5) Kaji adanya hemoroid

8. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periodepasca partum. Nilai
hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari pertama pada partumuntuk
mengkaji kehilangan darah pada melahirkan.
b. Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau dengan tehnik
pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke laboratorium untuk dilakukan
urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas terutama jika cateter indwelling di pakai
selama pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus di kaji untuk menentukan
status rubelle dan rhesus dan kebutuhan therapy yang mungkin (Bobak, 2004).

G. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.(Doenges, 2001)
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses persalinan. (Doenges,
2001)
3. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan cara perawatan
payudara bagi ibu menyusui. (Bobak,
2004)

H. Fokus Intervensi dan Rasional


1. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan
 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang
 Kriteria Hasil :
a. Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3-4
b. Klien terlihat rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bisa tidur nyaman
14
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal : suhu 36-370 C, N 60-100 x/menit, RR 16-
24 x/menit, TD 120/80 mmHg
 Intervensi :
a. Kaji karakteristik nyeri klien dengan PQRST ( P : faktor penambah dan pengurang
nyeri, Q : kualitas atau jenis nyeri, R : regio atau daerah yang mengalami nyeri, S :
skala nyeri, T : waktu dan frekuensi )
 Rasional : untuk menentukan jenis skala dan tempat terasa nyeri
b. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri
 Rasional : sebagai salah satu dasar untuk memberikan tindakan atau asuhan
keperawatan sesuai dengan respon klien
c. Berikan posisi yang nyaman, tidak bising, ruangan terang dan tenang
 Rasional : membantu klien rilaks dan mengurangi nyeri
d. Biarkan klien melakukan aktivitas yang disukai dan alihkan perhatian klien pada hal
lain
 Rasional : beraktivitas sesuai kesenangan dapat mengalihkan perhatian klien
dari rasa nyeri
e. Kolaborasi pemberian analgetik
 Rasional : untuk menekan atau mengurangi nyeri

2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan cara perawatan Vulva
 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi infeksi, pengetahuan
bertambah
 Kriteria hasil :
a. Klien menyertakan perawatan bagi dirinya
b. Klien bisa membersihkan vagina dan perineumnya secara mandiri
c. Perawatan pervagina berkurang
d. Vulva bersih dan tidak inveksi
e. Tidak ada perawatan
f. Vital sign dalam batas normal

 Intervensi :
a. Pantau vital sign
 Rasional : peningkatan suhu dapat mengidentifikasi adnya infeksi
b. Kaji daerah perineum dan vulva
 Rasioal : menentukan adakah tanda peradangan di daerah vulva dan perineum
c. Kaji pengetahuan pasien mengenai cara perawatan ibu post partum
 Rasional : pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya
d. Ajarkan perawatan vulva bagi pasien
 Rasional : pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya
e. Anjurkan pasien mencuci tangan sebelum memegang daerah vulvanya

15
 Rasional : meminimalkan terjadinya infeksi
f. Lakukan perawatan vulva
 Rasional : mencegah terjadinya infeksi dan memberikan rasa nyaman bagi
pasien
3. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan cara perawatan
payudara bagi ibu menyusui
 Tujuan : pasien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
 Kriteria hasil :
a. Klien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
b. Asi keluar
c. Payudara bersih
d. Payudara tidak bengkak dan tidak nyeri
e. Bayi mau menetek

 Intervensi :
a. Kaji pengetahuan paien mengenai laktasi dan perawatan payudara
 Rasional : mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan untuk menentukan
intervensi selanjutnya.
b. Ajarkan cara merawat payudara dan lakukan cara brest care
 Rasional : meningkatkan pengetahuan pasien dan mencegah terjadinya bengkak
pada payudara
c. Jelaskan mengenai manfaat menyusui dan mengenai gizi waktu menyusui
 Rasional : memberikan pengetahuan bagi ibu mengenai manfaat ASI bagi bayi
d. elaskan cara menyusui yang benar
 Rasional : mencegah terjadinya aspirasi pada bayi

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM pada Ny ‘’H’’


Di Desa Sie kec Monta Kab Bima

16
Nama mahasiswa : ARFAH S,kep
Tanggal Pengkajian : 26-09-2020

A. Biodata Klien

Nama : Ny H

Umur : 24 tahun
Suku/Bangsa : Bima
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : kel rabangodu utara,kec Raba Kota Bima
Status Pernikahan : Menikah
Nama Suami : Tn A
Umur : 28 tahun
Suku Bangsa : Bima
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Islam

B. Riwayat Penyakit Sekarang


1. Keluhan Utama
Nyeri perut bagian bawah
2. Perjalanan Penyakit Sekarang
1) Mulai timbulnya : setelah melahirkan
2) Faktor pencetus : kontraksi uterus atau pengeluaran lochia
3) Lokasi keluhan : daerah perut bagian bawah
4) Sifat nyeri : seperti tertusuk - tusuk
5) Kuantitas : Hilang timbul
6) Kualitas : sedang (5)
7) Hal – hal yang memberatkan : saat klien bergerak
8) Hal – hal yang meringankan : saat klien berbaring
9) Upaya untuk mengatasi : ibu terlihat mengelus perutnya

C. Riwayat Penyakit Dahulu


1) Tidak ada riwayat penyakit serius seperti DM, Tumor, Hipertensi, PMS, TBC.
2) Tidak ada penyakit yang menyertai kehamilan seperti sakit kepala hebat, nyeri perut hebat
dan kejang.
3) Tidak ada riwayat ketergantungan obat, alkohol dan merokok
D. Riwayat Penyakit Keluarga

17
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit kronis dan menular

E. Genogram

F. Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi
Menarche, umur : 12 tahun
Siklus : Teratur
Jumlah (cc) : 3 x ganti pembalut/hari
Lamanya : 6 hari
Keluhan : nyeri pinggang
HPHT : 20 november 2019

b. Pemeriksaan Kehamilan
Berapa kali : 5 kali
Periksa ke : polindes dan dokter praktek

c. Riwayat Kehamilan, Persalinan & Nifas

18
Anak Kehamilan Persalinan Komplikasi Nifas Bayi
Ke

No Umur Umur Penyulit Jenis Penol peny Lasera Infeks Perdaraha JK BB PJG
kehamila ong ulit sa i n
n
1 29 39 Tidak Sponta Bidan (-) (-) Tidak ada P 2,7 38 cm
Tahun minggu ada (-) n Desa (-) gra
m

d. Post Partum sekarang


 Riwayat persalinan sekarang
 Tipe persalinan ( ✔ ) spontan ( ) bantuan
Lama persalinan :
 Kala I :
Pada hari Selasa, Pukul 12:20 WITA klien mengeluh sakit perut sampai ke
pinggang,kemudian pada jam 14:40 WITA klien diantar oleh keluarga ke polindes dengan
keluhan nyeri disertai dengan keluarnya lendir bercampur darah dan dilakukan VT oleh
Bidan, ibu sudah masuk pembukaan 3 cm, kemudian pada pukul 16:00 WITA, bidan
kembali melakukan VT 6 cm.
 Kala II :
Pada pukul 17:00 WITA bidan melakukan VT dan didapatkan hasil ibu sudah masuk
pembukaan 8 cm.
 Kala III :
Berlangsung kurang lebih 20 menit dari pukul 17:00-17:20 WITA ibu melahirkan secara
spontan
 Kala IV :
Berlangsung kurang lebih 20 menit dari pukul 17:00-17:20 WITA ibu melahirkan secara
spontan
Rencana perawatan bayi ( ✔ ) sendiri ( ) orang tua ( ) lain-lain
Kesanggupan dan pengetahuan dalam merawat bayi.
Brest care : Di bantu dan di ajarkan oleh bidan
Perineal : Di ajarkan oleh bidan
Nutrisi : Klien mampu memberikan ASI
Senam Nifas : Tidak di lakukan
Menyusui : Ya

KB :

19
a. Riwayat KB : tidak pernah
b. Rencana KB : Ya,per 3 bulan

G. Pengkajian Data dasar Klien

No. Pengkajian Sebelum MRS Saat di Rumah

1 Aktifitas dan Istirahat

Tidur malam 7-8 jam /hari 4-5 jam/hari

Tidur siang 1-3 jam/hari 1-2 jam/hari

2 Integritas Ego

Perencanaan Kehamilan Tidak Tidak

Peranan klien tentang kehamilan Baik Baik

Status hubungan dengan Menikah Menikah


pasangan:
Terpenuhi Terpenuhi
Masalah keuangan dalam
keluarga:

Status emosional Baik Baik

3 Nutrisi

Pola makan : 3x/hari 3-4x/hari

Pola minum : 5-6x/hari 6-8x/hari

Riwayat Mual Muntah Ya Tidak ada

Nafsu Makan : Baik Baik

Makan yang dipantang Tidak ada Tidak ada

Alergi pada makanan tertentu : Tidak ada Tidak ada

Masalah mengunyah dan

20
menelan:

Berat badan : Tidak ada Tidak ada

Bentuk tubuh :

Turgor kulit : 66 kg 64 kg

Membran mukosa mulut : Normal Normal

Kondisi gigi / gusi Baik Baik

Bersih Bersih

Bersih Bersih

4 Eliminasi

Frekuensi Defekasi 1x/hari belum BAB

Frekuensi Berkemih 3-4x/hari 2-3X/hari

5 Sirkulasi dan Pernapasan

Tekanan Darah : 120/90 mmHg 100/mmHg

Riwayat Peningkatan TD : Tidak ada Tidak ada

Riwayat Penyakit Jantung :

Edema / Varises : Tidak ada Tidak ada

Pusing : : Tidak ada Tidak ada

Kesulitan bernafas selama hamil Tidak ada Tidak ada

Tidak ada Tidak ada

6 Hygiene

Kebersihan tubuh : bersih Bersih

Kebersihan gigi dan mulut : bersih Bersih

Keadaan kulit :

Kebiasaan mandi : bagus Bagus

21
Cara berpakaian/Berpenampilan 2x/hari 1x/hari

Vulva Hygiene Rapi Rapi

Bersih Bersih

7 Keamanan dan Keselamatan

Pergerakan : Baik Baik

Penglihatan : Baik Baik

Pendengaran Baik Baik

8 Seksualitas

Perubahan respon seksual : Ya Ya

Terjadi perubahan alat reproduksi Ya Ya

9 Intoleransi Sosial

Status pernikahan : Menikah Menikah

Tinggal serumah dengan : Suami Suami

Komunikasi Verbal : Baik Baik

Orang terdekat Orang tua dan Orang tua dan


suami suami

H. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36©
Berat badan : 60 kg
Tinggi Badan : 166 cm
LILA :

22
HEAD TO TOE
Mata
 Kelopak mata : normal
 Gerakan mata : normal
 Konjungtiva : anemis
 Sclera : tidak ikterus
 Akomodasi : -
 Lainnya sebut
Hidung
 Reaksi alergi : tidak ada
 Sinus : tidak ada
 Lainnya sebut
Mulut dan tenggorokan
 Gigi geligi : tidak ada
 Kesulitan menelan : tidak ada
 Lainnya sebut
Pernafasan
 Jalan nafas : normal
 Suara nafas : normal
 Menggunakan otot bantu nafas : tidak ada
 Lainnya sebut
Sirkulasi jantung
 Kecepatan denyut apical : normal
 Irama : normal
 Kelainan bunyi jantung : normal
 Sakit dada : tidak ada
 Lainnya sebut
Abdomen
 Inspeksi :
Striae livida : ada
Linea nigra : ada
 Palpasi :
Tinggi fundus uteri : 2 jari di bawah pusar
Kontraksi uterus : baik (teraba bundar dan keras)
His
Kandung kemih : kosong
Genitourinary
 Perineum : terdapat jahitan perineum 4 jahitan
 Lochea : merah kehitaman
 Vesica urinaria : kosong
 Lain sebutkan
23
Ekstemitas (integumen/muskuloskeletal)
 Turgor kulit : normal
 Warna kulit : coklat
 Kontraktur ekstremitas : tidak ada
 Kesulitan pergerakan : tidak ada

Data penunjang
1. Laboratorium
2. USG
3. Rontgen
4. Terapi yang didapat
5. DLL

ANALISA DATA

24
No. DATA Etiologi Masalah paraf
(SIGN/SYMTOM)

1 Ds : klien mengatakan Involusi Nyeri


uterus
 P : sakit setelah
melahirkab
 Q : klien
mengatakan
nyeri/keram
 R : klien menatakan
keram di
bagian perut
 S : Skala 4
 T : sesaat setelah
melahirkan

Do :

1. Ekspresi wajah
sesekali meringis

2. Skala nyeri
sedang 4

3. Ibu terlihat
mengelus – elus
perutnya

2. Ds : klien mengatakan Kurang Resiko infeksi


pengetahua
 Tidak tau cara
n cara
merawat vulva perawatan
 Klien takut untuk
vulva
membersihkan
nya

Do :

 Klien tampak
bertanya cara
perawatan vulva

3. Ds : Kurang Resiko menyusui


pngetahuan tidak efektif
 Klien
mengatakan 25
tidak tau
merawat
payudara
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan


2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses persalinan
3) Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan cara
perawatan payudara bagi ibu menyusui

2. PERENCANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN

26
No.
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL PARAF
Dx

1 Setalah di 1. Kaji karakteristik 1. untuk


lakukan nyeri klien dengan menentukan
asuhan PQRST ( P : faktor jenis skala dan
keperawatan penambah dan tempat terasa
selama 2x24 pengurang nyeri, Q : nyeri
jam di kualitas atau jenis
harapkan nyeri, R : regio 2. sebagai salah
nyerinya ataudaerah yang satu dasar untuk
berkurang mengalami nyeri, S : memberikan
skala nyeri, T : waktu tindakan atau
dan frekuensi ) asuhan
keperawatan
2.Kaji faktor-faktor sesuai dengan
yang mempengaruhi respon klien
reaksi klien terhadap
nyeri 3. membantu
klien rilaks dan
3.Berikan posisi yang mengurangi
nyaman, tidak bising, nyeri
ruangan terang dan
Tenang

4.Biarkan klien 4. beraktivitas


melakukan aktivitas sesuai
yang disukai dan kesenangan
alihkan perhatian dapat
klien pada hal lain mengalihkan

perhatian klien
dari rasa nyeri

2. Resiko infeksi 1. Pantau vital sign 1. peningkatan


berhubungan suhu dapat
dengan 2.Kaji daerah mengidentifikasi
kurangnya perineum dan vulva adnya infeksi
pengetahuan 3.Kaji pengetahuan
cara perawatan 2. menentukan
pasien mengenai cara adakah tanda
vulva perawatan ibu post peradangan di
partum daerah vulva
4.Ajarkan perawatan dan perineum
vulva bagi pasien 3. pasien
5.ajarkan klien mengetahui cara
mencuci tangan perawatan vulva
sebelum memegang bagi dirinya
vulva 27 4. pasien
mengetahui cara
perawatan vulva
bagi dirinya
IMPLEMENTASI

28
No.Dx Hari / Jam Implementasi PARAF

Tgl

1 26-09- 09.30 1. mengkaji karakteristik nyeri


2020 klien dengan PQRST ( P :
faktor penambah dan
pengurang nyeri, Q :
kualitas atau jenis nyeri, R :
regio ataudaerah yang
mengalami nyeri, S : skala
nyeri, T : waktu dan
frekuensi )
2. mengkaji faktor-faktor yang
mempengaruhi reaksi klien
terhadap nyeri
3. memberi posisi yang
nyaman, tidak bising,
ruangan terang dan Tenang
4. membiarkan klien melakukan
aktivitas yang disukai dan
alihkan perhatian klien pada
hal lain

2 26-09- 10.30 1. memantau vital sign


2020 2. mengkaji daerah perineum
dan vulva
3. mengkaji pengetahuan
pasien mengenai cara
perawatan ibu post partum
4. mengajarkan perawatan
vulva bagi pasien
5. mengajarkan klien mencuci
tangan sebelum memegang
vulva

3 26-09- 12.00 1. mengkaji pengetahuan paien


2020 mengenai laktasi dan
perawatan payudar

2. mengjarkan cara merawat


payudara dan lakukan cara
brest cara

3. menjelaskan mengenai
manfaat menyusui dan
mengenai gizi waktu
menyusui
29

4. menjelaskan cara menyusui


yang benar
EVALUASI

30
No.Dx Hari/TgLl Jam Evaluasi PARAF

1 27-09-2020 09.30 S :klien mengatakan

 P : nyeri selah
melahirkan masih
terasa
 Q : terasa
Nyeri/keram
 R : Di bagian perut
T : nyeri saat
beraktivitas

Do :

 S : skala nyeri 4
 Klien tampak sesekali
mengelus-elus
perutnya

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjut intervensi

2 27-09-2020 10.00 S: klien mengatakan

 Sudah tau cara


memebersihkan vulva
 Sudah tidak takut lagi
untuk membersikan
nya
 Selalu membersihkan
tangan sebelum
membersihkan vulva

O:

 Vulva tampak sudah


di bersihkan

A : masalah teratasi

P:-

3 27-09-2020 11.00 S: pasien mengatakan :

 Sudah tau cara


membersihkan
31 payudara

O:

 Payudara tampak
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4, Jakarta : EGC


Bobak .I.M dan Jansen M.D 2000, Keperawatan Maternitas dan ginekologi, jilid I, yayasan
IAPKP, bandung
Bagian Obstetri Dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran UNPAD, 1993, Obstetri Fisiologi,
Elemen, Bandung
Manuaba, LB.G 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan
Prawiroharjo S, 1999. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka. Jakarta

32

Anda mungkin juga menyukai